Anda di halaman 1dari 11

SKRINING GIZI

No.Dokumen: No.Revisi Halaman


00 1/1
PPI / 01/GIZI/VI/ 2016

STANDAR Ditetapkan Direktur,


Tanggal Terbit:
PROSEDUR
OPERASIONA
L dr. Nanang Salman Saleh, Sp. B
02 Juni 2016 NIP. 19721006 200212 1 003

Skrining Gizi adalah proses identifikasi karakteristik yang mempunyai hubungan


PENGERTIAN dengan masalah gizi.
1. Menilai kondisi klinis pasien dan status gizi pasien awal masuk rawat inap.
TUJUAN 2. Pengkajian lanjutan bagi pasien – pasien yang beresiko malnutri dan atau
malnutrisi.
1. Kebijakna Kepala RSUD Sukadana tentang Pelayanan Gizi di RSUD
SUKADANA.
2. Skrining gizi dilakukan kepada seluruh pasien baru untuk mengidentifikasi pasien
yang berisiko atau tidak berisiko masalah gizi.
3. Pasien yang beresiko gangguan gizi bila ada:
KEBIJAKAN a. Peningkatan atau penurunan berat badan yang tidak di rencanakan
sebanyak lebih dari 10% pada pada 6 bulan terakhir atau lebih dari 5 %
pada 1 bulan terakhir.
b. Asuapan makanan yang tidak adekuat dalam 5 hari terakhir.
c. Pasien yang dicurigai menderita gizi buruk dan gangguan metabolisme
nutrisi.
1. Pasien masuk perawatan dilakukan skrining gizi untuk mengidentifikasi adanya
PROSEDUR
resiko nutrisi dilakuakan oleh perawat yang pertama menangani pasien dengan
menggunakan formulir pengkajian awal.
2. Ahli gizi melakukan skrining lanjuatan kepada pasien rawat inap dengan resiko
malnutrisi dan pasien dengan penyakit tertentu yang membutuhkan diet khusus.
3. Selanjutnya ahli gizi membuat rencana terapi gizi bagai pasien dengan resiko tinggi
pada formulir asuhan gizi.
4. Tingkat kemajuan pasien dievaluasi serta di dokumentasikan dalam rekam medik
5. Berdasarkan pengkajian Status Gizi, kebutuhan pasien dan rencana pelayanan
Dokter atau pemberi pelayanan kesehatan lainnny, ahli gizi menuliskan pesanan
diet dalam buku lapaoran pasien.
6. Pemberian nutrisi disesuaikan dengan kondisi fisik, klinis, hasil laboratorium,
proses pemulihan pasien, umur, dan preperensi diet.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan
2. Instalasi Rawat inap
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Instalasi Gizi

`
PROSEDUR KERJASAMA DALAM TERAPI NUTRISI

No.Dokumen: No.Revisi Halaman


00 1/4
PPI / 41/GIZI/VI/ 2016

STANDAR Ditetapkan Direktur,


Tanggal Terbit:
PROSEDUR
OPERASIONA
L
02 Juni 2016 dr. Nanang Salman Saleh, Sp. B
NIP. 19721006 200212 1 003

PENGERTIAN Kerjasama dalam terapi nutrisi adalah suatu kolaboarasi berbagai disiplin ilmu
kesehatan guna saling menunjang dalam proses penyembuhan kesehatan pasien

Umum : Untuk tercapainya terapi gizi yang komprehensif dengan memperhatikan


masalah gizi dan masalah bidang lain, baik dalam pengobatan, tindakan
dan komplikasi.
Khusus :
1. Menjadi sarana pertukaran ilmu pengetahuan bagi anggota tim.
TUJUAN 2. Sarana pelayanan, pendidikan, penelitian terpadu.
3. Tercapainya pelayanan gizi yang optimal sebagai bagian terapi dalam
pelayanan holistik kepada pasien sehingga dapat mengurangi morbiditas,
mortalitas, dan lama rawat yang panjang.
4. Tercapainya efisiensi dan efektifitas dalam terapi gizi baik dari segi klinis,
fungsional, kepuasan pasien dan biaya.

