Anda di halaman 1dari 10

AKIDAH SEBAGAI PRINSIP EKONOMI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Aqidah islam II
Dosen Pengampu: Aliyul Munawaro, M.Pd

Disusun Oleh:

Maisyi Salsabila (22101082)


Wildan Muhammad Rizqi (22101095)
Ghina Nur Faujiah (22101116)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH & ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
TASIKMALAYA
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Dzat yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah mata kuliah Aqidah Islam II yang
berjudul “Aqidah Sebagai Prinsip Ekonomi” ini dapat tersusun sampai selesai dan tepat waktu.

Semoga dengan adanya penyusunan makalah ini rekan-rekan mahasiswa dapat


memahami serta menambah wawasan dan pengetahuan. Kami menyadari terdapat banyak
kekurangan dalam segi materi maupun segi penulisan dalam makalah ini. Dan kami memohon
maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh
karenanya kami mohon atas kritik dan sarannya agar makalah ini dapat diperbaiki.

Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Aliyul Munawaro, M. Ag sebagai dosen
pengampu mata kuliah Aqidah Islam II. Kepada rekan-rekan yang telah berupaya menyelasaikan
tugas ini dengan lancar. Khususnya kepada pihak yang bersangkutan, karena adanya sebuah
informasi dan pembahasan pengajaran sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Tasikmalaya, 07 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar belakang masalah


2. Rumusan masalah
3. Tujuan masalah

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian akidah
2. Pengertian Ekonomi
3. Kedudukan akidah dalam prinsip ekonomi

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan
2. Saran

Daftar pustaka
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Islam merupakan suatu pedoman hidup (way of life). Secara garis besar, aturan-aturan
tersebut dapat dibagi dalam 3 bagian yaitu aqidah,akhlak dan syariah. Dua bagian
pertama, aqidah dan akhlak bersifatkonstan, sedangkan syariah senantiasa berubah sesuai
dengankebutuhan dan perkembangan kehidupan manusia (Arifin, 2002)Sesuai dengan
skema Zarqa, syariah terdiri dari bidang muamalah(sosial) dan bidang ibadah (ritaual).
Muamalah inilah digabungmenjadi objek paling luas yang harus digali manusia dari masa
kemasa, karena seiring dengan perkembangan kebutuhan hidup manusiaakan senantiasa
berubah.Muamalah tidak membedakan seorang muslim dan dengan nonmuslim. Inilah
salah satu yang menunjukkan universalitas ajaranislam. Jadi, variabel atau suatu proses
kegiatan yang dilakukanseorang muslim harus berdasarkan prinsip-prinsip ajaran
islam.Kegiatan akan dikatakan ilegal atau indispliner apabila menyalahi prinsip-prinsip
yang melandasi secara tersurat dan tersirat tercantumdalam dua sumber hukum utama
ajaran islam, yaitu Al-Quran dan Al-Hadist (Tadjoedin 1992; 3)Hal inilah yang menjadi
subjek yang dipelajari dalam ekonomiislam sehingga implikasi ekonomi yang dapat
ditarik dari ajaran islam berbeda dari ekonomi tradisional. Sesuai dengan konsep prinsip
danvariabel, sistem ekonomi islam yang dilakukan sebagai suatu variabelharuslah sesuai
dengan prinsip-prinsip ekonomi islam (Zaenal Arifin,2002).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian aqidah?
2. Bagaimana pengertian ekonomi?
3. Bagaimana kedudukan aqidah dalam prinsip ekonomi?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengrtian akidah
2. Untuk mengetahui pengertian ekonomi
3. Untuk mengetahui bagaimana keduduka akidah dalam prinsip ekonomi
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Aqidah

Sebagian besar umat Islam tentu sudah tidak asing lagi dengan kata “Aqidah”. Karena
Istilah ini selalu muncul dalam pelajaran agama Islam. Namun, tidak semua orang
memahami dengan benar apa itu Aqidah dan fungsinya dalam kehidupan. Secara umum,
pengertian aqidah adalah ikatan atau keyakinan yang kuat pada seseorang terhadap apa
yang diyakininya.

