2022
Rumah Sakit Khusus Ibu & Anak AnDina
Jl. Sultan Khairun, RT005-RW003, Kel. Soa-Sio,
Kot a Ternate UtaraTernate – Maluku Utara
Telp: +62 81340799796, Email : rsandinaternate@gmail.com
i
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 772/Menkes/SK/VI/I/2002
tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PEDOMAN KOMITE ETIK DAN HUKUM RS KHUSUS IBU DAN ANAK
ANDINA TERNATE
Pertama : Keputusan Direktur RS Khusus Ibu Dan Anak AnDina Ternate Tentang
Pedoman Komite Etik Dan Hukum RS Khusus Ibu Dan Anak Andina
Ternate.
Kedua : Komite Etik dan Hukum RS Khusus Ibu Dan Anak AnDina Ternate dimaksud
diktum kesatu beserta dengan fungsi dan uraian tugas serta tata cara
penanganan kasus etik tercantum dalam lampiran keputusan ini
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal diterbitkan dengan ketentuan apabila
dipandang perlu dikemudian hari akan diadakan perubahan sebagaimana
Mestinya
Ditetapkan di : Ternate
Pada Tanggal : 01 Agustus 2022
ii
PEDOMAN KOMITE ETIK DAN HUKUM
RS KHUSUS IBU DAN ANAK ANDINA TERNATE
iii
DAFTAR ISI
PENGESAHAN..............................................................................................................i
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Maksud dan Tujuan...........................................................................................2
C. Ruang Lingkup..................................................................................................2
BAB II GAMBARAN UMUM
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah Sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan yang pada
dasarnya merupakan suatu pengabdian kepada kepentingan masyarakat banyak, dewasa
ini telah berkembang menjadi suatu unit sosio-ekonomi yang makin hari makin kompleks
permasalahannya. Kompleksitas permasalahan di Rumah Sakit itu. Antara lain karena
dualisme fungsi Rumah Sakit seperti tersebut di atas sering menimbulkan persepsi serta
harapan masyarakat yang tersusun oleh berbagai unsur profesi tidak jarang dapat
menimbulkan permasalahan tersendiri. Oleh karena itu perlu suatu pengelolaan yang
cermat dan seksama agar para professional dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik-
baiknya demi peningkatan kesejahteraan rakyat.
Berbagai profesi yang bekerja di Rumah Sakit didasari oleh kode etik profesi masing-
masing, yang dijadikan tatanan perilaku masing-masing profesi tersebut. Tatanan perilaku
ini hanya dapat dipahami oleh nurani masing-masing profesi sehingga perilaku suatu
profesi sering sulit dipahami oleh profesi lain.
Kode Etik Rumah Sakit adalah norma yang diharapkan untuk dijadikan tatanan
perilaku bagi setiap anggota masyarakat Rumah Sakit yang multi profesi tersebut.
Pengaturan perilaku yang dimaksud disini menekankan pada perilaku masing-masing
profesi dalam pengamalan profesinya agar dapat menghasilkan manfaat yang optimal bagi
semua pihak. Selain itu kode etik Rumah Sakit diharapkan dapat merupakan jaminan bagi
semua profesi untuk dapat melakukan profesinya dengan tenang dan aman. Selain itu
profesi pelayanan kesehatan kesehatan selalu berhadapan dengan resiko yang melekat.
Walaupun telah bekerja dengan hati-hati, resiko yang melekat sulit dihilangkan sama
sekali.
1
B. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud
Pedoman dan Tatalaksana Komite Etik RS Khusus Ibu Dan Anak AnDina Ternate
disusun dimaksudkan sebagai acuan agar perilaku dokter, perawat, bidan dan tenaga
penunjang lainya dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan
berpedoman pada etika- etika yang baku baik etika perumahsakitan, etika kedokteran,
perawatan maupun etika lainnya.
2. Tujuan
Menciptakan keserasian hubungan antar berbagai profesi di lingkungan RS Khusus Ibu
Dan Anak AnDina Ternate sehingga dapat dikembangkan suasana yang konduktif,
bermutu serta menjaga keserasian hubungan antar Rumah Sakit dengan masyarakat/
pasien.
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Pedoman dan Tatalaksana Komite Etik di RS Khusus Ibu dan Anak AnDina
Ternate meliputi pengendalian perilaku dokter, perawat, bidan dan tenaga penujang lainya
agar dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan berpedoman pada etika-
etika yang baku baik etika perumahsakitan, etika kedokteran, perawatan maupun etika
lainnya.
2
BAB II
GAMBARAN UMUM
Pengelolaan Rumah Sakit yang efisien dan efektif haruslah berdasarkan atas dengan
3 (tiga) prinsip: Good Corporate Governance (GCG), Good Clinical Standard (GCS); dan
Good Ethical Practice (GEP). Ketiganya disebut sebagai TRILOGI Tata Kelola Rumah
Sakit. Di Indonesia maka istilah yang dipakai adalah Hospital Bylaw, Medical Staff Bylaw
dan Kode Etik Rumah Sakit.
Tenaga kesehatan merupakan tenaga yang sangat penting dalam organisasi Rumah
Sakit. Perilaku dokter, perawat, bidan dan tenaga penujang lainya mempunyai andil yang
besar terhadap budaya dan mutu suatu Rumah Sakit . Oleh karena itu perilaku tenaga
tersebut perlu dijaga dengan berpedoman pada etika-etika yang baku baik etika
perumahsakitan, etika kedokteran, perawatan maupun etika lainnya. Selain perilaku
masing-masing tenaga kesehatan sangat dibutuhkan, agar Rumah Sakit dapat berfungsi
baik, mengingat di dalam Rumah Sakit terhadap tenaga kerja dari aneka disiplin keilmuan
yang mempunyai etik profesi masing-masing.
Untuk menegakkan Good Ethical Practice (GEP) ini Rumah Sakit harus membentuk
komite etik Rumah Sakit ( KERS ) yang juga merupakan syarat dari operasional Rumah
Sakit. Komite Etik Rumah Sakit diharapkan berperan secara aktif menangani masalah
etika institusi Rumah Sakit yang cakupannya lebih luas daripada etika profesi, hukum, atau
disiplin profesi. Selain itu KERS juga diharapkan membina praktek Good Ethical Practice
(GEP) dalam penyelenggaraan Rumah Sakit.
3
Kode Etik Kedokteran Indonesia yang telah dirumuskan beberapa tahun yang lalu
dan telah mendapat penyempurnaan pada tahun-tahun berikutnya, diterbitkan kembali
sebagai hasil Musyawarah Kerja Nasional Etik Kedokteraan 11 Tahun 1981. Kode Etik
Kedokteran mutlak diperlukan sebagai panduan bagi setiap dokter dalam melaksanakan
tugasnya dapat mengetahui apa yang patut dan tidak patut dia lakukan dalam
melaksanakan tugas.
Rumah Sakit di pihak lain yang merupakan tempat bekerja para dokter juga perlu
memiliki rambu-rambu yang serupa guna memberikan pedoman bagi semua tenaga keja
kesehatan yang bekerja di dalamnya. Demikian pula dengan etik Rumah Sakit Indonesia
merupakan landasan/ pedoman bagi penyelenggaraan Rumah Sakit di seluruh Indonesia
termasuk RS Khusus Ibu Dan Anak AnDina Ternate sehingga pemberian pelayanan
kesehatan bagi masyarakat khususnya bagi pasien dapat tercapai dengan baik, bermutu
dan profesional.
