Anda di halaman 1dari 2

Kaus pewarisan dorce gamalama

Pihak saudara dorce meminta ha katas waris dengan alasan dorce memberikan mereka bagian
dari waris dan untuk membayarkan hutang alamarhum, sedangkan anak-anak angkat dorce juga
menyebutkan memiliki surat wasiat dari dorce. Menurut pendapat saya kasus waris dorce dapat
diselesaikan dengan Kerjasama atau itikad baik antara kedua belah pihak. Pertama, harus
diputuskan yang menjadi penanggungjawab pembagian waris atas persetujuan seluruh keluarga
(saudara almarhum dan anak angkat). Setelah itu ketua membuat pertemuan keluarga untuk
menentukan pembagian waris akan dilakukan secara waris perdata atau waris islam. Setelah
diputuskan, maka keluarga perlu membayarkan semua dana atas biaya pemakaman dan hutang
yang masih ada, setelah itu baru boleh dibagi waris.

Dalam hal ini hukum Islam tidak memperbolehkan pengangkatan anak untuk dapat
dijadikan sebagai layaknya anak kandung dan dinisbatkan ke dalam keluarga bapak angkatnya.
Dalam kaitannya dengan hak waris, hukum Islam telah mengaturnya dengan lewat pemberian
atau hibah dari bapak yang mengasuhnya, atu juga bisa lewat wasiat wajibah apabila ayah
asuhnya semasa hidup belum sempat memberikan hibah kepada anak asuh atau anak angkat
tersebut. Jadi sudah jelas bahwa anak angkat dalam hukum Islam tidak bisa mendapatkan
warisan sebagaimana seperti anak kandung. Hal ini sesuai dengan petunjuk dalam al-Qur’an
maupun dalam Hadist.

Diketahui bahwa anak-anak adopsi dorce sudah mendapatkan rumah sebagai hadiah dari
almarhum, diketahui juga bahwa surat wasiat tidak kunjung dibacakan walau sudah 40 hari,
diketahui juga Amelia Mustika sebagai pengacara dorce menyatakan bahwa harta dorce tidak
akan diwariskan kepada 4 anak adopsinya karena bukan anak kandung, harta akan diberikan
kepada anak yatim yang sudah diasuhnya.

Hal ini menunjukan pembacaaan wasiat dorce menjadi penentu bagi saudara serta anak adopsi
dorce untuk menyelesaikan permaslahan waris, begitu sudah diputuskan maka kedua belah pihak
harus dapat menerima Keputusan almarhum. walaupun anak adopsi tidak mendapatkan waris tapi
mereka sudah mendapatkan hibah atau hadiah dari dorce yaitu rumah masing-masing satu.
Warisan juga bisa didapatkan anak angkat lewat hibah wasiat Berdasarkan Pasal 875 KUH
Perdata, seseorang berhak membuat wasiat atau testamen berisi pernyataan tentang apa yang
dikehendakinya setelah ia meninggal dunia, termasuk kehendaknya mengenai harta. Dengan
pijakan ini, orang tua angkat bisa membuat wasiat yang memberikan bagian kepada anak angkat,
tetapi pernyataan itu harus memperhatikan legitime portie ahli waris. Jadi dapat disimpulkan
bahwa anak angkat dorce dapat menadapatkan waris jika surat wasiat menyebutkan bahwa
mereka mendapatkan waris. Begitu juga dengan saudara dorce bisa mendapatkan hak atas waris
berdasarkan hubungan darah, karena dorce belum mempunyai keturunan maka harta bendanya
jatuh kepada ahli waris golongan kedua yakni orang tua, dan saudara perempuannya. Golongan
II; orangtua, saudara laki-laki, saudara perempuan, keturunan saudara laki-laki dan perempuan
tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 854 KUHPerdata. Akan tetapi semua ini kembali kepada
Keputusan yang ada dalam surat wasiat alamarhum.

Anda mungkin juga menyukai