Anda di halaman 1dari 60

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS LINGKUNGAN ALAM

DESA PASIREURIH LEBAK-BANTEN TERHADAP PEMAHAMAN


KONSEP SISWA KELAS V PADA MATERI SIKLUS AIR
(Penelitian Tindakan Kelas di SDN 02 Pasireurih)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Suci Ariani

11150183000060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAⅡ AN DOSEN PEⅣ IBIPIBING

PENERAPAN PEPIIBELAJARAN BERBASIS LINGKUNGAN ALAⅣ I


DESA PASIREURIⅡ LEBAK‐ BANTEN TERHADAP PEⅣ IAHAPIAN
KONSEP SISWA KELAS V PADA MATERISIKLUS AIR

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh
Suci Ariani
ll150183000060

Yang NIcngcsaltan,
Pcmbilnbing

/
Dr.Fauzan,MA
NIP。 197611072007011013

JURUSAN PENDIDIKAN GURU PIIADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTASILDIIU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLANEINEGRISYARIF HIDAYATULLAⅡ
JAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi dengan judul (Penerapan Pembelajaran Berbasis Lingkungan


Alam Desa Pasireurih Lebak-Banten Terhadap Pemahaman Konsep Siswa
Kelas V Pada Materi Siklus Air) disusun oleh Suci Ariani, NIM
11150183000060, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan
dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak diajukan pada sidang
munaqosah sesuai yang ditetapkan oleh fakultas.

」akatta,9 oktobcr 2019

Yang Mengesahkan,

睡勲蝕脚°ノ

Dr.Fauzan,Ⅳ IA
NIP。 197611072007011013
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul "Penerapan Pembelajaran Berbasis Lingkungan AIam Desa


Pasireurih Lebak-Banten Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Kelas v
Pada Materi Siklus Air', disusun oleh suci Ariani, NIM 11150183000060,
Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan,UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam
ujian Munaqasah pada- tanggal 23 oktober 2019 dihadapan dewan penguji.
Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana penaia*an (S.pd) dalam
bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).

Jakarta,23 0ktober 2019

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi)
Asep Ediana Latip. M,Pd.
NIP.198106623200912 1 003
r ッ〕
…r 1.三

S ekertaris (Sekertaris JurusanlProdi) t'lr,


[
-s
Rohmat Widivanto. M.Pd.
NIP. 19890913 2018011 002

Penguji I
Takiddin.M.Pd.
´
Penguji II
Dina Rahma Fadlilah. M.Si
[/、
、め

Mengetahui,
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
if Hidayatullah Jakarta


y
031919980320013
LEⅣIBAR PERNYATAAN KARYA ILⅣ IIAH

Yang berlanda tangan d lbawah inl:


Nall■ a SuC12へ rlanl

NiM ll150183000060
.IurusarVProdi Pendidikan CIuru Madrasah lbtidaiyah

Alamat IJalall RPI Kahf1 l Ggo Swadaya RT/RW 001/02 No 50


Cipedalc Jagalcarsa¨ Jι よ配 a Selatall DKI Jakalta

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA


Bahwa skripsi yang berjudul "Penerapan Pembelajaran Berbasis Lingkungan
Alam Desa Pasireurih Lebak-Banten Terhadap Pemahaman Konsep Siswa
Kelas Y Pada Materi Siklus Air" adalah benar hasil karya sendiri di bawah
bimbingan dosen:
Dosen Pembimbing : Dr. Faulan, MA
NIP :19761107 200701 1 013
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensinya apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya

saya sendiri.

Jakarta, 9 Oktober 2019


Yang Menyatakan,

Suci Ariani
ll150183000060
ABSTRAK

Suci Ariani (11150183000060). Penerapan Pembelajaran Berbasis


Lingkungan Alam Desa Pasireurih Lebak-Banten Terhadap Pemahaman
Konsep Siswa Kelas V pada Materi Siklus Air. Program Studi Guru
Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil dan proses peningkatan


pemahaman konsep siswa pada materi siklus air melalui pembelajaran berbasis
lingkungan alam di kelas V SDN 02 Pasireurih Lebak-Banten. Penelitian ini
dilaksanakan di SDN 02 Pasireurih Lebak-Banten pada Tahun Ajaran 2019/2020.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan
kelas (PTK) yang mengadaptasi model Kemmis dan Mc.Taggart dimana dalam
penelitian ini memiliki empat komponen yang terdiri dari perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur peningkatan
pemahaman konsep siswa menggunakan tes pemahaman konsep, sedangkan
instrumen yang digunakan untuk mengukur peningkatan proses pembelajaran
menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan siswa serta lembar observasi
harian siswa dan yang terakhir yaitu dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini
terdiri dari 16 siswa kelas V SDN 02 Pasireuirh Lebak-Banten.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pemahaman
konsep setelah diterapkannya model pembelajaran berbasis lingkungan alam pada
mata pelajaran IPA materi siklus air yang ditandai dengan meningkatnya hasil
pemahaman konsep serta adanya perubahan perilaku siswa setelah tindakan
dilakukan tiap siklusnya. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya hasil tes
pemahaman konsep pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I didapatkan rata-rata
kelas sebesar 86, 62 dan meningkat pada sikus II dengan rata-rata kelas sebesar
91,12. Selain itu hasil peningkatan ini diperkuat juga dengan peningkatan pada
perilaku siswa, dimana didapatkan pada siklus I sebesar 65% dan pada siklus II
menjadi 89%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis
lingkungan alam dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA materi siklus air di
kelas V SDN 02 Pasireurih.
Kata Kunci : Model pembelajaran berbasis lingkungan alam, Pemahaman
konsep, IPA.

i
ABSTRACT

Suci Ariani (11150183000060). Application of Natural Environment-Based


Learning Pasireurih Lebak-Banten Village Against Understanding of Class V
Students Concepts on The Water Cycle Material. Madrasah Ibtidaiyah Teacher
Study Program, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic
University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.

This study aims to determine the results and the process of increasing students'
understanding of the concept of the water cycle through natural environment-
based learning in class V SDN 02 Pasireurih Lebak-Banten. This research was
conducted at SDN 02 Pasireurih Lebak-Banten in the 2019/2020 Academic Year.
The method used in this research is the classroom action research (CAR) method
which adapts the Kemmis and McTaggart models which in this study has four
components consisting of planning, action, observation and reflection. The
instrument used to measure the increase in students 'understanding of concepts
using the concept of understanding tests, while the instruments used to measure
the improvement of the learning process using observation sheets of teacher and
student activities as well as students' daily observation sheets and finally the
documentation. The subjects in this study consisted of 16 students of class V SDN
02 Pasireuirh Lebak-Banten.
The results of this study indicate that there is an increase in understanding of
concepts after the application of natural environment-based learning models in
science subjects water cycle material which is characterized by an increase in the
results of understanding the concepts and changes in student behavior after the
actions carried out each cycle. This can be seen from the increase in the results of
the concept understanding tests in cycle I and cycle II. In cycle I, it was found that
the class average was 86, 62 and increased in the second cycle with an average
class of 91.12. In addition the results of this increase were also strengthened by
an increase in student behavior, which was obtained in the first cycle by 65% and
in the second cycle to 89%. This shows that the application of natural
environment-based learning can improve the understanding of the concept of
natural water cycle material in class V SDN 02 Pasireurih.
Keywords: Natural environment based learning model, concept understanding,
science.
Keywords: Learning model based on local wisdom, concept understanding,
science.

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi
ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar sarjana dengan judul
“Penerapan Pembelajaran Berbasis Lingkungan Alam Desa Pasireurih Lebak-
Banten Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Kelas V Pada Materi Siklus Air”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya tidak sedikit
kesulitan yang dialami. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan rasa
terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan berbagai
kontribusi serta motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Ucapan terimakasih khususnya penulis sampaikan kepada :
1. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Khalimi, M.Ag., selaku Dosen Penasehat Akademik Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Asep Ediana Latip, M.Pd., selaku Kepala Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta
4. Dr. Fauzan, MA., selaku Dosen Pembimbing sekaligus orang tua kedua
saya yang telah memberikan waktu dan dengan penuh kesabaran
memberikan bimbingan, arahan serta motivator yang luar biasa sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan maksimal.
5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya dosen-dosen jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) yang telah mendidik dan
mengajarkan ilmu yang bermanfaat.

iii
6. Kepala SDN 02 Pasireurih Lebak-Banten, yang telah memberi izin untuk
dilaksanakannya penelitian serta para wali kelas V yang telah memberikan
dukungan dan waktu untuk melaksanakan penelitian.
7. Staff Perpustakaan Utama Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
8. Ayah dan Ibu tercinta, H. Ali Usin Nasution, S.Pd dan Hj. Elmi Erriani
Nasution yang telah memberikan kasih sayang, doa restu motivasi,
dukungan moril dan materil serta didikan yang keras hingga menjadikan
penulis menjadi lebih mandiri.
9. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
(PGMI) angkatan 2015 yang banyak memberikan warna selama kuliah.
10. Sahabat-sahabat terbaik saya, Windi Yanti, Tri Anzani Ashari,
Khoirunnisa, Dinda Muzdalifah dan Risna Pauziyanasari yang telah
menjadi support system penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman Gerakan Ayo Mengajar, Diyah Alifah Afiani, Anantha Ivan
Wijaya, Annisa Farida Salma, Atqiyatun Nisa, Ustufiarrizqi, Neng Nurlela
yang selalu memberikan semangat, motivasi dan dukungan terhadap
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan terimakasih juga penulis tujukan kepada semua pihak yang namanya
tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis meminta kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulis di masa yang akan datang.

Jakarta, 09 Oktober 2019


Penulis

Suci Ariani
11150183000060

iv
“Skripsi ini saya persembahkan untuk seseorang
yang telah menjadi jantung hidup saya”

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR BAGAN ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................x
DAFTAR DIAGRAM ......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ......................................................4
C. Pembatasan Fokus Penelitian......................................................................4
D. Perumusan Masalah Penelitian ..................................................................5
E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Hasil Penelitian ......................................5
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti .................................................6
1. Teori Pembelajaran ..............................................................................6
2. Pembelajaran Berbasis Lingkungan Alam ..........................................10
3. Pemahaman Konsep IPA ....................................................................13
4. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ...................................................17
B. Materi Siklus Air ......................................................................................18
C. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................................24
D. Kerangka Berpikir.....................................................................................25
E. Hipotesis Tindakan ...................................................................................27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................28
B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian .................................................28
C. Subjek Penelitian ......................................................................................31
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ...............................................31

vi
E. Tahapan Intervensi Tindakan....................................................................31
F. Hasil Intevensi yang Diharapkan ..............................................................32
G. Data dan Sumber Data ..............................................................................33
H. Instrumen Pengumpulan Data ...................................................................33
I. Teknik Pengumpulan Data........................................................................34
J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan ............................................................35
K. Analisis Data dan Interpretasi Data ..........................................................36
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan .....................................................39
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah ...........................................................................................41
B. Deskripsi Data...........................................................................................41
C. Analisis Data ............................................................................................73
D. Pembahasan ..............................................................................................78
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan ..............................................................................................80
B. Implikasi dan Saran ..................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................83
LAMPIRAN .........................................................................................................87