B. FALSAFAH
1. Etika Rumah Sakit adalah tatanan perilaku masyarakat Rumah Sakit.
2. Perilaku dalam menjalankan tugas sehari-hari dengan bercermin pada etika Rumah
Sakit akan menambah keserasian interaksi antar unsur-unsur masyarakat di dalam
maupun di luar Rumah Sakit.
3. Etika Rumah Sakit adalah dinamis yang setiap saat akan berkembang mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, Ekonomi dan Budaya, oleh karena
itu perlu dibina, dikembangkan oleh satuan tugas tersendiri ialah Komite Etik Rumah
Sakit.
C. MISI
1. Menjaga keserasian hubungan antar berbagai profesi di lingkungan RS Khusus Ibu Dan
Anak AnDina Ternate agar dapat dikembangkan suasana yang konduktif bagi pelayan
kesehatan di Rumah Sakit yang bermutu serta menjaga keserasian hubungan antar
Rumah Sakit dengan masyarakat/ pasien.
2. Menjaga keserasian hubungan dengan Rumah Sakit lain/ pelayan kesehatan lain serta
dengan masyarakat/ pasien.
D. PERAN
1. Menentukan, menjaga serta mengembangkan etika di Rumah Sakit.
2. Memberikan saran-saran tentang penyelesaian permasalahan etik.
3. Sumber informasi bagi para dokter, perawat, bidan dan tenaga Kesehatan lain di
Rumah Sakit dalam menghadapi masalah-masalah etika Rumah Sakit.
4
E. KEDUDUKAN KOMITE
Komite Etik dan Hukum RS Khusus Ibu Dan Anak AnDina Ternate adalah suatu badan yang
dibentuk oleh Direktur sebagai refisi dan Tim penyelesaian sengketa, guna memberikan
pertimbangan untuk menangani masalah etik di Rumah Sakit. Bertanggung jawab kepada
Direktur, bersifat Otonom.
F. KEANGGOTAAN KOMITE
1. Keanggotaan Komite Etik RS Khusus Ibu & Anak AnDina Ternate
Terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota.
Dalam penyelesaian kasus pelanggaran etik, komite dapat menambah anggota sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi.
2. Masa Jabatan
Masa jabatan anggota Kemite etik adalah 4 (empat ) tahun bila seseorang anggota
mengundurkan diri maka Direktur menunjuk seorang pengganti dari unsur yang
bersangkutan.
Masa kerja/ jabatan tersebut segera berlaku setelah adanya pengesahan dari Direktur
Rumah Sakit dengan mengeluarkan Surat Keputusan. Ketua dapat dipilih untuk 2 x
masa kepengurusan berturut-turut.
5
c. Memberikan nasehat dan bimbingan kepada tenaga profesi kesehatan di
lingkungan RS Khusus Ibu Dan Anak AnDina Ternate.
d. Membina dan mengembangkan etik profesi di kalangan masyarakat Rumah Sakit.
e. Memasyarakatkan etik profesi kepada masyarakat umum.
f. Menginvetarisasi masalah etik Rumah Sakit. Melaksanakan pertemuan rapat Komite
Etik Rumah Sakit dengan ketentuan : Diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 3
(tiga) bulan, rapat dipimpin oleh ketua/ wakil ketua, rapat dianggap sah apabila
dihadiri sekurang-kurangnya lebih dari separuh jumlah anggota Komite Etik, dan
setiap Rapat Komite Etik harus dibuat notulennya.
2. Wewenang
a. Memberikan pertimbangan, usulan penyelesaian serta pemberian sangsi kepada
Direktur Rumah Sakit.
b. Dapat melakukan kerjasama dengan persatuan profesi : IDI, PDGI, ISF, PPNI, IBI,
Instansi Kesehatan maupun Instansi di luar Kesehatan dalam usaha menyelesaikan
pelanggaran etik.
c. Memanggil/meminta keterangan pada tenaga Rumah Sakit yang berkaitan dengan
pelanggaran etik.
d. Meminjam serta mempelajari rekam medis.
e. Melakukan evaluasi tentang pelaksanaan etik Rumah Sakit.
H. FUNGSI KOMITE ETIK DAN HUKUM RS KHUSUS IBU & ANAK ANDINA
TERNATE
1. Memberikan pendidikan kepada anggota Komite etik, staf Rumah Sakit dan masyarakat.
2. Memberikan masukan kepada Direksi dan penyusunan kebijakan terhadap msalah-
masalah terbaru dan kemudian menuangkan perkiraannya dalam berbagai bentuk
(seperti pedoman, rumusan kebijakan atau rumusan prinsip).
3. Membahas Kasus Prospektif dan Membahas Kasus Retrospektif.
4. Memberikan persetujuan pelaksanaan penelitian di RS Khusus Ibu Dan Anak AnDina
Ternate dari segi etiknya.
I. URAIAN TUGAS
1. Ketua mengkoordinir dan bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan Komite,
memimpin pertemuan/evaluasi, memberikan pengarahan dan saran dalam
menjalankan
6
tugas, melakukan koordinasi dengan Komite Medik dan membuat laporan kepada
Direktur Utama.
2. Sekretaris bertanggung jawab terhadap kelancaran tugas-tugas Komite dalam bidang
administrasi kesekretarisan, aktif dalam pelaksanan tugas-tugas Komite bersama
anggota dan menyiapkan acara dan membuat notulen rapat.
3. Anggota aktif dalam pelaksanaan tugas-tugas Komite, memberikan pendapat/saran
permasalahan etik Rumah Sakit, memberikan pendapat pemecahan masalah
pelanggarann etik, ikut melakukan penyuluhan, pemantauan Kode Etik dan
melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan Ketua.
7
BAB III
PEDOMAN ETIK DAN HUKUM
8
b. Kewajiban Terhadap Masyarakat dan Lingkungan
1) Rumah Sakit harus jujur dan terbuka, peka terhadap saran dan kritik
masyarakat dan berusaha agar pelayanannya menjangkau di luar Rumah
Sakit.
2) Rumah Sakit harus senatiasa menyesuaikan pelayanannya pada harapan
dan kebutuhan masyarakat setempat.
3) Rumah Sakit dalam menjalankan opersionalnya bertanggung jawab herhadap
lingkungan agar tidak terjadi pencemaran yang merugikan masyarakat.
c. Kewajiban Terhadap Terhadap Pasien
1) Rumah Sakit harus mengindahkan hak-hak asasi pasien.
2) Rumah Sakit harus memberikan penjelasan apa yang diderita pasien, dan
tindakan apa yang hendak dilakukan.
3) Rumah Sakit harus meminta persetujuan pasien (Informed Consent)
sebelum melakukan tindakan medik.
4) Rumah Sakit berkewajiban melindungi pasien dari penyalahgunaan
teknologi kedokteran.
5) Rumah Sakit harus menjaga rahasia pasien.
6) Rumah Sakit harus mengindahan hak pribadi (Privacy) pasien.
