Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN

KONSELING PMS (Penyakit Menular Seksual)

Dosen Pengampu :
Dr. Dadang Kusbiantoro, S.Kep.,Ns.,M.Si
Disusun Oleh : Kelompok 8
1. Agung Yudha Prasetiyo (2202013387)
2. Ely Mardiana Putri (2202013435)
3. Lill Ummi Hudaiyah (2202013444)
4. Ananda Eka Dian Tika (2202013463)
5. Meilinda Asmil Finurika (2202013447)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ini telah diperiksa dan disetujui untuk dipresentasikan dengan judul :
“MAKALAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN
KONSELING PMS (Penyakit Menular Seksual)”.

Lamongan, 17 November 2023

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

(Dr. Dadang Kusbiantoro, S.Kep.,Ns.,M.Si)

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul "Makalah Konseling PMS (Penyakit
Menular Seksual)" ini dengan tepat waktu. Selama penyusunan, kami mendapat
banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan
ini saya mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Bapak/ību:

1. Dr. Abdul Aziz Alimul Hidayat, S.Kep, Ners, M.Kes selaku Rektor
Universitas Muhammadiyah Lamongan
2. Arifal Aris, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dekan Universitas Muhammadiyah
Lamongan
3. Ns. Suratmi, M.Kep selaku Kaprodi S1 Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Lamongan
4. Dr. Dadang Kusbiantoro., S.Kep., Ns., M.Si.Selaku Dosen pembimbing
mata kuliah Komunikasi Terapeutik

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dalam


penyusunan, bahasa, maupun penulisan makalah ini, untuk itu kami dengan tangan
terbuka menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat diterima, serta berguna bagi kami pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Lamongan, 17 November 2023

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3
2.1. Pengertian Konseling PMS .............................................................................. 3
2.2. Tujuan Konseling PMS .................................................................................... 4
2.3. Bentuk – Bentuk Konseling PMS .................................................................... 5
2.4. Hal – Hal Yang Harus Diperhatikan Saat Konseling PMS .............................. 5
2.5. Tren dan Issue Pada PMS ................................................................................ 7
BAB 3. PENUTUP ................................................................................................ 8
3.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 8
3.2. Saran ................................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 9

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit menular seksual (PMS) adalah suatu gangguan atau
penyakitpenyakit yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui
kontak atau hubungan seksual. Pertama sekali penyakit ini sering disebut
‘Penyakit Kelamin’ atau veneral disease, tetapi sekarang sebutan yang
paling tepat adalah penyakit hubungan seksual atau seksually transmitted
disease atau secara umum disebut penyakit menular seksual. Kuman
penyebab infeksi tersebut dapat berupa jamur, virus dan parasit.
PMS dikalangan remaja sudah banyak di temukan dewasa ini.
Derasnya arus media massa ditambah kurangnya informasi mengenai
seksiologi, membuat fenomena infeksi menular seksual dikalangan remaja
bagaikan bom waktu. PMS selalu menjadi salah satu masalah yang tak
kunjung habis untuk dibahas. Setiap tahunnya selalu meningkat jumlah
pengidap penyakit PMS, oleh karena itu peningkatan pengetahuan dan
persepsi penyakit menular seksual perlu ditekankan terutama pada
kelompok remaja. Perilaku seksual pranikah yang dilakukan pada usia
remaja menjadi faktor resiko tinggi tekena infeksi menular seksual. Infeksi
menular seksual (PMS) disebut juga dengan penyakit menular seksual
adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual.
Menurut badan kesehatan dunia, world helth organitation terdapat
kurang lebih 30 jenis mikroba (bakteri, virus dan parasit) yang dapat
ditularkan melalui kontak seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan
adalah gonorrhea, chlamydia, herpesgenitalis, infeksi human
immunodeficiency virus (HIV) dan trichomonas vaginalis. Beberapa PMS
dapat meningkatkan resiko penularan human immunodeficiency virus tiga
kali lipat atau lebih (WHO 2013). Di Indonesia sendiri, penyebaran PMS
sulit ditelusuri sumbernya sebab tidak pernah dilakukan registrasi terhadap
penderita yang ditemukan. Mayoritas PMS hadir tanpa gejala. Jumlah

1
penderita yang sempat terdata hanya sebagian kecil dari jumlah data yang
sesungguhnya, dimana kesulitan yang terutama adalah variabel yang
dikumpulkan mencakup informasi yang sensitif dan pribadi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian konseling PMS?
2. Apa tujuan konseling PMS?
3. Sebutkan bentuk-bentuk konseling PMS!
4. Apa saja Hal-hal yang harus diperhatikan dalam konseling PMS?
5. Jelaskan tend dan issue pada PMS!

