Anda di halaman 1dari 25

BAB IV.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


4.1.1. Tinggi Tanaman

Hasil pengamatan tinggi kacang hijau dengan perlakuan cekaman

kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada

Lampiran 6 dan 8. Berdasarkan sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa

perlakuan cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4 MST

dan pemberian silika serta interaksi antara cekaman kekeringan dan silika

berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 3 dan 4 MST. Tinggi

tanaman dengan perlakuan cekaman kekeringan dan pemberian silika pada 3 dan

4 MST disajikan pada Tabel 4.1.1.

Tabel. 4.1.1. Tinggi Kacang Hijau 3 dan 4 MST dengan Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan Silika
3 MST
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1(80% KL) 19,07 18,07 20,07 19,57 19,19
A2(60% KL) 19,40 20,60 18,87 18,33 19,30
A3 (40% KL) 20,27 19,47 19,63 18,80 19,54
Rataan 19,58 19,39 19,52 18,90
4 MST
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 21,10 22,83 23,40 24,17 22,88c
A2 (60% KL) 20,93 22,37 22,57 22,67 22,13b
A3 (40% KL) 20,50 20,47 20,23 20,23 20,52a
Rataan 20,84 21,89 22,28 22,36
Keterangan : angka-angka yang diikutioleh huruf berbeda pada kelompok perlakuan yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

20
Berdasarkan Tabel 4.1.1. diatas dapat diketahui bahwa semakin menurun

tingkat kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin menurunkan tinggi

tanaman umur 4 MST.

4.1.2. Jumlah Daun

Hasil pengamatan jumlah daun kacang hijau dengan perlakuan cekaman

kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada

Lampiran 10 dan 12. Berdasarkan sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa

perlakuan cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun kacang

hijau di 4 MST dan pemberian silika serta interaksi antara cekaman kekeringan

dan silika berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman pada umur 3

dan 4 MST.Jumlah daun kacang hijau dengan perlakuan cekaman kekeringan dan

pemberian silika pada 3 dan 4 MST disajikan pada Tabel 4.1.2.

Tabel 4.1.2. Jumlah Daun Kacang Hijau 3 dan 4 MST dengan Perlakuan
Cekaman Kekeringan dan Silika
3 MST
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 7,00 6,67 6,67 6,67 6,75
A2 (60% KL) 7,67 7,33 6,33 6,67 7,00
A3 (40% KL) 6,00 6,33 6,67 6,00 6,25
Rataan 6,89 6,78 6,56 6,44
4 MST
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 12,67 14,00 14,67 13,67 13,75b
A2 (60% KL) 13,00 13,67 13,67 14,00 13,58b
A3 (40% KL) 11,00 12,33 12,33 9,67 11,33a
Rataan 12,22 13,33 13,56 12,44
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kelompok perlakuan yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

21
Berdasarkan Tabel 4.1.2. diatas dapat diketahui bahwa semakin menurun

tingkat kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin menurunkan jumlah

daun kacang hijau 4 MST.

4.1.3. Luas Daun

Hasil pengamatan luas daun kacang hijau dengan perlakuan cekaman

kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada

Lampiran 14. Berdasarkan sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa perlakuan

cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap luas daun kacang hijau.Serta

pemberian silika dan interaksi antara cekaman kekeringan dan silika berpengaruh

tidak nyata terhadap luas daun kacang hijau. Luas daun tanaman kacang hijau

dengan perlakuan cekaman kekeringan dan pemberian silika disajikan pada Tabel

4.1.3.

Tabel 4.1.3. Luas Daun Kacang Hijau Perlakuan Cekaman Kekeringan dan Silika
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 55,25 60,27 60,73 52,05 57,08b
A2 (60% KL) 47,49 42,47 53,88 43,84 49,92b
A3 (40% KL) 29,23 40,64 44,75 34,71 37,33a
Rataan 43,99 47,79 53,12 43,53
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kelompok perlakuan yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 4.1.3. diatas dapat diketahui bahwa semakin menurun

tingkat kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin menurunkan luas daun

kacang hijau.

22
4.1.4. Jumlah Bintil Akar Efektif

Hasil pengamatan jumlah bintil akar efektif kacang hijau dengan

perlakuan cekaman kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat

dilihat pada Lampiran 16. Berdasarkan sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa

perlakuan cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap jumlah bintil akar

efektif kacang hijau dan pemberian silika serta interaksi antara cekaman

kekeringan dan silika berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah bintil akar efektif

kacang hijau. Jumlah bintil akar efektif kacang hijau dengan perlakuan cekaman

kekeringan dan pemberian silika disajikan pada Tabel 4.1.4.

Tabel 4.1.4. Jumlah Bintil Akar Efektif Kacang Hijau Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan Silika
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 6,33 8,00 8,00 8,33 7,67b
A2 (60% KL) 7,67 6,33 6,33 7,67 7,00b
A3 (40% KL) 4,67 5,00 5,00 5,67 5,00a
Rataan 6,22 6,44 6,33 7,22
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kelompok perlakuan yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 4.1.4. diatas dapat diketahui bahwa semakin menurun

tingkat kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin menurunkan bintil akar

efektif kacang hijau.