10
18) Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
b. Kewajiban Pasien
1) Pasien dan keluarganya berkewajiban mentaati segala peraturan dan tata
tertib di Rumah Sakit.
2) Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi Dokter dan Perawat
dalam pengobatannya.
3) Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya
tentang penyakit yang diderita kepada Dokter yang merawat.
4) Pasien dan atau penunggunya berkewajiban untuk melunasi semua biaya
pelayanan Rumah Sakit dan/ atau Dokter.
4. Hak dan Kewajiban Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non
Medis Lainnya
a. Hak Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya
1) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya,
berhak mendapatkan perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesi dan tugas pekerjaannya.
2) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya,
berhak untuk bekerja menurut standar profesi serta berdasarkan hak
otonominya. Tenaga medis/dokter, walaupun ia berstatus sebagai karyawan
Rumah Sakit, namun pemilik atau direksi Rumah Sakit tidak dapat
memerintahkan untuk melakukan tindakan yang menyimpang dari standar
profesi atau keyakinannya.
3) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya,
berhak untuk menolak keinginan pasien/klien yang bertentangan dengan
peraturan, perundang-undangan, profesi, etika serta visi dan misi RS Khusus
Ibu dan Anak AnDina Ternate.
4) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya,
berhak menghentikan jasa profesionalnya kepada pasien/klien apabila
misalnya hubungan dengan pasien/klien sudah berkembang begitu buruk
sehingga kerjasama yang baik tidak mungkin diteruskan lagi, kecuali untuk
pasien/klien gawat darurat dan wajib menyerahkan pasien/klien kepada tenaga
medis, penunjang medis, non medis lain yang berkompeten.
11
5) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya,
berhak atas privacy dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan
oleh pasien/klien dengan ucapan maupun tindakan yang melecehkan atau
memalukan.
6) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya,
berhak mendapat informasi lengkap dari pasien/klien yang dirawat/dilayani
atau dari keluarganya.
7) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya,
berhak mendapat informasi atau pemberitahuan pertama dalam menghadapi
pasien/klien yang tidak puas terhadap pelayanannya.
8) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya,
berhak untuk diperlakukan adil dan jujur oleh Rumah Sakit, pasien/klien,
keluarga pasien dan teman sejawat.
9) Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis Lainnya,
berhak untuk mendapat imbalan jasa atas jasa profesi atau pekerjaan yang
diberikan berdasarkan perjanjian dan atau ketentuan/peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit.
b. Kewajiban Dokter, Perawat, Bidan, Penunjang Medis dan Tenaga Non Medis
Lainnya
1. Kewajiban Dokter
a) Kewajiban Umum
(1) Dokter wajib menjunjung tinggi menghayati dan mengamalkan sumpah
dokter.
(2) Dokter wajib untuk senantiasa melakukan profesinya menurut
ukuran yang tinggi.
(3) Dokter wajib melakukan pekerjaan kedokterannya dengan tidak
boleh dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi.
(4) Perbuatan berikut dipandang bertentangan dengan etik :
(a) Melakukan perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.
(b) Secara sendiri atau bersama-sama menerapkan pengetahuan dan
ketrampilan kedokteran dalam segala bentuk tanpa kebebasan
profesi.
(c) Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya
tahan mahluk insani baik jasmani maupun rohani hanya dilakukan
untuk kepentingan penderita.
12
(d) Menerima imbalan selain daripada yang layak sesuai dengan
jasanya kecuali dengan keiklasan, sepengetahuan dan/atau
kehendak penderita.
(5) Dokter wajib berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap
penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji
kebenarannya. Seorang dokter hendaknya memberi keterangan atau
pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya.
(6) Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus mengutamakan
kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan
kesehatan yang paripurna, serta berusaha menjadikan pendidikan dan
pengabdi masyarakat yang sebenarnya.
b) Kewajiban Terhadap Rumah Sakit
(1) Dokter wajib mematuhi perundang-undangan, peraturan dan tata
tertib yang berlaku di Rumah Sakit.
(2) Dokter wajib untuk selalu menjaga dan mempertahankan nama baik
Rumah Sakit.
(3) Dokter wajib mendukung dan melibatkan diri dalam usaha Rumah
Sakit untuk memajukan dan mengembangkan Rumah Sakit.
(4) Dokter wajib untuk memupuk rasa memiliki, rasa persaudaraan dan
loyalitas dalam satu ikatan keluarga besar Rumah Sakit.
(5) Dokter wajib memahami dan dengan setia ikut ambil bagian dalam
mewujudkan visi dan misi Rumah Sakit.
(6) Dokter wajib mengadakan perjanjian hubungan kerja secara tertulis
dengan pihak Rumah Sakit.
13
(5) Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan maka ia wajib melakukan konsultasi kepada dokter yang
lebih senior atau kepada dokter lain yang mempunyai keahlian dalam
penyakit tersebut.
(6) Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
peri kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia
dan mampu memberikannya.
(7) Setiap dokter yang bertugas di rawat darurat wajib melakukan
pertolongan darurat dengan mendahulukan keselamatan penderita
daripada pertimbangan-pertimbangan lain.
(8) Setiap dokter wajib menyimpan semua rahasia kedokteran yang
diketahui tentang seorang penderita, termasuk data hasil pemeriksaan
laboratorium, data dalam rekam medik secara keseluruhan, bahkan
juga setelah penderita itu meninggal dunia.
(9) Dokter wajib memberikan informasi yang memadai tentang perlunya
tindakan medik yang bersangkutan serta resiko yang dapat ditimbulkan
dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien.
(10) Dokter wajib membuat informed consent atas setiap tindakan medis
yang mengandung resiko tinggi.
(11) Dokter wajib membuat rekam medis yang baik secara
berkesinambungan berkaitan dengan keadaan pasien.
(12) Dokter wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau dalam
perjanjian yang telah dibuatnya.
(13) Dokter wajib bekerjasama dengan profesi dan pihak lain yang terkait
secara timbal balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
14
(2) Setiap dokter hendaknya senatiasa mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan tetap setia kepada cita-citanya yang luhur.
2. Kewajiban Perawat
a) Perawat wajib mematuhi perundang-undangan, peraturan dan tata tertib
yang berlaku di Rumah Sakit.
b) Perawat wajib memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai
dengan standar asuhan keperawatan. Meliputi pengkajian, diagnosis,
perencanaan, intervensi keperawatan, evaluasi dan catatan keperawatan.
c) Perawat wajib memberikan informasi yang memadai tentang perlunya
tindakan asuhan keperawatan yang akan dilakukan serta resiko yang dapat
ditimbulkannya dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh pasien.
d) Perawat wajib meminta persetujuan kepada pasien atas tindakan yang
akan dilakukannya.
e) Perawat wajib menginformasikan keadaan pasien kepada tenaga medis
atau tenaga lain yang berkompeten sesuai dengan kebutuhan pasien.
f) Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa
dapat berhubungan dengan keluarga.
g) Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan
ibadah sesuai keyakinannya.
h) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
penderita, bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.
i) Setiap perawat wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
peri kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia dan
mampu memberikannya.
j) Perawat wajib membuat catatan asuhan keperawatan yang baik dan
lengkap secara berkesinambungan berkaitan dengan keadaan pasien.
k) Perawat wajib mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah
diberikan.
l) Setiap perawat wajib terus menerus menambah ilmu pengetahuan dan
mengikuti perkembangan ilmu keperawatan.
m) Perawat wajib mengadakan perjanjian hubungan kerja secara tertulis
dengan pihak Rumah Sakit.
n) Perawat wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau dalam
perjanjian yang telah dibuatnya.
