7.bab 4
7.bab 4
kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada
dan pemberian silika serta interaksi antara cekaman kekeringan dan silika
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 3 dan 4 MST. Tinggi
tanaman dengan perlakuan cekaman kekeringan dan pemberian silika pada 3 dan
Tabel. 4.1.1. Tinggi Kacang Hijau 3 dan 4 MST dengan Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan Silika
3 MST
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1(80% KL) 19,07 18,07 20,07 19,57 19,19
A2(60% KL) 19,40 20,60 18,87 18,33 19,30
A3 (40% KL) 20,27 19,47 19,63 18,80 19,54
Rataan 19,58 19,39 19,52 18,90
4 MST
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 21,10 22,83 23,40 24,17 22,88c
A2 (60% KL) 20,93 22,37 22,57 22,67 22,13b
A3 (40% KL) 20,50 20,47 20,23 20,23 20,52a
Rataan 20,84 21,89 22,28 22,36
Keterangan : angka-angka yang diikutioleh huruf berbeda pada kelompok perlakuan yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
20
Berdasarkan Tabel 4.1.1. diatas dapat diketahui bahwa semakin menurun
tingkat kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin menurunkan tinggi
kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada
hijau di 4 MST dan pemberian silika serta interaksi antara cekaman kekeringan
dan silika berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman pada umur 3
dan 4 MST.Jumlah daun kacang hijau dengan perlakuan cekaman kekeringan dan
Tabel 4.1.2. Jumlah Daun Kacang Hijau 3 dan 4 MST dengan Perlakuan
Cekaman Kekeringan dan Silika
3 MST
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 7,00 6,67 6,67 6,67 6,75
A2 (60% KL) 7,67 7,33 6,33 6,67 7,00
A3 (40% KL) 6,00 6,33 6,67 6,00 6,25
Rataan 6,89 6,78 6,56 6,44
4 MST
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 12,67 14,00 14,67 13,67 13,75b
A2 (60% KL) 13,00 13,67 13,67 14,00 13,58b
A3 (40% KL) 11,00 12,33 12,33 9,67 11,33a
Rataan 12,22 13,33 13,56 12,44
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kelompok perlakuan yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
21
Berdasarkan Tabel 4.1.2. diatas dapat diketahui bahwa semakin menurun
tingkat kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin menurunkan jumlah
kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada
pemberian silika dan interaksi antara cekaman kekeringan dan silika berpengaruh
tidak nyata terhadap luas daun kacang hijau. Luas daun tanaman kacang hijau
dengan perlakuan cekaman kekeringan dan pemberian silika disajikan pada Tabel
4.1.3.
Tabel 4.1.3. Luas Daun Kacang Hijau Perlakuan Cekaman Kekeringan dan Silika
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 55,25 60,27 60,73 52,05 57,08b
A2 (60% KL) 47,49 42,47 53,88 43,84 49,92b
A3 (40% KL) 29,23 40,64 44,75 34,71 37,33a
Rataan 43,99 47,79 53,12 43,53
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kelompok perlakuan yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
tingkat kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin menurunkan luas daun
kacang hijau.
22
4.1.4. Jumlah Bintil Akar Efektif
perlakuan cekaman kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat
dilihat pada Lampiran 16. Berdasarkan sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa
efektif kacang hijau dan pemberian silika serta interaksi antara cekaman
kekeringan dan silika berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah bintil akar efektif
kacang hijau. Jumlah bintil akar efektif kacang hijau dengan perlakuan cekaman
Tabel 4.1.4. Jumlah Bintil Akar Efektif Kacang Hijau Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan Silika
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 6,33 8,00 8,00 8,33 7,67b
A2 (60% KL) 7,67 6,33 6,33 7,67 7,00b
A3 (40% KL) 4,67 5,00 5,00 5,67 5,00a
Rataan 6,22 6,44 6,33 7,22
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kelompok perlakuan yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
tingkat kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin menurunkan bintil akar
kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada
cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap panjang akar kacang hijau dan
23
pemberian silika serta interaksi antara cekaman kekeringan dan silika berpengaruh
tidak nyata terhadap panjang akar kacang hijau. Panjang akar kacang hijau dengan
perlakuan cekaman kekeringan dan pemberian silika disajikan pada Tabel 4.1.5.
