Anda di halaman 1dari 11

ILMU NEGARA

PENDAPAT PARA SARJANA DALAM MENINJAU


NEGARA
PENDAPAT PARA SARJANA DALAM
MENINJAU NEGARA

Dalam meninjau negara, maka dapat dikemukakan


beberapa pendapat orang ahli yang berbeda dalam
meninjau sebuah negara antara pendapat yang satu
dengan pendapat yang lainnya
GEORG JELINNEK

Jellinek dianggap sebagai bapak ilmu negara.


Didalam sebuah bukunya yang terkenal, yang
berjudul “Algemeine Staatlehre” (Ilmu Negara
Umum), Jellinek meninjau negara dari 2 (dua) segi,
yaitu:
1. Segi Sosiologis
Negara dipandang sebagai bangunan
masyarakat.
2. Segi Yuridis
Negara dipandang sebagai bangunan Hukum
PLATO
Yaitu filsuf Yunani yang terkenal dengan bukunya yang berjudul
“Politea”. Plato menulis tentang bagaimanakah corak negara
yang sebaiknya atau bentuk negara yang bagaimanakah yang
ideal. Pada zaman plato ilmu negara merupakan cakupan dari
seluruh kehidupan yang meliputi Polis (negara kota).

Dalam uraiannya ia menyamakan negara dengan manusia


yang mempunyai 3 (tiga) kemampuan jiwa yaitu:
a. Kehendak : Memerintah
b. Akal pikiran : Kesatria/Prajurit
c. Perasaan : Rakyat

Plato dalam meninjau negara telah mendasarkan pada suatu


angan-angan tentang adanya suatu negara ideal, sehingga
teorinya disebut: “Ideenler van Plato”. Metode yang digunakan
adalah “deduktif-spekulatif-transedental”.
ARISTOTELES

Aristoteles melihat negara lebih riel. Dalam


menyiapkan bukunya yang berjudul Politica, ia
mengadakan penyelidikan terlebih dahulu terhadap
158 konstitusi-konstitusi yang berlaku dalam polis-
polis di Yunani. Suatu bukti bahwa ia telah
meninggalkan cara kerja dari gurunya (Plato) yaitu
mempergunakan metode dedukatif dan metode
empiris
HANS KELSEN
Hans Kelsen adalah merupakan murid dari Jellinek yang tidak
sependapat dengan gurunya. Sehingga Hans Kelsen mendirikan
mazhab sendiri yaitu mazhab wina (Austria) dengan alirannya yaitu
“Aliran Ilmu Hukum Murni” atau “Reine Rechttslehre”.

Hans Kelsen memandang negara dari 1 segi saja yaitu segi yuridis
dan dianggap sebagai Tatanan Hukum nasional.
Selanjutnya, sebagaimana toritisi lainnya, Kelsen membagi unsur
Negara kepada 3 (tiga) bagian. Territorial, rakyat dan kekuasaan.
Sedangkan berdasarkan pembagian kekuasaan Kelsen mebagi
kepada legislatif, eksekutif dan yudikatif.

Menurut Hans Kelsen, suatu hukum yang rendah dapat


dikembalikan kepada hukum yang lebih tinggi tingkatannya
demikian selanjutnya sampai kepada hukum yang menjadi dasar
bagi semua hukum yang berlaku, yaitu disebut “Norma Dasar atau
Ground Norm”. Dengan demikian terdapat suatu pertingkatan
hukum atau disebut “Stufenbouw des Recht”.
HERMAN HELLER

Herman Heller mengatakan bahwa negara


merupakan: “Territoriale gezagsorganisatie” (suatu
organisasi kewibawaan yang diakui”.

Teritorial
Gezag
Organisastie
TERITORIAL

Teritorial adalah wilayah.


GEZAG

Gezag adalah kelebihan yang dimiliki oleh


seseorang dan diakui oleh orang lain anpa adanya
unsur paksaan.

Seorang sarjana bernama Max Weber telah


memberikan sandaran mengenai kewibawaan
(gezag) tersebut, yaitu:

1. Charismatisch Gezag
2. Traditioneel Gezag
3. Rationeel Gezag
ORGANISASI

Organisasi adalah suatu bentuk kerjasama


berdasarkan pembagian tugas yang tetap.
Berdasarkan pembagian tugas terdiri dari 2 (dua)
macam, yaitu:

1. Pembagian tugas secara horizontal


2. Pembagian tugas secara vertikal
“TERRITORIALE
GEZAGOARGANISATIE”
a) Apabila ditekankan pada pengertian gezag, maka menurut Herman
Heller:
Gezag Organisatie (negara) adalah suatu organisasi untuk
memutuskan secara tepat hal-hal penting untuk negara
“Enttscheidungseinheif”
b) Apabila ditekankan pada pengertian organisasi, Maka menurut
Herman Heller:
Gezag Organisatie (negara) adalah suatu organisasi kerjasama
untuk mencapai tujuan-tujuan yang penting untuk mencapai
kepentingan masyarakat “Wirkungseinheit”.

Anda mungkin juga menyukai