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian konseling PMS
2. Mengetahui tujuan konseling PMS
3. Mengetahui bentuk-bentuk konseling PMS
4. Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam konseling PMS
5. Mengetahui tend dan issue pada PMS

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Konseling PMS


Infeksi Menular Seksual (PMS) adalah infeksi yang di tularkan
melalui hubungan seksual baik secara vaginal, anal, dan oral menurut
Permenkes No. 21 tahun 2013.PMS disebabkan oleh lebih dari 30 bakteri,
virus, dan parasit yang berbeda dimana dapat disebabkan melalui kontak
seksual dan kebanyakan infeksi ini bersifat asimptomatik atau tidak
menunjukan gejala sama sekali. PMS dapat dikelompokan menjadi dua
berdasarkan penyembuhannya yaitu yang dapat disembuhkan seperti:
Sifilis, Gonore, Klamidia, dan Trikomoniasisdan yang tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat diiringkan melalui pengobatan seperti: hepatitis
B, herpes, Human Immunodeficiency Virus/HIV, dan Human Papiloma
Virus/HPV (WHO, 2013).Infeksi Menular Seksual (PMS) merupakan
salah satu dari sepuluh penyebab pertama penyakit yang tidak
menyenangkan pada dewasa muda laki-laki dan penyebab kedua terbesar
pada dewasa muda perempuan di negara berkembang. Hampir 25%
dewasa dan remaja (15-24 tahun) merupakan populasi yang aktif secara
seksual, tetapi hanya 50% kontribusinya merupakan kasus PMS baru.
Kasus-kasus PMS yang terdeteksi hanya menggambarkan 50%-80% dari
semua kasus PMS yang ada di Amerika. Ini mencerminkan keterbatasan
“Screening” dan rendahnya pemberitaan akan PMS (Da Ros, 2008).
Kejadian PMS dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko,
diantaranya: umur yaitu mulai aktif secara seksual pada usia dini, kaum
muda lebih besar kemungkinannya untuk terkena PMS dari pada orang yang
lebih tua. Hal ini dikarenakan wanita muda khususnya lebih rentan terhadap
PMS karena tubuh mereka lebih kecil dan belum berkembang sempurna
sehingga lebih mudah terinfeksi, selain itu kaum muda lebih jarang
menggunakan kondom saat berhubungan seksual, terlihat perilaku seksual,
dan suka berganti-ganti pasangan (Abeenabila, 2009).

3
2.2 Tujuan Konseling PMS
Konseling bertujuan agar membantu seseorang dalam hal ini pasien
menyelesaikan permasalahan yang dialami berkaitan dengan PMS yang
idapnya tersebut, Adapun tujuan diadakannya program communication,
information and education (KIE), yaitu supaya orang yang terinfeksi positif
ini mau dan mampu merubah perilaku seksual berisiko ke perilaku seksual
aman. Konseling bagi orang yang terinfeksi positif PMS adalah hal yang
paling penting yang dapat juga diberikan KIE tentang preventif infeksi HIV
pada seseorang yang berisiko terhadap penyakit yang idapnya. Kelompok
remaja yang termasuk high risk atau kelompok sasaran khusus yang paling
penting dalam usaha preventif primer, karena termasuk dalam kehidupan
seksual remaja tersebut berisiko. Konseling preventif pada PMS/HIV
seharusnya disampaikan untuk para remaja dan dewasa yang aktif
berhubungan seksual yang sudah terdiagnosa PMS, latar belakang penderita
PMS yang terdahulu, berganti pasangan.
Adapun yang penting diketahui pada saat konseling di antaranya
pasangan seksual, preventif terhadap kehamilan, perlindungan dari PMS,
riwayat PMS. Sekarang ini negara berkembang mempunyai program dalam
pencegahan terhadap peningkatan kasus penyakit PMS seperti HIV AIDS.
Program-program health promotion, penekanan para perubahan perilaku,
penyediaan klinik PMS. Program pencegahan bertujuan untuk menekan
angka kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan penyakit PMS,
Pencegahan PMS, mencegah adanya komplikasi pada wanita dan mencegah
efek kehamilan yang tidak sehat. Selain itu program-program dari
pemerintah, terdapat metode-metode preventif trasmisi lainnya, contoh
menolak berhubungan seks bebas dan berganti-ganti pasangan, vaksinasi,
pemakaian kondom. Metode-metode dan program preventif ini sebaiknya
didukung dengan konseling perubahan perilaku berisko dan melaksanakan
pemantauan dan penilaian terhadap program- program tersebut.