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................24


Tabel 3.1 Kategori hasil N- Gain ...................................................................38
Tabel 3.2 Kategori Hasil Observasi ...............................................................39
Tabel 4.1 Lembar Observasi Guru Siklus I ....................................................49
Tabel 4.2 Lembar Observasi Siswa Siklus I ..................................................51
Tabel 4.3 Lembar Observasi Harian Siswa Siklus I.......................................53
Tabel 4.4 Hasil Pemahaman Konsep Siswa Berkelompok ............................58
Tabel 4.5 Hasil Pemahaman Konsep Siswa Individu ....................................59
Tabel 4.6 Lembar Observasi Guru Siklus II ..................................................65
Tabel 4.7 Lembar Observasi Siswa Siklus II .................................................67
Tabel 4.8 Lembar Observasi Harian Siswa Siklus II .....................................68
Tabel 4.9 Hasil Pemahaman Konsep Siswa Berkelompok ............................71
Tabel 4.10 Hasil Pemahaman Konsep Siswa Individu ....................................72
Tabel 4.11 Rekapitulasi Observasi Aktivitas Guru dan Siswa.........................73
Tabel 4.12 Rekapitulasi Observasi Harian Siswa ............................................75

viii
DAFTAR BAGAN

Tabel 2.1 Kerangka Berfikir...........................................................................26


Tabel 3.1 Tahapan Intervensi Tindakan .........................................................32

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Sirkulasi Air ........................................................................19


Gambar 4.1 Hasil Pemahaman Terjemahan Siklus I .........................................56
Gambar 4.2 Hasil Pemahaman Penafsiran Siklus I............................................57
Gambar 4.3 Hasil Pemahaman Ekstrapolasi Siklus I .........................................58
Gambar 4.4 Hasil Pemahaman Terjemahan Siklus I .........................................70
Gambar 4.5 Hasil Pemahaman Penafsiran Siklus I............................................70
Gambar 4.6 Hasil Pemahaman Ekstrapolasi Siklus I.........................................71

x
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Hasil Observasi Guru Siklus I dan II ............................................74


Diagram 4.2 Hasil Observasi Siswa Siklus I dan II ...........................................75
Diagram 4.3 Hasil Observasi Harian Siswa Siklus I dan II ...............................76
Diagram 4.4 Hasil Pemahaman Konsep Siswa Secara Berkelompok ................77
Diagram 4.5 Hasil Pemahaman Konsep Siswa Secara Berkelompok ................77

xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses pengubahan dari tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan, proses perluasan, dan cara mendidik.1 Sedangkan
menurut Ki Hadjar Dewantara, “Pendidikan adalah upaya untuk memajukan
budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan
hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.” 2
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu
upaya mendewasakan manusia agar dapat menjalankan kehidupannya dengan
sempurna. Pendidikan yang bermutu adalah impian yang ingin didapatkan oleh
semua orang. Pendidikan yang bermutu memiliki karakteristik pembelajaran
yang terkait erat dengan standar isi, standar proses dan standar kompetensi
lulusan. Karakteristik tersebut dapat diperkuat salah satunya dengan
pendekatan ilmiah. Undang-Undang No 22 Tahun 2016 menyebutkan bahwa
prinsip pembelajaran yang dapat digunakan oleh setiap satuan pendidikan,
yaitu pembelajaran yang bersifat ilmiah dengan kata lain menggunakan
pendekatan ilmiah dimana sumber belajar tidak hanya didapatkan dari guru
saja, melainkan bisa didapatkan dari mana saja.3
Salah satu mata pelajaran yang ada Sekolah Dasar adalah Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA). IPA merupakan ilmu pengetahuan yang membahas
tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada
hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.4 Pada
pembelajaran IPA siswa diminta untuk dapat mengkonstruk sendiri hal yang
sedang dipelajarinya. Selain itu pembelajaran IPA bukan hanya sekedar
penentuan dan penguasaan materi saja, namun siswa diharapkan juga dapat

1
Sofyan Tsauri, Hakikat Pendidikan, 2018, h. 3, (file.upi.edu)
2
Ibid., h.3
3
Salinan Lampiran Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Satandar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah, hal. 2
4
Usman Samatowa, Pembelajaran IPA di SD, (Jakarta: Indeks, 2011), h. 3

1
2

memahami konsep yang dipelajari dengan baik dan terampil agar dapat
mengaplikasikannya pada situasi yang relevan dengan kehidupan sehari-
harinya.5
Depdikbud menyebutkan bahwa kompetensi yang diharapkan dari
pembelajaran IPA di tingkat Sekolah Dasar yaitu siswa mampu melakukan
pengamatan objek IPA dengan menggunakan panca indera dan alat sederhana
yang kelak bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya.6
Pengamatan objek yang ada di lingkungan sekitar erat kaitannya dengan
kekayaan yang dimiliki oleh suatu daerah, salah satunya yaitu kekayaan alam.
Pengetahuan mengenai kekayaan alam di lingkungan sekitar dapat membantu
siswa untuk berperilaku hidup bermasyarakat seperti bagaimana cara menjaga
kekayaan alam tersebut. Mengingat pentingnya suatu pemahaman konsep
dalam pembelajaran IPA, maka kemampuan siswa dalam memahami suatu
konsep pada pembelajaran IPA harus ditingkatkan karena dengan memahami
konsep IPA tersebut, siswa mampu menjelaskan kembali materi yang telah
disampaikan guru dengan kalimatnya sendiri dan mampu mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai pembelajaran tersebut,
diperlukan adanya dukungan dari lembaga pendidikan agar siswa mampu
mengkonstruk sendiri ilmu pengetahuannya.
Namun kenyataannya ketika proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
masih banyak pembelajaran yang dilakukan secara konvensional dimana
pembelajaran tersebut masih berpusat pada guru sebagai sumber belajar
dikelas. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di kelas V SDN 02
Pasireurih yang dilakukan pada tanggal 29 – 30 Juli 2019 diperoleh beberapa
permasalahan yang menyebabkan rendahnya pemahaman konsep siswa kelas V
diantaranya yaitu, guru masih menggunakan metode pembelajaran yang
konvensional sehingga siswa terlihat belum mampu menjelaskan serta
menyimpulkan kembali materi yang telah disampaikan oleh guru. Tidak

5
Vinta A. Triani, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, 2018, h. 1, (http://staffnew.uny.ac.id
/upload/132306624/pengabdian/PEMBELAJARAN+IPA+di+SEKOLAH+DASAR.pdf)
6
Depdikbud Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah,
h. 137
3

adanya sumber belajar yang didapatkan siswa melainkan hanya dari guru kelas
saja. Siswa tidak mempunyai buku paket untuk dipakai sehari-hari. Kemudian
minimnya fasilitas belajar siswa yang ada disekolah seperti laboratarium IPA
juga menjadi penyebab rendahnya pemahaman konsep siswa pada
pembelajaran IPA.
Dari beberapa permasalahan pemahaman konsep yang dihadapi oleh siswa
kelas V di SDN 02 Pasireurih mengakibatkan hasil belajar peserta didik
menjadi rendah. Hal ini ditemukan bahwa 65% siswa kelas V mendapatkan
nilai dibawah KKM pada materi IPA yang ditentukan sebesar 70. Guru kelas
selalu melalukan remedial untuk memperbaiki nilai siswa yang berada di
bawah KKM. Perbaikan tersebut bisa dilakukan sebanyak 1, 2, 3 atau lebih
sampai nilai siswa mencapai rata-rata nilai KKM dikelas.
Untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut, perlu adanya suatu
pembaharuan yang dilakukan dalam proses pembelajaran agar tujuan dari
pembelajaran dapat tercapai. Salah satu model pembelajaran yang dapat
digunakan sebagai alternaif untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa
adalah model pembelajaran yang berbasis pada lingkungan alam. Salah satu
materi yang ada di kelas V adalah proses siklus air. Konsep materi ini sangat
berkaitan dengan lingkungan alam dan kehidupan sehari-hari siswa. Proses
pembelajaran yang berbasis pada lingkungan alam ini mengajak siswa untuk
melakukan pengamatan terhadap keadaan yang ada dilingkungan sekitar
mereka, tujuannya untuk mendorong siswa dalam mengintegrasikan hubungan
antara pengetahuan dengan penerapan yang ada di lingkungan masyarakat.
Kekayaan lingkungan alam di sekitar SDN 02 Pasireurih dapat dijadikan bahan
ataupun sumber pembelajaran, diantaranya yaitu sawah yang membentang luas
tepat berada di depan dan di samping sekolah, kemudian hutan-hutan pohon
karet berada tepat di belakang sekolah dan 500 meter dari sekolah terdapat dua
sungai yang membentang yaitu sungai Batu Lele dan sungai Cibuluheun.
Pembelajaran berbasis lingkungan alam ini dilakukan untuk
memperkenalkan siswa mengenai proses siklus air secara langsung. Melalui
pembelajaran berbasis lingkungan alam ini, siswa akan dihadapkan dengan
4

situasi dan kondisi yang ada lingkungan sekitar mereka. Sejalan dengan
pendapat Paulo Faire yang mengatakan bahwa apabila kegiatan pembelajaran
dihadapkan dengan situasi konkret yang ada di sekitar siswa, maka mereka
akan tertantang untuk memecahkan masalah tersebut.7
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat diketahui bahwa
penerapan model pembelajaran berbasis lingkungan alam dapat digunakan
sebagai alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konsep
IPA siswa, khususnya pada materi proses siklus air. Oleh karena itu penelitian
ini diberi judul Penerapan Pembelajaran Berbasis Lingkungan Alam Desa
Pasireurih Lebak-Banten Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Kelas V
Pada Materi Siklus Air.
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
identifikasi area dan fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Minimnya fasilitas belajar siswa, sehingga rendahnya pemahaman konsep
siswa pada materi Ilmu Pengetahuan Alam.
2. Minimnya sumber belajar siswa, sehingga rendahnya pemahaman konsep
siswa pada materi Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Kegiatan mengajar yang dilakukan secara konvensional, sehingga
rendahnya pemahaman konsep siswa pada materi Ilmu Pengetahuan Alam.
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Berdasarkan identifikasi area dan fokus penelitian, maka batasan dalam
penelitian ini akan dibatasi hanya pada poin 3. Untuk membatasi penelitian ini,
maka ada dua aspek yang akan diteliti, yaitu:
1. Kemampuan pemahaman konsep siswa kelas V pada materi siklus air yang
dibatasi hanya sampai pada C3 yaitu pada kemampuan mengaplikasikan.
2. Pembelajaran berbasis lingkungan alam Desa Pasireurih pada materi siklus
air.