4.1.5. Panjang Akar (cm)

Hasil pengamatan panjang akar kacang hijau dengan perlakuan cekaman

kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada

Lampiran 18. Berdasarkan sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa perlakuan

cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap panjang akar kacang hijau dan

23
pemberian silika serta interaksi antara cekaman kekeringan dan silika berpengaruh

tidak nyata terhadap panjang akar kacang hijau. Panjang akar kacang hijau dengan

perlakuan cekaman kekeringan dan pemberian silika disajikan pada Tabel 4.1.5.

Tabel 4.1.5. Panjang Akar Kacang Hijau Perlakuan Cekaman Kekeringan dan
Silika
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 37,33 35,00 35,00 42,00 37,33a
A2 (60% KL) 43,67 40,67 42,33 46,00 43,17a
A3 (40% KL) 46,33 47,33 49,00 48,33 47,75b
Rataan 42,44 41,00 42,11 45,44
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kelompok perlakuan yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 4.1.5. diatas dapat diketahui bahwa semakin menurun

tingkat kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin meningkatkan

pemanjangan akar kacang hijau.

4.1.6. Volume Akar

Hasil pengamatan volume akar kacang hijau dengan perlakuan cekaman

kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada

Lampiran 20. Berdasarkan sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa perlakuan

cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap volume akar kacang hijau dan

pemberian silika serta interaksi antara cekaman kekeringan dan silika berpengaruh

tidak nyata terhadap volume akar kacang hijau. Volume akar kacang hijau dengan

perlakuan cekaman kekeringan dan pemberian silika disajikan pada Tabel 4.1.6.

24
Tabel 4.1.6. Volume Akar Kacang Hijau Perlakuan Cekaman Kekeringan dan
Silika
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 30,00 26,67 36,67 30,00 30,83b
A2 (60% KL) 26,67 23,33 30,00 23,33 25,83a
A3 (40% KL) 23,33 26,67 20,00 16,67 21,67a
Rataan 26,67 25,56 28,89 23,33
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kelompok perlakuan yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 4.1.6. diatas dapat diketahui bahwa semakin menurun

tingkat kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin menurunkan volume

akar kacang hijau.

4.1.7. Bobot Kering Akar

Hasil pengamatan bobot kering akar kacang hijau dengan perlakuan

cekaman kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada

Lampiran 22. Berdasarkan sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa perlakuan

cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar kacang hijau

dan pemberian silika berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar serta

interaksi antara cekaman kekeringan dan silika berpengaruh tidak nyata terhadap

bobot kering akar kacang hijau. Bobot kering akar kacang hijau dengan perlakuan

cekaman kekeringan dan pemberian silika disajikan pada Tabel 4.1.7.

25
Tabel 4.1.7. Bobot Kering Akar Kacang Hijau Perlakuan Cekaman Kekeringan
dan Silika
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 1,43 1,65 1,82 1,53 1,61c
A2 (60% KL) 1,27 1,35 1,62 1,08 1,33b
A3 (40% KL) 0,83 0,92 1,03 0,93 0,93a
Rataan 1,18a 1,30ab 1,49b 1,18a
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kelompok perlakuan yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 4.1.7. diatas dapat diketahui diketahui bahwa semakin

menurun tingkat kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin menurunkan

bobot kering akar kacang hijau.

4.1.8. Bobot Kering Tajuk

Hasil pengamatan bobot kering tajuk kacang hijau dengan perlakuan

cekaman kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada

Lampiran 24. Berdasarkan sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa perlakuan

cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk kacang hijau

dan pemberian silika berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk serta

interaksi antara cekaman kekeringan dan silika berpengaruh tidak nyata terhadap

bobot kering tajuk tanaman kacang hijau. Bobot kering tanaman kacang hijau

dengan perlakuan cekaman kekeringan dan pemberian silika disajikan pada Tabel

4.1.8.

26
Tabel 4.1.8. Bobot Kering Tajuk Kacang Hijau Perlakuan Cekaman Kekeringan
dan Silika
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 2,66 3,23 2,39 3,77 3,01b
A2 (60% KL) 3,42 2,07 2,23 3,78 2,88b
A3 (40% KL) 1,73 1,91 1,79 2,34 1,94a
Rataan 2,60ab 2,40a 2,14a 3,30b
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kelompok perlakuan yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 4.1.8. diatas dapat diketahui bahwa semakin menurun

tingkat kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin menurunkan bobot

kering tajuk kacang hijau dan semakin tinggi konsentrasi silika, maka semakin

meningkatkan bobot kering tajuk kacang hijau.

4.1.9. Umur Berbunga

Hasil pengamatan umur berbunga kacang hijau dengan perlakuan cekaman

kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada

Lampiran 26. Berdasarkan sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa perlakuan

cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap umur berbunga kacang hijau dan

pemberian silika serta interaksi antara cekaman kekeringan dan silika berpengaruh

tidak nyata terhadap umur berbungakacang hijau. Umur berbunga kacang hijau

dengan perlakuan cekaman kekeringan dan pemberian silika disajikan pada Tabel

4.1.9.

