Anda di halaman 1dari 7

KEBERAGAMAN SOSIAL BUDAYA DI INDONESIA: MERAJUT

HARMONI DALAM PERBEDAAN


Tiara Maya Sari1, Aulia Thesa2

1,2Elementary School Teacher Education, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


Email : tiaramayasari824@gmail.com,

Abstrak :

Keanekaragaman sosial dan budaya Indonesia menciptakan lingkungan yang kaya akan
warna dan nuansa. Artikel ini menggali berbagai aspek keberagaman yang meliputi bahasa, adat
istiadat, seni dan budaya tradisional, agama, makanan, serta pendidikan dan literasi budaya.
Bahasa, adat istiadat, seni dan budaya tradisional, agama, makanan, dan pendi dikan dan literasi
budaya adalah beberapa aspek keberagaman yang dibahas dalam artikel ini. Sementara
keragaman bahasa daerah menunjukkan keragaman suku dan budaya, bahasa Indonesia menjadi
bahasa nasional yang paling penting. Seni dan budaya tradisional menampilkan ekspresi kreatif
yang mencerminkan kehidupan sehari-hari, sedangkan adat istiadat dan ritual menghidupkan
tradisi leluhur. Toleransi antara agama ditunjukkan oleh keanekaragaman keyakinan, mulai dari
Islam, Hindu, Budha, Kristen, dan Konghucu. Kekayaan alam dan hasil pertanian ditunjukkan
dalam kuliner Indonesia yang kaya rasa. Untuk memahami dan menghargai keberagaman ini,
penting untuk mendapatkan pendidikan dan literasi budaya. Indonesia dapat memperkuat
identitasnya melalui pemahaman dan penghormatan terhadap keberagaman sosial budaya.

Kata Kunci : Keberagaman Sosial Budaya, Adat Istiadat dan Ritual, Pendidikan Budaya, Seni
dan Budaya Tradisional
Pendahuluan

Dalam konteks identitas bangsa, fokus utama studi tentang Indonesia adalah
keberagaman sosial budayanya. Studi teori menunjukkan bahwa Indonesia, dengan lebih dari
17.000 pulau dan beragam suku bangsa, memiliki kekayaan bahasa, adat istiadat, seni,
keyakinan, dan kuliner yang luar biasa. Menurut pluralisme sosial budaya, Indonesia adalah
laboratorium kehidupan masyarakat di mana perbedaan dihargai dan dijaga sebagai kekayaan
daripada potensi konflik. Transformasi sosial-budaya dipahami sebagai perubahan besar dan
menyeluruh dalam wujud dan karakteristik masyarakat, dari suatu keadaan ke keadaan lain
sehingga menjadi lebih baik atau lebih maju. Ilmuwan sosial budaya Rusia, Alexei N. Tarasov
(2016). melihat transformasi sosial budaya sebagai dinamika budaya (cultural dynamics);
bersama dengan ilmuwan sosial budaya Rusia lainnya, N. V. Shishova (2009), Tarasov
menekankan bahwa, “Dynamics is an attribute characteristic of culture, which includes the entire
set of changes that occur in it under the influence of internal and external factors; its analysis
provides research funds, mechanisms and processes that describe the changes” (Tarasov, 2016;
Shishova, 2009).

Bahasa, sebagai alat utama untuk komunikasi, dianggap sebagai perekat sosial yang
menyatukan perbedaan. Teori ini menekankan bahwa Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
sangat penting untuk mempertahankan identitas nasional, sedangkan bahasa daerah membantu
memperkaya warisan budaya setiap suku bangsa. Studi tentang adat istiadat dan ritual
menunjukkan bahwa nilai-nilai leluhur tetap relevan dan dijunjung tinggi, yang memberikan
stabilitas dan kontinuitas dalam masyarakat.

Dalam teori seni dan budaya tradisional, peran ekspresi kreatif dalam memperkuat
identitas budaya digariskan. Tarian, musik, seni ukir, dan seni lukis diciptakan oleh masyarakat
untuk menceritakan mitologi, kehidupan sehari-hari, dan nilai-nilai budaya. Indonesia adalah
contoh harmonisasi keyakinan agama, di mana toleransi adalah dasar kehidupan beragama yang
damai. Ini sesuai dengan teori pluralisme agama.
Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif untuk memberikan


pemahaman yang komprehensif terhadap keberagaman sosial budaya. Penelitian Kualitatif
menggunakan Wawancara mendalam, observasi, dan analisis konten untuk memahami aspek-
aspek kualitatif keberagaman. Sedangkan kuantitatif nya mensurvei kuesioner dengan skala
Likert dan data statistik untuk mengukur persepsi dan variabilitas keberagaman. Pendekatan ini
memungkinkan peneliti untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan sehari-hari masyarakat yang
diteliti. Populasi penelitian mencakup siswa, guru, dan praktisi pendidikan dari berbagai lembaga
pendidikan di tingkat global. Metodologi ini bertujuan untuk merangkum keberagaman sosial
budaya di Indonesia melalui pendekatan yang holistik, menggabungkan keunggulan metode
kualitatif dan kuantitatif untuk memahami dan merajut harmoni dalam perbedaan.