7
Hadi Susanto, Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal, 2018, h. 2, (https://bagawanabiyasa
.wordpress.com/2018/01/21/pendidikan-berbasis-kearifan-lokal/)
5

D. Perumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan pembatasan fokus penelitian yang telah diuraikan, maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa melalui
pembelajaran berbasis lingkungan alam Desa Pasireurih pada materi siklus
air
2. Bagaimana proses pembelajaran berbasis lingkungan alam Desa Pasireurih
pada materi siklus air.
E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Hasil Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan perumusan masalah penelitian
sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini dibagi kedalam dua aspek, yaitu:
1. Untuk menjelaskan peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa
melalui pembelajaran berbasis lingkungan alam Desa Pasireurih pada
materi siklus air kelas V SD.
2. Untuk menjelaskan proses pembelajaran berbasis lingkungan alam Desa
Pasireurih pada materi siklus air.
Adapun kegunaan hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
masukan kepada beberapa pihak diantaranya, yaitu:
1. Bagi Siswa
Membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan pemahaman
konsep pada materi siklus air kelas V SD.
2. Bagi Guru
Dari penelitian ini dapat memberikan alternatif mengenai model
pembelajaran berbasis lingkungan alam yang memanfatkan lingkungan
sekitar sebagai sumber belajar.
3. Bagi Masyarakat.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan
memberikan kontribusi bagi semua kalangan khususnya masyarakat luas
yang peduli terhadap lingkungan alam yang ada disekitar. Serta yang
terakhir penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu kajian
yang menarik untuk diteliti lebih lanjut dan mendalam.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Teori Pembelajaran
Teori belajar sangat penting didalam dunia pendidikan, khususnya untuk
membantu guru dalam memahami bagaimana siswa ketika belajar. Menurut
Wheleer “teori belajar adalah suatu prinsip umum yang berkaitan dengan
peristiwa belajar”.8 Tujuannya tidak lain agar proses pembelajaran dikelas
menjadi lebih efektif, efesien dan produktif. Pemahaman mengenai teori
belajar akan membantu guru dalam melakukan evaluasi selama proses
pembelajaran, baik untuk guru itu sendiri atau untuk peserta didik di kelas.
Teori belajar dikembangkan berdasarkan pada ilmu psikologi. Teori
belajar berkaitan dengan pengetahuan, siswa, dan proses belajar-mengajar.
Sepanjang sejarah perkembangan teori belajar, setidaknya terdapat tiga kali
pergantian paradigma, diantaranya yaitu paradigma behavioristik, paradigma
kognitif, dan yang terakhir yaitu paradigma konstruktivis.
Teori belajar behaviorisme mengatakan bahwa seseorang dikatakan belajar
apabila telah mengalami perubahan pada tingkah laku (perilaku) sebagai hasil
dari pengalaman. Teori ini juga mengatakan bahwa perubahan perilaku dapat
diamati, diukur, dan diukur secara konkret. Teori belajar kognitivistik
menekankan pada proses belajar, dimana siswa mengolah informasi dengan
menggunakan strategi kognitif. Terakhir adalah teori konstruktivisme, yang
menganggap bahwa belajar merupakan proses mengkonstruksi atau menggali
pengetahuan serta keterampilan yang ada di dalam siswa.
Sejarah teori belajar konstruktivis banyak mengadopsi teori dari Piaget
dan Vygotsky yang menekankan hakikat sosial pembelajaran untuk
meningkatkan perubahan konsep siswa.9 Suatu prinsip terpenting dalam

8
Nyanyu Khadijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT RAJA GRAFINDO PERSADA,
2014), h. 63
9
Robert E. Slavin, Psikkologi Pendidikan Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Indeks, 2011), h.
4

6
7

psikologi pendidikan adalah guru tidak boleh hanya memberikan pengetahuan


kepada siswa saja, melainkan siswa juga harus dapat membangun
pemahamannya sendiri. Menurut Fosnot, “konstruktivisme adalah teori tentang
pengetahuan dan belajar, yang menguraikan apa itu “mengetahui” dan
bagaimana seseorang “menjadi tahu.”10 Sedangkan Robert E. Slavin juga
berpendapat bahwa teori pembelajaran konstruktivis adalah “teori yang
menyatakan bahwa masing-masing pembelajar harus menemukan dan
mengubah informasi yang rumit dengan memeriksa informasi baru terhadap
aturan lama dan merevisi aturan apabila hal itu tidak lagi berguna.” 11
Dari kedua pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa teori
belajar konstruktivisme adalah teori belajar yang menekankan agar siswa dapat
mengkonstruk sendiri informasi yang di dapatkan dengan cara mengaitkan
teori yang lama dengan teori yang baru.
Belajar menurut teori konstruktivis ini dirumuskan dengan penyusunan
pengetahuan melalui pengalaman nyata yang melibatkan siswa dalam kegiatan
kolaboratif bersama orang yang lebih pandai, kemudian melakukan kegiatan
evaluasi dan diakhiri dengan kegiatan interpretasi oleh siswa sendiri. Pada
teori konstruktivis ini terdapat dua pandangan yang mendominasi, yaitu teori
Individual Cognitive Constructivist dengan Sociocultural Contructivist.
a. Konstruktivis Kognitif Individu
Teori pembelajaran konstruktivis kognitif ini dikemukakan oleh Jean
Peaget. Proses belajar pada teori ini mengutamakan interaksi individu dan
teman sebaya, namun tidak mengutamakan interaksi dengan orang dewasa
atau orang yang lebih pintar. Pada teori ini, Piaget mengemukakan periode
tahapan perkembangan kognitif yang berpengaruh terhadap kemampuan
belajar pada anak, diantaranya yaitu:12

10
Nyanyu Khadijah, Op. Cit., h. 80
11
Robert e. Slavin, Op. Cit., h. 4
12
Nyanyu Khadijah, Loc. Cit., h. 83
8

1) Periode sensori motor (sejak lahir sampai usia 2 tahun)


Pada periode ini anak belum mempunyai konsepsi tentang suatu
objek secara tetap, anak hanya mengetahui hal-hal yang ditangkap
oleh inderanya.
2) Periode praoperational (usia 2 tahun sampai usia 7 tahun)
Pada periode ini mulai tumbuh perkembangan kognitifnya, namun
masih terbatas pada hal-hal yang sering dijumpainya.
3) Periode operasi nyata (usia 7 tahun sampai 11 tahun)
Dimana anak telah dapat berpikir konkret. Pada tahap ini biasanya
anak-anak belajar melalui sesuatu konkret yang ada disekitarnya.
4) Periode operasi formal (usia lebih dari 11 tahun)
Pada periode ini anak telah mempunyai pemikiran abstrak pada
bentuk-bentuk yang kompleks
Teori pembelajaran ini menekankan pada kegiatan atau aktivitas yang
ditentukan oleh siswa itu sendiri, dengan arti lain bahwa siswa
menemukan teori melalui pengamatan atau penemuan yang dilakukannya
sendiri. Pemahaman pada teori ini diberi contoh dengan perspektif guru
yang mengatakan bahwa siswa lebih memahami suatu konsep apabila
mereka dapat menemukan konsep itu sendiri dibandingkan dengan mereka
menerima konsep tersebut dari guru.
b. Konstruktivis Sosial
Pembelajaran sosial atau yang disebut dengan Sosiocultural
Constructivist dikemukakan oleh Lev Vygotsky. Vygotsky berpendapat
bahwa pembentukan pengetahuan seorang siswa terbentuk melalui 3
faktor, yaitu faktor primer (kesadaran sosial), faktor sekunder (individu),
dan pertumbuhan kemampuan. Ketiga faktor tersebut dinamakan dengan
teori sosiogenesis. Pendekatan konstruktivisme sosial ini menekankan
bahwa pengetahuan dibangun dan dikonstruksi secara bersama.13
Pembelajaran sosial ini mengajak peserta didik untuk belajar dengan cara

13
Terwujud. com, Teori Belajar Konstruktivisme Sosial, p, h. 1,
(https://www.terwujud.com/2012/01/teori- belajar-konstruktivisme-sosial.html)
9

terlibat langsung dengan aktivitas-aktivitas yang bermakna bersama orang-


orang yang pandai atau orang yang lebih dewasa. Orang-orang pandai atau
orang yang lebih dewasa bisa disebut dengan guru atau teman sebaya. Hal
ini tidak berarti bahwa siswa bersikap pasif dalam perkembangan
kognitifnya, tetapi Vygotsky menekankan pentingnya peran aktif
seseorang dalam mengkonstruk pengetahuan siswa.14
Tujuan dari pembelajaran ini adalah agar siswa dapat berinteraksi
dengan orang lain dalam memperbaiki pemahaman dan pengetahuan yang
mereka miliki serta membantu mereka dalam membentuk pemahaman
tentang orang lain.
Proses pembelajaran yang dapat dilakukan dengan teori ini dengan
cara melibatkan siswa terhadap kegiatan sosial, kemudian terjadilah
konstruksi pengetahuan baru dengan pengetahuan lama yang telah dimiliki
oleh peserta didik. Selama proses kegiatan tersebut guru hanya bertindak
sebagai scaffold yang hanya memberikan bantuan serta bimbingan yang
cukup kepada siswa untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
Pembelajaran konstruktivisme ini menekankan pada proses belajar
bukan mengajar. Siswa didorong untuk melakukan penyelidikan guna
untuk meningkatkan rasa ingin tahu yang ada di dalam diri mereka. Teori
yang dimiliki oleh Vygotsky ini memiliki empat impikasi pendidikan,
diantaranya yaitu:15
1) Guru harus bertindak sebagai scaffold yang memberikan bimbingan
yang cukup untuk membantu anak-anak mencapai kemajuan.
2) Pembelajaran harus selalu berupaya “mempercepat” level penguasaan
terkini anak.
3) Untuk menginternalisasi keterampilan pada anak-anak, pembelajaran
harus berkembang dalam empat fase. Pada fase pertama guru harus
menjadi model dan memberikan komentar verbal mengenai apa yang

14
Lokita Purnamika, “Teori Konstruktivisme dan Teori Sosiokultural Aplikasi dalam
Pengajaran Bahasa Inggris,” Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Malang, Vol.
11, 2016, h. 9
15
Nyanyu Khadijah, Op. Cit., h. 86
10

mereka lakukan dan alasannya. Pada fase kedua, siswa harus berupaya
mengimitasi apa yang dilakukan oleh guru. Pada fase ketiga, guru
harus mengurangi intervensinya secara progresif begitu siswa telah
menguasai keterampilan tersebut. Keempat, guru dan siswa secara
berulang-ulang mengambil peran secara bergiliran.
4) Anak-anak perlu berulang-ulang dihadapkan dengan konsep-konsep
ilmiah agar konsep spontan mereka menjadi lebih akurat dan umum.
Teori pembelajaran konstruktivisme sosial ini sejalan dengan
pembelajaran berbasis lingkungan alam yang diterapkan, dimana siswa
dihadapkan dengan masalah konkret yang ada di lingkungan sekitarnya.
Selain itu siswa juga di dorong untuk terlibat aktif selama pembelajaran.
Pada proses pembelajaran berbasis lingkungan alam ini juga mendorong
siswa untuk berkolaborasi dengan teman sebayanya dalam melakukan
eksperimen di luar kelas mengenai proses siklus air. Peran guru dalam
proses pembelajaran hanya memberikan bimbingan selama pembelajaran
dilakukan di luar kelas.
2. Pembelajaran Berbasis Lingkungan Alam
Lingkungan merupakan tempat hidup kita saat ini. Mulyanto mengatakan
bahwa lingkungan adalah “seluruh faktor luar yang mempengaruhi suatu
organisme; faktor-faktor ini dapat berupa organisme hidup (biotic factor) atau
variabel-variabel yang tidak dapat hidup (abiotic factor).16 UU Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup pada
Pasal -1 menjelaskan bahwa lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya
yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain.17
Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan
merupakan faktor luar yang mepengaruhi perikehidupan dan kesejahteraan
suatu makhluk hidup. Lingkungan yang ada disekitar kita secara umum terbagi

16
Mulyanto, Ilmu Lingkungan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 1
17
Ibid., h. 1
11

kedalam dua jenis, yaitu lingkungan alam dan lingkungan buatan. 18


Lingkungan alam adalah segala sesuatu yang ada di alam dan diciptakan oleh
Tuhan, sedangkan lingkungan buatan adalah segala sesuatu yang dibuat oleh
manusia dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.19
Keberadaan makhluk hidup tidak dapat dipisahkan dari lingkungan, maka dari
itu lingkungan merupakan suatu unsur yang penting dalam kehidupan. “Sikap
dan perilaku manusia akan menentukan baik buruknya kondisi suatu
lingkungan. Sebaliknya, bagaimana manusia memperlakukan lingkungan
dampaknya akan berpengaruh terhadap kualitas kehidupan manusia.”20
Semua lingkungan yang ada di masyarakat dapat digunakan dalam proses
pembelajaran, dimana lingkungan dapat menjadi salah satu faktor penting yang
menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Pembelajaran yang berbasis
lingkungan alam mengacu pada karakteristik siswa pada usia Sekolah Dasar,
dimana dalam pembelajaran ini siswa melakukan kegiatan langsung yang
berhubungan dengan objek yang dipelajari tanpa menggunakan perantara. Pada
pembelajaran berbasis pada lingkungan alam ini, siswa dihadapkan dengan
kondisi langsung yang ada disekitar mereka. Paulo Freire menyebutkan bahwa
apabila pembelajaran siswa dihadapkan dengan masalah serta situasi konkret
yang ada di sekitarnya, maka mereka akan semakin tertantang untuk
memecahkan masalah tersebut.21 Dalam proses pembelajarannya, Adelia juga
berpendapat mengenai sesuatu yang dapat diperoleh siswa ketika melakukan
pembelajaran yang berbasis pada lingkungan alam, yaitu:22
1. Siswa akan dapat beradaptasi dengan lingkungan, alam sekitar, serta
kehidupan masyarakat.