Tabel 4.1.5. Panjang Akar Kacang Hijau Perlakuan Cekaman Kekeringan dan
Silika
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 37,33 35,00 35,00 42,00 37,33a
A2 (60% KL) 43,67 40,67 42,33 46,00 43,17a
A3 (40% KL) 46,33 47,33 49,00 48,33 47,75b
Rataan 42,44 41,00 42,11 45,44
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kelompok perlakuan yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
tingkat kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin meningkatkan
kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada
cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap volume akar kacang hijau dan
pemberian silika serta interaksi antara cekaman kekeringan dan silika berpengaruh
tidak nyata terhadap volume akar kacang hijau. Volume akar kacang hijau dengan
perlakuan cekaman kekeringan dan pemberian silika disajikan pada Tabel 4.1.6.
24
Tabel 4.1.6. Volume Akar Kacang Hijau Perlakuan Cekaman Kekeringan dan
Silika
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 30,00 26,67 36,67 30,00 30,83b
A2 (60% KL) 26,67 23,33 30,00 23,33 25,83a
A3 (40% KL) 23,33 26,67 20,00 16,67 21,67a
Rataan 26,67 25,56 28,89 23,33
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kelompok perlakuan yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
tingkat kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin menurunkan volume
cekaman kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada
cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar kacang hijau
dan pemberian silika berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar serta
interaksi antara cekaman kekeringan dan silika berpengaruh tidak nyata terhadap
bobot kering akar kacang hijau. Bobot kering akar kacang hijau dengan perlakuan
25
Tabel 4.1.7. Bobot Kering Akar Kacang Hijau Perlakuan Cekaman Kekeringan
dan Silika
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 1,43 1,65 1,82 1,53 1,61c
A2 (60% KL) 1,27 1,35 1,62 1,08 1,33b
A3 (40% KL) 0,83 0,92 1,03 0,93 0,93a
Rataan 1,18a 1,30ab 1,49b 1,18a
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kelompok perlakuan yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
menurun tingkat kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin menurunkan
cekaman kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada
cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk kacang hijau
dan pemberian silika berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk serta
interaksi antara cekaman kekeringan dan silika berpengaruh tidak nyata terhadap
bobot kering tajuk tanaman kacang hijau. Bobot kering tanaman kacang hijau
dengan perlakuan cekaman kekeringan dan pemberian silika disajikan pada Tabel
4.1.8.
26
Tabel 4.1.8. Bobot Kering Tajuk Kacang Hijau Perlakuan Cekaman Kekeringan
dan Silika
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 2,66 3,23 2,39 3,77 3,01b
A2 (60% KL) 3,42 2,07 2,23 3,78 2,88b
A3 (40% KL) 1,73 1,91 1,79 2,34 1,94a
Rataan 2,60ab 2,40a 2,14a 3,30b
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kelompok perlakuan yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
tingkat kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin menurunkan bobot
kering tajuk kacang hijau dan semakin tinggi konsentrasi silika, maka semakin
kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada
cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap umur berbunga kacang hijau dan
pemberian silika serta interaksi antara cekaman kekeringan dan silika berpengaruh
tidak nyata terhadap umur berbungakacang hijau. Umur berbunga kacang hijau
dengan perlakuan cekaman kekeringan dan pemberian silika disajikan pada Tabel
4.1.9.
