id
BAB IV
Dalam bab ini dibahas tentang hasil penelitian dan pembahasan. Sebagaimana telah
disebutkan pada bab sebelumnya bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan model
penerjemahan dialek dari dialek African American English (AAE) ke dalam dubbing dialek
Suroboyoan maka pada hasil penelitian ini terdiri dari dua kali penelitian. Penelitian pendahuluan
bertujuan untuk menemukan teknik, metode, dan ideologi penerjemahan dialek AAE menjadi
dialek Suroboyoan dalam dubbing dan dampaknya terhadap kualitas penerjemahan. Adapun data
diambil dari dialog film seri Walker Texas Ranger dan versi dubbing dari film tersebut.
Sajian dalam hasil penelitian ini diawali dengan analisis bentuk tuturan yang merupakan
dialek AAE ditinjau dari tindak tuturnya, kemudian penggunaan teknik, metode, dan ideologi
penerjemahan serta dampaknya terhadap kualitas penerjemahan.
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan 790 tuturan yang tergolong dalam tuturan
dialek AAE dalam 9 film seri Walker Texas Ranger (BSu) yang sudah diverifikasi dan
divalidasi oleh tiga pakar melalui Focus Group Discussion (FGD).
Dari tabel 4.1 diatas bisa disimpulkan sebagian besar tuturan dialek AAE dalam film
seri Walker Texas Ranger adalah tuturan dialek dalam klasifikasi penanda leksikal.
87
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4.1.1.1. Tuturan Dialek AAE kategori Penanda leksikal dalam Teks BSu
Dalam sebuah kesatuan bahasa, unsur leksikal atau kosakata tidak akan memiliki
makna tanpa kehadiran penanda leksikal. Oleh sebab itu dalam pengkategorisasian dialek
AAE kita perlu memahami kosakata dengan penanda leksikal dalam dialek AAE. Penanda
leksikal dalam dialek AAE mempunyai perbedaan yang cukup signifikan dengan bahasa
Inggris standar. Berikut adalah temuan penelitian yang menunjukkan penggunaan dialek
AAE dilihat berdasarkan penanda leksikal dalam dialog film seri Walker Texas Ranger.
Negasi ganda 52
Grafik 4.2. Sebaran tuturan dialek AAE kategori Penanda leksikal dalam BSu
Bentuk negasi (pengungkapan kalimat negatif) dalam tuturan dialek AAE yang
paling dominan dan lazim adalah penggunaan ain’t. Sebagai penanda negasi, ain’t
mempunyai arti ‘tidak’ dalam bahasa Indonesia. Penanda negasi ini sering digunakan
untuk menyingkat auxiliary for adjective (kata bantu untuk kata sifat) dalam bentuk
negatif seperti; is not, am not, are not, was not, dan were not. Selain itu juga digunakan
untuk menyingkat auxiliary for verbs (kata bantu untuk kata kerja) dalam bentuk negative
seperti; do not, does not, did not, has not, have not, dan had not.
88
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 154 tuturan yang menggunakan penanda
negasi ain’t. Dialog film Walker Texas Ranger yang merupakan tuturan dialek AAE yang
menggunakan bentuk negasi ain’t dapat dilihat dalam contoh berikut:
Data 434
BSu : I ain't know if you know anything or not
Dalam dua contoh diatas, ain’t digunakan untuk menyingkat kata bantu bentuk
negative do not. Penggunaan ain’t dalam kalimat-kalimat tersebut menunjukkan bahwa
tuturan tersebut terjadi dalam situasi yang tidak formal. Pada contoh data 434, tuturan
mengandung penanda negasi ain’t diucapkan oleh seorang polisi bernama Cordel pada
temannya, Trivete. Cordel ingin memastikan apakah temannya mempunyai petunjuk
tentang penculikan putri walikota. Mengingat identitas pelaku tutur yang bukan berasal
dari komunitas kulit hitam, maka peneliti menyimpulkan bahwa tuturan yang
mengandung penanda leksikal dialek AAE tersebut digunakan oleh pelaku tutur untuk
menunjukkan kedekatan pelaku dengan mitra tutur dalam pembicaraan non formal. Hal
ini selaras dengan pendapat Green (2002) yang menyatakan bahwa dialek AAE adalah
ragam bahasa kolokial yang sering digunakan dalam pembicaraan non formal untuk
menunjukkan kedekatan antar pelaku tutur.
Penanda negasi ain’t juga bisa digunakan untuk sebagai pengganti bentuk negative
verba be dalam kalimat non formal. Berikut adalah contoh penggunaannya:
Data 469
BSu : Texas Ranger ain’t fat but they’re muscle
Tuturan mengandung penanda negasi ain’t diatas diucapkan oleh seorang senator
pada walikota. Konteks yang terdapat dalam tuturan tersebut adalah pembicaraan non
formal yang terjadi antar teman. Meskipun kedua pelaku tutur merupakan seseorang
dengan status sosial yang tinggi, tapi mereka merupakan teman dekat sehingga ragam
bahasa yang digunakan adalah ragam bahasa yang cenderung kolokial dan tidak baku.
Hal ini selaras dengan pendapat Green (2002) yang menyatakan bahwa dialek AAE
adalah ragam bahasa kolokial yang sering digunakan dalam pembicaraan non formal
untuk menunjukkan kedekatan antar pelaku tutur.
89
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Negasi Ganda
Selain penggunaan ain’t sebagai penanda negasi dalam dialek AAE, dalam
penelitian ini juga ditemukan sebanyak 52 tuturan yang menggunakan double negative
(negasi ganda). Dialog film Walker Texas Ranger yang menggunakan struktur double
negative dapat dilihat dalam contoh berikut.
Data 630
BSu : Look pal.. I don’t have no money anymore
Ujaran diatas teridentifikasi mengandung dialek AAE dengan kategori slang dan
penanda leksikal double negation. Penggunaan don’t dan no sebagai ciri spesifik dari
dialek AAE yang tidak ditemukan dalam struktur kalimat bahasa Inggris standar. Dillihat
dari konteks ujarannya, pelaku tutur menggunakan konstruksi kalimat tersebut untuk
memberikan penekanan pada ujarannya bahwa dia benar-benar sedang tidak mempunyai
uang. Karakter Herald mengucapkan kalimat tersebut untuk menjawab Freddy Krueger
yang bermaksud untuk membayar taruhan judi diantara keduanya. Dengan fakta bahwa
ujaran tersebut dilontarkan oleh karakter berkulit hitam, penggunaan dialek AAE diatas
selain untuk memberi penekanan pada tuturan pelaku tutur juga ingin menunjukkan
identitas sebagai penutur asli dialek tersebut.
Data 132
BSu : Hey listen to me.. I ain’t part of no plot
Dalam data 132 diatas karakter polisi Trivette berusaha menyakinkan temannya,
Cordell, bahwa dia tidak mempunyai niat buruk terhadap temannya tersebut. Penggunaan
konstruksi kalimat dengan double negation tersebut berfungsi untuk memberi penekanan
pada bentuk tuturan dari pelaku tutur. Pelaku tutur memberikan penekanan pada kalimat
ujarannya untuk menyakinkan mitra tuturnya yang sudah menuduhnya melakukan
penghianatan. Bentuk penekanan tersebut meskipun dianggap merupakan struktur kalimat
yang salah, tapi sangat efektif dalam menyampaikan maksud yang ingin disampaikan oleh
pelaku tutur.
Data 753
BSu : I ain't see nothing
90
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penekanan maksud dari pelaku tutur juga terlihat dalam contoh data 753 diatas.
Ujaran yang disampaikan oleh Larry, seorang pengedar narkoba, untuk menjawab
pertanyaan sheriff Cordell. Formasi kalimat dengan double negasi tersebut selain sebagai
penekanan bentuk tuturan juga berfungsi menunjukkan identitas pelaku tutur sebagai
penjahat jalanan. Hal ini selaras dengan pendapat Wolfram (2004) bahwa dialek AAE
adalah ragam bahasa sosial yang sering digunakan oleh komunitas sosial kelas bawah.
3. Construction of words
Beberapa dialek AAE kategori construction of words yang ditemukan dalam 9 seri
film Walker Texas Ranger antara lain kinda, dunno, gotta, gonna, lotto dan wanna.
Berikut adalah contoh penggunaan istilah-istilah tersebut yang peneliti temukan dalam
dialog film Walker Texas Ranger:
Data 8
SL : It's kinda creepy, buddy
Istilah ‘kinda’ adalah bahasa Inggris tidak standar yang biasa digunakan dalam
pembicaraan non-formal untuk merujuk ‘kind of’. Dalam penelitian ini ditemukan
sebanyak 22 ujaran yang menggunakan istilah ini. Dalam konteks tuturan data 8 penutur
(Cordell) menggunakan istilah ‘kinda’ untuk mengungkapkan ketakutannya terhadap
situasi mistis yang sedang dihadapi saat sedang menyelidiki kasus pembunuhan bersama
temannya, Walker.
Data 217
SL : Kinda hard to testify if you're dead
Konstruksi kata bahasa Inggris non-standar yang lain adalah gonna. Kata ini
merupakan singkatan dari going to yang mempunyai arti ‘akan’. Istilah gonna merupakan
yang paling sering digunakan dalam dialog film, lirik lagu dan percakapan informal.
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan 35 dialog yang menggunakan kata ini.
Data 166
SL : Now, I'm gonna ask you again, asshole!
Penggalan dialog diatas diucapkan oleh seorang bandar narkoba bernama LaRue
pada anak buahnya, Jimmy. LaRue menggunakan kalimat non-standar tersebut untuk
91
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Data 244
SL : He's not gonna do anything with all of you here
Penggalan dialog diatas disampaikan oleh Leann, seorang jaksa wilayah pada
seorang polisi yang berjaga di kantornya.
Konstruksi kata bahasa Inggris non-standar yang lain adalah wanna. Kata ini
merupakan singkatan dari want to yang mempunyai arti ‘ingin’. Fungsi dan struktur
konstruksi kata ini akan tetap sama dalam berbagai tuturan. Istilah wanna cukup sering
digunakan dalam dialog film, lirik lagu dan percakapan informal. Dalam penelitian ini,
peneliti menemukan 32 dialog yang menggunakan kata ini.
Data 450
SL : You wanna know the truth?
Data 450 merupakan penggalan dialog film yang diucapkan oleh karakter Trivette
pada temannya, C.D. Ujaran tersebut mengandung konstruksi kata wanna dan pelesapan
kopula do untuk kalimat kata ganti persona you sebagai penanda dialek AAE. Konteks
yang terdapat dalam tuturan tersebut adalah percakapan santai antar teman. Hal ini selaras
dengan yang disampaikan oleh Green (2002: 56) bahwa struktur Bahasa non-standar
(dialek AAE) sering digunakan oleh komunitas diluar pengguna asli dialek tersebut dalam
percakapan santai untuk menyatakan kedekatan antar pelaku tutur.
Dalam penelitian ini juga ditemukan konstruksi kata non-standar gotta. Sebanyak
21 dialog dari 9 seri Walker Texas Ranger menggunakan konstruksi kata gotta. Kata ini
92
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
merupakan singkatan dari got to yang biasanya digunakan untuk menyatakan suatu
keharusan yang cukup mendesak.
Data 103
SL : Gotta be some loophole, Walker
Data 297
BSu : Yeah.. yeah, y’all right?
Tuturan diatas diungkapkan oleh seorang polisi bernama Cordel pada teman-
teman polisi. Konteks yang terdapat dalam tuturan tersebut adalah Cordel merasa
dijadikan bulan-bulanan perundungan atau bahan candaan teman-temannya yang
mengatakan bahwa dia takut mendekati seorang perempuan. Pelaku tutur merasa tidak
bisa berdebat dengan teman-temannya sehingga memilih sepakat dengan anggapan lawan
tuturnya, meskipun dia tidak setuju. Ungkapan tersebut diucapkan dalam suasana santai
dan dalam konteks bercanda. Hal ini selaras dengan yang disampaikan oleh Green (2002)
bahwa dialek AAE sering digunakan dalam konteks pembicaraan santai dalam komunitas
pertemanan untuk menyatakan keakraban antar pelaku tutur.
Selain ungkapan-ungkapan Bahasa Inggris non-standar yang terkategorisasi dalam
fitur linguistik dialek AAE, peneliti dalam penelitian ini juga menemukan beberapa
penggunaan monosilabik seperti yeah, nope, neeh, yups, and Jeez.
4.1.1.2. Tuturan Dialek AAE kategori Perangkat Sintaksis dalam Teks BSu
Ditinjau dari perangkat sintaksis bahasa, dialek AAE dan bahasa Inggris standar
mempunyai perbedaan yang cukup signifikan. Berikut adalah temuan penelitian yang
menunjukkan penggunaan dialek AAE dilihat berdasarkan perangkat sintaksis dalam
dialog film seri Walker Texas Ranger.
93
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pelesapan kopula be 55
Grafik 4.3. Sebaran tuturan dialek AAE kategori Perangkat Sintaksis dalam BSu
1. Kalimat tanya
Struktur kalimat tanya dalam dialek AAE mempunyai perbedaan yang cukup
signifikan dengan bahasa Inggris standar. Dalam struktur bahasa Inggris standar, verb
agreement sangat penting diperhatikan. Pelesapan kata bantu dan penyesuaian kata kerja
dengan subjek menjadi hal yang membedakan dengan bahasa Inggris standar.
Dalam penelitian ini ditemukan 166 dialog yang menggunakan struktur kalimat
tanya dialek AAE. Berikut adalah beberapa contoh tuturan (dialog film) yang
menggunakan struktur kalimat tanya dialek AAE yang peneliti temukan dalam dialog
film Walker Texas Ranger:
Data 218
BSu : The sniper makes a statement?
Dalam data 218 diatas, tokoh polisi Walker bertanya pada rekan polisinya Cordell
setelah sesi interogasi dengan saksi. Kalimat tanya tersebut teridentifikasi sebagai struktur
kalimat bahasa Inggris non-standar yang mengandung dialek AAE karena menghilangkan
kata bantu does dalam tuturannya. Dalam versi standar, kalimat tanya tersebut seharusnya
‘Does the sniper make a statement?’. Pelesapan kata bantu does memberi kesan santai dan
tidak formal dalam tuturannya. Apalagi ujaran tersebut diungkapkan oleh Walker yang
bukan merupakan penutur dialek AAE asli. Walker dan Cordell dalam film tersebut
94
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
merupakan polisi berkulit putih yang memang mempunyai kedekatan seperti saudara. Dari
fakta tersebut bisa disimpulkan bahwa penggunaan dialek AAE tersebut bukan bertujuan
untuk menunjukkan identitas penuturnya, akan tetapi lebih kepada fungsi sosial untuk
menunjukkan kedekatan hubungan. Konteks hubungan ini juga terlihat dalam data …
berikut.
Data 497
BSu : You sure they coming this way?
Ujaran yang diutarakan oleh Cordell pada Walker tersebut juga mengandung
dialek AAE dari unsur struktur kalimat tanya yang menghilangkan kopula be.
Penyimpangan kalimat tersebut terlihat dengan pembicara mengilangkan kopula are
untuk pronoun you dan they dalam kalimat tanya. Dalam kalimat bahasa Inggris standar
kalimat tersebut seharusnya ‘Are you sure they are coming this way?’. Dengan
mempertimbangkan konteks tuturan dan hubungan antar pelaku tutur, ungkapan diatas
digunakan pelaku untuk menunjukkan kedekatan dengan mitra tutur dengan
menggunakan struktur kalimat yang tidak baku dalam ujarannya. Hal ini selaras dengan
yang disampaikan oleh Green (2002) bahwa dialek AAE sering digunakan dalam konteks
pembicaraan santai dalam komunitas pertemanan untuk menyatakan keakraban antar
pelaku tutur.
2. Pelesapan kopula be
Dalam struktur kalimat AAE sering terjadi penyimpangan kopula be dan verba
bantu lainnya. Beberapa linguist sepakat bahwa diantara ciri sintaksis dialek AAE yang
terkait kata kerja, ketiadaan kopula dan/atau auxiliary serta tidak adanya akhiran -s pada
kata kerja dengan subjek tunggal dalam kalimat simple present merupakan penanda paling
penting yang membedakan dialek AAE dengan SAE (Standard American English). Kedua
ciri sintaksis tersebut yang paling signifikan dalam AAE dibanding ciri sintaksis yang
lain. Struktur kalimat dengan penyimpangan seperti ini menjadi penanda yang cukup
menonjol dalam AAE mengingat dalam struktur gramatikal bahasa Inggris standar subject
verb agreement menjadi hal yang sangat krusial untuk diperhatikan (Rickford et al., 1991;
Rickford, 1999; Rickford, 2015; Wolfram and Erik R., 2002). Dalam penelitian ini
95
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ditemukan cukup banyak penyimpangan gramatikal dalam dialog film Walker Texas
Ranger. Penyimpangan tata bahasa ini didasarkan pada struktur gramatikal bahasa Inggris
standar. Penyimpangan tersebut antara lain pelesapan kopula be, pelesapan kata bantu
do/does, penyimpangan kopula be, dan penyimpangan kata bantu do/does.
Dalam penelitian ini ditemukan 56 pelesapan kopula be (is am, are, was dan were)
dan kata bantu do. Contoh penyimpangan tersebut dapat dilihat dalam beberapa contoh
data berikut:
Data 18
BSu : These cowboys not gonna break me
Dalam struktur Bahasa Inggris standar, penggunaan konstruksi kata gonna yang
merupakan kependekan dari going to harusnya disertai dengan kopula be. Pada contoh
data diatas, terjadi pelesapan kopula are untuk subjek jamak cowboys dalam ujaran yang
dilontarkan oleh tokoh LaRue. Pelesapan kopula be ini menjadi penanda dialek AAE
kategori perangkat sintaksis.
Data 39
BSu : This Juanita Ortiz and the pimp, Fontemuro
Penggunaan demonstrative pronoun this dalam contoh data diatas dalam struktur
Bahasa Inggris standar seharusnya diikuti oleh to be is untuk persona tunggal Juanita
Ortiz. Pelesapan kopula is tersebut menjadi penanda sintaksis dialek AAE. Dalam konteks
tuturan diatas, dimana ujaran tersebut diutarakan oleh karakter Ernest, seorang penjahat
jalanan berkulit hitam, maka penggunaan dialek AAE tersebut selain untuk menunjukkan
identitas pelaku tutur juga untuk menunjukkan solidaritas dalam sebuah komunitas
jalanan. Hal ini selaras dengan pendapat yang disampaikan oleh Wolfram (2004) bahwa
dialek AAE adalah ragam bahasa sosial yang sering digunakan oleh komunitas sosial
kelas bawah, termasuk penjahat jalanan.
96
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(dialog film) yang menggunakan struktur kalimat tersebut yang peneliti temukan dalam
dialog film Walker Texas Ranger:
Data 302
BSu : I gonna start by calling Jesse Rodriguez in Mexico City
Data 785
BSu : She don’t like you.. go the fuck out of here!
Dalam contoh data 785 diatas pelaku tutur menggunakan struktur kalimat yang
mengandung penyimpangan kata bantu persona tunggal she yang seharusnya
menggunakan kata bantu does. Bentuk penyimpangan kata bantu yang terdapat dalam
97
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kalimat She don’t like you menjadi penanda sintaksis dialek AAE. Ujaran tersebut
diungkapkan oleh seorang mafia bernama Kay Hill pada musuhnya yaitu Victor
DeMarco untuk melindungi teman perempuannya, Alexandra. Struktur kalimat tidak
standar seperti dalam ujaran data diatas biasa digunakan oleh komunitas tertentu seperti
komunitas penjahat. Hal ini selaras dengan pendapat Baugh (1983, 40-41) bahwa dialek
AAE merupakan alternative style yang sering digunakan dalam percakapan jalanan
dimana hubungan antar pelaku tuturnya dalam komunitas dibentuk berdasarkan style
bahasa yang digunakan yaitu bahasa non baku. Itulah sebabnya struktur kalimat yang
digunakan dalam komunitas penjahat kerap kali mengalami penyimpangan dari struktur
kalimat bahasa Inggris standar.
Data 789
BSu : What’s up, dude.. you looks messy?
98
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Data 787
BSu : I done talked to you! Get the fuck out!
Struktur kalimat dengan perfective done + verb II merupakan ciri sintaksis dialek
AAE untuk menyatakan suatu pekerjaan sudah selesai dikerjakan. Dalam struktur bahasa
Inggris standar kita mengenal pola kalimat perfect tense dengan struktur verba bantu have
+ verb III untuk menyatakan suatu pekerjaan yang sudah selesai dilakukan oleh subjek.
Dalam contoh data diatas, karakter Manny menggunakan ungkapan tersebut untuk
menyatakan maksudnya bahwa dia sudah tidak mau terlibat pembicaraan dengan lawan
bicaranya. Jika dilihat dari latar belakang sosial Manny yang seorang penjahat berkulit
hitam, ujaran tersebut digunakan pelaku tutur selain untuk menunjukkan identitas sebagai
penutur asli dialek AAE, juga untuk menunjukkan kebiasaan gaya bahasa pelaku tutur
dalam menggunakan bahasa non baku.
Merujuk kategorisasi slang berdasarkan Teresa Labov dalam Green (2002: 27),
peneliti kemudian mengidentifikasi tuturan dialek AAE dalam film seri Walker Texas
Ranger. Berikut adalah temuan penelitian yang menunjukkan penggunaan dialek AAE
kategori slang dalam dialog film seri Walker Texas Ranger.
99
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
0 10 20 30 40 50 60 70
Grafik 4.1. Sebaran tuturan dialek AAE kategori Slang dalam BSu
Berikut adalah contoh tuturan dialek AAE kategori slang dalam BSu yang
ditemukan dalam dialog film Walker Texas Ranger.
Dikutip dalam Green (2001) istilah slang AAE untuk menyebut perempuan antara
lain: honey, bopper, wifey, babycake, dime, hotgirl, ma, chick, shorty, babe. Dari ke 9
Seri film Walker Texas Ranger ditemukan sebanyak 56 penggunaan slang untuk
menyebut perempuan dalam dialog film. Beberapa istilah slang AAE untuk menyebut
perempuan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah; honey, babe, babycake, chick
dan wifey. Khusus untuk slang babe dan honey mengalami pergeseran dalam
penggunaannya. Dalam beberapa kasus ujaran, slang honey dan babe kadang juga
digunakan sebagai panggilan sayang untuk merujuk pada laki-laki. Tapi dalam penelitian
ini peneliti hanya menemukan penggunaan kedua istilah tersebut untuk merujuk pada
perempuan. Berikut adalah contoh penggunaan istilah-istilah tersebut yang peneliti
temukan dalam dialog film Walker Texas Ranger:
Data 687
BSu : How you doing, hon?
100
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dari penelitian ini, peneliti menemukan penggunaan istilah ‘honey’ sebagai istilah
slang dialek AAE yang digunakan untuk memanggil gadis atau perempuan. Dikutip
dalam Green (2012) istilah honey merupakan istilah AAE yang termasuk kategori slang
sub kategori penyebutan perempuan. Istilah ‘hon’ dalam data 687 adalah kepanjangan
dari ‘honey’ yang mana sering disematkan pada seorang gadis atau perempuan yang
mempunyai kedekatan dengan pembicara. Istilah ini merupakan tuturan dialek AAE yang
terkategorisasi dalam kelompok slang atau slang yang digunakan untuk menyebut
perempuan. Seiring berjalannya waktu istilah ini tidak hanya diucapkan oleh orang-orang
Afrika atau kulit hitam saja tapi juga sering diucapkan oleh orang kulit putih. Seperti
contoh dalam dialog film Walker Texas Ranger diatas dimana istilah ‘hon’ diucapkan
oleh karakter LaRue, yang merupakan seorang pengedar narkoba berkulit putih, kepada
istinya yang sudah lama tidak bertemu. Dalam konteks ini selain sebagai penanda
kebiasaan pelaku tutur dalam menggunakan bahasa Inggris non-standar, penggunaan
slang tersebut juga bertujuan untuk menciptakan situasi yang nyaman dan santai dengan
mitra tutur.
Selain istilah ‘hon’ dialek bahasa Inggris non-standar juga mengenal slang‘babe’
yang juga digunakan sebagai istilah untuk menyebut perempuan. Pemaknaan istilah ini
juga sama dengan ‘honey’ yaitu untuk merujuk pada gadis atau perempuan yang
mempunyai kedekatan dengan pembicara dan digunakan sebagai babytalk (panggilan
sayang) pada mitra tuturnya. Contoh dari penggunaan istilah ini dapat dilihat dari data
berikut:
Data 35
BSu : Hey, babe.. What’s up?
Slang babe diatas digunakan oleh seorang penjaga keamanan di sebuah kelab
malam bernama Jimmy pada seorang wanita penghibur bernama, Juanita Ortiz.
Hubungan mereka digambarkan cukup dekat. Untuk menunjukkan kepeduliannya pada
mitra tutur, Jimmy menggunakan slang babe tersebut. Selain untuk menciptakan suasana
santai, penggunaan slang tersebut juga bertujuan agar mitra tuturnya merasa lebih
nyaman dan terbuka. Menilik dari latar belakang pelaku tutur sebagai seorang yag
berkecimpung dalam dunia hitam, pengunaan slang AAE seperti dalam tuturan diatas
selain untuk menunjukan kedekatan hubungan antar pelaku tutur, bisa juga menunjukkan
101
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Data 168
BSu : Ain't that right, babycakes?
Istilah ‘babycake’ mempunyai makna yang sama dengan ‘babe’ dan ‘honey’
(Green, 2012). Ketiga istilah tersebut digunakan untuk merujuk pada seorang perempuan.
Dalam data 168 istilah ‘babycake’ diucapkan oleh karakter penjahat bernama Lyle Ekert
pada mantan istrinya. Pelaku tutur mencoba merayu mitra tutur dengan menggunakan
panggilan sayang babycakes. Dalam konteks tersebut, penggunaan dialek AAE selain
sebagai babytalk juga menunjukkan kebiasaan pelaku sebagai seorang penjahat jalanan
dalam menggunakan bahasa Inggris non-standar dalam pembicaraan sehari-hari. Hal ini
selaras dengan yang disampaikan oleh Wolfram (2004) bahwa dialek AAE adalah ragam
bahasa sosial yang sering digunakan oleh komunitas sosial kelas bawah.
Dialek bahasa Inggris non-standar juga mengenal istilah slang ‘wifey’ untuk
menyebut perempuan. Sedikit berbeda dengan penggunaan istilah ‘honey’, ‘babycake’
dan ‘babe’ diatas, dimana ketiganya bisa digunakan untuk merujuk perempuan yang
bukan pasangan atau istri sesorang, slang ‘wifey’ dalam semua konteks ujaran digunakan
untuk merujuk pada istri atau pasangan seseorang. Berikut adalah contoh penggunaan
istilah slang ‘wifey’ dalam dialog film Walker Texas Ranger:
Data 237
BSu : Your wifey know about this?
Dalam contoh data 237 diatas, tokoh Walker yang seorang kepala polisi di
kesatuannya bertanya pada walikota Hughes. Walker bertanya apakah istri Hughes
mengetahui tentang ancaman yang diberikan oleh lawan politik Hughes bahwa mereka
akan menculik anaknya. Konteks yang tersedia dalam tuturan diatas adalah percakapan
non formal antar teman. Meskipun Hughes merupakan walikota yang mempunyai
kedudukan lebih tinggi dari Walker tapi hubungan keduanya yang merupakan teman
dekat menjadikan Walker menghilangkan jarak antara keduanya dengan menggunakan
diksi yang santai dalam ujarannya. Pemilihan slang wifey menjadikan kalimat tanya yang
102
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
diberikan pada mitra tuturnya terkesan akrab dan santai. Slang wifey dalam konteks
tersebut merujuk pada istri Hughes.
Dalam film seri Walker Texas Ranger ini peneliti juga menemukan penggunaan
istilah chick yang juga terkategori sebagai slang untuk menyebut perempuan dalam
dialek AAE. Contoh penggunaan istilah tersebut dapat dilihat dalam ujaran berikut:
Data 282
BSu : She is a hot chick
Slang chick dalam data 282 diatas diungkapkan oleh Rodriguez (seorang pengedar
narkoba) pada temannya untuk merujuk pada seorang gadis yang ditemuinya di sebuah
klub malam. Kata chick sendiri dalam bahasa Indonesia sering diartikan gadis. Akan tetapi
konotasi dari istilah ini cenderung negative karena menunjukkan penghormatan yang
rendah pada sosok perempuan yang dituju. Konteks tersebut juga terdapat dalam contoh
ujaran data 282 diatas. Rodriguez menyatakan ketertarikannya pada seorang wanita
penghibur di sebuah klub malam dengan menggunakan istilah hot chick yang maksudnya
adalah gadis atau wanita yang cantik dan seksi. Dalam konteks ini, penggunaan slang
AAE tersebut berfungsi untuk menunjukkan identitas pelaku tutur sebagai seseorang yang
berkecimpung dalam dunia ‘hitam’ yang cenderung menggunakan Bahasa Inggris non-
standar. Hal ini selaras dengan pendapat Wolfram (2004) bahwa dialek AAE adalah ragam
bahasa sosial yang sering digunakan oleh komunitas sosial kelas bawah.
Dikutip dalam Green (2001) istilah slang AAE untuk menyebut laki-laki antara
lain: balla, cuz, fool, buddy, dawg (dog), homes, dude, hotboy, guy, pal, kinfolk, mark.
Dalam penelitian ini ditemukan 60 slang AAE untuk penyebutan laki-laki. Istilah tersebut
antara lain: buddy, pal, guys, dan dude. Berikut adalah contoh penggunaan istilah-istilah
tersebut yang peneliti temukan dalam dialog film Walker Texas Ranger:
Data 419
BSu : If this is what I get from my buddy, I ain’t wanna know what my enemies
have in store for me
Dalam data 419 diatas digunakan untuk merujuk pada teman laki-laki dari
pembicara. Konteks dari pembicaraan diatas adalah Walker yang merasa diperlakukan
103
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tidak baik oleh temannya sendiri yaitu, Cordel. Istilah ‘buddy’ sendiri sudah sering kita
jumpai dalam dialog film, lirik lagu maupun percakapan sehari-hari. Dikutip dari Green
(2002), istilah buddy merupakan istilah slang AAE yang pada awalnya biasa digunakan
oleh orang kulit hitam untuk merujuk pada seorang laki-laki yang mempunyai kedekatan
hubungan sebagai teman oleh pembicara. Dalam konteks ujaran diatas, istilah buddy
mempunyai nada sarkastik dimana penutur menyindir lawan tuturnya dengan
mengasumsikan lawan tuturnya sebagai teman yang tidak memperlakukannya dengan
baik.
Selain kata buddy dalam slang AAE juga mengenal beberapa istilah yang biasa
digunakan untuk merujuk pada laki-laki. Istilah tersebut antara lain; pal, guys, hot boy,
fool, money, dude, dan guys. Temuan penelitian ini terkait penggunaan slang penyebutan
untuk laki-laki dapat dilihat dalam beberapa contoh berikut.
Data 532
BSu : Look, pal… I’m on parole and this ain’t look good for me.
Sama halnya dengan istilah buddy, istilah pal biasa digunakan dalam percakapan
informal untuk merujuk pada laki-laki. Dalam data 532 istilah pal digunakan oleh Cordel
pada Trivette sebagai kata sapaan. Dalam konteks tersebut kata sapaan pal merujuk pada
teman laki-laki yang mempunyai hubungan cukup dekat dengan si penutur. Dengan
penggunaan kata sapaan tersebut, kedekatan dari si penutur dengan lawan bicara dapat
lebih terasa. Maka bisa disimpulkan bahwa makna dan fungsi istilah pal dalam konteks
ujaran diatas adalah sebagai kata sapaan terhadap teman laki-laki atau seseorang yang
dianggap mempunyai hubungan dekat dengan si penutur. Hal ini selaras dengan pendapat
Labov bahwa penggunaan AAE dipengaruhi oleh rasa solidaritas antar penggunanya
(Labov: 1972, 267). Tuturan dengan dialek AAE ini selain digunakan oleh penutur kulit
hitam juga sering digunakan oleh penutur kulit putih yang mempunyai hubungan dekat.