18
Endah Lestari, “Pemanfaatan Lingkungan Alam Sebagai Sumber Belajar Pada
Pembelajaran IPA Di SD Alam Baturraden,” Skripsi pada Sarjana IAIN Purwokerto, Purwokerto,
2018, h. 9, tidak dipublikasikan.
19
Pendidikan Merah Putih, Lingkungan Alam dan Buatan, 2014, h.1,
(http://pendidikanmerahputih.blogspot.com/2014/05/lingkungan-alam-dan-buatan.html)
20
Titik Setyoningsih, “Pengelolaan Pembelajaran IPA Berbasis Lingkungan Di SMPN 1
Gabus-Grobongan,” Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol. 12, 2017, h. 2
21
Hadi Susanto, Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal, 2018, h. 2,
(https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2018/01/21/pendidikan-berbasis-kearifan-lokal/)
22
Herfin Purnamawati, “Pembelajaran Berbasis Lingkungan Sekitar Sekolah Pada Siswa Kelas V
SDN Deyangan 2,” Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol.p, h. 2
12

2. Siswa dapat mengetahui pentingnya keterampilan hidup dan pengalaman


hidup dilingkungan alam sekitar.
3. Siswa akan dapat memiliki apresiasi terhadap lingkungan dan alam yang
ada disekitarnya.
Tahapan pada model pembelajaran berbasis lingkungan alam yang dapat
dilaksanakan oleh guru kelas ini dibagi kedalam tiga tahapan, yaitu:23
1. Langkah pesiapan
Pada tahap ini guru menentukan tujuan pembelajaran yang
diharapkan dapat dicapai oleh siswa setelah melakukan pembelajaran,
menentukan objek yang tepat sebagai sumber lajar siwa.
2. Langkah pelaksanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah belajar di tempat
tujuan sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan. Kegiatan
pembelajaran diawali dengan pemberian teori yang dilakukan guru kepada
siswa untuk membuka wawasan mereka mengenai materi yang akan
dipelajari. Selanjutnya guru mengajak siswa belajar keluar kelas untuk
melihat kondisi langsung lingkungan yang ada disekitar. Kemudian guru
mengaitkan teori yang dipelajari dikelas dengan contoh konkret yang ada
dilingkungan sekitar.
3. Tindak lanjut
Tindak lanjut dari kegiatan ini yaitu guru mengajak siswa kembali
ke kelas untuk menyimpulkan kembali atau mengevaluasi mengenai
pembelajaran yang telah dilakukan selama dilapangan. Selanjutnya guru
memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa seputar pembelajaan
yang telah di lakukan.
Tahapan-tahapan tersebut dapat dilakukan oleh guru untuk melaksanakan
suatu pembelajaran yang berbasis pada lingkungan alam disekitar sekolah.
Sebelum melaksanakan pembelajaran berbasis pada lingkungan alam yang ada

23
Syofindah Ifrianti, “Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sebagai Media Pembelajaran IPS
Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas III MIN 10 Bandar
Lampung,” Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol.3, 2018, h. 6
13

di sekitar SDN 02 Pasireurih, terlebih dahulu guru mengidentifikasi keadaan


lingkungan disekitar sekolah. Sebelah utara dan timur sekolah terdapat sawah,
sebelah selatan terdapat hutan, dan sebelah barat terdapat dua sungai, yaitu
sungai “Batu Lele” dan sungai “Cibuluheun”. Maka dari itu pembelajaran
berbasis pada lingkungan alam sangat cocok diterapkan untuk meningkatkan
pemahaman konsep siswa pada materi siklus air.
Nilai-nilai yang di dapatkan dari model pembelajaran ini yaitu membantu
sisiwa dalam memahami berbagai konsep materi yang disampaikan oleh guru,
sehingga setiap materi yang diterima peserta didik tidak hanya dapat menjadi
sebuah pengetahuan saja, melainkan dapat diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-harinya.
Proses pembelajaran dilakukan oleh guru dengan melakukan apersepsi
terlebih dahulu di dalam kelas mengenai pengertian air tanah dan air
permukaan, kemudian dilanjutkan dengan pemberian pertanyaan oleh guru
menganai proses pembentukan air tanah dan air permukaan dan
menghubungkannya ke dalam fenomena-fenomena yang ada di lingkungan
sekitar. Selanjutnya guru dan siswa melakukan percobaan mengenai proses
pembentukan air tanah dan air permukaan di luar kelas dan menuliskan hasil
percobaannya pada lembar LKS yang telah disediakan oleh guru. Terakhir
siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan mempresentasikan
hasilnya di depan kelas.
Melalui pembelajaran berbasis pada lingkungan alam ini siswa diarahkan
untuk memahami keadaan lingkungan yang ada disekitarnya dengan cara
mengenalkan dan mengamati fenomena-fenomena di lingkungan sekitar untuk
dapat menumbuhkan pemahaman konsep siswa. Guru dapat melakukan proses
pembelajaran di luar kelas agar siswa dapat mengamati langsung keadaan yang
ada disekitarnya, sehingga harapannya siswa mampu menjaga serta melakukan
konservasi terhadap kekayaan dan potensi alam yang ada di sekitar mereka.
3. Pemahaman Konsep IPA
Pemahaman konsep merupakan suatu hal yang penting sebagai dasar
dalam pencapaian hasil belajar siswa. Secara teoritik mengenai kemampuan
14

pemahaman, Bloom berpendapat bahwa “pemahaman merupakan kemampuan


apa yang sedang dikomunikasikan dan mampu mengimplementasikan ide
tanpa harus mengaitkannya dengan ide lain, dan juga tanpa harus melihat ide
itu secara mendalam.”24
Selain itu Pemahaman berhubungan dengan kemampuan menangkap
makna dari suatu konsep dengan kata-kata sendiri.25 Oemar Hamalik
mendefinisikan makna dari pemahaman, yaitu suatu kemampuan dalam
menguasai suatu makna.26 Selain itu Oemar Hamalik juga menyebutkan bahwa
kemampuan pemahaman ini setingkat lebih tinggi dari kemampuan mengingat
suatu makna.
Pemahaman merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan dalam proses
belajar mengajar. Proses pemahaman dapat terjadi ketika siswa sudah
melakukan tahap pengetahuan atau mengenal. Pemahaman dapat diartikan
sebagai kemampuan menerangkan suatu hal dengan kata-kata yang berbeda
dengan yang terdapat dalam buku teks, kemampuan mengintrepetasikan atau
kemampuan menarik kesimpulan.27
Maka dapat disimpulkan bahwa seorang siswa dikatakan telah paham
apabila dia dapat mengorganisasikan dan mengutarakan kembali dengan
bahasa dan kalimatnya sendiri mengenai apa yang telah dipelajari. Siswa tidak
hanya membaca dan menghafal informasi yang diperolehnya saja, melainkan
mereka juga harus bisa menjelaskan informasi tersebut.
Konsep sangat penting untuk manusia, karena dengan konsep seseorang
dapat berkomunikasi dengan sesama, kemudian juga manusai dapat berpikir,
belajar, membaca dan lain sebagainya.
Syaiful Sagala menjelaskan bahwa konsep merupakan buah pemikiran
seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga
melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan teori. Konsep

24
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 69.
25
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 157.
26
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2009), h. 121
27
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009) cet. 9, Ed.
1, h. 79.
15

tersebut diperoleh dari pengalaman-pengalaman yang mengalami abstraksi


yang didefinisikan salah satu rumusan. Rosser menyatakan bahwa konsep
adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek-objek, kejadian-
kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut
yang sama.28
Teori Bloom yang dikutip oleh Purwanto mengatakan bahwa tingkat siswa
dapat dikatakan memahami suatu konsep adalah sebagai berikut:29
1) Pemahaman terjemahan, dapat menjelaskan arti suatu konsep.
2) Pemahaman penafsiran, dapat menghubungkan bagian-bagian terdahulu
dengan yang diketahui berikutnya.
3) Pemahaman Ekstrapolasi, seseorang dikatakan paham apabila mampu
memperluas persepsinya mengenai sesuatu.
Pemahaman konsep merupakan suatu kemampuan seseorang dalam
mendefinisikan atau menyimpulkan sendiri pelajaran yang sudah diterimanya.
Samtowa menjelaskan bahwa kemampuan pemahaman IPA merupakan suatu
kemampuan menyerap, memahami dan menyimpulkan sendiri mengenai
gejala-gejala alam yang ada di sekitar. Peserta didik dianggap telah menguasai
pemahaman konsep materi siklus air apabila mereka sudah dapat menjelaskan
dan membuat suatu kesimpulan dengan bahasa mereka sendiri mengenai materi
siklus air.
Setiap siswa pada tingkat dasar hendaknya memiliki dan menguasai 3
kompetensi yang diharapkan, salah satunya yaitu kompetensi pengetahuan.
Kompetensi pengetahuan ini sendiri terbagi kedalam kemampuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif yang berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni dan budaya. 30 Kemampuan yang diharapkan,
yaitu peserta didik mampu mengaitkan pengetahuan diatas dalam konteks diri

28
Syaiful Sagala, op. cit., h. 73
29
Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), h. 44
30
Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan
Dasar dan Menengah, h. 4
16

sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan alam sekitar, bangsa


dan negara.
1) Faktual
Pengetahuan dasar berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, dan budaya terkait dengan diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat
dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.
2) Konseptual
Terminologi atau istilah yang digunakan, klasifikasi, kategori, prinsip,
generalisasi dan teori yang digunakan terkait dengan pengetahuan teknis
dan spesifik tingkat sederhana berkenaan dengan pengetahuan, teknologi,
seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, dan kawasan regional.
3) Prosedural
Pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu atau kegiatan yang
berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait
dengan diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam
sekitar, bangsa, dan negara.
4) Metakognitif
Pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan
menggunakannya dalam mempelajari ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
dan budaya terkait dengan diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.
Dimensi proses kognitif dalam Taksonomi Bloom menyebutkan bahwa
kemampuan C1 (mengingat) terdiri dari mengenali dan mengingat. Kemudian
kemampuan C2 (memahami) terdiri dari menafsirkan, memberi contoh,
meringkas, menarik, membandingkan dan menjelaskan. Selain itu C3
(mengaplikasikan) terdiri dari menjalankan dan mengimplementasikan.31
Dari uraian sebelumnya mengenai dimensi proses kognitif, maka dalam
penelitian ini hanya memfokuskan pada kemampuan pengetahuan siswa mulai

