Anda di halaman 1dari 18

Literasi Sains menurut PISA

Agustus 31, 2021


HermanAnis.com. Teman-teman semua, dalam kesempatan ini
kita akan membahas satu topik merarik dalam dunia pendidikan
yakni Literasi Sains menurut PISA. Tulisan Literasi Sains menurut
PISA 2018 di sadur dari artikel ‘PISA 2018 Science Framework’ atau
kerangka sains, PISA 2018.
Catatan buat pembaca:
Pada setiap tulisan dalam www.hermananis.com, semua tulisan yang
berawalan “di” sengaja dipisahkan dengan kata dasarnya satu spasi, hal ini
sebagai penciri dari website ini.

Pembahasan akan berfokus pada pendefenisian “scientific literacy”


atau literasi sains dalam penilaian Programme for International
Student Assessment (PISA) tahun 2018.

Kajian akan menjelaskan jenis konteks, pengetahuan, dan


kompetensi yang di gunakan PISA untuk mengukur literasi sains
serta membahas bagaimana kinerja peserta didik dalam sains di
ukur dan di laporkan.

Daftar Isi

A. Mengapa Literasi Sains Penting?


Dokumen ini memberikan deskripsi dan alasan untuk kerangka
yang menjadi dasar penilaian literasi sains – domain mayor dalam
PISA 2015 dan domain minor dalam PISA 2018.
Kerangka kerja PISA sebelumnya untuk penilaian sains (OECD,
1999[1]; OECD, 2003[2]; OECD, 2006[3]) telah menggunakan literasi
sains sebagai konstruksi sentral mereka.

PISA 2015/2018 ini telah menyempurnakan dan memperluas


konstruk sebelumnya, khususnya kerangka PISA 2006 yang di
gunakan sebagai dasar penilaian pada tahun 2006, 2009 dan 2012.

Konsep literasi sains mengacu pada pengetahuan sains dan


teknologi berbasis sains. Namun, sains dan teknologi berbeda
dalam tujuan, proses, dan produknya.

Teknologi mencari solusi optimal untuk masalah manusia yang bisa


saja memiliki lebih dari satu solusi yang optimal.

Sebaliknya, sains mencari jawaban atas pertanyaan spesifik tentang


material alam. Literasi sains tidak hanya membutuhkan
pengetahuan tentang konsep dan teori sains tetapi juga
pengetahuan tentang prosedur dan praktik umum yang terkait
dengan penyelidikan ilmiah dan bagaimana hal ini memungkinkan
sains untuk maju.

Oleh karena itu, individu yang melek sains adalah mereka yang
memahami konsepsi dan gagasan utama yang menjadi landasan
pemikiran ilmiah dan teknologi; bagaimana pengetahuan tersebut
di peroleh; dan sejauh mana pengetahuan tersebut dapat di
benarkan berdasarkan bukti atau penjelasan teoretis yang rasional.

Untuk semua alasan ini, literasi sains di anggap sebagai kompetensi


utama (Rychen dan Salganik, 2001 [4]) yang di definisikan dalam hal
kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan informasi
secara interaktif.

Dengan kata lain, literasi sains mencakup “pemahaman tentang


bagaimana [suatu pengetahuan tentang sains] mengubah cara
seseorang dapat berinteraksi dengan dunia dan bagaimana itu
dapat di gunakan untuk mencapai tujuan yang lebih luas” (ibid.:
10).

Oleh karena itulah, maka penting untuk melakukan pengukuran


terkait konsep ini, olehnya itulah PISA kemudian mendefinisikan
literasi ilmiah dan menjelaskannya dan mencoba untuk
mengukurnya.

B. Definisi Literasi Ilmiah


Ada kepercayaan luas bahwa pemahaman tentang sains sangat
penting sehingga harus menjadi ciri setiap young person’s
education (American Association for the Advancement of
Science, 1989[5]); COSCE, 2011[6]; Fensham, 1985 [7]; Millar dan
Osborne, 1998[8]; Dewan Riset Nasional, 2012[9]; Ständige
Konferenz der Kultusminister der Länder in der Bundesrepublik
Deutschland, 2005[10]; Kementerian Pendidikan, Tionghoa Taipei,
1999[11]).