27
Tabel 4.1.9. Umur Berbunga Kacang Hijau Perlakuan Cekaman Kekeringan dan
Silika
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 36,67 36,33 36,67 36,33 36,50b
A2 (60% KL) 35,67 35,33 36,00 37,00 36,00b
A3 (40% KL) 32,33 34,00 33,67 33,67 33,42a
Rataan 34,89 35,22 35,44 35,67
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kelompok perlakuan yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
tingkat kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin mempercepat umur
cekaman kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada
hijau dan pemberian silika serta interaksi antara cekaman kekeringan dan silika
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang produktif kacang hijau. Jumlah
28
Tabel 4.1.10. Jumlah Cabang Produktif Kacang Hijau Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan Silika
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 10,33 10,55 9,55 8,78 9,80b
A2 (60% KL) 8,67 8,78 9,22 8,00 8,67ab
A3 (40% KL) 7,11 7,56 7,44 7,78 7,47a
Rataan 8,70 8,96 8,74 8,18
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kelompok perlakuan yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
tingkat kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin menurunkan jumlah
4.1.11.Umur Panen
kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada
pemberian silika serta interaksi antara cekaman kekeringan dan silika berpengaruh
tidak nyata terhadap umur panen kacang hijau. Umur panen kacang hijau dengan
perlakuan cekaman kekeringan dan pemberian silika disajikan pada Tabel 4.1.11.
Tabel 4.1.11. Umur Panen Kacang Hijau Perlakuan Cekaman Kekeringan dan
Silika
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 57,66 57,89 58,22 57,88 57,91b
A2 (60% KL) 56,89 56,67 58,11 57,33 57,25b
A3 (40% KL) 52,67 54,33 54,33 52,67 53,50a
Rataan 55,74 56,30 56,89 55,96
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh hurufberbeda pada kelompokperlakuan yang berbeda
menunjukkanberbedanyatamenurut Uji Jarak BergandaDuncan pada taraf 5%
29
Berdasarkan Tabel 4.1.11. menunjukkan bahwa semakin menurun tingkat
kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin mempercepat umur panen
kacang hijau.
4.1.12.Jumlah Biji
kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada
pemberian silika berpengaruh nyata terhadap jumlah biji kacang hijau serta
jumlah biji kacang hijau. Jumlah biji kacang hijau dengan perlakuan cekaman
Tabel 4.1.12. Jumlah Biji Kacang Hijau Perlakuan Cekaman Kekeringan dan
Silika
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 137,72c 131,40bc 105,13a 151,94d 131,55b
A2 (60% KL) 123,27b 105,71a 137,38c 128,12bc 123,62ab
A3 (40% KL) 106,06a 136,75c 110,74a 106,34a 114,97a
Rataan 122,35b 124,62b 117,75a 128,80c
Keterangan :angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kelompok perlakuan yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin menurunkan jumlah biji
kacang hijau dan semakin tinggi konsentrasi silika, maka semakin meningkatkan
30
4.1.13. Bobot Biji
kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada
pemberian silika berpengaruh nyata terhadap bobot biji kacang hijau serta
interaksi antara cekaman kekeringan dan silika berpengaruh tidak nyata terhadap
bobot biji kacang hijau. Bobot biji kacang hijau dengan perlakuan cekaman
Tabel 4.1.13. Bobot Biji Kacang Hijau Perlakuan Cekaman Kekeringan dan
Silika
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 5,86 6,40 7,36 6,34 6,49b
A2 (60% KL) 4,31 7,12 6,07 6,15 5,91b
A3 (40% KL) 4,46 5,44 5,80 4,11 4,95a
Rataan 4,87a 6,32b 6,41b 5,53ab
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kelompok perlakuan yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
tingkat kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin menurunkan bobot biji
kacang hijau dan semakin tinggi konsentrasi silika, maka semakin meningkatkan
Hasil pengamatan bobot 100 biji kacang hijau dengan perlakuan cekaman
kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada
cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji kacang hijau,
31