31
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah, h. 3
17

dari C1 hingga C3 saja, karena kemampuan pemahaman konsep siswa di SDN


02 Pasireurih masih pada tahap yang rendah. Pada kemampuan mengingat
diharapkan siswa mampu mengidentifikasikan prosedural siklus air yang ada di
bumi dan jenis-jenis air yang jatuh ke bumi. Setelah siswa dapat mengingat,
proses selanjutnya adalah siswa mampu memahami materi yang disampaikan
oleh guru. Kemampuan memahami ini terlihat apabila siswa mampu memberi
contoh serta mampu menyimpulkan sendiri mengenai materi siklus air. Selain
itu juga siswa diharapkan mampu mengimplementasikan pengetahuan yang
telah di dapatkan untuk menjaga kelestarian lingkungan di sekitarnya.
4. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Alam atau yang sering disebut dengan pelajaran IPA
(sains) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib pada tingkat
pendidikan dasar. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari bahasa
Inggris yaitu natural science.
Nash dalam bukunya “The Nature of Science” mengatakan bahawa Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu metode untuk mengamati alam
dengan cara menghubungkan suatu fenomena dengan fenomena lainnya
sehingga menghasilkan pemikiran baru tentang objek yang diteliti. 32 Kemudian
Fowler dan Fowler mendefinisikan mengenai IPA, dimana Ilmu Pengetahuan
Alam merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempunyai hubungan dengan
kejadian-kejadian kebendaan, dimana hal tersebut didapat dari hasil
pengamatan, eksperimen dan induksi.33
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam itu sendiri
merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam yang disusun
dari hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.
Hakikatnya program pengajaran IPA ditingkat Sekolah Dasar mampu menarik
minat siswa terhadap dunia yang menjadi tempat tinggal mereka.

32
Usman Samatowa, “Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar,” (Jakarta: PT Indeks, 2011),
Cet.2, h. 3
33
Ni Putu Widiawati, Ketut Pudjawan, I Gd Mangunyasa, “Analisis Pemahaman Konsep
Dalam Pelajaran IPA Pada Siswa Kelas IV SD Di Gugus II Kecamatan Banjar,” e-Jurnal PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 3, 2015, h. pp
18

Tujuan dari adanya pelajaran IPA di Sekolah Dasar yaitu siswa mampu
mengungkapkan dan mengaitkan kejadian-kejadian alam dengan kehidupan
sehari-harinya, selain itu juga diharapkan pelajaran IPA ini mampu
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep IPA siswa.
B. Materi Siklus Air
a. Pengertian Air
Air terdiri dari susunan molekul sederhana yaitu dua atom hidrogen dan
satu atom oksigen atau biasa dikenal dengan rumus H 2O. Air sangat mudah
berubah wujud, sehingga di dalam bumi air dapat dijumpai dalam bentuk cair,
padat dan gas.34 Air merupakan zat atau materi yang sangat penting dalam
kehidupan di muka bumi ini. Seluruh makhluk hidup yang ada di bumi sangat
memerlukan adanya air untuk bertahan hidup, sehingga air bisa dikatakan
sebagai sumber kehidupan. Air merupakan bagian terpenting dari Sumber
Daya Alam non hayati yang terbarukan (dapat diperbaharui).35
b. Proses Sirkulasi Air
Air di bumi secara terus menerus mengalami sirkulasi. Siklus air
merupakan bagian dari ilmu hidrologi. Air yang ada di permukaan laut, danau
atau yang terikat pada permukaan tanah akan menguap akibat dari pancaran
sinar matahari. Proses penguapan ini disebut dengan evaporasi (evaporation).
Kemudian air yang berada di permukaan tanaman juga mengalami penguapan
akibat pancaran sinar dan panas matahari, proses ini disebut dengan trasnpirasi
(transpiration). Air yang menguap akibat dari proses evaporasi dan transpirasi
ini kemudian naik ke atmosfer.36
Uap air di atmosfer akan terkondensasi akibat suhu udara berubah,
sehingga uap air tersebut berubah menjadi partikel-partikel di udara
membentuk awan. Ketika awan sudah tidak mampu menampung air lagi, maka

34
Indarto, Hidrologi Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2010), h. 4
35
Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarief, Tata Ruang Air, (Yogyakarta: CV. ANDI
OFFSET, 2010), h. 2
36
Indarto. loc. cit., h. 5
19

awan akan melepas uap air tersebut dalam bentuk presipitasi (precipitation)
yang berupa hujan dan salju ke permukaan laut atau daratan.
Air hujan yang jatuh sebagian akan langsung menguap ke udara dan
sebagian akan jatuh ke permukaan bumi.37 Kemudian sebagian air hujan yang
jatuh ke permukaan bumi akan diserap masuk ke dalam tanah, kemudian akan
bergerak secara vertikal ke tanah yang lebih dalam dan menjadi bagian dari air
tanah.38
Selain jatuh meresap ke dalam tanah, air hujan yang turun ke permukaan
bumi akan mengalir di permukaan tanah sebagai aliran permukaan. Aliran air
permukaan tersebut ada yang mengalir melalui sungai dan kemudian
dilanjutkan hingga ke laut. Sebagian lagi tersimpan di permukaan tanah dalam
bentuk danau. Sirkulasi air ini akan berlangsung secara terus menerus untuk
menyediakan air bagi makhluk hidup yang tinggal di bumi.

Gambar 2.1
Proses Sirkulasi Air

c. Air Tanah dan Persoalannya


Air tanah (groundwater) berada pada wilayah jenuh di permukaan tanah
yang tidak terkonsolidasi. Proses terbentuknya air tanah dimulai dari jatuhnya
air hujan ke dalam tanah dan kemudian bergerak secara verikal masuk kedalam
tanah. Air tanah berperan sangat penting di bumi. Indonesia terdiri dari dua
musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Air tanah mempunyai peran

37
Kiyotoka Mori, dkk, Hidrologi Untuk Pengairan, (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 1993),
Cet. VII, h. 1
38
Chay Asdak, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2010), h. 8
20

besar sebagai penyedia air di darat ketika musim kemarau berlangsung.


Hendaknya manusia dapat menggunakan dan memanfaatkan air tanah sesuai
dengan prinsip-prinsip hidrologi yang baik agar tidak menimbulkan dampat
negatif bagi diri sediri dan lingkungan.
Dampak negatif pada persoalan air tanah antara lain yaitu pencemaran air,
amblesan tanah serta penurunan muka air tanah.39
1) Pencemaran Air Tanah
Akibat pengambilan air tanah yang intensif di beberapa daerah
dapat menimbulkan pencemaran air tanah, sehingga kualitas air tanah yang
semula baik dapat berubah. Perubahan ini bisa menimbulkan air tanah tidak
lagi dapat digunakan untuk bahan baku air minum. Keruhan serta warna
yang ada di dalam air terjadi karena adanya zat-zat koloid, kehadiran zat
organik, lumpur atau karena tingginya kandungan logam besi dan mangan.
2) Amblesan Tanah
Amblesan tanah diakibatkan karena pengambilan air tanah secara
berlebihan pada lapisan pembawa air (aquifer) yang tertekan. Air tanah
yang tersimpan di dalam pori-pori lapisan penutup aquifer akan terpaksa
keluar dan akibatnya terjadi penyusutan pada lapisan penutup tersebut.
3) Penurunan Muka Air Tanah
Terzhagi mengatakan “Dampak negatif dari pengambilan air tanah
secara berlebihan adalah penurunan muka air tanah. Akibat yang
ditimbulkan dari penurunan muka air tanah adalah penguranagn gaya
angkat tanah sehingga terjadi peningkatan tegangan efektif tanah.” 40
d. Air Permukaan dan Persoalannya
Proses terjadinya air permukaan disaat sebagian air hujan yang jatuh ke
permukaan bumi, akan mengalir di permukaan tanah sebagai aliran permukaan.
Aliran air permukaan tersebut ada yang mengalir melalui sungai dan kemudian
dilanjutkan hingga ke laut. Sebagian lagi tersimpan di permukaan tanah dalam
bentuk danau.

39
Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarief, op. cit., h. 32
40
Ibid., h. 33
21

Selain itu air di permukaan (surface water) didistribusikan kedalam


beberapa tempat, diantaranya yaitu tambak, embung dan waduk. Volume
keseluruhan dari air permukaan tidak lebih dari 0,01% dari air di bumi.41
Persoalan yang terjadi pada air permukaan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu
Too Much, Too Little, dan Too Dirty.
1) Too Much
Berarti di suatu tempat air terlalu berlebih yang biasa terjadi pada
musim penghujan, akibatnya suatu daerah bisa mengalami banjir. Banjir
disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya yaitu banyaknya manusia yang
membuang sampah disungai, akibatnya saat musim penghujan sungai tidak
mampu menampung derasnya air yang datang. Selain itu, banjir juga
disebabkan oleh penebangan atau pencurian pohon. Dimana fungsi pohon
yaitu untuk meresap air hujan yang datang.
2) Too Little
Berarti di suatu tempat air terlalu kurang, yang biasa terjadi pada
musim kemarau. Kekeringan merupakan dampak negatif yang berkaitan
dengan kuantitas air. Kekeringan biasa dijumpai pada musim kemarau
dimana posisi air jauh dari permukaan air.42
Kekeringan berdampak dengan kehidupan makhluk hidup di bumi.
Akibat kekeringan sumber air menjadi berkurang, petani di sawah pun
hampir kehilangan pekerjaan karena tidak adannya cadangan air ketika
musim kemarau.
3) Too Dirty
Berarti sungai terlalu kotor. Air sungai yang kotor bisa disebabkan oleh
ulah tangan manusia, yaitu membuang sampah kesungai atau membuang
limbah hasil pabrik ke sungai. Akibatnya manfaat dari sungai tidak bisa
dirasakan oleh banyak orang, akibat sudah tercemar oleh sampah.