Memang, di banyak negara, sains merupakan unsur wajib dari


kurikulum sekolah dari taman kanak-kanak sampai selesainya
wajib belajar. Tiga kompetensi khusus sains di perlukan untuk
memahami dan terlibat dalam diskusi kritis tentang isu-isu yang
melibatkan sains dan teknologi.

Yang pertama adalah kemampuan untuk memberikan penjelasan


tentang fenomena alam, artefak teknis dan teknologi serta
implikasinya bagi masyarakat.

Kedua, kompetensi menggunakan pengetahuan dan pemahaman


inkuiri ilmiah untuk mengidentifikasi pertanyaan yang dapat di
jawab oleh inkuiri ilmiah; mengusulkan cara-cara di mana
pertanyaan-pertanyaan semacam itu mungkin dapat di jawab/di
selesaikani; dan mengidentifikasi apakah prosedur yang di gunakan
sudah tepat.

Yang ketiga adalah kompetensi untuk menafsirkan dan


mengevaluasi data dan bukti secara ilmiah dan mengevaluasi
apakah kesimpulan tersebut dapat di benarkan.

C. Kompetensi dalam literasi sains dalam PISA


Literasi sains dalam PISA 2018 di tentukan oleh tiga kompetensi
yaitu:

 Menjelaskan fenomena secara ilmiah;


 Mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah; dan
 Menafsirkan data dan bukti secara ilmiah
Semua kompetensi ini membutuhkan pengetahuan. Menjelaskan
fenomena ilmiah dan teknologi, misalnya, menuntut pengetahuan
tentang isi sains, yang selanjutnya di sebut sebagai content
knowledge atau pengetahuan konten.

Kompetensi kedua dan ketiga, bagaimanapun, membutuhkan lebih


dari sekedar pengetahuan konten. Selain itu, juga bergantung pada
pemahaman tentang bagaimana pengetahuan ilmiah di bangun
dan tingkat kepercayaannya.

Mengenali dan mengidentifikasi ciri-ciri yang mencirikan


penyelidikan ilmiah memerlukan pengetahuan tentang prosedur
standar yang mendasari beragam metode dan praktik yang di
gunakan untuk membangun pengetahuan ilmiah, hal ini di sebut
sebagai procedural knowledge atau pengetahuan prosedural.

Akhirnya, kompetensi ini membutuhkan epistemic knowledge atau


pengetahuan epistemik, di definisikan di sini sebagai pemahaman
tentang landasan penyelidikan ilmiah, status klaim yang di
hasilkan, dan makna istilah dasar seperti teori, hipotesis, dan data.

Pengetahuan prosedural dan epistemik diperlukan untuk


mengidentifikasi pertanyaan yang dapat di terima untuk
penyelidikan ilmiah.

Untuk menilai apakah prosedur yang di gunakan telah tepat untuk


memastikan bahwa klaim yang di gunakan benar, dan untuk
membedakan masalah ilmiah dengan masalah nilai, sosial atau
pertimbangan ekonomi.

Pengetahuan prosedural dan epistemik juga penting untuk


memutuskan apakah banyak klaim yang meliputi media
kontemporer telah di turunkan dengan menggunakan prosedur
yang tepat dan terjamin.
Untuk itu, setiap individu perlu untuk terus mencari dan
mengembangkan pengetahuannya, tidak hanya melalui
penyelidikan ilmiah, tetapi melalui penggunaan sumber daya
seperti perpustakaan dan Internet, dan perlu mengevaluasi
pengetahuan tersebut.

D. Pengetahuan ilmiah: Terminologi PISA 2015/2018


Literasi Sains menurut PISA. Pengetahuan ilmiah terdiri dari tiga
elemen yang dapat di bedakan tetapi saling terkait. Yang pertama
adalah pengetahuan tentang fakta, konsep, ide, dan teori tentang
dunia alami yang telah di tetapkan oleh sains, seperti bagaimana
tanaman mensintesis molekul kompleks menggunakan cahaya dan
karbon dioksida atau sifat partikel materi. Pengetahuan semacam
ini di sebut sebagai “pengetahuan konten” atau “pengetahuan
tentang konten ilmu”.