KEBIJAKAN Surat keputusan Direktur No: 445 / 04.187.24/28/SK/VI/2016 tentang Kebijakan


Pelayanan Gizi

PROSEDUR 1. Pelayanan Gizi Klinik Rawat Jalan


Pelayanan gizi klinik bagi pasien rawat jalan merupakan pelayanan terpadu yang
dilaksanakan oleh Dokter Spesialis bekerjasama dengan Nutrisionis.
Kriteria pasien rawat jalan adalah:
a. Pasien yang dikirim dari poliklinik rawat jalan atau hasil rujukan dari rumah
sakit atau institusi kesehatan lainnya.
b. Pasien tanpa rujukan.

Pelaksanaan Pelayanan Gizi Klinik Rawat Jalan:


Dokter yang mengirim pasien ke Poli Gizi agar menyertakan Surat pengantar
konseling Gizi ditujukan kepada ahli gizi untuk diberikan edukasi atau konseling gizi.

`
PROSEDUR KERJASAMA DALAM TERAPI NUTRISI
No.Dokumen: No.Revisi Halaman
00 2/4
PPI / 41/GIZI/VI/ 2016

Tugas, Kewajiban, dan Wewenang


Dokter Spesialis
1. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
2. Menegakkan diagnosis dan merumuskan masalah nutrisi pasien
3. Merujuk pasien untuk konseling dan terapi gizi
4. Memberikan lembar konseling gizi
Nutrisionis
1. Melakukan Proses asuhan Gizi Terstandar
2. Menterjemahkan atau menjabarkan perskripsi diet pasien yang telah ditentukan
oleh Dokter Spesialis kedalam bentuk makanan.
3. Mendiskusikan masalah diet pasien dengan Dokter Spesialis dan Melakukan
konseling gizi.
Perawat
1. Melakukan pemeriksaan tanda vital
2. Melakukan pengukuran antropometri
3. Mempersiapkan pemeriksaan penunjang sesuai instruksi dokter

2. Pelayanan Gizi Klinik Rawat Inap


Pelayanan gizi klinik bagi pasien rawat inap yang bermasalah gizi merupakan
PROSEDUR pelayanan oleh Tim muliti disiplin yang bertugas melaksanakan pelayanan terapi gizi
klinik. Dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Tim Asuhan Nutrisi (TAN).
Kriteria pasien rawat inap yang ditangani TAN adalah
a. Pasien baru yang masuk perawatan yang memenuhi kriteria gangguan nutrisi
b. Pasien yang telah di skrining ulang memenuhi kriteria gangguan nutrisi
c. Pasien yang dikonsulkan oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien.
Pelaksanaan Pelayanan Gizi Klinik Rawat Inap
Tugas, Kewajiban, dan Wewenang
Dokter Spesialis
1) Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
2) Menegakkan diagnosis dan merumuskan masalah nutrisi pasien
3) Memberikan terapi gizi dan membuat preskripsi diet
4) Melakukan evaluasi hasil terapi gizi.
a. Respon metabolik yang berhubungan dengan gizi pasien yang mempunyai
masalah gizi.
b. Melakukan penyesuaian dukungan nutrisi sesuai dengan kondisi pasien.
PROSEDUR KERJASAMA DALAM TERAPI NUTRISI

No.Dokumen: No.Revisi Halaman


00 3/4
PPI / 41/GIZI/VI/ 2016

Nutrisionis
1) Melakukan Proses asuhan Gizi Terstandar
2) Menterjemahkan atau menjabarkan perskripsi diet pasien yang telah ditentukan
oleh Dokter Spesialis kedalam bentuk makanan
3) Mendiskusikan masalah diet pasien dengan Dokter Spesialis
4) Melakukan konseling gizi.

Perawat
1) Melakukan skrining gizi
2) Melakukan pemeriksaan tanda vital
3) Melakukan pengukuran antropometri
4) Mempersiapkan pemeriksaan penunjang
5) Pemantauan cairan keluar masuk, perkembangan penyakit, tanda-tanda infeksi,
perawatan infus dan nasogastric tube.