27
Tabel 4.1.9. Umur Berbunga Kacang Hijau Perlakuan Cekaman Kekeringan dan
Silika
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 36,67 36,33 36,67 36,33 36,50b
A2 (60% KL) 35,67 35,33 36,00 37,00 36,00b
A3 (40% KL) 32,33 34,00 33,67 33,67 33,42a
Rataan 34,89 35,22 35,44 35,67
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kelompok perlakuan yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 4.1.9. diatas menunjukkan bahwa semakin menurun

tingkat kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin mempercepat umur

berbunga kacang hijau.

4.1.10. Jumlah Cabang Produktif

Hasil pengamatan jumlah cabang produktif kacang hijau dengan perlakuan

cekaman kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada

Lampiran28. Berdasarkan sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa perlakuan

cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang produktif kacang

hijau dan pemberian silika serta interaksi antara cekaman kekeringan dan silika

berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang produktif kacang hijau. Jumlah

cabang produktif kacang hijau dengan perlakuan cekaman kekeringan dan

pemberian silika disajikan pada Tabel 4.1.10.

28
Tabel 4.1.10. Jumlah Cabang Produktif Kacang Hijau Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan Silika
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 10,33 10,55 9,55 8,78 9,80b
A2 (60% KL) 8,67 8,78 9,22 8,00 8,67ab
A3 (40% KL) 7,11 7,56 7,44 7,78 7,47a
Rataan 8,70 8,96 8,74 8,18
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kelompok perlakuan yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 4.1.10. diatas menunjukkan bahwa semakin menurun

tingkat kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin menurunkan jumlah

cabang produktif kacang hijau.

4.1.11.Umur Panen

Hasil pengamatan umur panen kacang hijau dengan perlakuan cekaman

kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada

Lampiran 30. Berdasarkan sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa perlakuan

cekaman kekeringanberpengaruh nyata terhadap umur panen kacang hijau dan

pemberian silika serta interaksi antara cekaman kekeringan dan silika berpengaruh

tidak nyata terhadap umur panen kacang hijau. Umur panen kacang hijau dengan

perlakuan cekaman kekeringan dan pemberian silika disajikan pada Tabel 4.1.11.

Tabel 4.1.11. Umur Panen Kacang Hijau Perlakuan Cekaman Kekeringan dan
Silika
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 57,66 57,89 58,22 57,88 57,91b
A2 (60% KL) 56,89 56,67 58,11 57,33 57,25b
A3 (40% KL) 52,67 54,33 54,33 52,67 53,50a
Rataan 55,74 56,30 56,89 55,96
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh hurufberbeda pada kelompokperlakuan yang berbeda
menunjukkanberbedanyatamenurut Uji Jarak BergandaDuncan pada taraf 5%

29
Berdasarkan Tabel 4.1.11. menunjukkan bahwa semakin menurun tingkat

kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin mempercepat umur panen

kacang hijau.

4.1.12.Jumlah Biji

Hasil pengamatan jumlah biji kacang hijau dengan perlakuan cekaman

kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada

Lampiran 32. Berdasarkan sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa perlakuan

cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap jumlah biji kacang hijau,

pemberian silika berpengaruh nyata terhadap jumlah biji kacang hijau serta

interaksi antara cekaman kekeringan dan silika berpengaruh nyata terhadap

jumlah biji kacang hijau. Jumlah biji kacang hijau dengan perlakuan cekaman

kekeringan dan pemberian silika disajikan pada Tabel 4.1.12.

Tabel 4.1.12. Jumlah Biji Kacang Hijau Perlakuan Cekaman Kekeringan dan
Silika
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 137,72c 131,40bc 105,13a 151,94d 131,55b
A2 (60% KL) 123,27b 105,71a 137,38c 128,12bc 123,62ab
A3 (40% KL) 106,06a 136,75c 110,74a 106,34a 114,97a
Rataan 122,35b 124,62b 117,75a 128,80c
Keterangan :angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kelompok perlakuan yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 4.1.12. menunjukkan bahwa semakin menurun tingkat

kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin menurunkan jumlah biji

kacang hijau dan semakin tinggi konsentrasi silika, maka semakin meningkatkan

jumlah biji kacang hijau.

30
4.1.13. Bobot Biji

Hasil pengamatan bobot biji kacang hijau dengan perlakuan cekaman

kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada

Lampiran 34. Berdasarkan sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa perlakuan

cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap bobot biji kacang hijau,

pemberian silika berpengaruh nyata terhadap bobot biji kacang hijau serta

interaksi antara cekaman kekeringan dan silika berpengaruh tidak nyata terhadap

bobot biji kacang hijau. Bobot biji kacang hijau dengan perlakuan cekaman

kekeringan dan pemberian silika disajikan pada Tabel 4.1.13.

Tabel 4.1.13. Bobot Biji Kacang Hijau Perlakuan Cekaman Kekeringan dan
Silika
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 5,86 6,40 7,36 6,34 6,49b
A2 (60% KL) 4,31 7,12 6,07 6,15 5,91b
A3 (40% KL) 4,46 5,44 5,80 4,11 4,95a
Rataan 4,87a 6,32b 6,41b 5,53ab
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kelompok perlakuan yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 4.1.13. diatas menunjukkan bahwa semakin menurun

tingkat kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin menurunkan bobot biji

kacang hijau dan semakin tinggi konsentrasi silika, maka semakin meningkatkan

bobot kering tajuk kacang hijau.

