Anda di halaman 1dari 13

MAKALH

PENDAKWAH DAN MITRA DAKWAH

Dosen Pengampu:
Faruq Abdul Quddus S.pd M.Sos

Disusun oleh:
M Sefrilian Marasabessy 2324.03.003

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI


PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM SAHID BOGOR
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah
mata kuliah Ilmu Dakwah. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada
Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul “Pendakwah Dan Mitra Dakwah”


dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Penyusun menyadari makalah
ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian pembahasan.
Saya menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan
makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, saya memohon
maaf.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat.

Bogor, Januari 2024

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………2
DAFTAR ISI………………………………………………..3
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………….4
1.1 Latar Belakang…………………………………………4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………..4
1.3 Tujuan…………………………………………………..4
BAB ll Pembahasan………………………………………..5
2.1 Pendakwah……………………………………………..5
2.2 Mitra Dakwah………………………………………….9
BAB lll PENUTUP…………………………………………11
3.1 Kesimpulan…………………………………………….11
3.2 Saran……………………………………………………11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………12

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dakwah adalah suatu proses mengajak, menyerudan membimbing umat manusia untuk
berbuat baik danmengikuti petunjuk Allah dan rasul-Nya. Dakwahdiupayakan dengan cara
yang bijaksana agar tercapaikehidupan yang sejahtera di dunia dan akhirat. Dakwah yang
dimulai dari zaman kenabian hingga kini telah mengalami perkembangan yang cukup
signifikan. Dakwah juga dapat diartikan dengan suatu proses atau upaya mengubah suatu
situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam, atau proses mengajak manusia
ke jalan Allah, yakni Al-Islam.

Pemahaman yang dapat ditemukan adalah bahwa dakwah bersifat persuasif yaitu
mengajak manusia secara halus.Pemahaman ini diperoleh dari makna dakwah yang berarti
mengajak, berdo’a, memanggil, meminta dan mengundang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu pendakwah


2. Apa itu mitra dakwah

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan ruang lingkup Pendakwah


2. Menjelaskan Mitra Dakwah

4
BAB ll

PEMBAHASAN

2.1 Pendakwah

A. Kualifikasi Pendakwah

Pendakwah adalah orang yang melakukan dakwah, la disebut juga dai ‫ الداعي‬Dalan
ilmu komunikasi pendakwah adalah komunikator yaitu orang yang menyampaikan pesan
komunikasi (message) kepada orang lain. Karena dakwah bisa melalu tulisan, lisan,
perbuatan, maka penulis keislaman, penceramah Islam, mubalig, guru mengaji,
pengelola panti asuhan Islam dan sejenisnya termasuk pendakwah.

Secara ideal, pendakwah adalah orang Mukmin yang inenjadikan Is- lam sebagai
agamanya, Al-Qur'an sebagai pedomannya, Nabi Muhammad Rasulullah SAW sebagai
pemimpin dan teladan baginya, la henar-benar mengamalkannya dalam tingkah laku dan
perjalanan hidupnya, kemudi- an ia menyampaikan Islam yang meliputi akidah, syariah,
dan akhlak ke- pada seluruh manusia (Bassam al-Shabagh, t.t.: 97). Definisi ini menuntut
pendakwah untuk mengamalkan ajaran Islam sebelum menyampaikan- nya kepada
orang lain. Untuk bisa mengamalkan secara sempurna.

Pendakwah adalah ulama yang telah mengamalkan secara benar pengetahuannya


tentang ajaran Islam. Meskipun ulama, jika belum mengamalkan ajaran Islam de- ngan
baik, maka ia belum memenuhi syarat sebagai pendakwah.

Tuntutan ideal untuk pendakwah banyak diutarakan oleh para ula- ma. Aboebakar
Atjeh (1971: 46-49) membuat beberapa syarat bagi pen- dakwah, yaitu beriman dan
percaya sungguh-sungguh akan kebenaran Islam yang akan disampaikan;
menyampaikannya dengan lisanrıya sen- diri dan dengan amal perbuatan; dakwah yang
disampaikan bukan atas dasar rasa fanatik (ta'assub) kaum dan golongan; pesan yang
disampaikan berdasarkan kebenaran yang lengkap dengan dasar yang tidak ragu-ragu;
dan rela mengorbankan jiwanya di atas jalan Allah SWT.