15
o) Perawat wajib bekerjasama dengan profesi dan pihak lain yang terkait
secara timbal balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
3. Kewajiban Bidan
a) Bidan wajib mematuhi perundang-undangan, peraturan dan tata tertib yang
berlaku di Rumah Sakit.
b) Bidan wajib memberikan asuhan kebidanan kepada pasien sesuai dengan
standar asuhan kebidanan. Meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan,
intervensi kebidanan, evaluasi dan catatan kebidanan.
c) Bidan wajib memberikan informasi yang adekwat tentang perlunya tindakan
asuhan kebidanan yang akan dilakukan serta resiko yang dapat
ditimbulkannya dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh pasien.
d) Bidan wajib meminta persetujuan kepada pasien atas tindakan yang akan
dilakukannya.
e) Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada tenaga medis atau
tenaga lain yang berkompeten sesuai dengan indikasi medis pasien.
f) Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa
dapat berhubungan dengan keluarga.
g) Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan
ibadah sesuai keyakinannya.
h) Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
penderita, bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.
i) Setiap Bidan wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas peri
kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia dan
mampu memberikannya.
j) Bidan wajib membuat catatan asuhan kebidanan yang baik dan lengkap
secara berkesinambungan berkaitan dengan keadaan pasien.
k) Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah diberikan.
l) Setiap Bidan wajib terus menerus menambah ilmu pengetahuan dan
mengikuti perkembangan ilmu kebidanan.
m) Bidan wajib mengadakan perjanjian hubungan kerja secara tertulis
dengan pihak Rumah Sakit.
n) Bidan wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau dalam
perjanjian yang telah dibuatnya.
16
o) Bidan wajib bekerjasama dengan profesi dan pihak lain yang terkait
secara timbal balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
17
6. Paramedis RS Khusus Ibu Dan Anak AnDina Ternate wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahuinya sehubungan dengan tugas yang diberikan kepadanya.
7. Paramedis RS Khusus Ibu dan Anak Andina Ternate senantiasa menjunjung tinggi
martabat manusia serta senantiasa menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat,
agama dari pasien dan keluarganya.
8. Paramedis RS Khusus ibu Dan Anak AnDina Ternate senantiasa berusaha dengan
penuh kesadaran agar di dalam menjalankan tugasnya tidak terpengaruh oleh
pertimbangan- pertimbangan kebangsaan, kesukuan, agama, politik kedudukan
sosial dari pasien dan keluarganya.
9. Paramedis RS Khusus Ibu Dan Anak AnDina Ternate senantiasa berusaha untuk
meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, kemampuan sesuai dengan perkembangn
ilmu pengetahuan dan teknologi serta menyebarluaskan pengetahuannya kepada
sesama perawat.
10. Paramedis RS Khusus Ibu dan Anak AnDina Ternate senantiasa memelihara
hubungan baik antara perawat dan karyawan lain dalam rangka mencapai tujuan
pelayanan kesehatan seoptimal mungkin.
18
lain yang lebih lengkap dengan sepengetahuan dan sepertujuan pasien atau
keluarga pasien.
3. RS Khusus Ibu Dan Anak AnDina Ternate menerima kerjasama dan rujukan dari
institusi kesehatan lainnya yang memerlukan fasilitas RS Khusus Ibu Dan Anak
AnDina Ternate demi penanganan pasien secara optimal.
19
d. Apabila pelenggaran ini merupakan pelanggaran murni etik profesi maka Komite
Etik dan Hukum RS Khusus Ibu dan Anak AnDina Ternate dapat
mengkonsultasikan kepada Ikatan Profesi yang bersangkutan.
e. Hasil penyelidikan ini sebagai bahan untuk dibahas dalam sidang Komite Etik
dan Hukum RS Khusus Ibu Dan Anak AnDina Ternate.
f. Hasil sidang memberikan pertimbangan kepada Direktur dalam memecahkan
masalah.
SURAT PERMOHONAN DARI DIREKTUR UTAMA UNTUK PENANGANAN KASUS ETIK & DIS
KOMITE MEDIK
KEPUTUSAN PANEL
ADA / TIDAK ADA PELANGGARAN ETIK DAN DISIPLIN PROFESI KEDOKTERAN
20
b. ALUR II
KEPUTUSAN PANEL
ADA / TIDAK ADA PELANGGARAN ETIK DAN
A DISIPLIN PROFESI KEDOKTERAN
.
B
DIREKTUR UTAMA
21
c. Dalam pelaksanaan tugasnya Tim Etika Rumah Sakit dapat minta bantuan/
pertimbangan dari badan-badan etika di luar RS Khusus Ibu dan Anak AnDina
Ternate seperti Ikatan profesi lainnya.
d. Keputusan dan penerapan sanksi dari pelanggaran etika dilakukan oleh Direktur
setelah mempertimbangkan masukan, saran dan pertimbanagan dari Tim Etika
Rumah Sakit.
e. Jika pelanggaran etika dilakukan oleh peserta didik, keputusan diteruskan ke
lembaga pendidikan yang bersangkutan dan selanjutnya sanksi diberikan.
5. Tatacara Menghadapi
Wartawan Prosedur :
a. Dokter wajib menyimpan rahasia kedokteran mengenai penderita.
b. Dokter pada umumnya tidak ada hubungan dengan wartawan.
c. Dokter jangan melayani seseorang yang mengaku sebagai wartawan lewat
pembicaraan telepon atau yang tidak menunjukkan Kartu Wartawan.
d. Dokter berhak meminta wartawan menunjukan Kartu Wartawan yang masih
berlaku.
e. Sebaiknya dokter segera membuat fotokopy kartu karyawan tersebut.
f. Dokter jangan melayani wartawan di tempat umum, sebaiknya di kamar kerja
atau kamar praktek.
g. Dokter sebaiknya merekam seluruh pembicaraan dengan wartawan dengan tape
recorder.
h. Dokter jangan membicarakan kasus tertentu dengan wartawan, kecuali kalau
Suami/istri penderita yang bersangkutan atau Ayah/ibu penderita yang
bersangkutan.
i. Dokter sebaiknya selalu memberi penyuluhan kesehatan kepada wartawan.
j. Dokter sebaiknya selalu melayani wartawan dengan memberikan jawaban
tertulis atau pertanyaan wartawan yang tertulis juga kalau pembicaraan itu tidak
direkam.
k. Dokter jangan terpengaruh oleh gertak/ intimidasi maupun perasaan/ Chantage
oleh wartawan.