4.1.14. Bobot 100 Biji

Hasil pengamatan bobot 100 biji kacang hijau dengan perlakuan cekaman

kekeringan dan pemberian silika dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada

Lampiran 36. Berdasarkan sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa perlakuan

cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji kacang hijau,

31
pemberian silika berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji kacang hijau serta

interaksi antara cekaman kekeringan dan silika berpengaruh tidak nyata terhadap

bobot 100 biji kacang hijau. Bobot 100 biji kacang hijau dengan perlakuan

cekaman kekeringan dan pemberian silika disajikan pada Tabel 4.1.14.

Tabel 4.1.14. Bobot 100 Biji Kacang Hijau Perlakuan Cekaman Kekeringan dan
Silika
S0 S1 S2 S3
Perlakuan Rataan
(0 ml/l) (15 ml/l) (30 ml/l) (45ml/l)
A1 (80% KL) 4,86 4,90 5,29 4,94 5,00c
A2 (60% KL) 2,56 5,28 4,62 4,24 4,18b
A3 (40% KL) 2,57 3,26 3,76 2,85 3,11a
Rataan 3,33a 4,48b 4,56b 4,01b
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kelompok perlakuan yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 4.1.14. diatas menunjukkan bahwa semakin menurun

tingkat kadar air tanah dari 80% - 40% KL, maka semakin menurunkan bobot biji

kacang hijau dan semakin tinggi konsentrasi silika, maka semakin meningkatkan

bobot kering tajuk kacang hijau.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pengaruh Cekaman Kekeringan Terhadap Morfologi dan Hasil


Kacang Hijau

Berdasarkan hasil penelitian ini, cekaman kekeringan dapat menurunkan

tinggi tanaman kacang hijau (Tabel 4.1.1). Ketika kacang hijau mengalami

cekaman kekeringan A3 (40% KL) , tanaman mengalami penurunan pertumbuhan

berbeda dengan A1 (80% KL) yang pertumbuhannya lebih baik. Pertumbuhan

tanaman pada fase vegetatif berkaitan erat dengan turgor, dimana penurunan

turgiditas bisa menghambat pembelahan dan pemanjangan sel sehingga tanaman

akan lebih kecil dari ukuran normal. Hasil penelitian Arsyadmunir (2016)

32
melaporkan bahwa stres kekeringan pada fase vegetatif mampu menurunkan

pertumbuhan tanaman yang mengakibatkan menurunnya produksi sebesar

4%.Tanaman yang memiliki ketersediaan air yang kurang umumnya memiliki

ukuran tanaman yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang memiliki

ketersediaan air yang cukup. Hal ini juga didukung oleh penelitian Felania (2017)

yang menyatakan bahwa ketersediaan air menjadi salah satu faktor yang dapat

menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Ketika kebutuhan air

cukup tersedia di daerah perakaran, maka kebutuh-an air pada tanaman terpenuhi

sehingga terjadi keseimbangan antara ketersedian dan penggunaan air. Apabila

ketersediaan air pada tanaman kurang maka dapat menyebabkan fotosintesis dan

trans-portasi unsur hara ke daun akan terhambat sehingga dapat mengakibatkan

pada produksi yang akan dihasilkan.

Jumlah daun menurun akibat cekaman kekeringan (Tabel 4.1.2.).

berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa perlakuan A3 menghasilkan jumlah daun

paling sedikit diantara perlakuan lainnya pada umur 4 MST. Hal ini karenapada

fase vegetative adalah fase tanaman berkembang dan pembelahan sel-sel secara

aktif sehingga sangat rentan jika kekurangan air. Mardiati (2007) menyatakan,

kekeringan air dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Herawati dan

Setiamihardja (2000) menyatakan, tanaman akan memperlihatkan respon terhadap

kekeringan air. Kekeringan dapat menyebabkan gugurnya daun, sebagai respon

tanaman dalam usaha mengurangi kehilangan. Pendapat Herawati dan

Setiamihardja (2000), bahwa setelah terjadi kekeringan pada umumnya tanaman

mengalami recoveri dengan percepatan pertumbuhan, akan tetapi ukuran daun

lebih kecil dibanding dengan tanaman dalam keadaan normal.Selain itu, Sacita

33
(2016) menyatakan bahwa jumlah daun yang sedikit disebabkan oleh adanya

gangguan pertumbuhan serta beberapa upaya adaptasi yang dilakukan oleh

tanaman terhadap berkurangnya air yang ada pada jaringan untuk menghadapi

kehilangan air yang lebih besar lagi.

Luas daun menurun pada perlakuan cekaman kekeringan (Tabel 4.1.3.).