4
2.3 Bentuk – Bentuk Konseling PMS
Bentuk-bentuk konseling penyakit menular seksual (PMS) dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. Konseling individual
Konseling individual adalah bentuk konseling yang dilakukan secara
tatap muka antara konselor dan klien. Konselor akan memberikan
informasi dan dukungan kepada klien secara pribadi.
2. Konseling kelompok
Konseling kelompok adalah bentuk konseling yang dilakukan oleh
beberapa klien secara bersamaan. Konselor akan memberikan informasi
dan dukungan kepada klien dalam kelompok

2.4 Hal – Hal Yang Harus Diperhatikan Saat Konseling PMS


Berikut merupakan beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat
konseling PMS yaitu :
1. Menjaga sesi konseling pada penurunan risiko PMS:
• Konseling difokuskan untuk menangani risiko klien
• Konselor tidak boleh terganggu oleh masalah tambahan klien yang
tidak berkaitan
2. Gunakan pertanyaan terbuka skenario bermain peran, mendengarkan
aktif, tidak menghakimi, dan melakukan pendekatan dukungan untuk
mendorong klien tetap fokus pada penurunan risiko
3. Lakukan penilaian risiko secara personal dan mendalam
4. Bantu klien dalam mengindentifikasi penurunan risiko yang konkret,
terukur, dan dapat diterima
• Menggali usaha-usaha penurunan risiko dan identifikasi bepeluang
keberhasilan dan kendala
5. Hargai dan dukung perubahan positif yang telah dibuat
• Meningkatkan kepercayaan krien bahwa perubahan adalah suatu hal
yang mungkin terjadi

5
6. Klarifikasi kesalahpahaman
• Fokus pada kesalahpahaman klien yang tersirat dan hindari diskusi
yang bersifat umum
7. Negosiasi sebuah tahap konkret yang dapat dicapai dalam perubahan
perilaku yang akan menumnkan risiko PMS/HIV
• Langkah-langkah penurunan risiko harus dapat diterima klien
• Jika terdapat beberapa risiko, fokus pada perubahan perilaku yang
paling diinginkan klien
• Penurunan risiko tidak selalu melibatkan perilaku risiko pribadi
misal pembahasan kepada pasangan tentang serostatus atau
memotivasi pasangan untuk dilakukan tes
• Identifikasi peluang dan hambatan dalam perubahan perilaku
• Lakukan rujukan ke pelayanan pencegahan atau dukungan jika
diperlukan
8. Sediakan kesempatan untuk membangun kemampuan klien misal dengan
bermain peran, demonstrasi pemakaian kondom, dan lain-lain
9. Gunakan bahasa yang jelas dalam menyampaikan hasil tes, hindari
pembicaraan yang bisa mengaburkan pesan pencegahan
10. Kembangkan dan terapkan protokol konseling tertulis
• Untuk menjaga supaya klinisi atau konselor dan superviser tetap
terjaga dalam tugasnya
• Dapat meliputi contoh-contoh pertanyaan terbuka dan langkah-
langkah penurunan risiko
• Sebaiknya dijadikan sebagai bagian dari pesan-pesan klinis
11. Yakinkan bahwa ada dukungan dari superviser dan adminisfator
• Sediakan kesempatan untuk pelatihan yang diperlukan oleh klien
12. Hindari menggunakan waktu konseling untuk mengumpulkan data :
• Jika memungkinkan, lengkapi catatan medis di akhir konseling
13. Hindari informasi yang tidak penting, diskusi risiko secara teoritis bisa
memindahkan fokus klien terhadap situasi berisiko yang dimiliki klien dan
dapat mengurangi ketertarikan klien.