Farmasi
1) Mempersiapkan obat-obatan dan zat terkait (vitamin, mineral, dan nutrisi
PROSEDUR parenteral)
2) Menentukan komtabilitas zat gizi yang akan diberikan kepada pasien

1. Prosedur Pelayanan Gizi Rawat Jalan


1) Pasien datang di poliklinik dengan atau tanpa surat rujukan diterima oleh bagian
administrasi untuk pencatatan identitasnya.
2) Perawat poliklinik melakukan pemeriksaan tanda vital, dan pengukuran
antropometri, yang dicatat dalam rekam medik.
3) Dokter Spesialis melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, menegakkan
diagnosis, memberikan terapi gizi dan membuat preskripsi diet sesuai dengan
hasil pemeriksaan yang dilakukan dengan seksama
4) Dokter Spesialis mengisi lembar konseling gizi.
5) Nutrisionis melakukan konseling gizi.
6) Melakukan evaluasi hasil terapi nutrisi oleh Dokter Spesialis bersama
Nutrisionis.

PROSEDUR KERJASAMA DALAM TERAPI NUTRISI


No.Dokumen: No.Revisi Halaman
00 4/4
PPI / 41/GIZI/VI/ 2016

2. Prosedur Pelayanan Gizi Rawat Inap


1) Pasien masuk rawat inap dari poliklinik atau dokter yang mengirim
menyebutkan diagnosa penyakit dan mungkin jenis diet yang diberikan.
2) Dokter ruangan dan perawat ruangan melakukan pemeriksaan dan pencatatan
dalam rekam medis serta melakukan skrining gizi.
3) Pada pasien yang mempunyai masalah gizi, oleh dokter Spesialis dan Ahli
Gizi akan dilakukan pemeriksaan sesuai dengan bidang masing-masing. Bagi
pasien baru yang tidak memenuhi kriteria gangguan nutrisi akan dilakukan
skrining ulang pada hari ketujuh perawatan.
4) Dokter Spesialis menegakkan diagnosis, memberikan terapi gizi dan
preskripsi diet sesuai dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan.
5) Ahli gizi akan menterjemahkan preskripsi diet dengan mempertimbangkan
pola makan dan kebiasaan makan pasien serta diagnosa penyakit.
6) Hasil analisis gizi dikirim ke dapur produksi
PROSEDUR 7) Hasil pemeriksaan TAN dicatat di dalam rekam medik, saran dan anjuran
dikonsultasikan dengan dokter yang merawat agar sesuai dengan rencana
pengobatan secara keseluruhan.
8) TAN mempunyai tugas melakukan pengawasan, evaluasi, dan penyesuaian
terapi gizi preskripsi diet sesuai kondisi klinis dan hasil pemeriksaan
penunjang yang terkait.
9) Semua penyesuaian dikonsultasikan dan didiskusikan dengan DPJP dan tim
perawat ruangan.
10) Pasien dengan penggunaan NGT, TPN, stoma dan lain-lain memerlukan
pengawasan dan perawatan khusus, sehingga dapat mendeteksi kemungkinan
timbulnya gangguan gizi atau komplikasi. Hubungan kerja TAN dan dokter
yang merawat serta hubungan antar TAN adalah hubungan kemitraan
masing-masing memberikan sumbangan pelayanan bagi kesembuhan optimal
pasien.

UNIT TERKAIT
1. Instalasi Rawat Jalan
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Farmasi
4. Instalasi Gizi
Keputusan Direktur RSUD Sukadana
Nomor : 445/04. /28/SK/VI/ 2016
Tanggal : Juni 2016

KEBIJAKAN PELAYANAN GIZI PASIEN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKADANA

A. PELAYANAN TERAPI GIZI


1. Penentuan Diet Pasien
a. Diet awal pasien ditentukan oleh dokter penanggung jawab pelayanan.
b. Penentuan diet dan evaluasi diet dilakukan oleh ahli gizi bekerjasama dengan dokter penanggung
jawab pelayanan bagi pasien rawat inap terutama pasien dengan penyakit tertentu seperti
Diabetes Militus, ginjal, hipertensi, hiperlipidemia, hipercholesterolimia, jantung serta Hati.
c. Benytuk makanan disesuaikan dengan kemampuan cerna pasien meliputi makanan cair, makanan
lunak dan makanan biasa.

