Anda di halaman 1dari 14

NAMA :AYUNDA FIKROTUS SHOFA

NIM :126101213218
JURUSAN/KELAS :HES 2F
MATA KULIAH:USHULFIQH
kumpulan kaidah atau metode yang menjelaskan
kepada ahli hukum Islam (fukaha) tentang cara
menetapkan,mengeluarkan ataumengambil hukum
dari dalil-dalil syarak, yakni Alquran dan Hadis Nabi
atau dalil- dalil yang disepakati para ulama. 1.Sumber dan dalil hukumdengan
berbagai permasalahannya. 2. Bagaimana
memanfaatkan sumber dan dalil hukum
tersebut. 3.Metode ataucara penggalian
hukumdari sumber dan dalilnya.4.Syarat
– syarat orang yang berwenang
melakukan istinbat (mujtahid) dengan
berbagai permasalahannya

 Ilmu fiqhberbicara tentang hukum


dari aspek perbuatan,sedangkan
ilmu ushul f iqhberbicara tentang
metode dan proses bagaimana
ilmu ushul fiqh tidak hanya menemukan hukum.
berguna bagi para mujtahidatau  Dilihat dari sudut aplikasinya,f iqh
ahli hukumsaja,akan tetapi bagi akan menjawab pertanyaan “apa
semua orang Islamuntuk mencari hukumsuatau perbuatan”,
kepastian hukumbagi setiap sedangkan ushul Fiqhakan
masalahyang mereka hadapi Tujuan mempelajari ilmuushul fiqh adalah menjawab pertanyaan “bagaimana
sekalipun tidak sampai ketingkat untuk mengaplikasikan kaidah-kaidahdan cara menemukan atau proses
mujtahid.Mereka akan teori-teori ushul fiqh terhadap dalil-dalil
memosisikan dirinya sebagai penemuan hukumyang digunakan”.
yang spesifik untukmenghasilkan hukum  f iqhlebihbercorak produk,
muttabi’,yakni mengikuti syarak yang dikehendaki oleh dalil tersebut.
pendapat para ahli dengan sedangkan ushul fiqhlebihbercorak
mengetahui dalil dan alas an metodologis.
alasannya.
a
Kemunculan ilmu ushul fiqh tidak terlepas dari dinamika pemikiran hukum
Islam abad ke-2 H,khususnya berkenaan dengan diskursus metode istinbath
hukumIslam.Sebagian ulama mengkhawatirkan terabaikannya ruhat-tasyri‘
atau maqashid alsyari‘ah, sementara kelompok ulama yang lain
mengandalkanpemahamanliteral dalam memahaminas Al-Qur’an dan Sunah.
Ada kekhawatiran ijtihad akan berkembang dengan tingkat kebebasan
berpikir yang tak terkontrol.

pada masa sahabat, ushul fiqh sejatinya sudah


ada, namun belum b e r w ujud sebagai sebuah
disiplin keilmuan. Pada masa tabi’in pun
kondisinya relatif sama, ushul fiqh sudah ada dan
terus berkembang, namun belum terformulasi
secara sistematis.

Keragaman pola pendekatan dalam


berijtihad selanjutnya mengerucut pada
dua aliran yang dikenal dengan kelompok
ahl alhadis di Hijaz dan kelompok ahl al-
ra’yi di Irak.Di antara kedua aliran
tersebut kemudian saling mencela dan
saling menyalahkan karena adanya hal Corak pemikiran ushul fiqh mutakallimin didasarkan pada metode istinbath hukumyang
itu kemudian muncullah kitab ar-risalah dilakukan oleh kebanyakan ulama ushul fiqh. Dengan menggunakan kerangka berpikir
Imam syafi’I yang ditujukan kepada Abd induktif, aliran mutakallimin membangun metode berpikir rasional-sistematik sebagai
al-rahman bin Mahdi yang merupakan parameter dalil, yang kepadanya semua produk ijtihad dapat dilandaskan. Ulama yang
sebuah upaya sistemasi ijtihad dalam tergabung dalam aliran ini antara lain :imam syafi’I, para ulama’ dari madzhab mailiki,
sebuah kerangka teoritis berikut akidah- hambali,syiah imamiyah, zaidiyah dan abadiyah. Sedangkan Corak pemikiran ushul fiqh
akidahnya. ahnaf meletakkan dasar-dasar hukumoperasional dalam dataran cabang (furu‘)
sebagai landasan operasional ushul fiqhnya. Pola istinbath hukumseperti ini banyak
digunakan olehulama-ulamaHanafiyah.
Di antara para ulama ada yang
berpendapat bahwa qiyas itu tidak sah
Pengertian dalil secara dijadikan dasar ijmak sebab ijmak itu
terminologisnya adalah Segala sesuatu qath’i,sedangkan dalil qiyas adalah
yang berdasarkan teori yang benar zhanni.Menurut kaidah,yang qath’i itu
dapat menunjukkan adanya hukum tidak sah didasarkan pada yang zhanni.
syarak suatu perbuatan,baik secara Pada ulama yang menyatakan bahwa qiyas
qat’i maupun secara zhanni” sah dijadikan sandaran ijmak beragumen
bahwa hal itu telahsesuai dengan
pendapat sebagian besar ulama,juga
dikarenakan qiyas itu termasuk salah satu
dalil syarak maka sah dijadikan sandaran
ijmak.

