Anda di halaman 1dari 105

EKSISTENSI

ADMINISTRASI PUBLIK
PADA ARUS
GLOBALISASI

Andi Cudai Nur


Haedar Akib
Risma Niswati
EKSISTENSI ADMINISTRASI PUBLIK
PADA ARUS GLOBALISASI

Hak Cipta @ 2022 oleh Andi Cudai Nur, Haedar Akib,


Risma Niswati

Hak cipta dilindungi undang-undang


Cetakan pertama Februari 2022

Diterbitkan oleh Badan Penerbit UNM


Gedung Perpustakaan Lt. 1 Kampus UNM Gunungsari
Jl. Raya Pendidikan 90222
Tlp./Fax. (0411) 865677 / (0411) 861377
Email: badanpenerbit@unm.ac.id &
badanpenerbitunm@gmail.com
Website: badanpenerbit.unm.ac.id
Layouter & Desain Cover: Muhammad Rafli Pradana, S.Ds.
(Badan Penerbit UNM)

ANGGOTA IKAPI No. 011/SSL/2010


ANGGOTA APPTI No. 006.063.1.10.2018

Dilarang memperbanyak buku ini dalam bentuk


apapun tanpa izin tertulis dari penerbit

ii, 101 hlm; 23 cm

ISBN 978-623-387-047-4
Kata pengantar
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirabbila’a’lamin.
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Aza
Wajalla yang telah memberikan rakhmat, hidayah, dan
limpahan sebagian dari ilmu-Nya, sehingga buku ini dapat
terselesaikan.
Penyusun pun sadar bahwa buku ini bukanlah semata-
mata karena hasil usaha sendiri melainkan juga hasil dari
berbagai bantuan pihak lain, buku ini adalah hasil kajian
berbagai referensi, literatur buku, sumber on-line, sumbangan
pikiran, dan masukan yang berharga dari berbagai pihak.
Harapan penyusun, semoga buku ini dapat bermanfaat
dan menambah wawasan pembaca, khususnya mahasiswa yang
memprogramkan mata kuliah Administrasi Publik, Pelayanan
Publik serta menjadi referensi dalam kajian ilmu administrasi
publik pada umumnya. Buku ini membahas tentang konsep
Eksistensi Administrasi Publik, E-Governance, Inovasi
Administrasi Publik, dan Digitalisasi,

Akhirnya penyusun mengharapkan saran, sumbangan


pemikiran, dan kritik yang membangun untuk melengkapi buku
ini yang mana nantinya dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya ilmu administrasi publik, dan
eksistensi ilmu administrasi publik pada arus globalisasi,
maupun kepentingan umum lainnya, dan agar ini dapat bernilai
ibadah serta mendapatkan ridho dari Allah Aza Wajalla, Amin
Yarabbal Aalaamiin.

Makassar, 22 Januari 2022

Penyusun

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | i


Daftar isi
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB 1
PENDAHULUAN 1

BAB 2
ADMINISTRASI PUBLIK 5
A. Perkembangan Administrasi Publik 5
B. Perubahan Ilmu Administrasi Negara ke Ilmu
Administrasi Publik 15

BAB 3
ADMINISTRASI PUBLIK PADA ERA GLOBALISASI 25
A. Pengaruh Globalisasi dalam Kajian
Administrasi Publik 25
B. Pengaruh Globalisasi Tanpa Batas 39

BAB 4
ADMINISTRAS PUBLIK MASA DEPAN 47
A. Fenomena E-Governance Era Globalisasi 47
B. Administrasi Publik: Perubahan dan Adaptasi 62

BAB 5
INOVASI DAN DIGITALISASI ADMINISTRASI PUBLIK 75
A. Inovasi Administrasi Publik 75
B. Digitalisasi Administrasi Publik 78