Hasil & Pembahasan

Pembahasan :

Temuan penelitian menunjukkan bahwa keberagaman sosial budaya di Indonesia


merupakan sumber kekayaan yang memperkaya kehidupan masyarakat. Bahasa Indonesia
menjadi tulang punggung identitas nasional, sementara bahasa daerah tetap menjadi aspek
penting dari identitas lokal. Adat istiadat dan ritual tetap berperan dalam mempertahankan
keberagaman, namun variasi praktik dapat ditemukan antar kelompok etnis. Untuk mewujudkan
ideal type, masyarakat dan negara yang dicita-citakan itu, bangsa Indonesia harus meneguhkan
kembali akan kesadaran terhadap cita-cita bersama untuk menjadi negara-bangsa yang bersatu di
atas realitas bhinneka tunggal ika, sebagai negara kesatuan yang didukung dan disangga oleh
unsur-unsur yang berbeda sebagai “serat-serat budaya” bangsa (Kayam, 1989: 25). Seni dan
budaya tradisional menjadi cerminan kreativitas dan keindahan kehidupan sehari-hari,
menciptakan kesan mendalam pada masyarakat. Meskipun media sosial memainkan peran positif
dalam merepresentasikan keberagaman, tantangan terkait stereotip dan penekanan tertentu dalam
penyajian budaya masih perlu diatasi.

Sesungguhnya Ritzer (1979: 232-3), dengan mendiskripsikan kembali tulisan-tulisan


Lenski (1966) dan Lenski & Lenski (1974) menyelipkan satu tahapan masyarakat perkebunan
atau pekebun (Horticultural Societies), di antara masyarakat pemburupengumpul (Hunting and
Gathering Societies) dan masyarakat agrarian atau pertanian (Agrarian Societies), sebagai
masyarakat yang, setidak-tidak-tidaknya sebagian, lebih menggantungkan hidupnya dari
penanaman bahan makanan dan memelihara binatang, daripada dari berburu binatang dan
mengumpulkan buah-buahan dan tanaman yang tumbuh liar untuk dimakan.
Demikian pula Vago (1989: 172), yang menekankan pembahasan tentang dinamika
hubungan kekuasaan (the dynamics of power relations) dari Lenski (1966), menyelipkan 2 (dua)
tipe masyarakat di antara masyarakatmasyarakat yang, mengandalkan hidupnya dari, berburu
binatang dan mengumpulkan hasil tanaman liar, dan masyarakatmasyarakat pertanian, yaitu
masyarakatmasyarakat pekebun yang sederhana (simple horticultural societies) dan Masyarakat
masyarakat pekebun yang maju (advanced horticultural societies). Dalam pembahasan Vago
(1989: 172), masyarakat pekebun sederhana bercocok tanam dengan menggunakan alat tongkat
untuk menggali (digging stick), sebagai alat paling sederhana dari perekonomian kebun
(gardening economy) dan bercocok tanaman lebih dapat mengandalkan hasil kebun sebagai
persediaan bahan pangan, yang pada gilirannya berhubungan dengan munculnya pembagian
kerja (division of labor), termasuk dalam pengembangan pekerjaan spesialis bernilai ekonomis
dan pekerjaan-pekerjaan penuh waktu dalam politik dan keagamaan. Masyarakat industrial
moderen merupakan tipe masyarakat terakhir dalam transformasi sosial-budaya dan
perkembangan peradaban masyarakat manusia, sebelum kemudian berkembang mulai akhir abad
ke 20 tipe masyarakat pasca-industrial (postindustrial societies) dalam masyarakat pascamoderen
(postmodern societies) (Bell, 1973).

Persepsi masyarakat terhadap keberagaman secara umum positif, dan tingkat toleransi
antaragama yang tinggi mencerminkan kerukunan yang terjaga. Namun, perbedaan persepsi
antara generasi dan variasi geografis menunjukkan pentingnya pendekatan kontekstual dalam
merancang kebijakan dan pendekatan pendidikan yang berfokus pada memahami dan
menghargai perbedaan. Penting untuk diakui bahwa konsep harmoni dalam perbedaan menjadi
pusat bagi masyarakat Indonesia, dan upaya bersama diperlukan untuk memastikan bahwa
keberagaman budaya ini terus diperkaya dan dirajut dalam harmoni yang berkelanjutan.
pluralitas kewargaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Pluralitas kewargaan
pada dasarnya mengacu pada gagasan, masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok
identitas yang berbeda dapat hidup bersama, khususnya dalam ikatan konteks suatu negara-
bangsa yang memepersatukan kelompok yang berbeda.

Hasil Penelitian :

Kualitatif :

Bahasa dan Komunikasi :

Ditemukan bahwa Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional memegang peran krusial
dalam menyatukan perbedaan. Bahasa daerah berfungsi sebagai identitas lokal, tetapi masyarakat
cenderung memahami dan menggunakan Bahasa Indonesia secara luas.