Luas daun A1(80% KL) menghasilkan rata-rata luas daun paling tinggi yaitu 60,73

dan A3 (40% KL) paling rendah yaitu 29,23. Hal ini menunjukkan bahwa

cekaman kekeringan mempengaruhi luas daun kacang hijau. Pengaruh kekurangan

air selama masa vegetative adalah berkembangnyadaun-daun yang ukurannya

lebih kecil dan dapat mengurangi penyerapan cahaya. Nurhidayati, et al (2017)

Kandungan air dalam jaringan meristem yang rendah berhubungan dengan

kebutuhan air untuk pengembangan sel, hal ini menyebabkan pengurangan

sintesa, protein diding sel dan pengembangan sel. Tingkat kekeringan juga

memyebabkan turunnya tekanan turgor sel sehingga perkembangan daun muda

terhambat karena terjadi pengerutan sel. Berkurangnya luas daun akibat

pengerutan sel menyebabkan berkurangnya absorbsi cahaya yang diterima daun

yang berperan penting fotosintesa, sehingga laju fotosintesa menjadi lambat,

secara nyata juga akan menurunkan produktivitas tanaman.

Bintil akar efektif pada kacang hijau yang mengalami cekaman kekeringan

tidak terlalu banyak yang dihasilkan. Semakin rendah kapasitas lapang (KL) maka

bintil akar efektif semakin rendah (Tabel4.1.4.). Pada penelitian ini A3 (40% KL)

menghasilkan bintil akar efektif yang paling rendah dibandingkan yang lain.

Cekaman kekeringan menyebabkan efek merugikan terhadap tanaman, baik

34
karakter morfologis, biokimia, maupun fisiologis (Bangar et al., 2019; Purwanto

et al., 2019; Nazran et al., 2019).

Panjang akar kacang hijau yang mengalami cekaman kekeringan (A3 40%

KL) mengalami peningkatan pemanjangan akar (Tabel 4.1.5.). Hal ini terjadi

karena tanaman yang mengalami cekaman kekeringan akan memanjangkan

akarnya untuk mencari air di dalam tanah. Menurut Mitra (2001) bahwa cekaman

kekeringan disebabkan oleh kekurangan suplai air di daerah perakaran dan

permintaan air berlebih oleh daun akibat laju evapotranspirasi melebihi laju

absorpsi air oleh akar tanaman.

Volume akar kacang hijau pada penelitian ini menunjukkan bahwa

tanaman yang mengalami cekaman kekeringan (A3 40% KL) menghasilkan

volume akar yang rendah dibandingkan perlakuan yang lain (A1 80% KL dan A2

60% KL) dapat dilihat pada tabel 4.1.6. Hal ini menunjukkan dugaan bahwa berat

tanaman merupakan hasil fotosintat, apabila kandungan air yang terdapat pada

tanaman optimal maka hasil fotosintat yang dihasilkan juga banyak sehingga berat

kering yang dihasilkan juga berat. Air merupakan salah satu faktor utama yang

berperan penting dalam proses pertumbuhan tanaman terutama pada bagian akar

(Ai & Banyo, 2011).

Pada perlakuan cekaman kekeringan (A3 40% KL) memberikan nilai rata-

rata terendah pada parameter bobot kering akar dan tajuk kacang hijau (tabel

4.1.7 dan 4.1.8.), artinya bobot kering akar dan tajuk berbanding lurus dengan

pertumbuhan. Apabila suatu tanaman kekurangan air, maka proses pembentukan

dan perkembangan organ pada tanaman (daun, batang dan akar) akan sangat

35
terpengaruh. Pembentukan dan perkembangan organ tanaman berhubungan

dengan proses pembesaran sel pada tanaman. Menurut Suhartono et al. (2008), sel

tanaman akan membesar seiring dengan menebalnya dinding sel dan terbentuknya

selulosa pada tanaman. Selain itu, terkait dengan ketersedian air bagi tanaman

berupa transport hara dari tanah bagi tanaman. Hara dalam tanah diangkut melalui

air yang terserap oleh tanaman melalui proses difusi osmosis yang terjadi.

Semakin baik hara yang terserap oleh tanaman, maka ketersediaan bahan dasar

bagi proses fotosintesis akan semakin baik pula. Penimbunan karbohidrat dan

protein sebagai akumulasi proses fotosintesis akan berpengaruh pada bobot basah

dan bobot kering pada tanaman.Hal ini juga didukung oleh penelitian Darwanti et

al. (2002) menyatakan bahwa cekaman air menyebabkan transpor unsur hara

dalam tanaman terganggu se-hingga mengakibatkan proses biokimia pada bobot

kering tanaman rendah.

Umur berbunga kacang hijau yang mengalami cekaman kekeringan

menunjukkan bahwa mempercepat pembungaan. Selisih antara umur berbunga A1

80% KL dan A3 40% KL yaitu 6 hari (tabel 4.1.9.). Hal ini karena kacang hijau

ketika terjadi cekaman kekeringan mempercepat siklus hidupnya dengan cara

mempercepat pembungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Maimunah et al

(2018) tanaman akan lebih cepat menyelesaikan siklus hidupnya apabila dalam

kondisi tercekam. Hal ini disebabkan karena cekaman kekeringan yang dimulai

saat stadium vegetative mempengaruhi system reproduksi dengan meningkatnya

sterilisasi bunga, kemudian pembungaan akan lebih cepat dan pembuahan akan

gagal bila kekurangan air berlangsung lama.