DAFTAR PUSTAKA 93

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | ii


Bab 1
Pendahuluan
Istilah administrasi mempunyai sebutan dalam
rangkaian kata yang berlainan, namun semua kalimat yang
dibangun dari kata administrasi mempunyai inti yang sama,
yaitu memandang administrasi sebagai suatu jenis kegiatan,
aktivitas pekerjaan, perbuatan, tindakan ataupun usaha.
Sehingga kegiatan yang dilakukan tidak hanya satu macam,
melainkan merupakan suatu rangkaian kegiatan. Kegiatan
tersebut dilaksanakan dalam satu kerangka kerja sama yang
diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu. Pada hakikatnya
administrasi dapat dipandang sebagai suatu rangkaian kegiatan,
di samping itu juga dapat dipandang sebagai proses pemikiran
dalam suatu kerjasama.
Kemudian eksistensi berasal dari kata bahasa latin
existere yang artinya muncul, ada, timbul, memiliki keberadaan
aktual. Existere disusun dari ex yang artinya keluar dan sistere
yang artinya tampil atau muncul. Terdapat beberapa pengertian
tentang eksistensi yang dijelaskan menjadi empat pengertian.
Pertama, eksistensi adalah apa yang ada. Kedua, eksistensi
adalah apa yang memiliki aktualitas. Ketiga, eksistensi adalah
segala sesuatu yang dialami dan menekankan bahwa sesuatu itu
ada. Keempat, eksistensi adalah kesempurnaan
(https://id.wikipedia.org/wiki/Eksistensi, diakses 30 maret 2017
pukul 07.26). Menurut Sjafirah dan Prasanti (2016:3-4), eksistensi
di artikan sebagai keberadaan. Dimana keberadaan yang di
maksud adalah adanya pengaruh atas ada atau tidak adanya
kita. Eksistensi ini perlu “diberikan” orang lain kepada kita,
karena dengan adanya respon dari orang di sekeliling kita ini
membuktikan bahwa keberadaan atau kita diakui. Masalah
keperluan akan nilai eksistensi ini sangat penting, karena ini
merupakan pembuktian akan hasil kerja atau performa di dalam

Pendahuluan | 1
suatu lingkungan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,
dijelaskan bahwa: “Eksistensi artinya keberadaan, keadaan,
adanya” (Idrus, 1996 : 95). Selain itu dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia dikemukakan bahwa: “Eksistensi; kebendaan, adanya”
(Tim Penyusun, 2005 ; 288). Sehingga makna eksistensi
administrasi public disini lebih mengarah pada pengertian
keberadaannya sebagai kajian ilmu, serta tatanan dalam
perkembangannya pada era globalisasi.
Selanjutnya globalisasi yang berasal dari bahasa Inggris,
yakni “globalize” atau “menyeluruh” dan imbuhan “ization” atau
“proses”. Baca juga: Mengenal Teori-teori Konflik Sosial Menurut
para Ahli Sosiologi Susunan suku kata yang membentuk kata
“globalization” itu diartikan sebagai proses mendunianya segala
sesuatu. Metaverse, itulah teknologi digital yang diprediksi akan
berkembang pesat. Dengan memasuki Dunia Metaverse, dunia
menjadi menjadi lebih terbuka (secara digital) dan penggunanya
dapat berinteraksi dengan lingkungan serta satu sama lain.
Dengan proyeksi berkembangnya istilah Metaverse pada
berbagai perusahaan teknologi yang sekarang berlomba-lomba
menciptakan inovasi yang nantinya dapat digunakan dalam
metaverse. Perusahaan teknologi akan diminta untuk
menangani sejumlah besar data dan informasi yang akan
melampaui pencarian web. Dikarenakan hal tersebut,
perusahaan akan membutuhkan software engineer dengan
keahlian tinggi, seperti desain, artificial intelegence (AI), natural
language processing (NLP), desain AI, dan berbagai istilah
keahlian berkaitan kemajuan teknologi.
Buku ini mencoba merangkum berbagai fenomena yang terjadi
pada abad millennium mulai dari perkembangan ilmu
administrasi secara umum, eksistensi administrasi publik,
inovasi, dan digitalisasi dalam perspektif administrasi publik.
Begitulah sejumlah fakta bidang yang dicakup oleh istilah
administrasi yaitu kerjasama, sehingga Robert Presthus (1975)
sampai-sampai mengungkapkan bahwa cakupan studi
administrasi lebih luas daripada cakupan ilmu-ilmu sosial
lainnya, karena kerja sama dapat ditemukan dalam setiap aspek
kehidupan. Kerja sama merupakan gejala yang universal

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 2


sifatnya, dan sudah ada sejak zaman primitif sampai zaman
modern sekarang ini. Kerja sama juga merupakan satu gejala
yang dapat ditemui dalam semua bidang kehidupan, baik dalam
bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, keagamaan,
pemerintahan, maupun dalam bidang hiburan. Dilihat dari sifat
dan kepentingannya, kegiatan kerja sama dapat dibagi dua,
yakni kegiatan yang bersifat privat dan kegiatan yang bersifat
publik. Karena itu ilmu yang mempelajarinya, yakni ilmu
administrasi, mempunyai dua cabang pula, ilmu administrasi
privat dan ilmu administrasi publik.