Abd al-Karim Zaydan (1993: 325) juga menghendaki kesempurnaan seorang


pendakwah. la menuntut pendakwah agar memiliki pemahaman Islam yang mendalam,
iman yang kukuh, dan hubungan yang kuat de- ngan Allah SWT.

5
B. PENDAKWAH STRATEGIS: POTRET DAKWAH PARA NABI

Pendakwah yang memiliki sedikit ilmu mam- pu menggerakkan masyarakat


menuju jalan Allah SWT. Dalam tahapan pertama dakwah, kita memerlukan orang
yang mampu meyakinkan orang tentang ajaran Islam. Pendakwahlah yang
membukakan pintu gerbang agama Islam. Pendakwah harus orang yang dapat
dipercaya oleh mitra dakwah. Di sini, kedudukan dan tingkah laku pendakwah
menjadi sorotan yang pertama. Tidak perlu ilmu yang tinggi dalam menghadapi
orang yang baru mengenal Islam, tetapi hal ini membutuhkan kebijakan yang tinggi.
Kepada Muslim pemula termasuk para mualaf (yang baru masuk Islam), tidaklah
tepat jika kita mengutarakan perbedaan pendapat di kalangan para ulama tentang
suatu hukum agama. Kepada orang-orang awam, kita hanya menyampaikan ajaran
yang mudah dipahami dan dikerjakan agar mereka tidak terbebani secara psikologis.
Inilah yang kita sebut dengan istilah pendakwah strategis

Terdapat sejumiah ayat Al-Qur'an yang menunjukkan beberapa mo dal dakwah


yang dimiliki oleh para Nabi sebagai pendakwah strategis.

• Pendakwah memiliki kemampuan orasi yang sangat hebat. Ketika Allah SWT
mergutus Nabi Musa a.s. agar mendatangi Raja Fir'aun untuk menyampaikan pesan
dakwah dengan perkataan yang santun (qawlan layyina), Nabi Musa a.s, merasa tidak
sanggup. Selain ora- sinya buruk dan tidak lancar, ia juga temperamental: mudah
marah dan kurang sabar. Untuk itu. Nabi Musa a.s. meminta izin Allah SWT untuk
menunjuk saudaranya, Nabi Harun a.s. yang memiliki kelan- caran retorika, sebagai
juru bicaranya untuk menghadap Raja Fir'aun yang terkenal sangat congkak.

‫ص ِدقُنِي ِإنِي‬
َ ُ‫ِي ِردْ ًءا ي‬ ْ ْ‫ص ُح َبنِي ِل َسانًا فَأَر‬
َ ‫سِلهُ َمع‬ َ ‫َوأَخِ ي ه َُرونَ ه َُو أَ ْف‬

ِ ‫َاف أَن يُك َِذب‬


‫ُون‬ ُ ‫أَخ‬

• Pendakwah memiliki kemampuan fisik dan "sakti". Kemampuan fi siknya yang


dibutuhkan dalam kerja dakwah, bukan kata-katanya. Ini adalah kebalikan dari yang
pertama. Nabi Musa a.s. yang kekar fisik nya sangat tepat mengl adapi para tukang
sihir dan keliucikan Musa al- Samiri.

• Pendakwah yang kaya raya, yakni sosok pendakwah yang memiliki kelengkapan
ilmu, fisik, dan harta.

• Pendakwah berasal dari kalangan etnis kaumnya. Kecemburuan etnik dan emosi
kedaerahan tetap ada di hati setiap manusia, bahkan terkadang dominan.

• Pendakwah yang ikhlas dan siap berkorban. la tidak memandang dakwah sebagai
profesi yang berfungsi sebagai mata pencaharian. la membebaskan dirinya dari
harapan memperoleh kebendaan dari dakwahnya, meskipun hal yang diterimanya
halal. Surah Hud (11) ayat 29 dan 51 menyatakan hal tersebut:

‫ار ِد الَذِينَ َءا َمنُوا ِإنَ ُهم ُّملَقُوا َر ِب ِه ْم َولَكِنِي أَرْ نَكُ ْم قَ ْو ًما‬
ِ ‫ط‬َ ‫ّللا َو َما أَنَا ِب‬ َ ‫علَ ْي ِه َمالً ِإ ْن أَجْ ِر‬
َ ‫ي ِإ َل‬
ِ َ ‫علَى‬ َ ‫َو َيقَ ْو ِم َل أَ ْسأَلُكُ ْم‬
ُ
َ‫تَجْ َهلون‬
6
C. KEMULIAAN PENDAKWAH

Ada dua sudut pandang dalam menilai kedudukan pendakwah, yaitu perspektif orang-
orang yang telah mendapatkan hidayah dan perspektif orang-orang yang belum
mendapatkannya. Bagi orang-orang yang ber- iman, pendakwah adalah orang yang mulia,
utama, dan terhormat. Karenanya, kehadiran pen- dakwah dianggap sebagai berkah dan
anugerah. Mereka akan menerima, mendengarkan, dan mengikuti apa yarıg dikatakan oleh
pendakwah.