terdapat dua kategori kualitas ijmak,


yaitu ijmak qath‘i jika didukung oleh
nas yang qath‘i atau berkenaan
dengan hal-hal yang termasuk
kategori ‘ulima min al-din bi al-
dharurah. Penentang terhadap ijmak
Para ulama telah sepakat bahwa Sunah dapat dijadikan yang demikian adalahkafir.Adapun
hujjah(alasan) dalammenentukan hukum.Namun terhadapijmak yang berkualitas
demikian,ada yang sifatnya mutaba’ah(diikuti) yaitu zhanni,yaitu ijmak dalammasalah-
Al-qur’an berfungsi sebagai hakim atau masalahyang didukung olehdalil
wasiat yang mengatur jalannya hidup tha’ah dan qurbah (dalam taat dan taqarrub kepada zhanni atau dalam masalah-masalah
Allah), misalnya dalam urusan akidah dan ibadah, yang tidak ada nasnya secara eksplisit
manusia, pngontrol dan pengoreksi terhadap tetapi ada juga yang ghair muttaba’ah(tidak diikuti)
perjalanan hidup manusia dimasa lalu dan dalamnas syarak,penentang
yaitu jibiliyyah(budaya) dan khushushiyyah (yang terhadapijmak yang termasuk
pemecah problwmkemanusiaan. dikhususkan bagi Nabi). kategori demikian tidaklahkafir
Menganggap baik terhadap sesuatu.

Pendapat sahabat yang


diduga keras bahwa
Keberlakuan hukumatas hukum pendapat tersebut
sebenarnya berasal dari
yang sudah terjadi sebelumnya Rasulullah SAW dan juga
yang tidak mengalami perubahan. pendapat sahabat yang
tidak ada sahabat lain
menentangnya.

Adat dan kebiasaan yang diwariskan


turun temurun dari generasi ke
generasi.
Menghambat segala
sesuatu yang menuju
kepada kerusakan.

Maslahah yang tidak disyari’atkan hukum Syariat yang dibawa para rasul terdahulu
oleh syari’at untuk mewujudkannya dan sebelumdiutusnya Nabi Muhammad SAWyang
mempunyai asas yang sama dengan syariat yang
tidak ada dalil syara’ yang menganggapnya diperuntukkn bagi umat Muhammad SAW.
tuntutan yang bersifat
Titah atau firman Allah yang berhubungan mengikat,tegas atau harus
dengan segala perbuatan para mukallaf, baik dikerjakan dan apabila
ditinggalkan,maka pelakunya
atas dasar tuntutan (iqtidha’) atau atas dasar berdosa lagi tercela
kebebasan memilih (takhyir).
perbuatan yang dituntut Syari’. dengan
tuntutan yang tidak pasti,atau sesuatu
yang diberi pahala bagi pelakunya, akan
tetapi tidak berdosa meninggalkannya.

perbuatan yang dilarang oleh Syari’


melakukannya dengan larangan
yang tegas dan pasti dan dikenakan
hukuman bila dilakukan.
seseorang diberikan perbuatan yang Syari’ menuntut kepada mukallaf
kebebasan memilih oleh untuk meninggalkannya, tetapi tuntutannya tidak
Syari’ antara mengerjakan tegas atau tidak keras.
atau meninggalkannya
hukumyang memiliki tujuan untuk menjadikan suatu hal
menjadi sebab atau menjadi syarat atau penghalang atas
adanya suatu hukum.

sesuatu yang jelas batas-batasnya, yang


Apabila kekurangannya atau kesalahan olehAllah dijadikan sebagai tanda bagi
terdapat pada salah satu syarat di antara adanya hukum.
syarat yang berkaitan dengan hukum
Hukum wadh’I yang menjadi pengiring suatu
ibadah atau sahnya hukumsyariat islam
tersebut.
Kebalikan dari sah.
penghalang bagi adanya hukumatau
penghalang bagi berfungsinya sesuatu
sebab

