Anda di halaman 1dari 4

Nama : Syifa Fauzia

NPM : 201560411037
Mata Kuliah : Pelayanan Komunitas

Dalam kasus : DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180 x / menit. Pada dua kali
penilaian dengan jarak 5 menit (gawat janin).
1. Pengertian Gawat Janin
Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima 02 cukup, sehingga mengalami
hipoksia. Situasi ini dapat terjadi kronik (dalam jangka waktu lama) atau akut.

2. Penyebab

a. Persalinan berlangsung lama.


b. Induksi persalinan dengan oksitosin.
c. Ada perdarahan atau infeksi.
d. Insufisiensi plasenta: postterm, preeklamsi.

3. Tanda-tanda gawat janin tersebut :


a. Denyut Jantung Janin (DJJ) kurang dari 100 per menit atau lebih dari 180
per menit.
b. Air ketuban hijau kental.

DJJ ireguler dalam persalinan sangat bervariasi dan dapat kembali setelah
beberapa waktu. Bila DJJ tidak kembali normal setelah kontraksi, hal ini
menunjukkan adanya hipoksida.

DJJ lambat (kurang dari 100 per menit) saat tidak ada his, menunjukkan
adanya gawat janin dan DJJ cepat (lebih dari 180 per menit) yang disertai
takhikardi ibu bisa karena ibu demam, efek obat, hipertensi, atau amnionitis. Jika
denyut jantung ibu normal, denyut jantung janin yang cepat sebaliknya dianggap
sebagai tanda gawat janin.

4. Alasan Merujuk
Alasan merujuk pasien dengan DJJ kurang dari 100 atau lebih dan 180 x/menit, yaitu:

a. Terhadap Janin
b. Beresiko akan menimbulkan kematian
c. Janin Terhadap Ibu
d. Beresiko akan menimbulkan
5. Perawatan Selama Merujuk
a. Jika denyut jantung janin diketahui tidak normal, lakukan hal-hal sebagai
berikut;
1) Pasien dibaringkan miring ke kiri dan anjurkan untuk bernafas secara
teratur. Hal ini dilakukan agar vena cafa inferior tidak tertekan oleh
janin, sehingga pasokan oksigen ke bayi dapat terpenuhi.
2) Pemberian oksigen 8-12 l/menit. Perubahan posisi dan pemberian 0 2 8-
12 1/menit membantu mengurangi demam pada maternal dengan
hidrasi anti piretik dan tindakan pendinginan.
3) Hentikan infus oksitosin (jika sedang diberikan infus oksitosin).
Pasang infuse menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau
18) dan berikan Ringer Laktat atau garam fisiologis (NS) dengan
tetesan 125 cc/jam.
b. Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah
penanganan yang sesuai dengan kondisi ibu:

1) Istirahat baring
2) Banyak minum
3) Kompres untuk menurunkan suhu tubuh ibu
4) Ibu dimiringkan kekiri
5) Pemantauan DJJ dengan rutin.
6) Mengantar atau mendampingi pasien untuk mendapatkan pertolongan
lebih lanjut, sehingga dapat memberikan keterangan atau memberikan
keterangan tertulis.
7) Intervensi lainnya tidak perlu dilakukan sebab kemungkinan akan
menambah bahaya ibu maupun janin dalam kandungan.
8) Perubahan posisi lantaran dan pemberian O2 8-12 1/menit membantu
mengurangi demam pada maternal dengan hidrasi anti piretik dan
tindakan pendinginan.

Demikianlah kewenangan bidan dalam menghadapi persalinan dengan


DJJ<100 atau >180 sehingga mata rantai pelayanan dan pengayoman medis
dapat lebih bermutu dan menyeluruh.

c. Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin tetap abnormal
sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam untuk
mencari penyebab gawat janin:
1) Jika terdapat perdarahan dengan nyeri yang hilang timbul atau
menetap, pikirkan kemungkinan solusio plasma.

2) Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekret vagina berbau tajam)


berikan anti biotik untuk amniomtis.
3) Jika tali pusat terletak di bawah janin atau dalam vagina lakukan
penanganan prolaps tali pusat.
4) Jika denyut jantung janin tetap abnormal atau jika terdapat tanda-tanda
lain gawat janin (mekonium kental pada cairan amnion, rencanakan
persalinan dengan kolaborasi atau merujuk).

Dalam hal ini bidan harus berkolaborsi atau merujuk, karena upaya
menyelesaikan pertolongan persalinan dengan intervensi kekuatan dan luar bukan
tugas utama bidan, sehingga setiap persalinan yang diduga akan mengalami kesulitan
sudah dirujuk ke pusat dengan fasilitas yang mencukupi. Sehingga dalam pertolongan
pertamanya bidan perlu melakukan tindakan medis.

Anda mungkin juga menyukai