Pendahuluan | 3
Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 4
Bab 2
Administrasi Publik

A. PERKEMBANGAN ADMINISTRASI PUBLIK


Kajian ilmu administrasi publik terus mengalami
perkembangan dan kemajuan dalam era globalisasi. Esensi
keberadaannya terus mendapat perhatian dari berbagai ahli dan
pakar professional yang mengkaji ilmu administrasi publik,
untuk memberikan solusi serta penyelesaian permasalahan
publik. Kita telah mengetahui bersama, bermula dari kata
administrasi yang mana The Liang Gie (1978), telah
mengumpulkan lebih dari empat puluh lima definisi
administrasi. Kemudian ia mengelompokkannya ke dalam tiga
macam kategori definisi administrasi, yakni:
1. Istilah Administrasi dalam Pengertian Proses atau
Kegiatan
a. Menurut Sondang P. Siagian administrasi adalah:
"Keseluruhan proses kerja sama antara dua orang
manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya".
b. Menurut Soetarto dan R.P Soewarno administrasi adalah:
"Suatu proses penyelenggaraan dan pengurusan segenap
tindakan/ kegiatan dalam setiap usaha kerja sama
sekelompok manusia untuk mencapai tujuan".

2. Istilah Administrasi dalam Pengertian Tata Usaha


a. Menurut Munawardi Reksohadiprawiro, administrasi
adalah: "Dalam arti sempit, administrasi berarti tata usaha
yang mencakup setiap pengaturan yang rapi dan
sistematis serta penentuan fakta-fakta secara tertulis,
dengan tujuan memperoleh pandangan yang menyeluruh

Administrasi Publik | 5
serta hubungan timbal balik antara satu fakta dengan
fakta lainnya".
b. Menurut G. Kartasapoetra, administrasi adalah: "Suatu
alat yang dapat dipakai menjamin kelancaran dan
keberesan bagi setiap manusia untuk melakukan
perhubungan, persetujuan dan perjanjian atau lain
sebagainya antara sesama manusia dan / atau badan
hukum yang dilakukan secara tertulis".
c. Menurut Harris Muda, administrasi adalah: "Suatu
pekerjaan yang sifatnya: mengatur segala sesuatu
pekerjaan yang berhubungan dengan tulis-menulis, surat
menyurat dan mencatat (membukukan) setiap perubahan
/kejadian yang terjadi di dalam organisasi itu".
3. Istilah Administrasi dalam Pengertian Pemerintah atau
Administrasi Publik
a. Menurut Wijana, administrasi publik adalah: "Rangkaian
semua organ-organ negara rendah dan tinggi, yang
bertugas menjalankan pemerintahan, pelaksanaan dan
kepolisian".
b. Menurut Y. Wayong, administrasi publik adalah:
"Kegiatan yang dilakukan untuk mengendalikan usaha-
usaha instansi pemerintah agar tujuannya tercapai”.

Dari tujuh definisi administrasi yang dikutip dari The


Liang Gie di atas, dapat disimpulkan bahwa administrasi adalah
rangkaian kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya
dengan cara kerja sama. Kerja sama merupakan gejala yang
universal sifatnya, dan sudah ada sejak zaman primitif sampai
zaman modern sekarang ini. Kerja sama juga merupakan satu
gejala yang dapat ditemui dalam semua bidang kehidupan, baik
dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, keagamaan,
pemerintahan, maupun dalam bidang hiburan. Dilihat dari sifat
dan kepentingannya, kegiatan kerja sama dapat dibagi dua,
yakni kegiatan yang bersifat privat dan kegiatan yang bersifat

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 6


publik. Karena itu ilmu yang mempelajarinya, yakni ilmu
administrasi, mempunyai dua cabang pula, ilmu administrasi
privat dan ilmu administrasi publik.
Sekalipun administrasi dapat dikelompokkan dalam tiga
kategori pengertian atau definisi, namun administrasi dalam
pengertian sebagai tata usaha sebaiknya dipahami sebagai
cabang atau bagian dari administrasi. Tata usaha adalah satu
bagian dari kegiatan yang terutama berkaitan dengan
penyediaan, penyimpanan dan penyampaian bahan keterangan
atau informasi yang sangat diperlukan bagi pimpinan dalam
mengelola kegiatan kerja sama. Kegiatan ini dalam bahasa
Inggris disebut "clerical work", bukan "administration". Begitu
pula hanya dengan istilah administrasi dalam pengertian
sebagai pemerintah atau administrasi publik. Di sini administrasi
publik harus kita pahami sebagai satu bagian dari administrasi;
yang memusatkan perhatiannya pada kegiatan yang dijalankan
atau berhubungan dengan institusi-institusi (lembaga-lembaga
atau organisasi-organisasi) publik, dengan demikian tata usaha
dan administrasi publik adalah bagian dari administrasi.
Ilmu administrasi publik adalah ilmu yang mempelajari
kegiatan kerja sama dalam institusi atau organisasi yang bersifat
publik. Sebagai cabang ilmu administrasi, administrasi publik
menggunakan semua teori, konsep, dan analisis yang berlaku
dalam ilmu administrasi. Pada saat yang sama administrasi
publik juga memanfaatkan teori dan konsep yang berlaku dalam
beberapa cabang dari ilmu sosial, seperti ilmu politik, ekonomi,
psikologi, antropologi budaya, dan sosiologi. Menyadari bahwa
persoalan- persoalan publik makin lama makin kompleks,
terutama dalam era globalisasi, maka diperlukan penguasaan
atas pengetahuan ilmiah mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan fungsi dan proses yang berlangsung dalam institusi atau
organisasi publik. Harapannya adalah bahwa dalam bidang
administrasi publik berkembang wawasan yang lebih luas dan
tersedia landasan yang lebih kuat dan bermanfaat bagi
tercapainya tujuan organisasi publik secara lebih efektif, efisien,
optimal.