Keringanan sebagai pengecualian dari tuntutan berbuat untuk mengikuti tujuan


kondisi izamah (kondisi asal ). dari hukumitu dibenarkanAllah.
perbuatan mukallaf itu sendiri karena hukumIslam
memang diberlakukan pada perbuatan mukallaf .
Perbuatan-perbuatan yang dipandang
sebagai hakAllahadalahsegala perbuatan
yang kemaslahatannya itu akan terpulang
kepada masyarakat umum.Adapun hak-hak
yang dianggapsebagai murni hak hamba,
dalahseperti penggantian harta yang
dirusak.Perbuatan yang mengandung hak
Objek hukumyang pelaksanaannya Allahdan hak hamba,tetapi hakAllah
mengenai diri pribadi yang di kenai lebih kuat Bagian ini diumpamakan hukum
taklif,harta benda pelaku taklif,dan menuduhzina. Pekerjaan-pekerjaan yang
yang mengenai keduanya. Terkumpul Padanya HakAllahdan Hak
Hamba,Akan tetapi Hak Hamba Lebih Kuat
Bagian ini ditampilkan dengan hukum
qishash.

Mukallaf harus mengetahui perbuatan yang akan


dilakukan dengan jelas, harus mengetahui sumber Perbuatan atau pekerjaan itu mungkin terjadinya, Dapat
taklif, dan Perbuatan harus mungkin untuk diusahakan oleh hamba, Diketahui bahwa perbuatan itu dapat
dilaksanakan atau ditinggalkan. dibedakan oleh orang yang diberi tugas, baik secara pribadi
maupun bersama orang lain dengan jelas, Mungkin dapat
diketahui,olehorang yang diberi tugas bahwa pekerjaan itu
perintah Allah, Dapat dikerjakan dengan ketaatan.
4. Kecakapan Hukum (Al-
Ahliyyah) Dan Macam-
Macamnya
Mahkum ‘alaih adalah seseorang yang
perbuatannya dikenai
a. Ahliyah Al-Wujub (kecakapan
khitab oleh Allah swt. yang disebut hukum)
mukallaf. Ahliyyah al-wujub, yaitu kecakapan
hukum di mana seseorang dianggap
dapat menerima hak-hak yang
menjadi haknya, tetapi belum
BAB 8 mampu untuk dibebani seluruh
kewajiban.
MAHKUM ALAIH Macam-Macam Ahliyah al-Wujub
(SUBJEK HUKUM) 1) Ahliyah al-Wujub al-Naqishah;
yaitu anak yang masih berada
DAN AL-AHLIYYAH dalam kandungan ibunya (janin).
2) Ahliyah al-Wujub al-Kamilah;
2. Pembebanan Hukum (Taklif) (KECAKAPAN yaitu kecakapan menerima hak
HUKUM) bagi seorang anak yang lahir ke
dunia sampai baligh dan berakal.
Dalam Islam, orang yang terkena taklif 3. Syarat-syarat Taklif b. Ahliyah Al-Ada’ (kecakapan
adalah mereka yang dianggap sudah bertindak)
mampu untuk mengerjakan tindakan Ulama Ushul Fiqh sepakat bahwa seorang mukallaf bisa Ahliyyah al-ada’ adalah kepantasan
hukum. dikenai taklif apabila telah memnuhi 2 (dua) syarat, yaitu: seseorang untuk
a. Orang itu telah mampu memahami dalil taklif dipandang sah segala perkataan dan
perbuatannya, baik yang
(tuntutan syara’) yang terkandung dalam Alquran dan
sunnah, baik secara langsung maupun tidak langsung bersifat positif mupun negatif.
atau melalui orang lain.
b. Seseorang harus mampu menerima pembebanan
hukum (ahliyah).
BAB 9
FAKTOR-FAKTOR
1. Halangan eksternal,
YANG
MEMPENGARUHI
KECAKAPAN yaitu halangan yang timbul dari luar
dirinya yang ia sendiri tidak
HUKUM. mempunyai kebebasan dan