22
c. Dokter jangan melayani seorang yang mengaku sebagai pengacara lewat
pembicaraan telepon, atau yang tidak mau menunjuk surat kuasa khusus dari
penderita yang dewasa dan kesadaran penuh. Dalam hal penderita masih di
bawah umur, maka surat kuasa khusus tersebut harus dibuat oleh ayah atau ibu
penderita anak itu.
d. Dokter berhak meminta pengacara menunjukkan kartu identitas pengacara yang
masih berlaku. Sebaiknya dokter segera membuat fotocopy kartu identitas
pengacara tersebut atau mencatat apa yang tertera pada kartu identitas
pengacara tersebut. Dalam keragu-raguan mintalah didamping pengacara
pribadi atau Ketua IDI Cabang, Ketua MKEK, Ketua MP2A.
e. Dokter jangan melayani pengacara di tempat umum, sebaiknya di kamar kerja
atau kamar praktek.
f. Dokter sebaiknya merekam seluruh pembicaraan dengan pengacara pada tape
recorder.
g. Dokter jangan memberikan kasus tertentu dengan Pengacara yang tidak diberi
kuasa khusus oleh penderita tertentu tersebut, kecuali kalau pengacara dapat
menunjukkan bahwa ia suami/ istri penderita yang bersangkutan atau ayah/ ibu
penderita anak yang bersangkutan.
h. Dokter sekali-kali jangan memberikan rekam medis asli/fotocopy/salinan dari
penderita manapun kepada pengacara.
i. Dokter sebaiknya selalu memberikan penyuluhan kesehatan kepada pengacara.
j. Dokter sebaiknya hanya melayani pengacara dengan memberikan jawaban
tertulis atas pernyataan tertulis juga kalau pembicaraan itu tidak direkam.
k. Dokter jangan terpengaruh oleh gertak/ intimidasi ataupun Pemerasan/ chantage
oleh pengacara.
23
Maka setiap penelitian kedokteran yang dilaksanakan di RS Khusus Ibu dan Anak
AnDina Ternate ini harus mendapat ijin dari panitia etika RS Khusus Ibu dan Anak AnDina
Ternate dalam bentuk “ethical elearance”.
1. Landasan kerja dalam pemberian “ethical elearance” terhadap penelitian
kedokteran yang dilaksanakan di RS Khusus Ibu Dan Anak AnDina Ternate
berpedoman kepada :
a. Nuremberg Code : yang mengharuskan adanya persetujuan subyek penelitian
dalam bentuk informd consent
b. Deklarasi Helsinki : yang merupakan panduan untuk melakukan penelitian klinis,
keharusan adanya pertimbangan etika (ethical elearance) sebelum pelaksanaan
suatu penelitian.
c. Kode Etik Kedokteran Indonesia.
24
9) Pada eksperimen dengan manusia secara hukum peneliti selalu
bertanggung jawab penuh secara pribadi.
10) Integritas psikis dan fisik dan dari subyek percobaan harus dijaga dan
dilindungi.
11) Rahasia orang percobaan harus dijunjung tinggi.
12) Penderitaan rohani dan fisik dari orang percobaan harus dibatasi secara
maksimal.
13) Harus dilakukan usaha-usaha pencegahan kerugian, invaliditas dan
kematian orang percobaan.
14) Tiap eksperimen harus diakhiri jika ternyata ada kemungkinan kerugian
invaliditas dan kematian.
b. Kriteria persetujuan
1) Eksperimen tidak boleh dilaksanakan jika tidak ada persetujuan dari orang
percobaan, pasien bukan pasien. Orang percobaan pasien bukan pasien
selengkap mungkin mendapat informasi dan tidak boleh ada informasi
tertentu yang dirahasiakan oleh peneliti. Persetujuan setelah penjelasan ini
disebut sebagai “informed consent”
2) Penjelasan secukupnya dengan bahasa yang dipahami oleh penderita.
3) Orang yang memberi persetujuan tersebut harus mempunyai kapasitas legal,
mempunyai kemampuan mengambil keputusan dengan bebas tanpa tekanan
dari luar.
4) Persetujuan (informed consent) sewaktu-waktu dapat ditarik, dengan
penarikan tersebut keikutsertaan pasien dalam percobaan tersebut berakhir.
5) Jika terdapat pasien yang tidak memberi persetujuan keikutsertaan atau
menarik persetujuannya, maka hal ini sama sekali tidak boleh mempunyai
dampak negatif terhadap hubungan dokter-pasien.
3. Tatacara pengajuan “ethical elearance”.
Tata cara pengajuan “ethical elearance” untuk penelitian kedokteran yang
dilaksanakan di RS Khusus Ibu Dan Anak AnDina Ternate, yaitu :
a. Peneliti mengajukan surat permintaan “ethical elearance” kepada Panitia Etika
RS Khusus Ibu Dan Anak AnDina Ternate dengan melampirkan :
1) Satu fotocopy proposal lengkap
2) Tiga fotocopy Model Resume Aspek Etika Penelitian.
25
b. Panitia Etika RS Khusus Ibu Dan Anak AnDina Ternate akan membahas aspek
etika proposal tersebut, dalam hal ini dapat dilakukan oleh suatu Panitia Khusus
yang ditunjuk oleh Ketua Panitia Etika. Jika perlu dapat meminta penjelasan
langsung dari tim Peneliti, dapat juga dimintakan pertimbangan (second opinion)
dari pakar di bidang tersebut.
c. Panitia Etika RS dapat memberikan persetujuan secara lansung atau
memberikan saran perbaikan dari segi etika, atau dapat menolak penelitian
tersebut.
26
KODE ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA
BAB I
MUKADIMAH
Bahwa lembaga perumahsakitan telah tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari
sejarah peradaban umat manusia, yang bersumber pada kemurnian rasa kasih sayang,
kesadaran sosial dan naluri untuk saling tolong menolong diantara sesama,serta semangat
keagamaan yang tinggi dalam kehidupan umat manusia.
Bahwa sejalan dengan perkembangan peradaban umat manusia, serta perkembangan
tatanan sosio-budaya masyarakat, dan sejalan pula dengan kemajuan ilmu dan teknologi
khususnya dalam bidang kedokteran dan kesehatan, Rumah Sakit telah berkembang menjadi
suatu lembaga berupa suatu “unit sosio ekonomi” yang majemuk.
Bahwa perumahsakitan di Indonesia, sesuai dengan perjalanan sejarahnya telah
memiliki jati diri yang khas, ialah dengan mengakarnya azas perumahsakitan Indonesia kepada
azas Pancasila dan Undang-undang dasar 1945, sebagai falsafah bangsa dan negara Republik
Indonesia.
Bahwa dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan diperlukan upaya
mempertahankan kemurnian nilai-nilai dasar perumahsakitan Indonesia.
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa serta didorong oleh keinginan luhur demi
tercapainya :
a. Masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, merata material dan spiritual
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
b. Pembangunan manusia dan masyarakat Indonesia seutuhnya dan
c. Tingkat kesehatan yang optimal bagi setiap insan Indonesia sebagai hamba Tuhan.
Maka Rumah Sakit di Indonesia yang tergabung dalam Perhimpunan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia (PERSI), bersama ini menyampaikan “KODE ETIK RUMAH SAKIT” yang
merupakan pedoman bagi setiap tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya di Rumah
Sakit.
