Anda di halaman 1dari 3

Nama : Laura Radila

Kelas : 6A

Judul : Si Kura-kura Ke Angkasa


Latar Belakang : Dalam cerita kisah si kura-kura ke angkasa ini waktu yang
diceritakan sebagian besar tidak dinyatakan dengan tepat
dan jelas, misal pada dahulu kala, setiap hari, pada suatu
malam, pada pagi harinya, keesokan harinya, berhari-hari,
sejak saat itu, bertahun-tahun dan baru saja.
Latar Tempat : Latar tempat pada kisah Si Kura-kura ke Angkasa yaitu
angkasa tempat kura-kura ingin kunjungi
Tokoh utama :
 Antagonis : -
 Protagonis : Kura-kura, Nenek Moyang dan Rajawali

Kesimpulan :
Sepasang suami istri nenek moyang kura-kura tinggal di sebuah telaga yang
berair jernih dikelilingi perdu-perdu sejuk. Kisah suami istri nenek moyang kura-
kura ini memberi ajaran moral kepada anak-anak bahwa akal yang membuahkan
pikiran pendek akan mencelakakan diri.
Pesan Moral :
Kisah suami-istri nenek moyang kura-kura ini memberi ajaran moral kepada anak-
anak bahwa akal yang membuahkan pikiran pendek akan mencelakakan diri. Oleh
karena itu, pergunakan akal panjang untuk menyusun kreativitas yang positif atau
hal-hal yang sifatnya tidak merugikan diri sendiri atau orang lain. Pikirkan dan
pertimbang kan baik-baik untung rugi nya tindakan-tindakan yang akan kita
lakukan.
Sepasang suami istri nenek moyang Kura-kura tinggal di sebuah telaga yang
berair jernih dikelilingi perdu-perdu sejuk. Mereka hidup rukun dan selalu bekerja
keras. Mereka juga menjaga lingkungan sekitarnya dengan baik. Ini membuat
seekor Rajawali jadi betah duduk-duduk di pinggir kali itu, sehabis menikmati air
telaga untuk mengusir dahaganya.
Karena si Rajawali itu sering mengunjungi telaga itu, ia jadi bersahabat dengan
suami-istri Kura-kura. Mereka hampir setiap hari mengobrol bersama dengan topik
pembicaraan yang berganti-ganti. Yang paling menarik adalah apabila Rajawali
menceritakan pengembaraannya ke berbagai negara. Pengembaraan yang
menakjubkan membuat-suami istri Kura-kura itu terheran-heran.
"Akhir-akhir ini tampaknya si Rajawali bersikap dingin terhadap kita," kata si
Suami Kura-kura kepada si Istri pada suatu hari.
"Bersikap dingin? Benarkah demikian?" tanya si Istri heran. Menurut pendapatnya,
si Rajawali tidak bersikap dingin. "Burung besar yang memiliki sayap-sayap
perkasa itu tetap ramah," pikir si Istri.
"Rajawali bersikap dingin kepada kita karena kita belum sekali pun mengunjungi
rumahnya. Padahal, ia hampir setiap hari berkunjung ke rumah kita," sahut si
Suami. "Aku jadi malu. Aku jadi tidak enak hati! Akan tetapi, yaaa... andaikan tiba-
tiba kita punya sayap... yaaa... segalanya akan beres. Kita bisa terbang tinggi
mengunjungi rumah Rajawali! Aku akan bangga dan bahagia...!"
"Ah, tidak mungkin kita tiba-tiba punya sayap!" si Istri menanggapi. "Sejak lahir
kita sudah ditakdirkan-Nya begini. Kalau begitu, kita mau apa?" sambung si Istri.
"Ya, aku mau mencari akal!" tekad si Suami.
"Akal seperti apa? Tolong jelaskan! Aku ingin tahu!" si Istri menanggapi dengan
penuh perhatian.
Si suami lalu menjelaskannya setelah ia membawa beberapa lembar daun
tembakau kering yang berbau, berikut tali yang dibuat dari rami.
"Nah, bungkuslah aku dengan gulungan daun tembakau ini. Kalau si Rajawali
kemari, katakanlah bahwa aku pergi dan tidak meninggalimu makanan. Lalu, aku
yang sudah kaubungkus ini minta ditukar oleh Rajawali dengan makanan
untukmu!" "Ah, aneh. Lalu, nanti nasibmu bagaimana?" tanya si Istri cemas.
"Nasibku? Ya, aku akan dibawa pulang Rajawali. Aku akan membuat kejutan.
Begitu ia membuka bungkusan. aku akan keluar dan mengatakan, Hai,
Rajawali ... aku jadi tamumu. Tamu istimewa...! Itu yang akan kulakukan. Akalku
hebat kan?"
"Ah, itu akal yang pendek. Kamu tidak memikirkan bagaimana seandainya kamu
jatuh waktu dibawa terbang si Rajawali? Tubuhmu akan ...!" si Istri tidak
melanjutkan kalimatnya. "Husss... jangan berpikiran buruk. Pikirkan saja yang
baik-baik dan lucu-lucu!" si Suami tertawa riang. Istrinya menurut.
Tidak lama kemudian, si Istri membungkus suaminya dan mengikatnya dengan
rami. Ketika Rajawali datang, si Istri memberitahu, "Suamiku pergi tanpa pamit.
Aku tidak ditinggali makanan!"
"O, kasihan. Lalu, apa yang bisa kubantu untukmu?" tanya Rajawali bersungguh-
sungguh.
"Ini, tolonglah aku. Tukar tembakauku ini dengan makanan yang ada di
rumahmu." Istri Kura-kura pura-pura merengek. Suaminya yang ada di dalam
bungkusan tersenyum puas saat mendengarkannya. "Istriku memang hebat. la
pandai bersandiwara...! O, terima kasih. Aku bakal sampai di rumah Rajawali yang
berada di angkasa itu. Aku bakal mengembara jauh," pikirnya sambil berkhayal
sampai di angkasa.
Tidak lama kemudian, Rajawali memang terbang tinggi membawa bungkusan
yang diserahkan istri si Kura kura itu untuk dibawa ke rumahnya yang ada di
angkasa. Bungkusan itu akan ditukarnya dengan makanan yang enak enak untuk
menyenangkan istri sahabatnya itu.
Di lain pihak, si Suami Kura-kura terkantuk-kantuk ketika dibawa terbang tinggi ke
angkasa oleh si Rajawali dengan paruhnya yang besar dan kuat. Ia seperti mimpi
dibuai awan-awan lembut dan dikipas-kipas angin semilir. Tanpa sadar si Kura-
kura berseru, "O, indah sekali.... Rajawali! Sebentar lagi aku akan menjadi
tamumu sejati...!"
"O, kau si Kura-kura...!" teriak Rajawali. Ia sangat terkejut. Bersamaan dengan itu,
bungkusan yang dibawanya jatuh ke bumi, "Krosak!"
Suara itu disusul dengan suara "pletak, pletak, pletak!" Itu adalah suara pecahya
tempurung yang berfungsi sebagai rumah si Kura-kura.
Nah, sejak itu punggung setiap kura-kura menjadi retak-retak seperti bentuknya
yang sekarang ini.

Anda mungkin juga menyukai