kemampuan untuk menolaknya.
Halangan ini disebut halangan
2. Halangan Internal. ‘awaridh samawiyah, yaitu halangan-
halangan yang berasal dari luar
Adapun halangan-halangan hukum yang dirinya. Berkenaan dengan
bersifat internal, dalam pengertian halangan-halangan hukum yang
dapat diusahakan oleh mukallaf sendiri bersifat eksternal, berikut adalah 8
adalah (delapan) jenis halanganhalangan
sebagai berikut: Mabuk, Bergurau atau hukum tersebut : Gila, setengah gila
bermain-main, Safah ( kurang cermat ( ma’tuh), lupa, tidur, pingsan, sakit,
atau boros), Safar (bepergian) , Khatha’ haid dan nifas, dan juga mati.
(tersalah tidak sengaja), hutang, dan
paksaan.
Macam-macam
rukhshah.
BAB 10 Hukum azimah ini berlaku sebagai
hukum sejak awal, sedangkan hukum
AZIMAH DAN rukhshah merupakan hukum a. Rukhshah dilihat dari segi bentuk
pengecualian karena adanya sebab- hukum asalnya, terbagi
RUKHSHAH. sebab tertentu yang ditetapkan syar’i. menjadi dua yaitu rukhshah
“melaksanakan”(keringanan untuk
melakukan sesuatu perbuatan yang
menurut asalnya harus ditinggalkan)
Hukum rukhshah adalah “jawaz”, yakni dan rukhshah “meninggalkan”
boleh mengerjakannya. (keringanan untuk meninggalkan
perbuatan yang menurut hukum
‘azimah-nya adalah wajib atau sunah).
c. Rukhshah ditinjau dari segi keadaan
hukum asal sesudah berlaku padanya b. Rukhshah ditinjau dari segi bentuk keringanan yang
diberikan,maka dalam hal ini keringanan ada 7 bentuk yaitu:
rukhshah : Rukhshah tarfih ialah Keringanan seperti bolehnya meninggalkan shalat jum’at, haji,
rukhshah yang meringankan dari umrah, dan jihad dalam keadaan udzur, meng-qashar shalat,
pelaksanaan hukum ‘azimah tetapi mengganti wudhu’ dan mandi dengan tayamum karena tidak
hukum ‘azimah berikut dalilnya tetap ada air, melakukan shalat semampunya, pelaksaan shalat
dzuhur dalam waktu ashar pada jama’ ta’khir karena dalam
berlaku dan Rukhshah isqath ialah perjalanan, mendahulukan mengerjakan shalat ashar pada
menggugurkan hukum azimah waktu zuhur dalam jama’taqdim di perjalanan, cara-cara
terhadap pelakunya saat keadaan pelaksaan shalat dalam perang, membolehkan mengerjakan
perbuatan haram dan meninggalkan perbuatan wajib karena
rukhshah itu berlangsung ada udzur.
Ijtihad adalah Mengerah-kan segala kesungguhan
dan mencurahkan segala kemampuan untuk Syarat-syarat Mujtahid
menemukan hukum-hukum syarak atau untuk
BAB 11 mengimplementasikannya. Dan mujtahid itu
adalah seseorang yang memiliki kapasitas dan Menguasai bahasa Arab, baik tetang
IJHTIHAD kapabilitas untuk menggali hukum-hukum syarak gramatikanya (Nahwu dan Sharaf) maupun kaidah-
dari sumber aslinya, yaitu Alquran dan/atau kaidah kebahasaannya (qawa‘id allugawiyah),
DAN Sunah. Mengetahui ‘ulum al-Qur’an dan ‘ulum al-hadits,
Mengetahui wawasan yang komprehensif tentang

MUJTAHID yurisprudensi hukum Islam, Menguasai ilmu ushul


fiqh sehingga paham terhadap metodemetode
mengistinbatkan hukum, Mengetahui maqashid al-
ahkam.