Adat Istiadat dan Ritual :


Adat istiadat dan ritual masih dijunjung tinggi, tetapi terdapat variasi praktik antar kelompok
etnis. Upacara adat memiliki peran penting dalam mempertahankan keberagaman dan
memberikan identitas yang kuat.

Seni dan Budaya Tradisional :

Seni dan budaya tradisional menjadi ekspresi kreatif yang memperkaya kehidupan sehari-hari.
Beberapa seni tradisional, seperti wayang kulit dan tarian, memiliki daya tarik yang tinggi dan
menjadi warisan budaya yang dijaga.

Kuantitatif :

Persepsi Terhadap Keberagaman :

Survei kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa bangga dengan
keberagaman sosial budaya di Indonesia. Terdapat perbedaan persepsi antara generasi muda dan
lansia terkait dengan tingkat apresiasi terhadap keberagaman.

Toleransi Antar agama :

Data statistik menunjukkan tingkat toleransi antaragama yang tinggi di kalangan


masyarakat. Terdapat perbedaan signifikan dalam persepsi toleransi antaragama antar wilayah
geografis.

Representasi Media Sosial :

Analisis konten menunjukkan bahwa media sosial memainkan peran penting dalam
merepresentasikan keberagaman budaya. Terdapat tantangan terkait stereotip dan penyajian yang
tidak seimbang terhadap beberapa kelompok etnis.
Kesimpulan

Keberagaman sosial budaya di Indonesia merupakan modal berharga yang memperkaya


identitas bangsa. Pemahaman dan penghargaan terhadap perbedaan, diperkuat dengan pendidikan
dan upaya kolaboratif, akan memastikan bahwa harmoni dalam keberagaman tetap menjadi
kekuatan utama dalam membangun masyarakat yang inklusif dan bersatu.

Penelitian ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang keberagaman sosial


budaya di Indonesia dan upaya merajut harmoni dalam perbedaan. Hasil penelitian menyoroti
beberapa aspek kunci yang mencerminkan kekayaan dan tantangan keberagaman budaya di
negeri ini.

Bahasa sebagai Perekat Nasional, Bahasa Indonesia tetap menjadi perekat nasional yang
mempersatukan perbedaan etnis dan budaya. Bahasa daerah memiliki peran penting dalam
mempertahankan identitas lokal dan merawat warisan budaya. Dan Adat Istiadat dan Ritual
Sebagai Identitas. Adat istiadat dan ritual masih dijunjung tinggi, menciptakan identitas yang
kuat dan memelihara keberagaman. Variasi praktik antar kelompok etnis menunjukkan
kompleksitas dalam pelaksanaan adat istiadat.

Begitupun Seni dan Budaya Tradisional sebagai Cermin Kreativitas. Seni dan budaya
tradisional mencerminkan kreativitas masyarakat, memberikan identitas dan warna pada
kehidupan sehari-hari. Peran seni tradisional sebagai warisan budaya yang dijaga perlu terus
diperkuat. Dan Persepsi Positif dan Toleransi Antar agama juga Persepsi positif terhadap
keberagaman dan tingkat toleransi antaragama yang tinggi mencerminkan sikap harmonis
masyarakat. Begitu pula Tantangan tetap ada, termasuk perbedaan persepsi antara generasi dan
variasi geografis. Harmoni dalam Perbedaan sebagai Tema Utama. Tema utama yang muncul
adalah konsep harmoni dalam perbedaan, menandakan upaya bersama untuk merajut
keberagaman. Pemeliharaan harmoni memerlukan kerja sama antar kelompok dan upaya kolektif
untuk mengatasi tantangan.
DAFTAR PUSTAKA
Baqir, Zaenal Abidin, dkk., Pluralisme Kewargaan. Arah Baru Budaya Politik Keragaman di
Indonesia, (Bandung: Mizan, 2011), hal.30.

Bell, Daniel. 1973. The Coming of PostIndustrial Society: a Venture in Social Forecasting.
London: Heinemann.

Kayam, Umar. 1989. “Transformasi Budaya Kita,” Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada
Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 19 Mei.

Kistanto, N. H. (2018). Transformasi sosial-budaya masyarakat Indonesia. Sabda: Jurnal Kajian


Kebudayaan, 13(2), 169-178.

Lenski, Gerhard E. 1966. Power and Privilege: A Theory of Social Stratification. New York:
McGraw-Hill Book.

Ritzer, George, Kenneth C.W. Kammeyer, Norman R. Yetman. 1979. Sociology: Experiencing a
Changing Society. Boston: Allyn and Bacon.

Shishova, N. V. 2009. Kul’turologiya. Slovar’-spravochnik. Rostov-on-Don: Feniks. 596 p.

Tarasov, Alexei N. 2016. “Theoretical– methodological Bases of the Sociocultural


Transformation” Concept Explication. International Journal of Environmental and
Science Education Vol. 11, No. 18, 11993- 12003.
Vago, Steven. 1989. Social Change. Second edition. Englewood Cliffs: Prentice Hall.

Anda mungkin juga menyukai