2. Penyuluhan dan Konsultasi Gizi Pasien


a. Penyuluhan dan konsultasi dilaksnakan oleh Gizi
b. Konsultasi gizi untuk pasien rawat jalan dilaksanakan diruangan poliklinik sedangkan untuk
pasien rawat inap dilaksanakan langsung di ruangan atau kamar pasien.
c. Untuk meningkatkan pemahaman pasien terhadap konversi bahan makanan maka digunakan
Daftar Bahan Makanan Penukar dan Food Model.
d. Ahli Gizi memberikan leaflet diet dan daftara bahan makanan penukar kepada pasien setiap kali
melaksanakan konsultasi gizi.
e. Edukasi tentang makanaan yang dilaranag atau tidak sesuai dengan kebutuhan dan rencana
pelayanan dan makanan juga diberikan bagi keluarga jika keluarga pasien atau pihak lain ingin
menyediakan makanan bagi pasien.
f. Respon Pasien terhadap nutrisi dimonitor dan dicatat di rekam medis pasien.

3. Pelayanan Gizi Rawat Inap


a. Pasien masuk perawatan dilakukan Skring Gizi untuk mengidentifikasi adanya resiko nutrisi
dilakukan oleh perawat yang pertama menangani pasien dengan menggunkan formulir
pengkajian awal.
b. Ahli gizi melakukan skrining lanjutan kepada pasien rawat inap dengan resiko malnutrisi dan
pasien dengan penyakit tertentu yang membutuhkan diet khusus.
c. Selanjutnya Ahli gizi membuat rencana terapi gizi bagi pasien dengan resiko tinggi pada formulir
Asuhan Gizi.
d. Tingkat kemajuan pasien dievaluasi serta didokumentasikan dalam rekam medik
e. Berdasarkan pengkajian Status Gizi, kebutuhan pasien dan rencana pelayanan Dokter atau
pemberi pelayanan kesehatan lainnya, ahli gizi menuliskan pesanan diet dalam buku lapaoran
pasien.
f. Pemberian nutrisi disesuaikan dengan kondisi fisik, klinis, hasil laboratorium, proses pemulihan
pasien, umur, dan preperensi diet.
g. Setiap pasien dan keluarga mendapatkan edukasi gizi sesuai dengan diet dan
penyakitnya.
4. Monitoring dan Evaluasi Pelayanan Gizi
a. Monitoring asupan pasien dilakukan oleh petugas distribusi secara visual dari sisa makan pasien.
b. Pasien dengan asupan nutrisi yang kurang akan ditindak lanjuti oleh ahli gizi.
c. Perubahan diet pasien sesuai dengan kondisi penyakitnya dilakukan oleh dokter atau ahli gizi
yang selanjutnya akan dilaporkan ke unit gizi untuk perubahan pemberian nutrisi.
d. Ahli gizi akan mengunjungi kembali pasien yang mengalami perubahan diet tanpa
memperhatikan hari rawat.
5. Pelayanan Gizi Rawat Jalan
Pelayanan gizi rawat jalan berupa konsultasi gizi dilakukan di poli klinik oleh ahli gizi

B. PENYUSUNAN ANGGARAN BELANJA DAN PERENCANAAN MENU


1. Penyusunan Anggaran Belanja
a. Penyusunan anggaran belanja unit gizi dilakukan oleh bagian gizi dengan memperhatikan
anggaran belanja tahun sebelumnya serta BOR Rumah Sakit.
b. Bagian gizi selanjutnya akan melaporkan kebagian Ka. Sie Penunjang dan RekaMedis, SIRS
untuk disetujui.
2. Perencanaaan menu dan kebutuhan Bahan Makanan
a. Penentuan standar porsi dilakukan oleh ahli gizi dan disetujui oleh direktur.
b. Semua kelas perawatan dilakukan siklus menu yang sama yaitu siklus menu 10 hari.
c. Untuk pasien VIP dan kelas I diberikan Dobel lauk untuk menu makan siang.
d. Untuk pasien diet TKTP ( Tinggi Kalori Tinggi Protein ) diberikan esktra lauk berupa telur atau
susu.
e. Frekuesi pemberian makan dikelas perawatan yaitu 3 kali makanan utama dan 2 kali makanan
selingan,