Administrasi Publik | 7
Sejak awal dekade 1980, dan terus mengalami
perkembangan dalam arus globalisasi, istilah administrasi publik
di Indonesia lebih banyak dipergunakan dan dipersandingkan
dengan istilah administrasi negara. Ada dua alasan, pertama,
istilah administrasi publik berasal dari bahasa Inggris public
administration, yang diterjemahkan dengan administrasi publik.
Kedua, kata public diterjemahkan sebagai publik, bukan negara,
seperti halnya kita menerjemahkan public organization dengan
organisasi publik, dan public policy dengan kebijakan publik.
Berangkat dari pengetahuan dasar mengenai
administrasi publik, selanjutnya akan dibahas posisi administrasi
publik di tengah-tengah kehidupan masyarakat, khususnya di
zaman modern. Keberadaanya yang sangat urgen dewasa ini
mendorong berbagai pihak untuk terus mengkaji dan
mempelajari makna penting studi administrasi publik, yang pada
gilirannya akan diuraikan kekhususan, identifikasi, dan krisis
yang dihadapi administrasi publik. Seperti telah diuraikan
terlebih dahulu bahwa kegiatan yang bersifat kerja sama
mencakup bidang yang sangat luas, berlangsung di mana saja
dan kapan saja. Kerja sama selalu melekat pada kegiatan
manusia, dari jaman dahulu kala seperti masyarakat primitif
telah melakukannya. Apalagi manusia modern sekarang ini,
terus melakukan research dan mengelaborasi, melalui pelitian
dalam bidang apapun, tidak peduli apakah politik, atau pun
ekonomi, budaya, sosial, keagamaan, hiburan dan sebagainya,
yang mana semua di dalam kegiatannya dapat ditemukan unsur
kerja sama.
Kerja sama merupakan rangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih. Hasil yang diperoleh dari
kerja sama tersebut akan lebih besar, lebih banyak, lebih baik
dan lebih efektif, dan efisien bila dibandingkan jika pekerjaan
dilakukan sendiri-sendiri. Dengan kata lain, banyak kegiatan
yang tidak berhasil tanpa kerja sama, misalnya untuk
memindahkan almari yang berat, kita memerlukan kerja sama
dengan orang lain. Tanpa kerja sama, almari tidak dapat
dipindahkan. Begitu pula halnya dengan organisasi. Organisasi

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 8


tidak akan berhasil mencapai tujuan dan sasarannya jika orang-
orang yang menjadi anggota organisasi tidak saling bekerja
sama. Jadi ukuran keberhasilan kerja sama adalah tercapainya
sasaran atau tujuan yang telah ditentukan. Dengan
menggunakan contoh di atas, diletakkannya almari di tempat
yang telah ditentukan, menunjukkan bahwa kerja sama yang
dilakukan berhasil dengan baik.
Di dalam kehidupan sehari-hari, kerja sama merupakan
rangkaian kegiatan yang terus-menerus, saling berkaitan satu
sama lain dan teratur sifatnya. Kegiatan dimaksud diarahkan
untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Untuk membangun sebuah jembatan atau gedung
dibutuhkan banyak orang yang tidak boleh bekerja sendiri-
sendiri, sebaliknya harus bekerja sama satu sama lain agar
jembatan atau gedung tersebut dapat berdiri. Begitu pula halnya
dengan upaya untuk memberantas penyakit menular yang
mewabah seperti malaria, HIV/AIDS, dan Covid 19 akan berhasil
apabila semua orang yang terlibat di dalamnya bekerja sama.
Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang
dalam bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu,
menurut The Liang Gie (1962:63), disebut administrasi. Ia
mendefinisikan administrasi sebagai: "segenap proses
penyelenggaraan dalam setiap usaha kerja sama sekelompok
manusia untuk mencapai tujuan tertentu."
Dari definisi The Liang Gie tersebut, kita mendapatkan
tiga unsur administrasi, yang terdiri dari: 1) kegiatan melibatkan
dua orang atau lebih; 2) kegiatan dilakukan secara bersama-
sama; dan 3) ada tujuan tertentu yang hendak dicapai. Secara
umum ilmu administrasi dibagi dalam dua cabang besar, yakni
administrasi publik (public administration) dan administrasi
niaga (administrasi privat, private administration). Perbedaan
antara dua cabang ilmu ini terletak pada fokus pembahasan atau
objek studi. Administrasi publik memusatkan perhatiannya pada
kerja sama yang dilakukan dalam lembaga-lembaga pemerintah;
sementara administrasi niaga menumpahkan perhatiannya
pada lembaga-lembaga bisnis swasta.