Makna dan fungsi tersebut sedikit berbeda dengan konteks ujaran yang terdapat
dalam contoh berikut:
Data 32
BSu : What you doing, pal?
104
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kata sapaan pal dalam data tersebut merujuk pada orang yang tidak dikenal oleh
penutur. Istilah pal dalam kalimat tersebut digunakan oleh karakter perempuan setengah
baya, Leann pada seorang pemuda yang tidak dia kenal yang tiba-tiba masuk ke dalam
rumahnya. Dengan mempertimbangkan konteks situasi dimana ujaran tersebut
digunakan, pembicara menggunakan istilah tersebut untuk menutupi ketakutannya
sekaligus menunjukkan sikap waspada tanpa ingin membuat lawan bicaranya terancam.
Disini bisa dilihat bahwa meskipun istilah slang pal sama-sama digunakan dalam
percakapan informal tetapi makna dan fungsi dari penggunaan istilah tersebut bisa
berubah tergantung konteks ujarannya.
Istilah pal juga bisa digunakan untuk merujuk pada seseorang yang dianggap
musuh oleh si penutur. Seperti yang terlihat dalam data 563 dibawah ini, pal digunakan
oleh tokoh polisi Walker pada LaRue yang merupakan seorang penjahat.
Data 563
BSu : Listen to me, pal! Shut up or I’ll shoot your fucking mouth!
Data 92
BSu : I hope I ain’t interrupting you guys
105
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dalam konteks ujaran data 92 diatas istilah guys digunakan oleh Walker pada
teman-teman polisi yang menangani kasus yang sama yaitu penculikan putri walikota.
Dengan menggunakan kata sapaan guys, Walker sebagai kepala polisi di kesatuannya
mencoba menciptakan suasana yang santai dan terkesan akrab terhadap anak buahnya.
Istilah guys sendiri memang biasa digunakan sebagai kata sapaan dalam suasana
percakapan yang informal.
Data 789
BSu : What’s up, dude.. you looks messy?
Dalam konteks tuturan diatas, dude digunakan oleh seorang penjahat kulit hitam,
Manny pada temannya Lyle Ekert. Makna yang terdapat dalam tuturan tersebut adalah
pelaku tutur menanyakan kondisi temannya yang terlihat tidak baik-baik saja. Tidak ada
intensi lebih dari sekedar menunjukkan kepedulian pelaku tutur pada mitra tuturnya.
Dalam konteks ini peneliti berpendapat bahwa tuturan mengandung dialek AAE diatas
selain digunakan sebagai penunjuk identitas penutur asli dialek tersebut, juga untuk
menunjukkan kebiasaan pelaku dalam menggunakan ragam bahasa tidak baku dalam
ujarannya. Hal ini selaras dengan pendapat Baugh (1983, 40-41) yang menyatakan bahwa
dialek AAE adalah alternative style yang sering digunakan dalam percakapan jalanan
dimana hubungan kedekatan antar pelaku tuturnya dibentuk berdasarkan style bahasa
yang digunakan yaitu bahasa non baku.
Slang AAE yang digunakan untuk menyebut uang biasanya digunakan untuk
menggantikan kata ‘dollar’ atau ‘money’. Menurut Bathwaite (1992) dikutip dalam
Green (2002), dalam dialek AAE penyebutan uang biasa digantikan dengan bucks, cash,
paper, franklins, Benjamin/benjis, dough, knot, dime, cheese, cream, cabbage, scrilla,
duckets, dan dead president.
Dalam penelitian ini ditemukan 24 penggunaan istilah tersebut dalam dialog film
Walker Texas Ranger. Istilah yang ditemukan adalah bucks dan cash. Berikut adalah
contoh penggunaan istilah-istilah tersebut yang peneliti temukan dalam dialog film
Walker Texas Ranger:
106
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Data 641
BSu : 50 bucks my ass!
Dalam data 641 tokoh LaRue menggunakan istilah slang bucks untuk
menggantikan kata dollar. Dollar yang dimaksud disini pun mengacu pada satuan mata
uang (dollar) Amerika. Kata buck sendiri menurut sejarah mulai digunakan pada tahun
1748 meskipun hanya di kalangan tertentu. Istilah buck sendiri adalah kependekan
buckskins (kulit rusa) yang merupakan barang yang dianggap berharga pada jaman
tersebut sehingga mata uang di Amerika dianalogikan dengan kulit rusa (buck). Istilah
slang ini semakin sering digunakan dalam konteks pembicaraan informal. Seperti
konteks tuturan yang terdapat dalam data diatas dimana tokoh LaRue yang merupakan
seorang penjual narkoba mengucapkan kalimat ‘50 bucks my ass!’ pada teman sesama
penjahat (Kyle). Konteks yang terdapat dalam tuturan diatas adalah Kyle yang ingin
meminjam uang 50-dollar pada LaRue yang ditanggapi sinis oleh LaRue dengan
mengutarakan ujaran tersebut. Penggunaan bucks dalam ujaran tersebut menunjukkan
bahwa pembicaraan para penutur adalah dalam situasi santai dan tidak formal, sekaligus
menyiratkan kedekatan para penutur.
Data 350
BSu : How many bucks you lost this week?
Dialog dalam data 350 diatas diucapkan oleh tokoh polisi Cordell pada teman
sesama polisi. Cordell menanyakan berapa dollar yang sudah dihabiskan oleh temannya
tersebut di arena perjudian. Konteks yang tersedia dalam pembicaraan tersebut adalah
konteks pembicaraan santai dan informal. Penggunaan kata bucks untuk menggantikan
kata dollar mengindikasikan bahwa hubungan diantara penutur cukup dekat dan sejajar.
Selain menggunakan bucks, slang untuk menyebut uang dalam dialek AAE juga
mengenal kata cash (Green, 2002). Contoh penggunaan slang tersebut dapat dilihat
dalam contoh data berikut:
Data 640
BSu : You have cash, buddy?
Dalam data 640 diatas, tokoh Walker bertanya pada Cordell ketika mereka mau
meninggalkan rumah makan. Walker yang tidak membawa uang bermaksud menyuruh
107
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Cordell untuk membayar makan siang mereka. Hubungan kedekatan yang terjalin antar
pelaku tutur mempengaruhi pilihan kata yang digunakan. Walker menggunakan kata
cash untuk menggantikan kata money dan menciptakan suasana tutur yang santai. Hal ini
selaras dengan pendapat Green (2002) yang menyatakan bahwa dialek AAE adalah
ragam bahasa kolokial yang sering digunakan dalam pembicaraan non formal untuk
menunjukkan kedekatan antar pelaku tutur.
Dalam Bahasa Inggris non-standar terdapat slang yang digunakan si penutur untuk
mengajak berhubungan seks dengan lawan bicaranya. Dikutip dari Green (2002) phrasal
verb get sweating dan push up on merupakan slang AAE yang mempunyai fungsi
tersebut. Penggunaan slang ini lazim digunakan dalam percakapan informal dan juga
biasa kita temui dalam lirik lagu dan dialog film. Dalam film seri Walker Texas Ranger,
peneliti menemukan 16 penggunaan istilah ini.
Data 277
BSu : Come on babe… let’s get sweating, will ya?
Dalam ujaran diatas tokoh LaRue mencoba merayu istrinya yang sedang marah
dengan mengajak berhubungan seks. Dia menggunakan slang get sweating untuk
menyatakan maksudnya. Tokoh LaRue yang seorang bandar narkoba memang sering
menggunakan bahasa yang tidak baku dalam ujarannya. Dalam hal ini dialek AAE yang
digunakan oleh pelaku tutur berfungsi untuk menunjukkan identitas dalam komunitas
tertentu. Makna dari ungkapan tersebut akan tetap sama dalam semua ujaran. Makna
tersebut juga terlihat dalam contoh kalimat berikut:
Data 165
BSu : What you doing, guys?
BSu : Get sweating.. what else?
Slang get sweating dalam data 165 diatas diucapkan oleh tokoh Kyle untuk
menjawab pertanyaan temannya, Rodriquez. Rodriquez yang memergoki Kyle
melakukan tindakan tidak senonoh dengan adiknya di rumahnya menanyakan dengan
nada tinggi pada Kyle. Karakter Kyle dan Rodriquez yang digambarkan sebagai penjahat
dalam film tersebut menunjukkan bahwa slang tersebut digunakan untuk menunjukkan
108
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
identitas suatu komunitas tertentu, yaitu komunitas jalanan. Ragam bahasa yang
digunakan dalam komunitas ini cenderung kolokial yang mengalami interferensi bahasa
yang tidak standar.
4.1.2. Teknik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan dalam BSu Film dan Versi Dubbing
Dialek Suroboyoan
Sebanyak 790 tuturan yang terverifikasi sebagai dialek AAE baik yang berupa
slang, penanda leksikal maupun perangkat sintaksis dalam BSu selanjutnya digunakan
sebagai data linguistik dalam penelitian ini. Selanjutnya dari data linguistik tersebut
peneliti membandingkannya dengan script versi dubbing (BSa) untuk mengidentifikasi
teknik, metode dan ideology penerjemahan. Pada tahap ini data divalidasi melalui Focus
Group Discussion (FGD). Berikut adalah sebaran penggunaan teknik, metode dan ideologi
penerjemahan pada masing-masing produk terjemahan.
Dari 790 data linguistik yang terverifikasi dalam penelitian ini, peneliti
mengidentifikasi sebanyak 2.247 teknik penerjemahan yang sudah divalidasi oleh 3 pakar
penerjemahan melalui Focus Group Discussion (FGD). Jumlah penggunaan teknik
penerjemahaan tersebut tidak mencerminkan jumlah kemunculan dialek AAE karena beberapa
data linguistik yang teridentifikasi sebagai penanda dialek AAE diterjemahkan dengan
menggunakan dua atau lebih teknik penerjemahan. Berikut sebaran teknik penerjemahan dari
frekuensi tertinggi hingga terendah.
109
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a. Padanan Lazim
Berikut adalah contoh penerapan teknik padanan lazim dalam dubbing film seri
Walker Texas Ranger yang mengandung tuturan dialek AAE yang diterjemahkan dalam
dialek Suroboyoan.
Data 11
BSu : I ain’t gonna deny nothing, man.
BSa : Aku gak kape ngelak opo –opo, cak
Data 17
BSu : I ain’t willing to wait that long.
BSa : Aku gak gelem ngenteni sakmunu suwene
Dalam kedua data diatas, penanda negasi ain’t yang terdapat dalam BSu
diterjemahkan menjadi gak dalam BSa. Kata ain’t sendiri adalah penanda negasi yang
sangat identic dengan dialek AAE yang merupakan kategori perangkat sintaksis dalam
pengklasifikasian dialek AAE (dikutip dalam Green; 2004). Sedangkan istilah gak sendiri
dalam bahasa Suroboyoan merupakan bentuk lazim dari ungkapan atau kalimat yang
mengandung negasi. Dalam bahasa Jawa standar bentuk negasi dari suatu ungkapan
biasanya di ekspresikan dengan istilah ‘ora’. Akan tetapi dalam konteks bahasa
110
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Suroboyoan pembentuk negasi ‘ora’ tidak terlalu sering digunakan oleh pembicara bahasa
sasaran. Penutur bahasa Suroboyo lebih sering menggunakan istilah gak untuk
menggantikan kata ‘ora’. Penggunaan istilah ini menjadikan produk terjemahan dalam
dubbing tersebut terasa lebih ‘Suroboyo’ nya sehingga lebih mudah diterima oleh penikmat
film bahasa sasaran.
Data 86
BSu : I gonna change that.
BSa : Kate tak robah iku.
Data 96
BSu : That's what I'm gonna find out
BSa : Yo iku seng kape tak takokno
Konstruksi kata gonna dalam dua contoh data diatas diterjemahkan menjadi kape dan
kate. Secara harfiah, slang gonna bermakna ‘arep’ dalam bahasa Jawa standar. Kata
tersebut digunakan untuk merujuk pada pekerjaan yang akan dilakukan. Dalam konteks
tuturan dialek Suroboyoan, penanda leksikal kape dan kate biasa digunakan untuk
menggantikan kata ‘arep’. Penggunaan teknik padanan lazim ini tersebut merupakan upaya
penerjemah dalam mempertahankan unsur dialek dalam BSa. Dengan menggunakan kedua
istilah tersebut, unsur dialek Suroboyoan terasa lebih kental dalam versi dubbing sehingga
lebih bisa diterima oleh pembaca target.
Data 687
BSu : How you doing, hon?
BSa : Piye kabarmu, cah ayu?
Istilah hon merupakan slang AAE (kependekan dari honey) yang merujuk pada
penyebutan perempuan yang manis dan cantik dalam persepsi si penutur. Tuturan tersebut
diutarakan oleh Alex pada kekasihnya. Dalam data 687 diatas, istilah hon diterjemahkan
menjadi cah ayu. Penggunaan frasa nomina cah ayu merupakan upaya penerjemah dalam
mencari padanan yang equivalen dan lazim di telinga pembaca target. Istilah cah ayu
sendiri dalam konteks budaya Jawa merupakan panggilan sayang dari seseorang pada
111
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perempuan atau anak perempuan yang mempunyai hubungan cukup dekat. Secara literal
istilah cah ayu tersebut dapat diartikan sebagai ‘bocah perempuan yang cantik’.
Frasa nomina cah ayu juga digunakan dalam menerjemahkan slang babe dalam versi
dubbing berikut ini:
Data 243
BSu : Oh, for crying out loud, babe… You gonna throw away five good years
just because I screwed up a little?
BSa : Ayo talah cah ayu.. nggacor diluk ae ta masio tego lho awakmu ambek
aku.. Aku ki bojomu lhoo
Slang babe dalam data 243 diatas diungkapkan oleh LaRue untuk membujuk istrinya.
Dalam konteks tersebut, penutur menggunakan istilah sayang tersebut agar tujuannya
tercapai sekaligus menunjukkan kedekatan si penutur dengan mitra tutur. Oleh penerjemah,
istilah tersebut dialih bahasakan menjadi cah ayu dalam versi dubbingnya.
Selain cah ayu, istilah lazim bahasa Jawa yang digunakan untuk merujuk pada
perempuan adalah slang nduk. Kata sapaan ini lazim digunakan oleh penutur bahasa Jawa
pada umumnya untuk memanggil perempuan yang memiliki kedekatan dengan pelaku
tutur. Biasanya digunakan untuk mengekspresikan rasa sayang pelaku tutur pada mitra
tuturnya.
Data 622
BSu : What you doing, babe?
BSa : Lapo, nduk?
Slang AAE babe dalam contoh data 622 diatas oleh penerjemah diterjemahkan
menggunakan teknik padanan lazim menjadi nduk dalam versi dubbing. Secara harfiah,
istilah nduk berasal dari kata blendukan yang artinya ‘rahim’. Dalam konteks tuturan
sapaan bahasa Jawa, istilah nduk merupakan kependekan dari kata gendhuk (sebutan yang
akrab, dekat dan penuh kasih sayang pada anak perempuan). Istilah tersebut lazim
digunakan sebagai babytalks (panggilan sayang) untuk merujuk pada seorang perempuan
yang mempunyai kedekatan dengan pelaku tutur. Pemadanan istilah babe dengan nduk
dalam tuturan diatas karena mempunyai makna dan fungsi yang sama.
112
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Parafrase
Prosedur paraphrase adalah teknik penyampaian pesan yang sama dengan cara yang
lain (Newmark, 1988; Baker, 1992). Paraphrase digunakan jika dalam BSa tidak ditemukan
padanan istilah, idiom atau struktur yang pas. Dengan paraphrase biasanya hasil terjemahan
bisa lebih panjang atau lebih pendek. Dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 346
penggunaan teknik paraphrase dalam menerjemahkan tuturan yang mengandung dialek
AAE ke dalam versi dubbing dialek Suroboyoan. Contoh penerjemahan tuturan dialek
AAE dalam dubbing yang menggunakan prosedur paraphrase adalah sebagai berikut.
Data 419
BSu : If this is what I get from my buddy, I ain’t wanna know what my enemies
have in store for me.
BSa : Koncoku ae koyo ngene, ndanio mungsuhku yo’opo rek!
Penggunaan teknik paraphrase terlihat pada data 419 dimana kalimat BSu yang
mengandung dialek AAE diterjemahkan dengan cara yang berbeda. Jika dilihat dari
konteksnya ungkapan yang terdapat dalam BSa mempunyai makna yang sama dengan
BSu. Ujaran yang diungkapkan oleh Cordell pada teman polisinya Trivette bertujuan untuk
menyindir Trivette yang tidak mau membantu Cordell dalam menyelesaikan masalahnya.
Makna yang terdapat dalam BSu tersebut dapat tersampaikan dengan baik dalam BSa
meskipun dengan cara yang berbeda. Unsur dialek juga masih dipertahankan oleh
penerjemah dalam versi dubbing. Penerjemah menggunakan leksikal yang kental akan
unsur dialek Suroboyoan dalam terjemahannya.
Data 248
BSu : I gonna say on the subject
BSa : Saiki aku arep temenan wes ta
Tuturan bermuatan dialek AAE dalam data 248 diatas mengandung makna bahwa
pelaku tutur ingin langsung membahas suatu hal, tidak mau basa-basi. Kalimat yang
mengandung penanda leksikal dialek AAE tersebut diterjemahkan dengan menggunakan
teknik paraphrase oleh penerjemah. Dalam konteks tuturan dialek Suroboyoan, kalimat
saiki aku arep temenan wes ta mengandung makna bahwa pelaku tutur ingin serius
membahas suatu hal.
113
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Data 532
BSu : Look, pal… I’m on parole and this ain’t look good for me.
BSa : Cak, engko ae cak.. sek sibuk aku.. njuk iki mesti perkoro nggaplei yo.
c. Adaptasi
Data 237
BSu : Your wifey know about this?
BSa : Wedokanmu ngerti ta soal iki?
Data 240
SL : I just wanna talk to my wifey
TL : Aku mek pengen nggacor mbe wedokanku
Penanda dialek AAE kategori slang untuk perempuan wifey diatas diadaptasi oleh
penerjemah menjadi wedokan dalam versi dubbingnya. Dalam makna literal bahasa Jawa,
istilah wife atau wifey mempunyai arti ‘bojo’ (= istri). Dalam konteks tuturan bahasa Jawa
standar sebenarnya kata wedokan merupakan penyebutan yang cukup kasar untuk merujuk
pada perempuan. Akan tetapi berbeda dengan kultur orang Surabaya yang cenderung
114
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
egaliter dan lugas dalam bertutur. Maka ketika istilah tersebut digunakan untuk merujuk
kata ‘istri’, tidak akan menimbulkan gesekan yang berarti bagi penutur asli dialek
Suroboyoan. Penerjemah mengadaptasi slang wifey menjadi wedokan sebagai upaya
penerjemah untuk mempertahankan unsur dialek dalam versi dubbing. Istilah wedokan
membuat versi dubbing dialog tersebut lebih dekat dengan dialek Suroboyoan.
Data 81
SL : Oh Jeez.. Walker, I ain't believe we're here already.
TL : Yaawoh gusti, Walker. Aku sek gak percoyo awak dewe nang kene
Penggalan dialog dalam data 81 yang mengandung tuturan dialek AAE diatas
menggunakan teknik adaptasi dalam menerjemahkan kata Jeez menjadi Yaawoh Gusti.
Kata Jeez sendiri merupakan istilah tidak standar dari kata ‘Jesus’ (Tuhan bagi umat
Kristiani). Alih-alih menggunakan makna literal dari kata Jeez tersebut, penerjemah
mengadaptasi istilah tersebut menjadi Yaawoh Gusti, yang mana sebenarnya penyebutan
tersebut cenderung digunakan oleh umat muslim Jawa. Dalam kasus ini penerjemah
mencoba memasukkan unsur budaya bahasa sasaran yang kental dengan pengaruh Islam
dan Jawa. Penggunaan frase Yaawoh Gusti menyebabkan tuturan tersebut sangat kental
akan budaya dan ideologi yang dianut oleh sebagian besar pembaca sasaran. Disini terlihat
upaya penerjemah dalam mempertahankan kekhasan dialek dalam produk terjemahannya.
Selain kata Jeez, dalam penelitian ini juga ditemukan istilah bahasa Inggris tidak
standard untuk menyebut Tuhan. Hal itu dapat dilihat dalam contoh tuturan berikut:
Data 656
SL : This ain’t right! She must be somewhere! Find her! Gosh! Where is she?
TL : Iki gak bener, cak! Anakku mesti ono kono! Ayo ta lah.. goleki maneh!
Gusti pangeran, neng endi awakmu ta nduk?
Kata seruan Gosh dalam kalimat diatas merupakan bentuk tidak standar dari kata
God. Makna harfiah dari kata tersebut dalam Bahasa Indonesia adalah Tuhan. Dalam
bahasa Jawa kata tersebut bisa juga diartikan menjadi ‘(Gusti) Allah’. Dalam contoh data
diatas, penerjemah mengadaptasi kata tersebut menjadi Gusti Pangeran. Frasa tersebut
memang biasa digunakan oleh orang Jawa umumnya dan penduduk Surabaya khususnya
untuk menyebut Tuhan mereka. Penyematan Gusti Pangeran untuk menyebut ‘Tuhan’
berdasarkan filosofi Jawa bahwa kata Gusti dan Pangeran istilah yang digunakan untuk
115
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
merujuk pada sosok terhormat yang menempati kasta tertinggi dalam tingkatan sosial
masyarakat Jawa. Meskipun secara harfiah istilah Gosh dan Gusti pangeran mempunyai
acuan yang berbeda, akan tetapi upaya adaptasi yang dilakukan oleh penerjemah
menjadikan unsur dialek bahasa sasaran dalam BSa lebih kental dan mudah diterima oleh
pembaca target.
Data 301
SL : Where the hell you gonna start, pal?
TL : Kon kape mulai tekan endi iki, cak?
Data 304
SL : Give me a break, pal?
TL : Sing nggenah, cuk?
Dalam Bahasa Jawa standar secara harfiah slang pal merujuk pada kata sapaan mas
atau kang. Akan tetapi dalam konteks dialek Suroboyoan, kedua kata sapaan tersebut
jarang digunakan dalam pembicaraan sehari-hari. Dalam kedua contoh diatas, penerjemah
mencoba mengadaptasi budaya Surabaya dalam terjemahannya dengan menggunakan cak
dan cuk sebagai versi terjemahan dari slang pal. Kata cak sendiri berasal dari kata cacak
(dalam bahasa Jawa berarti ‘mas’). Kata sapaan ini sangat sering digunakan oleh
masyarakat Surabaya untuk menyapa baik orang yang sudah dikenal lama oleh penutur
maupun orang yang baru dikenal. Begitu juga dengan kata cuk yang dalam konteks
masyarakat Surabaya dan sekitarnya digunakan sebagai kata sapaan yang bertujuan untuk
menunjukkan keakraban pelaku tutur dengan mitra tuturnya. Secara harfiah, kata cuk
sendiri sebenarnya merupakan akronim dari jancuk yang artinya ‘bersetubuh’. Akan tetapi
dalam banyak konteks ujaran, kata cuk mengalami pergeseran makna. Penggunaan kata
tersebut tidak lagi berkonotasi negatif tapi sebaliknya malah berfungsi sebagai penanda
keakraban antar pelaku tutur. Dalam kedua contoh data diatas, penerjemah berupaya
mengadaptasi slang pal menjadi cak dan cuk sebagai upaya penerjemah dalam
mempertahankan unsur dialek dalam produk terjemahannya.
d. Modulasi
116
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
bentuk leksikal maupun structural (Molina & Albir, 2002; Newmark, 1988). Berikut adalah
contoh penggunaan teknik modulasi dalam dubbing Walker Texas Ranger.
Data 454
BSu : What bite you guys?
BSa : Onok opo iki rek?
Data 454 diatas adalah contoh dialog film yang mengandung leksikal dialek AAE.
Kalimat What bit you guys? bermakna literal ‘opo sing ganggu kowe kabeh?’ dalam Bahasa
Jawa standar. Tetapi dalam versi dubbing film ini, penerjemah menggunakan sudut
pandang yang sedikit berbeda dalam menerjemahkan ujaran tersebut dengan
mengalihbahasakan menjadi onok opo iki rek?. Meskipun tidak menggunakan teknik literal
dalam menerjemahkan, pada akhirnya makna yang terdapat dalam BSu dapat terwakili
dengan baik dalam versi dubbing tersebut. Dengan teknik modulasi ini, penerjemah
mencoba mengutarakan makna yang terkandung dalam BSu dengan bahasa yang lebih
ringkas dan mempunyai efek lokal budaya Surabaya yang lebih kental. Selain itu,
penggunaan teknik ini dapat mempertahankan unsur dialek dari BSu dalam BSa.
Data 698
BSu : She was pretty, ain’t she?
BSa : Ayu ta dek’e
Pengalihan pesan dengan cara memodulasi BSu ke dalam teks Bsa juga dapat dilihat
dalam data 698. Struktur kalimat pertanyaan berekor (question tag) yang mengandung
unsur dialek AAE She was pretty, ain’t she? dimodulasi menjadi kalimat deklaratif Ayu ta
de’e. Kalimat tanya dalam BSu yang sebenarnya tidak bertujuan untuk menanyakan tapi
lebih sebagai penegasan suatu pernyataan diterjemahkan dengan konsep dan makna yang
sama oleh penerjemah dalam versi dubbing. Pemadanan makna dan konteks ini dipertegas
dengan penggunaan unsur lokal ta dalam teks BSa. Versi literal kalimat BSu She was
pretty, ain’t she? dalam bahasa Jawa adalah Wonge (dek’e) ayu, iyo opo ora?. Penggunaan
teknik modulasi diatas sebagai upaya penerjemah dalam memunculkan unsur dialek
Suroboyoan dalam BSa sehingga bisa lebih mudah diterima oleh pembaca target.
Data 87
BSu : You ain’t know what scared is yet
BSa : Medeni yo cak
117
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tuturan dalam data 87 diatas adalah dialog yang mengandung dialek AAE penanda
negasi ain’t yang bermakna negatif. Dalam versi dubbing kalimat tersebut dimodulasi ke
dalam ujaran medeni yo cak yang merupakan kalimat positif. Penggantian sudut pandang
secara gramatikal yang dilakukan oleh penerjemah menyebabkan struktur kalimat yang
lebih pendek dan padat. Meskipun secara gramatikal berubah tapi hasil terjemahan ini
dinilai akurat dan berhasil mempertahankan unsur dialek yang terdapat dalam dialog asli.
Unsur dialek dalam BSa ini dipertegas dengan penambahan kata sapaan cak dalam versi
dubbingnya. Pengubahan sudut pandang ini juga tidak mengubah konteks ujaran yang
terdapat dalam teks BSu.
Data 71
BSu : You ain’t supposed to be here
BSa : Mulio kon, lapo nang kene!
Kalimat BSu bermakna saran (suggesting) dalam data 71 diatas yang teridentifikasi
mengandung unsur dialek AAE kategori penanda negasi ain’t oleh penerjemah dimodulasi
menjadi kalimat perintah (commanding) dalam versi dubbing. Penerjemah mengubah sudut
pandang dari aspek gramatikal dan kategori tuturan. Dalam teks BSa kalimat yang
mengandung penanda negasi tersebut berubah menjadi kalimat positif. Penggunaan teknik
modulasi ini mampu mempertegas maksud yang terdapat dalam tuturan bahasa asli dan
makna tersebut dapat tersampaikan dengan baik dalam versi dubbing.
e. Variasi
Dikutip dari Molina & Albir (2002), teknik variasi adalah teknik penerjemahan
dengan menggantikan elemen linguistik atau paralinguistik yang mempengaruhi aspek
variasi linguistik. Teknik ini biasanya digunakan untuk mempertahankan dialek sosial,
gaya bahasa, dan memunculkan karakter dengan tone pada novel maupun teater. Dalam
penelitian ini, penerjemah menggunakan teknik variasi untuk memunculkan unsur dialek
Suroboyoan dalam versi dubbing. Untuk mengklasifikasi unsur linguistik yang
diterjemahkan menggunakan dengan teknik variasi, peneliti merujuk pada sistem tingkat
tutur yang digunakan oleh masyarakat Surabaya dalam percakapan sehari-hari
118
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(Poedjosoedarmo, 1979; 56). Penerapan teknik variasi dalam dubbing Walker Texas
Ranger dapat dilihat dalam contoh berikut ini.
Data 479
BSu : How old this guy?
BSa : Umure piro seh arek kae?
Data 782
BSu : Jeez, the guys gonna like this
BSa : Walah.. ki areke bakal sueneng, cak
Istilah arek sangat dikenal dan sangat identic dengan literasi dan budaya Suroboyo.
Istilah ini sangat melekat dengan budaya penutur bahasa sasaran. Dalam kedua contoh
tuturan diatas, penerjemah menerjemahkan istilah guys menjadi arek dengan menggunakan
teknik variasi. Penerjemahan guys menjadi arek dipengaruhi oleh budaya arekan dari BSa.
Istilah guys pada dasarnya adalah slang AAE yang mengacu pada penyebutan laki-laki.
Sedangkan arek dalam konteks budaya Suroboyoan dapat merujuk laki-laki dan
perempuan.
Dalam ketiga contoh data diatas, teknik variasi terlihat dalam menerjemahkan slang
guys menjadi arek sebagai upaya penerjemah dalam mempertahankan unsur dialek sosial
dalam versi dubbingnya. Kata arek sendiri merupakan kata yang sangat identic dengan
budaya Surabaya. Dalam dialek Suroboyoan kata ini sering digunakan untuk merujuk pada
seseorang baik yang mempunyai hubungan dekat dengan pelaku tutur ataupun yang baru
dikenal. Kata ini dapat digunakan untuk merujuk laki-laki ataupun perempuan. Dalam
konteks tuturan di atas, kata arek digunakan untuk mengganti kata guy yang merujuk pada
laki-laki yang tidak begitu dekat hubungannya dengan pelaku tutur.
Data 668
BSu : What you doing?
BSa : Lapo koen?
119
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
oleh penerjemah dalam versi dubbing. Upaya ini merupakan usaha penerjemah untuk
mempertahankan atau memunculkan unsur dialek Suroboyoan dalam BSa.
Data 163
SL : How you doing, guys?
TL : Yok opo kabare, rek?
f. Implisitasi
Data 321
BSu : How long we gonna be here?
BSa : Pirang jam awake dewe uwis nang njero kene?
120
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
secara harfiah atau tudak diterjemahkan secara eksplisit dalam BSa. Istilah gonna yang
sejatinya merupakan penanda verba untuk menunjukkan pekerjaan yang akan dikerjakan
disiratkan pada frasa pirang jam dan kata uwis dalam versi dubbing. meskipun penanda
dialek dalam BSu tidak terlihat dalam BSa, tetapi makna yang tersirat mempunyai
kesamaan.
g. Eksplisitasi
Dikutip dari Molina & Albir (2002), teknik eksplisitasi merupakan teknik yang
memperkenalkan detil informasi atau dengan kata lain mengeksplisitasikan informasi
Berikut adalah contoh penggunaan teknik eksplisitasi dalam dubbing Walker Texas
Ranger.
Data 214
BSu : I wanna know his every move
BSa : Aku pengen eroh gerak gerike bedengkik siji iki
Penggunaan teknik eksplisitasi dalam menerjemahkan teks data 214 diatas digunakan
penerjemah untuk memperjelas subjek yang dimaksud oleh pembicara BSu. Dalam data
tersebut reference ‘bendengkik siji kae’ digunakan untuk merujuk pada pronomina ‘his’.