Pengetahuan tentang prosedur yang di gunakan ilmuwan untuk


membangun pengetahuan ilmiah di sebut sebagai “pengetahuan
prosedural”, di mana pegetahuan ini berkaitan dengan
pengetahuan tentang praktik dan konsep yang menjadi dasar
penyelidikan empiris, seperti pengukuran berulang untuk
meminimalkan kesalahan dan mengurangi ketidakpastian,
pengendalian variabel, dan prosedur standar untuk
merepresentasikan dan mengomunikasikan data (Millar et al., 1994
[12]). Baru-baru ini, telah di uraikan sebagai satu set “concepts of
evidence atau konsep bukti” (Roberts, Gott dan Glaesser, 2010 [13]).

Lebih jauh lagi, memahami sains sebagai praktik juga


membutuhkan “pengetahuan epistemik”, yang mengacu pada
pemahaman tentang peran konstruksi spesifik dan fitur
pendefinisian. Penting untuk membangun proses pengetahuan
ilmiah (Duschl, 2008 [14]).
Pengetahuan epistemik meliputi pemahaman tentang fungsi
pertanyaan, pengamatan, teori, hipotesis, model dan argumen
dalam sains; pengakuan terhadap berbagai bentuk penyelidikan
ilmiah; dan memahami peran peer review dalam membangun
pengetahuan yang dapat di percaya.

Literasi sains membutuhkan ketiga bentuk pengetahuan ilmiah.


Oleh karena itu, PISA 2015 di fokuskan pada sejauh mana anak usia
15 tahun mampu menampilkan ketiga bentuk pengetahuan
tersebut secara tepat dalam berbagai konteks pribadi, lokal,
nasional dan global. Perspektif ini, lebih luas daripada program
sains yang ada sekolah, di mana pengetahuan konten sering
mendominasi.

Pertimbangan-pertimbangan itulah yang melahirkan definisi literasi


sains untuk PISA 2015 dan 2018:

E. Definisi literasi sains 2015/2018


Literasi Sains menurut PISA. Literasi sains adalah kemampuan
untuk terlibat dengan isu-isu yang berhubungan dengan sains, dan
dengan ide-ide sains, sebagai warga negara yang reflektif. Oleh
karena itu, orang yang melek sains bersedia terlibat dalam wacana
nalar tentang sains dan teknologi yang membutuhkan kompetensi:

Menjelaskan fenomena secara ilmiah:

 Mengenali, menawarkan dan mengevaluasi penjelasan untuk


berbagai fenomena alam dan teknologi.

Mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah:

 Menggambarkan dan menilai penyelidikan ilmiah dan


mengusulkan cara menjawab pertanyaan secara ilmiah.
Menafsirkan data dan bukti secara ilmiah:

 Menganalisis dan mengevaluasi data, klaim dan argumen dalam


berbagai representasi dan menarik kesimpulan ilmiah yang
sesuai.

Catatan Penjelasan
Pernyataan berikut di tawarkan untuk memperjelas arti dan
penggunaan definisi literasi sains ini untuk tujuan penilaian PISA
2018.

 Penggunaan istilah “literasi ilmiah” daripada “sains”


menggarisbawahi pentingnya penilaian sains PISA
menempatkan penerapan pengetahuan ilmiah dalam konteks
situasi dunia nyata.
 Untuk keperluan penilaian PISA, kompetensi ini hanya akan di uji
menggunakan konten, pengetahuan prosedural dan epistemik
sains yang secara wajar di harapkan di miliki oleh siswa berusia
15 tahun.
 Akhirnya, di seluruh dokumen ini, istilah “natural world atau
dunia alami” di gunakan untuk merujuk pada fenomena yang
terjadi atau terkait dengan objek di dunia mahluk hidup atau
dunia material.