Dalam Islam, Aqidah mencakup iman kepada Allah SWT dan sifat-sifat-Nya. Secara
bahasa, Aqidah dapat diartikan sebagai ikatan atau kepercayaan. Sedangkan dari segi
aqidah adalah keyakinan yang kuat terhadap suatu zat tanpa ada keraguan sedikit pun.
Secara garis besar Aqidah Islam mencakup semua rukun iman, yaitu iman kepada Allah,
Malaikat, Kitab, Rasul, Hari Kiamat dan iman kepada Qada dan Qadar. Pada hakekatnya,
pengertian Aqidah adalah suatu keyakinan tertentu tanpa ada keraguan sedikit pun. Oleh
karena itu, berpegang pada Aqidah yang benar merupakan kewajiban bagi umat Islam.

Rasulullah SAW telah bersabda dalam beberapa hadisnya mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan aqidah. Salah satunya seperti yang diriwayatkan dari Ibnu Umar
RA. Beliau bersabda: "Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka
bersaksi bahwasanya tidak ada Ilah (Tuhan) yang berhak disembah kecuali Allah dan
bahwasanya Muhammad adalah utusan-Nya." (HR Bukhari dan Muslim)

Tujuan dari Aqidah:

 Memurnikan niat dan ibadah hanya kepada Allah SWT.


 Memerdekakan akal dan pikiran.
 Menenangkan jiwa dan pikiran.
 Selamatnya tujuan dan perbuatan dalam menyembah Allah serta bermu'amalah
dengan makhluk.
 Adanya kesungguhan dan keteguhan dalam setiap perkara.
 Membangun umat yang kuat.

Dan adapun contoh penerapan

Aqidah:

 Melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.


 Berpegang Teguh kepada Al-Qur'an dan hadits Nabi SAW.
 Menjauhkan diri dari semua perbuatan syirik.
 Meningkatkan kualitas ketakwaan kepada Allah SWT dengan sholat berjamaah.
 Berserah diri dan ikhlas dalam beribadah kepada Allah.
B. Pengertian Ekonomi

Istilah ekonomi yang berasal dari bahasa Yunani Kuno (Greek) yaitu oicos yang
berarti rumah dan nomos yang berarti aturan sehingga secara bahasa, ekonomi berarti
mengatur urusan rumah tangga. Dengan demikian, ekonomi dapat diartikan dengan
aturan-aturan untuk menyelenggarakan kebutuhan hidup manusia dalam rumah tangga,
baik rumah tangga dalam arti sempit (rumah tangga rakyat/volkshuishouding) maupun
dalam rumah tangga dalam arti luas (rumah tangga negara/staatshuishouding).

Dalam bahasa Arab, ekonomi dikenal dengan al-mu’âmalah al-maddiyyah dan al-
iqtishâd. Al-mu’âmalah al-maddiyyah adalah aturan-aturan tentang pergaulan dan
perhubungan manusia mengenai kebutuhan hidupnya sedangkan al-iqtishâd adalah
pengaturan soal-soal penghidupan manusia dengan sehemat-hematnya dan
secermatcermatnya. Ekonomi, secara umum, didefinisikan sebagai hal yang mempelajari
perilaku manusia dalam menggunakan sumber daya yang langka untuk memproduksi
barang dan jasa yang dibutuhkan manusia.

Secara garis besar, pembahasan ekonomi mencakup tiga hal, yaitu ekonomi
sebagai usaha hidup dan pencaharian manusia (economical life), ekonomi dalam rencana
suatu pemerintahan (political economy), dan ekonomi dalam teori dan pengetahuan
(economical science).