C. PENYELENGGARAAN MAKANAN
1. Penerimaan
a. Bahan makanan yang masuk dari supplier, diterma, ditimbang dan di cek oleh petugas
administrasi gizi yang akan disesuaikan dengan standar spesifikasi
b. Bahan makanan dibersihkan, dicuci kemudian ditiriskan dan di masukkan kedalam plastik /
wadah tertutup.
2. Penyimpanan
a. Bahan Makanan Segar / Mentah
 Daging, Ikan, Ayam dan hasil olahannya disimpan di freeezer pada suhu -15˚C sampai -5˚C.
 Telur disimpan pada suhu 19 ˚C sampai 21˚C.
 Sayur dan buah-buahan disimpan di chiller pada suhu 8˚C sampai 10 ˚C
 Bahan makanan diletakkan diatas rak bertingkat ( 5 cm dari dinding, 15 cm dari lantai, 30 cm
dari langit-langit.
 Tanggal barang masuk dan tanggal kadarluarsa dibuat tiap kali barang datang.
 Untuk barang –barang yang telah dibuka dibuatkan tanggal kadarluarsa setelah dibuka.
 Monitoring tanggal kadarluarsa dilakukan tiap migggu..
 Pemantauan dan pencatatan suhu gudang bahan makanan basah dilakukan setiap hari dan dibuat
grafik suhu.
b. Bahan Makanan Kering
 Suhu gudang bahan makanan kering berkisar antara 19- 21 ˚C.
 Kelembapan penyimpannan dalam ruangan berkisar antara 35%-60%
 Makanan dalam kemasan tertutup disimpan pada suhu ≥ 10 ˚C.
 Bahan makanan diletakkkan diatas rak bertingkat ( 5 cm adari dinding, 15 cm dari lantai, 30 cm
darilangit-langit.
 Tepung dan biji-bijian disimpan dalam gudang bahan makanan kering
 Pemantauan dn pencatatan suhu gudang bahana makanan kering dilakukan setiap hari dan
dibuatkan grafik suhu.
 Tanggal barang masuk dibuat setiap kali barang datang.
 Untuk barang yang telah dibuka dibuatkan tanggal kadarluarsa setelah dibuka.
 Monitoring tanggal kadarluarsa dilakukan setiap hari
c. Bahan Makanan Terolah
Bhan makanan terolah langsung didistribusikan kepasien yang sebelumnya diambil sampel
sebanyak 20-30 gr yang kemudian akan disimpan dichiller selam 3 hari.
d. Nutrisi Enteral
Nutreisi Enteral rumah sakit meliputi Dancow, LLM, Lactona Skim, dan Prosteo Low GI
( Glikemic Index 27 ) disimpan di ruang susu yang dengan suhuyang dengan suhu 19 ˚C- 21˚C .
Sementara Nutrisi Enteral yang diresepkan dokter akan dibeli pasien untuk kemudian disimpan
dan siapkan di dapur susu dengan pemantauan Ahli Gizi.

3. Persiapan
a. Persiapan bahan makanan meliputi proses pemotongan bahan makanan hewani, nabati, sayur dan
buah sesuai dengan standar porsi Rumah Sakit.
b. Seluruh petugas mempersiapakan bahan makanan memakai Alat Perlindungan Diri.
c. Untuk mencegah kontaminasi silang pada saat persiapan bahan makananan maka penggunaan
pisau dan talanan dibedakan berdasarkan kelompok bahan makanan seperti :
 Bahan Makanan Hewani : Merah
 Bahan Makanan Nabati : Kuning
 Bahaan Makanan Sayur dan Buah : Hijau
 Bahan Makanan Jadi ( Kue ) : Biru
4. Pengolahan
Bahan makanan diproses dengan bantuan panas sesuai tehnik pemasakan :
a. Tehnik Pengolahan
 Pengolahan kering ( tanpa air ) seperti memanggang, membakar, mengasap, dan
menyangrai.
 Pengolahan dengan air seperti merebus, mengukus, mengetim.
 Pengolahan dengan lemak seperti menggoreng
 Pengolahan dengan capuran lemak dan air seperti menumis, dan menggulai.
b. Lama Pengolahan
 Pengolahan daging diperlukan waktu kurang lebih 45 – 60 menit
 Pengolahn ayam diperlukan waktu 30 – 45 menit
 Pengolahan ikan dan udang diperlukan waktu 10 – 20 menit
 Pengolahan telur dibutuhkan waktu 10 -15 menit
 Pengolahan kacang-kacangan diperlukan waktu 30 – 60 menit
 Pengolahan hasil olahan kacang-kacangan ( Tahu, Tempe ) memerlukan waktu 10 – 15
menit
c. Makanan Setengah Jadi
Makan yang diolah setengan jadi dibuat untuk digunakan pemasak pada shift berikutnya .
Makanan setengah jadi memiliki tanggal kadarluarsa yaitu 3 hari setelah pengolahan.
d. Makanan Jadi
 Sistem penyimpanan makananan menggunakan sistem yang sewsuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan yaitu sistem FEFO ( First Expired Date First Out ) FIFO ( First In
First Out ).
 Makanan memenuhi persyaratan bakteriologis berdasarkan ketentuan yang berlaku yaitu
angka kuman E.coli pada makanan harus 0 /gr contoh makanan,
 Jumlah kandungan logam berat atau residu pestisida tidak boleh melebihi ambanga batas
yang diperkenankan menurut ketentuan yang berlaku.
 Sahu mkanan jadi yakni lauk hewani adalah 80 – 100 ˚C yang pengukurannya dilakukan
pada saat makanaan matang.