F. Kompetensi yang di butuhkan untuk literasi sains


1. Kompetensi 1 : Menjelaskan fenomena secara ilmiah

Literasi Sains menurut PISA. Ilmu pengetahuan telah berhasil


mengembangkan seperangkat teori penjelasan yang telah
mengubah pemahaman kita tentang dunia alami. Pengetahuan
tersebut telah memungkinkan berkembangnya teknologi yang
mendukung kehidupan manusia, seperti pengobatan berbagai
penyakit dan komunikasi yang cepat di seluruh dunia.
Kompetensi untuk menjelaskan fenomena ilmiah dan teknologi
dengan demikian bergantung pada pengetahuan tentang ide-ide
penjelas utama sains ini. Menjelaskan fenomena ilmiah,
membutuhkan lebih dari sekedar kemampuan untuk mengingat
dan menggunakan teori, ide penjelas, informasi, dan
fakta (pengetahuan konten).

Memberikan penjelasan ilmiah membutuhkan pemahaman tentang


bagaimana pengetahuan tersebut di peroleh dan tingkat
kepercayaan yang dapat di pegang seseorang tentang klaim ilmiah
yang di gunakan.

Oleh karena itu, individu juga memerlukan pengetahuan tentang


bentuk standar dan prosedur yang di gunakan dalam penyelidikan
ilmiah untuk memperoleh pengetahuan tersebut (pengetahuan
prosedural) dan pemahaman tentang peran dan fungsinya sendiri
dalam membenarkan pengetahuan yang dihasilkan oleh sains
(pengetahuan epistemik).
2. Kompetensi 2: Mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah

Literasi Sains menurut PISA. Literasi sains menuntut siswa untuk


memiliki pemahaman tentang tujuan sains penyelidikan, yaitu
untuk menghasilkan pengetahuan tentang alam yang dapat di
andalkan (Ziman, 1978 [15]). Data yang di peroleh melalui observasi
dan eksperimen, baik di laboratorium maupun di lapangan,
memimpin untuk pengembangan model dan hipotesis penjelas
yang memungkinkan prediksi yang kemudian dapat di uji secara
eksperimental.

Klaim dan hipotesis baru selalu bersifat sementara dan mungkin


tidak, ketika mengalami peer review kritis (Longino, 1990 [16]). Oleh
karena itu, para ilmuwan berkomitmen untuk menerbitkan atau
melaporkan temuan mereka dan metode yang di gunakan untuk
memperoleh bukti yang mendukung temuan ini.

Pengukuran bagaimanapun, semua mengandung tingkat


kesalahan. Oleh karena itu, sebagian besar pekerjaan ilmuwan
eksperimental di khususkan untuk penyelesaian ketidakpastian
dengan mengulangi pengukuran, mengumpulkan sampel yang
lebih besar, membangun instrumen yang lebih akurat, dan
menggunakan teknik statistik yang menilai tingkat kepercayaan
lebih baik.

Kompetensi ini mengacu pada pengetahuan konten, pengetahuan


tentang prosedur umum yang di gunakan dalam sains
(pengetahuan prosedural) dan fungsi dari prosedur-prosedur ini
dalam membenarkan setiap klaim yang di ajukan oleh sains
(pengetahuan epistemik). Pengetahuan prosedural dan epistemik
memiliki dua fungsi.

Pertama, pengetahuan tersebut di perlukan oleh individu untuk


menilai penyelidikan ilmiah, sehingga memutuskan apakah
prosedur telah di lakukan tepat dan apakah kesimpulan tersebut di
benarkan.

Kedua, pengetahuan tersebut memungkinkan individu untuk


mengusulkan secara luas, bagaimana pertanyaan ilmiah dapat di
selidiki dengan tepat.
3. Kompetensi 3: Menafsirkan data dan bukti secara ilmiah

Literasi Sains menurut PISA. Menafsirkan data adalah kegiatan


inti bagi semua ilmuwan. Biasanya di mulai dengan mencari pola,
mungkin melalui pembuatan tabel sederhana atau visualisasi grafis.
Setiap hubungan atau pola dalam data kemudian di baca
menggunakan pengetahuan tentang pola standar.
Individu yang terpelajar secara ilmiah juga dapat di harapkan untuk
memahami bahwa ketidakpastian adalah ciri yang melekat pada
semua pengukuran, dan bahwa salah satu kriteria untuk
mengekspresikan keyakinan kita pada suatu temuan adalah
probabilitas bahwa hal itu mungkin terjadi secara kebetulan.
Semua ini mengacu pada pengetahuan prosedural.