Macam-macam Mujtahid
Produk Ijtihad Kontemporer
• Mujtahid mustaqill atau mujtahid mutlak, yaitu
orang yang mampu mengistinbatkan hukum
Fiqh adalah pemahaman tentang hukum-hukum suatu masalah secara langsung dan independen
syarak yang berkenaan dengan amaliah manusia dari sumber hukum aslinya, yaitu nas Alquran
yang diambil dari dalil-dali syarak yang sepsifik, dan Sunah melalui penalaran normatif secara
Keputusan pengadilan yang sering disebut deduktif-makro.
dengan al-qadha’, yaitu ucapan atau tulisan • Mujtahid muntasib, yaitu orang-orang yang
penetapan serta keputusan yang dikeluarkan dalam berijtihad bergantung dan menggunakan
oleh lembaga atau badan yang diberi manhaj ulama lain tetapi memiliki ketetapan
kewenangan untuk itu (wilayat al-qadha’), hukum yang berbeda.
Fatwa, yaitu hasil ijtihad seorang mufti atau • Mujtahid fi al-madzhab, yaitu para ulama yang
kelembagaan sehubungan dengan peristiwa mengikuti pendapat para imam mujtahid
hukum yang diajukan atau ditanyakan mutlak, baik dalam hal matodologi (manhaj)
kepadanya, Perundang-undangan atau qanun. ijtihad yang digunakan maupun dalam produk
pemikiran hukumnya.
Qawa’id ushuliyah merupakan metode, cara atau
Sejarah Qawa’id al-Fiqhiyah
BAB 12 ketentuan-ketentuan yang harus dipedomani dan
digunakan oleh seorang mujtahid dalam berijtihad
BEBERAPA agar tidak tersesat dalam melaksanakan jtihadnya. 1) Fase pembentukan.
Sedangkan Qawa'id al-Fiqhiyah adalah koleksi
ASPEK hukum-hukum fiqh yang bersifat furu’iyah yang
Berbagai literatur yang ada menunjukkan bahwa abad ke
VIII merupakan abad di mana para Ulama beramai-ramai
TENTANG memiliki tasyabuh (kesamaan, kemiripan, menyusun kitab-kitab kaidah fiqhiyah tersebut. Menurut
Ibnu Nujaim, ulama Hanafiyahlah yang lebih dahulu
keserupaan) sehingga dapat disatukan dengan satu
KAIDAH qiyas atau dengan kaidah fiqhiyah. . menyusun kaidah fiqhiyah. Setelah itu disusul oleh para
Ulama imam mazhab generasi sesudahnya dan juga
FIQHIYAH kaidah-kaidah fiqhiyah tersebut tidak dirumuskan oleh
orang perorang, melainkan secara berangsur-angsur,
sambung menyambung, saling melengkapi dan saling
menyahut.
Hikmah Qawa'id al-Fiqhiyah.
2) Fase kodifikasi.
• Kalangan fuqha Hanafiyah seperti Abu Thahir al-
Dibas, Imam Abu Zaid Abdullah Ibn Umaruddin
Kaidah-kaidah fiqhiyah itu mempunyai pengaruh al-Dabusy al-Hanafy , Zain al-Abidin ibn Ibrahim
yang signifikan terhadap pertumbuhan dan al-Mishry, Ahmad ibn Muhammad al-Hamawy,
perkembangan fiqh, karena ia merupakan induk Muhamad Abu Sa’id al-Khadimy.
atau pondasi dalam syari’ah Islam. • Kalangan fuqaha Malikiyah seperti Imam Juzaim,
Syihabuddib Ahmad bin Idris al-Qarafi .
• Kalangan fuqaha Syafi’iyah seperti Muhammad
Kaidah-kaidah pokok (asasiyah); Pengertian kaidah asasiyah yaitu kaidah ‘Izzuddin bin Abd al-Salam, Taj al-Din al-Subky.
yang telah disepakati oleh para imam mazhab dan seluruh masalah- • Kalangan fuqaha Hanabilah seperti Najm al-Din
masalah fiqh dapat dirujuk dan dikembalikan kepada kaidah-kaidah al-Thufy dan Abd al-Rahman ibn Rajab.
asasiyah ini. Jumlah kaidah asaiyah ada 5 (lima), tapi ada juga yang • Kalangan fuqaha yang tidak berafiliasi kepada
mengatakan bahwa jumlahnya ada 6 (enam), Kaidah yang bukan pokok mazhab tertentu seperti Ibnu Nujaim dan Al-
(ghair al-asasiyah) jumlahnya 9 kaidah, tapi ada juga yang mengatakan 40 Khadimy, Mushthafa Ahmad al-Zarqa, dan Sayyid
Muhammad Hamzah.
kaidah.
Kaidah tentang Motif Suatu Perbuatan yang artinya :
Hukum setiap perkara tergantung kepada tujuannya.

Kaidah tentang Yakin dan Ragu yang artinya : Sesuatu


yang telah diyakini tidak dapat dihilangkan oleh sesuatu
yang masih diragukan

BAB 13
PANCA KAIDAH Kaidah tentang Kesulitan dan Keringanan yang artinya : Kesulitan
ASASIYAH. itu dapat mendatangkan kemudahan

Kaidah tentang Kemudaratan yang artinya : Kemadaratan itu dihilangkan

Kaidah tentang Adat Kebiasaan. a. Rumusan kaidah yang artinya :


Kebiasaan itu dapat dianggap sebagai hokum

Anda mungkin juga menyukai