Hakikat Toleransi
Merujuk pada Kamus Al-Munawwir, halaman 702, toleransi
atau tasâmuh diartikan sebagai sikap membiarkan
(menghargai), lapang dada. Islam memberikan ketentuan
yang sangat jelas tentang bagaimana toleransi terhadap orang
kafir harus dilakukan.
ُاْدُع ِاٰل ى َس ِبْيِل َر ِّبَك ِباْلِح ْك َم ِة َو اْلَم ْو ِع َظِة اْلَحَس َنِة َو َج اِد ْلُهْم
اَّلِتْي ِه َاْح َس ُۗن
َي ِب
Serulah manusia menuju jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
nasihat yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang
jauh lebih baik (TQS an-Nahl [16] 125).
ۚ ٓاَل ِإْك َر اَه ِفى ٱلِّد يِن ۖ َقد َّتَبَّيَن ٱلُّر ْش ُد ِم َن ٱْلَغ ِّى
Tidak ada paksaan untuk meyakini agama (Islam). Sungguh
telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat (TQS al-
Baqarah [2]: 256).
Karena itu pula wajar jika Allah SWT tegas menyebut kafir
siapa saja yang mengatakan Al-Masih putra Maryam sebagai
Tuhan:
َلَقْد َك َفَر ٱَّلِذ يَن َقاُلٓو ۟ا ِإَّن ٱَهَّلل ُهَو ٱْلَم ِس يُح ٱْبُن َم ْر َيَم ۖ َو َقاَل
ٱْلَم ِس يُح َٰي َبِنٓى ِإْس َٰٓر ِء يَل ٱْع ُبُد و۟ا ٱَهَّلل َر ِّبى َو َر َّبُك ْم
Sungguh telah kafirlah orang-orang yang berkata, "Sungguh
Allah adalah Al-Masih putra Maryam." Padahal Al-Masih
sendiri berkata, "Hai Bani Israil, sembahlah Allah, Tuhanku
dan Tuhanmu." (TQS al-Maidah [5]: 72)
َّلَقْد َك َفَر ٱَّلِذ يَن َقاُلٓو ۟ا ِإَّن ٱَهَّلل َثاِلُث َثَٰل َثٍةۘ َو َم ا ِم ْن ِإَٰل ٍه ِإٓاَّل ِإَٰل ٌه
َٰو ِح ٌد ۚ َو ِإن َّلْم َينَتُهو۟ا َع َّم ا َيُقوُلوَن َلَيَم َّس َّن ٱَّلِذ يَن َك َفُرو۟ا ِم ْنُهْم
َع َذ اٌب َأِليٌم
Sungguh telah kafir orang-orang yang mengatakan bahwa
Allah adalah salah satu di antara yang tiga. Padahal sekali-
kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Maha Esa. Jika
mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti
orang-orang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang
pedih (TQS al-Maidah [5]: 73).
Nabi Isa as. sendiri menegaskan dirinya sebagai AbdulLâh
(hamba Allah), bukan IbnulLâh (anak Allah). Allah SWT
berfirman:
Karena itu seorang Muslim harus tegas menolak klaim Isa as.
anak Tuhan. Ia pun harus tegas menolak Perayaan Natal
Bersama. Ini sebagaimana dinyatakan dalam Fatwa MUI
tahun 1981. Dalam fatwa itu disebutkan, Perayaan Natal di
Indonesia, meskipun tujuannya merayakan dan menghormati
Nabi Isa as., tidak dapat dipisahkan dari keyakinan bahwa Isa
as. adalah anak Tuhan. Oleh karena itu, mengikuti Perayaan
Natal Bersama hukumnya haram.
ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنوا اْد ُخ ُلْو ا ِفى الِّس ْلِم َك ۤا َّفًةۖ َّو اَل َتَّتِبُعْو ا
ُخ ُطٰو ِت الَّش ْيٰط ِۗن ِاَّنه َلُك ْم َع ُد ٌّو ُّم ِبْيٌن
Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam
secara menyeluruh dan janganlah ikuti langkah-langkah
setan! Sungguh ia musuh yang nyata bagi kalian (TQS al-
Baqarah [2]: 208).
َو اَل َتْلِبُسوا اْلَح َّق ِباْلَباِط ِل َو َتْك ُتُم وا اْلَح َّق َو َأْنُتْم َتْع َلُم وَن
Janganlah kalian mencampuradukkan kebenaran dan
kebatilan. Jangan pula kalian menyembunyikan kebenaran,
padahal kalian tahu. (TQS al-Baqarah [2]: 42). []