36
Jumlah cabang produktif kacang hijau pada perlakuan A3 40% KL

memiliki hasil yang lebih sedikit dibandingkan perlakuan A1 80% KL dan A2 60%

KL (Tabel4.1.10.). Hasil tersebut menunjukkan dugaan bahwa hal ini disebabkan

oleh ketersediaan air dalam tanah yang mana semakin sedikit kandungan air yang

terdapat pada tanaman dapat menghambat pembelahan sel dan pembesaran sel

sehingga per-tumbuhan tanaman akan menurun. Hal ini juga didukung oleh

penelitian Permanasari (2011) yang menyatakan bahwa apabila air yang diberikan

pada tanaman mencukupi maka pertumbuhan tanaman akan baik jika

dibandingkan dengan tanaman yang kekurangan air. Kondisi air yang tidak sesuai

dengan kebutuhan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat.

Umur panen kacang hijau yang mengalami cekaman kekeringan

menunjukkan umur panen lebih cepat (Tabel 4.1.11. ). Pada penelitian ini umur

berbunga lebih cepat sama halnyadengan umur panen juga lebih cepat. Hal ini

karena tanaman akan menyelesaikan siklus hidupnya apabila kondisi tercekam.

Sesuai dengan Mitra (2001) yang menjelaskan bahwa sebagian tanaman

mempercepat umur berbunga dan umur panen (mempersingkat siklus hidupnya)

untuk dapat lolos dari stress kekeringan.

Pada perlakuan cekaman kekeringan 40% KL (Tabel 4.1.12.) menurunkan

jumlah biji kacang hijau.Tanaman yang memiliki ketersediaan air yang kurang

umumnya memiliki ukuran tanaman yang lebih kecil dibandingkan dengan

tanaman yang memiliki ketersediaan air yang cukup. Hal ini juga didukung oleh

penelitian Felania (2017) yang menyatakan bahwa ketersediaan air menjadi salah

satu faktor yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Ketika kebutuhan air cukup tersedia di daerah perakaran, maka kebutuhan air

37
pada tanaman terpenuhi sehingga terjadi keseimbangan antara ketersedian dan

penggunaan air. Apabila ketersediaan air pada tanaman kurang maka dapat

menyebabkan fotosintesis dan transportasi unsur hara ke daun akan terhambat

sehingga dapat mengakibatkan pada produksi yang akan dihasilkan.Nugraha et

al., (2014) melaporkan bahwa pemberian air berpengaruh nyata terhadap jumlah

polong tanaman, karena kekurangan air berpengaruh terhadap pertumbuhan

vegetatif dan perkembangan generatif tanaman. Tanaman juga melakukan

adaptasi dengan mengurangi bukaan stomata dan melipat daun sehingga

pertukaran CO2 dan H2O terhambat. Sopandie (2014) menyatakan bahwa

mekanisme adaptasi terhadap cekaman menyebabkan terhambatnya proses

fotosintesis sehingga berpengaruh terhadap produksi hasil biji tanaman kedelai.

Menurut Ashri (2006) kekeringan merupakan salah satu faktor penghambat utama

produksi tanaman, hal ini sangat berpengaruh terhadap penurunan produksi

terutama pada awal dan pertengahan fase pengisian biji akibat terhambatnya

proses fisiologis dan metabolisme seperti berkurangnya hasil fotosintesis dan

transportasi bahan hasil fotosintetis.

Pada cekaman kekeringan 40% KL bobot biji kacang hijau mengalami

penurunan dibanding 80% KL (Tabel 4.1.13). Cekaman kekeringan pada fase

generatif menyebabkan penurunan terhadap jumlah dan bobot polong tanaman

kacang hijau.Tanaman yang dicekam pada fase generatif dapat menurunkan hasil

disebabkan karena pada fase tersebut tanaman dalam kondisi kritis.Menurut

Arsyadmunir (2016) yaitu kekurangan air selama fase pembungaan hingga

pembentukan polong akan mengakibatkan penurunan produksi.Menurut Hapsoh

(2003) bahwa kekurangan air terjadi pada proses pembungaan yang

38
mengakibatkan banyak bunga mengalami keguguran dan biji yang dihasilkan

lebih kecil. Hal ini diduga berkaitan dengan intensitas matahari dan suhu dalam

proses fotosintesis, tanaman yang mengalami cekaman air stomatanya akan

menutup lebih awal untuk mengurangi hilangnya air dan hal ini mengganggu

masuknya CO2 sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan fotosintat

serta energi yang dihasilkan menjadi rendah akibatnya pengisian polong tanaman

pada fase generatif mengalami penurunan.