Rumah Sakit sebagai suatu rangkuman nilai-nilai dan norma-norma yang dapat dipakai
sebagai pedoman operasional sangat dibutuhkan, mengingat Rumah Sakit dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran sudah menjadi suatu unit sosio-
ekomoni yang majemuk. Hal tersebut lebih terasa lagi mengingat di dalam Rumah Sakit
terdapat tenaga kerja dari aneka disiplin keilmuan yang mempunyai etika profesi masing-
masing sehingga “Semangat Kebersaman” sangat dibutuhkan agar Rumah Sakit dapat
berfungsi dengan baik.
27
BAB II
KEWAJIBAN UMUM RUMAH SAKIT
Pasal 1
Rumah Sakit harus mentaati Kode Etik Rumah Sakit Indonesia.
Pasal 2
Rumah Sakit sebagai suatu institusi harus dapat mengawasi serta bertanggung jawab terhadap
semua kejadian di Rumah Sakit (Corporate Liability).
Pasal 3
Rumah Sakit harus memberikan pelayanan yang baik (duty of care) Rumah Sakit wajib
memberikan pertolongan emergency tanpa mengharuskan pembayaran uang muka lebih dulu.
Pasal 4
Rumah Sakit harus memelihara Rekam Medis dengan baik.
Pasal 5
Rumah Sakit harus memelihara peralatan dengan baik dan agar selalu dalam keadaan siap pakai.
Pasal 6
Rumah Sakit harus merujuk ke Rumah Sakit lain, jika tidak tersediannya peralatan atau tenaga
yang dibutuhkan pasien.
BAB III
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT TERHADAP PASIEN
Pasal 7
Rumah Sakit harus mengindahkan hak-hak asasi pasien.
Pasal 8
Rumah Sakit harus memberika penjelasan apa yang hendak dilakukan.
Pasal 9
Rumah Sakit harus meminta persetujuan pasien (Informed Consent) sebelum melakuka suatu
tindakan medik.
Pasal 10
Rumah Sakit harus mengindahkan hak pribadi
(Privacy)pasien.
Pasal 11
Rumah Sakit harus menjaga Rahasia pasien.
BAB IV
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT TERHADAP STAF
Pasal 12
Rumah Sakit harus mengadakan seleksi tenaga
staf.
28
Pasal 13
Dokter rumah sakit harus mengadakan koordinasi serta hubungan yang baik antara seluruh tenaga
Rumah Sakit.
Pasal 14
Rumah Sakit harus mengawasi agar segala sesuatu dilakukan berdasarkan standar profesi yang
berlaku.
Pasal 15
Rumah Sakit harus berlaku adil tanpa pilih kasih.
BAB V
KEWAJIBAN TENAGA KERJA
Pasal 16
Menjunjung tinggi menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.
Pasal 17
Melakukan profesinya menurut ukuran yang tinggi.
Pasal 18
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
pertimbangan keuntungan pribadi.
Pasal 19
Tidaklah etik seorang dokter : Melakukan perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.
Pasal 20
Melaksanakan secara sendiri atau bersama-sama penerapan pengetahuan dan ketrampilan
kedokteran dalam segala bentuk tanpa kebebasan profesi.
Pasal 21
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan mahluk insani baik jasmani
maupun rohani hanya dilakukan untuk kepentingan penderita.
Pasal 22
Berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan
baru yang belum diuji kebenarannya.
Pasal 23
Seorang dokter hendaknya memberi keterangan atau pendapat yang dapatdibuktikan
kebenarannya.
29
Pasal 24
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus mengutamakan kepentingan masyarakat
dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang paripurna, serta berusaha
menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.
Pasal 25
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi hidup insani.
Pasal 26
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya
untuk kepentingan penderita. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan maka ia wajib melakukan konsultasi kepada dokter yang lebih senior atau kepada
dokter lain yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
Pasal 27
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada penderita agar senatiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehat dalam beribadah dan atau dalam masalah
lainnya.
Pasal 28
Setiap dokter yang bertugas di rawat darurat wajib melakukan pertolongan darurat dengan
mendahulukan keselamatan penderita daripada pertimbangan-pertimbangan lain.
Pasal 29
Setiap dokter hendaklah senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tetap
setia kepada cita-citanya yang luhur.
Pasal 30
Setiap dokter wajib menyimpan semua rahasia kedokteran yang diketahuinya termasuk data
hasil pemeriksaan laboratorium data dalam rekam medik secara keseluruhan.
Pasal 31
Dalam memeriksa pasien seorang wanita, disamping menerapkan tata sopan santun secara
umum, pemeriksaan di dalam kamar periksa sebaiknya dokter di dampingi seorang perawat
wanita.
Pasal 32
Terhadap jenasah, baik untuk kepentingan pendidikan mahasiswa kedokteran maupun untuk
kepentingan visum et repertum setiap dokter, mahasiswa kedokteran dan semua tenaga
kesehatan lainnya haruslah bersikap hormat layaknya menghadapi orang yang masih hidup.
30
BAB VI
TATA CARA PENANGANAN PELANGGARAN ETIK
Pasal 33
31
BAB VII
LAIN-LAIN
Rumah Sakit harus selalu berusaha meningkatkan mutu pelayanan. Rumah Sakit harus
mengikuti perkembangan dunia perumahsakitan. Rumah Sakit harus memelihara hubungan
yang baik antar Rumah Sakit dan menghindarkan persaingan yag tidak sehat.
Rumah Sakit harus menggalang kerja sama yang baik dengan instansi atau badan lain yang
bergerak di bidang kesehatan.
Rumah Sakit harus berusaha membantu untuk mengadakan penelitian demi perkembangan
ilmu pengetahuan kedokteran. Rumah Sakit dalam melakukan pemasaran harus bersifat
informative dan berdasarkan Kode Etik Rumah Sakit.
32
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
MUKADIMAH
Sejak permulaan sejarah yang tersurat mengenai umat manusia hubungan kepercayaan
antara dua insan yaitu sang pengobat dan penderita. Dalam zaman modern hubungan itu di
sebut hubungan (transaksi) terapetik antara dokter dan penderita yang dilakukan dalam
suasana saling percaya mempercayai (Konfidensial) serta senantiasa diliputi oleh segala
emosi, harapan kekhawatiran makhluk insani.
Imhotep dari Mesir, Hippocrates dari Yunani, Galenus dari Roma merupakan beberapa
ahli pelopor kedokteran kuno yang telah meletakan sendi-sendi permulaan untuk terbina suatu
tradisi kedokteran yang mulia. Beserta semua tokoh dan organisasi kedokteran yang tampil ke
forum internasional kemudian mereka bermaksud mendasarkan tradisi dan disiplin kedokteran
tersebut atas suatu etik profesional. Etik tersebut sepanjang masa mengutamakan penderita
yang berobat demi keselamatan dan kepentingannya.
Etik kedokteran sudah sewajarnya dilandaskan atas norma-norma etik yang mengatur
hubungan manusia umumnya, dan dimiliki azas-azasnya dalam falsafah masyarakat yang
diterima dan dikembangkan terus. Di Indonesia azas-azas itu adalah Pancasila sebagai
landasan strukturik.