Dengan menggunakan istilah BSa tersebut penerjemah ingin memperjelas konteks dari
kalimat BSu itu sendiri. Dialog dalam data 214 tersebut diucapkan oleh Walker (seorang
polisi) yang sedang menyelidiki suatu kasus pembunuhan. Walker mengucapkan kalimat
tersebut pada temannya sesama polisi yaitu Cordel untuk merujuk pada Rodriquez
(tersangka pembunuh). Dengan menggunakan frasa ‘bendengkik siji kui’ maksud dan
konteks dari dialog tersebut bisa tersampaikan dengan lebih baik dalam versi dubbingnya
karena terdapat penekanan di dalam BSa.
Data 20
BSu : Ain't you get any fancy ideas?
BSa : Kon gak entok ide apik ta teko iki?
121
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
memberikan penekanan pada kalimat pertanyaan. Pelaku tutur dialek Suroboyoan sering
menggunakan partikel ta untuk mengeksplisitkan maksud dari tuturannya.
h. Addisi
Sekilas teknik addisi (penambahan) hampir mirip dengan teknik amplifikasi. Hal ini
disampaikan oleh Molina & Albir (2002) yang menyebutkan bahwa penambahan
(addition) termasuk teknik amplifikasi. Akan tetapi jika dicermati lebih dalam kedua teknik
ini terdapat perbedaan. Perbedaan ini terkait informasi yang bersumber dari teks atau di
luar teks (penerjemah) yang bisa dilihat dengan membandingkan TSu dan TSa. Oleh sebab
itu perlu dibedakan teknik yang memunculkan pesan implisit dalam TSu (eksplisitasi)
dengan teknik penambahan murni oleh penerjemah yang tidak ada referensinya di TSu
(addisi). Dalam penelitian ini, teknik addisi yang dimaksud adalah penambahan informasi
dari penerjemah yang tidak terdapat dalam TSu (baik tersirat maupun tersurat) dengan
tujuan memperkaya informasi dan penambahan penjelasan bagi pembaca target. Berikut
adalah contoh penerapan teknik adisi dalam dubbing Walker Texas Ranger.
Data 782
BSu : Jeez, the guys gonna like this
BSa : Auwoooh.. ki areke bakal sueneng, cak
Teknik addisi dalam data diatas terlihat dengan penambahan unsur pronominal cak
dalam versi dubbingnya. Penambahan unsur linguistik tersebut menjadikan ujaran dalam
BSa semakin kental rasa Surabayanya. Cak adalah sapaan yang sangat familiar digunakan
oleh penutur asli dialek Suroboyoan. Warga Surabaya dan sekitarnya sangat lazim
menggunakan sapaan tersebut dalam tuturan sehari-hari untuk menunjukkan keakraban
dengan mitra tutur. Penerapan teknik addisi dengan penambahan kata sapaan juga dapat
dilihat dalam contoh data berikut ini:
Data 572
BSu : I ain’t tell them anything
BSa : Gak ngomong opo opo aku, cuk
122
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mengacu pada makna harfiah kata tersebut, sapaan cuk sebenarnya sangat kasar dan tidak
sopan digunakan untuk menyapa seseorang. Akan tetapi, di kalangan orang Surabaya kata
sapaan cuk merupakan tanda persahatan yang sering digunakan untuk memanggil seorang
teman atau sahabat. Kata sapaan cuk justru menandai bahwa hubungan antar pelaku tutur
sangat akrab. Konteks kedekatan inilah yang tercipta dalam konteks tuturan data 568
diatas. Tuturan tersebut diucapkan oleh Jimmy pada adiknya, Jason. Dalam versi dubbing,
penerjemah mencoba mendeskripsikan dan memperjelas hubungan antar pelaku tutur
dalam film tersebut dengan memberikan tambahan kata sapaan cuk. Dengan penambahan
ini, rasa yang ingin disampaikan oleh dialog BSu dapat lebih mudah diterima oleh pembaca
target. Selain itu, penambahan ini memunculkan nuansa dialek Suroboyoan dalam versi
dubbingnya.
Data 155
BSu : How you doing?
BSa : Yo’opo kabare, rek
Dalam contoh data 155 diatas, penerjemah menambahkan partikel rek dalam
terjemahannya. Kata rek yang merupakan kependekan dari kata arek merupakan kata
sapaan yang sangat khas bagi masyarakat Surabaya yang juga dikenal dengan istilah ‘arek
Surabaya’. Penerjemah berusaha menampilkan unsur dialek Suroboyoan dalam
terjemahannya dengan penambahan partikel rek dalam versi dubbingnya.
i. Kreasi Diskursif
Data 524
BSu : You wanna run that by me again?
BSa : Sing genah ae nduk
Kalimat yang mengandung dialek AAE diatas diterjemahkan dengan cara yang
berbeda dari BSu. Baik struktur kalimat maupun leksikal yang terdapat dalam BSa sangat
berbeda dengan yang terdapat dalam BSu. Versi terjemahan yang terdapat dalam BSa
123
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sedikit diluar konteks dari BSu. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka dalam
FGD kalimat sing genah ae nduk disepakati merupakan bentuk kreasi diskursif dari
penerjemah karena bukan merupakan padanan dari teks BSu you wanna run that by me
again?. Namun begitu, versi terjemahan tersebut merupakan bentuk yang lebih natural
dibanding makna literal dari ujaran tersebut.
Bentuk kreasi diskursif dari penerjemah juga terlihat dalam menerjemahkan kalimat
yang mengandung penanda negasi ain’t berikut:
Data 521
BSu : What can you tell me that I ain’t already know?
BSa : Loalah ngono ta? Mblenek aku cak!
Versi terjemahan dalam BSa diatas sangat tidak terduga dan diluar konteks dari
makna yang ingin disampaikan oleh BSu. Secara keseluruhan kalimat yang terdapat dalam
BSa sangat berbeda dengan yang terdapat dalam BSu. Struktur kalimat dengan penanda
negasi ain’t yang merupakan kalimat negative diterjemahkan dengan menggunakan klausa
ganda dengan leksikal yang sangat berbeda. Hal ini menjadi pertimbangan rater dalam
FGD untuk memutuskan bahwa kalimat Loalah ngono ta? Mblenek aku cak! dalam data
diatas merupakan bentuk kreasi diskursif dari penerjemah karena bukan merupakan
padanan dari bentuk BSu What can you tell me that I ain’t already know?. Meskipun
begitu, versi terjemahan tersebut dirasa lebih natural dalam dialek Suroboyoan dan lebik
efektif dalam menunjukkan kegusaran dari pelaku tutur.
j. Kompensasi
Data 75
BSu : What you gonna do?
BSa : Kon arep lapo?
124
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dalam data 75 diatas penerjemah menggunakan teknik kompensasi karena kata what
dan do akan terasa janggal dan tidak natural jika diterjemahkan secara terpisah. Secara
literal kalimat what you gonna do? jika diartikan ke dalam Bahasa Jawa akan menjadi opo
sing arep mbok kerjake?. Akan tetapi karena struktur kalimat tersebut dirasa kurang natural
dalam dialek Suroboyoan, maka penerjemah mengkompensasi kalimat dalam teks BSu
tersebut dengan menggunakan kata lapo untuk menggabungkan kata what dan do. Versi
terjemahan kon arep lapo mempunyai efek yang cukup signifikan dalam memperlihatkan
unsur dialek dalam BSa. Kalimat tersebut selain lebih pendek juga lebih efisien dalam
menyampaikan maksud yang ingin disampaikan dalam BSu.
Data 578
BSu : Y’all right?
BSa : Gakpopo ta awakmu?
Slang y’all yang merupakan penanda dialek AAE merupakan bentuk non-standar dari
frasa nomina you all (= kalian semua). Dalam bahasa Jawa standar, kalimat y’all right?
dapat diterjemahkan menjadi kowe kabeh apik-apik wae to?. Akan tetapi versi terjemahan
seperti itu tidak efisien dan kurang sesuai dengan ciri khas bahasa dubbing yang cenderung
santai dan tidak formal. Penerjemah mengkompensasi dialog tersebut menjadi gak popo ta
awakmu? karena lebih dekat dengan logat yang digunakan oleh pembaca target yaitu dialek
Suroboyoan. Kata awakmu sendiri sangat familiar digunakan di Surabaya, Malang dan
sekitarnya sebagai kata ganti ‘kamu’. Dalam bahasa Jawa standar kata awakmu berarti
kowe atau sampeyan. Dengan mengkompensasi BSu menjadi versi BSa diatas, maka
produk yang dihasilkan lebih natural, lebih mudah dipahami dan lebih efisien.
k. Neutralisasi
Data 277
BSu : Come on babe… let’s get sweating, will ya?
BSa : Ayo talah cah ayu.. enak-enak diluk ae talah
125
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Slang get sweating merupakan penanda slang dialek AAE yang maknanya adalah
mengajak seseorang untuk melakukan aktifitas seksual. Dalam konteks budaya Surabaya
yang cederung lugas, frasa tersebut biasa dialih bahasakan menjadi ngentot (= bersetubuh).
Akan tetapi karena kata tersebut sangat kasar disampaikan di televisi, maka penerjemah
mencoba menghaluskan dengan menggunakan kata enak-enak. Dengan menetralisasi slang
tersebut maka efek negative yang mungkin ditimbulkan dari pengungkapan istilah tersebut
dapat diminimalisir.
Selain menggunakan frasa enak-enak, peneliti juga menemukan versi lain terjemahan
slang get sweating dalam penelitian ini. Contoh penggunaan istilah tersebut adalah sebagai
berikut:
Data 165
BSu :
Rodriguez : What you doing, guys?
Kyle : Get sweating.. what else?
BSa :
Rodriguez : Heh.. lapo koen?
Kyle : Indehoy ta ya…
Kata indehoy dalam thesaurus Bahasa Indonesia karya Eko Endarmoko berarti
kegiatan percintaan, bermesraan, berpacaran di tempat sepi. Istilah ini biasa digunakan
sebagai kata gaul untuk mengekspresikan kegiatan seksual. Meskipun memiliki konotasi
yang negatif dan seronok, tetapi penggunaan istilah ini relatif lebih sopan dan lebih bisa
diterima oleh penikmat film dari pada kata ngentot yang merupakan rujukan dari frasa get
sweating. Penerjemah meneutralisasi kata ngentot menjadi indehoy sebagai upaya
penerjemah untuk mengurangi efek negatif yang mungkin timbul dari penggunaan makna
harfiah dari frasa get sweating itu sendiri.
Data 584
BSu : I ain’t like that fucking bastard
BSa : Aku benci karo arek kae lho cak
126
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang sama dengan BSu, sedangkan neutralisasi terlihat dalam menerjemahkan kalimat
pisuhan fucking bastard menjadi arek. Slang fucking bastard sendiri jika diterjemahkan
secara literal dalam Bahasa Jawa merujuk pada kata kotor bajingan. Kata tersebut dirasa
kurang pantas jika diungkapkan di televisi. Itulah sebabnya penerjemah mencoba
‘menghaluskan’ istilah dengan kata arek.
l. Peminjaman Murni
Data 50
BSu : You know, I ain’t so sure about McGuire hiding out in McCallum's
office
BSa : Ngerti gak kon.. Aku gak yakin McGuire delik nak omae McCallum
Data 50 diatas mengandung penanda negasi dialek AAE. Teknik peminjaman murni
terlihat pada saat penerjemah menerjemahkan nama karakter dalam dialog asli ke dalam
versi dubbing tanpa mengubah sedikitpun elemen di dalamnya. Teknik peminjaman murni
ini berdampak positif pada tingkat akurasi teks terjemahan tapi mengurangi tingkat
keberterimaan dan keterbacaan. Nama McGuire dan McCallum tentu saja terdengar asing
bagi pembaca target karena tidak lazim dalam budaya Suroboyoan.
m. Reduksi
Teknik reduksi adalah teknik penerjemahan dengan memadatkan fitur informasi teks
BSu ke dalam teks BSa. Dengan menggunakan teknik ini, penerjemah mengimplisitkan
informasi yang eksplisit karena komponen maknanya sudah ada dalam BSa (Newmark,
1988:90). Dengan menggunakan teknik penerjemahan ini, penerjemah menghilangkan atau
melenyapkan sebagian pesan dari BSu dan pesan tersiratnya tidak terdapat dalam BSa.
Baker menyebut teknik penerjemahan ini dengan penerjemahan dengan penghilangan atau
omission (Baker, 1992:36). Berikut adalah contoh penerapan teknik reduksi dalam dubbing
Walker Texas Ranger.
127
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Data 520
BSu : Look, guys, this isn't gonna work
BSa : Iki gak ngara hasil yo
Tuturan yang mengandung dialek AAE diatas direduksi oleh penerjemah dalam versi
dubbingnya. Penerjemah menghilangkan kata look guys yang terdapat dalam BSu dan tidak
memunculkan unsur pengganti apapun dalam BSa. Meskipun maksud yang ingin
disampaikan oleh BSu bisa diakomodir dalam BSa, akan tetapi penerapan teknik reduksi
ini mengurangi aspek keakuratan teks terjemahan. Selain itu, penghilangan slang AAE
guys mengurangi unsur dialek dalam versi dubbingnya.
Data 523
BSu : Where the hell are you, pal.. damn it?
BSa : Nandi ae awakmu iki?
n. Generalisasi
Data 203
BSu : Babe, why you trying to bring me down?
BSa : Rek, ojok nggawe aku anjlok maneh ta?
128
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dialog asli (BSu) dalam data 203 teridentifikasi mengandung istilah slang AAE
untuk merujuk pada perempuan. Istilah babe dalam kalimat Babe, why you trying to bring
me down? yang sebenarnya digunakan untuk merujuk perempuan diterjemahkan dengan
rek yang penggunaannya dapat merujuk pada laki-laki atau perempuan dalam konteks
dialek Suruboyoan. Bentuk sapaan khas Surabaya yang merupakan kependekan dari kata
arek yang biasa digunakan oleh penutur asli dialek Suroboyoan untuk menyapa atau
merujuk seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang dianggap teman atau orang
dekat dari pelaku tutur. Dalam konteks tuturan kalimat diatas, penerjemah mengeneralisasi
istilah yang sebenarnya diperuntukkan bagi gender tertentu menjadi istilah general yang
dapat merujuk pada semua gender. Meskipun bentuk terjemahan tersebut sepadan secara
makna tapi ‘rasa’ yang ingin disampaikan oleh tuturan BSu sedikit berkurang dengan
penggunaan teknik generalisasi tersebut.
Contoh lain dari penggunaan teknik generalisasi juga dapat dilihat dalam tuturan
yang mengandung dialek AAE berikut:
Data 531
BSu : He has wifey or friends?
BSa : Ekert nduwe keluarga ta? Opo konco?
Kata wifey merupakan slang AAE yang artinya adalah ‘istri’. Dalam bahasa Jawa
kata ini biasa diterjemahkan dengan kata bojo. Sedangkan dalam konteks tuturan boso
Suroboyoan, slang ini bisa dialihbahasakan menjadi istilah yang lebih kasar, yaitu
wedokan. Akan tetapi dalam data 531 diatas, penerjemah mengeneralisasi bentuk
terjemahannya menjadi keluarga. Versi terjemahan ini sangat luas maknanya mengingat
kata keluarga sendiri dalam konteks budaya sasaran dapat merujuk pada istri, suami, anak,
bapak, ibu, adik, kakak, atau kerabat lainnya. Hal ini mengurangi unsur dialek dalam BSa
karen slang wifey yang tadinya merupakan penanda dialek AAE diterjemahkan menjadi
kata keluarga yang tidak mempunyai unsur dialek dalam BSa. Meskipun begitu hal ini
tidak mengurangi aspek keakuratan teks terjemahan karena konsep bojo atau wedokan juga
bisa terwakili dalam kata keluarga.
o. Transposisi
129
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Data 145
BSu : No! - Shut up! I ain't hear you getting upset when Walker hurting me
last year night
BSa : Menengo! Aku gak ndelok kon loro ati pas aku diajar Walker mbiyen!
Data 145 teridentifikasi sebagai tuturan AAE yang menggunakan penanda negasi
ain’t di dalamnya. Kalimat tersebut diungkapkan oleh LaRue pada istrinya yang dituduh
selingkuh dengan laki-laki lain. Dalam proses penerjemahannya terdapat pergeseran
kategori grammatical dalam BSa nya. Jika dilihat dari BSu, verba yang digunakan adalah
verba aktif dimana subjek yang melakukan pekerjaan diletakkan di depan (kalimat aktif).
Akan tetapi, dalam versi dubbing nya, struktur kalimat dalam BSa berubah menjadi kalimat
passive (passive voice). Verba ‘hurting’ dalam BSu yang jika diterjemahkan secara harfiah
menjadi menghajar, di dalam data diatas diterjemahkan dengan teknik transposisi menjadi
diajar (= dihajar).
p. Harfiah
Data 786
BSu : This ain’t right, man
BSa : Iki ora bener, cak
Dalam data diatas, penanda negasi ain’t yang terdapat dalam BSu diterjemahkan
secara harfiah menjadi ora dalam BSa. Kata ain’t sendiri adalah penanda negasi yang
sangat identic dengan dialek AAE yang merupakan kategori perangkat sintaksis dalam
130
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pengklasifikasian dialek AAE (dikutip dalam Green; 2004). Sedangkan istilah ora sendiri
dalam bahasa Jawa merupakan kata yang biasa digunakan dalam kalimat yang
mengandung negasi. Penggunaan teknik harfiah dalam menerjemahkan penanda negasi
ain’t mengurangi unsur dialek dalam versi dubbing Suroboyoannya. Hal ini mengingat
dialek Suroboyoan memiliki slang yang lebih khas dalam menyatakan kalimat bermakna
negatif, yaitu dengan slang gak dan penegasan dari kata ora menjadi orak.
Selain kata ora, Bahasa Jawa juga mengenal slang dudu untuk menyatakan kalimat
yang mengandung negasi. Dalam penelitian ini ditemukan penanda negasi yang
diterjemahkan dengan menggunakan kata dudu.
Data 29
BSu : That's God's business, ain’t yours
BSa : Iku urusane gusti pangeran le, dudu urusanmu
Penanda negasi ain’t dalam contoh data diatas dialihbahasakan menjadi dudu dalam
versi dubbing. Dalam konteks Bahasa Jawa, kata dudu memiliki makna yang sama dengan
penanda negasi ora. Keduanya merupakan penanda negasi yang lazim digunakan dalam
masyarakat Jawa pada umumnya. Pemadanan ini agak mengurangi unsur dialek
Suroboyoan dalam versi dubbing karena dalam slang Suroboyoan penutur asli lebih sering
menggunakan kata guduk.
Data 522
BSu : Where you gonna go?
BSa : Arep nandi cak?
Konstruksi kata gonna sebagai penanda dialek bahasa Inggris non-standar dalam
contoh data diatas diterjemahkan menjadi arep dalam versi dubbingnya. Kata arep sendiri
dalam konteks bahasa Jawa merupakan istilah yang lazim digunakan untuk menggantikan
131
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kata ‘akan’. Penggunaan padanan tersebut sedikit mengurangi unsur dialek karena penutur
asli dialek Suroboyoan lebih sering menggunakan kata kape atau kate.
q. Naturalisasi
Data 92
BSu : I hope I ain’t interrupting you guys
BSa : Aku gak ganggu ta, gaes?
Slang guys yang mengacu pada penyebutan laki-laki dalam dialek AAE
diterjemahkan menjadi gaes dalam versi dubbing. Slang gaes sendiri merupakan bentuk
sapaan non formal yang biasa ditemukan dalam percakapan sehari-hari di kalangan anak
muda Indonesia, termasuk Surabaya. Bentuk kata sapaan ini bukan merupakan bahasa khas
Suroboyoan, meskipun sering ditemukan di kalangan anak muda Surabaya. Kata gaes ini
merupakan bahasa Indonesia tidak baku. Istilah gaes tersebut merupakan serapan dari slang
AAE guys.
Dalam pembahasan metode penerjemahan kita tidak bisa lepas dari penggunaan teknik
penerjemahan. Pada prinsipnya metode penerjemahan adalah cara yang ditempuh oleh
penerjemahan dalam menyelesaikan penerjemahan pada tataran makro sedangkan teknik
penerjemahan berada pada tataran mikro.
132
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1000
900
800
Cenderung ke Bsu Cenderung ke Bsa
700
600
500
400
300
200
100
0
Tran Kom
PM Lit PA Gen Red Neut KD Ads Eks Imp Var Mod Adpt Par PL
s p
Bsa 27 10 6 11 14 16 29 32 61 64 102 114 141 164 230 346 880
Dari 9-episode film seri Walker Texas Ranger yang diteliti penerjemah menerapkan
teknik padanan lazim, variasi, adaptasi dan ekplisitasi yang cukup dominan. Hal ini
menunjukkan bahwa penerjemah mencoba untuk menyesuaikan budaya pembaca target.
Penggunaan teknik variasi juga menyebabkan kata yang sebenarnya bahasa standar dalam
BSu menjadi sebuah dialek khas dalam BSa. Contohnya, dalam menerjemahkan kata bahasa
Inggris standar you yang dialihbahasakan menjadi koen (dibaca: kon) yang merupakan
penanda dialek Suroboyoan yang khas. Selain itu upaya adaptasi dari penerjemah dalam
menerjemahkan sapaan-sapaan seperti pal, guys, dan dude menjadi cak, cuk dan rek
menambah unsur dialek Suroboyoan dalam versi dubbing. Hal ini menjadi bukti bahwa
penerjemah berupaya untuk menyesuaikan konten dan gaya bahasa terjemahan sesuai dengan
budaya dan slang BSa sehingga teks terjemahan mudah dipahami oleh pembaca target. Dari
133
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
temuan tersebut dapat dipetakan kecenderungan metode yang diterapkan pada teks
terjemahan dubbing film Walker Texas Ranger adalah metode adaptasi dan komunikatif.
Kesimpulan tersebut berdasarkan ciri metode penerjemahan komunikatif dimana dalam teks
terjemahan penerjemah berusaha menyampaikan makna kontekstual dari bahasa sumber
dalam bahasa sasaran sehingga isi dan bahasa dalam BSa dapat berterima dan dipahami oleh
pembaca target (Hoed, 1993). Selain komunikatif, peneliti menyimpulkan bahwa penerjemah
juga menerapkan metode adaptasi. Hal ini didasarkan pada temuan bahwa hasil terjemahan
dalam penelitian ini banyak ditemukan istilah yang diadaptasi menyesuaikan budaya dialek
target. Dengan menerapkan metode adaptasi, penerjemah tetap mempertahankan tema, alur,
dan karakter, akan tetapi budaya dari BSu dikonversi ke dalam budaya BSa dan teks ditulis
berdasarkan standar dan gaya bahasa dari budaya target (Hoed, 1993).
4.1.3. Dampak Penggunaan Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan terhadap Kualitas
Penerjemahan
134
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dalam penelitian ini terdapat 790 tuturan dialog film yang dinilai tingkat keakuratan,
keberterimaan dan keterbacaan melalui FGD dengan mengacu pada model penilaian
terjemahan yang diajukan oleh Nababan dkk (2012). Perbandingan kualitas teks terjemahan
dari aspek keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan dapat terlihat dalam grafik berikut:
Grafik 4.5. Kualitas Teks Terjemahan Dubbing Film Seri Walker Texas Ranger
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa tingkat keakuratan, keberterimaan, dan
keterbacaan produk terjemahan dubbing film Walker Texas Ranger ke dalam bahasa
Suroboyoan relatif tinggi.
Dari hasil FGD nilai keakuratan hasil terjemahan dubbing film seri Walker Texas
Ranger ke dalam dialek Suroboyoan tergolong tinggi dengan nilai total keakuratan sebesar
2.82. Nilai keakuratan itu dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
= 2.82
135
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Nilai keakuratan sebesar 2.82 yang dihitung dalam rentang 1 – 3 membuktikan bahwa
teks terjemahan dubbing film Walker Texas Ranger merupakan terjemahan yang berkualitas
dengan nilai keakuratan yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa makna dalam dialog film
yang mangandung dialek AAE diterjemahkan secara akurat dalam dialek Suroboyoan, hampir
tidak terdapat distorsi makna dalam teka dubbing. Berikut ditampilkan contoh terjemahan
tuturan atau dialog yang teridentifikasi menggunakan unsur dialek AAE ke dalam dubbing
bahasa Suroboyoan sesuai tingkat keakuratannya.
a. Terjemahan akurat
Dalam penelitian ini terdapat 680 teks terjemahan yang terkonfirmasi mempunyai
tingkat keakuratan tinggi (terjemahan akurat) dengan skor 3. Dari hasil FGD ditemukan
bahwa ungkapan yang diterjemahkan menggunakan teknik padanan lazim, adaptasi,
variasi, peminjaman murni, cenderung mempunyai tingkat akurasi yang tinggi. Berikut
adalah beberapa contoh terjemahan dengan nilai keakuratan tinggi.
Data 11
BSu : I ain’t gonna deny anything, man.
BSa : Aku gak kape ngelak opo –opo, cak
Dialog yang mengandung dialek AAE dalam data 11 diatas diterjemahkan dengan
menggunakan teknik adaptasi. Pesan yang terdapat dalam BSu disampaikan dengan akurat
ke dalam BSa. Ungkapan dalam BSu yang mengandung negasi disampaikan dengan
menggunakan istilah penanda negasi gak yang lazim digunakan oleh penutur dialek
Suroboyoan. Selain mempunyai keakuratan tinggi, contoh teks diatas juga mempunyai
tingkat keberterimaan dan keterbacaan tinggi karena pembaca target akan dengan mudah
memahami tuturan yang terdapat dalam BSa. Hal ini karena penerjemah menggunakan
unsur-unsur leksikal yang familiar bagi pembaca target. Unsur dialek bahasa target juga
masih terlihat jelas dalam teks terjemahan.
Dari hasil FGD ditemukan sebanyak 83 teks terjemahan yang terkategori sebagai
terjemahan kurang akurat. Penggunaan teknik parafrase, addition (penambahan), dan
deletion (pengurangan) yang digunakan penerjemah dalam proses dubbing menjadi
136
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
penyebab hasil terjemahan kurang akurat. Meskipun begitu, tidak semua tuturan yang
menerapkan ketiga teknik tersebut berkurang keakuratannya. Berikut adalah contoh
terjemahan yang kurang akurat yang ditemukan peneliti dalam penelitian ini:
Data 532
BSu : Look, pal… I’m on parole and this ain’t look good for me.
BSa : Cak, engko ae cak.. sek sibuk aku.. njuk iki mesti perkoro nggaplei yo?
Peneliti menemukan sebanyak 27 teks terjemahan yang tidak akurat dalam penelitian
ini. Ketidak akuratan teks terjemahan tersebut disebabkan oleh penerapan teknik kreasi
diskursif dalam proses dubbing. Penerapan teknik tersebut menjadikan hasil terjemahan
keluar konteks dari makna yang yang ingin disampaikan oleh BSu. Berikut adalah contoh
terjemahan yang tidak akurat yang ditemukan peneliti dalam penelitian ini:
Data 124
BSu : Why not just do what the cops think we’re gonna do anyway?
BSa : Yowes nak ngono, yowes mbalek nang rencana awal ae
137
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
bergeser menjadi kalimat pernyataan yang menunjukkan bahwa si pelaku tutur sudah
mengambil keputusan dalam permasalahan yang sedang dibicarakan.
Dari hasil FGD nilai keberterimaan hasil terjemahan dubbing film seri Walker Texas
Ranger ke dalam dialek Suroboyoan tergolong tinggi dengan nilai total keberterimaan sebesar
2.91. Nilai keberterimaan itu dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
2305+130+0
= 790
2305
= 790
= 2.91
a. Terjemahan berterima
Dalam penelitian ini terdapat 725 teks terjemahan yang terkonfirmasi merupakan teks
terjemahan berterima dengan skor 3. Dari hasil FGD ditemukan bahwa ungkapan yang
diterjemahkan menggunakan teknik padanan lazim, adaptasi, variasi, cenderung
138
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mempunyai tingkat keberterimaan yang tinggi. Hal ini karena teknik-teknik tersebut lebih
condong pada BSa dengan menggunakan istilah-istilah yang lazim dan akrab dengan
telinga dan budaya pembaca target. Berikut adalah contoh teks yang mempunyai tingkat
keberterimaan yang tinggi:
Data 301
SL : Where the hell you gonna start, pal?
TL : Kon kape mulai tekan endi iki, cak?
139
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kurang alami bagi pembaca target. Meskipun penggunaan teknik ini berkontribusi positif
pada tingkat keakuratan teks terjemahan, akan tetapi informan menyarankan untuk
menerapkan teknik adaptasi dalam menerjemahkan nama asing tersebut agar pembaca
target mudah memahami dan menerima pesan dalam versi dubbingnya.
Dalam penelitian ini tidak ditemukan teks terjemahan yang tidak berterima (kualitas
keberterimaan dengan skor 1).
Dari hasil FGD nilai keterbacaan hasil terjemahan dubbing film seri Walker Texas
Ranger ke dalam dialek Suroboyoan tergolong tinggi dengan nilai total keakuratan sebesar
2.92. Nilai keterbacaan tersebut dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
2181+126+0
= 790
2307
= 790
= 2.92
140
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
klausa, frasa, istilah teknis atau teks terjemahan mudah dipahami oleh pembaca target
dengan hanya sekali baca. Dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 727 teks terjemahan
dengan keterbacaan tinggi. Penggunaan teknik padanan lazim, adaptasi, variasi, menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya tingkat keterbacaan hasil terjemahan.
Berikut adalah contoh hasil terjemahan dari dialog film Walker Texas Ranger ke dalam
dubbing Suroboyan dengan keterbacaan tinggi:
Data 99
BSu : How you doing, pal?
BSa : Yo’opo kabare, cak?
Tuturan yang mengandung penanda negasi dialek AAE dan slang diatas mempunyai
tingkat keterbacaan tinggi. Pemadanan istilah dari BSu ke BSa dilakukan penerjemah
dengan mempertimbangkan unsur-unsur bahasa dan penanda leksikal yang terdapat dalam
dialek Suroboyoan. Penggunaan istilah-istilah seperti yo’opo dan cak memberikan ‘rasa’
yang sangat Surabaya dalam versi dubbing tuturan tersebut. Istilah-istilah tersebut sangat
familiar bagi masyarakat Surabaya sehingga mudah dipahami oleh ‘arek-arek’ Surabaya
sebagai pembaca target.
Data 557
SL : I think I gonna have his prints faxed to NCIC and Interpol
TL : Yowes, maringene arep tak cocokno nang NCIC ambe Interpol
141
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Meskipun secara umum, teks terjemahan tersebut bisa dipahamimoleh pembaca sasaran,
akan tetapi penggunaan istilah-istilah asing seperti NCIC dan Interpol mengurangi tingkat
keterbacaan dari teks terjemahan diatas. Istilah-istilah asing tersebut tidak familiar dalam
budaya masyarakat Surabaya sehingga pembaca sasaran harus mencari referensi lain untuk
benar-benar memahami teks terjemahan tersebut.
Dalam penelitian ini tidak ditemukan teks terjemahan yang tidak terbaca (kualitas
keterbacaan dengan skor 1).
4.1.4. Terjemahan Dialek AAE dan Jenis Pergeseran dalam Versi Dubbing Dialek
Suroboyoan
a) Tuturan yang mengandung dialek AAE menjadi tuturan yang tidak mengandung dialek
dalam versi dubbing.
b) Tuturan yang tidak mengandung unsur dialek dalam BSu menjadi tuturan yang
mengandung dialek dalam versi dubbing.
Berdasarkan data yang ditemukan dalam penelitian ini terdapat pergeseran yang terjadi
pada produk terjemahan dubbing. Pergeseran yang ditemukan dalam penelitian ini antara
lain; (1) tuturan dialek AAE kategori slang, (2) tuturan dialek AAE kategori penanda
leksikal, dan (3) tuturan dialek AAE kategori perangkat sintaksis.