Dalam pandangan orang-orang yang belum mendapatkan hidayah, pendakwah adalah


penghalang keinginan mereka. Apa yang disampaikan oleh pendakwah selalu bertentangan
dengan kemauan mereka. Mereka menganggap pendakwah sebagai musuh. Mereka
berusaha menghalangi dan mengacaukan aktivitas pendakwah. Ketika rasa permusuhan
mereka semakin mendalam, mereka tidak segan untuk membunuh pendakwah. Menurut
mereka, kedudukan pendakwah sangat rendah.

D. PROBLEMATIKA SEPUTAR PENDAKWAH

• Pendakwah Perempuan

Pendakwah perempuan di depan publik masih dipersoalkan di ka- langan ulama. Antara
lain. terkait batasan aurat perempuan di luar iba- dah apalagi berkomunikasi dengan lawan
jenis yang bukan mahramnya. Suara perempuan masih diperdebatkan apakah termasuk aurat
ataukah tidak. Keluanya perempuan yang dianggap dapat menimbulkan fitnah belum
dirumuskan batasannya. Perhiasan yang ditonjolkan oleh perem- puan hingga menimbulkan
fitnah (tabarruj) telah ditegaskan dalam surah ai-Ahzaab (33) ayat 33:

ُ‫ّللا‬ َ َ َ‫الزك َٰوةَ َوأَطِ ْعن‬


َ ُ‫ّللا َو َرسُو َلهُ ِإ َن َما ي ُِريد‬ َ ‫ج ْال َجا ِه ِليَ ِة ْاْلُولَى َوأَق ِْمنَ ال‬
َ ‫صلَ َوةَ واتين‬ َ ‫َوقَرْ نَ فِي بُيُوتِكُنَ َو َل تَبَ َرجْنَ تَبَ ُّر‬
‫يرا‬ ْ ُ َ
ً ‫ت َويُط ِه َرك ْم تَط ِه‬ ْ ْ َ
ِ ‫جْس أه َل البَ ْي‬
َ ‫الر‬ ُ
ِ ‫عنك ُم‬ َ ‫ِب‬ ْ
َ ‫ِليُذه‬

beberapa pendakwah perempuan dijumpai dalam fakta sejarah. Beberapa istri Nabi SAW,
antara lain Aisyah r.a. telah dikenal sebagai perawi Hadis.

Kenyataan saat ini peran serta perempuan hampir di semua bidang kehidupan telah
mendapatkan apresiasi di tengah masyarakat kita. Untuk mengurangi kontroversi dalam hal
ini, maka untuk tampilnya pendakwah perempuan ada beberapa syarat yang harus terpenuhi,
yaitu:

➢ Pendakwah perempuan harus menutup auratnya.


➢ Suara perempuan bukan aurat dalam pandangan ulama yang bermazhab Syafi'iyyah
(Ali al-Shabuni, t.t.: II: 167). Ini pendapat yang paling realistis. Meski demikian,
pendakwah perempuan tidak diper- kenankan untuk bersuara dengan maksud
menarik syahwat laki-laki.

7
➢ Jika rawat kejahatan, maka pendakwah perempuan harus di sertai mahram
Berpakaian sopan dan tidak berlebihan dalam penampilan sehingga tidak mengundang
godaan dari orang lain. Antara lain menggunakan parfum dan make up yang berlebihan,
berpakaian ketat meski berjilbab, menggunakan perhiasan dan dandan yang mengundang
nafsu birahi laki laki dan sebagainya.

• Pendakwah Anak-Anak

Hal yang dipermasalahkan dari anak-anak sebagai pendakwah adalah belum adanya
beban tanggung jawab (taklif). Selain itu, kermatangan ber- pikir dan kedewasaan
bersikap dan bertindak pada umumnya belum ter- jadi pada masa anak-anak.
Pengetahuan dan pengalamannya juga masih terbatas. Masa anak anak adalah masa
bermain atau belajar.

