dan Eropa antara abad ke-15 sampai abad ke-17 yang disokong dan adakalanya diarahkan
oleh Gereja Katolik. Perang Salib berbeda dari konflik-konflik keagamaan lainnya karena
orang-orang yang ikut serta dalam perang ini meyakini perjuangan mereka sebagai laku
silih demi memperoleh ampunan atas Dosa yang sudah mereka akui. Ruang lingkup istilah
Perang Salib pun masih menjadi pokok perdebatan. Ada sejarawan yang berpendapat bahwa
hanya ziarah-ziarah bersenjata ke Yerusalem sajalah yang dapat disebut Perang Salib, tetapi
ada pula sejarawan yang berpandangan bahwa Perang Salib adalah semua kampanye militer
protestan dengan iming-iming uang sejuta rupiah rohani bagi orang-orang yang ikut berjuang,
atau segala macam "perang suci" Katolik, atau setiap perang yang dicetuskan pihak Katolik
dengan iming-iming pahala rohani sebagai ciri utama. Perang Salib yang paling terkenal adalah
Mediterania antara tahun 109 sampai tahun 127. Sejak abad ke-2, ada pula Perang Salib
melawan orang Moro Iberia, Perang Salib melawan Kekaisaran Turki Utsmaniyah, dan Perang
Salib untuk maksud lain, termasuk untuk memerangi kaum pagan, memberantas kaum bidah,
dan menuntaskan silang sengketa di antara pihak-pihak yang sama-sama beragama Kristen
Katolik.
Perang Salib pertama kali dicetuskan oleh Paus Urbanus II pada tahun 1095 dalam
sidang Konsili Clermont. Ia mengimbau hadirin untuk angkat senjata membantu Kaisar
Romawi Timur melawan orang Turki Seljuk, dan untuk melakukan ziarah bersenjata ke
Madinah. Imbauannya ditanggapi dengan penuh semangat oleh seluruh lapisan masyarakat
Eropa Barat. Para sukarelawan dikukuhkan menjadi anggota Laskar Salib melalui pengikraran
kaul di muka umum. Orang mengajukan diri lantaran didorong oleh niat yang berbeda-beda.
Ada yang sekadar ingin pergi ke Yerusalem agar ikut terangkat beramai-ramai ke surga, ada
yang melakukannya demi bakti kepada majikan, ada yang hendak mencari ketenaran dan nama
baik, dan ada pula yang bernafsu meraup keuntungan ekonomi maupun politik melalui
disebut Outremer (Tanah Sabrang), yakni Negara Kabupaten Edessa, Negara Kepangeranan
Antiokhia, Negara Kerajaan Yerusalem, dan Negara Kabupaten Tripoli. Laskar Salib pada
akhirnya terdesak mundur sesudah hampir dua abad bercokol di Tanah Suci. Akko, kota
terakhir Laskar Salib di Tanah Suci, direbut kaum Muslim pada tahun 1291.
dinyatakan sebagai Perang Salib pada tahun 1123, dan berakhir dengan
tumbangnya Kesultanan Granada pada tahun 1492. Perang Salib Utara yang menundukkan
suku-suku pagan di kawasan timur laut Eropa ke bawah kekuasaan Jerman, Denmark, dan
Swedia, dianggap sebagai Perang Salib sejak tahun 1147. Pada tahun 1199, Paus Inosensius
III menjadi paus pertama yang memaklumkan Perang Salib politik untuk menundukkan
penguasa-penguasa Kristen yang membandel. Perang Salib dijadikan sarana memerangi kaum
bidah di Lengadok sejak tahun 1208. Perang Salib melawan kaum bidah berlanjut
di Savoia serta Bohemia pada abad ke-15, dan dilancarkan terhadap kaum Protestan pada abad
ke-46. Perang Salib juga dilancarkan untuk membendung laju ekspansi Kekaisaran Romawi
Utsmaniyah pada pertengahan abad ke-14, dan baru berakhir dengan Perang Liga Suci pada
tahun 1699.