6
2.5 Trend dan Issue Pada PMS
HIV merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di
seluruh dunia, terutama di negara berkembang. Negara Iran menduduki
peringkat pertama di antara negara-negara lain seperti Sudan, Somalia, dan
Maroko terkait infeksi HIV baru dan kematian terkait AIDS (UNAIDS,
2014). Pada tahun 2013, Iran menyumbang 30% dari semua orang HIV-
positif dengan perkiraan jumlah 70.000 orang dengan HIV / AIDS (ODHA).
Sedangkan di Sudan dilaporkan 49.000 orang hidup dengan HIV, mewakili
21% dari perkiraan regional (UNAIDS, 2014).
Secara keseluruhan, rute utama infeksi di kawasan Afrika yang
dilaporkan adalah penularan seksual. Pada tahun 2011, penularan melalui
seks heteroseksual adalah cara penularan HIV yang paling sering dilaporkan
di antara laki-laki di Tunisia yaitu sebesar 44,4%, UEA sebesar 50,0%,
Suriah sebesar 54,5%, Yordania sebesar 66,7%, Maroko sebesar 81,9%,
Kuwait sebesar 100 %, dan Palestina sebesar 100% (Bozicevic, Riedner and
Haghdoost, 2014).
HIV juga dilaporkan di Nepal yaitu pada laki-laki yang
menggunakan NAPZA suntik (penasun). Studi tersebut melaporkan bahwa
prevalensi HIV bervariasi dari tahun 2003 yaitu sebanyak 22,0% dan pada
Tahun 2005 yaitu sebesar 21,7%. Prevalensi terendah tercatat pada tahun
2015 yaitu 2,6%, namun prevalensi kembali meningkat pada Tahun 2017
yaitu sebesar 4,9% (Hogan et al., 2021).
Tren dinamika fenomena HIV/AIDS di Rumania menunjukkan
peningkatan progresif 1,4 kali lebih tinggi pada tahun 2016. Prognosis
jumlah orang yang terkena HIV/AIDS selama 10 tahun ke depan
diperkirakan akan terjadi peningkatan angka tahunan sebesar 506 orang
baru di Rumania (Felicia, 2019).

7
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PMS adalah singkatan dari Penyakit Menular Seksual, yang berarti
suatu infeksi atau penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan
seksual (oral, anal atau lewat vagina). PMS juga diartikan sebagai penyakit
kelamin, atau infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Harus
diperhatikan bahwa PMS menyerang sekitar alat kelamin tapi gejalanya
dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak,
dan organ tubuh lainnya. PMS ( Penyakit Menular Seksual ) adalah penyakit
yang penularannya melalui hubungan kelamin, tetapi dapat juga melalui
kontak langsung alat-alat, handuk, dan juga melalui trasfusi darah.
Defenisi lain PMS merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya
infeksi mikroorganisme patogen di area kelamin. Salah satu akibat yang
ditimbulkan oleh aktivitas seks yang kurang sehat adalah munculnya
penyakit menular seksual. Penularan penyakit ini biasanya terjadi karena
seringnya seseorang melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti
pasangan. Bisa juga karena melakukan hubungan seksual dengan orang
yang sebelumnya sudah terkena penyakit ini.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus atau jasad renik
yang sangat kecil yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan
merusaknya sehingga pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan
penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun. HIV merupakan penyebab
dasar AIDS.
3.2 Saran
Setelah mengetahui beberapa pengertian penyakit menular seksual
diatas, kami sebagai penulis mengharapkan agar para pembaca lebih
berhati-hati terhadap penyakit ini, dan dapat mengetahui dengan jelas
beberapa faktor penyebab, cara mengatasi dan cara penularanya penyakit
menular seksual.

8
DAFTAR PUSTAKA

Sumangkut, V.I., Raule, J.H. and Mandagi, C.K. 2020. Pengaruh Promosi
Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit HIV/AIDS di
SMP Negeri 6 Manado. KESMAS, 9(4).

Kurniawidjadja, L.M., Ok, S., Martomulyono, S., Susilowati, I.H., KM, S. and
KKK, M. 2021. Teori dan Aplikasi Promosi Kesehatan di Tempat Kerja
Meningkatkan Produktivitas. Universitas Indonesia Publishing.
Masyarakat, 22(3),p.128.

Lusiana, E., 2015. AKSESIBILITAS INFORMASI KESEHATAN KELUARGA


BAGI WANITA DI DESA ANCOL MEKAR KECAMATAN ARJASARI
KABUPATEN BANDUNG. Komunikasi Kesehatan di Indonesia: Prospek,
Tantangan, dan Hambatan, P.39.

Emilia, O. and Prabandari, Y.S. 2019. Promosi Kesehatan dalam Lingkup


Kesehatan Reproduksi. Ugm Press.

Dewi, F.E.S. and Kurniasih, F.R. 2023. Infeksi Menular Seksual Pada Perempuan
di Indonesia: Literature Review. JUKEJ: Jurnal Kesehatan Jompa, 2(1),
pp.1-8.

Daili, dkk. 2011. Infeksi Menular Seksual. Jakarta: Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia.

Elfindri dkk. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan: Editor Aziz, E. Jakarta:


Badouse Media.Febiyan

Anda mungkin juga menyukai