142
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Beberapa ujaran yang mengandung dialek AAE kategori slang mengalami pergeseran
dalam versi dubbingnya. Teks BSu yang mengandung dialek menjadi teks ujaran yang bukan
dialek dalam versi dubbing. Sebaran tuturan dialek AAE kategori slang dan pergeserannya
dapat dilihat dalam table berikut ini:
Table 4.3. Distribusi tuturan yang mengandung Slang AAE pada BSu dan terjemahannya
BSu BSa
No. Kategori Dialek Bukan Dialek Bukan
Dialek Dialek
1. Istilah penyebutan laki-laki 60 - 47 13
2. Istilah penyebutan perempuan 56 - 38 18
3. Istilah penyebutan uang 24 - 16 8
4. Istilah untuk bepergian - - - -
5. Istilah untuk menyatakan iri - - - -
6. Istilah untuk memulai percakapan - - - -
7. Istilah untuk menyatakan kegiatan seks 16 - 10 6
8. Istilah untuk melabeli sesuatu yang - - - -
menarik, baik, dsb
9. Istilah untuk menyatakan tindakan - - - -
156 0 111 45
Data 687
BSu : How you doing, hon?
BSa : Piye kabarmu, cah ayu?
Istilah AAE tersebut dialih bahasakan menjadi ‘cah ayu’ dalam versi bahasa
Suroboyoan. Meskipun secara makna terdapat kesamaan, akan tetapi terdapat pergeseran
dialek dalam proses penerjemahan istilah tersebut. Dari bahasa dialek yang mempunyai
kekhasan menjadi bahasa standar yang biasa ditemukan dalam komunitas bahasa Jawa pada
umumnya, bukan bahasa Suroboyoan.
4.1.4.2. Terjemahan Tuturan Dialek AAE kategori Penanda leksikal dan Pergeserannya
Beberapa ujaran yang mengandung dialek AAE kategori penanda leksikal mengalami
pergeseran dalam versi dubbingnya. Teks BSu yang mengandung dialek menjadi teks ujaran
yang bukan dialek dalam versi dubbing. Sebaran tuturan dialek AAE kategori penanda
leksikal dan pergeserannya dapat dilihat dalam table berikut ini:
143
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Table 4.4. Distribusi tuturan yang mengandung penanda leksikal AAE pada BSu dan
terjemahannya
BSu BSa
No. Sub kategori Penanda leksikal AAE Dialek Bukan Dialek Bukan
Dialek Dialek
1. Penanda negasi Ain’t 154 - 135 19
2. Negasi ganda 52 - 41 11
3. Construction of words 124 - 109 15
Jumlah 330 - 285 45
Data 786
BSu : This ain’t right, man
BSa : Iki ora bener, cak
Data 787
BSu : Well, ain’t she like it?
BSa : Piye cak, seneng ora areke?
Dalam kedua data diatas, penanda negasi ain’t yang terdapat dalam BSu
diterjemahkan menjadi ora dalam BSa. Kata ain’t sendiri adalah penanda negasi yang
sangat identic dengan dialek AAE yang merupakan kategori perangkat sintaksis dalam
pengklasifikasian dialek AAE (dikutip dalam Green; 2004). Sedangkan istilah ora dalam
bahasa Jawa merupakan terjemahan harfiah dari ungkapan atau kalimat yang mengandung
negasi ain’t tersebut. Dengan menggunakan teknik harfiah tersebut, fungsi atau keberadaan
dialek dalam tuturan BSu menjadi bergeser. Dalam versi dubbing penanda negasi tersebut
menjadi bukan bentuk dialek dalam basa Suroboyoan.
Data 8
BSu : It's kinda creepy, buddy
BSa : Iki medeni loh cak
Penggunaan teknik deletion diatas menyebabkan ujaran dalam dialog asli yang
mengandung dialek AAE menjadi bahasa Jawa standar dan berkurang unsur dialek
Suroboyoannya.
144
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Table 4.5. Distribusi tuturan yang mengandung Perangkat sintaksis AAE pada BSu dan
terjemahannya
BSu BSa
No. Sub kategori Penanda leksikal AAE Dialek Bukan Dialek Bukan
Dialek Dialek
1. Kalimat tanya 166 - 153 13
2. Pelesapan kopula be 55 - 50 5
3. Pelesapan kata bantu kerja 33 - 22 11
4. Penyimpangan kata bantu kerja 21 - 16 5
5. Penggunaan -s untuk kata kerja dengan 14 - 11 5
subjek jamak
6. Penggunaan perfective done untuk past 12 - 10 2
tense
304 0 262 41
4.1.5. Model Penerjemahan Dialek AAE ke dalam Dubbing Suroboyan yang Menghasilkan
Terjemahan Berkualitas
Pada sub bagian ini peneliti menyajikan model penerjemahan dialek AAE ke dalam
dubbing dialek Suroboyoan. Model yang disusun oleh peneliti ini berisi rekomendasi
penggunaan ideologi, metode dan teknik penerjemahan dalam menerjemahkan fitur-fitur
145
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
linguistik dialek AAE yang digunakan dalam dialog film Amerika ke dalam dubbing dialek
Suroboyoan. Rekomendasi penggunaan ideologi, metode dan teknik penerjemahan dalam
prototipe ini dikembangkan berdasarkan konsep-konsep yang ditemukan dalam pertanyaan
penelitian 1 – 4 penelitian ini, temuan-temuan penelitian terdahulu yang sejenis, teori-teori
terkait, dan saran dari pakar.
Model yang direkomendasikan oleh peneliti ini sudah melalui tahap Focus Group
Discussion (FGD) dan validasi yang melibatkan pakar penerjemahan, pakar linguistik dan
penelitian, dan informan yang terlibat sebagai rater yang terdiri dari doktor linguistik
penerjemahan dan mahasiswa S3 penerjemahan. FGD yang dilaksanakan pada tanggal 23
Oktober 2021 di ruang sidang FIB UNS. Setelah melalui tahap validasi, FGD ini menghasilkan
model penerjemahan dialek AAE (African American English) ke dalam dubbing dialek
Suroboyoan. Model yang sudah divalidasi ini berisi tentang rekomendasi/saran penggunaan
ideologi, metode dan teknik peerjemahan yang tepat dalam menerjemahkan dialek AAE ke
dalam dubbing dialek Suroboyoan. Aspek yang menjadi pertimbangan dalam menentukan
model adalah:
146
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
& Javankhah, 2015) dan penerjemahan dialek (Brodovich, 1997; Geissberger, 2016; Szep,
2016; Majkiewicz 2016).
Dalam konteks proses dubbing, seorang penerjemah akan lebih memilih untuk
menerapkan teknik penerjemahan yang cenderung ‘berpihak’ pada bahasa sasaran agar
pembaca target mudah memahami isi film dengan suara dubber.
Merujuk pada penerapan ideologi yang condong pada BSa, maka metode
penerjemahan yang direkomendasikan dalam menerjemahkan dialek AAE ke dalam
dubbing dialek Suroboyoan adalah metode yang berorientasi pada bahasa sasaran. Metode
yang direkomendasikan tersebut adalah; metode adaptasi dan metode penerjemahan
komunikatif.
Dari hasil FGD dan analisis terhadap data dalam penelitian pendahuluan, ditemukan
bahwa terdapat dua metode yang menghasilkan teks dubbing yang berkualitas dengan
tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan yang tinggi. Metode tersebut adalah
metode komunikatif dan adaptasi. Berdasarkan temuan tersebut, peneliti
merekomendasikan metode komunikatif dan adaptasi sebagai metode penerjemahan yang
menghasilkan terjemahan berkualitas dalam menerjemahkan dialek AAE ke dalam
dubbing dialek Suroboyoan. Rekomendasi ini juga didukung oleh penelitian terkait dalam
menerjemahkan dialek AAE (Octaviani, 2016; Nugroho, 2018; Nurlaila, 2018; Yunita,
2019; IK Dewi, 2019; Nugroho, 2020; Rosyidah, 2021) dan dubbing (Szarkowska, 2005;
Weibel dan Groner, 2009; Tveist, 2009; Jankowska, 2010; Eslamieh & Javankhah, 2015).
147
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Untuk menentukan pilihan teknik penerjemahan yang terbaik sesuai dengan konteks,
penerjemah perlu memperhatikan kategori dialek AAE yang muncul dalam tuturan BSu,
hubungan sosial penutur, dan situasi/konteks tutur. Setelah mengetahui beberapa hal
tersebut tersebut penerjemah perlu mempertahankan kesan dan makna yang ingin
disampaikan oleh penutur asli melalui tuturan tersebut dengan menggunakan teknik
penerjemahan yang tepat. Langkah-langkah dalam menganalisis penggunaan teknik
penerjemahan yang sesuai antara lain:
a. Memastikan ujaran yang terdapat dalam BSu adalah ujaran yang mengandung
slang/slang dialek AAE
b. Selanjutnya menganalisis konteks sosial dan makna tuturan untuk mengetahui fungsi
tuturan.
c. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi istilah yang merupakan penanda slang
dialek AAE
d. Langkah terakhir adalah merekonstruksi ujaran BSu yang mengandung slang AAE ke
dalam bahasa sasaran dengan tetap mempertahankan makna dan eksistensi dialek
dalam BSa menggunakan teknik penerjemahan yang tepat.
Salah satu penanda dialek AAE kategori slang/slang adalah istilah penyebutan laki-
laki. Dikutip dari Green (2002) ada beberapa slang yang ditengarai sebagai penanda dialek
AAE. Slang tersebut antara lain; balla, cuz, fool, buddy, dawg (dog), homes, dude, hotboy,
guy, pal, kinfolk, dan mark. Dalam dialek Suroboyoan juga terdapat istilah penyebutan
laki-laki yang menjadi penanda dialek Suroboyoan dengan bahasa Jawa standar. Untuk
menerjemahkan slang penyebutan laki-laki dari dialek AAE ke dalam dialek Suroboyoan,
penerjemah perlu memperhatikan konteks tuturan dan fungsi slang dalam BSu sehingga
menghasilkan terjemahan yang sepadan tanpa mengurangi ‘rasa’ dalam BSa. Berikut
148
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
adalah rekomendasi model teknik penerjemahan istilah penyebutan laik-laki dari dialek
AAE ke dalam dubbing dialek Suroboyoan:
Gunakan Padanan
Apakah Ya
Lazim
slang laki-
Dialek Istilah laki AAE
AAE untuk mempunyai
kategori menyebut padanan
Slang laki-laki slang laki- Slang untuk menyebut
laki yang laki-laki dalam AAE
tepat dalam diterjemahkan dengan
Alternatif lain
menggunakan istilah yang Gunakan
dialek
dekat dengan pembaca Adaptasi/
Suroboyoan Variasi/
target dengan tetap
?
mempertahankan unsur
dialek
Gambar 4.1. Rekomendasi Teknik Penerjemahan Dialek AAE Sub Kategori Slang Laki-
Laki
Dari gambar 4.1 tersebut terlihat bahwa selain menemukan padanan yang tepat dari
BSu ke dalam BSa, seorang penerjemah juga diharapkan sebisa mungkin mempertahankan
eksistensi dialek dalam versi dubbing. Pada urutan pertama rekomendasi penggunaan
teknik penerjemahan, peneliti merekomendasikan untuk menggunakan teknik padanan
lazim dalam menerjemahkan penanda dialek AAE sub kategori slang penyebutan laki-laki
ke dalam dubbing dialek Suroboyoan. Selain padanan lazim, peneliti merekomendasikan
alternatif teknik lain yaitu; (1) adaptasi, dan (2) variasi.
Contoh penerapan teknik padanan lazim dalam menerjemahkan dialek AAE sub
kategori istilah penyebutan laki-laki adalah:
Data 652
BSu : Hey, buddy, we gotta get out of here
BSa : Ayo le! Ayo metu soko kene!
149
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
bahasa jawa, kata le pasti tidak akan lepas dari bahasa percakapan. Kata itu biasanya
digunakan oleh orangtua kepada anaknya sebagai kata yang menggantikan nama.
Ungkapan le oleh orangtua kepada anaknya, tersirat sebagai bentuk pembatasan hubungan
antara ayah/ibu dengan anak. sebuah bentuk hierarki.
Dampak positif dari rekomendasi penggunaan teknik padanan lazim tersebut adalah;
(1) dapat menerjemahkan struktur asli BSu ke dalam struktur BSa tanpa menghilangkan
makna sehingga menghasilkan teks terjemahan yang akurat, dan (2) dapat menghasilkan
teks BSa yang mudah dipahami oleh pembaca target karena menggunakan unsur bahasa
yang lazim digunakan dalam dialek sasaran. Dengan mempertimbangkan dampak positif
tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa rekomendasi teknik padanan lazim dalam
menerjemahkan dialek AAE sub kategori slang penyebutan laki-laki ini sudah memenuhi
tujuan utama dalam menerjemahkan dialek yaitu menghasilkan terjemahan yang akurat,
berterima, mudah dipahami seperti yang disampaikan oleh Larson (1998), Nida (2001) dan
Nababan dkk (2012) sudah tercapai. Rekomendasi penggunaan teknik ini juga didukung
oleh penelitian tentang penerjemahan slang dan dialek (Octaviani, 2016; Nugroho, 2018;
Nurlaila, 2018; Yunita, 2019; Dewi, 2019; Nugroho, 2020; Rosyidah, 2021).
Data 301
BSu : Where the hell you gonna start, pal?
BSa : Kon kape mulai tekan endi iki, cak?
150
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Data 782
BSu : Jeez.. the guy gonna like this
BSa : Auwooooh.. ki areke bakal sueneng, cak
Data 301 dan 782 diatas teridentifikasi mengandung tuturan dialek AAE kategori
slang penyebutan laki-laki. Penerjemah menggunakan teknik adaptasi dalam
menerjemahkan slang AAE pal dalam contoh data 301 dengan mengganti istilah BSu
tersebut menjadi cak dalam versi dubbing. Sebagaimana halnya istilah pal yang digunakan
untuk merujuk pada teman laki-laki dalam dialek AAE, slang cak merupakan panggilan
kepada teman atau seorang kenalan laki-laki yang sangat khas dalam budaya masyarakat
Surabaya. Kata cak sering digunakan untuk menunjukkan keakraban antar sesama pelaku
tutur di lingkungan sosial masyarakat Surabaya. Selanjutnya, dalam data 782 terlihat
bahwa slang guy yang merujuk pada laki-laki diterjemahkan dengan variasi bahasa yang
khas dalam budaya Suroboyoan, yaitu areke. Dengan menggunakan kedua istilah tersebut
maka terjemahan menjadi berterima dan mudah dipahami oleh pembaca target. Selain itu
hasil terjemahan tersebut juga akurat dan eksistensi dialek dalam BSa tetap dipertahankan.
Dampak positif dari penggunaan teknik adaptasi dan variasi tersebut adalah; (1)
dapat menghasilkan terjemahan yang berkualits dengan tingkat keakuratan yang tinggi
dengan penggunaan istilah yang sudah disesuaikan dengan budaya bahasa target, (2) istilah
yang digunakan merupakan penanda dialek dalam budaya target sehingga menghasilkan
terjemahan yang mampu mempertahankan unsur dialek dalam teks BSa, dan (3)
terjemahan merupakan istilah dialek yang akrab bagi pembaca sasaran dan dekat dengan
budaya target sehingga teks BSa mempunyai keberterimaan tinggi dan mudah dipahami
oleh pembaca target. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, peneliti
menyimpulkan bahwa penerapan teknik adaptasi dan variasi untuk menerjemahkan
penanda dialek AAE sub kategori istilah slang penyebutan laki-laki ke dalam dubbing
dialek Suroboyoan sudah memenuhi syarat ideal penerjemahan dialek yaitu menghasilkan
terjemahan yang akurat, berterima dan mudah dipahami (Larson, 1998; Nida, 2001;
Nababan dkk, 2012) serta mempertahankan eksistensi dialek dalam BSa (Brodovich, 1997;
Geissberger, 2016; Szep, 2016; Majkiewicz 2016). Penerapan teknik adaptasi dan variasi
ini didukung oleh hasil penelitian terkait penerjemahan slang dan dan dialek (Octaviani,
151
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2016; Nugroho, 2018; Nurlaila, 2018; Yunita, 2019; Dewi, 2019; Nugroho, 2020;
Rosyidah, 2021).
Salah satu penanda dialek AAE kategori slang/slang adalah istilah penyebutan
perempuan. Dikutip dari Green (2002) ada beberapa slang yang ditengarai sebagai
penanda dialek AAE. Beberapa istilah slang AAE untuk menyebut perempuan yang
ditemukan dalam penelitian ini adalah; honey, babe, babycake, chick dan wifey. Dalam
dialek Suroboyoan juga terdapat istilah penyebutan perempuan yang menjadi penanda
dialek Suroboyoan dengan bahasa Jawa standar. Dalam merekomendasikan istilah slang
AAE untuk menyebut perempuan ke dalam dialek Suroboyoan, peneliti menyarankan
penerjemah untuk mencari padanan yang paling dekat dengan dialek sasaran tanpa
menghilangkan unsur dialek dalam BSu. Berikut adalah rekomendasi model teknik
penerjemahan istilah penyebutan perempuan dari dialek AAE ke dalam dubbing dialek
Suroboyoan:
Gunakan Padanan
Apakah Ya
Lazim
slang
Istilah
Dialek AAE perempuan
untuk
kategori AAE
menyebut
Slang/ mempunyai
perem-
Leksikan padanan Slang untuk menyebut
puan perempuan dalam dialek
slang
perempuan AAE diterjemahkan
Alternatif lain
Gambar 4.2. Rekomendasi Teknik Penerjemahan Dialek AAE Sub Kategori Slang
Penyebutan Perempuan
Dari gambar 4.2 tersebut terlihat bahwa selain menemukan padanan yang tepat dari
BSu ke dalam BSa, seorang penerjemah juga diharapkan sebisa mungkin mempertahankan
eksistensi dialek dalam versi dubbing. Pada urutan pertama rekomendasi penggunaan
teknik penerjemahan, peneliti merekomendasikan untuk menggunakan teknik padanan
152
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lazim dalam menerjemahkan penanda dialek AAE sub kategori slang penyebutan
perempuan ke dalam dubbing dialek Suroboyoan. Contoh penerapan teknik ini adalah:
Data 537
BSu : It gonna be all right, babe
BSa : Wes ta nduk, manut ae ojok kuatir.
Dampak positif dari rekomendasi penggunaan teknik padanan lazim tersebut adalah;
(1) dapat menerjemahkan struktur asli BSu ke dalam struktur BSa tanpa menghilangkan
makna sehingga menghasilkan teks terjemahan yang akurat, dan (2) dapat menghasilkan
teks BSa yang mudah dipahami oleh pembaca target karena menggunakan unsur bahasa
yang lazim digunakan dalam dialek sasaran. Dengan mempertimbangkan dampak positif
tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa rekomendasi teknik penerjemahan dalam
menerjemahkan dialek AAE sub kategori slang penyebutan perempuan ini sudah
memenuhi tujuan utama dalam menerjemahkan dialek yaitu menghasilkan terjemahan
yang akurat, berterima, mudah dipahami seperti yang disampaikan oleh Larson (1998),
Nida (2001) dan Nababan dkk (2012) sudah tercapai. Rekomendasi penggunaan teknik ini
juga didukung oleh penelitian tentang penerjemahan slang dan dialek (Octaviani, 2016;
Nugroho, 2018; Nurlaila, 2018; Yunita, 2019; Dewi, 2019; Nugroho, 2020; Rosyidah,
2021).
Data 240
BSu : I just wanna talk to my wifey
BSa : Aku mek pengen nggacor mbe wedokanku
153
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Istilah wifey merupakan penanda dialek AAE kategori slang sub kategori
penyebutan istilah perempuan (Green, 2002). Dalam bahasa Jawa, istilah ini lazim
dipadankan dengan kata bojo. Istilah bojo tidak secara khusus merujuk pada perempuan,
karena juga bisa digunakan untuk merujuk pada laki-laki. Selain itu, dalam konteks
budaya Suroboyoan istilah ini bukan merupakan penanda dialek. Untuk alasan tersebut,
dalam contoh diatas, penerjemah mengadaptasi penanda dialek AAE wifey menjadi
wedokan. Istilah wedokan tersebut meskipun dalam bahasa Jawa bermakna sedikit kasar,
akan tetapi dalam budaya Suroboyoan yang egaliter lebih bisa diterima dan lebih akurat
karena hanya merujuk pada perempuan. Dengan memadankan kedua istilah tersebut maka
terjemahan menjadi berterima dan mudah dipahami oleh pembaca target. Selain itu hasil
terjemahan tersebut juga akurat dan eksistensi dialek dalam BSa tetap dipertahankan.
Dampak positif dari penggunaan teknik adaptasi dan variasi tersebut adalah; (1)
dapat menghasilkan terjemahan yang berkualits dengan tingkat keakuratan yang tinggi
dengan penggunaan istilah yang sudah disesuaikan dengan budaya bahasa target, (2)
penggunaan istilah yang diadaptasi lebih sesuai dengan budaya target sehingga mampu
mempertahankan unsur dialek dalam teks BSa, dan (2) terjemahan merupakan istilah dialek
yang akrab bagi pembaca sasaran dan dekat dengan budaya target sehingga teks BSa
mempunyai keberterimaan tinggi dan mudah dipahami oleh pembaca target.
Mempertimbangkan dampak-dampak positif tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
penerapan teknik adaptasi dan variasi untuk menerjemahkan penanda dialek AAE sub
kategori istilah slang penyebutan perempuan ke dalam dubbing dialek Suroboyoan sudah
memenuhi syarat ideal penerjemahan dialek yaitu menghasilkan terjemahan yang akurat,
berterima dan mudah dipahami (Larson, 1998; Nida, 2001; Nababan dkk, 2012) serta
mempertahankan eksistensi dialek dalam BSa (Brodovich, 1997; Geissberger, 2016; Szep,
2016; Majkiewicz 2016). Penerapan teknik adaptasi dan variasi ini didukung oleh hasil
penelitian terkait penerjemahan slang dan dan dialek (Octaviani, 2016; Nugroho, 2018;
Nurlaila, 2018; Yunita, 2019; Dewi, 2019; Nugroho, 2020; Rosyidah, 2021).
154
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Salah satu penanda dialek AAE kategori slang adalah istilah penyebutan uang.
Dikutip dari Green (2002) ada beberapa slang yang ditengarai sebagai penanda dialek
AAE. Dalam dialek Suroboyoan juga terdapat istilah penyebutan uang yang menjadi
penanda dialek Suroboyoan dengan bahasa Jawa standar. Dalam merekomendasikan
istilah slang AAE untuk menyebut uang ke dalam dialek Suroboyoan, peneliti
mempertimbangkan fungsi, bentuk, dan konteks tuturan dari BSu. Hal ini perlu menjadi
pertimbangan karena penanda dialek AAE sub kategori uang yang dalam bentuk aslinya
berfungsi sebagai nomina, tidak selalu bisa diterjemahkan menajdi bentuk nomina dalam
dialek sasaran. Selanjutnya, peneliti mencari padanan yang paling dekat dengan dialek
sasaran tanpa menghilangkan unsur dialek dalam BSu. Berikut adalah rekomendasi model
teknik penerjemahan istilah penyebutan uang dari dialek AAE ke dalam dubbing dialek
Suroboyoan:
Gunakan Padanan
Ya
Lazim
Apakah
slang uang
AAE
AAE
Istilah mempunyai
Kategori
Slang/
penyebu padanan
tan uang slang uang Apakah ada
Slang Jika alternatif
dalam alternatif lain teknik lain
Gunakan Modulasi/Parafrase
Gambar 4.3. Rekomendasi Teknik Penerjemahan Dialek AAE Sub Kategori Slang
Penyebutan Uang
155
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
penyebutan uang ke dalam dubbing Suroboyoan. Hal ini karena penerapan teknik padanan
lazim dapat menghasilkan terjemahan yang berkualitas dengan penggunaan istilah yang
lazim dalam BSa. Contoh penerapan teknik ini adalah:
Data 640
BSu : You have cash, buddy?
BSa : Duwe duwek, cak?
Istilah cash merupakan penanda dialek AAE untuk kategori slang sub kategori
istilah penyebutan uang (Green, 2020). Dalam contoh diatas, iatilah tersebut
dialihbahasakan menjadi duwek yang merupakan istilah yang lazim digunakan oleh
pembaca target untuk menyatakan uang. Pemadanan ini sudah memenuhi kriteria
terjemahan yang ideal karena mempunyai makna yang sama dengan pilihan kata yang
berterima dalam BSa.
Dampak positif dari rekomendasi penggunaan teknik padanan lazim tersebut adalah;
(1) dapat menerjemahkan struktur asli BSu ke dalam struktur BSa tanpa menghilangkan
makna sehingga menghasilkan teks terjemahan yang akurat, (2) dapat menghasilkan teks
BSa yang mudah dipahami oleh pembaca target karena menggunakan unsur bahasa yang
lazim digunakan dalam dialek sasaran, dan (3) penerapan teknik ini dapat mempertahankan
unsur dialek dalam BSa karena menggunakan istilah yang khas dalam budaya target.
Dengan mempertimbangkan dampak positif tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
rekomendasi teknik penerjemahan dalam menerjemahkan dialek AAE sub kategori slang
penyebutan uang ini sudah memenuhi tujuan utama dalam menerjemahkan dialek yaitu
menghasilkan terjemahan yang akurat, berterima, mudah dipahami (Larson, 1998; Nida,
2001; Nababan dkk, 2012) dan dapat mempertahankan eksistensi dialek dalam terjemahan
(Brodovich, 1997; Szep, 2016; Geissberger, 2016). Rekomendasi penggunaan teknik ini
juga didukung oleh penelitian tentang penerjemahan slang dan dialek (Octaviani, 2016;
Nugroho, 2018; Nurlaila, 2018; Yunita, 2019; Dewi, 2019; Nugroho, 2020; Rosyidah,
2021).
156
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Rekomendasi penggunaan teknik tersebut adalah modulasi dan paraphrase. Akan tetapi
penggunaan teknik ini perlu mempertimbangkan hal lain. Seperti terlihat dalam gambar 4.3
diatas, peneliti menyarankan dalam menggunakan teknik modulasi, penerjemah perlu
menambahkan atau menggunakan unsur bahasa lain dalam BSa jika penerapan teknik
tersebut berpotensi menghilangkan unsur dialek dalam terjemahan. Langkah ini dilakukan
dengan memadukan penggunaan teknik modulasi + adisi atau variasi. Contoh penerapan
langkah tersebut dapat dilihat dalam data berikut ini:
Data 240
BSu : How many bucks you lost this week?
BSa : Toroh akeh laan kon, cak?
Dalam konteks contoh tuturan diatas, penanda dialek AAE bucks tidak bisa
diterjemahkan dengan menggunakan nomina dalam BSa. Secara harfiah, ungkapan
tersebut bisa diterjemahkan dalam bahasa Jawa menjadi ‘Pirang juta kowe rugi minggu
iki?’. Upaya penerjemah memodulasi ujaran dengan penanda dialek AAE diatas berhasil
memunculkan unsur dialek dalam verssi terjemahan. Pemadanan frasa many bucks menjadi
kata akeh yang bukan merupakan penanda dialek dalam budaya Suroboyoan disiasati
penerjemah dengan penambahan unsur bahasa lain seperti kata cak dan laan untuk
memunculkan unsur dialek dalam BSa. Selain itu, penerjemah juga menggunakan Teknik
variasi dalam menerjemahkan you menjadi kon. Ketiga istilah tersebut merupakan penanda
dialek yang khas dan lazim ditemukan dalam dialek Suroboyoan.
Dampak positif dari penggunaan teknik modulasi + adisi/variasi tersebut adalah; (1)
makna dalam BSu yang dimodulasi dalam BSa tidak berubah meskipun berbeda sudut
pandang, sehingga menghasilkan terjemahan yang akurat, dan (2) perpaduan teknik saling
melengkapi sehingga tujuan penerjemahan dialek untuk menghasilkan makna yang
sepadan dan mempertahankan eksistensi dialek dalam BSa bisa tercapai, dan (3) istilah
atau diksi yang digunakan dalam BSa merupakan istilah yang lazim dalam budaya target
sehingga mempunyai keberterimaan tinggi dan mudah dipahami oleh pembaca target.
Dengan mempertimbangkan dampak positif tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
rekomendasi teknik penerjemahan dalam menerjemahkan dialek AAE sub kategori slang
penyebutan uang ini sudah memenuhi tujuan utama dalam menerjemahkan dialek yaitu
157
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
menghasilkan terjemahan yang akurat, berterima, mudah dipahami (Larson, 1998; Nida,
2001; Nababan dkk, 2012) dan dapat mempertahankan eksistensi dialek dalam terjemahan
(Brodovich, 1997; Szep, 2016; Geissberger, 2016). Rekomendasi penggunaan teknik ini
juga didukung oleh penelitian tentang penerjemahan slang dan dialek (Octaviani, 2016;
Nugroho, 2018; Nurlaila, 2018; Yunita, 2019; Dewi, 2019; Nugroho, 2020; Rosyidah,
2021).
Selain teknik modulasi, peneliti juga merekomendasikan alternatif teknik lain untuk
menerjemahkan dialek AAE sub kategori istilah penyebutan uang kedalam dubbing dialek
Suroboyoan. Rekomendasi penggunaan teknik yang lain tersebut adalah paraphrase. Akan
tetapi untuk menerapkan teknik paraphrase, penerjemah harus lebih berhati-hati karena
penerapan teknik ini berpotensi mengurangi keakuratan pesan dari BSu ke dalam BSa jika
penerjemah tidak memahami konteks tuturan. Sama halnya dengan penerapan teknik
modulasi, dalam menerapkan teknik paraphrase ini peneliti menyarankan untuk
menggunakan atau menambahkan unsur bahasa lain dalam BSa jika penerapan teknik ini
berpotensi menghilangkan unsur dialek dalam terjemahan. Langkah ini dilakukan dengan
memadukan penggunaan teknik paraphrase + adisi atau variasi. Penerapan langkah tersebut
dapat dilihat dalam contoh data berikut ini:
Data 484
BSu : With an estate valued at over million bucks, the senator ain't realize
that he might fail
BSa : Areke gak kuatir blas kate gagal soale Lek Hughes sugeh
Dalam konteks contoh tuturan diatas, penanda dialek AAE bucks tidak bisa
diterjemahkan dengan menggunakan nomina dalam BSa. Pilihan penerjemah untuk
memparafrase tuturan BSu tersebut menghasilkan terjemahan yang lebih luwes, singkat
dan mudah dipahami oleh pembaca target. Upaya penerjemah tersebut sekaligus dapat
memunculkan unsur dialek dalam versi terjemahan. Pemadanan frasa over million bucks
menjadi kata sugeh yang bukan merupakan penanda dialek dalam budaya Suroboyoan
disiasati penerjemah dengan penggunaan unsur variasi bahasa seperti kata areke, gak dan
kate untuk memunculkan unsur dialek dalam BSa. Ketiga istilah tersebut merupakan
penanda dialek yang khas dan lazim ditemukan dalam dialek Suroboyoan.
158
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dampak positif dari penggunaan teknik modulasi + adisi/variasi tersebut adalah; (1)
makna dalam BSu yang diparafrase dalam BSa tidak berubah meskipun berbeda sudut
pandang, sehingga menghasilkan terjemahan yang akurat, dan (2) perpaduan teknik saling
melengkapi sehingga tujuan penerjemahan dialek untuk menghasilkan makna yang
sepadan dan mempertahankan eksistensi dialek dalam BSa bisa tercapai, dan (3) istilah
atau diksi yang digunakan dalam BSa merupakan istilah yang lazim dalam budaya target
sehingga mempunyai keberterimaan tinggi dan mudah dipahami oleh pembaca target.
Dengan mempertimbangkan dampak positif tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
rekomendasi teknik penerjemahan dalam menerjemahkan dialek AAE sub kategori slang
penyebutan uang ini sudah memenuhi tujuan utama dalam menerjemahkan dialek yaitu
menghasilkan terjemahan yang akurat, berterima, mudah dipahami (Larson, 1998; Nida,
2001; Nababan dkk, 2012) dan dapat mempertahankan eksistensi dialek dalam terjemahan
(Brodovich, 1997; Szep, 2016; Geissberger, 2016). Rekomendasi penggunaan teknik ini
juga didukung oleh penelitian tentang penerjemahan slang (Octaviani, 2016; Nugroho,
2018; Nurlaila, 2018; Yunita, 2019; Dewi, 2019; Nugroho, 2020; Rosyidah, 2021).