Administrasi Publik | 9
Menyadari bahwa kerja sama terjadi tidak hanya dalam
lingkungan pemerintah tetapi juga dalam lingkungan lembaga-
lembaga swasta, maka diusulkan cabang ilmu administrasi yang
ketiga, yakni Administrasi Kemasyarakatan atau Ilmu
Administrasi Sosial (The Liang Gie, 1962:59), yang mempelajari
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di luar lingkungan pemerintah
dan organisasi swasta. Perincian lebih lanjut mengenai cabang-
cabang ilmu administrasi yang dibuat oleh The Liang Gie (1962:
44-55) menyebutkan delapan cabang keilmuan yang berasal dari
satu rumpun ilmu administrasi.
Cabang-cabang dimaksud adalah:
1. Ilmu Organisasi.
2. Ilmu Manajemen.
3. Ilmu Tata Hubungan.
4. Ilmu Administrasi Kepegawaian.
5. Ilmu Administrasi Keuangan.
6. Ilmu Administrasi Perbekalan.
7. Ilmu Administrasi Perkantoran.
8. Ilmu Hubungan Masyarakat.

Perkembangan selanjutnya akan kita menelusuri


berbagai pengertian administarsi publik, dari berbagai ahli
diawali dengan kajian Administrasi Publik sebagai bahasa
Inggris: Public Administration atau Administrasi Negara sebagai
suatu bahasan ilmu sosial yang mempelajari tiga elemen penting
kehidupan bernegara yang meliputi lembaga legislatif, yudikatif,
dan eksekutif, serta hal-hal yang berkaitan dengan publik yang
meliputi kebijakan publik, manajemen publik, administrasi
pembangunan, tujuan negara, dan etika yang mengatur
penyelenggara negara. Secara sederhana, administrasi publik
adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana pengelolaan
suatu organisasi publik.
Kajian ini termasuk mengenai birokrasi; penyusunan,
pengimplementasian, dan pengevaluasian kebijakan publik;
administrasi pembangunan; kepemerintahan daerah; good
governance, bahkan perkembangan saat ini telah melingkupi

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 10


kepublikan (publicness) atau yang biasa dikenal dengan nilai
publik (public value).
Ilmu Administrasi Negara lahir sejak Woodrow Wilson
(1887), yang kemudian menjadi presiden Amerika Serikat pada
1913-1921, menulis sebuah artikel yang berjudul “The Study of
Administration” yang dimuat di jurnal Political Science Quarterly.
Kemunculan artikel itu sendiri tidak lepas dari kegelisahan
Wilson muda akan perlunya perubahan terhadap praktik tata
pemerintahan yang terjadi di Amerika Serikat pada waktu itu
yang ditandai dengan meluasnya praktik spoil system (sistem
perkoncoan) yang menjurus pada terjadinya inefektivitas dan
inefisiensi dalam pengelolaan negara. Studi Ilmu Politik yang
berkembang pada saat itu ternyata tidak mampu memecahkan
persoalan tersebut karena memang fokus kajian Ilmu Politik
bukan pada bagaimana mengelola pemerintahan dengan efektif
dan efisien, melainkan lebih pada urusan tentang sebuah
konstitusi dan bagaimana keputusan-keputusan politik
dirumuskan.
Menurut Wilson, Ilmuwan Politik lupa bahwa
kenyataannya lebih sulit mengimplementasikan konstitusi
dengan baik dibanding dengan merumuskan konstitusi itu
sendiri. Sayangnya ilmu yang diperlukan untuk itu belum ada.
Oleh karena itu, untuk dapat mengimplementasikan konstitusi
dengan baik maka diperlukan suatu ilmu yang kemudian disebut
Wilson sebagai Ilmu Administrasi tersebut. Ilmu yang oleh
Wilson disebut ilmu administrasi tersebut menekankan dua hal,
yaitu perlunya efisiensi dalam mengelola pemerintahan dan
perlunya menerapkan merit system dengan memisahkan urusan
politik dari urusan pelayanan publik. Agar pemerintahan dapat
dikelola secara efektif dan efisien, Wilson juga menganjurkan
diadopsinya prinsip-prinsip yang diterapkan oleh organisasi
bisnis the field of administration is the field of business. Penjelasan
ilmiah terhadap gagasan Wilson tersebut kemudian dilakukan
oleh Frank J. Goodnow yang menulis buku yang berjudul: Politics
and Administration pada tahun 1900. Buku Goodnow tersebut
sering kali dirujuk oleh para ilmuwan administrasi negara