pemberian silika berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji kacang hijau serta
interaksi antara cekaman kekeringan dan silika berpengaruh tidak nyata terhadap
bobot 100 biji kacang hijau. Bobot 100 biji kacang hijau dengan perlakuan
Tabel 4.1.14. Bobot 100 Biji Kacang Hijau Perlakuan Cekaman Kekeringan dan
Silika
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 4,86 4,90 5,29 4,94 5,00c
A2 (60% KL) 2,56 5,28 4,62 4,24 4,18b
A3 (40% KL) 2,57 3,26 3,76 2,85 3,11a
Rataan 3,33a 4,48b 4,56b 4,01b
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kelompok perlakuan yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
tingkat kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin menurunkan bobot biji
kacang hijau dan semakin tinggi konsentrasi silika, maka semakin meningkatkan
4.2. Pembahasan
tinggi tanaman kacang hijau (Tabel 4.1.1). Ketika kacang hijau mengalami
tanaman pada fase vegetatif berkaitan erat dengan turgor, dimana penurunan
akan lebih kecil dari ukuran normal. Hasil penelitian Arsyadmunir (2016)
32
melaporkan bahwa stres kekeringan pada fase vegetatif mampu menurunkan
ukuran tanaman yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang memiliki
ketersediaan air yang cukup. Hal ini juga didukung oleh penelitian Felania (2017)
yang menyatakan bahwa ketersediaan air menjadi salah satu faktor yang dapat
cukup tersedia di daerah perakaran, maka kebutuh-an air pada tanaman terpenuhi
ketersediaan air pada tanaman kurang maka dapat menyebabkan fotosintesis dan
paling sedikit diantara perlakuan lainnya pada umur 4 MST. Hal ini karenapada
fase vegetative adalah fase tanaman berkembang dan pembelahan sel-sel secara
aktif sehingga sangat rentan jika kekurangan air. Mardiati (2007) menyatakan,
lebih kecil dibanding dengan tanaman dalam keadaan normal.Selain itu, Sacita
33
(2016) menyatakan bahwa jumlah daun yang sedikit disebabkan oleh adanya
tanaman terhadap berkurangnya air yang ada pada jaringan untuk menghadapi
Luas daun A1(80% KL) menghasilkan rata-rata luas daun paling tinggi yaitu 60,73
dan A3 (40% KL) paling rendah yaitu 29,23. Hal ini menunjukkan bahwa
sintesa, protein diding sel dan pengembangan sel. Tingkat kekeringan juga
Bintil akar efektif pada kacang hijau yang mengalami cekaman kekeringan
tidak terlalu banyak yang dihasilkan. Semakin rendah kapasitas lapang (KL) maka
bintil akar efektif semakin rendah (Tabel4.1.4.). Pada penelitian ini A3 (40% KL)
menghasilkan bintil akar efektif yang paling rendah dibandingkan yang lain.
34
karakter morfologis, biokimia, maupun fisiologis (Bangar et al., 2019; Purwanto
Panjang akar kacang hijau yang mengalami cekaman kekeringan (A3 40%
KL) mengalami peningkatan pemanjangan akar (Tabel 4.1.5.). Hal ini terjadi
akarnya untuk mencari air di dalam tanah. Menurut Mitra (2001) bahwa cekaman
permintaan air berlebih oleh daun akibat laju evapotranspirasi melebihi laju
volume akar yang rendah dibandingkan perlakuan yang lain (A1 80% KL dan A2
60% KL) dapat dilihat pada tabel 4.1.6. Hal ini menunjukkan dugaan bahwa berat
tanaman merupakan hasil fotosintat, apabila kandungan air yang terdapat pada
tanaman optimal maka hasil fotosintat yang dihasilkan juga banyak sehingga berat
kering yang dihasilkan juga berat. Air merupakan salah satu faktor utama yang
berperan penting dalam proses pertumbuhan tanaman terutama pada bagian akar
Pada perlakuan cekaman kekeringan (A3 40% KL) memberikan nilai rata-
rata terendah pada parameter bobot kering akar dan tajuk kacang hijau (tabel
4.1.7 dan 4.1.8.), artinya bobot kering akar dan tajuk berbanding lurus dengan
dan perkembangan organ pada tanaman (daun, batang dan akar) akan sangat
35
terpengaruh. Pembentukan dan perkembangan organ tanaman berhubungan
dengan proses pembesaran sel pada tanaman. Menurut Suhartono et al. (2008), sel
tanaman akan membesar seiring dengan menebalnya dinding sel dan terbentuknya
selulosa pada tanaman. Selain itu, terkait dengan ketersedian air bagi tanaman
berupa transport hara dari tanah bagi tanaman. Hara dalam tanah diangkut melalui
air yang terserap oleh tanaman melalui proses difusi osmosis yang terjadi.