Dengan maksud untuk lebih nyata mewujudkan kesungguhan dan keluhuran ilmu
kedokteran, kami pada dokter Indonesia, baik yang bergabung secara profesional dalam Ikatan
Dokter Indonesia, maupun secara fungsional terikat dalam organisasi di bidang pelayanan,
pendidikan dan penelitian kesehatan dan kedokteran, dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa
telah merumuskan Kode Etik Kedokteran Indonesia yang diuraikan dalam pasal -pasal sebagai
berikut
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap dokter harus menjunnjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran yang tinggi.
33
Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
pertimbangan keuntungan pribadi.
Pasal 4
Perbuatan berikut dipandang bertentangan dengan etik :
a. Setiap perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.
b. Secara sendiri atau bersama-sama menerapkan pengetahuan dan ketrampilan
kedokteran dalam segala bentuk tanpa kebebasan profesi.
c. Menerima imbalan selain dari pada yang layak sesuai dengan asanya kecuali dengan
keiklasan, pengetahuan dan atau kehendak penderita.
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat yang mungkin melemahkan daya tahan makhluk insan baik jasmani
maupun rohani hanya diberikan untuk kepentingan penderita.
Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap
penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya.
Pasal 7
Setiap dokter hanya diberikan keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya
Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaanya seorang dokter harus mengutamakan, mendahulukan
kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang
menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan dehabilitatif), serta berusaha menjadi pendidik dan
pengabdi masyarakat yang sebenarnya.
Pasal 9
Setiap dokter dalam kerjasama dengan para pejabat dibidang kesehatan dan bidang lainnya serta
masyarakat harus memelihara saling pengertian sebaik-baiknya.
34
maka ia wajib merujuk penderita kepada dokter lain yang mempunyai keahlian dalam bidang
penyakit tersebut.
Pasal 12
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada penderita agar senatiasa dapat berhubungan
dengan keluarga dan penasehatnya dalam masalah lainnya.
Pasal 13
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui yang diketahui tentang seorang
penderita bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.
Pasal 14
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas peri kemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia dan mampu memberikannya.
PENUTUP
Pasal 19
Setiap dokter harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan dalam
pekerjaan sehari-hari Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEK) hasil musyawarah Kerja
Nasional Kedokteran II demi untuk mengabdi kepada masyarakat Bangsa dan Negara.
35
KODE ETIK KEPERAWATAN
36
a. Senantiasa memelihara hubungan baik antara dan dengan tenaga kesehatan lainya
dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai
tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
b. Senantiasa menyebarluaskan pengetahuan ketrampilan dan pengalamannya kepada
sesama perawat serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi lainnya
dalam meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.
4. Tanggung jawab terhadap sesama perawat dan tenaga kerja kesehatan lain.
a. Selalu berusaha meningkatkan kemampuan profesionalnya baik secara perorangan
maupun secara bersama-sama dengan jalan manambah ilmu, ketrampilan dan
pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.
b. Senantiasa menjunjung tinggi nama baik dan tanggung jawab terhadap pemerintah
bangsa dan tanah air.
c. Berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur jenis kelamin.
d. Harus senantiasa mengutamakan perlindungan keselamatan pasien/ klien dalam
melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam maempertimbangkan
kemampuan baik dalam menerima, maupun dalam mengalihkan tugas dan tanggung
jawab yang ada hubungannya dengan keperawatan.
5. Tanggung jawab terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air serta agama.
a. Dalam melaksanakan tugasnya harus senantiasa taat dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
b. Harus senantiasa melaksanakan kebijakan yang digariskan oleh pemerintah dalam
rangka meningkatkan pelayanan kesehatan dan perawatan kepada masyarakat.
c. Harus senantiasa berperan serta aktif dengan mengembangkan pikiran kepada
pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan perawatan kepada
masyarakat.
37
KODE ETIK APOTEKER INDONESIA
38
KODE ETIK BIDAN INDONESIA
BAB I
MUKADIMAH II
Dengan rahamt Tuhan Yang Maha Esa dan didorong oleh keinginan yang luhur demi
tercapainya :
a. Masyarakat yang adil dan makmur bedasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
b. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
c. Tingkat kesehatan yang optimal bagi setiap warga Negara Indonesia.
Maka ikatan Bidan Indonesia sebagai organisasi profesi kesehatan yang menjadi wadah
persatuan dan kesatuan para bidan di Indonesia menciptakan Kode Etik Indonesia yang
disusun atas dasar penekanan keselamataan klien di atas kepentingan lainnya.
Terwujudnya kode etik ini merupakan bentuk kesadaran dan kesungguhan hati dari
setiap bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan sebagai anggota
tim kesehatan demi tercapainya cita-cita pembangunan nasional di bidang kesehatan pada
umumnya, KIA, KB dan Kesehatan Keluarga pada khususnya.
Sesuai dengan wewenang dan peraturan kebijaksanaan yang berlaku bagi bidan, kode
etik ini merupakan pedoman dalam tata cara dan keselarasan dalam pelaksanaan palayanan
profesional.
39
BAB II
KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN DAN MASYARAKAT
A. Setiap bidan senatiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah jabatan
dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
B. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
C. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
D. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasan mendahulukan kepentingan klien,
menghormati hak dan klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
E. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien,
keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimiliki.
F. Setiap bidan senatiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan
tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk menungkatkan derajat
kesehatannya secara optimal.
BAB III
KEWAJIBAN TERHADAP TUGASNYA
A. Setiap bidan sentiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemapuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan
klien, keluarga dan masyarakat.
B. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenagan dalam
mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan
atau rujukan.
C. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan atau dipercayakan
kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan
kepentingan kita.
40
BAB IV
KEWAJIBAN BIDAN TERHAPAP SEJAWAT
DAN TENAGA KESEHATAN LAINNYA
A. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan
suasana kerja yang serasi.
B. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling mengobati baik terhadap sejawat
maupun tenaga kesehatan lainnya.
BAB V
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PROFESINYA
A. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi memberikan pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat.
B. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan
profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
C. Setiap bidan senatiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya
yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesianya.
BAB VI
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP DIRI SENDIRI
A. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya
dengan baik.
B. Setiap bidan seyogyanya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
41
BAB VII
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PEMERINTAH
NUSA BANGSA DAN TANAH AIR
BAB VIII
PENUTUP
42
POKOK-POKOK ETIKA PELAYANAN ANASTHESIA
PERAWATAN INTENSIF DAN EUTANASIA
2. Penatalaksanaan anesthesia
a. Pemberitahuan anesthesia menjadi tanggung jawab dokter spesialis anesthesia.
b. Pasien yang diberikan anesthesia (dokter peserta program studi anestesiologi)
menjadi tanggung jawab Spesialis Anestesi yang bertugas.
c. Spesialis Anestesi yang bertanggung jawab harus berada dalam satu atap di
lingkungan Rumah Sakit dapat segera hadir jika diperlukan.
d. Setiap spesialis Anestesi yang bertugas pada saat yang bersamaan, hanya
bertanggung jawab maksimum pada tiga pasien yang dianestesi.
e. Pematauan pasien dilakukan sesuai standar pemantauan intra operatif
43
Untuk pelaksanaan anesthesia, dokter spesialis anestesi dapat dibantu oleh tenaga
paramedik. Tenaga bantuan tersebut harus dikualifikasikan dan diperlukan selama
persiapan, induksi, selama pemberian anesthesia dan pengakhiran anesthesia.