Kewajiban dakwah hanya dibebankan bagi orang yang sudah dewasa. Tanda kedewasaan
dilihat dari aspek biologis, yakni keluar air mani bagi laki-laki dan keluarnya menstruasi
pertama kali bagi perempuan. Jika tidak ada tanda ini, maka dapat digunakan ukuran
umur, yaitu usia 15 tahun.

• Pendakwah Mualaf

Ada empat kelompok yang dapat disebut sebagai mualas. Pertama, mereka yang
hatinya masih lemah saat masuk Islam dan perlu bantuan umat Islam. Kedua, nereka
yang lemah hatinya dan menjadi pengha- lang bagi umat Islam. Ketiga, mereka yang
lemah hatinya dan diharapkan simpati kepada Islam. Keempat, mereka yang lemah
hatinya dan menjadi pemuka masyarakat.

• Honor Bagi Pendakwah

Dakwah bukan kegiatan bisnis, tetapi kegiatan sosial. Salah satu ciri khusus kegiatan
sosial adalah keterlibatan para sukarelawan. Mereka be- kerja tanpa mengharapkan upah
atau gaji. Akan tetapi mereka manusia biasa yang membutuhkan makan dan minum.

Pendakwah adalah sukarelawan yang memenuhi panggilan Allah SWT. Sebagai


konsekuensinya, pendakwah tidak diperkenankan nemir.ta upah dari dakwahnya. Dalam
Ai-Qur'an disebutkan bahwa Nabi Hud (11) s. berkata kepada kaumnya:

َ‫ب ْال َعالَمِ ين‬ َ ‫مِن أَجْ ر ِإ ْن أَجْ ِر‬


َ ‫ي ِإ َل‬
ِ ‫علَى َر‬ َ ‫َو َما أَ ْستَلُكُ ْم‬
ْ ‫علَ ْي ِه‬

8
2.1 MITRA DAKWAH

A. Mitra Dakwah Perspektif Teologis

Ada dua pembahasan teologis terkait dengan mitra dakwah, yaitu se jauh mana
dakwah telah mer.jangkau mereka dan bagaimana klasifikası keimanan mereka setelah
menerima dakwah. Masalah pertama pernah menjadi polemik dalam sejarah Islam saat
umat Islam dihadapkan pada munculnya pemikiran teologis dalam kaitannya dengan
kepentingan po litik. Dengan apa kita bisa menilai perbuatan manusia: akal ataukah
wahyu.

Golongan Mu'tazilah berpenda- pat bahwa akal tidak hanya bisa membedakan antara
perbuatan baik dan buruk, tetapi juga dapat menjelaskan kewajiban melakukan perbuatan
baik dan meninggalkan perbuatan buruk. Sebaliknya, Asy'ariyah meman- dang bahwa
hanya wahyu yang bisa menilai perbuatan baik dan buruk, sekaligus menegaskan
kewajibannya.

B. Mitra Dakwah Perspektif Sosiologi

Mitra dakwah dapat digolongkan berda- sarkan ketenagakerjaan. pekerjaan,


penghasilan, dan penguasaan sumber ekonomi. Menurut penguasaan sumber ekonomi,
mitra dakwah dapat dibedakan antara pemilik (Shahib al-Mal) dan pekerja ('Amil).

Jenis pekerjaan mitra dakwah dapat diklasifikasikan dalam tujuh kelompok, ya- itu: (1)
tenaga profesional, teknisi, dan sejenisnya; (2) tenaga kepemim- pinan dan
ketatalaksanaar; (3) tenaga tata usaha dan tenaga yang seje- nisnya: (4) tenaga usaha
penjualan. (5) tenaga usaha jasa, (6) tenaga usaha pertanian, perburuan, dan perikanan,
dan (7) tenaga produksi, operator alat-alat angkutan, dan pekerja kasar.

Dari sudut sosio-antropologis, mitra dakwah dapat dibedakan dari status sosial, bentuk
ke ompok, dan sistern budaya.Mitra dakwah sebagai kelompok sosial juga dibedakan
menjadi kelompok yang teratur dan tidak teratur. Dalam kelompok teratur, ada hubungan
yang sangat erat antar-anggotanya (kelompok primer, struktur mekanis, homogen,
paguyuban, perdesaan) dan ada pula hubungan yang kurang akrab (kelompok sekunder,
struktur organis, heterogen, patemba- yan, perkotaan). Adapun dalam kelompok yang
tidak teratur terdapat tiga yaitu kerumunan, publik, dan masa.