Semakin baik hara yang terserap oleh tanaman, maka ketersediaan bahan dasar
bagi proses fotosintesis akan semakin baik pula. Penimbunan karbohidrat dan
protein sebagai akumulasi proses fotosintesis akan berpengaruh pada bobot basah
dan bobot kering pada tanaman.Hal ini juga didukung oleh penelitian Darwanti et
al. (2002) menyatakan bahwa cekaman air menyebabkan transpor unsur hara
80% KL dan A3 40% KL yaitu 6 hari (tabel 4.1.9.). Hal ini karena kacang hijau
(2018) tanaman akan lebih cepat menyelesaikan siklus hidupnya apabila dalam
kondisi tercekam. Hal ini disebabkan karena cekaman kekeringan yang dimulai
sterilisasi bunga, kemudian pembungaan akan lebih cepat dan pembuahan akan
36
Jumlah cabang produktif kacang hijau pada perlakuan A3 40% KL
memiliki hasil yang lebih sedikit dibandingkan perlakuan A1 80% KL dan A2 60%
oleh ketersediaan air dalam tanah yang mana semakin sedikit kandungan air yang
terdapat pada tanaman dapat menghambat pembelahan sel dan pembesaran sel
sehingga per-tumbuhan tanaman akan menurun. Hal ini juga didukung oleh
penelitian Permanasari (2011) yang menyatakan bahwa apabila air yang diberikan
dibandingkan dengan tanaman yang kekurangan air. Kondisi air yang tidak sesuai
menunjukkan umur panen lebih cepat (Tabel 4.1.11. ). Pada penelitian ini umur
berbunga lebih cepat sama halnyadengan umur panen juga lebih cepat. Hal ini
jumlah biji kacang hijau.Tanaman yang memiliki ketersediaan air yang kurang
tanaman yang memiliki ketersediaan air yang cukup. Hal ini juga didukung oleh
penelitian Felania (2017) yang menyatakan bahwa ketersediaan air menjadi salah
Ketika kebutuhan air cukup tersedia di daerah perakaran, maka kebutuhan air
37
pada tanaman terpenuhi sehingga terjadi keseimbangan antara ketersedian dan
penggunaan air. Apabila ketersediaan air pada tanaman kurang maka dapat
al., (2014) melaporkan bahwa pemberian air berpengaruh nyata terhadap jumlah
Menurut Ashri (2006) kekeringan merupakan salah satu faktor penghambat utama
terutama pada awal dan pertengahan fase pengisian biji akibat terhambatnya
kacang hijau.Tanaman yang dicekam pada fase generatif dapat menurunkan hasil
38
mengakibatkan banyak bunga mengalami keguguran dan biji yang dihasilkan
lebih kecil. Hal ini diduga berkaitan dengan intensitas matahari dan suhu dalam
menutup lebih awal untuk mengurangi hilangnya air dan hal ini mengganggu
serta energi yang dihasilkan menjadi rendah akibatnya pengisian polong tanaman
kacang hijau yaitu 2,57 gram berbeda dengan 80% KL yaitu5,29 gram (Tabel
4.1.14). Hal ini tidak sesuai dengan deskripsi varietas vima 1 (Lampiran 1). Tidak
biji pada tanaman yang tercekam hal disebabkan oleh adanya mekanisme adaptasi
tanaman yang mengurangi jumlah dan luas daun sehingga bidang fotosintesis
sehingga menyebabkan polong tidak terisis secara sempurna. Akibatnya, biji yang
terbentuk memiliki berat yang rendah. Semakin rendah kadar air, maka semakin
rendah pula rata-rata produksi yang dihasilkan Fitriana et al., (2008) meliputi
jumlah polong, jumlah biji dan berat biji yang dihasilkan.Menurut Peleg et al.,
oleh Taufiq dan Sundari (2012) bahwa cekaman kekeringan pada fase generatif
mampu menurunkan hasil kedelai sebesar 34 - 46%. Hal ini mendasari pendugaan
39
bahwa cekaman kekeringan yang terjadi sejak fase vegetatif hingga generatif
kacang hijau (Tabel 4.1.8.). Hal ini diduga silika mampu meningkatkan