Menurut istilah pakar ekonomi, ekonomi adalah usaha untuk mendapatkan dan
mengatur harta baik material maupun nonmaterial untuk memenuhi kebutuhan manusia
baik secara individu maupun kolektif, yang menyangkut perolehan, pendistribusian
ataupun penggunaan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ekonomi juga didefinisikan
sebagai kajian tentang prilaku manusia dalam hubungannya dengan pemanfaatan sumber-
sumber produktif yang langka untuk memproduksi barang-barang dan jasajasa serta
mendistribusikannya untuk dikonsumsi. Ekonomi dipandang pula sebagai sesuatu yang
berkenaan dengan kebutuhan manusia dan sarana-sarana pemenuhannya yang berkenaan
dengan produksi barang dan jasa sebagai sarana pemuas kebutuhan. Dengan kata lain,
kebutuhan dan sarana-sarana pemuasnya dikaji secara tak terpisah satu dengan yang lain
karena keduanya saling berkait secara sinergis; pembahasan distribusi barang dan jasa
menjadi satu dengan pembahasan produksi barang dan jasa.

Sedangkan ilmu ekonomi, oleh sebagian ahli, didefinisikan sebagai kajian tentang
perilaku manusia dalam hubungannya dengan pemanfaatan sumber-sumber produktif
yang langka untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa serta mendistribusikannya
untuk dikonsumsi. Ilmu ekonomi dapat dikatakan pula sebagai studi kehidupan manusia
yang membuktikan bahwa perbuatan sosial individu erat hubungannya dengan hasil yang
dicapai.
C. Kedudukan Aqidah Dalam Prinsip Ekonomi

Aqidah merupakan fundamental dari keyakinan dan keimanan (sense of faith).


Dalam membangun keyakinan, seorang muslim tentang aqidah, dibutuhkan totalitas tidak
cukup dengan logika yang dimiliki karena aspek-aspek yang diyakini dalam aqidah (yang
meliputi kepercayaan kepada Allah SWT., malaikat, kitab-kitab, para Rasul dan Nabi,
hari kiamat, qodo dan qodar). Hal itu bersifat transenden, tidak secara langsung korelatif
dengan problem-problam dan kaidah-kaidah ekonomi.

Akidah merupakan dasar keseluruhan tatanan kehidupan dalam Islam, termasuk


tatanan ekonomi. Tatanan dalam Islam merupakan bagian dari akidah yaitu bertugas
untuk memperdalam akar-akarnya, menyebarluaskan cahayanya, dan membentenginya
dari segala rintangan, serta merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Ekonomi
Islam adalah ekonomi yang berlandaskan keTuhanan. Ia terpancar dari akidah
keTuhanan, akidah tauhid. Akidah yang dengan sengaja diturunkan Allah pada Rasulnya
untuk manusia

Pembangunan sistem ekonomi Islam tidak dilatar belakangi oleh aqidah dan aliran-
aliran tertentu atau fanatisme yang berlebihan terhadap aliran-aliran aqidah dalam Islam,
tapi dilatar belakangi oleh semangat mengimplementasika tujuan-tujuan yang bersifat
ukhrawi dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam sistem ekonomi.

Hubungan ekonomi Islam dengan akidah Islam tampak jelas dalam banyak hal,
seperti pandagan Islam terhadap alam semesta yang disediakan untuk kepentingan
manusia. Hubungan ekonomi Islam dengan akidah dan syariah tersebut memungkinkan
aktivitas ekonomi dalam Islam menjadi ibadah.

Landasan aqidah akan membimbing perilaku individu dalam aktifitas ekonomi untuk
selalu meyakini bahwa segala yang dilakukan akan mendapatkan konsekuensi-
konsekuensi yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan sang Khalik. Ekonomi Islam
merupakan bagian dari aqidah, yakni untuk memberikan keyakinan bagi setiap individu
bahwa sistem ekonomi Islam jika dilakuakan, maka akan mendapatkan pahala jika
melanggar ketentuan-ketentuan syariah maka akan mendapatkan dosa.