Isu seksualitas adalah isu yang cukup sensitive sehingga pemadanan istilah-istilah
terkait seksualitas ini harus dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal seperti
aspek kepantasan dan sosial budaya. Apalagi dalam konteks audioviual translation
dimana hasil terjemahan akan dinikmati oleh masyarakat luas tak terkecuali anak-anak.
Untuk itulah penerjemah audiovisual termasuk dubbing harus ‘cerdas’ dalam memilih
padanan yang tepat untuk menerjemahkan istilah yang menunjukkan kegiatan seksual
159
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dalam teks BSa. Istilah yang digunakan harus sepadan dalam makna dan tidak terlalu
vulgar, akan tetapi tidak mengurangi ‘rasa’ yang ingin disampaikan oleh teks BSu. Dalam
penelitian ini peneliti merekomendasikan teknik penerjemahan yang tepat dalam
menerjemahkan penanda dialek AAE sub kategori penyebutan istilah untuk kegiatan
seksual teknik ke dalam dubbing dialek Suroboyoan. Berikut adalah rekomendasi model
teknik penerjemahan istilah yang menyatakan kegiatan seksual dari dialek AAE ke dalam
dubbing dialek Suroboyoan:
Gunakan Padanan
Ya
Apakah Lazim
Dialek Istilah slang
AAE untuk kegiatan
kategori menyebut seksual AAE
Slang/ kegiatan mempunyai Apakah alternatif
Leksikan seksual padanan lain terlalu kasar
slang dan ada istilah
Alternatif lain
kegiatan yang lebih halus Gunakan
dengan makna Netralisasi
seksual Ya
yang sama dalam + Adisi/
dalam dialek BSa dengan tetap Variasi
Suroboyoan memunculkan
unsur dialek
dalam BSa?
Gambar 4.4. Rekomendasi Teknik Penerjemahan Dialek AAE Sub Kategori Slang
Penyebutan Kegiatan Seksual
Dari gambar model diatas terlihat bahwa urutan pertama rekomendasi penggunaan
teknik penerjemahan dialek AAE sub kategori istilah untuk menyatakan kegiatan
seksualitas ke dalam dubbing dialek Suroboyoan adalah padanan lazim.
Data 234
BSu : How many time you push up on her, man?
BSa : Kon ngencuk dekne ping piro, cak?
160
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Akan tetapi, penggunaan teknik ini perlu mempertimbangkan aspek lain. Aspek
lain ini terkait dengan eksistensi unsur dialek dalam BSa. Dampak negatif dari
penggunaan teknik netralisasi ini adalah; (1) karena menggunakan istilah yang
dinetralisasi, maka unsur dialek dalam BSa menjadi hilang. Mempertimbangkan dampak
161
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Data 277
BSu : Come on babe… let’s get sweating, will ya?
BSa : Ayo talah cah ayu.. yok enak-enak diluk ae talah
Istilah get sweating yang merupakan penanda dialek AAE dinetralisasi menjadi
enak-enak yang bukan merupakan penanda dialek Suroboyoan. Unsur dialek dalam BSa
menjadi terlihat dengan penambahan kata ae dan talah. Kedua kata tersebut merupakan
kata yang khas digunakan dalam budaya Suroboyoan. Dengan penambahan unsur bahasa
lain dalam teks dubbing tersebut, teks terjemahan yang dihasilkan dapat lebih terasa
‘Suroboyo’ sehingga dapat lebih berterima dan eksistensi dialek dapat dipertahankan.
162
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Szep, 2016; Geissberger, 2016). Rekomendasi penggunaan teknik ini juga didukung oleh
penelitian tentang penerjemahan slang dan dialek (Octaviani, 2016; Nugroho, 2018;
Nurlaila, 2018; Yunita, 2019; Dewi, 2019; Nugroho, 2020; Rosyidah, 2021).
Sintaksis adalah salah satu cabang linguistik yang terkait pembahasan tentang proses
pembetukan kalimat. Radford menyampaikan bahwa sintaksis dengan bagaimana kata
dapat digabungkan bersama dalam bentuk frasa, klausa dan kalimat sehingga dapat
menentukan prinsip-prinsip bagaimana kata dapat digabungkan atau tidak untuk
membentuk suatu makna (2003, h. 2). Ciri sintaksis setiap bahasa berbeda antara satu
dengan yang lain. Dialek sebagai sebuah variasi bahasa juga mempunyai ciri sintaksis yang
membedakan dengan dialek yang lain. Hal ini juga berlaku untuk dialek African American
English (AAE) dan Suroboyoan. Perbedaan struktur atau sistem tata bahasa antara kedua
dialek tersebut menjadi aspek yang penting untuk dikaji karena akan mempengaruhi hasil
terjemahan yang berkualitas.
Dari temuan pada penelitian pendahuluan, peneliti menemukan penanda dialek AAE
kategori perangkat sintaksis dalam tuturan dialog 9 seri Walker Texas Ranger yang terdiri
dari 6 sub kategori, yaitu: (1) kalimat tanya, (2) penyimpangan kata bantu, (3) pelesapan
kata bantu, (4) pelesapan kopula be, (5) penggunaan -s untuk kata kerja dengan subjek
jamak, dan (6) penggunaan done untuk past tense. Dari hasil analisis data pada penelitian
pendahuluan, peneliti menyimpulkan bahwa penanda dialek AAE kategori perangkat
sintaksis mempunyai perbedaan struktur gramatikal yang sangat signifikan dengan dialek
Suroboyoan. Perbedaan struktur gramatikal ini dapat berpotensi menggeser eksistensi
dialek dalam BSa. Oleh sebab itu, dalam merekomendasikan teknik penerjemahan yang
tepat peneliti perlu mempertimbangkan perbedaan gramatikal kedua dialek tersebut agar
dapat mengakomodir perbedaan struktur tersebut dan dapat menghasilkan terjemahan yang
berkualitas tanpa menggeser fungsi dialek dalam BSa.
163
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
beberapa hal tersebut tersebut penerjemah perlu mempertahankan kesan dan makna yang
ingin disampaikan oleh penutur asli melalui tuturan tersebut dengan menggunakan teknik
penerjemahan yang tepat. Langkah-langkah dalam menganalisis penggunaan teknik
penerjemahan yang sesuai antara lain:
a. Memastikan ujaran yang terdapat dalam BSu adalah ujaran yang mengandung
penanda perangkat sintaksis dialek AAE
b. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi kata, frasa atau klausa yang merupakan
penanda perangkat sintaksis dialek AAE
c. Langkah terakhir adalah merekonstruksi ujaran BSu yang mengandung penanda
perangkat sintaksis dialek AAE tersebut ke dalam bahasa sasaran dengan tetap
mempertahankan makna dan eksistensi dialek dalam BSa menggunakan teknik
penerjemahan yang tepat.
Struktur kalimat tanya pada dialek AAE mempunyai perbedaan yang cukup
signifikan dengan struktur dalam bahasa Inggris standar. Penanda dialek AAE dalam sub
kategori kalimat tanya mempunyai struktur yang tidak lengkap dengan penghilangan kata
bantu dan kopula be. Hal ini tentu saja ‘menyimpang’ dengan struktur bahasa Inggris
standar yang sangat memperhatikan subject verb agreement dalam kalimat. Dialek
Suroboyoan sebagai bagian dari sistem bahasa juga mempunyai struktur kalimat tanya.
Akan tetapi karena dialek Suroboyoan merupakan variasi bahasa Jawa, sebagaimana
bahasa Indonesia yang tidak mempunyai subject verb agreement, maka penanda bahasa
non-standar kategori kalimat tanya tidak terdapat dalam dialek Suroboyoan. Perbedaan
struktur gramatikal ini dapat berpotensi menggeser eksistensi dialek dalam BSa. Dalam
merekomendasikan teknik penerjemahan dialek AAE sub kategori kalimat tanya ke dalam
dialek Suroboyoan, peneliti mempertimbangkan hal tersebut. Rekomendasi penggunaan
teknik penerjemahan dialek AAE sub kategori perangkat kalimat tanya dapat dilihat dalam
gambar berikut ini:
164
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gunakan Modulasi/Parafrase
Jika Modulasi /
Apakah ada Parafrase
alternatif lain menghilangkan
Alternatif Lain
untuk unsur dialek dalam
menerjemahkan Gunakan
Ya BSa, maka
kalimat tanya yang Adisi /
tambahkan unsur
fungsinya sama Variasi
bahasa lain untuk
tapi bentuknya memunculkan
beda dalam BSa? unsur dialek dalam
BSa
Gambar 4.5. Rekomendasi Teknik Penerjemahan Dialek AAE Sub Kategori Kalimat
Tanya
Meskipun dialek AAE dan dialek Suroboyoan mempunyai struktur kalimat yang
berbeda, tetapi dalam proses menerjemahkan terdapat padanan yang tepat atau terdekat.
Teknik yang menghasilkan padanan yang tepat dan tidak menghilangkan unsur dialek
dalam BSa adalah padanan lazim. Contoh penerapan teknik padanan lazim dalam
menerjemahkan penanda dialek AAE sub kategori kalimat tanya dalam dubbing dialek
Suroboyoan adalah sebagai berikut:
Data 154
BSu : You gonna leave me here?
BSa : Koen kape ninggal aku nang kene?
Dalam contoh tuturan diatas, teks BSu teridentifikasi mengandung penanda dialek
AAE sub kategori kalimat tanya. Kalimat tanya tersebut menghilangkan kopula are sebagai
kata bantu verba untuk frasa verba gonna (= going to) dan kata ganti persona jamak you.
Dialog tersebut diterjemahkan dengan padanan lazim. Teks BSu tersebut ditransfer
menjadi kalimat tanya dengan pilihan kata yang lazim digunakan dalam budaya target.
Identifikasi teknik ini sudah diverifikasi oleh rater dalam FGD pada penelitian
pendahuluan. Dampak positif dari penggunaan teknik tersebut adalah; (1) dapat
menerjemahkan struktur asli BSu ke dalam struktur BSa tanpa menghilangkan makna,
165
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tanpa pengurangan atau penambahan sehingga menghasilkan teks terjemahan yang akurat,
(2) teks BSa menggunakan istilah yang lazim digunakan dalam budaya sasaran sehingga
teks BSa mempunyai keberterimaan tinggi dan mudah dipahami oleh pembaca target, dan
(3) dapat mempertahankan eksistensi dialek dalam teks BSa karena menggunakan unsur
variasi bahasa dalam dialek sasaran. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut,
peneliti menyimpulkan bahwa penerapan teknik padanan lazim untuk menerjemahkan
ujaran yang yang mengandung penanda dialek AAE kategori perangkat sintaksis sub
kategori kalimat tanya ke dalam dubbing dialek Suroboyoan sudah memenuhi syarat ideal
penerjemahan dialek yaitu menghasilkan terjemahan yang akurat, berterima dan mudah
dipahami (Larson, 1998; Nida, 2001; Nababan dkk, 2012) serta mempertahankan
eksistensi dialek dalam BSa (Brodovich, 1997; Geissberger, 2016; Szep, 2016; Majkiewicz
2016).
Data 173
BSu : You hear what I'm saying?
BSa : Ngerti gak kon opo seng tak omongno?
166
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dalam BSa. Ketiga unsur bahasa tersebut merupakan variasi bahasa yang lazim dalam
budaya Suroboyoan.
167
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Data 167
BSu : You hear me?
BSa : Jane mudeng gak kon?
Dampak positif penggunaan teknik paraphrase + adisi/variasi ini adalah; (1) diksi
yang digunakan khas dalam dialek sasaran sehingga sangat berterima dan mudah dipahami
oleh pembaca target, (2) dengan penggunaan atau penambahan unsur bahasa dalam dialek
sasaran, eksistensi dialek dalam BSa bisa dipertahankan, dan (3) perpaduan teknik mampu
mengatasi perbedaan gramatikal antara BSu dan BSa. Sementara itu, dampak negatif dari
langkah ini adalah; (1) penerapan teknik paraphrase terkadang mengurangi tingkat
keakuratan terjemahan, apalagi jika digabungkan dengan teknik adisi. Dengan mengganti
sudut pandang hasil terjemahan bisa saja tidak akurat jika penerjemah tidak memahami
maksud dan konteks BSu. Oleh karena itu, penerjemah harus benar-benar memahami
konteks ujaran dan penanda-penanda bahasa dalam BSu sehingga konteks ujaran yang
terdapat dalam BSu dapat disampaikan dengan tepat meskipun mengganti sudut pandang.
Dengan pemahaman yang baik terkait unsur linguist dan makna dalam BSu maka
penerjemah akan mampu mengalihbahasakan BSu dengan akurat.
168
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Nida, 2001; Nababan dkk, 2012) serta dapat mempertahankan eksistensi dialek dalam BSa
(Brodovich, 1997; Geissberger, 2016; Szep, 2016; Majkiewicz 2016).
Salah satu penanda dialek AAE adalah zero copula atau pelesapan kopula be.
Kalimat yang mengandung penanda dialek AAE sub kategori ini tidak menggunakan
kopula be (is, am, are, was dan were) untuk kalimat yang mengandung nomina atau
adjective. Struktur gramatika dialek Suroboyoan tidak mempunyai struktur kalimat seperti
penanda dialek AAE ini. Hal ini berpotensi menimbulkan masalah dalam proses
penerjemahan. Masalah tersebut terkait pemadanan makna dalam ujaran BSu dan
pemertahanan unsur dialek dalam BSa. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka
peneliti memberi rekomendasi untuk penerjemah agar mengkompensasi ujaran BSu yang
mengandung penanda dialek sub kategori zero copula ke dalam bentuk lain dengan teknik
penerjemahan yang sesuai untuk menghasilkan terjemahan berkualitas dengan tetap
memunculkan unsur dialek dalam BSa. Rekomendasi penggunaan teknik penerjemahan
dialek AAE kategori perangkat sintaksis sub kategori pelesapan kopula be dapat dilihat
dalam gambar berikut ini:
Ya Gunakan
Apakah ada Apakah Modulasi/Parafrase
struktur ada
Dialek AAE Pelesa - kalimat struktur
Kategori pan dengan kalimat
Tidak
Gambar 4.6. Rekomendasi Teknik Penerjemahan Dialek AAE Sub Kategori Pelesapan
be (Zero Copula)
Dari gambar 4.6. terlihat bahwa dalam penerjemahan dialek, selain mencari
kesepadaan makna, penerjemah juga sebisa mungkin diharapkan mempertahankan
eksistensi dialek dalam BSa. Berdasarkan analisis komponensial, peneliti menemukan
169
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
bahwa untuk menerjemahkan penanda dialek AAE sub kategori pelesapan kopula be ke
dalam dubbing dialek Suroboyoan penerjemah perlu mengkompensasi ke dalam bentuk
lain karena perbedaan struktur gramatikal antara BSu dan BSa. Dalam penelitian ini
peneliti merekomendasikan untuk menggunakan teknik paraphrase atau modulasi. Teknik
penerjemahann ini mampu menyeimbangkan perbedaan gramatikal antara BSu dan BSa.
Rekomendasi ini didukung oleh data sekunder yang merupakan hasil penelitian sejenis.
Penelitian yang dilakukan oleh Farkhan (2014) menyimpulkan bahwa untuk mengatasi
perbedaan struktur bahasa, penerjemah biasa mengganti sudut pandang BSu dan
menyesuaikan dengan struktur bahasa yang berlaku dalam BSa. Penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa teknik modulasi dapat menghasilkan terjemahan yang berterima
dengan tetap mempertahankan konteks makna dalam BSu.
Data 781
BSu : Damn it, that bastard too fast
BSa : Buanter cak mlayune arek kae.. juangkrik!
Tuturan dengan penanda dialek AAE pelesapan is untuk pronominal bastard diatas
dialihbahasakan menggunakan teknik modulasi. Teknik ini dipilih untuk mengatasi
perbedaan gramatikal antara BSu dan BSa. Dalam konteks dialek Suroboyoan, struktur
kalimat tidak mengenal penanda kopula be untuk kalimat dengan pronominal dan
adjektiva. Frasa too fast dalam BSu berfungsi sebagai kata keterangan untuk pronominal
170
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
171
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Data 453
BSu : Well, it nothing as dull as historical trivia to numb the brain
BSa : Wes ayo ngomong liyane ae, lapo ngomong ngenekan
Dampak positif penggunaan teknik paraphrase + adisi/variasi ini adalah; (1) diksi
yang digunakan khas dalam dialek sasaran sehingga sangat berterima dan mudah dipahami
oleh pembaca target, (2) dengan penggunaan atau penambahan unsur bahasa dalam dialek
sasaran, eksistensi dialek dalam BSa bisa dipertahankan, dan (3) perpaduan teknik mampu
mengatasi perbedaan gramatikal antara BSu dan BSa. Sementara itu, dampak negatif dari
langkah ini adalah; (1) penerapan teknik paraphrase terkadang mengurangi tingkat
keakuratan terjemahan, apalagi jika digabungkan dengan teknik adisi. Dengan mengganti
sudut pandang hasil terjemahan bisa saja tidak akurat jika penerjemah tidak memahami
maksud dan konteks BSu. Oleh karena itu, penerjemah harus benar-benar memahami
konteks ujaran dan penanda-penanda bahasa dalam BSu sehingga konteks ujaran yang
terdapat dalam BSu dapat disampaikan dengan tepat meskipun mengganti sudut pandang.
Dengan pemahaman yang baik terkait unsur linguist dan makna dalam BSu maka
penerjemah akan mampu mengalihbahasakan BSu dengan akurat.
Kalimat yang mengandung penanda dialek AAE sub kategori ini tidak menggunakan
kata bantu kerja (do, does, did, have, has, dan had) untuk kalimat yang mengandung verba.
Karena dalam dialek Suroboyoan tidak mempunyai mempunyai struktur kalimat seperti
penanda dialek AAE ini maka penerjemah perlu mengkompensasi ke dalam bentuk lain
untuk menghasilkan terjemahan yang sepadan dan berkualitas dengan tetap
mempertahankan eksistensi dialek dalam dialek target. Rekomendasi penggunaan teknik
penerjemahan dialek AAE kategori perangkat sintaksis sub kategori pelesapan kata bantu
kerja dapat dilihat dalam gambar berikut ini:
Ya Gunakan
Apakah ada Apakah
Modulasi/Parafrase
Pelesa - struktur ada
Dialek AAE struktur
pan kalimat
Kategori kalimat
dengan
Tidak
kata
Perangkat BSa yang
bantu pelesapan
Sintaksis Struktur BSu
kerja kata bantu berfungsi
dikompensasi
kerja dalam sama tapi
dengan bentuk
BSa yang bentuknya
Tidak lain atau Gunakan Variasi
sepadan berbeda menambahkan
dengan /Adisi
dengan BSu? unsur Bahasa
tetap dalam BSa
memperta untuk
hankan memunculkan
dialek?? unsur dialek
dalam BSa
Gambar 4.7. Rekomendasi Teknik Penerjemahan Dialek AAE Sub Kategori Pelesapan
Kata Bantu Kerja
Dari gambar diatas, terlihat bahwa untuk menghasilkan terjemahan yang sepadan
penerjemah perlu mengkompensasi ke dalam bentuk lain dengan teknik modulasi atau
paraphrase dengan tetap memunculkan unsur dialek dalam BSa. Upaya kompensasi ini
diperlukan karena struktur kalimat yang menjadi penanda dialek dalam BSu tidak
ditemukan dalam BSa. Dari hasil analisis komponensial pada penelitian pendahuluan,
kedua teknik penerjemahann ini mampu menyeimbangkan perbedaan gramatikal antara
BSu dan BSa. Rekomendasi ini didukung oleh data sekunder yang merupakan hasil
penelitian sejenis. Penelitian yang dilakukan oleh (Farkhan, 2014) menyimpulkan bahwa
untuk mengatasi perbedaan struktur bahasa, penerjemah biasa mengganti sudut pandang
BSu dan menyesuaikan dengan struktur bahasa yang berlaku dalam BSa.
173
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Data 505
BSu : We got a lead on the jerk that kidnapped your daughter
BSa : Bajingan sing nyelintep anakmu wes ketangkep, cak
Penanda dialek AAE dalam ujaran BSu diatas adalah pelesapan have sebagai kata
bantu perfect tense dengan pronominal we dan kata kerja got. Ujaran tersebut dimodulasi
sebagai upaya penerjemah dalam mengatasi perbedaan struktur gramatikal antara BSu dan
BSa. Penerjemah menambahkan unsur bahasa yang khas dalam dialek sasaran yaitu kata
sapaan cak untuk memunculkan unsur dialek dalam BSa. Terjemahan diatas mempunyai
makna yang sama meskipun menggunakan sudut pandang yang berbeda, sehingga
mempunyai keakuratan yang tinggi.
174
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Data 166
BSu : Now, I gonna aks you again, asshole
BSa : Juangkrik.. ngomong sing bener kon!
Penanda dialek AAE dalam ujaran diatas adalah pelesapan am sebagai kata bantu
untuk auxiliary verb gonna (SAE: going to) dengan pronominal I. Terjemahan dalam dialek
Suroboyoan ngomong sing bener kon! merupakan bentuk paraphrase dari ujaran BSu.
Dalam bahasa Jawa standar, secara harfiah tuturan tersebut dapat diterjemahkan menjadi
aku arep takon awakmu sepisan meneh. Versi harfiah tersebut kurang luwes dan tidak pas
untuk konteks dubbing. Dengan menggunakan teknik paraphrase tersebut, tuturan dalam
BSa menjadi lebih singkat dan memberikan penekanan pada ujaran sesuai dengan konteks
tuturan dalam BSu. Makna yang disampaikan juga sepadan dengan apa yang ingin
disampaikan oleh dialog asli. Pemertahanan dialek dilakukan penerjemah dengan
menerapkan teknik variasi dalam menerjemahkan kata standar you menjadi kon.
Dampak positif penggunaan teknik paraphrase + adisi/variasi ini adalah; (1) diksi
yang digunakan khas dalam dialek sasaran sehingga sangat berterima dan mudah dipahami
oleh pembaca target, (2) dengan penggunaan atau penambahan unsur bahasa dalam dialek
sasaran, eksistensi dialek dalam BSa bisa dipertahankan, dan (3) perpaduan teknik mampu
mengatasi perbedaan gramatikal antara BSu dan BSa. Sementara itu, dampak negatif dari
langkah ini adalah; (1) penerapan teknik paraphrase terkadang mengurangi tingkat
175
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
keakuratan terjemahan, apalagi jika digabungkan dengan teknik adisi. Dengan mengganti
sudut pandang hasil terjemahan bisa saja tidak akurat jika penerjemah tidak memahami
maksud dan konteks BSu. Oleh karena itu, penerjemah harus benar-benar memahami
konteks ujaran dan penanda-penanda bahasa dalam BSu sehingga konteks ujaran yang
terdapat dalam BSu dapat disampaikan dengan tepat meskipun mengganti sudut pandang.
Dengan pemahaman yang baik terkait unsur linguistik dan makna dalam BSu maka
penerjemah akan mampu mengalihbahasakan BSu dengan akurat.
Salah satu penanda dialek AAE adalah penyimpangan kata bantu kerja. Kalimat
yang mengandung penanda dialek AAE sub kategori ini tidak menggunakan kata bantu
kerja sesuai struktur gramatikal bahasa Inggris standar yang sangat menganut asas subject
verb agreement. Karena dalam dialek Suroboyoan tidak mempunyai mempunyai struktur
kalimat seperti penanda dialek AAE ini, hal ini berpotensi menimbulkan masalah dalam
proses penerjemahan. Masalah tersebut terkait pemadanan makna dalam ujaran BSu dan
pemertahanan unsur dialek dalam BSa. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka
peneliti memberi rekomendasi untuk penerjemah agar mengkompensasi ujaran Bsu yang
mengandung penanda dialek sub kategori penyimpangan kata bantu kerja ke dalam bentuk
lain dengan teknik penerjemahan yang sesuai untuk menghasilkan terjemahan berkualitas
dengan tetap memunculkan unsur dialek dalam BSa. Rekomendasi penggunaan teknik
penerjemahan dialek AAE kategori perangkat sintaksis sub kategori penyimpangan kata
bantu kerja dapat dilihat dalam gambar berikut ini:
176
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Ya Gunakan
Apakah ada Apakah ada
Modulasi/Parafrase
Dialek AAE Penyim struktur struktur
pangan kalimat kalimat BSa
Kategori
Tidak
kata dengan yang
Perangkat
bantu penyimpangan berfungsi Struktur BSu
Sintaksis
kerja kata ban tu sama tapi dikompensasi
kerja dalam bentuknya dengan bentuk
BSa yang berbeda Tidak lain atau Gunakan Variasi
sepadan dengan menambahkan /Adisi
dengan BSu? tetap unsur Bahasa
mempertah dalam BSa untuk
ankan memunculkan
dialek? unsur dialek
dalam BSa
Dari gambar 4.8 diatas, terlihat bahwa untuk menghasilkan terjemahan yang sepadan
penerjemah perlu mengkompensasi ke dalam bentuk lain dengan teknik modulasi atau
paraphrase dengan tetap memunculkan unsur dialek dalam BSa. Upaya kompensasi ini
diperlukan karena struktur kalimat yang menjadi penanda dialek dalam BSu tidak
ditemukan dalam BSa. Dari hasil analisis komponensial pada penelitian pendahuluan,
kedua teknik penerjemahann ini mampu menyeimbangkan perbedaan gramatikal antara
BSu dan BSa. Rekomendasi ini didukung oleh data sekunder yang merupakan hasil
penelitian sejenis. Penelitian yang dilakukan oleh Farkhan (2014) menyimpulkan bahwa
untuk mengatasi perbedaan struktur bahasa, penerjemah biasa mengganti sudut pandang
BSu dan menyesuaikan dengan struktur bahasa yang berlaku dalam BSa.
Data 748
BSu : It must has been a thousand chicks here that night
BSa : Akeh wedokan pas bengi iku nang kene, rek
177
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penanda dialek AAE dalam ujaran BSu diatas adalah penggunaan has sebagai kata
bantu untuk modal auxiliary must. Hal ini dianggap menyimpang karena dalam struktur
bahasa Inggris standar seharusnya modal auxiliary menggunakan bare infinitive.
Penyimpangan kata bantu seperti ini tidak ditemukan dalam dialek Suroboyoan. Ujaran
tersebut dimodulasi sebagai upaya penerjemah dalam mengatasi perbedaan struktur
gramatikal antara BSu dan BSa. Penerjemah menambahkan unsur bahasa yang khas dalam
dialek sasaran yaitu kata sapaan rek untuk memunculkan unsur dialek dalam BSa.
Terjemahan diatas mempunyai makna yang sama meskipun menggunakan sudut pandang
yang berbeda dan terdapat penambahan unsur bahasa lain dengan penerapan teknik adisi.
Terjemahan tersebut terverifikasi mempunyai keakuratan yang tinggi.
178
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Data 496
BSu : He don’t have that much hair
BSa : Arek e rodok botak sithik, orak gondrong
Contoh data 496 diatas mengandung penanda dialek AAE kategori penyimpangan
tata bahasa. Penggunaan don’t untuk pronominal he merupakan penyimpangan kata bantu
kerja dalam bahasa Inggris standar. Tuturan tersebut jika diterjemahkan secara harfiah akan
membentuk tuturan yang kaku. Penerjemah memilih memparafrase tuturan BSu tersebut
untuk mengatasi perbedaan gramatikal antara BSu dan BSa sekaligus membuat terjemahan
menjadi lebih luwes. Meskipun diterjemahkan dengan cara yang berbeda, terjemahan yang
dihasilkan mempunyai kesepadanan makna sehingga dinilai akurat. Pemertahanan dialek
dilakukan penerjemah dengan menerapkan teknik variasi dalam menerjemahkan
pronominal standar he menjadi areke.
Dampak positif penggunaan teknik paraphrase + adisi/variasi ini adalah; (1) diksi
yang digunakan khas dalam dialek sasaran sehingga sangat berterima dan mudah dipahami
oleh pembaca target, (2) dengan penggunaan atau penambahan unsur bahasa dalam dialek
sasaran, eksistensi dialek dalam BSa bisa dipertahankan, dan (3) perpaduan teknik mampu
mengatasi perbedaan gramatikal antara BSu dan BSa. Sementara itu, dampak negatif dari
langkah ini adalah; (1) penerapan teknik paraphrase terkadang mengurangi tingkat
keakuratan terjemahan, apalagi jika digabungkan dengan teknik adisi. Dengan mengganti
sudut pandang hasil terjemahan bisa saja tidak akurat jika penerjemah tidak memahami
maksud dan konteks BSu. Oleh karena itu, penerjemah harus benar-benar memahami
konteks ujaran dan penanda-penanda bahasa dalam BSu sehingga konteks ujaran yang
terdapat dalam BSu dapat disampaikan dengan tepat meskipun disampaikan dengan cara
yang berbeda.
179
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penggunaan atau penambahan -s pada kata kerja dengan subjek jamak merupakan
penanda dialek AAE yang cukup mencolok. Hal ini tentu saja ‘menyimpang’ dengan
struktur bahasa Inggris standar yang sangat memperhatikan subject verb agreement dalam
kalimat. Karena dalam dialek Suroboyoan tidak mempunyai mempunyai struktur kalimat
seperti penanda dialek AAE ini maka penerjemah perlu mengkompensasi ke dalam bentuk
lain dengan teknik yang tepat untuk mengahasilkan terjemahan yang mempunyai makna
sepadan, berterima dan tetap memunculkan unsur dialek dalam BSa. Rekomendasi
penggunaan teknik penerjemahan dialek AAE kategori perangkat sintaksis sub kategori
penyimpangan kata bantu kerja dapat dilihat dalam gambar berikut ini:
Ya Gunakan
Apakah ada Apakah Modulasi/Parafrase
Penggu
struktur ada
naan -s
kalimat struktur
Dialek AAE utk
Kategori dengan kalimat
kata
Tidak
Gambar 4.9. Rekomendasi Teknik Penerjemahan Dialek AAE Sub Kategori Penggunaan
-s untuk Kata Kerja dengan Subjek Jamak
180
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Data 514
BSu : Well, we knows what you gonna get, Manny.
BSa : Kon eroh gak nasibe kon bakalan piye, Manny?
Penanda dialek AAE dalam ujaran BSu diatas adalah penambahan -s untuk kata
kerja know dengan subjek jamak we. Ujaran tersebut dimodulasi sebagai upaya penerjemah
dalam mengatasi perbedaan struktur gramatikal antara BSu dan BSa. Untuk memunculkan
unsur dialek dalam BSa, penerjemah menggunakan teknik variasi untuk menerjemahkan
kata standar you menjadi kon. Kata kon merupakan penanda dialek yang khas dalam
budaya Suroboyoan. Penggabungan kedua teknik terjemahan modulasi + variasi tersebut,
eksistensi dialek dalam BSa dapat dipertahankan. Selain itu, terjemahan diatas mempunyai
makna yang sama meskipun menggunakan sudut pandang yang berbeda, sehingga
mempunyai keakuratan yang tinggi.