C.Prioritas Mitra Dakwah

Mitra dakwah, vaitu anggota keluarga dan masyarakat umum. Abu al-Darda' r.a. mem-
proritaskan masyarakat yang benar-benar membutuhkan dakwah dari- pada keluarganya
yang masih belum menunjukkan tanda-tanda simpati kepada dakwahnya. Secara ideal,
mitra dakwah dari lingkungan keluarga harus didahulukan sebelum berdakwah kepada
masyarakat luas.

9
Kesedihan pendakwah karena antipati anggota keluarga yang dicintai memang
manusiawi. Akan tetapi, kecin- taan kepada dakwah harus di atas segala-galanya.
Dari Abu Hurairah r.a.. Nabi SAW bersabda:

"Demi Dzat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, salah seorang di antara kalian
tidak beriman hingga aku lebih dicintai olehnya dibanding orangtua dan anaknya."
(al-Bukhari, t.t.: 1: 9)

Keluarga di sini adalah mereka yang memiliki hubungan darah dan Jual dengan kita.
Keluarga dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu ke- luarga dekat (inti) dan keluarga
jauh. Namun dalam Islam ada tiga bentuk keluarga yaitu:

➢ Anggota yang menjadi tanggungan nafkah ( biaya hidup sehari-hari ) yaitu ayah, ibu
dan anak kandung.
➢ Anggota keluarga yang tidak menjadi tanggungan pemberian nafkah, nanun haram
dinikah, antara lain: keponakan, paman, dan bibi.
➢ Anggota keluarga yang memiliki hubungan nasab dekattetapi boleh dinikah serta
menjadi tanggungan pemberian semacam sepupu.

Kelompok kedua dan ketiga adalah bagian dari keluarga jauh secara sosiologis.

10
BAB lll

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Metode maupun cara dalam menyampaikan dakwah itu sangat penting, karena sebagai
seorang pendakwah dalam menyampaikan dakwah tidak hanyak isi atau pesan saja yang
diperhatikan, namun pendakwah juga dituntut untuk menerapkan metode yang tepat dalam
berdakwah supaya dapat diterima dengan baik oleh sasaran dakwah dan menimbulkan efek
atau perubahan yang signifikan.

Mitra dakwah perspektif teologis maksudnya adalah mitra dakwah dilihat dari
pandangan/pemikiran/fahamnya terhadap agama. Ada dua pembahan teologis terkait dengan
mitra dakwah, yaitu sejauh mana dakwah telah menjangkau mereka dan bagaimana
klasifikasi keimanan mereka setelah menerima dakwah. Sedangkan mitra dakwah perspektif
sosiologis adalah yang dapat dipandang dan dikelompokan dari berbagai sudut sesuai
disiplin ilmu sosial yang digunakan.

Maka, dalam program kegiatan dakwah berbagai permasalahan yang menyangkut sasaran
dakwah atau mitra dakwah perlu mendapat konsiderasi yang tepat prioritas mitra dakwah
disini ialah orang-orang yang diutamakan untuk diberikan dakwah yakni keluarga dan
mayarakat umum.

3.2 Saran

1. Untuk mendapatkan hasil yang lebih mendukung sebaiknya dilakukan riset


pengembangan.

2. Jika diperlukan maka dapat dilakukan implementasi langsung pada proses


penyebaran dakwah Islam.

3. Penulis juga siap menerima kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
makalah ini.

11
Daftar Pustaka

Musthofa, Basri. Zad al-zu’ama’ Dakhirah al-kuthaba’ T.k.p.: Maj-Razak,


Nasaruddin. Metodologi da’wah

Maeleman, Johan. "Dakwah in Urban Communities". INAS Newsletter On- line.


(iias.nl/iiası/26/regions/26SEA8.html)

A.N, Firadaus. Panji Panji DakwahJakarta2020.

Al-Bayanumi, Muhammad Abdul FattahAl makdhal ila ilmid dakwah. Jakarta:


Musyawarah Risalah. 2011.

Aziz, Moh. Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana2017

Cawidu, Harifuddin. Konsep Kufr dalam al-Qur'an. 2010.

Changara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers: 2010

Enjang, dkk. Dasar-dasar Ilmu Dakwah. Bandung: Widya Padjajaran. 2009.

Faizah. Psikologi Dakwah. Jakarta: Prenada Media2008


12

Anda mungkin juga menyukai