Sistem ekonomi berdasarkan prinsip syariah tidak hanya merupakan sarana untuk
menjaga keseimbangan kehidupan ekonomi, tetapi juga merupakan sarana untuk
merealokasi sumber-sumber daya kepada orang-orang yang berhak menurut syariah
sehingga dengan demikian tujuan efisiensi ekonomi dan keadilan dapat dicapai secara
bersama-sama. Selanjutnya, dengan keberhasilan mencapai tujuan ekonomi berdasarkan
prinsip syariah berarti terciptanya lingkungan masyarakat yang sempurna. Namun, tujuan
tersebut tidak mungkin dapat terwujud tanpa usaha yang maksimal. Dibutuhkan strategi
untuk merekonstruksi sistem ekonomi secara menyeluruh. Rekonstruksi tersebut harus
disertai dengan upaya mereformasi sistem politik, hukum, ekonomi dan sosial, dengan
melibatkan partisipasi semua warga negara.

Namun harus dicermati, walaupun sistem ekonomi Islam mempunyai landasan yang
kuat dan prinsip-prinsip ekonomi yang mantap bukan jaminan perekonomian umat Islam
otomatis menjadi maju. Sistem ekonomi Islam hanya memastikan bahwa tidak ada
transaksi ekonomi yang bertentangan dengan syariah. Akan tetapi, kinerja bisnis
tergantung pelaku ekonomi, yang bisa saja dipegang oleh orang non muslim.
Perekonomian umat Islam baru dapat maju bila pola pikir dan pola tingkah laku muslimin
dan muslimat sudah professional. Landasan teori dan prinsip ekonomi Islam menuntut
adanya manusia yang mampu mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam
teori dan sistem tersebut. Harus ada manusia yang berlaku profesional (ihsan) dan tekun
(itqan) dalam bidang ekonomi, baik dalam kapasitasnya sebagai produsen, konsumen,
penguasa, karyawan, ataupun sebagai pejabat pemerintah.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dapat diambil kesimpulan bahwa ekonomi atau iqtishod yang merupakan bagian
dari muamalah secara umum di dalam konsepislam harus memerhatikan prinsip tauhid,
khalifah dan keadilan (a’dalah), yang harus berdampingan manakala akan mewujudkan
suatu kehidupan masyarkat yang sejahtera (al falah).Syariah islam termasuk syariah
perekonomian mempunyaikomitmen untuk menjadi sebab kebahagaiaan dan
kesejahteraan hidupmanusia. Khususnya dalam bidang perekonomian, tujuan
syariahislam adalah menciptakan keadilan dan kesejahteraan dalam berbisnisdan
berusaha ( istilah keadilan mencari fadillah/ karunia Allah ).Keadilan di sini , dipahami
oleh seorang muslim bahwa ketikamengikuti petunjuk Rasulullah SAW, bukan menurut
hawa nafsunyaatau dengan cara batil demi mengajar keuntungan yang sebesar- besarnya.
Berbeda dengan bisnis dalam cara konvensional yang hanyamementingkan keuntungan
samata. Jadi adil tersebut berdasarkanaturan Allah SWT dan Sunnah Nabi SAW antara
lain tidak bolehmenipu, curang dalam menimbang, berbohong, cidera janji, dan
sebagainya.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini dapat menjadikan sebuah referensi yang bermanfaat
bagi penulis dan rekan-rekan sekalian. Sehingga dapat menambah wawasan bagi kita
semua. Kami memohon kritik dan saran kepada dosen pengampu dan rekan-rekan
sekalian apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta : Gema Insani.

Dahlan, Ahmad. 2010. Pengantar Ekonomi Islam, Purwokerto : STAIN Press.

Djamil, Fathurrahman. 2013. Hukum Ekonomi Islam – Sejarah, Teori dan Konsep, Jakarta :
Sinar Grafika.

Anda mungkin juga menyukai