41
Indarto, op. cit., h. 9
42
Chay Asdak, op. cit., h. 245
22

e. Pengelolaan Konservasi Air


Air merupakan bagian terpenting dalam kehidupan, air merupakan sumber
kehidupan untuk seluruh makhluk hidup. Saat ini jumlah pemakaian air tanah
maupun air permukaan sudah sangat banyak, baik untuk kepentingan individu
ataupun lembaga. Pemakaian air secara berlebihan dapat mengakibatkan
dampak buruk untuk kehidupan. Maka dari itu perlu dilakukannya konservasi
sumber daya air untuk menjamin ketersediaannya, sebagaimana air sangat
bermanfaat untuk kehidupan.
Konservasi sumber daya air adalah “upaya memelihara keberadaan serta
keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar senantiasa
tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan
datang.”43 Selain itu Arsyad juga mengemukakan bahwa konservasi air adalah
“penggunaan air yang jatuh le tanah untuk pertanian seefisien mungkin, dan
pengaturan waktu aliran sehingga tidak terjadi banjir yang merusak pada
musim hujan dan cukup air pada waktu musim kemarau.”44
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kenservasi air adalah upaya
memelihara keberadaan air termasuk air hujan yang turun untuk pemanfaatan
makhluk hidup.
Undang-Undang No 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
menyebutkan bahwa kegiatan konservasi sumber daya air ditujukan
untuk:1) menjaga keberlanjutan keberadaan air dan sumber air, termasuk
potensi yang terkandung di dalamnya, 2) menjaga keberlanjutan
kemampuan sumber daya air untuk mendukung perikehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya, 3) menjaga keberlanjutan kemampuan air dan
sumber air untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang
masuk dan dimasukkan ke dalamnya. 45
Konservasi sumber daya air uatamanya dilakukan di sungai, danau,
waduk, rawa, cekungan air untuk sistem irigasi, daerah tangkapan air atau
daerah aliran sungai (DAS), kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam,

43
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air, h.
4
44
Sitanala Arsyad, Konservasi Tanah dan Air, (Bogor: IPB Press, 2012), Cet. III, h. 239
45
Undang-Undang RI, Loc. cit., h. 13
23

kawasan hutan dan kawasan pantai.46 Untuk menjamin kemanfaatan sumber


daya air, maka penyusunan pengelolaan air tanah dan air permukaan harus
dilakukan dengan baik, salah satunya dengan melibatkan peran masyarakat.
Peran masyarakat yang dapat dilakukan dalam pengelolaan sumber daya
air antara lain, yaitu:47
1) Menghemat air
Dalam hal ini setiap masyarakat berkewajiban untuk menghemat air
khsusnya pada pemakaian air di lingkungan rumah. Diantaranya yaitu
dengan mematikan kran air apabila sudah tidak digunakan, dan
menggunakan air untuk keperluan sehari-hari dengan secukupnya.
2) Menjaga ekosistem hutan
Menjaga ekosistem hutan adalah kewajiban seluruh warga
Indonesia tanpa terkecuali. Salah satunya yaitu menjaga kelestarian hutan
dengan tidak menebang pohon secara sembarangan. Karena salah satu
fungsi hutan adalah untuk tempat penyimpanan air.
3) Membuat lubang biopori
Lubang biopori terbuat dari pipa dengan panjang kira-kira 100 cm
dengan membuat lubang-lubang kecil di sisi permukaan serta memasukkan
tumbuhan ke dalam pipa tersebut. Tujuannya untuk membuat tempat
resapan air, mencegah terjadinya banjir dan mengatasi genangan air.
4) Mencegah pencemaran air
Setiap warga negara Indonesia berkewajiban untuk menjaga
kelestarian air yaitu dengan tidak membuang sampah ke sungai, karena
dengan membuang sampah di sungai, maka air sungai akan tercemar dan
tidak berfungsi selayaknya.

46
Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarief, op. cit., h. 170
47
Pusat Ilmu Geografi Indonesia, Konservasi Sumber Daya Air di Indonesia, 2018, h. 1
(https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hidrologi/konservasi-sumber-daya-air)
24

C. Hasil Penelitian yang Relevan


Tabel 2.1
Hasil Penelitian yang Relevan
No Variabel Persamaan Perbedaan Hasil
1. Strategi REACT Pemahaman Strategi Peningkatan
untuk konsep dan REACT pemahaman
meningkatkan Penelitian konsep yang
pemahaman konsep Tindakan signifikan
siswa.48 Kelas.
2. Media MONERGI Pemahaman Media Peningkatan
untuk konsep MONERGI kemampuan
menumbuhkan dan metode pemahaman
kemampuan penelitian yang konsep yang
pemahaman konsep digunakan Signifikan
siswa.49 Research and
Development
3. Pemanfaatan Pemanfaatan Meningkatkan Peningkatan
lingkungan sekitar lingkungan aktivitas dan aktivitas dan
untuk sekitar. hasil belajar hasil belajar
meningkatkan peserta didik. peserta didik
aktivitas dan hasil yang
belajar peserta signifikan
didik. 50

4. Pengelolaan Pembelajaran Penelitian Pengelolaan

48
Cahya Permatasari, “Penerapan Strategi REACT Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep Materi Energi Siswa Kelas IV SDN Perumnas BP,” Skripsi pada Sarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2017, h. 77, tidak dipublikasikan.
49
Siti Ulfaeni, dkk, “Pengembangan Media MONERGI (Monopoli Energi) Untuk
Menumbuhkan Kemampuan Pemahaman Konsep IPA Siswa SD,” Profesi Pendidikan Dasar, Vol.
4, 2017, h. 141
50
Syofindah Ifrianti, “Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sebagai Media Pembelajaran IPS
Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas III MIN 10 Bandar
Lampung,” Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol.3, 2018, h. 12
25

pembelajaran berbasis bersifat pembelajaran


berbasis lingkungan. kualitatif. yang dimulai
lingkungan.51 dari
perencanaan,
pelaksanaan,
dan evaluasi.

D. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran yang bersifat konvensional masih sering dilakukan
oleh beberapa guru di tingkat Sekolah Dasar khususnya pada guru IPA.
Penyampaian materi dengan metode yang konvensional menjadi hal yang
monoton sehingga menyulitkan siswa dalam memahami suatu meteri yang
disampaikan. Faktanya masih banyak guru yang belum memahami serta
menerapkan model pembelajaran kreatif di kelas.
Hakikatnya guru sebagai jembatan siswa dalam belajar mampu
menerapkan berbagai macam model pembelajaran di dalam kelas. Model
pembelajaran IPA yang diharapkan adalah model pembelajaran yang mampu
memberdayakan potensi serta pengetahuan siswa dalam mengenali dan
mencintai lingkungan alam disekitarnya, maka dari itu model pembelajaran
berbasis pada lingkungan alam dianggap sangat cocok dalam menyampaikan
materi IPA.
Tahapan pembelajaran berbasis lingkungan alam berjalan beriringan
dengan indikator kemampuan pemahaman konsep.
Adapun kerangka berpikir yang dapat digambarkan dalam penelitian
adalah sebagai berikut:

51
Titik Setyoningsih, “Pengelolaan Pembelajaran IPA Berbasis Lingkungan Di SMPN 1
Gabus-Grobongan,” Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol. 12, 2017, h. 4
26

Kondisi Guru menyampaikan Kurangnya


Awal materi dengan pemahaman
metode konvensional konsep IPA
siswa

Tindakan Menggunakan Pembelajaran Berbasis Lingkungan Alam

Tahapan dalam Pembelajaran Indikator Pemahaman Konsep :


Berbasis Lingkungan Alam

 Persiapan  Pemahaman Terjemahan


 Pelaksanaan  Pemahaman Penafsiran
 Tindak Lanjut  Pemahaman Ekstrapolasi

Siklus 1 Siklus 2

Perencanaan menggunakan model Perencanaan menggunakan model


pembelajaran berbasis lingkungan alam pembelajaran berbasis lingkungan alam

Tindakan dan Observasi Tindakan dan Observasi

Evaluasi Evaluasi

Refleksi Refleksi

Pemahaman konsep IPA materi siklus air kelas V


Kondisi Akhir SDN 02 Pasireurih meningkat.

Bagan 2.1
Kerangka Berfikir
27

E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian tentang pembelajaran berbasis lingkungan alam dan
pemahaman konsep IPA di tingkat dasar, maka dapat dipahami bahwa dalam
proses pembelajaran diperlukan adanya suatu model pembelajaran. Dimana
model pembelajaran tersebut adalah pembelajaran berbasis lingkungan alam.
Sebagaimana telah diuraikan diatas, maka hipotesis tindakan dari
penelitian ini yaitu penerapan pembelajaran berbasis dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa kelas V SDN 02 Pasireurih pada materi siklus air.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini mengambil tempat di SDN 02 Pasireurih yang berada di
kampung Kdujolang Desa Pasireurih Kecamatan Muncang Lebak-Banten.
Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan . Tahap wawancara
dan observasi dimulai pada tanggal 29 Juli sampai 30 Juli 2019. Kegiatan
penelitian dimulai pada tanggal 13 Agustus sampai 21 Agustus 2019 pada
semester I tahun ajaran 2019/2020. Analisis data dilaksanakan mulai tanggal
23 Agustus sampai 30 Agustus 2019. Laporan penelitian dilaksanakan mulai
tanggal 2 September sampai 27 September 2019.
B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian
Metode penelitian adalah cara ilmiah yang dilakukan seseorang untuk
mendapatkan suatu data dengan maksud dan tujuan tertentu.52 Untuk itu
metode yang dilakukan oleh peneliti saat ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Penelitian Tindakan Kelas atau yang biasa disebut dengan Classroom
Action Research (CAR) merupakan sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan
dikelas.
PTK atau Classroom Action Research (CAR) merupakan sebuah
rangkaian tindakan yang dilakukan oleh guru kelas untuk memecahkan
masalah-masalah yang terjadi di kelas.53 McNiff mendefinisikan mengenai
hakikat PTK adalah sebuah bentuk penelitian yang dilakukan secara sadar oleh
guru untuk kemudian hasilnya dapat dimanfaatkan untuk pengembangan dalam
mengajar di kelas.54 Selain itu Mc Taggart juga mendefinisikan mengenai
hakikat dari PTK yaitu suatu pendekatan untuk meningkatkan mutu proses
belajar-mengajar dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan pendekaan,

52
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2006), h. 2
53
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:
PT. Indeks, 2012), Cet. V, h. 9
54
Ibid., h. 8

28
29

metode atau strategi pembelajaran sehingga dapat memperbaiki proses dan


hasil pendidikan pembelajaran.55
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas ini
harus berawal dari sebuah masalah dalam proses pembelajaran dimana guru itu
sendiri yang mempunyai keinginan untuk memperbaiki dan memecahkan
masalah tersebut melalui pendekatan, strategi atau metode pembelajaran yang
lebih baik. Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian yang bersifat
kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bersifat kuantitatif, dimana
uraiannya bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata.56 Contoh data kuantitatif
adalah angka hasil belajar dan contoh data kualitatif adalah kalimat-kalimat
yang menggambarkan ekspresi siswa tentang tingkat pemahamannya mengenai
suatu konsep. Bentuk penelitian tindakan kelas pada penelitian ini termasuk
kedalam bagian PTK Administrasi Sosial Eksperimental dimana dalam
penelitian ini guru tidak dilibatkan dalam perencanaan, aksi dan refleksi
terhadap praktik pembelajarannya didalam kelas. Tanggung jawab penuh
penelitian tindakan terletak pada pihak luar meskipun objek penelitian terletak
didalam kelas guru tertentu.57
Rancangan siklus yang digunakan mengikuti model Kemmis dan Mc.
Taggart dimana dalam penelitian ini memiliki empat komponen yang terdiri
dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Dimana dalam model ini
komponen tindakan dan pengamatan dalam model ini disatukan.58 Dengan
demikian keempat kompenen tersebut dinamakan sebagai siklus.
Dalam pelaksanaan jumlah siklus disesuaikan pada tingkat
penyelesainnya. Apabila tindakan yang dilakukan oleh pendidik dirasa sudah
tercapai, maka penelitian bisa dihentikan. Berikut tahapan siklus pada
Penelitian Tindakan Kelas ini.