Namun, tidak cukup untuk memahami prosedur yang telah di


terapkan untuk mendapatkan kumpulan data. Individu yang
terpelajar secara ilmiah harus mampu menilai apakah
prosedur-prosedur ini tepat dan apakah klaim-klaim berikutnya
dapat di benarkan (pengetahuan epistemik).

Misalnya, kumpulan data dapat di interpretasikan dalam berbagai


cara, dan para ilmuwan harus berargumentasi untuk mendukung
interpretasi mereka sendiri sambil mempertahankannya dari kritik
orang lain.

Sehingga, interpretasi mana yang terbaik tentulah membutuhkan


pengetahuan sains (pengetahuan konten). Disposisi kritis dan
skeptis terhadap semua bukti empiris merupakan ciri ilmuwan
profesional.

G. Organisasi Domain
Untuk keperluan penilaian, definisi literasi sains PISA 2018 dapat di
cirikan sebagai terdiri dari tiga aspek yang saling terkait seperti
pada Tabel 1.

Tabel 1. Aspek kerangka penilaian literasi sains untuk PISA


2015/2018

Isu-isu pribadi, lokal/nasional dan global, baik masa kini maupun sejarah, yang
Konteks
menuntut pemahaman ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pemahaman tentang fakta-fakta utama, konsep dan teori penjelasan yang membentuk
dasar pengetahuan ilmiah. Pengetahuan tersebut mencakup pengetahuan tentang
Pengetahua dunia alami dan artefak teknologi (pengetahuan konten), pengetahuan tentang
n bagaimana ide-ide tersebut di hasilkan (pengetahuan prosedural), dan pemahaman
tentang alasan yang mendasari prosedur ini dan pembenaran untuk penggunaannya
(pengetahuan epistemik).

Kemampuan menjelaskan fenomena secara ilmiah, mengevaluasi dan merancang


Kompetensi
penyelidikan ilmiah, dan menginterpretasikan data dan bukti secara ilmiah.

H. Konteks untuk Item Penilaian


Literasi Sains menurut PISA. PISA 2018 menilai pengetahuan ilmiah
menggunakan konteks yang mengangkat isu-isu terkait yang sering
relevan dengan kurikulum pendidikan sains negara-negara peserta.

Namun, item penilaian tidak terbatas pada konteks sains sekolah.


Butir-butir dalam penilaian sains PISA 2018 dapat berhubungan
dengan diri sendiri, keluarga dan kelompok sebaya (personal),
dengan masyarakat (lokal dan nasional) atau dengan kehidupan di
seluruh dunia (global).

Konteksnya melibatkan teknologi atau, dalam beberapa kasus,


elemen sejarah yang dapat di gunakan untuk menilai pemahaman
siswa tentang proses dan praktik yang terlibat dalam memajukan
pengetahuan ilmiah.

Dan konteks untuk item dalam penilaian sains PISA juga telah di
kategorikan ke dalam lima aplikasi sains dan teknologi:

 kesehatan dan penyakit,


 sumber daya alam,
 kualitas lingkungan,
 ancaman, dan
 pembatas sains dan teknologi.
Namun, penilaian sains PISA bukanlah penilaian konteks.
Sebaliknya, itu menilai kompetensi dan pengetahuan dalam
konteks tertentu.

kemudian, konteks-konteks ini di pilih karena relevansinya dengan


minat dan kehidupan siswa dan karena mereka adalah area di
mana literasi sains memiliki nilai khusus dalam meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup dan dalam pengembangan
kebijakan publik.

Tabel 2 di bawah ini menunjukkan bagaimana kelima aplikasi ini


berinteraksi dengan pribadi, lokal/nasional, dan konteks global
yang di jelaskan di atas.