Pada perlakuan cekaman kekeringan 40% KL menurunkan bobot 100 biji

kacang hijau yaitu 2,57 gram berbeda dengan 80% KL yaitu5,29 gram (Tabel

4.1.14). Hal ini tidak sesuai dengan deskripsi varietas vima 1 (Lampiran 1). Tidak

maksimalnya kacang hijau disebabkan karena tanaman mengalami cekaman

kekeringan. Cekaman kekeringan mengakibatkan rendahnya produksi bobot 100

biji pada tanaman yang tercekam hal disebabkan oleh adanya mekanisme adaptasi

tanaman yang mengurangi jumlah dan luas daun sehingga bidang fotosintesis

menjadi lebih sedikit, berpengaruh terhadap hasil bijinya. Cekaman kekeringan

menyebabkan menurunnya translokasi fotosintat saat awal pengisisan polong,

sehingga menyebabkan polong tidak terisis secara sempurna. Akibatnya, biji yang

terbentuk memiliki berat yang rendah. Semakin rendah kadar air, maka semakin

rendah pula rata-rata produksi yang dihasilkan Fitriana et al., (2008) meliputi

jumlah polong, jumlah biji dan berat biji yang dihasilkan.Menurut Peleg et al.,

(2011) bahwa kekeringan merupakan faktor lingkungan yang menyebabkan

rendahnya pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Hasil yang sama dilaporkan

oleh Taufiq dan Sundari (2012) bahwa cekaman kekeringan pada fase generatif

mampu menurunkan hasil kedelai sebesar 34 - 46%. Hal ini mendasari pendugaan

39
bahwa cekaman kekeringan yang terjadi sejak fase vegetatif hingga generatif

mampu menurunkan hasil biji lebih besar.

4.2.2. Pengaruh Silika Terhadap Morfologi dan Hasil Kacang Hijau

Semakin tinggi dosis silika meningkatkan jumlah bobot kering tajuk

kacang hijau (Tabel 4.1.8.). Hal ini diduga silika mampu meningkatkan

penyerapan air. Menurut Hattori et al. (2005) menyatakan bahwa pemupukan Si

meningkatkan penyerapan air, menurunkan tingkat transpirasi Yuwono dan

Yukamgo (2007). Penyimpanan silika di jaringan epidermis daun membentuk

lapisan ganda silika-kutikula Lux et al., (2003) yang menyebabkan hambatan

transpirasi secara berlebihan, sehinga kandungan air dan turgiditas daun tetap

tinggi, kuat dan merentang, tidak terkulai layu, proses fotosintesis berjalan lancar,

serta meningkatkan ketahahanan tanaman pada saat kondisi tercekam kekeringan

(Hattori et al., 2005). Hasil fotosintesis yang tinggi didistribusikan ke seluruh

jaringan tanaman sehingga akar, batang, daun, biomassa tajuk dan total serta hasil

biji nira meningkat dengan pemberian pupuk silika (Kristanto, 2016).

Jumlah biji kacang hijau terbanyak terdapat pada konsentrasi silika 45ml/l

(Tabel4.1.12.). Hal ini karena silika memungkinkan tanaman untuk mentolerir

kekeringan dengan meningkatkan penyerapan air, sehingga meningkatkan hasil

yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Amrullah et al., (2014)

bahwa penggunaan silika biasa maupun silika nano memberikan pengaruh nyata

terhadap hasil biji padi. Aplikasi silika dapat menekan penurunan hasil jumlah dan

bobot polong tanaman kedelai, hal ini dikarenakan silika dapat mempertahankan

ketersediaan air selama berlangsungnya fase kritis (generatif) tanaman.

40
Aplikasi silika meningkatkan bobot biji kacang hijau pada dosis 30 ml/l

dibandingkan tanpa aplikasi silika (Tabel 4.1.13.). Pengunaan silika dapat

menekan penurunan hasil produksi melalui perannya dalam memperbaiki

fisiologi tanaman dalam kondisi tercekam kekeringan. Menurut Husnain (2011)

menyatakan bahwa silika mampu memperbaiki fungsi fisiologi sehingga

meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Pertumbuhan dan

perkembangan dipengaruhi oleh proses metabolisme tanaman salah satunya

adalah proses fotosintesis yang menjadi tolak ukur pertumbuhan yang berkaitan

dengan produksi tanaman (Ningsih et al., 2012).

Bobot 100 biji kacang hijau lebih baik pada silika 30 ml/l dibandingkan

tanpa aplikasi silika (Tabel 4.1.14.). Hal ini karena, peran Si dalam tanaman

membuat tahan terhadap stress kekeringan dan meningkatkan efesiensi

penggunaan air. Hal ini sesuai dengan Kristanto et al., (2016) bahwa indikator

kultivar tahan terhadap kekeringan yaitu memiliki efisiensi air yang tinggi.

Peningkatan interval penyiraman tanpa diikuti dengan aplikasi silika semakin

memperkecil pemanfaatan air biomasa tanaman. Aminmifar et al., (2013) bahwa

tanaman yang memiliki ketahanan kekeringan tinggi merupakan tanaman yang

mampu memanfaatkan air tanah lebih efisien untuk produksi biomasa. Tanaman

tanpa aplikasi silika memiliki produksi biji yang rendah, hal ini diduga karena

pemanfaatan air yang rendah oleh tanaman. Penurunan penggunaan air tanaman

menyebabkan penurunan hasil dan adanya manipulasi oleh tanaman seperti

berkurangnya ukuran tanaman Blum (2005). Aplikasi silika pada penlitian ini

menunjukkan bahwa kacang hijau yang mengalami cekaman kekeringan

menghasilkan produksi yang lebih baik dibanding kacang hijau yang mengalami

41
cekaman kekeringan tanpa aplikasi silika. Sesuai dengan penelitian Astuti et al,

(2018) aplikasi nanosilika nyata meningkatkan efesiensi penggunaan air terbesar

yaitu 33%, nanosilikazeolit sebesar 30% dan zeolit sebesar 23% dibanding kontrol

sebesar 0,68.