5. Prosese Pendistribusian Bahan Makanan


a. Meletakan mkanan jadi pada wadah tertutup untuk kemudian dilakukan pemorsian.
b. Alat pendistribusian yang digunakan adalah troli tertutup untuk menghindari debu atau
kontaminasi .
c. Distribusi makanan berdasarakan standar pemberian makanan rumah sakit yang sesuai dengan
standar kecukupan gizi dan ketentuan diet pasien yang tertulis dalam etiket makanan.
d. Sistem distribusi makanan yang dilakukan dengan sistem sentralisasi di instalasi gizi.
e. Jadwal pendistribusian makanan :
 Sarapan
Pengolahan makanan pagi dilaksanakan oleh shift pagi dimulai dari pukul 06 00 WIB dan
didistribusikan jam 07.00 – 07.30 WIB

 Snack Pagi
Pengolahan snack pagi dilakukan oleh petugas pastry mulai dari pukul 07.00 WIB dan
akan didistribusikan pada pukul 09.00 -09.30 WIB
 Makan siang
Pengolahan makan siang dimulai dari pukul 07.30 WIB dan khusus untuk pengolahan
bubur dimulai pukul 09.00 WIB yang dimaksudkan untuk menjaga suhu makanan agar
tetap hangat, makana siang akan didistribusikan pada pukul 12.00 -12.30 WIB
 Snack sore
Pengolahan snack sore dilakukan oleh petugas pastrydimulai dri pukul 11.00 WIB dan
akan diditribusikan pada pukul 14.30 -15.00 WIB
 Makan sore
Pengolahan untuk makan sore dimulai dari pukul 14.30 WIB, khusus untuk pengolahan
bubur dimulai pukul 15.00 WIB yang dimaksudkan utuk menjaga suhu mkanan agar tetap
hangat, pendistibusian makanan dilakukan pada pukul 16.30-17.00 WIB
f. Pengambilan alat makan pasien
 Dalam rangka menjamin kebersihan, kerapian dan keindahan petugas distribusi gizi
melakukan pembersihan terhadap peralatan sisa makan pasien.
 Pengambilan alat makan pasien dilakukan selambat-lambatnya 2 jam setelah makanan
didistribusikan untuk menghindari terjadinya pembusukan makanan.
 Petugas distribusi mengambilan alat makan pasien menggunakan troli yang berbeda
dengan troli untuk mendistribusikan makan pasien yaitu troli berlebel Pengambilan
Makanan pasien.
 Unit gizi memiliki jadwal pengambilan makan pasien yaitu :
 Pencucian laat makan pasien dilakukan di Instalasi gizi
- Petugas distribusi gizi mengambil sisa makan pagi pukul 09.00 wib
- Petugas distribusi gizi mengambil sisa makan siang pukul 14.00 wib
- Petugas distribusi gizi mengambil sisa makan sore pukul 17.30 wib
 Pencucian laat makan pasien dilakukan di Instalasi gizi

6. Proses Penyajian Makanan


a. Proses Penyajian makananakan mengecek formulir diet pasien dan etiket makan pasien sebelum
mendistribusikan makanan ke pasien agar tidak terjadi kesalahan pemberian diet.
b. Identifikasi pasien dengan lengkap (Nama lengkap, Tanggal lahir, Medical record) dilakukan
oleh petugas distribusi dikamar pasien.