E. STANDAR II
Selama pemberian anesthesia/ analgesia, oksigenasi, sirkulasi darah dan suhu tubuh
pasien dilakukan monitor secara terus menerus. Oksigenasi adalah memastikan bahwa
kadar oksigen di dalam gas inspirasi dan di dalam darah adekuat selama pemberian
anesthesia/ analgesia. Ventilasi di sini bahwa selama anesthesia/ analgesia, ventilasi
pasien adekuat. Sirkulasi (darah bertujuan untuk memastikan bahwa selama pemberian
anesthesia, sirkulasi darah cukup baik guna memberikan perfusi darah ataupun jaringan-
jaringan vital dan perifer. Suhu tubuh juga harus dipertahankan seama anesthesia/
analgesia.
Cara kerja dan hubungan dokter ahli anestesiologi dan dokter ahli lain di dalam merawat
pasien ICU diatur berdasarkan kesepakatan bersama.
G. EUTANASIA
Kita kenal dua jenis Eutanasia, yaitu Eutanasia aktif dan pasif. Eutanasia aktif :
mempercepat kematian pasien melalui tindakan medis yang direncanakan, merupakan
tindakan yang melanggar hukum KUHP pasal 344, 345 dan 304. Eutanasia pasif :
penghentian segala pengobatan dan upaya yang tidak berguna lagi pada penderita dalam
keadaan saat berat (terminal) demi kepentingan pasien itu sendiri baik atas permintaan
pasien atau keluarga terdekat.
Eutanasia pasif dapat dikerjakan dengan fatwa IDI dengan memakai Triase Gawat
Darurat yang dikeluarkan IDI. Seorang dinyatakan mati, jika : Fungsi spontan pernafasan
dan jantung berhenti secara pasti atau irreversible sebagai bukti telah terjadi kematian
batang otak. Upaya resusitasi darurat dapat diakhiri jika diketahui kemudian bahwa
pasien telah berada
45
pada stadium tertentu dan penyakit yang tidak yakin dapat disembuhkan lagi, atau hampir
dapat dipastikan pasien tidak memperoleh kembali fungsi serebralnya.
1. Terdapat tanda-tanda klinis mati otak :
a. Terdapat tanda-tanda mati jantung selama 30 menit (garis datar pada EKG).
b. Penolong terlalu lelah sehingga tidak dapat melanjutkan upaya resusitasi.
46
5) Pengakhiran semua bantuan hidup untuk pasien dengan penghentian fungsi
batang otak yang irreversible, kecuali ada perencanaan donasi organ tertentu.
Keputusan mengentikan tindakan luar biasa untuk bantuan hidup adalah merupakan
keputusan medis. Hal ini harus dibuat oleh dokter-dokter yang berpengalaman setelah
mengadakan konsultasi dengan dokter ahli anesthesiology, neurology dan juga
mempertimbangkan keinginan pasien atau keluarganya.
Bila keputusan yang diambil adalah membiarkan pasien meninggal secara wajar, maka
mesin ventilator dimatikan, dan diupayakan agar pasien bernafas secara spontan jika upaya
ini gagal, tetapi ventilator tidak diberikan lagi dan pasien di biarkan meninggal secara
alamiah. Akan tetapi jika pasien bernafas spontan kembali, maka terapi ventilator
dilanjutkan sampai ada indikasi untuk melepasnya.
47
POKOK – POKOK ETIKA
YANG BERHUBUNGAN DENGAN DATA PASIEN (REKAM MEDIK)
I. PENDAHULUAN
Rekam medis rawat jalan dan rawat inap merupakan suatu dokumen atau alat
informasi dan komunikasi seorang pasien, baik terhadap dokter yang merawatnya, pegawai
administrasi Rumah Sakit, maupun terhadap keluarga pasien sendiri. Setiap dokter yang
memberikan pelayanan rawat jalan atau rawat inap, wajib membuat rekam medis dan
harus dibuat segera setelah penderita mendapat pelayanan/ tindakan. Dokter yang
memberi pelayanan/ tindakan bertanggung jawab penuh atas kebenaran rekam medis yang
dibuatnya. Rekam Medis harus dibubuhi nama dan tanda tanganyang jelas oleh pemberi
pelayanan/ tindakan.
48
c. Bahan untuk keperluan penelitian dan pendidikan (tanpa menyebutkan identitas
penderita).
5. Penyerahan Rekam Medis
Rekam Medis harus sudah ada diserahkan ke Bagian Penyimpanan Rekam Medis
paling lambat 3 (tiga) hari setelah penderita dipulangkan.
49
1. Ukuran rekam medis disesuaikan dengan keadaan setempat
2. Tersedia tempat penyimpanan dan terjsmin kerahasiaannya
3. Rekam medis tidak diijinkan dibaw keluar ruangan tempat penyimpanan rekam
medis tanpa seijin pimpinan Rumah Sakit.
4. Rekam medis hanya boleh dipinjamkan kepada dokter yang mengadakan
penelitian dengan seijin pimpinan Rumah Sakit. Dokter yang meminjam rekam
medis bertanggung jawab atas kerahasiaan, kelengkapan dan keutuhan rekam
medis yang dipinjamnya.
D. Penelusuran informasi
1. Tulisan harus jelas dan mudah dibaca
2. Dihindarkan singkatan yang tidak lazim
E. Indeks penyakit
1. Penetapan diagnosis berdasarkan International Code of Disease/ WHO (ICD)
atau Depkes RI tahun terbaru.
2. Untuk penyakit kronik yang memerlukan kontrol, perlu dibuat cara pengenalan
khusus agar rekam medis tersebut mudah dan cepat dapat ditelusuri kembali.
II. ETIKA DAN PERILAKU PETUGAS RUMAH SAKIT DALAM PENGISIAN REKAM MEDIS
A. Etika dan perilaku Dokter
Sesuai dengan keahliannya, dokter merupakan petugas Rumah Sakit yang bertugas
dan bertanggung jawab dalam pengisian data pasien / rekam medis, baik pasien yang
sedang dirawatnya maupun yang dikonsultasikan kepadanya. Dalam pengisian rekam
medis ini dokter harus benar-benar bekerja dengan berpegang teguh pada ilmu yang
didapatnya, disamping harus berpegangan pada sumpah jabatan sebagai seorang
dokter.
50
C. Etika dan Perilaku tenaga administrasi Pasien
Tenaga administrasi pasien Rumah Sakit adalah petugas yang bertanggungjawab
dalam pengisian data non medis, sejak pasien masuk Rumah Sakit sampai pasien
meninggalkan Rumah Sakit.
Data yang dibuat oleh petugas administrasi Rumah Sakit, erat kaitannya dengan data
individual pasien, sehingga pengisian catatan, terutama dalam hal pencantuman biaya
akan sangat mempengaruhi kepentigan paien itu sendiri. Oleh karena itu, selain
diperlukan etika khusus mengenai hal-hal itu, perlu diciptakan suatu mekanisme
komunikasi tarif layanan Rumah Sakit, yang dikomunikasikan secara terbuka, baik
kepada seluruh petugas Rumah Sakit maupun kepada masyarakat.
51