transpirasi secara berlebihan, sehinga kandungan air dan turgiditas daun tetap
tinggi, kuat dan merentang, tidak terkulai layu, proses fotosintesis berjalan lancar,
jaringan tanaman sehingga akar, batang, daun, biomassa tajuk dan total serta hasil
Jumlah biji kacang hijau terbanyak terdapat pada konsentrasi silika 45ml/l
yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Amrullah et al., (2014)
bahwa penggunaan silika biasa maupun silika nano memberikan pengaruh nyata
terhadap hasil biji padi. Aplikasi silika dapat menekan penurunan hasil jumlah dan
bobot polong tanaman kedelai, hal ini dikarenakan silika dapat mempertahankan
40
Aplikasi silika meningkatkan bobot biji kacang hijau pada dosis 30 ml/l
adalah proses fotosintesis yang menjadi tolak ukur pertumbuhan yang berkaitan
Bobot 100 biji kacang hijau lebih baik pada silika 30 ml/l dibandingkan
tanpa aplikasi silika (Tabel 4.1.14.). Hal ini karena, peran Si dalam tanaman
penggunaan air. Hal ini sesuai dengan Kristanto et al., (2016) bahwa indikator
kultivar tahan terhadap kekeringan yaitu memiliki efisiensi air yang tinggi.
mampu memanfaatkan air tanah lebih efisien untuk produksi biomasa. Tanaman
tanpa aplikasi silika memiliki produksi biji yang rendah, hal ini diduga karena
pemanfaatan air yang rendah oleh tanaman. Penurunan penggunaan air tanaman
berkurangnya ukuran tanaman Blum (2005). Aplikasi silika pada penlitian ini
menghasilkan produksi yang lebih baik dibanding kacang hijau yang mengalami
41
cekaman kekeringan tanpa aplikasi silika. Sesuai dengan penelitian Astuti et al,
yaitu 33%, nanosilikazeolit sebesar 30% dan zeolit sebesar 23% dibanding kontrol
sebesar 0,68.
terhadap jumlah biji kacang hijau (Tabel 4.1.12.). Hal ini menunjukkan bahwa
pada fase generatif dapat menurunkan produksi hasil biji karena pada fase tersebut
tanaman dalam kondisi membutuhkan air selama proses pembentukan biji. Hasil
umur 29 - 42 HST atau tercekam pada saat fase pembentukam polong menjadi biji
adalah periode kritis tanaman kacang hijau akibat kekeringan terjadi pada fase
biji tanaman kedelai. Menurut Ashri (2006) kekeringan merupakan salah satu
faktor penghambat utama produksi tanaman, hal ini sangat berpengaruh terhadap
penurunan produksi terutama pada awal dan pertengahan fase pengisian biji akibat
42
(2016) membuktikan bahwa tanaman kedelai yang mengalami kekeringan selama
kebutuhan air pada fase berbunga hingga pembentukan polong lebih tinggi
sehingga kekurangan air pada fase tersebut akan menyebabkan produksi menurun.
Menurut Ashri (2006) penurunan hasil ditemukan pada kedelai yang mengalami
biji dibanding tanpa aplikasi silika walaupun perbedaan hasilnya tidak terlalu
banyak. Hal ini karena peran silika mampu memanfaatkan air yang ada dan
penelitian Astuti et al (2018) aplikasi silika nyata meningkatkan nilai STI dan DI
memiliki nilai STI dan DI tertinggi, hal ini mengindikasi bahwa perlakuan
tersebut lebih tahan terhadap stres air dibanding perlakuan nanosilika, zeolit dan
stres air dengan aplikasi silika menghasilkan produksi yang lebih baik dibanding
tanaman kedelai yang mengalami stres air tanpa aplikasi silika. Menurut Setiawati
et al (2018) aplikasi silika dapat menekan penurunan hasil jumlah dan bobot
43
Hattori et al. (2005) menyatakan bahwa pemupukan Si meningkatkan penyerapan
kandungan air dan turgiditas daun tetap tinggi, kuat dan merentang, tidak terkulai
44