4.2.3. Interaksi Antara Pengaruh Cekaman Kekeringan dan Aplikasi Silika


Terhadap Morfologi dan Hasil Kacang Hijau

Terdapat interaksi antara perlakuan cekaman kekeringan dan silika

terhadap jumlah biji kacang hijau (Tabel 4.1.12.). Hal ini menunjukkan bahwa

cekaman kekeringan memberikan pengaruh terhadap jumlah biji. Cekaman air

pada fase generatif dapat menurunkan produksi hasil biji karena pada fase tersebut

tanaman dalam kondisi membutuhkan air selama proses pembentukan biji. Hasil

penelitian Arsyadmunir (2016) menunjukkan bahwa waktu tercekam pada saat

umur 29 - 42 HST atau tercekam pada saat fase pembentukam polong menjadi biji

adalah periode kritis tanaman kacang hijau akibat kekeringan terjadi pada fase

vegetatif akhir dan pembentukan polong. Menurut Gentry (2010) menyatakan

bahwa kekurangan air selama fase pembungaan hingga pembentukan dan

pengisian polong akan mengakibatkan penurunan produksi. Sopandie (2014)

menyatakan bahwa mekanisme adaptasi terhadap cekaman menyebabkan

terhambatnya proses fotosintesis sehingga berpengaruh terhadap produksi hasil

biji tanaman kedelai. Menurut Ashri (2006) kekeringan merupakan salah satu

faktor penghambat utama produksi tanaman, hal ini sangat berpengaruh terhadap

penurunan produksi terutama pada awal dan pertengahan fase pengisian biji akibat

terhambatnya proses fisiologis dan metabolisme seperti berkurangnya hasil

fotosintesis dan transportasi bahan hasil fotosintetis. Hasil penelitian Arsyadmunir

42
(2016) membuktikan bahwa tanaman kedelai yang mengalami kekeringan selama

fase vegetatif dapat menyebabkan penurunan produksi sebesar 4%, sedangkan

apabila kekeringan terjadi selama fase pembungaan hingga pembentukan polong

terjadi penurunan produksi sebesar 28%. Hal tersebut menunjukkan bahwa

penurunan produksi berbanding lurus dengan data kehilangan air, artinya

kebutuhan air pada fase berbunga hingga pembentukan polong lebih tinggi

sehingga kekurangan air pada fase tersebut akan menyebabkan produksi menurun.

Menurut Ashri (2006) penurunan hasil ditemukan pada kedelai yang mengalami

cekaman kekeringan. Besar kecilnya penurunan pertumbuhan dan produksi

kedelai tergantung pada fase hidup tanaman.

Aplikasi silika menunjukkan bahwa adanya peningkatan terhadap jumlah

biji dibanding tanpa aplikasi silika walaupun perbedaan hasilnya tidak terlalu

banyak. Hal ini karena peran silika mampu memanfaatkan air yang ada dan

mengadaptasikan tanaman agar mentoleransi cekaman kekeringan. Sesuai dengan

penelitian Astuti et al (2018) aplikasi silika nyata meningkatkan nilai STI dan DI

pada tanaman kedelai yang mengalami stres air. Aplikasi nanosilika+zeolit

memiliki nilai STI dan DI tertinggi, hal ini mengindikasi bahwa perlakuan

tersebut lebih tahan terhadap stres air dibanding perlakuan nanosilika, zeolit dan

kontrol. Astuti et al (2018) menyatakan juga Tanaman kedelai yang mengalami

stres air dengan aplikasi silika menghasilkan produksi yang lebih baik dibanding

tanaman kedelai yang mengalami stres air tanpa aplikasi silika. Menurut Setiawati

et al (2018) aplikasi silika dapat menekan penurunan hasil jumlah dan bobot

polong tanaman kedelai, hal ini dikarenakan silika dapat mempertahankan

ketersediaan air selama berlangsungnya fase kritis (generatif) tanaman. Menurut

43
Hattori et al. (2005) menyatakan bahwa pemupukan Si meningkatkan penyerapan

air, menurunkan tingkat transpirasi (Yuwono dan Yukamgo, 2007). Penyimpanan

silika di jaringan epidermis daun membentuk lapisan ganda silika-kutikula (Lux et

al., 2003) yang menyebabkan hambatan transpirasi secara berlebihan, sehinga

kandungan air dan turgiditas daun tetap tinggi, kuat dan merentang, tidak terkulai

layu, proses fotosintesis berjalan lancar, serta meningkatkan ketahahanan tanaman

pada saat kondisi tercekam kekeringan (Hattori et al., 2005).

44

Anda mungkin juga menyukai