Schilling, Schinke, & Kirkham (1985, dalam Martin & Colbert, 1990)
menjelaskan bahwa ayah biasanya mengalami kesulitan dalam menerima diagnosa
mengenai kondisi anaknya. Mereka biasanya akan menolak diagnosa tersebut dan
tidak memandang hal ini sebagai masalah yang serius. Ayah yang kurang terlibat
dalam perawatan harian anaknya biasanya akan terus menggunakan strategi
coping menghindar (Frey, dalam Martin & Colbert, 1997). Mercer (1997)
mengungkapkan model fase kedukaan dari Anderegg, Vergason, & Smith bagi
orangtua yang mendapati anaknya mengalami learning disabilities. Mercer
berpendapat bahwa model ini dapat membantu memahami penyesuaian yang
dilakukan orangtua terkait dengan reaksi yang muncul karena diagnosa anaknya.
Berikut tahapannya:
Peran sebagai caregiver bisa jadi menjadi lebih panjang waktunya. Martin
& Colbert (1997) menjelaskan bahwa orangtua dari anak berkebutuhan khusus
menunjukkan ketergantungan yang lebih besar dalam waktu yang lebih lama.
Kebutuhan khusus akan adanya pendidikan dan intervensi lain membuat orangtua
perlu meluangkan waktu khusus untuk anaknya ini, belum lagi beban keuangan
yang akan membengkak.
Peran sebagai pendidik dan bekerjasama dengan pihak sekolah sangat
mampu memberikan dampak yang positif bagi perkembangan anak. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa pengajaran di rumah dapat berpengaruh terhadap
perkembangan anak, sehingga diharapkan orangtua dapat memberikan intervensi
pendidikan pada anaknya. Turnbull & Turnbull (1982, dalam Martin & Colbert,
1997) menyatakan bahwa meskipun orangtua tahu hal tersebut namun tidak semua
mau menerapkannya di rumah. Pengamatan yang dilakukan terhadap keluarga
yang memiliki anak berkebutuhan khusus menunjukkan bahwa mereka
menunjukkan peran pengajaran yang hampir sama dengan keluarga normal pada
umumnya, namun lebih bersifat penuh kontrol dan lebih serius (Floyd &
Phillippee, 1993, dalam Martin & Colbert, 1997).
1
Nur Eva. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas
Negeri Malang. 2015. Hal 86-92.