181
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Data 554
BSu : Yeah and we gets him before now if he ain't in the middle of that war
BSa : Iyok… Sakjane yo isok ditangkep saiki, tapi yo gak saiki pisan se, rek
Penggunaan -s dalam kata kerja get diatas menyimpang dari struktur kalimat bahasa
Inggris standar. Hal ini menjadi penanda dialek AAE. Struktur kalimat yang terdapat dalam
BSu tidak ditemukan dalam dialek sasaran sehingga penerjemah mengkompensasi teks Bsu
ke dalam bentuk lain untuk mendapatkan teks yang sepadan secara makna. Ujaran tersebut
182
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dampak positif penggunaan teknik paraphrase + adisi/variasi ini adalah; (1) diksi
yang digunakan khas dalam dialek sasaran sehingga sangat berterima dan mudah dipahami
oleh pembaca target, (2) dengan penggunaan atau penambahan unsur bahasa dalam dialek
sasaran, eksistensi dialek dalam BSa bisa dipertahankan, dan (3) perpaduan teknik mampu
mengatasi perbedaan gramatikal antara BSu dan BSa. Sementara itu, dampak negatif dari
langkah ini adalah; (1) penerapan teknik paraphrase terkadang mengurangi tingkat
keakuratan terjemahan, apalagi jika digabungkan dengan teknik adisi. Dengan mengganti
sudut pandang hasil terjemahan bisa saja tidak akurat jika penerjemah tidak memahami
maksud dan konteks BSu. Oleh karena itu, penerjemah harus benar-benar memahami
konteks ujaran dan penanda-penanda bahasa dalam BSu sehingga konteks ujaran yang
terdapat dalam BSu dapat disampaikan dengan tepat meskipun mengganti sudut pandang.
183
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
past (kata kerja bentuk 2/past participle). Akan tetapi dalam dialek AAE pelaku tutur
menambahkan pervektive done sebelum verb past untuk menyatakan past tense. Karena
dalam dialek Suroboyoan tidak mempunyai mempunyai struktur kalimat seperti penanda
dialek AAE ini maka penerjemah perlu mengkompensasi ke dalam bentuk lain untuk
menghasilkan terjemahan dengan makna sepadan dengan tetap memunculkan unsur dialek
dalam BSa. Berikut adalah rekomendasi penggunaan teknik penerjemahan dialek AAE
kategori perangkat sintaksis sub kategori penggunaan done dalam simple past tense:
Gunakan Modulasi/Parafrase
kalimat Jika Modulasi /
BSa yang alternatif lain Parafrase
simple untuk menghilangkan
sepadan
Alternatif Lain
Gambar 4.10. Rekomendasi Teknik Penerjemahan Dialek AAE Sub Kategori Penggunaan
done dalam simple past tense
Dari gambar 4.10 diatas rekomendasi terlihat teknik penerjemahan yang disarankan
dalam menerjemahkan dialek AAE sub kategori penggunaan done dalam simple past tense
ke dalam dubbing dialek Suroboyoan secara berurutan adalah; (1) padanan lazim, (2)
modulasi, (3) paraphrase, (4) modulasi + adisi/variasi, dan (5) paraphrase + adisi/variasi.
Meskipun dialek AAE dan dialek Suroboyoan mempunyai struktur kalimat yang berbeda,
tetapi dalam proses menerjemahkan terdapat padanan yang tepat atau terdekat untuk
menerjemahkan done sebagai bentuk past tense dalam dialek Suroboyoan. Teknik yang
menghasilkan padanan yang tepat dan tidak menghilangkan unsur dialek dalam BSa adalah
padanan lazim. Contoh penerapan teknik padanan lazim dalam menerjemahkan penanda
dialek AAE sub kategori penggunaan done dalam simple past tense dalam dubbing dialek
Suroboyoan adalah sebagai berikut:
184
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Data 544
BSu : She done talked to you, what else?
BSa : Areke wes mari ngomong mbek kon, opo maneh?
Dalam contoh tuturan diatas, teks BSu teridentifikasi mengandung penanda dialek
AAE sub kategori penggunaan done dalam simple past tense. Dialog tersebut
diterjemahkan dengan padanan lazim. Penggunaan kata mari yang dalam bahasa Indonesia
bermakna ‘selesai’ mampu menghadirkan pesan yang sepadan dengan penggunaan done
dalam tuturan tersebut. Teks BSu tersebut ditransfer ke dalam dialek Suroboyoan dengan
pilihan kata yang lazim digunakan dalam budaya target. Identifikasi teknik ini sudah
diverifikasi oleh rater dalam FGD pada penelitian pendahuluan. Dampak positif dari
penggunaan teknik tersebut adalah; (1) dapat menerjemahkan struktur asli BSu ke dalam
struktur BSa tanpa menghilangkan makna, tanpa pengurangan atau penambahan sehingga
menghasilkan teks terjemahan yang akurat, (2) teks BSa menggunakan istilah yang lazim
digunakan dalam budaya sasaran sehingga teks BSa mempunyai keberterimaan tinggi dan
mudah dipahami oleh pembaca target, dan (3) dapat mempertahankan eksistensi dialek
dalam teks BSa karena menggunakan unsur variasi bahasa dalam dialek sasaran.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
penerapan teknik padanan lazim untuk menerjemahkan ujaran yang yang mengandung
penanda dialek AAE sub kategori penggunaan done dalam simple past tense ke dalam
dubbing dialek Suroboyoan sudah memenuhi syarat ideal penerjemahan dialek yaitu
menghasilkan terjemahan yang akurat, berterima dan mudah dipahami (Larson, 1998;
Nida, 2001; Nababan dkk, 2012) serta mempertahankan eksistensi dialek dalam BSa
(Brodovich, 1997; Geissberger, 2016; Szep, 2016; Majkiewicz 2016).
185
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dalam BSa maka disarankan untuk menambahkan unsur bahasa lain dalam teks BSa
dengan teknik addisi atau variasi. Contoh penerapan teknik modulasi + variasi/adisi ini
dapat dilihat dalam tuturan berikut:
Data 692
BSu : The fellas done asked the questions
BSa : Areke bar diinterogasi anak buahe dewe, cak
Penggunaan done dalam kalimat past tense diatas berbeda dengan struktur
gramatikal bahasa Inggris standar. Hal tersebut menjadi penanda dialek AAE. Dalam
contoh diatas, terlihat bahwa penerjemah memodulasi tuturan kalimat aktif yang
mengandung penanda dialek AAE tersebut menjadi kalimat pasif. Meskipun sudut
pandang gramatikal berubah, makna yang disampaikan dalam BSa sama sehingga
mempunyai tingkatan keakuratan yang tinggi. Upaya pemertahanan dialek dilakukan
penerjemah dengan menggunakan kata areke sebagai bentuk variasi kata dan penambahan
kata cak dalam BSa. Penerapan teknik modulasi + adisi tersebut terverifikasi menghasilkan
makna yang sepadan dan berterima.
186
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Selain teknik modulasi, peneliti juga merekomendasikan alternatif teknik lain untuk
menerjemahkan dialek AAE sub kategori penggunaan done dalam simple past tense
kedalam dubbing dialek Suroboyoan. Rekomendasi penggunaan teknik yang lain tersebut
adalah paraphrase. Akan tetapi untuk menerapkan teknik paraphrase, peneliti menyarankan
agar penerjemah lebih berhati-hati karena penerapan teknik ini berpotensi mengurangi
tingkat keakuratan pesan dari BSu ke dalam BSa jika penerjemah tidak memahami konteks
tuturan. Sama halnya dengan penerapan teknik modulasi, dalam menerapkan teknik
paraphrase ini peneliti menyarankan untuk menggunakan atau menambahkan unsur bahasa
lain dalam BSa jika penerapan teknik ini berpotensi menghilangkan unsur dialek dalam
terjemahan. Langkah ini dilakukan dengan memadukan penggunaan teknik paraphrase +
adisi atau variasi. Penerapan langkah tersebut dapat dilihat dalam contoh data berikut ini:
Data 787
BSu : I done talked to you! Get the fuck out!
BSa : Wes menengo kon! ojo ngomong maneh!
Penanda dialek AAE dalam tuturan data 787 diatas adalah penggunaan done dalam
simple past tense. Ujaran tersebut diterjemahkan dengan cara di parafrase oleh penerjemah.
Meskipun diterjemahkan dengan cara yang berbeda, makna atau pesan dalam BSu bisa
disampaikan dengan baik oleh teks BSa. Untuk memunculkan unsur dialek dalam BSa,
penerjemah menggunakan teknik variasi untuk menerjemahkan kata standar you menjadi
kon dan menggunakan unsur bahasa lain yang khas dalam dialek Suroboyoan seperti ae
dan ojok. Perpaduan teknik paraphrase + variasi/adisi tersebut menghasilkan terjemahan
yang akurat, berterima dan mampu mempertahankan unsur dialek dalam BSa.
Dampak positif penggunaan teknik paraphrase + adisi/variasi ini adalah; (1) diksi
yang digunakan khas dalam dialek sasaran sehingga sangat berterima dan mudah dipahami
oleh pembaca target, (2) dengan penggunaan atau penambahan unsur bahasa dalam dialek
sasaran, eksistensi dialek dalam BSa bisa dipertahankan, dan (3) perpaduan teknik mampu
mengatasi perbedaan gramatikal antara BSu dan BSa. Sementara itu, dampak negatif dari
langkah ini adalah; (1) penerapan teknik paraphrase terkadang mengurangi tingkat
keakuratan terjemahan, apalagi jika digabungkan dengan teknik adisi. Dengan mengganti
sudut pandang hasil terjemahan bisa saja tidak akurat jika penerjemah tidak memahami
maksud dan konteks BSu. Oleh karena itu, penerjemah harus benar-benar memahami
187
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
konteks ujaran dan penanda-penanda bahasa dalam BSu sehingga konteks ujaran yang
terdapat dalam BSu dapat disampaikan dengan tepat meskipun mengganti sudut pandang.
Dengan pemahaman yang baik terkait unsur kebahasaan dan makna dalam BSu maka
penerjemah akan mampu mengalihbahasakan BSu dengan akurat.
Untuk menentukan pilihan teknik penerjemahan yang terbaik sesuai dengan konteks,
penerjemah perlu memperhatikan kategori dialek AAE yang muncul dalam tuturan BSu,
hubungan sosial penutur, dan situasi/konteks tutur. Setelah mengetahui beberapa hal
tersebut tersebut penerjemah perlu mempertahankan kesan dan makna yang ingin
disampaikan oleh penutur asli melalui tuturan tersebut dengan menggunakan teknik
penerjemahan yang tepat. Langkah-langkah dalam menganalisis penggunaan teknik
penerjemahan yang sesuai antara lain:
a. Memastikan ujaran yang terdapat dalam BSu adalah ujaran yang mengandung
penanda leksikal dialek AAE
b. Selanjutnya menganalisis konteks sosial dan makna tuturan.
c. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi istilah yang merupakan penanda
leksikal dialek AAE
d. Langkah terakhir adalah merekonstruksi ujaran BSu yang mengandung penanda
leksikal AAE ke dalam bahasa sasaran dengan tetap mempertahankan makna dan
eksistensi dialek dalam BSa menggunakan teknik penerjemahan yang tepat.
188
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Baik dialek AAE maupun dialek Suroboyoan mengenal penanda negasi yang
membedakan dengan bahasa standar. Penanda negasi ain’t merupakan penanda dialek
AAE yang sangat khas dan paling sering digunakan baik oleh orang kulit hitam maupun
kulit putih di Amerika dalam ragam pembicaraan non formal (Green, 2002; Wolfram,
2004; Kortmann, 2005; Finegan, 2004; Thomas dan Bailey, 2015). Penggunaan penanda
negasi ain’t menjadi penanda dialek AAE yang signifikan digunakan sebagai pembeda
dengan bahasa Inggris standar. Rekomendasi penggunaan teknik penerjemahan dialek
AAE kategori perangkat sintaksis sub kategori pelesapan kata bantu kerja dapat dilihat
dalam gambar berikut ini:
Gunakan Padanan
Ya
Apakah ada Lazim
padanan yang
tepat dalam
BSa untuk
AAE
Penanda menerjemah
Kategori
Negasi kan penanda
Penanda
ain’t ain’t dengan
leksikal Apakah ada Jika Modulasi /
tetap alternatif lain Parafrase
memperta
Gunakan Modulasi/Parafrase
untuk me- menghilangkan
hankan dialek nerjemahkan unsur dialek
Alternatif Lain
Gambar 4.11. Rekomendasi Teknik Penerjemahan Dialek AAE Sub Kategori Penanda
Negasi ain’t
Dari gambar diatas terlihat bahwa dalam menerjemahkan penanda dialek AAE sub
kategori penanda negasi ain’t ke dalam dubbing dialek Suroboyoan, penerjemah
diharapkan sebisa mungkin mencari padanan dalam BSa dan sebisa mungkin
mempertahankan eksistensi dialek dalam versi dubbing. Teknik padanan lazim menempati
urutan pertama teknik penerjemahan yang direkomendasikan untuk menerjemahkan
penanda negasi dialek ain’t ke dalam dubbing Suroboyoan. Hal ini karena penerapan teknik
189
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
padanan lazim dapat menghasilkan terjemahan yang berkualitas dengan penggunaan istilah
yang lazim dalam BSa. Contoh penerapan teknik ini adalah:
Data 220
BSu : I ain't totally recall the last one
BSa : Aku gak patek iling akhire piye
Dalam contoh diatas, penanda negasi tersebut dialihbahasakan menjadi gak yang
merupakan penanda negasi yang lazim dalam budaya Suroboyoan. Pemadanan penanda
negasi ini sudah memenuhi kriteria terjemahan yang berkualitas karena mempunyai makna
yang sama dengan pilihan istilah yang lazim dalam BSa sehingga mempunyai keakuratan,
keberterimaan dan keterbacaan yang tinggi (Nababan dkk, 2012).
Dampak positif dari rekomendasi penggunaan teknik padanan lazim tersebut adalah;
(1) bentuk negasi dalam BSu dapat diterjemahkan ke dalam BSa dengan akurat, (2)
penanda negasi dalam BSa mudah dipahami oleh pembaca target karena menggunakan
unsur bahasa yang lazim digunakan dalam budaya sasaran, dan (3) unsur dialek dalam BSa
dapat dipertahankan karena menggunakan istilah yang khas dalam dialek sasaran. Dengan
mempertimbangkan dampak positif tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa rekomendasi
teknik penerjemahan dalam menerjemahkan dialek AAE sub kategori penanda negasi ain’t
ini sudah memenuhi tujuan utama dalam menerjemahkan dialek yaitu menghasilkan
terjemahan yang akurat, berterima, dan mudah dipahami (Larson, 1998; Nida, 2001;
Nababan dkk (2012) serta dapat mempertahankan eksistensi dialek dalam terjemahan
(Brodovich, 1997; Szep, 2016; Geissberger, 2016). Rekomendasi penggunaan teknik ini
juga didukung oleh penelitian tentang penerjemahan dialek (Octaviani, 2016; Nurlaila,
2018; Dewi, 2019; Rosyidah, 2021).
190
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
bahasa lain dalam BSa jika penerapan teknik tersebut berpotensi menghilangkan unsur
dialek dalam terjemahan. Selain itu, kesesuaian makna harus menjadi pertimbangan utama
meskipun sudut pandang yang digunakan oleh penerjemah berubah. Berikut adalah contoh
langkah penerjemahan penanda negasi ain’t dengan memadukan penggunaan teknik
modulasi + adisi/variasi:
Data 068
BSu : Man ain’t following the rules
BSa : Wong lanang temen iku ngelanggar aturan, cak
Secara harfiah, ungkapan dalam data 068 tersebut bisa diterjemahkan dalam bahasa
Jawa menjadi ‘wong lanang kui ora ngikuti aturan’. Upaya penerjemah memodulasi ujaran
dengan penanda dialek AAE diatas membuat versi terjemahan menjadi lebih luwes dan
menghasilkan penekanan maksud dari tuturan BSu. Upaya pemertahanan dialek dilakukan
dengan penambahan unsur bahasa lain dalam versi dubbing; yaitu kata temen dan cak.
Kedua istilah tersebut merupakan penanda dialek yang khas dan lazim ditemukan dalam
dialek Suroboyoan.
191
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tentang penerjemahan dialek (Octaviani, 2016; Nurlaila, 2018; Dewi, 2019; Rosyidah,
2021).
Selain teknik modulasi, peneliti juga merekomendasikan alternatif teknik lain untuk
menerjemahkan dialek AAE sub kategori penanda negasi ain’t kedalam dubbing dialek
Suroboyoan. Rekomendasi penggunaan teknik yang lain tersebut adalah parafrase. Akan
tetapi untuk menerapkan teknik paraphrase ini, penerjemah harus lebih berhati-hati karena
penerapan teknik ini berpotensi mengurangi keakuratan pesan dari BSu ke dalam BSa jika
penerjemah tidak memahami konteks tuturan. Untuk itu penerjemah harus memahami
konteks tuturan dan penanda bahasa yang terdapat dalam teks asli terlebih dahulu sebelum
memparafrase tuturan BSu ke dalam BSa. Sama halnya dengan penerapan teknik modulasi,
dalam menerapkan teknik paraphrase ini peneliti menyarankan untuk menggunakan atau
menambahkan unsur bahasa lain dalam BSa jika penerapan teknik ini berpotensi
menghilangkan unsur dialek dalam terjemahan. Langkah ini dilakukan dengan memadukan
penggunaan teknik paraphrase + adisi atau variasi. Penerapan langkah tersebut dapat dilihat
dalam contoh data berikut ini:
Data 270
BSu : I bet you ain't feel so smug and independent now!
BSa : Ojok ngeroso gedhe endas mbe koyok iso ngadek dewe kon!
Ujaran yang mengandung penanda negasi ain’t dalam data 270 diatas diterjemahkan
dengan cara yang berbeda oleh penerjemah dengan menggunakan teknik paraphrase.
Kalimat deklaratif dalam BSu dialihbahasakan menjadi kalimat imperative dalam BSa.
Pilihan penerjemah untuk memparafrase tuturan BSu tersebut menghasilkan terjemahan
yang lebih luwes, singkat dan mudah dipahami oleh pembaca target. Pemertahanan unsur
dialek dalam BSa dilakukan penerjemah dengan menggunakan unsur bahasa yang khas
dalam dialek sasaran. Cara ini dilakukan salah satunya dengan menerapkan teknik variasi
dalam menerjemahkan kata standar you menjadi kon.
Dampak positif penggunaan teknik paraphrase + adisi/variasi ini adalah; (1) diksi
yang digunakan khas dalam dialek sasaran sehingga sangat berterima dan mudah dipahami
oleh pembaca target, (2) dengan penggunaan atau penambahan unsur bahasa dalam dialek
sasaran, eksistensi dialek dalam BSa bisa dipertahankan, dan (3) teknik ini dapat digunakan
192
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
jika padanan makna tidak ditemukan dalam BSa. Sementara itu, dampak negatif dari
langkah ini adalah; (1) penerapan teknik paraphrase terkadang mengurangi tingkat
keakuratan terjemahan, apalagi jika digabungkan dengan teknik adisi. Dengan mengganti
sudut pandang hasil terjemahan bisa saja tidak akurat jika penerjemah tidak memahami
maksud dan konteks BSu. Oleh karena itu, penerjemah harus benar-benar memahami
konteks ujaran dan penanda-penanda bahasa dalam BSu sehingga konteks ujaran yang
terdapat dalam BSu dapat disampaikan dengan tepat meskipun mengganti sudut pandang.
Dengan pemahaman yang baik terkait unsur kebahasaan dan makna dalam BSu maka
penerjemah akan mampu mengalihbahasakan BSu dengan akurat.
Double negation merupakan penanda dialek AAE yang juga sering digunakan selain
penanda negasi ain’t. Dalam dialek Suroboyoan, terkadang pelaku tutur juga menggunakan
negasi ganda untuk menegaskan tuturan. Akan tetapi penggunaannya disesuaikan dengan
konteks tuturan, karena tidak semua konteks cocok menggunakan struktur dengan negasi
ganda. Oleh karena itu, dalam merekomendasikan teknik yang tepat untuk menerjemahkan
penanda negasi ganda ke dalam dialek Suroboyoan, peneliti menyarankan penerjemah
untuk terlebih dahulu memperhatikan fungsi, bentuk dan konteks tuturan dari BSu dan
selanjutnya mencari padanan dan bentuk terdekat dalam BSa yang mempunyai makna
sama dengan tetap mempertahankan unsur dialek. Berikut adalah rekomendasi penggunaan
teknik penerjemahan dialek AAE kategori perangkat sintaksis sub kategori penggunaan
double negation:
193
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gunakan Padanan
Apakah ada Ya
Lazim
padanan yang
tepat dalam
BSa untuk
AAE Double
Nega
menerjemahk
Kategori an double
tion
Penanda negation
(negasi Apakah ada
leksikal ganda) dengan tetap Jika Modulasi /
alternatif lain Parafrase
mem
Gunakan Modulasi/Parafrase
untuk me- menghilangkan
pertahankan nerjemahkan unsur dialek
Alternatif Lain
dialek dalam double dalam BSa,
BSa? negation yang maka
Ya Gunakan
fungsinya sama tambahkan Adisi
tapi bentuknya unsur bahasa
beda dengan lain untuk
tetap memunculkan
memunculkan unsur dialek
unsur dialek dalam BSa
dalam BSa?
Gambar 4.12. Rekomendasi Teknik Penerjemahan Dialek AAE Sub Kategori Double
Negation
Dari gambar diatas terlihat bahwa dalam menerjemahkan penanda dialek AAE sub
kategori penanda negasi ain’t ke dalam dubbing dialek Suroboyoan, penerjemah
diharapkan sebisa mungkin mencari padanan dalam BSa dan sebisa mungkin
mempertahankan eksistensi dialek dalam versi dubbing. Teknik padanan lazim menempati
urutan pertama teknik penerjemahan yang direkomendasikan untuk menerjemahkan
penanda negasi dialek ain’t ke dalam dubbing Suroboyoan. Hal ini karena penerapan teknik
padanan lazim dapat menghasilkan terjemahan yang berkualitas dengan penggunaan istilah
yang lazim dalam BSa. Contoh penerapan teknik ini adalah:
Data 285
BSu : I ain't have no time for this fucking crap
BSa : Aku blas gadas gak onok wektu maneh.. nggambus!
Penggunaan penanda negasi ganda ain’t dan no dia atas merupakan penanda dialek
AAE yang khas dan signifikan membedakan dengan struktur bahasa Inggris standar.
Penerjemah memadankan penanda negasi tersebut dengan padanan lazim yaitu dengan
menggunakan penanda negasi gak sekaligus penekanan blas gadas dalam dialek
Suroboyoan. Pemadanan penanda negasi ini sudah memenuhi kriteria terjemahan yang
berkualitas karena mempunyai makna yang sama dengan pilihan istilah yang lazim dalam
BSa sehingga mempunyai keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan yang tinggi
194
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(Nababan dkk, 2012). Penerapan teknik padanan lazim tersebut juga mampu
mempertahankan eksistensi dialek dalam BSa.
Dampak positif dari rekomendasi penggunaan teknik padanan lazim tersebut adalah;
(1) bentuk negasi dalam BSu dapat diterjemahkan ke dalam BSa dengan akurat, (2)
penanda negasi dalam BSa mudah dipahami oleh pembaca target karena menggunakan
unsur bahasa yang lazim digunakan dalam budaya sasaran, dan (3) unsur dialek dalam BSa
dapat dipertahankan karena menggunakan istilah yang khas dalam dialek sasaran. Dengan
mempertimbangkan dampak positif tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa rekomendasi
teknik penerjemahan dalam menerjemahkan dialek AAE sub kategori penanda double
negation ini sudah memenuhi tujuan utama dalam menerjemahkan dialek yaitu
menghasilkan terjemahan yang akurat, berterima, dan mudah dipahami (Larson, 1998;
Nida, 2001; Nababan dkk (2012) serta dapat mempertahankan eksistensi dialek dalam
terjemahan (Brodovich, 1997; Szep, 2016; Geissberger, 2016). Rekomendasi penggunaan
teknik ini juga didukung oleh penelitian tentang penerjemahan dialek (Octaviani, 2016;
Nurlaila, 2018; Dewi, 2019; Rosyidah, 2021).
Data 141
BSu : It ain’t against no law to call somebody at their house.
BSa : Opo onok larangane ta cak, wong nelpon nang omahe dewe?
195
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Selain teknik modulasi, peneliti juga merekomendasikan alternatif teknik lain untuk
menerjemahkan dialek AAE sub kategori penanda double negation ke dalam dubbing
dialek Suroboyoan. Rekomendasi penggunaan teknik yang lain tersebut adalah parafrase.
Akan tetapi untuk menerapkan teknik paraphrase ini, penerjemah harus lebih berhati-hati
karena penerapan teknik ini berpotensi mengurangi keakuratan pesan dari BSu ke dalam
BSa jika penerjemah tidak memahami konteks tuturan. Untuk itu penerjemah harus
memahami konteks tuturan dan penanda bahasa yang terdapat dalam teks asli terlebih
dahulu sebelum memparafrase tuturan BSu ke dalam BSa. Sama halnya dengan penerapan
196
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
teknik modulasi, dalam menerapkan teknik paraphrase ini peneliti menyarankan untuk
menggunakan atau menambahkan unsur bahasa lain dalam BSa jika penerapan teknik ini
berpotensi menghilangkan unsur dialek dalam terjemahan. Langkah ini dilakukan dengan
memadukan penggunaan teknik paraphrase + adisi atau variasi. Penerapan langkah tersebut
dapat dilihat dalam contoh data berikut ini:
Data 477
BSu : I don’t have nothing else to say
BSa : Gak sudi nggacor aku, cak
Tuturan yang mengandung double negation diatas diterjemahkan dengan cara yang
berbeda dengan menrepkan teknik paraphrase. Pilihan penerjemah untuk memparafrase
tuturan BSu tersebut menghasilkan terjemahan yang lebih luwes, singkat dan mudah
dipahami oleh pembaca target. Pemertahanan unsur dialek dalam BSa dilakukan
penerjemah dengan menggunakan dan menambahkan unsur bahasa yang khas dalam dialek
sasaran. Cara ini dilakukan salah satunya dengan menerapkan teknik adisi, yaitu
menambahkan kata sapaan cak dalam versi dubbingnya.
Dampak positif penggunaan teknik paraphrase + adisi/variasi ini adalah; (1) diksi
yang digunakan khas dalam dialek sasaran sehingga sangat berterima dan mudah dipahami
oleh pembaca target, (2) dengan penggunaan atau penambahan unsur bahasa dalam dialek
sasaran, eksistensi dialek dalam BSa bisa dipertahankan, dan (3) teknik ini dapat digunakan
jika padanan makna tidak ditemukan dalam BSa. Sementara itu, dampak negatif dari
langkah ini adalah; (1) penerapan teknik paraphrase terkadang mengurangi tingkat
keakuratan terjemahan, apalagi jika digabungkan dengan teknik adisi. Dengan mengganti
sudut pandang hasil terjemahan bisa saja tidak akurat jika penerjemah tidak memahami
maksud dan konteks BSu. Oleh karena itu, penerjemah harus benar-benar memahami
konteks ujaran dan penanda-penanda bahasa dalam BSu sehingga konteks ujaran yang
terdapat dalam BSu dapat disampaikan dengan tepat meskipun mengganti sudut pandang.
Dengan pemahaman yang baik terkait unsur kebahasaan dan makna dalam BSu maka
penerjemah akan mampu mengalihbahasakan BSu dengan akurat.
197
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gunakan Padanan
Apakah ada Ya
Lazim
padanan yang
tepat dalam
BSa untuk
AAE menerjemah
Kategori Construc
tion of kan
Penanda construction
Words Apakah ada
leksikal of words Jika Modulasi /
alternatif lain Parafrase
dengan tetap
Gunakan Modulasi/Parafrase
Dari gambar 4.13 diatas terlihat bahwa dalam menerjemahkan penanda dialek AAE
sub kategori construction of words ke dalam dubbing dialek Suroboyoan, penerjemah
198
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
diharapkan sebisa mungkin mencari padanan yang tepat dalam BSa dan sebisa mungkin
mempertahankan eksistensi dialek dalam versi dubbing. Teknik padanan lazim menempati
urutan pertama teknik penerjemahan yang direkomendasikan untuk menerjemahkan
construction of words ke dalam dubbing Suroboyoan. Dari analisis komponesial dalam
penelitian pendahuluan ditemukan fakta bahwa teknik yang menghasilkan padanan yang
tepat dan tidak menghilangkan unsur dialek dalam BSa adalah padanan lazim. Contoh
penerapan teknik ini adalah:
Data 213
BSu : I gonna find my damn wifey
BSa : Aku kape nggoleki bojoku seng nggateli
Kata gonna merupakan bentuk non-standar dari frasa verba going to be. Istilah non-
standar ini menjadi salah satu penanda dialek AAE kategori penanda leksikal yang sering
digunakan sebagai ragam bahasa kolokial (Wolfram, 2004). Dalam dialek Suroboyoan
istilah ini mempunyai padanan yang sesuai yaitu kape atau kate. Pemadanan yang
digunakan dalam data 213 tersebut sudah memenuhi kriteria terjemahan yang ideal karena
mempunyai makna yang sama dengan pilihan istilah yang berterima dalam dialek target.
Selain mempunyai kualitas terjemahan yang tinggi, istilah ini juga mampu
mempertahankan unsur dialek dalam BSa karena istilah kape merupakan variasi bahasa
dari bahasa Jawa standar arep. Dengan kata lain, istilah yang digunakan dalam terjemahan
diatas merupakan penanda dialek dalam bahasa target.
Dampak positif dari rekomendasi penggunaan teknik padanan lazim tersebut adalah;
(1) dapat menerjemahkan istilah BSu ke dalam BSa tanpa menghilangkan makna sehingga
menghasilkan teks terjemahan yang akurat, (2) dapat menghasilkan teks BSa yang mudah
dipahami oleh pembaca target karena menggunakan unsur bahasa yang lazim digunakan
dalam dialek sasaran, dan (3) penerapan teknik ini dapat mempertahankan unsur dialek
dalam BSa karena menggunakan istilah yang khas dalam budaya target. Dengan
mempertimbangkan dampak positif tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
rekomendasi teknik penerjemahan dalam menerjemahkan dialek AAE sub kategori
construction of words ini sudah memenuhi tujuan utama dalam menerjemahkan dialek
yaitu menghasilkan terjemahan yang akurat, berterima, dan mudah dipahami (Larson,
199
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1998; Nida, 2001; Nababan dkk, 2012) serta dapat mempertahankan eksistensi dialek
dalam terjemahan (Brodovich, 1997; Szep, 2016; Geissberger, 2016). Rekomendasi
penggunaan teknik ini juga didukung oleh penelitian tentang penerjemahan dialek
(Nurlaila, 2018; Dewi, 2019; Rosyidah, 2021).
Data 240
BSu : You wanna know something?
BSa : Kon eroh sesuatu gak, cak?
Dampak positif dari penggunaan teknik modulasi + adisi/variasi tersebut adalah; (1)
makna dalam BSu yang dimodulasi dalam BSa tidak berubah meskipun berbeda sudut
pandang, sehingga menghasilkan terjemahan yang akurat, (2) perpaduan teknik saling
melengkapi sehingga tujuan penerjemahan dialek untuk menghasilkan makna yang
200
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sepadan dan mempertahankan eksistensi dialek dalam BSa bisa tercapai, dan (3) istilah
atau diksi yang digunakan dalam BSa merupakan istilah yang lazim dalam budaya target
sehingga mempunyai keberterimaan tinggi dan mudah dipahami oleh pembaca target.
Dengan mempertimbangkan dampak positif tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
rekomendasi teknik penerjemahan dalam menerjemahkan dialek AAE sub kategori
construction of words ini sudah memenuhi tujuan utama dalam menerjemahkan dialek
yaitu menghasilkan terjemahan yang akurat, berterima, dan mudah dipahami (Larson,
1998; Nida, 2001; Nababan dkk, 2012) serta dapat mempertahankan eksistensi dialek
dalam terjemahan (Brodovich, 1997; Szep, 2016; Geissberger, 2016). Rekomendasi
penggunaan teknik ini juga didukung oleh penelitian tentang penerjemahan dialek
(Nurlaila, 2018; Dewi, 2019; Rosyidah, 2021).