Administrasi Publik | 11
sebagai "proklamasi‟ secara resmi terhadap lahirnya Ilmu
Administrasi Negara yang memisahkan diri dari induknya, yaitu
Ilmu Politik. Era ini juga sering disebut sebagai era paradigma
dikotomi politik-administrasi. Melalui paradigma ini, Ilmu
Administrasi Negara mencoba mendefinisikan eksistensinya
yang berbeda dengan Ilmu Politik dengan ontologi, epistimologi
dan aksiologi yang berbeda.
Beberapa tahun kemudian, sebuah buku yang secara
sistematis menjelaskan apa sebenarnya Ilmu Administrasi
Negara lahir dengan dipublikasikannya buku Leonard D. White
yang berjudul Introduction to the Study of Public Administration
pada 1926. Buku White yang mencoba merumuskan sosok Ilmu
Administrasi tersebut pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh
berbagai karya ilmuwan sebelumnya yang mencoba
menyampaikan gagasan tentang bagaimana suatu organisasi
seharusnya dikelola secara efektif dan efisien, seperti Frederick
Taylor (1912) dengan karyanya yang berjudul Scientific
Management, Henry Fayol (1916) dengan pemikirannya yang
dituangkan dalam monograf yang berjudul General and Industrial
Management, W.F. Willoughby (1918) dengan karyanya yang
berjudul The Movement for Budgetary Reform in the State, dan Max
Weber (1946) dengan tulisannya yang berjudul Bureaucracy.
Masa berikutnya merupakan periode di mana para
ilmuwan administrasi negara berusaha membangun body of
knowledge ilmu ini dengan terbitnya berbagai artikel dan buku
yang mencoba menggali apa yang mereka sebut sebagai prinsip-
pinsip administrasi yang universal. Tonggak utama dari era ini
tentu saja adalah munculnya artikel L. Gulick (1937) yang
berjudul Notes on the Theory of Organization di mana dia
merumuskan akronim yang terkenal dengan sebutan
POSDCORDB (Planning, Organizing, Staffing, Directing, Co-
ordinating, Reporting dan Budgeting). Tidak dapat dimungkiri,
upaya para ahli administrasi negara untuk mengembangkan
body of knowledge ilmu administrasi negara sangat dipengaruhi
oleh ilmu manajemen. Prinsip-prinsip administrasi sebagaimana
dijelaskan oleh para ilmuwan tersebut pada dasarnya

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 12


merupakan prinsip-prinsip administrasi yang diadopsi dari
administrasi bisnis yang menurut mereka dapat juga diterapkan
di organisasi pemerintah.
Berbagai perkembangan dan pergulatan pemikiran
ilmuwan administrasi negara diwarnai sebuah era pencarian jati
diri Ilmu Administrasi Negara yang tidak pernah selesai.
Kegamangan para ilmuwan administrasi negara dalam
meninggalkan induknya, yaitu Ilmu Politik, untuk membangun
eksistensinya secara mandiri bermula dari kegagalan mereka
dalam merumuskan apa yang mereka sebut sebagai prinsip-
prinsip administrasi sebagai pilar pokok Ilmu Administrasi
Negara. Keruntuhan gagasan tentang prinsip - prinsip
administrasi ditandai dengan terbitnya tulisan Paul Applebey
(1945) yang berjudul Government is Different. Dalam tulisannya
tersebut Applebey berargumen bahwa institusi pemerintah
memiliki karakteristik yang berbeda dengan institusi swasta
sehingga prinsip-prinsip administrasi yang diadopsi dari
manajemen swasta tidak serta merta dapat diadopsi dalam
institusi pemerintah. Karya Herbert Simon (1946) yang berjudul
The Proverbs of Administration semakin memojokkan gagasan
tentang prinsip-prinsip administrasi yang terbukti lemah dan
banyak aksiomanya yang keliru. Kenyataan yang demikian
membuat Ilmu Administrasi Negara mengalami "krisis identitas‟
dan mencoba menginduk kembali ke Ilmu Politik. Namun
demikian, hal ini tidak berlangsung lama ketika ilmuwan
administrasi negara mencoba menemukan kembali fokus dan
lokus studi ini, dengan mengakomodasi berbagai fenomena dan
temuan baru yang mempertemukan jadi dirinya.
Kesadaran bahwa lingkungan pemerintahan dan bisnis
cenderung mengembangkan nilai, tradisi dan kompleksitas yang
berbeda mendorong perlunya merumuskan definisi yang jelas
tentang prinsip-prinsip administrasi yang gagal dikembangkan
oleh para ilmuwan terdahulu. Dwiyanto (2007) menjelaskan
bahwa lembaga pemerintah mengembangkan nilai-nilai dan
praktik yang berbeda dengan yang berkembang di swasta
(pasar) dan organisasi sukarela. Mekanisme pasar bekerja