Tabel 2. Item dalam penilaian sains PISA dalam konteks


Pribadi, Lokal/Nasional dan Global
Pribadi Lokal/Nasional Global

Kesehatan Pemeliharaan Pengendalian penyakit,


Epidemi, penyebaran
dan kesehatan, kecelakaan, pilihan makanan, kesehatan
penyakit menular
penyakit nutris masyarakat

Sistem alam yang dapat


Pemeliharaan populasi
di perbarui dan tidak
manusia, kualitas hidup,
Sumber Konsumsi bahan dan dapat di perbarui,
keamanan, produksi dan
daya alam energi pribadi pertumbuhan populasi,
distribusi pangan, pasokan
penggunaan spesies
energi
yang berkelanjutan

Keanekaragaman
Tindakan ramah
hayati, keberlanjutan
lingkungan, Distribusi penduduk,
Kualitas ekologis, pengendalian
penggunaan dan pembuangan sampah,
lingkungan polusi, produksi dan
pembuangan bahan dampak lingkungan
hilangnya
dan perangkat
tanah/biomassa

Perubahan cepat (misalnya,


gempa bumi, cuaca buruk),
Perubahan iklim,
Penilaian risiko pilihan perubahan lambat dan
Ancaman dampak
gaya hidup progresif (misalnya, erosi
komunikasi modern
pantai, sedimentasi), risiko
penilaian
Aspek ilmiah dari hobi, Bahan, perangkat dan Kepunahan spesies,
Pembatas
teknologi pribadi, proses baru, modifikasi eksplorasi ruang
sains dan
musik dan kegiatan genetik, teknologi angkasa, asal usul dan
teknologi
olahraga kesehatan, transportasi struktur Alam Semesta

Masih ada lanjutannya:

References
 American Association for the Advancement of Science (1989),
Science for All Americans, Oxford University Press, New York. [5]
 Bloom, B. (ed.) (1956), Taxonomy of Educational Objectives,
Book 1: Cognitive Domain,Longmans Publishing. [21]
 Brookhart, S. and A. Nitko (2011), “Strategies for constructing
assessments of higher order thinking skills”, Assessment of
Higher Order Thinking Skills, pp. 327-359. [20]
 COSCE (2011), Informe ENCIENDE, Enseñanza de las Ciencias en
la Didáctica Escolar para edades tempranas en España,
Confederación de Sociedades Científicas de España, Madrid. [6]
 Fensham, P. (1985), “Science for all: A reflective essay”, Journal
of Curriculum Studies, Vol. 17/4, pp. 415-435. [7]
 Kuhn, D. (2010), “Teaching and learning science as argument”,
Science Education, Vol. 94/5, pp. 810-824,
http://dx.doi.org/10.1002/sce.20395. [17]
 Longino, H. (1990), Science as Social Knowledge, Princeton
University Press, Princeton. [16]
 Millar, R. and J. Osborne (eds.) (1998), Beyond 2000: Science
Education for the Future, School of Education, King’s College
London. [8]
 Ministry of Education, Chinese Taipei (1999), General Senior High
School Curriculum, Ministry of Education website. [11]
 National Research Council (2012), A Framework for K-12 Science
Education: The National Academies Press, Washington, D.C. [9]
 OECD (2006), Assessing Scientific, Reading and Mathematical
Literacy: A Framework for PISA 2006 [3]
 Rychen, D. and L. Salganik (eds.) (2001), The Definition and
Selection of Key Competencies, OECD website. [4]
 OECD (1999), Measuring Student Knowledge and Skills: A New
Framework for Assessment, OECD Publishing, Paris. [1]
 Osborne, J. (2010), “Arguing to Learn in Science: The Role of
Collaborative, Critical Discourse”, Science, Vol. 328/5977, pp.
463-466. [18]
 Webb, N. (1997), Criteria for Alignment of Expectations and
Assessments in Mathematics and Science Education, National
Institute for Science Education, Washington, D.C. [22]

Demikian pembahasan tentang Literasi Sains


Semoga bermanfaat, ditulis untuk menjawab Ujian Kualifikasi (UK
UPI)
Share this:

 Twitter

 Facebook

Menyukai ini:

Terkait

Anda mungkin juga menyukai