Data 560
BSu : I gonna find out exactly who you are, where you're holed up and I
gonna take you down
BSa : Awas kon yo, tak golek sopo awakmu, nandi omahmu, tak etrek etrek
awakmu engko
201
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
penerjemah dengan menggunakan dan menambahkan unsur bahasa yang khas dalam dialek
sasaran. Cara ini dilakukan salah satunya dengan menerapkan teknik variasi dalam
menerjemahkan bahasa standar you menjadi kon atau awakmu.
Dampak positif penggunaan teknik paraphrase + adisi/variasi ini adalah; (1) diksi
yang digunakan khas dalam dialek sasaran sehingga sangat berterima dan mudah dipahami
oleh pembaca target, (2) dengan penggunaan atau penambahan unsur bahasa dalam dialek
sasaran, eksistensi dialek dalam BSa bisa dipertahankan, dan (3) teknik ini dapat digunakan
jika padanan makna tidak ditemukan dalam BSa. Sementara itu, dampak negatif dari
langkah ini adalah; (1) penerapan teknik paraphrase terkadang mengurangi tingkat
keakuratan terjemahan, apalagi jika digabungkan dengan teknik adisi. Dengan mengganti
sudut pandang hasil terjemahan bisa saja tidak akurat jika penerjemah tidak memahami
maksud dan konteks BSu. Oleh karena itu, penerjemah harus benar-benar memahami
konteks ujaran dan penanda-penanda bahasa dalam BSu sehingga konteks ujaran yang
terdapat dalam BSu dapat disampaikan dengan tepat meskipun diterjemahkan dengan cara
yang berbeda. Dengan pemahaman yang baik terkait unsur kebahasaan dan makna dalam
BSu maka penerjemah akan mampu mengalihbahasakan BSu dengan akurat.
4.1.6. Hasil Uji Coba Model Penerjemahan Dialek AAE ke dalam Dubbing Suroboyan
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil uji coba model penerjemahan dialek AAE ke
dalam dubbing dialek Suroboyoan yang sudah dihasilkan pada tahap sebelumnya. Uji coba
dilakukan melalui penugasan pada kelompok penerjemah yang merupakan mahasiswa
Magister Linguistik Penerjemahan yang sudah sama-sama lulus mata kuliah Praktik
202
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
203
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dari hasil penilaian kualitas teks terjemahan kedua kelompok penerjemah, peneliti
menyimpulkan bahwa hasil terjemahan kelompok yang diberi pelatihan model
penerjemahan mempunyai nilai rata-rata kualitas yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan kelompok penerjemah yang tidak diberi pelatihan. Nilai rata-rata kedua kelompok
dapat dilihat dalam grafik-grafik berikut:
Grafik 4.6 diatas adalah nilai kualitas kelompok penerjemah yang tidak diberi
pelatihan model penerjemahan dialek AAE ke dalam model dubbing dialek Suroboyoan.
Meskipun para responden adalah pengguna dialek Suroboyoan, akan tetapi nilai
keakuratan mereka tidak begitu tinggi. Hal ini disebabkan karena para responden belum
begitu familiar dengan penanda dialek AAE, sehingga kesulitan dalam mencari padanan
yang tepat dalam bahasa sasaran. Dari nilai yang didapat tersebut, peneliti menghitung
rata-rata kualitas kelompok penerjemahan yang tidak diberi pelatihan model adalah
sebesar 2.68.
204
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.9
2.8
2.7
BSa4 BSa5 BSa6
Keakuratan 2.85 2.95 2.95
Keberterimaan 2.82 2.92 2.93
Keterbacaan 2.85 2.97 3
Keakuratan Keberterimaan Keterbacaan
Dari grafik 4.7 diatas dapat dilihat bahwa kualitas terjemahan meningkat dibanding
sebelumnya. Dari hasil tersebut, peneliti menghitung rata-rata kualitas kelompok
penerjemah yang diberi pelatihan adalah sebesar 2.89. Hal ini menunjukkan bahwa
kualitas terjemahan kelompok yang diberi pelatihan lebih bagus dibanding dengan
kelompok yang tidak diberi pelatihan. Selain kualitas terjemahan yang meningkat, waktu
yang dibutuhkan oleh kelompok penerjemah yang diberi pelatihan dalam mengerjakan
soal yang sama lebih pendek. Hal ini mengindikasikan bahwa kelompok penerjemah yang
diberi pelatihan mempunyai pemahaman yang lebih baik terkait fitur-fitur linguistik
dialek AAE yang digunakan dalam BSu dan bagaimana menerjemahkan BSu tersebut ke
dalam dialek Suroboyoan dengan tetap mempertahankan eksistensi dialek dalam BSa.
BSu : Well, maybe you ain’t wanna see that pretty wifey and that little boy of
yours ever again
BSa1 : Lha po kon wes rak gelem ketemu bojomu sing ayu mbek anak lanangmu
meneh ta?
BSa2 : Wes.. palingo kon wes ora gelem ketemu bojomu sing ayu karo anak
lanangmu meneh se
BSa3 : Wes.. paling koen rak pengen dhelok bojomu mbek anak lanangmu iku
meneh ta
205
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BSa4 : Wah.. ketoke awakmu wes gak pengen ketemu wedokan kon sing uayu mbek
anak lanang koen meneh se
BSa5 : Wah.. Ketoke koen wes gak kate ketemu wedokan koen sing ayu mbek anak
lanang koen meneh ta
BSa6 : Welaah.. kayane awakmu i wes gak pengen eroh wedokan kon sing huayu
mbek anak lanang koen meneh ta
Teks BSu diatas mengandung penanda dialek AAE kategori slang dan penanda
leksikal. Teks BSa1, BSa2, dan BSa3 adalah teks terjemahan dari kelompok penerjemah
yang tidak diberi pelatihan. Selanjutnya teks terjemahan dari kelompok penerjemah
dengan pelatihan adalah BSa4, BSa5, dan BSa6. Dari contoh perbandingan tersebut
terlihat bahwa penanda dialek AAE dalam BSu dapat diterjemahkan dengan lebih baik
oleh kelompok penerjemah yang mendapatkan pelatihan. Eksistensi dialek juga dapat
dipertahankan oleh kelompok penerjemah BSa4, BS5, dan BSa6 dengan menggunakan
pilihan kata yang lebih berterima dalam budaya bahasa sasaran. Sementara itu, hasil
terjemahan kelompok penerjemah yang tidak diberi pelatihan menunjukkan bahwa
eksistensi dialek dalam BSa sedikit berkurang. Penanda dialek AAE ain’t dalam BSu
diterjemahkan secara literal dalam BSa1, BSa2, dan BSa3. Penggunaan kata ora sedikit
banyak mengurangi unsur dialek dalam BSa. Kata tersebut kurang lazim dalam BSa
karena dalam dialek Suroboyoan mengenal kata gak sebagai padanan yang lazim
digunakan sebagai penanda negasi. Hal ini mengurangi tingkat keberterimaan teks
terjemahan, meskipun tetap akurat.
4.2. Pembahasan
Steorotype dialek AAE sebagai bahasa Inggris non-baku dan menggunakan istilah
maupun struktur gramatikal yang berbeda dengan bahasa Inggris standar berpotensi
menimbulkan masalah bagi mereka yang tidak terlalu paham fitur-fitur linguistiknya. Potensi
masalah ini juga bisa saja dialami oleh penerjemah dalam mengalihbahasakan tuturan yang
mengandung dialek AAE. Kesulitan menerjemahkan fitur-fitur dialek AAE ini akan lebih
kompleks dalam konteks penerjemahan dubbing. Mengingat semakin banyaknya karakter
dalam film Amerika yang menggunakan dialek AAE dalam tuturannya, maka pengetahuan
akan fitur-fitur dialek AAE menjadi suatu keharusan bagi penerjemah film. Selain penguasaan
pengetahuan akan beragam variasi bahasa yang digunakan dalam dialog film, penerjemah
dubbing juga harus menguasai teknik penerjemahan dubbing yang tepat untuk menerjemahkan
206
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tuturan menjadi versi dubbing yang sepadan dan berterima sesuai dengan konteks dubbing itu
sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model penerjemahan dialek AAE ke
dalam dubbing dialek Suroboyoan.
Kategori dialek AAE ini meliputi bentuk tuturan yang khas dalam dialek AAE yang
secara leksikal berbeda dengan bahasa Inggris standar yang digunakan di Amerika. Dalam
penelitian ini peneliti menemukan sebanyak 330 tuturan dalam dialog film Walker Texas
Ranger yang mengandung penanda leksikal, yang terdiri dari 3 sub kategori. Ketiga sub
kategori tersebut adalah;
Dari 9 seri film Walker Texas Ranger, peneliti menemukan sebanyak 154
tuturan dalam dialog yang mengandung penanda negasi ain’t. Penanda negasi ini
merupakan bentuk penanda yang sangat khas dalam dialek AAE yang secara
signifikan membedakan dengan penanda negasi dalam bahasa Inggris standar (Green,
2002; Wolfram, 2004; Kortmann, 2005; Finegan, 2004; Thomas dan Bailey, 2015).
Penggunaan penanda negasi ain’t dalam dialog film Amerika sangat sering kita temui.
Penggunanya tidak terbatas hanya oleh komunitas asli dialek AAE, yaitu orang kulit
hitam, tapi juga digunakan oleh orang kulit putih. Dari analisis konteks tuturan dalam
207
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
data penelitian pendahuluan, tuturan yang mengandung penanda dialek AAE dalam
film tersebut tidak terbatas hanya digunakan oleh pelaku tutur berkulit hitam saja tapi
juga digunakan oleh mereka yang berkulit putih. Hal ini menegaskan pendapat ahli
bahwa dialek AAE tidak hanya berfungsi sebagai penunjuk identitas pelaku tutur
aslinya tapi bisa digunakan sebagai perekat suatu komunitas sosial dari kelas bawah
dan sebagai ragam bahasa kolokial yang menunjukkan keakraban antar pelaku dan
mitra tuturnya (Baugh, 1983; Wolfram, 2004).
208
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ini ditemukan 148 penanda ain’t yang diterjemahkan menggunakan padanan lazim.
Selanjutnya untuk duplet teknik modulasi + variasi dan paraphrase + variasi
digunakan dalam tataran kalimat karena penggunaan kedua teknik tersebut mengubah
sudut pandang penerjemah sehingga sangat kontekstual. Ketiga teknik tersebut
mampu menghasilkan terjemahan yang berkualitas karena menerjemahkan teks BSu
dengan akurat tanpa mengurangi atau menambah makna dalam BSa, meskipun pada
kasus penerapan modulasi dan paraphrase, penerjemah mengubah sudut pandang atau
menyampaikan teks BSu dengan style bahasa yang berbeda dalam BSa. Penggunaan
ketiga teknik penerjemahan tersebut sudah memenuhi syarat penerjemahan yang ideal
yaitu menghasilkan terjemahan yang akurat, berterima dan mudah dipahami (Larson,
1998; Nida, 2001; Nababan dkk, 2012). Selain itu, penerapan ketiga teknik
penerjemahan tersebut mampu memenuhi syarat penerjemahan dialek yang baik yaitu
mempertahankan unsur dialek dalam BSa (Brodovich, 1997; Geissberger, 2016; Szep,
2016; Majkiewicz 2016).
209
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Construction of words
210
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
digunakan oleh pelaku tutur berkulit hitam saja tapi juga digunakan oleh mereka yang
berkulit putih. Hal ini menegaskan pendapat ahli bahwa dialek AAE tidak hanya
berfungsi sebagai penunjuk identitas pelaku tutur aslinya tapi bisa digunakan sebagai
perekat suatu komunitas sosial dari kelas bawah, seperti komunitas penjahat jalanan,
dan sebagai ragam bahasa kolokial yang menunjukkan keakraban antar pelaku dan
mitra tuturnya (Baugh, 1983; Wolfram, 2004).
211
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
212
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dari 9 seri film Walker Texas Ranger, peneliti menemukan sebanyak 52 tuturan
dalam dialog yang mengandung penanda negasi ganda. Penanda negasi ini merupakan
bentuk penanda yang khas selain penanda negasi ain’t dalam dialek AAE yang secara
signifikan membedakan dengan penanda negasi dalam bahasa Inggris standar (Green,
2002; Wolfram, 2004; Kortmann, 2005; Finegan, 2004; Thomas dan Bailey, 2015).
Penggunaan penanda negasi ganda dalam dialog film Amerika sangat sering
kita temui. Penggunanya tidak terbatas hanya oleh komunitas asli dialek AAE, yaitu
orang kulit hitam, tapi juga digunakan oleh orang kulit putih. Dari analisis konteks
tuturan dalam data penelitian pendahuluan, tuturan yang mengandung penanda dialek
AAE dalam film tersebut tidak terbatas hanya digunakan oleh pelaku tutur berkulit
hitam saja tapi juga digunakan oleh mereka yang berkulit putih. Hal ini menegaskan
pendapat ahli bahwa dialek AAE tidak hanya berfungsi sebagai penunjuk identitas
pelaku tutur aslinya tapi bisa digunakan sebagai perekat suatu komunitas sosial dari
kelas bawah, seperti komunitas penjahat jalanan, dan sebagai ragam bahasa kolokial
yang menunjukkan keakraban antar pelaku dan mitra tuturnya (Baugh, 1983;
Wolfram, 2004).
213
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
214
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
215
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Aspek sintaksis atau tata bahasa menjadi bagian yang tidak bisa dihindari dalam
penerjemahan. Hal ini terkait dengan padanan makna dan struktur gramatika yang
seharusnya bisa dicapai dengan proses penerjemahan. Pembahasan tentang sintaksis
sendiri terkait erat dengan bagaimana kata digabungkan dalam bentuk frasa, klausa atau
kalimat sekaligus prinsip-prinsip aturan tentang bagaimana kata-kata tersebut
digabungkan sehingga membentuk suatu makna (Radford, 2003). Oleh sebab itu, makna
yang tersurat dalam sebuah kalimat atau tuturan sangat bergantung pada bagaimana pola
sintaksis itu terbentuk. Pemahaman penerjemah tentang sintaksis baik BSu maupun BSa
dapat mempengaruhi hasil terjemahan karena perbedaan struktur dalam TSu dan TSa
menjadi salah satu penentu bagaimana sebuah makna kalimat atau klausa ditentukan
kesepadanannya. Dalam konteks penerjemahan dialek, penanda sintaksis dalam dialek
tertentu menjadi permasalahan yang membutuhkan perhatian penerjemah mengingat
dialek merupakan variasi bahasa yang secara gramatika mempunyai perbedaan struktur
dengan bahasa standar. Untuk menerjemahkan sebuah dialek sumber ke dalam dialek
sasaran penerjemah perlu memahami struktur gramatika yang menjadi penanda dialek
sumber dan mencari padanan yang tepat dalam dialek sasaran.
Penanda dialek AAE kategori perangkat sintaksis meliputi bentuk tuturan yang
secara gramatikal berbeda dengan bahasa Inggris standar yang digunakan di Amerika.
Dalam penelitian ini peneliti menemukan sebanyak 304 tuturan dalam dialog film Walker
Texas Ranger yang mengandung penanda dialek AAE kategori perangkat sintaksis, yang
terdiri dari 6 sub kategori. Keenam sub kategori tersebut adalah;
a) Kalimat tanya
Struktur kalimat tanya pada dialek AAE mempunyai perbedaan yang cukup
signifikan dengan struktur gramatikal dalam bahasa Inggris standar. Dalam
mengekspresikan kalimat tanya, pengguna dialek AAE menggunakan struktur yang
tidak lengkap dengan penghilangan kata bantu kerja dan kopula be (Green, 2002;
Wolfram, 2004; Kortmann, 2005; Finegan, 2004; Thomas dan Bailey, 2015). Menurut
216
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pandangan ahli bahasa hal ini dianggap ‘menyimpang’ mengingat dalam struktur
bahasa Inggris standar sangat memperhatikan subject verb agreement dalam kalimat.
Dialek Suroboyoan sebagai bagian dari sistem bahasa juga mempunyai struktur
kalimat tanya. Akan tetapi karena dialek Suroboyoan merupakan variasi bahasa Jawa,
sebagaimana bahasa Indonesia yang tidak mempunyai subject verb agreement, maka
penanda bahasa non-standar kategori kalimat tanya tidak terdapat dalam dialek
Suroboyoan. Perbedaan struktur gramatikal ini dapat berpotensi menggeser eksistensi
dialek dalam BSa. Dalam penelitian ini penerjemah menyiasati perbedaan gramatikal
kedua dialek tersebut dengan menerapkan teknik penerjemahan yang menyesuaikan
pola struktur gramatikal BSu dengan pola yang terdapat dalam BSa.
Dalam penelitian ini ditemukan 166 dialog yang menggunakan struktur kalimat
tanya dialek AAE. Untuk menerjemahkannya ke dalam dubbing dialek Suroboyoan,
penerjemah menerapkan teknik penerjemahan yang bervariasi. Penerapan teknik yang
bervariasi ini adalah upaya penerjemah untuk mencari padanan yang tepat dalam BSa,
menghasilkan terjemahan yang alami dan mudah dipahami oleh pembaca target.
Dalam konteks penerjemahan dialek, seorang penerjemah diharapkan mampu
menghasilkan terjemahan yang berkualitas dan mampu mempertahankan eksistensi
dialek dalam BSa. Perbedaan struktur gramatikal antara dialek AAE dengan
Suroboyoan dapat menjadi potensi masalah dalam proses terjemahan. Oleh sebab itu,
dalam menyusun rekomendasi terlebih dahulu peneliti memetakan penggunaan teknik
penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan struktur
kalimat tanya dialek ke dalam dubbing dialek Suroboyoan serta dampak penerapan
teknik tersebut terhadap kualitas terjemahan dan eksistensi dialek dalam BSa.
Pemetaan tersebut bermanfaat untuk melihat pola teknik terjemahan yang
menghasilkan terjemahan yang berkualitas. Dalam hal ini, peneliti menggunakan 3
kategori, yaitu; (1) teknik yang menghasilkan struktur kalimat tanya dengan makna
sepadan, alami, mudah dipahami dan mampu memunculkan unsur dialek dalam BSa,
(2) teknik yang menghasilkan struktur kalimat yang berbeda dengan makna sepadan,
alami, mudah dipahami dan mampu memunculkan unsur dialek dalam BSa, (3) teknik
yang menghasilkan struktur kalimat dengan makna sepadan, alami, mudah dipahami
217
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tapi menghilangkan unsur dialek dalam BSa, dan (4) teknik yang menghasilkan
struktur kalimat yang tidak sepadan, tapi alami, mudah dipahami dan menghilangkan
unsur dialek dalam BSa.
Kategori kedua adalah teknik yang menghasilkan struktur kalimat yang berbeda
dengan makna sepadan, alami, mudah dipahami dan mampu memunculkan unsur
dialek dalam BSa. Berdasarkan analisis komponensial, seperti terlihat dalam lampiran
2 halaman 316, teknik yang menghasilkan terjemahan dengan kategori tersbut adalah;
(1) modulasi, (2) paraphrase, (3) modulasi + variasi, dan (4) paraphrase + variasi.
218
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
219
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kategori keempat adalah teknik yang menghasilkan struktur kalimat yang tidak
sepadan, tapi alami, mudah dipahami dan menghilangkan unsur dialek dalam BSa.
Teknik tersebut adalah kreasi diskursif.
b) Pelesapan kopula be
220
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Ciri sintaksis yang menjadi penanda dialek AAE tersebut tidak ditemukan
dalam dialek Suroboyoan. Dalam konteks penerjemahan dialek, perbedaan struktur
gramatikal ini dapat berpotensi menggeser eksistensi dialek dalam BSa. Dalam
penelitian ini penerjemah menyiasati perbedaan gramatikal kedua dialek tersebut
dengan menerapkan teknik penerjemahan yang menyesuaikan pola struktur
gramatikal BSu dengan pola yang terdapat dalam BSa. Salah satu strategi
penerjemahan tersebut adalah dengan memadukan dua atau lebih teknik
penerjemahan.
Dalam penelitian ini ditemukan 56 pelesapan kopula be (is am, are, was dan
were). Untuk menerjemahkannya ke dalam dubbing dialek Suroboyoan, penerjemah
menerapkan teknik penerjemahan yang bervariasi. Penerapan teknik yang bervariasi
ini adalah upaya penerjemah untuk mencari padanan yang tepat dalam BSa,
menghasilkan terjemahan yang alami dan mudah dipahami oleh pembaca target.
Dalam penerjemahan dialek, seorang penerjemah diharapkan mampu menghasilkan
terjemahan yang berkualitas dan mampu mempertahankan eksistensi dialek dalam
BSa. Dalam menyusun rekomendasi penggunaan teknik, peneliti terlebih dahulu
memetakan penggunaan teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam
menerjemahkan struktur kalimat dengan penanda pelesapan kopula be ke dalam
dubbing dialek Suroboyoan serta dampak penerapan teknik tersebut terhadap kualitas
terjemahan dan eksistensi dialek dalam BSa. Pemetaan tersebut bermanfaat untuk
melihat pola teknik terjemahan yang menghasilkan terjemahan yang berkualitas.
Dalam hal ini, peneliti menggunakan 3 kategori, yaitu; (1) teknik yang menghasilkan
struktur kalimat dengan makna sepadan meskipun berbeda pola struktur gramatika,
menghasilkan terjemahan yang alami, mudah dipahami dan mampu memunculkan
unsur dialek dalam BSa, (2) teknik yang menghasilkan struktur kalimat berbeda
dengan makna yang kurang sepadan, tetapi alami, mudah dipahami dan memunculkan
unsur dialek dalam BSa, dan (3) teknik yang menghasilkan struktur kalimat yang tidak
sepadan, tapi alami, mudah dipahami dan menghilangkan unsur dialek dalam BSa.
221
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
222
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mudah dipahami oleh pembaaca target dan unsur dialek dalam BSa. Contohnya adalah
proses penerjemahan tuturan Bsu I sure as hell did yang diterjemahkan menggunakan
teknik paraphrase + adisi menjadi Plek koyok neroko, cak. Terjemahan tersebut dinilai
kurang sepadan karena makna yang terkandung dalam BSu sedikit bergeser dan
terdapat penambahan unsur bahasa lain dalam BSa. Akan tetapi, penyampaian pesan
BSa dengan istilah yang lazim dalam dialek Suroboyoan menjadikan terjemahan
tersebut terasa alami dan mudah dipahami oleh pembaca target. Penambahan istilah
sapaan cak yang khas dalam budaya juga berkontribusi positif terhadap pemertahanan
unsur dialek dalam BSa.
Kategori keempat adalah teknik yang menghasilkan struktur kalimat yang tidak
sepadan, tapi alami, mudah dipahami dan menghilangkan unsur dialek dalam BSa.
Teknik tersebut adalah kreasi diskursif.
Berbeda halnya dengan lexical verbs (kata kerja utama) yang mempunyai arti
sendiri, auxiliary verbs (kata kerja bantu) tidak mempunyai arti dan tidak bisa berdiri
sendiri. Auxiliary verbs terdiri dari primary (be, do, have) dan modal auxiliary (may,
might, could, will, would, should, shall, must, dan tought) dan muncul sebelum kata
kerja utama (Azar & Hagen, 2009). Meskipun tidak mempunyai arti, kata kerja bantu
mempunyai kedudukan yang penting dalam kalimat karena keberadaannya akan
berpengaruh dalam membentuk waktu (tenses), ragam gramatika (voice) dan modus
(mood) dalam kalimat. Dengan kata lain, kata kerja bnatu berfungsi untuk membentuk
struktur kalimat lengkap dan memiliki fungsi gramatika dalam kalimat. Oleh sebab
itu, penggunaan kata bantu kerja tidak bisa dihilangkan dalam kalimat. Akan tetapi,
dalam struktur dialek AAE, auxiliary verbs sering kali dihilangkan. Jenis
penyimpangan ini menjadi salah satu penanda gramatikal dalam dialek AAE. Hal ini
selaras dengan pendapat para linguist yang menyatakan bahwa penutur kulit hitam
sering menghilangkan auxiliary verbs dalam tuturan yang mengandung kata kerja
sehingga membingungkan lawan bicara (Rickford et al., 1991; Rickford, 1999;
Rickford, 2015; Wolfram and Erik R., 2002).
223
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
224
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dialek dalam BSa disiasati penerjemah dengan penggunaan variasi bahasa atau
penambahan unsur bahasa lain yang khas dalam dialek target. Contohnya adalah
proses penerjemahan tuturan Bsu She be dead if I ain't take her in yang dimodulasi
menjadi Areke bakal matek lek gak tak tulung. Terjemahan tersebut dinilai sepadan
karena menyampaikan makna yang terkandung dalam BSu, meskipun berbeda sudut
pandang dan struktur kalimatnya. Selain itu, penyampaian pesan BSa dengan istilah
yang lazim dalam dialek Suroboyoan menjadikan terjemahan tersebut terasa alami dan
mudah dipahami oleh pembaca target. Penerapan teknik variasi dalam menerjemahkan
bahasa Inggris standar she menjadi areke yang khas dalam budaya sasaran mampu
mempertahankan unsur dialek dalam BSa. Penggunaan teknik modulasi + variasi
tersebut sudah memenuhi syarat penerjemahan yang ideal yaitu menghasilkan
terjemahan yang akurat, berterima dan mudah dipahami (Larson, 1998; Nida, 2001;
Nababan dkk, 2012). Selain itu, penerapan teknik penerjemahan tersebut mampu
memenuhi syarat penerjemahan dialek yang baik yaitu mempertahankan unsur dialek
dalam BSa (Brodovich, 1997; Geissberger, 2016; Szep, 2016; Majkiewicz 2016).
225
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dalam budaya juga berkontribusi positif terhadap pemertahanan unsur dialek dalam
BSa.
Kategori keempat adalah teknik yang menghasilkan struktur kalimat yang tidak
sepadan, tapi alami, mudah dipahami dan menghilangkan unsur dialek dalam BSa.
Teknik tersebut adalah kreasi diskursif dan reduksi.
Kata bantu kerja atau auxiliary verb dalam struktur gramatikal bahasa Inggris
standar digunakan untuk membantu kata kerja utama membentuk konstruksi frasa
verba atau konstruksi tenses dalam kalimat. Secara umum, auxiliary verbs terdiri dari
to be, have dan do. Dilihat dari sisi makna, kata bantu tersebut tidak bisa
diterjemahkan secara kata per kata karena kata bantu tersebut hanya akan mempunyai
makna jika disandingkan dengan kata kerja utama yang membentuk tenses suatu
kalimat. Oleh sebab itu dalam penggunaannya, kata bantu tersebut mengalami
perubahan bentuk yang menyesuaikan subjek dan waktunya. Dalam struktur kalimat
dialek AAE, penggunaan kata bantu to be, have dan do tidak menyesuaikan subjek
dan keterangan waktu yang digunakan dalam kalimat (Rickford et al., 1991; Rickford,
1999; Rickford, 2015; Wolfram and Erik R., 2002). Bentuk penyimpangan tersebut
dapat dilihat dalam contoh kalimat He doesn’t like you disampaikan dalam dialek
AAE menjadi He don’t like you.
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan 21 dialog dalam 9 seri film Walker
Texas Ranger yang menggunakan unsur penyimpangan kata kerja bantu. Karena ciri
sintaksis kata bantu kerja tidak terdapat dalam dialek Suroboyoan, maka untuk
menerjemahkan ke dalam versi dubbingnya penerjemah menggunakan teknik yang
memungkinkan penyesuaian pola struktur gramatikal yang berlaku dalam BSa.
Penerapan teknik tersebut dilakukan untuk mengatasi perbedaan gramatikal antara
BSu dan Bsa. Penerapan teknik sekaligus betujuan untuk mencari padanan yang tepat
dalam BSa, menghasilkan terjemahan yang alami dan mudah dipahami oleh pembaca
target.
226
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
227
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
She don’t like you, pal.. go the fuck out of here! menjadi Areke mblenek mbek kon,
cuk! Ndang minggat!. Meskipun diterjemahkan dengan cara yang berbeda dengan
mengubah sudut pandang kalimat, terjemahan tersebut dinilai akurat karena mempunyai
makna yang sama. Selain itu, penyampaian pesan BSa dengan istilah yang lazim dalam
dialek Suroboyoan menjadikan terjemahan tersebut terasa alami dan mudah dipahami
oleh pembaca target. Penerapan teknik variasi dalam menerjemahkan istilah bahasa
Inggris standar you menjadi kon dan penggunaan kata cuk dalam BSa mampu
memunculkan unsur dialek dalam versi dubbing. Penggunaan teknik modulasi +
variasi tersebut sudah memenuhi syarat penerjemahan yang ideal yaitu menghasilkan
terjemahan yang akurat, berterima dan mudah dipahami (Larson, 1998; Nida, 2001;
Nababan dkk, 2012). Selain itu, perpaduan teknik penerjemahan tersebut mampu
memenuhi syarat penerjemahan dialek yang baik yaitu mempertahankan unsur dialek
dalam BSa (Brodovich, 1997; Geissberger, 2016; Szep, 2016; Majkiewicz 2016).
228
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
229
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
230
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
unsur dialek dalam BSa disiasati penerjemah dengan penggunaan variasi bahasa atau
penambahan unsur bahasa lain yang khas dalam dialek target. Contohnya adalah
proses penerjemahan tuturan Bsu Well, we knows what you gonna get yang dimodulasi
menjadi Kon eroh gak nasibe kon bakalan piye? Terjemahan tersebut dinilai sepadan
karena menyampaikan makna yang terkandung dalam BSu, meskipun berbeda sudut
pandang dan struktur kalimatnya. Selain itu, penyampaian pesan BSa dengan istilah
yang lazim dalam dialek Suroboyoan menjadikan terjemahan tersebut terasa alami dan
mudah dipahami oleh pembaca target. Penerapan teknik variasi dalam menerjemahkan
istilah bahasa Inggris standar you menjadi kon mampu memunculkan unsur dialek
dalam BSa. Penggunaan teknik modulasi + variasi tersebut sudah memenuhi syarat
penerjemahan yang ideal yaitu menghasilkan terjemahan yang akurat, berterima dan
mudah dipahami (Larson, 1998; Nida, 2001; Nababan dkk, 2012). Selain itu,
perpaduan teknik penerjemahan tersebut mampu memenuhi syarat penerjemahan
dialek yang baik yaitu mempertahankan unsur dialek dalam BSa (Brodovich, 1997;
Geissberger, 2016; Szep, 2016; Majkiewicz 2016).
231
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
oleh pembaca target. Penambahan istilah sapaan cak yang khas dalam budaya juga
berkontribusi positif terhadap pemertahanan unsur dialek dalam BSa.
Done merupakan turunan ketiga (past participle) dari kata kerja do. seperti
halnya do, does, atau did, kata done juga berfungsi sebagai primary auxiliary verb
(kata kerja bantu yang tidak memliki arti sendiri tapi membantu dalam membentuk
karakter kalimat). Dalam struktur gramatikal bahasa Inggris standar, bentuk done
sebagai bentuk kata kerja ketiga biasanya dapat kita temukan dalam pola kalimat
present perfect tense, past perfect tense, future perfect tense dan past future perfect
tense. Akan tetapi dalam struktur dialek AAE, perfective done digunakan dalam past
tense.
232
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
menghasilkan struktur kalimat dengan makna sepadan, alami, mudah dipahami tapi
menghilangkan unsur dialek dalam BSa, dan (4) teknik yang menghasilkan struktur
kalimat yang tidak sepadan, tapi alami, mudah dipahami dan menghilangkan unsur
dialek dalam BSa.
Kategori pertama yaitu teknik yang menghasilkan struktur kalimat yang sama
dengan makna sepadan, alami, mudah dipahami dan mampu memunculkan unsur
dialek dalam BSa adalah padanan lazim, Penerapan teknik padanan lazim disini adalah
dengan mencari padanan kata/istilah yang lazim digunakan dalam BSa untuk setiap
kata yang ada di dalam kalimat tanya dengan penanda dialek AAE dalam BSu.