Administrasi Publik | 13
karena dorongan untuk mencari laba, sementara lembaga
pemerintah bekerja untuk mengatur, melayani dan melindungi
kepentingan publik. Karena karakteristik antara birokrasi
pemerintah dan organisasi swasta sangat berbeda, maka para
ilmuwan dan praktisi administrasi negara menyadari pentingnya
mengembangkan teori dan pendekatan yang berbeda dengan
yang dikembangkan oleh para ilmuwan yang mengembangkan
teori-teori administrasi bisnis. Dengan kesadaran baru tersebut
maka identitas Ilmu Administrasi Negara menjadi semakin jelas,
yaitu ilmuwan administrasi negara lebih menempatkan proses
administrasi sebagai pusat perhatian (fokus) dan lembaga
pemerintah sebagai tempat praktik (lokus).
Di bidang akademik, bidang administrasi publik terdiri
dari sejumlah sub bidang. Para cendikiawan telah mengusulkan
sejumlah set sub-bidang yang berbeda. Salah satu model yang
diusulkan menggunakan lima "pilar":
1. Teori organisasi dalam administrasi publik adalah studi
tentang struktur entitas pemerintah dan banyak hal
khusus yang ditanamkan di dalamnya.
2. Etika dalam administrasi publik berfungsi sebagai
pendekatan normatif dalam pengambilan keputusan.
3. Analisis kebijakan berfungsi sebagai pendekatan empiris
untuk pengambilan keputusan.
4. Penganggaran publik adalah aktivitas dalam
pemerintahan yang berusaha mengalokasikan sumber
daya yang langka di antara permintaan yang tidak
terbatas.
5. Manajemen sumber daya manusia adalah struktur
internal yang memastikan bahwa staf layanan publik
dilakukan dengan cara yang tidak memihak, etis, dan
berbasis nilai. Fungsi dasar sistem SDM adalah
tunjangan karyawan, perawatan kesehatan karyawan,
kompensasi, dan banyak lagi (misalnya, hak asasi
manusia, Undang-Undang Penyandang Disabilitas
Amerika). Para eksekutif yang mengelola direktur SDM
dan personel departemen penting lainnya juga
merupakan bagian dari sistem administrasi publik.

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 14


B. Perubahan Ilmu Administrasi Negara ke Ilmu
Administrasi Publik
Sejarah tentang perubahan Ilmu Administrasi Negara
masih terus berulang. Upaya mendefinisikan diri Ilmu
Administrasi Negara sebagai ilmu administrasi pemerintahan
sebagaimana dijelaskan sebelumnya ternyata tidak berlangsung
lama. Dinamika lingkungan administrasi negara yang sangat
tinggi kemudian menimbulkan banyak pertanyaan tentang
relevansi keberadaan Ilmu Administrasi Negara sebagai
administrasi pemerintahan. Gugatan tersebut terutama
ditujukan pada lokus Ilmu Administrasi Negara yang dirasa tidak
memadai lagi. Menurut Dwiyanto (2007) lembaga pemerintah
dirasa terlalu sempit untuk menjadi lokus Ilmu Administrasi
Negara. Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa lembaga
pemerintahan tidak lagi memonopoli peran yang selama ini
secara tradisional menjadi otoritas pemerintah. Saat ini semakin
mudah ditemui berbagai lembaga non-pemerintah yang
menjalankan misi dan fungsi yang dulu menjadi monopoli
pemerintah saja. Di sisi yang lain, organisasi birokrasi juga tidak
semata-mata memproduksi barang dan jasa publik, tetapi juga
barang dan jasa privat. Pratikno (2007) juga memberikan
konstatasi yang sama. Saat ini negara banyak menghadapi
pesaing-pesaing baru yang siap menjalankan fungsi negara,
terutama pelayanan publik, secara lebih efektif. Selain
pelayanan publik, dalam bidang pembangunan ekonomi dan
sosial, negara juga harus menegosiasikan kepentingannya
dengan aktor-aktor yang lain, yaitu pelaku bisnis dan
kalangan civil society (masyarakat sipil). Secara lebih
tegas, Miftah Thoha (2007), bahkan mengatakan telah terjadi
perubahan paradigma “dari orientasi manajemen pemerintahan
yang serba negara menjadi berorientasi ke pasar (market).
Menurut Thoha, pasar di sini secara politik bisa dimaknai sebagai
rakyat atau masyarakat (public).

