Anda di halaman 1dari 1

AENG TELOR

Sebelum tahun 1700an terdapat sekelompok masyarakat kecil yang mendiami sebuah
perkampungan di Batuputih yang pada saat itu diperkirakan masih pada masa Kerajaan
Sumenep. Kelompok masyarakat ini sudah mendiami daerah tersebut sejak Kerajaan
Batuputih yang bercorak Hindu memerintah. Hingga pada masa Islam menyebar di
daerah tersebut, kelompok masyarakat tersebut semakin banyak dan berkembang
dengan bukti adanya area pemakaman yang kepala nisannya telah bergeser ke arah
barat laut karena pergeseran tanah dalam kurun waktu yang lama.
Pada saat permukiman atau kampung itu berdiri hingga awal abad ke-18 nama
pekampungan tersebut tidak diketahui hingga saat ini. Menurut informasi,
perkampungan itu bisa sezaman atau berdiri setelah perkampungan Somber Tombet
berdiri. Jika kampung Somber Tombet ditengarai sebagai jejak kaki dari kuda Joko Tole,
seorang tokoh legenda Madura, yang menjadi sumber mata air. Maka, lain halnya
dengan perkampungan yang berada di barat daya dari Somber Tombet ini.
Perkampungan ini menurut cerita dari seorang tokoh masyarakat sekaligus tokoh
agama yang bernama K. Ahmad Bakri, bahwa beliau mendengar cerita dari nenek
istrinya, jika perkampungan ini bernama Aeng Telor. Nama Aeng Telor berasal dari
sebuah sumur yang terdapat di perkampungan itu dan telah ada sebelum ayah dari
sang nenek lahir.
Nenek tersebut yang diperkirakan lahir pada tahun 1890an bercerita asal muasal dari
sumur tersebut yang beliau dengar dari ayahnya, bahwa dulu ada seekor ayam yang
bertelur di sebuah tempat yang penuh dengan semak belukar, kemudian ketika telur itu
dipindahkan dan masyarakat yang saat itu kekurangan akan air, digalilah tanah bekas
tempat telur tersebut sedalam 1 depa atau sekitar 1,8 m dengan lebar diameter sekitar
1,5 m. Dari sumur tersebut memancar mata air yang besar dan deras, sehingga mampu
memenuhi kebutuhan semua masyarakat di perkampungan

Anda mungkin juga menyukai