Penerapan teknik padanan lazim ini seperti terlihat dalam table komponensial dalam
lampiran 2 halaman 316 mampu menghasilkan terjemahan dengan nilai keakuratan,
keberterimaan, dan keterbacaan yang tinggi. Selain itu, tuturan yang mengandung
penanda dialek dalam BSu tidak mengalami pergeseran dialek dalam BSa. Contohnya
adalah proses penerjemahan tuturan BSu She done talked to you, what else? yang
dialihbahasakan menjadi Areke wes mari ngomong mbek koen, opo maneh?
Terjemahan tersebut dinilai sepadan karena menyampaikan makna yang terkandung
dalam BSu dengan struktur kalimat yang sama dan padanan istilah yang akurat dalam
dialek sasaran. Selain itu, penyampaian pesan BSa dengan istilah yang lazim dalam
dialek Suroboyoan menjadikan terjemahan tersebut terasa alami dan mudah dipahami
oleh pembaca target. Penggunaan istilah yang khas dalam budaya sasaran seperti mari
(= sudah) mampu mempertahankan unsur dialek dalam BSa. Penggunaan teknik
padanan lazim tersebut sudah memenuhi syarat penerjemahan yang ideal yaitu
menghasilkan terjemahan yang akurat, berterima dan mudah dipahami (Larson, 1998;
Nida, 2001; Nababan dkk, 2012). Selain itu, penerapan teknik penerjemahan tersebut
mampu memenuhi syarat penerjemahan dialek yang baik yaitu mempertahankan unsur
dialek dalam BSa (Brodovich, 1997; Geissberger, 2016; Szep, 2016; Majkiewicz
2016).
233
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
unsur dialek dalam BSa adalah dengan mengkompensasi tuturan BSu dengan
menyesuaikan struktur kalimat BSa. Sebagaimana tergambar dalam lampiran 2
halaman 316, teknik yang menghasilkan terjemahan akurat dengan struktur kalimat
menyesuaikan struktur BSa adalah; (1) modulasi, (2) paraphrase, (3) modulasi +
variasi, dan (4) paraphrase + variasi. Dengan penerapan teknik modulasi dan
paraphrase, sudut pandang dan cara penyampaian makna dalam BSu disampaikan
dengan cara yang berbeda. Akan tetapi, dari analisis komponensial dalam penelitian
ini, kedua teknik tersebut mampu menghasilkan terjemahan yang akurat.
Pemertahanan unsur dialek dalam BSa disiasati penerjemah dengan penggunaan
variasi bahasa atau penambahan unsur bahasa lain yang khas dalam dialek target.
Contohnya adalah proses penerjemahan tuturan BSu He done asked the questions, Sir.
yang dimodulasi menjadi Areke bar diinterogasi anak buahe dewe, cak. Terjemahan
tersebut dinilai sepadan karena menyampaikan makna yang terkandung dalam BSu,
meskipun berbeda sudut pandang dan struktur kalimatnya. Selain itu, penyampaian
pesan BSa dengan istilah yang lazim dalam dialek Suroboyoan menjadikan
terjemahan tersebut terasa alami dan mudah dipahami oleh pembaca target. Penerapan
teknik variasi dalam menerjemahkan pronominal he menjadi areke, dan kata sapaan
sir menjadi cak mampu memunculkan unsur dialek dalam BSa. Penggunaan teknik
modulasi + variasi tersebut sudah memenuhi syarat penerjemahan yang ideal yaitu
menghasilkan terjemahan yang akurat, berterima dan mudah dipahami (Larson, 1998;
Nida, 2001; Nababan dkk, 2012). Selain itu, perpaduan teknik penerjemahan tersebut
mampu memenuhi syarat penerjemahan dialek yang baik yaitu mempertahankan unsur
dialek dalam BSa (Brodovich, 1997; Geissberger, 2016; Szep, 2016; Majkiewicz
2016).
234
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tersebut dinilai kurang sepadan karena makna yang terkandung dalam BSu sedikit
bergeser dan terdapat penambahan unsur bahasa lain dalam BSa. Akan tetapi,
penyampaian pesan BSa dengan istilah yang lazim dalam dialek Suroboyoan
menjadikan terjemahan tersebut terasa alami dan mudah dipahami oleh pembaca
target. Penambahan istilah sapaan cak yang khas dalam budaya juga berkontribusi
positif terhadap pemertahanan unsur dialek dalam BSa.
Slang merupakan kosa kata tertentu yang lazim digunakan dalam situasi informal
oleh golongan atau kelompok sosial tertentu (Freeborn, 1997; Leech & Startvik, 2003).
Kosa kata yang berfungsi sebagai slang biasanya terbentuk sebagai simbol solidaritas dan
menunjukkan kedekataan antar anggota kelompok pengguna slang tersebut. Dialek AAE
sebagai sebuah variasi bahasa yang terbentuk dalam komunitas tertentu, yaitu komunitas
warga Amerika kulit hitam, mempunyai baberapa kosa kata slang yang berfungsi sebagai
alat komunikasi informal dalam kelompok mereka. Seiring berjalannya waktu, istilah
slang dialek AAE ini berkembang di kalangan orang kulit putih dan digunakan sebagai
ragam bahasa kolokial dalam dialog film, lirik lagu atau ragam percakapan informal
lainnya. Dalam penelitian ini penelitii menemukan 4 sub kategori istilah slang dari 9 seri
film Walker Texas Ranger. Berikut adalah pembahasan tentang penanda dialek AAE
kategori slang yang ditemukan dalam penelitian ini:
235
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
236
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tersebut mempunyai nilai keakuratan yang tinggi, alami dan mudah dipahami oleh
pembaca sasaran. Dengan pertimbangan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
penggunaan ketiga teknik tersebut sudah memenuhi syarat ideal penerjemahan yaitu
menghasilkan terjemahan akurat, berterima dan mudah dipahami (Larson, 1998; Nida,
2001; Nababan dkk, 2012). Selain itu, dalam kontek penerjemahan dialek, penerapan
teknik penerjemahan tersebut mampu memenuhi syarat penerjemahan dialek yang
baik yaitu mempertahankan eskistensi dialek dalam BSa (Brodovich, 1997;
Geissberger, 2016; Szep, 2016; Majkiewicz 2016).
237
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
238
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
239
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Slang AAE yang digunakan untuk menyebut uang biasanya digunakan untuk
menggantikan kata ‘dollar’ atau ‘money’. Menurut Bathwaite (1992) dikutip dalam
Green (2002), dalam dialek AAE penyebutan uang biasa digantikan dengan bucks,
cash, paper, franklins, Benjamin/benjis, dough, knot, dime, cheese, cream, cabbage,
scrilla, duckets, dan dead president. Dalam penelitian ini ditemukan 24 penggunaan
istilah tersebut dalam dialog film Walker Texas Ranger. Istilah yang ditemukan adalah
bucks dan cash. Untuk menerjemahkannya ke dalam versi dubbing dialek
Suroboyoan, penerjemah menggunakan teknik yang relatif beragam. Penerapan teknik
yang beragam ini adalah sebagai upaya penerjemah untuk menemukan padanan yang
tepat, menghasilkan terjemahan yang berterima, dan mempertahankan unsur dialek
dalam BSa.
240
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
241
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
atau menggunakan style bahasa yang berbeda dalam BSa. Misalnya, tuturan BSu
mengandung istilah penyebutan uang How many bucks you lost this week? yang
diterjemahkan dalam BSa menjadi Toroh akeh laan awakmu, cak?. Selain itu
penambahan unsur bahasa lain dalam BSa menyebabkan tingkat keakuratan sedikit
berkurang, meskipun tidak benar-benar mengubah makna tuturan. Meskipun kurang
akurat, tuturan BSa tersebut mempunyai keberterimaan yang tinggi dan mudah
dipahami oleh pembaca sasaran. Selain itu, penggunaan istilah-istilah yang khas
dalam dialek sasaran berdampak positif terhadap pemertahanan unsur dialek dalam
BSa.
242
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BSa, dan (2) teknik yang menghasilkan terjemahan akurat, berterima, mudah dipahami
tapi menghilangkan unsur dialek dalam BSa.
243
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4.2.2. Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan Dialek AAE ke dalam dubbing
Dialek Suroboyoan
Berdasarkan hasil penelitian, teori dan FGD dengan pakar, peneliti
merekomendasikan ideologi penerjemahan dialek AAE ke dalam dubbing dialek
Suroboyoan. Ideologi penerjemahan yang direkomendasikan dalam model ini adalah
domestikasi. Rekomendasi penggunaan domestikasi dalam proses dubbing ini selaras
dengan konsep dubbing yang diutarakan oleh Szarkowska (2005) yang menyatakan bahwa
dubbing merupakan metode penerjemahan yang memodifikasi teks sumber melalui
domestikasi (pelokalan) istilah yang akrab bagi target penontonnya, dimana dialog asing
dalam film asli diisi dengan suara dalam bahasa sasaran, sehingga penonton merasa seolah-
olah mendengarkan aktor yang berbicara dalam bahasa target. Rekomendasi penerapan
ideologi ini didukung oleh penelitian lain terkait dubbing (Szarkowska, 2005; Weibel dan
Groner, 2009; Tveist, 2009; Jankowska, 2010; Eslamieh & Javankhah, 2015) dan
penerjemahan dialek (Brodovich, 1997; Geissberger, 2016; Szep, 2016; Majkiewicz 2016).
244
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan model penerjemahan dialek AAE ke
dalam dubbing dialek Suroboyoan. Model yang dikembangkan dalam penelitian ini disusun
berdasarkan konsep yang ditemukan dalam rumusan masalah penelitian dari yang pertama
hingga ketiga. Dari rumusan masalah yang pertama peneliti menemukan 3 kategori penanda
dialek AAE yang terdiri dari kategori penanda leksikal, kategori perangkat sintaksis, dan
kategori slang/slang. Dari ketiga kategori tersebut peneliti menemukan 11 subkategori dialek
AAE dalam 9 seri film Walker Texas Ranger. Klasifikasi tersebut merujuk pada pendapat ahli
(Green, 2002; Wolfram, 2004; Kortmann, 2005; Finegan, 2004; Thomas dan Bailey, 2015).
Setelah mengidentifikasi data linguistik berdasarkan sub kategori tersebut, sesuai rumusan
masalah yang kedua, peneliti mengidentifikasi penggunaan teknik, metode dan ideologi
penerjemahan dalam menerjemahkan tuturan yang mengandung penanda dialek AAE ke dalam
dubbing dialek Suroboyoan. Selanjutnya, sesuai rumusan masalah yang ketiga peneliti
mencari dampak penggunaan teknik penerjemahan tersebut kualitas terjemahan dan eksistensi
dialek dalam BSa. Hasil temuan ini sudah divalidasi oleh pakar dan 3 rater penerjemahan
dalam FGD pertama. Berdasarkan ketiga konsep temuan dari ketiga rumusan masalah tersebut,
peneliti menyusun prototipe model penerjemahan. Prototipe ini selanjutnya divalidasi oleh ahli
dalam FGD ke-2 dan diuji cobakan pada dua kelompok penerjemah pemula. Uji coba ini
diperlukan untuk mengukur tingkat efektifitas prototipe model penerjemahan yang
dikembangkan dalam penelitian ini. Hasil uji coba kemudian divalidasi oleh ahli pada FGD
ke-3.
Penelitian ini menemukan penggunaan teknik penerjemahan yang bervariasi. Dari 790
data linguistik yang terverifikasi, peneliti mengidentifikasi sebanyak 2.247 teknik
penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan tuturan yang
mengandung dialek AAE ke dalam dubbing dialek Suroboyoan. Jumlah penggunaan teknik
penerjemahaan tersebut tidak mencerminkan jumlah kemunculan dialek AAE. Hal ini karena
beberapa data linguistik yang teridentifikasi mengandung penanda dialek AAE diterjemahkan
dengan menggunakan dua atau lebih teknik penerjemahan. Dengan pertimbangan tersebut,
dalam menyusun prototipe peneliti tidak menyertakan semua teknik penerjemahan yang
teridentifikasi dalam penelitian pendahuluan. Peneliti hanya memilih teknik penerjemahan
245
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang paling sering digunakan, menghasilkan terjemahan yang berkualitas dan tidak
menghilangkan unsur dialek dalam BSa. Dalam memilih teknik yang direkomendasikan
tersebut peneliti merujuk pada teori dan membandingkan dengan hasil penelitian lain yang
sejenis serta berdiskusi dengan pakar dalam FGD. Untuk menyempurnakan konsep model
yang dikembangkan, peneliti menyertakan rekomendasi penggunaan teknik dari ahli atau
peneliti lain.
Penelitian ini juga menemukan bahwa eksistensi dialek dapat bergeser karena proses
penerjemahan. Penggunaan teknik penerjemahan literal, reduksi, dan naturalisasi menjadi
salah satu penyebab pergeseran dialek dalam BSa. Contohnya adalah penanda dialek AAE
ain’t yang diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa Jawa standar ora. Kata ora bukan
merupakan penanda negasi yang lazim digunakan dalam dialek Suroboyoan. Hal ini
mengurangi unsur dialek dalam BSa. Sebaliknya, penerapan teknik variasi, adaptasi dan adisi
dalam menerjemahkan dialog film menambah ‘rasa’ Suroboyo dalam teks terjemahan. Sebagai
contoh penerapan teknik variasi dalam menerjemahkan pronominal jamak you yang
diterjemahkan menjadi koen dalam BSa. Istilah koen sendiri merupakan ragam bahasa yang
identic dengan budaya Suroboyo untuk merujuk pada kata kowe (= kamu). Dengan
menggunakan istilah ini maka kata yang sejatinya bukan dialek dalam BSu dapat bergeser
menjadi unsur dialek dalam BSa.
Ya Teknik A
Salah Satu
Dari Sub Kondisi 1
Kategori
Ya Teknik B
Dialek AAE
Tidak Kondisi 2
Kondisi Teknik
Tidak
Selanjutnya Selanjutnya
246
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dalam alur tersebut terlihat bahwa dalam menyusun model penerjemahan dialek AAE
ke dalam dialek Suroboyoan terdapat kondisi yang dipertimbangkan oleh peneliti. Kondisi-
kondisi tersebut merupakan kriteria-kriteria yang merupakan prioritas dalam pemilihan teknik
yang menghasilkan terjemahan yang berkualitas tanpa menghilangkan unsur dialek dalam
BSa. Teknik yang direkomendasikan dalam model ini tidak hanya satu teknik saja untuk
masing-masing sub kategori dialek, melainkan terdapat alternatif penggunaan teknik lain yang
disesuaikan dengan konteks tuturan dan sub kategori dialek. Teknik-teknik yang ditawarkan
untuk masing-masing sub kategori seperti dibahas dalam 4.5.3 mempunyai dampak positif
terhadap kualitas terjemahan dan pemertahanan unsur dialek dalam BSa. Meskipun teknik
penerjemahan yang ditawarkan bervariasi, akan tetapi jumlah teknik yang peneliti
rekomendasikan tidak terlalu banyak. Untuk masing-masing sub kategori dialek, peneliti
menawarkan sekitar 2 atau 4 teknik penerjemahan. Rekomendasi penggunaan teknik berbeda
antara sub kategori karena masing-masing sub kategori mempunyai karakteristik yang berbeda
sehingga teknik penerjemahan yang tepat tidak bisa digeneralisasi.
Untuk menerjemahkan dialek AAE kategori penanda leksikal ke dalam dubbing dialek
Suroboyoan, peneliti merekomendasikan beberapa teknik penerjemahan. Sub kategori yang
termasuk dalam penanda leksikal yang ditemukan dalam penelitian ini adalah; (1) penanda
negasi ain’t, (2) double negation, dan (3) construction of words. Teknik yang ditawarkan untuk
masing-masing sub kategori relative sama. Pada urutan pertama, peneliti menyarankan
padanan lazim. Dengan menerapkan teknik ini, penanda leksikal diterjemahkan pada tataran
kata dengan istilah yang lazim dalam dialek Suroboyoan. Contohnya adalah pemadanan ain’t
dengan penanda negasi gak yang dalam dialek Suroboyoan merupakan kata yang khas
digunakan untuk menyatakan ‘tidak’. Contoh lain adalah pemadanan gonna yang merupakan
penanda leksikal construction of words dengan istilah kape atau kate yang merupakan istilah
yang lazim ditemukan dalam dialek Suroboyoan.
Meskipun teknik padanan lazim tersebut mempunyai dampak positif terhadap kualitas
terjemahan dan mampu memunculkan unsur dialek dalam BSa, akan tetapi peneliti
merekomendasikan teknik lain untuk diterapkan pada kategori penanda leksikal ini. Alternatif
lain ini direkomendasikan dengan pertimbangan bahwa tidak semua konteks tuturan akan
cocok menerapkan teknik padanan lazim. Dalam beberapa kasus data penelitian ini, tuturan
247
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang mengandung penanda dialek kategori penanda leksikal harus dirubah ke bentuk lain
untuk mendapatkan makna yang sepadan. Alternatif teknik lain yang direkomendasikan dalam
penelitian ini adalah teknik modulasi dan paraphrase. Selanjutnya, jika penerapan teknik
tersebut berpotensi menghilangkan unsur dialek dalam BSa, maka penerjemah dapat
menggunakan atau menambahkan unsur bahasa lain dalm BSa dengan menggunakan teknik
adisi atau variasi. Rekomendasi teknik modulasi dan paraphrase ini berada pada tataran kalimat
atau klausa. Contoh dari penerapan teknik ini adalah terlihat dalam proses penerjemahan
kalimat Can’t you say nothing? yang dimodulasi menjadi Ojok nyangkem ae kon!. Penggunaan
double negation yang merupakan penanda dialek AAE dalam tuturan tersebut dimodulasi
menjadi kalimat direktif dengan menggunakan istilah ojo yang merupakan penanda leksikal
untuk melarang seseorang melakukan sesuatu dalam konteks budaya Jawa. Tuturan tersebut
mempunyai makna yang sama meskipun diterjemaahkan dengan menggunakan sudut pandang
yang berbeda, sehingga dinilai akurat. Penggunaan kon dan ae yang merupakan variasi bahasa
dalam dialek Suroboyoan mampu memunculkan unsur dialek dalam BSa. Berdasarkan analisis
komponensial dan hasil uji coba, penerapan teknik-teknik tesebut mampu mengahsilkan
terjemahan yang akurat, berterima dan mudah dipahami (Larson, 1998; Nida, 2001; Nababan
dkk, 2012). Selain itu penggunaan atau penambahan unsur bahasa lain dalam BSa dapat
berdampak positif terhadap pemertahanan unsur dialek dalam BSa (Brodovich, 1997;
Geissberger, 2016; Szep, 2016; Majkiewicz 2016).
248
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
seperti terlihat dalam gambar 4.1 diharapkan mampu menghasilkan terjemahan slang
penyebutan laki-laki yang berkualitas dan mampu mempertahankan unsur dialek dalam BSa.
Contoh penerapan teknik dapat dilihat pada pemadanan istilah pal yang diadaptasi menjadi
cak. Rekomendasi ini didukung dengan hasil penelitian serupa yaitu penelitian tentang
penerjemahan slang dan dialek (Octaviani, 2016; Nugroho, 2018; Nurlaila, 2018; Yunita,
2019; Dewi, 2019; Nugroho, 2020; Rosyidah, 2021).
Pada beberapa kasus dalam dubbing film Walker Texas Ranger, tuturan yang
mengandung slang penyebutan laki-laki diterjemahkan dengan paraphrase. Contoh kasus
tersebut dapat dilihat dalam proses penerjemahan tuturan You know the guy? yang
diterjemahkan menjadi Kon jange reti ta gak kui sopo?. Pada kasus tersebut, kata the guy yang
menjadi penanda dialek AAE tidak diterjemahkan secara akurat dan dieksplisitkan dengan kata
kui. Teknik ini tidak direkomendasikan dalam model karena berpotensi mengurangi
keakuratan dan menghilangkan unsur dialek dalam BSa. Hal tersebut terlihat dalam lampiran
table komponensial di halaman 316, dari 9 kasus yang ditemukan dalam penelitian
pendahuluan, sebanyak 4 tuturan bergeser atau berkurang unsur dialeknya. Selain itu, nilai
keakuratan yang dihasilkan juga kurang akurat.
249
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
komponensial dan hasil uji coba model, ketiga teknik tersebut menghasilkan terjemahan yang
berkualitas dan mampu mempertahankan eksistensi dialek dalam BSa. Contoh penerapan
teknik tersebut terlihat pada proses penerjemahan slang wifey yang diadaptasi menjadi
wedokan.
Padanan lazim digunakan untuk menerjemahkan slang uang pada tataran kata,
sedangkan modulasi dan paraphrase digunakan pada tataran klausa atau kalimat. Seperti
tergambar dalam bagan 4.3, padanan lazim menjadi pilihan pertama dalam menerjemahkan
slang uang, sedangkan modulasi dan paraphrase adalah aternatif teknik jika konteks tuturan
tidak bisa diterjemahkan dengan menggunakan padanan lazim. Akan tetapi untuk menerapkan
teknik modulasi dan paraphrase, peneliti menyarankan untuk menambahkan atau
menggunakan unsur bahasa lain dalam BSa jika penerapan kedua teknik tersebut berpotensi
menghilangkan unsur dialek dalam BSa. Hal tersebut dilakukan dengan menerapkan teknik
adisi atau variasi yang digunakan bersamaan dengan modulasi atau paraphrase. Upaya tersebut
dilakukan karena dalam konteks penerjemahan dialek, selain menghasilkan terjemahan yang
sepadan, berterima dan mudah dipahami (Larson, 1998; Nida, 2001; Nababan dkk, 2012),
penerjemah juga diharapkan mampu mempertahankan unsur dialek dalam BSa (Brodovich,
1997; Geissberger, 2016; Szep, 2016; Majkiewicz 2016). Dengan demikian, rekomendasi yang
ditawarkan peneliti dalam menerjemahkan slang uang dapat digambarkan secara berurutan
sebagai berikut; (1) padanan lazim, (2) modulasi + variasi/adisi, dan (3) paraphrase +
250
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Sedikit berbeda dengan ketiga slang diatas, dalam menerjemahkan slang kegiatan
seksual peneliti mempertimbangkan aspek lain dalam merekomendasikan teknik
penerjemahan. Aspek lain tersebut adalah kepantasan penggunaan istilah di ruang public.
Sebagaimana tergambar dalam bagan 4.4, rekomendasi teknik yang ditawarkan adalah
padanan lazim. Selanjutnya, jika istilah padanan yang digunakan terlalu kasar, maka
penerjemah bisa menerapkan teknik neutralisasi. Rekomendasi neutralisasi ini sejalan dengan
yang disampaikan oleh para ahli bahwa neutralisasi merupakan solusi yang mudah dan bisa
dilakukan jika fungsi dialek di dalam BSu bukan sebagai gaya penulis (Brodovich, 1997;
Geissberger, 2016; Szep, 2016; Majkiewicz 2016). Peneliti juga menyarankan untuk
menambahkan teknik lain jika penerapan teknik neutralisasi tersebut berpotensi
menghilangkan unsur dialek dalam BSa. Teknik lain tersebut adalah adisi atau variasi. Dengan
kata lain, teknik yang ditawarkan peneliti dalam menerjemahkan slang seksual adalah; (1)
padanan lazim, dan (2) neutralisasi + adisi/variasi.
251
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kerja, dan penggunaan -s untuk kata kerja dengan subjek jamak relatif sama untuk tiap-tiap sub
kategori. Mempertimbangkan perbedaan gramatikal antara BSu dan BSa, peneliti
menyarankan untuk mengkompensasi BSu ke dalam bentuk lain dengan menyesuaikan tata
bahasa dialek sasaran. Teknik yang direkomendasikan adalah dengan menerapkan teknik
paraphrase dan modulasi. Kedua teknik tersebut terbukti mampu menjembatani perbedaan
gramatikal antara BSu dan BSa. Selanjutnya jika penerapan teknik paraphrase atau modulasi
tersebut berpotensi menghilangkan unsur dialek dalam BSa, maka penerjemah disarankan
untuk menggunakan atau menambahkan unsur bahasa lain dalam BSa dengan menerapkan
teknik variasi atau adisi. Dengan demikian, teknik yang direkomendasikan untuk
menerjemahkan dialek AAE kategori perangkat sintaksis untuk sub kategori pelesapan kopula
‘be’, penyimpangan kata bantu kerja, pelesapan kata bantu kerja, dan penggunaan -s untuk kata
kerja dengan subjek jamak adalah; (1) modulasi, (2) paraphrase, (3) modulasi + adisi, (4)
modulasi + variasi, (5) paraphrase + adisi, dan (6) paraphrase + variasi. Penerapan teknik-
teknik tersebut seperti terlihat dalam table komponensial dalam lampiran 2 halaman 316
mampu menghasilkan terjemahan dengan nilai keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan
yang tinggi. Selain itu, tuturan yang mengandung penanda dialek dalam BSu tidak mengalami
pergeseran dialek dalam BSa.
Model penerjemahan dialek yang dihasilkan dalam penelitian ini kemudian diuji
cobakan pada dua kelompok penerjemah pemula. Dari hasil penilaian kualitas teks terjemahan
252
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kedua kelompok penerjemah, peneliti menyimpulkan bahwa hasil terjemahan kelompok yang
diberi pelatihan model penerjemahan mempunyai nilai rata-rata kualitas yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kelompok penerjemah yang tidak diberi pelatihan. Nilai rata-rata
kelompok tanpa pelatihan adalah 2.68, sedangkan nilai rata-rata kelompok yang diberi
pelatihan adalah 2.89. Jika dilihat dari tingkat signifikansinya, selisih kualitas teks terjemahan
sebelum dan sesudah pelatihan hanya sebesar 0.21, peneliti menyimpulkan bahwa model yang
direkomendasikan dalam penelitian ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan dan
mempunyai beberapa keterbatasan.
Kurang efektifnya penerapan model dalam penelitian ini disebabkan oleh beberapa
faktor. Berdasarkan hasil uji coba, peneliti mencatat bahwa terdapat 2 model yang kurang bisa
dipahami oleh para penerjemah pemula. Kedua model tersebut berasal dari sub kategori slang
penyebutan istilah seksual dan kategori perangkat sintakasis sub kategori penggunaan
perfective done. Berdasarkan hasil uji coba, peneliti menyimpulkan bahwa model
penerjemahan dialek dari kedua sub kategori tersebut tidak mengalami perubahan hasil yang
signifikan. Dalam lampiran 3 halaman 324 terlihat bahwa subjek nomer 2 dan 3 menggunakan
kalimat dan teknik penerjemahan yang relatif sama pada saat pretest dan posttest. Hal ini
mengindikasikan bahwa subjek kesulitan menemukan padanan yang tepat untuk
menerjemahkan slang kegiatan seksual dan perfective done dalam BSa. Peneliti berpendapat
bahwa kesulitan subjek dalam menerjemahkan istilah seksual ini disebabkan karena istilah-
istilah slang kegiatan seksual merupakan istilah yang sangat asing dan berpotensi
memunculkan ambiguitas makna, sedangkan perfective done dalam struktur gramatikal dialek
AAE mempunyai perbedaan yang sangat signifikan dengan bahasa Inggris standar. Hal
tersebut berpotensi menyebabkan subjek kesulitan dalam menemukan padanan dalam dialek
sasaran. Kegagalan subjek dalam mengaplikasikan kedua model tersebut mengindikasikan
bahwa peneliti perlu memberi catatan dalam penerapan model penerjemahan yang dihasilkan
dalam penelitian ini.
Selain itu, peneliti juga mengakui bahwa peneliti kurang selektif dalam pemilihan
subjek uji coba model. Dari hasil uji coba sebagaimana terlihat dalam lampiran 3 halaman 324,
peneliti dapat menyimpulkan bahwa satu orang penerjemah pemula yang dipilih menjadi
subjek dalam penelitian ini mempunyai kemampuan menerjemahkan yang kurang bagus. Hal
253
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ini dibuktikan dari banyaknya teks yang tidak diterjemahkan oleh subjek nomer 3 baik sebelum
maupun sesudah pelatihan. Selain itu, penerjemah pemula yang dijadikan subjek uji coba
model dalam penelitian ini juga mengaku kurang familiar dengan penanda dialek AAE. Dalam
lampiran 3 terlihat bahwa sebelum pelatihan, ketiga penerjemah pemula yang menjadi subjek
uji coba penelitian ini banyak menerapkan teknik reduksi untuk menerjemahkan penanda
dialek yang terdapat dalam BSu. Sebagai contoh ketika subjek menemukan penanda negasi
ain’t dalam soal pretest, mereka memilih untuk tidak menerjemahkan istilah tersebut sehingga
menggeser makna dalam teks terjemahan. Menimbang bahwa penanda negasi ain’t merupakan
penanda dialek AAE yang cukup popular digunakan, maka peneliti mengambil kesimpulan
bahwa subjek uji coba dalam penelitian ini tidak mempunyai pengetahuan yang cukup terkait
penanda dialek AAE.
254
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a) Model penerjemahan dialek ini hanya bisa digunakan dalam konteks penerjemahan
dubbing dan percakapan nonformal.
b) Model penerjemahan dialek ini hanya bisa digunakan untuk menerjemahkan dialek AAE
ke dalam dialek Suroboyoan.
c) Model yang dihasilkan oleh penelitian ini dapat digunakan oleh penerjemah yang sudah
paham dan familiar terhadap penanda dialek AAE. Selain itu, penerjemah juga harus
paham terkait istilah-istilah yang khas dalam dialek Suroboyoan agar mampu
menghasilkan padanan yang tepat tanpa menghilangkan unsur dialek dalam BSa.
d) Penerjemah yang akan menerapkan model penerjemahan ini harus mengetahui perbedaan
ciri sintaksis dari kedua dialek sehingga mampu mencari padanan yang tepat guna
mengatasi perbedaan gramatikal tersebut.
Meskipun begitu model penerjemahan yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat
tetap digunakan mengingat kualitas teks terjemahan yang dihasilkan pada saat posttest
mengalami peningkatan setelah pelatihan model diberikan pada subjek uji coba.
Peneliti telah berupaya untuk membangun model penerjemahan dialek AAE ke dalam
dubbing dialek Suroboyoan dengan seksama. Namun begitu, peneliti menyadari bahwa
penelitian ini tidak luput dari keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan penelitian ini antara lain:
255
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lebih luas dengan pengulangan sehingga uji coba model bisa lebih meningkatkan
kehandalan model penerjemahan dialek.
b) Keterbatasan yang kedua adalah waktu pelatihan yang singkat. Singkatnya waktu pelatihan
dikarenakan peneliti berasumsi bahwa pserta yang dilibatkan adalah kelompok penerjemah
mahasiswa S2 penerjemahan dan juga penutur asli dialek Suroboyoan. Dengan
pertimbangan ini, peneliti berharap bahwa peserta memahami tahap atau teknik
menerjemahkan dan sudah familiar dengan bahasa sasaran sehingga waktu pelatihan bisa
dipersingkat. Keterbatasan waktu pelatihan ini diharapkan bisa diperbaiki pada penelitian
selanjutnya. Peneliti berharap penelitian pengembangan model penerjemahan dialek yang
akan dilakukan oleh peneliti lain dapat memberikan diseminasi atau pelatihan model
dengan waktu yang lebih panjang dan memadai sehingga materi pelatihan bisa dikuasai
dengan lebih baik oleh peserta.
c) Keterbatasan ketiga adalah peneliti tidak melakukan observasi kemampuan terlebih dahulu
terhadap peserta yang dilibatkan dalam uji coba model sehingga peneliti belum mengetahui
kemampuan dan pengetahuan awal peserta. Peneliti memilih peserta hanya berdasarkan
asumsi sepihak dari peneliti terhadap kemampuan peserta. Pada penelitian selanjutnya,
diharapkan keterbatasan ini dapat diperbaiki dengan mengadakan test terlebih dahulu
terhadap kemampuan dan pengetahuan awal peserta tentang materi atau bahasan yang akan
diangkat dalam penelitian sehingga pengaruh pelatihan dapat teramati dengan lebih baik
dan menyakinkan.
256