D. Fasilitas Unit Gizi


1. Ruang Penyelenggaraan Makanan
a. Suhu ruang penyelenggaran makanan adalah 22sampai 30 ˚ C dan kelemabapan 35 sampai 65 %.
b. Ruang penyelengaraan makanan mempuyai ventilasi khusus ( Exhouse fan ) untuk pengaliran
udara panas keluar ruangan.
c. Tersedia fasilitas ruang gantibaju dilengkapi dengan toilet , wastafel dan sabun cuci tangan.
d. Temapat pembuangan sampah terletak 50 meter dari bangunan dapur.
e. Tersedia tempat pembuangan sampah sementara yang dilapisi plastik hitam
f. Semua ruangan bebas dari lubang yang menjadi jalan lewat vector ( lalat, lipas dan tikus )
2. Bangunan
a. Lantai
Tidak licin,mudah dibersihkan, semua instalasi air, listrik dan gas dalam keadaan terbungkus dan
tertanam dalam lantai atau trdapat diluar bangunan
b. Dinding sebelah dalam dicat dengan cat minyakagar tidak menyerap airdan mudah dibersihkan.
c. Ruangan memenuhi pencahayaan yang baik, ventilasi harus dapat mrengatur penggantian udara
sehingga tidak panas dan tidak menjadi kondensasi uap air dan lemak pada lantai, dinding dan
langit-langit

3. Fasilitas Cuci Tangan


a. Terletak diruangan toilet
b. Tersedia air mengalir
c. Tersedia washtafel, sabun dan dispenser tissue

4. Fasilitas Pencucian Peralatan


a. Letaknya terpisah dari tempat pencucian alat makan
b. Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan , kuat, anti karat dan permukaanya halus
c. Tersedia air mengalir dalam jumlah banyak
d. Tersedia sbun cair atau sabun cream
e. Tersedia tempat sampah sementara
5. Sarana dan Peralatan
a. Tersedia air bersih ( tidak berbau, berwarana, dan berasa )
b. Alat Pengangkut ( troli makanan ) harus tertutup sempurna, memililki pengontrolan suhu yakni
60 sampai 75˚C yang terbuat dari bahan kedap air, permukaan halus dan mudah dibersihkan.
c. Rak-rak penyimpanan bahan makanan harus mudah dipindahkan untuk keperluan kebersihan.
d. Peralatan yang kontak dengan makanan harus memenuhi syarat sebagai berikut :
 Permukaan utuh ( tidak cacat ) dan mudah untuk dibersihkan.
 Lapisan permukaan tidak mudah larut dalam asam, basa atau garam-garaman yamng
lajim dijumpai dalam makanan.
 Tidak terbuat dari logam berat yang dapat menimbulkan keracunan misalnya timah
hitam, arsenium tembaga, zinc,cadmium dan antimoyi.
 Wdah makanan, alat penyajian makanan dan distribusi makanan harus tertutup.
e. Penyimpanan peralatan masak dan peralatan makan berada pada rak-rak yang terbuat dari
bahan stainles atau kaca serta tertutup
E. PEMELIHARAAN , PERBAIKAN RUANG DAN PERALATAN UNIT GIZI
1. Pemeliharaan dan perbaikan alat-alat elektronik seperti AC,chiller, freezer, rice cooker,
kompor,oven, terkait dengan Maintenance Rumah Sakit.
2. Pemeliharan, pembersihsn dan perbaikan komputer terksit dengan Electronic Data Processing
3. Pembersihan alat setiap hari dilakukan oleh petugas gizi
4. Pemeliharaan dan perbaiakan ruang gizi dengan pemantauan setiap bulannya terkait dengan
maintenance.
5. Timbangan dikalibrasi setahun sekali
6. Perencanaan design dan layout ( tata letak ) alat dan ruangan melibatkan ahli gizi ahli gizi sebagai
user ( pengguna ) untuk mendukung sistem dan arus kerja yang efesien dan efektif.
F. HYGIENE DAN SANITASI1.
1. Penyimpanan
a. Bahan Makanan
 Penyimpanana bahan makanan disesuaikan dengan jenis bahan makanan ( basah/ kering
)
 Bahan makanan disusun demikian rupa agar sirkulasi udara lancar
 Bahan makanan ditempatkan dalam wadah tertutup, terbungkus rapat dan tidak berlubang
 Sisa makan jadi dibuang 4 jam setelah pematangan
 Makanan kaleng tidak boleh menunjukan adnya penggembungan ,cekung dan kebocoran
 Bahan makanan yang tumpah harus segera dibersihkan
 Sampah kertas harus dibuang
 Ruangan dibersihkan setiap hari
 Penyemprotan ruangan dengan insektisida dilakukan secara berkala
 Monitoring tanggal kadarluarsa makanandilakukan setiap bulan
 Sistem penyimpanan makanan menggunakan sistem FIFO ( First In First Out )
Dan FEFO (First Expired Pirst Out )