55
Suharsimi, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2012), Cet. XI, h. 195
56
Masnur Muslich, Melaksanakan PTK Itu Mudah (Classroom Action Research) Pedoman Praktis
Bagi Guru Profesional, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2016), Cet IX, h. 46
57
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 210
58
Ibid., h. 20
30

1. Tahap Perencanaan (planning)


Tahap perencanaan adalah tahap menyusun rancangan tindakan
yang akan dilakukan guru selama pembelajaran di dalam kelas. Tahap
perencanaan yang dilakukan adalah membuat skenario pembelajaran atau
yang disebut dengan RPP. Selanjutnya peneliti membuat Lembar Kerja
Siswa (LKS) untuk mengetahui hasil proses dari pembelajaran. Terakhir
peneliti membuat lembar observasi guru dan siswa serta lembar observasi
harian siswa untuk mengamati ativitas pada saat pelaksanaan pembelajaran
berlangsung.
2. Tahap pelaksanaan (actuating)
Tahap pelaksanaan adalah tahap dalam melaksanakan tindakan di
kelas. Tahap ini merupakan implementasi dari tahap perencanaan yang
sebelumnya sudah dibuat. Dalam tahap ini, peneliti melaksanakan proses
pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang telah dibuat pada RPP
dan memberikan LKS sebagai penunjang dalam pembelajaran.
3. Tahap pengamatan (observing)
Tahap pengamatan dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa
selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar
observasi dan catatan lapangan yang telah dibuat sebelumnya. Tahapan ini
berfungsi untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan dengan rencana
pelaksanaan tindakan yang telah dibuat oleh peneliti, dengan harapan agar
terjadi perubahan setelah tindakan tersebut diberikan.
4. Tahap refleksi (reflecting)
Tahap ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. Tahapan refleksi ini
digunakan untuk mengevaluasi apa saja yang telah terjadi selama tindakan
dilakukan. Hasil dari tahapan refleksi ini dgunakan untuk mencari solusi
dalam mengatasi masalah atau kekurangan yang terjadi saat tindakan
dilaksanakan, selain itu juga sebagai acuan untuk siklus berikutnya.
31

Setelah semua informasi dan data pada siklus pertama terkumpul, maka
selanjutnya akan dilakukan evaluasi untuk dicari permasalahan yang belum
terselesaikan, dan kemudian dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.
C. Subjek Penelitian
Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas V SDN
02 Pasireurih tahun pelajaran 2019/2020. Jumlah peserta didik dalam
penelitian ini sebanyak 16 orang. Adapun jumlah siswa laki-laki sebanyak 8
orang dan siswa perempuan sebanyak 8 orang.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pelaksana penelitian yang
dimulai dari merencanakan hingga menganalisis data yang dihasilkan selama
penelitian berlangsung. Selama pelaksanaan penelitian ini peneliti
berkolaborasi dengan teman sejawat sebagai pengamat (observer).
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Tahapan intervensi tindakan yang akan dilakukan selama proses penelitian
tndakan dilakukan mulai dari siklus I hingga siklus II adalah sebagai berikut:
32

Pra Penelitian
Wawancara dengan guru dan observasi kegiatan pembelajaran

Siklus I Siklus II

Perencanaan Perencanaan
Membuat RPP, LKS, soal pretest dan Membuat RPP, LKS, soal pretest dan
posttest, lembar aktivitas guru dan posttest, lembar aktivitas guru dan
siswa, lembar observasi harian siswa. siswa, lembar observasi harian siswa.

Pelaksanaan dan Pengamatan Pelaksanaan dan Pengamatan


Pelaksanaan tindakan menggunakan Pelaksanaan tindakan menggunakan
model pembelajaran berbasis model pembelajaran berbasis
lingkungan alam. Guru mengamati lingkungan alam. Guru mengamati
proses belajar siswa dan observer proses belajar siswa dan observer
mengamati aktivitas guru dan siswa mengamati aktivitas guru dan siswa
selama pembelajaran. selama pembelajaran.

Refleksi Refleksi
Analisis data dan melakukan evaluasi Peneliti bersama observer
untuk siklus II. menganalisis proses dan hasil
pemahaman konsep di siklus II.
Apabila belum berhasil, peneliti
merencanakan untuk siklus berikutnya

Bagan 3.1
Tahapan Intervensi Tindakan

F. Hasil Intervensi yang Diharapkan


Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan
pemahaman konsep IPA siswa pada materi siklus air melalui pembelajaran
berbasis lingkungan alam. Penelitian ini dianggap telah berakhir atau selesai
apabila indikator yang diharapkan telah tercapai, berikut adalah indikator
kedua indikator tersebut:
33

1. Indikator keberhasilan peserta didik secara individu maupun kelompok


mengalami ketuntasan pemahaman konsep IPA pada materi siklus air
sebanyak 100% dengan rata-rata kelas diatas 70
2. Indikator proses pembelajaran IPA pada materi siklus air berada pada
kategori baik.
G. Data dan Sumber Data
Data yang diperoleh dalam penelitian berupa lembar penilaian tes
pemahaman konsep pada materi siklus air, lembar observasi aktivitas guru dan
siswa serta lembar observasi harian siswa yang dilakukan oleh guru.
Sumber data pada penelitian ini adalah peserta didik kelas V SDN 02
Pasireurih Lebak-Banten, peneliti, dan teman sejawat (observer).
H. Instrumen Pngumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1 Lembar Wawancara
Lembar wawancara yang dilakukan saat pra penelitian ini
digunakan untuk mengetahui kurikulum sekolah, sarana dan prasarana,
media pembelajaran di kelas, model dan strategi pembelajaran, kondisi
dan minat belajar siswa, serta nilai rata-rata siswa yang ada dibawah dan
diatas KKM. Kegiatan wawancara ini dilakukan peneliti pada tahap pra
penelitian, tujuannya untuk mengetahui masalah-masalah yang ada di
dalam kelas maupun disekolah.
2 Lembar Observasi
Lembar Observasi ini digunakan dalam dua tahap selama
penelitian, adapun yang pertama yaitu lembar observasi saat pra
penelitian, tujuannya sebagai tindak lanjut dari wawancara yang telah
dilakukan dengan guru kelas. Sedangkan lembar observasi yang kedua
digunakan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, tujuannya untuk
melihat serta mengukur aktivitas yang dilakukan siswa dan guru selama
kegiatan pembelajaran berlangsung.
34

3 Lembar Kerja Siswa


Lembar Kerja Siswa ini diberikan kepada siswa selama proses
pembelajaran menggunakan tindakan berlangsung. LKS ini digunakan
untuk mengukur pemahaman konsep siswa secara berkelompok.
4 Lembar Tes
Lembar tes diberikan kepada siswa untuk mengukur kemampuan
pemahaman konsep IPA pada materi siklus air. Tes yang diberikan kepada
siswa sebanyak 15 butir soal berupa pilihan ganda. Tes pemahaman
konsep ini dilaksanakan sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan
tindakan pada tiap siklusnya.
5 Lembar Observasi Harian Siswa
Lembar observasi harian siswa ini dibuat dan digunakan sendiri
oleh peneliti untuk mengetahui perubahan sikap serta perilaku siswa saat
pembelajaran menggunakan tindakan dilakukan. Aspek yang diamati
adalah percaya diri, kerjasama, tanggung jawab dan perubahan pola pikir
siswa.
6 Dokumentasi
Dokumentasi digunakan sebagai bukti otentik proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan oleh peneliti. Peneliti dibantu oleh teman sejawat
dalam mendokumentasikan proses pembelajaran.
I. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan
dengan dua cara yaitu teknik tes dan nontes. Tes merupakan suatu cara yang
dilakukan oleh guru untuk mengukur prestasi belajar peserta didik.59 Pada
penelitian ini hasil tes digunakan untuk mengukur hasil pemahaman konsep
IPA siswa secara secara berkelompok mengunakan LKS dan kemudian
diperkuat dengan menggunakan tes yang dilakukan secara individu untuk
mengukur pemahaman konsep siswa. Teknik pengumpulan data melalui LKS
yang diberikan kepada siswa peneliti mengkonsultasikannya kepada dosen

59
Zainal Arifin, “Evaluasi Pembelajaran”, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h.
118
35

pembimbing. Sedangkan teknik penumpulan data melalui tes peneliti


melakukan uji validitas, uji reabilitas, uji tingkat kesukaran dan uji daya
pembeda soal terhadap soal-soal yang akan diberikan kepada siswa. Peneliti
memberikan soal pre-test dan post-test sebanyak 15 soal ditiap siklusnya.
Teknik nontes yang didapatkan peneliti berupa wawancara dan observasi.
Wawancara merupakan kegiatan pendahuluan yang dilakukan oleh seorang
peneliti untuk menemukan suatu permasalahan yang harus diteliti.60 Sedangkan
observasi merupakan kegiatan pengamatan secara sistematis untuk
mendapatkan suatu tujuan tertentu.61 Teknik nontes observasi dilakukan
peneliti dengan menganalisis keterlaksanaan pembelajaran berbasis lingkungan
alam yang diterapkan oleh peneliti pada tindakan ini.
J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan
Instrumen penelitian yang berupa tes hendaknya mampu menjadi alat ukur
dari keberhasilan penelitian ini, maka soal tes yang dibuat oleh peneliti perlu
memperhatikan dua hal yaitu tes harus valid dan realibel. Margono mengatakan
bahwa suatu tes bisa dikatakan valid apabila “tes tersebut mampu
mengungkapkan aspek yang diselidiki secara tepat, dan suatu tes dikatakan
reliabel apabila tes tersebut mampu memerikan hasil yang relatif tetap apabila
dilakukan secara berulang pada kelompok individu yang sama” 62
Sebelum instrumen penelitian ini dilaksankaan, terlebih dahulu peneliti
mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing mengenai soal-soal yang akan
diberikan kepada siswa, baik berupa soal pada Lembar Kerja Siswa atupun soal
pilihan ganda. Setelah itu peneliti menguji soal-soal pilihan ganda tersebut
kepada kaka tingkat subjek penelitian yaitu tepatnya pada kelas VI.
Selanjutnya peneliti menguji kelayakan soal-soal tersebut menggunakan
ANATES versi 4.