b. Makanan jadi
 Makanan jadi ditempatkan pada peralatan yang bersih
 Pengambilan makanan jadi sebanyak 20-30 gr sebagai sampel makanan dan pengontrolan
selama 3 hari
 Makanan jadi disiapkan pada wadah tertutup di unit gizi yang kemudian akan tempatkan
dalam peralatan makan pasien yang tertutup dan kemudian didistribusikan kemasing-masing
ruangan menggunakan troli tertutup
 Makanan jadi haru dalam kondisi baik, tidak rusak, terhidar dari bahan pencemaran dan tidak
busuk
 Makanan disajikan secara sentralisasi disiapkan di instalasi gizi dan dikirim ke masing –
masing ruangan menggunakan troli tertutup
 Pengambilan makanan jadi dapat dilakukan dengan menggunakan sarung tangan
plastik,penjepit makanan, sendok atau garpu, dan sejenisnya
 Pada saat memporsi makanan petugas menggunakan masker dan sarung tangan

2. Pengolahan
a. Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung dari kontak
langsung dengan tubuh. Setiap tenaga pengolah makanan pada saat bekeja harus memakai Alat
Perlindungan Diri seperti masker, celemek/apron, tutup rambut/ topi/corpus, sepatu safety,
handglove/ sarung tangan.
b. Pretugas tidak merokok, tidak atau mengunyah makanan, tidak memakai perhiasan, tidak
menggunakan peralatan dan fasilitas yang bukan untuk keperluan bekerja, selalu mencuci tangan
sebelum dan setelah bekerja, selalu mencuci tangan sebelum dan setelah keluar dari kamar
mandi, selalu memakai pakaian kerja yang bersih.

3. Pembersihan Ruang dan Alat

a. Pembersihan ruangan dilakukan setelah proses pengolahan makanan selesai setiap hari oleh
masing –masing sihift
b. Pembersihan alat masak dilakukan setiap kali selesai masak dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
 Membuang sisa makanan yang melekat pada alat.
 Merendam dengan air
 Mencuci dengan sabun cuci piring
 Sikat halus
 Bilas dengan air bersih .
c. Pembersihan peralatan dilakukan harus memenuhi ketentuan :
 Pencucian perlatan makan (piring, gelas, mangkuk) terpisah dari tempat pencucian
perlatan dapur ( Panci, wajan dll )
 Sisa makanan pada peralatan makan dibuang dan dibersihkan di rung pencucian alat
makan pasien
 Pencucian peralatan harus menggunakan sabun cuci atau detergen dengan air mengalir
dan air panas sampai bersih
 Memiliki suhi pencucin 60-70 ˚C
 Peralatan yang sudah dicuci ditriskan pada rak-rak anti karatsampai kering sediri dan
tiodak boleh dilap dengan kain

4. Proses Pendistribusian Makanan dan Alat


a. Alat pendistribusian yang digunakan adalah troli tertutup untuk menghindari debu atau
kontaminasi serta mempertahankan suhu makan jadi selama proses pendistribusian makanan.
b. Troli makanan dibersihkan setiap shift sebelum dan setelah makanan didistribusikan kepada pasien
dan dicuci satu kali sehari yakni pada jam dinas sore

5. Proses Penyajian Makanan


a. Alat makan yang digunakan harus dalam keadaan bersih, tidak bernoda dan kering
b. Permukaan yang kontak langsung dengan makanan toidak memili sudut mati, rata, halus dan
mudah dibersihkan
c. Tidak ada tanda-tanda adanya vetor ( lalat, lipas dan tikus )
d. Bagi makan pasien dibungkus dengan plastik wrap untuk mencegah kontaminasi dari luar.

Sukadana, 01 Juni 2016


DIREKTUR RSUD SUKADANA
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

dr. Nanang Salaman Saleh, Sp.B


NIP. 19721006 200212 1 003

Anda mungkin juga menyukai