60
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”, (Bandung:
ALFABETA, 2006), h. 154
61
Zainal Arifin, Loc.Cit, h. 152
62
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 171
36

1. Uji Validitas
Validitas merupakan suatu instrumen atau alat ukur yang tepat,
maka instrumen yang digunakan harus benar-benar tepat untuk mengukur
sesuatu yang harus diukur. 63 Perhitungan validitas soal ini menggunakan
ANATES versi 4.
2. Uji Reabilitas
Reabilitas suatu instrumen menunjuk kepada ketetapan,
konsistensi, atau stabilitas instrumen yang dilakukan.64 Perhitungan
reliabilitas soal ini menggunakan ANATES Versi 4.
3. Uji Tingkat Kesukaran
Suatu tes dapat dikatakan baik apabila tes tersebut mempunyai
taraf kesukaran tertentu sesuai dengan karakteristik peserta tes.
Perhitungan tingkat kesukaran soal ini menggunakan ANATES versi 4.
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal merupakan uji soal dalam membedakan
kemampuan antara peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi dengan
peserta didik yang memiliki kemampuan rendah. Perhitungan daya
pembeda soal ini menggunakan ANATES Versi 4.
K. Analisis Data dan Interpretasi Data
Dalam penelitian ini terdapat dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik
tes dan nontes. Adapun teknik tes yang digunakan adalah soal pre test dan post
test untuk individu dan Lembar Kerja Siswa untuk kelompok, sedangkan
teknik non tes berupa observasi.
1. Analisis Lembar Kerja Siswa
Analisis Lembar Kerja Siswa ini menggunakan penskoran.
Pedoman penskoran adalah pedoman yang digunakan untuk menentukan

63
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam
Departemen Agama RI, 2009), h. 245
64
Muri, Yusuf, Asesmen dan Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Fajar Interpratama, 2015) h.
59
Mardapi, Pengukur Penelitian & Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: Nuha Medika, 2012)
h. 51
37

skor hasil penyelsaian pekerjaan siswa.65 Berikut adalah rumusan


penskoran tersebut:

Menurut Sumaryanta pedoman penskoran untuk menilai hasil kerja siswa


adalah sebagai berikut.66
Kriteria Skor
5 3 1
Mampu menjelaskan Menjelaskan Menjelaskan Tidak
mengenai pengertian dengan lengkap namun menjelaskan
Sumber Daya Alam kurang
beserta contohnya. lengkap
Mampu menjelaskan Menjelaskan Menjelaskan Tidak
manfaat dari Sumber dengan lengkap namun menjelaskan
Daya Air bagi kurang
kehidupan sehari- lengkap
hari.
Mampu menjelaskan Menjelaskan Menjelaskan Tidak
hasil pengamatan dengan lengkap namun menjelaskan
mengenai proses kurang
terbentuknya air lengkap
tanah dan air
permukaan.
Mampu menjelaskan Menjelaskan Menjelaskan Tidak
persoalan air tanah dengan lengkap namun menjelaskan
dan air permukaan. kurang
lengkap
Mampu menjelaskan Menjelaskan Menjelaskan Tidak
penyebab persoalan dengan lengkap namun menjelaskan

65
Sumaryanata, “Pedoman Penskoran”, Indonesian Digital Journal of Mathematis and
Education, Vol. 2, 2015, h. 182
66
Ibid., h. 189
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penlitian yang telah dilakukan selama kurang lebih dua
bulan, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep siswa kelas V SDN 02
Pasireurih dapat meningkat dengan adanya penerapan pembelajaran yang
berbasis pada lingkungan alam yang ada di sekitar sekolah. Penerapan
pembelajaran berbasis lingkungan alam dapat meningkatkan pemahaman
konsep siswa yang terlihat dari perolehan rata-rata pemahaman konsep siswa
secara berkelompok sebesar 83,5 dan diperkuat dengan tes secara individu
pada siklus I sebesar 86, 62 dengan ketuntasan belajar siswa sebesar 100%
dan rata-rata observasi harian siswa pada siklus I sebesar 65% dengan kategori
cukup. Pada siklus I intervensi yang diharapkan belum tercapai. Pada siklus II
rata-rata pemahaman konsep siswa secara berkelompok sebesar 93,5 dan
diperkuat dengan tes yang dilakukan secara individu sebesar 91, 12 dengan
ketuntasan belajar siswa sebesar 100% dan rata-rata observasi harian siswa
pada siklus II sebesar 89% dengan kategori sangat baik.
Hal ini menujukkan bahwa pada siklus II mengalami peningkatan rata-rata
hasil belajar dengan ketuntasan 100% meningkat serta peningkatan perubahan
perilaku siswa dari aspek percaya diri, kerjasama, tanggung jawab dan
perubahan pola pikir yang dapat dilihat dari hasil presentase skor observasi
harian siswa tiap pertemuan berada pada kategori sangat baik. Hal ini sesuai
dengan intervensi yang diharapkan yaitu, indikator keberhasilan peserta didik
kelas V SDN 02 Pasireurih mengalami ketuntasan pemahaman konsep IPA
pada materi siklus air sebanyak 100% dengan rata-rata kelas diatas 70 dan
indikator proses pembelajaran IPA pada materi siklus air berada pada kategori
baik.
B. IMPLIKASI DAN SARAN
Dengan adanya proses pembelajaran yang menerapkan model
pembelajaran berasis lingkungan alam dapat meningkatkan pemahaman

80
81

konsep materi siklus air siswa kelas V SDN 02 Pasireurih, maka penelitian ini
memberikan manfaat kepada beberapa pihak, diantaranya sebagai berikut:
1. Bagi sekolah
a. Sekolah mengalami perbaikan dari satu sisi karena mampu
mengatasi masalah belajar siswa yang ada di kelas V.
b. Diharapkan dapat menyediakan sarana serta prasarana berupa
laboratarium sekolah dan buku penunjang siswa dalam belajar
untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar.
2. Bagi guru
a. Sebagai bahan referensi mengenai model pembelajaran baru yang
dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran dengan memberikan
contoh konkret masalah yang ada dan cara mengatasinya.
b. Diharapkan agar dapat mengembangkan model pembelajaran
berbasis lingkungan alam atau model pembelajaran lain yang lebih
kreatif dan konkret dalam menyampaikan materi pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam, sehingga pemahaman siswa dapat
meningkat.
3. Bagi siswa
a. Dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam, karena model pembelajaran berbasis
lingkungan alam dapat memberikan contoh konkret mengenai
materi pembelajaran yang diterapkan.
b. Diharapkan siswa akan terbiasa dengan model pembelajaran lain
yang lebih kreatif dan inovatif.
4. Bagi peneliti
a. Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai acuan serta gambaran
menjadi guru professional yang selalu melakukan penelitian untuk
mengatasi masalah yang ada di kelas.
b. Memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan dalam mengajar dikelas.
82

c. Diharapkan dapat menerapkan beragam variasi model


pembelajaran lainnya yang lebih inovatif. Selain itu diharapkan,
model pembelajaran berbasis kearifan lokal ini dapat digunakan
untuk materi atau pembelajaran yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ridwan. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016

Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta:


Bumi Aksara, 2006

Arsyad, Sitanala. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press, 2012

Asdak, Chay. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press, 2010

Depdikbud Nomoe 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menegah

E, Slavin. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks, 2011

Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.


Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009

Hake, Richard. Analyzing Change/Gain Score. Dept. Of Physics, Indiana


University

Ifrianti, Syofindah. Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sebagai Media


Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Peserta Didik Kelas III MIN 10 Bandar Lampung. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Dasar. 3, 2018

Indarto. Hidrologi Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi. Jakarta :
PT Bumi Aksara, 2010

Karyadi, Bhakti dkk. “Pembelajaran Sains Berbasis Kearifan Lokal Pada Sekolah
Menengah Pertama di Wilayah Bengkulu Selatan” Disampaikan pada
Seminar Nasional Pendidikan Sains. 22 Oktober. Malang. 2016

Khadijah, Nyanyu. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014

Khusna, Naela dan Shufa, Faela. Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di


Sekolah Dasar: Sebuah Kerangka Konseptual. Jurnal Ilmiah
Kependidikan. 1, 2018

Kodoatie, Robert dan Sjarief, Roestam. Tata Ruang Air. Yogyakarta: CV. Andi
OFFSET, 2010

83
84

Kusumah, Wijaya, dan Dwitagama, Dedi. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.


Jakarta: PT Indeks, 2012

Lestari Endah. “Pemanfaatan Lingkungan Alam Sebagai Sumber Belajar Pada


Pembelajaran IPA Di SD Alam Baturraden ,” Skripsi pada Sarjana IAIN
Purwokerto: 2018. Tidak dipublikasikan

Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2011

Mannan, Nur dkk. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Kearifan


Lokal Untuk Mengembangkan Karakter Positif Siswa SD. Jurnal Inovasi
dan Pembelajaran Fisika. 2, 2015

Mardapi, Djemari. Pengukur Penelitian & Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta:


Nuha Medika, 2012

Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2007

Mori, Kiyotaka dkk. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: PT Pradaya Paramita,


1993

Mukti, Suroso. Biologi konservasi Konsep Dasar dan Pembelajaran di Sekolah


Berbasis Kearifan Lokal. Semarang: Untirta Press, 2015

Mulyanto. Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007

Muslich, Masnur. Melaksanakan PTK Itu Mudah (Classroom Action Research)


Pedoman Praktis Bagi Guru Profesional. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2016

Pendidikan Merah Putih. “Lingkungan Alam dan Buatan”,


(http://pendidikanmerahputih.blogspot.com/2014/05/lingkungan-alam-
dan-buatan.html) 24 Oktober 2019

Permatasari, Cahya. “Penerapan Strategi REACT Untuk Meningkatkan


Pemahaman Konsep Materi Energi Siswa Kelas IV SDN Perumnas BP,”
Skripsi pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2017. Tidak
dipublikasikan

Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan


Pendidikan Dasar dan Menengah

Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar


dan Menengah
85

Purnamika, Lokita. Teori Konstruktivisme dan Teori Sosiokultural Aplikasi dalam


Pengajaran Bahasa Inggris. Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris
Universitas Negeri Malang. 11, 2016

Purwanto. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya, 2008

Pusat Ilmu Geografi Indonesia, “Konservasi Sumber Daya Air di Indonesia”,


(https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hidrologi/konservasi-sumber-daya-
air) 2 Januari 2018)

Putu Ni dkk. Analisis Pemahaman Konsep Dalam Pelajaran IPA Pada Siswa
Kelas IV SD Di Gugus II Kecamatan Banjar. E-Jurnal PGSD Universitas
Pendidikan Ganesha. 3, 2015

Rosayada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana, 2004

Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2011

Salmahnour, Mushaf. Q.S At-Tin. Bogor: Mushaf Sahmalnour, 2007

Samtowa, Usman. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Indeks, 2011

Setyoningsih, Titik. Pengelolaan Pembelajaran IPA Berbasis Lingkungan Di


SMPN 1 Gabus-Grobongan. Jurnal Manajemen Pendidikan. 12, 2017

Sudjono, Anas. Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2008

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta, 2006

Suharsimi, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012

Sulthon. Pembelajaran IPA yang Efektif dan Menyenangkan Bagi Siswa


Madrasah Ibtidaiyah (MI). Jurnal Elementary. 4, 2016

Sumaryanata. Pedoman Penskoran. Indonesian Digital Journal of Mathematics


and Education. 2, 2015

Susanto, Hadi. “Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal”, (https://bagawanabiyasa.


wordpress.com/2018/01/21/pendidikan-berbasis-kearifan-lokal/),16
Desember 2018
86

Terwujud.com. “Teori Belajar Konstruktivisme Sosial”,


(https://www.terwujud.com/2012/01/teori- belajar-konstruktivisme-
sosial.html) 24 Oktober 2019

Triani, Vinta. “Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar”, (http://staffnew.uny.ac.id


/upload/132306624/pengabdian/PEMBELAJARAN+IPA+di+SEKOLAH
+DASAR.pdf), 14 Desember 2018

Tsauri, Sofyan. Hakikat Pendidikan. (file.upi.edu), 2018

Ulfaeni, Siti dkk. Pengembangan Media MONERGI (Monopoli Energi) Untuk


Menumbuhkan Kemampuan Pemahaman Konsep IPA Siswa SD. Profesi
Pendidikan Dasar. 4, 2017

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan


Peraturan Pelaksanaannya 2000-2004. Jakarta: CV. Tamita Utama, 2004

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang SDA

Widiawati, Ni Putu dkk. Analisis Pemahaman Konsep dalam Pelajaran IPA Pada
Siswa Kelas IV SD di Gugus II Kecamatan Banjar. E-Journal PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha. 3, 2015

Yusuf, Muri. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Fajar Interpratama, 2015

Anda mungkin juga menyukai