Administrasi Publik | 15
Fenomena menurunnya peran negara ini merupakan
arus balik dari apa yang disebut Grindle sebagai too much state,
di mana negara pada pertengahan 1980-an terlalu banyak
melakukan intervensi yang berujung pada jeratan hutang luar
negeri, krisis fiskal, dan pemerintah yang terlalu sentralistis
dan otoriter. Dwight Waldo ialah pesertanya pada umumnya
terdiri dari orang-orang yang berumur 50 dan 60-an tahun.
Gerald Caiden (2000) menandaskan bahwa disiplin administrasi
negara ini pada hakikatnya adalah suatu disiplin yang
menanggapi masalah-masalah pelaksanaan persoalan-
persoalan masyarakat (public affairs), dan manajemen dari
usaha-usaha masyarakat (public business). Hal ini meliputi
segala sesuatu yang dapat dijelaskan sebagai jawaban
masyarakat terhadap masalah-masalah yang memerlukan
pemecahan-pemecahan kolektif bukan perorangan, melalui
suatu bentuk intervensi pemerintah diluar intervensi-intervensi
sosial dan pihak swasta.
Woodrow wilson atau Leonald D. White (2011) yang
ramai mempersoalkan antara politik dan administrasi, yang
pada akhirnya meletakkan administrasi berada diluar kajian
politik. Kata-kata Woodrow wilson yang terkenal antaranya
menyatakan:„ Administration lies outside the proper sphere of
politics. Administration questions are not political questions ;
although politics sets the task for administration, it should not
be suffered to manipulate its offices.’
Beberapa pemikir administrasi negara pada awal
perkembangannya, senantiasa memperdebatkan antara politik
dan administrasi ini. Pemikir lain setelah Woodrow wilson antara
lain Leonald D.White dengan bukunya yang terkenal
Introduction to Study of Public Administrationdapat dikatakan
sebagai pembuka ke arah pengkajian disiplin baru di kalangan
ilmu-ilmu sosial, menurut Inu Kencana (2003) menyatakan
bahwa: “Administrasi negara adalah suatu studi mengenai
bagaimana bermacam-macam badan pemeintah diorganisasi,
diperlengkapi dengan tenaga-tenaganya, dibiayai, digerakkan,

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 16


dan dipimpin.” Menurut Kencana (2003:33), administrasi Negara
mengandung 2 (dua) pengertian, yakni :
1. Administrasi Negara adalah organisasi dan manajemen
dari manusia dan benda guna mencapai tujuan-tujuan
pemerintah.
2. Administrasi Negara adalah suatu seni dan ilmu yang
dipergunakan untuk mengatur urusan-urusan negara.
M. E. Dimoc & G. O. Dimoc (2011): Administrasi Negara
merupakan kegiatan pemerintah di dalam melaksanaan
kekuasaan politiknya, administrasi Negara mengandung 3 (tiga
arti), yakni:
1. Administrasi Negara sebagai fungsi pemerintah untuk
mengurus atau menangani urusan-urusan kenegaraan
(publik servicess) secara tertentu.
2. Administrasi Negara sebagai aparatur dan aparat
pemerintah sebagai suatu organisasi untuk
mengendalikan keadaan pemerintahan negara.
3. Administrasi Negara sebagai proses penyelenggaraan
berbagai macam tugas dan urusan pemerintah secara
terorganisasi, sistematika, metodis, dan teknis.
Dwiyanto (2007) menyebut setidaknya ada empat faktor
yang menjadi sebab semakin menurunnya dominasi peran
negara, yaitu: Dinamika ekonomi, politik dan budaya yang
membuat kemampuan pemerintah semakin terbatas untuk
dapat memenuhi semua tuntutan masyarakat:
1. Globalisasi yang membutuhkan daya saing yang tinggi di
berbagai sektor menuntut makin dikuranginya peran
negara melalui debirokratisasi dan deregulasi
2. Tuntutan demokratisasi mendorong semakin banyak
munculnya organisasi kemasyarakatan yang menuntut
untuk dilibatkan dalam proses perumusan kebijakan dan
implementasinya;
3. Munculnya fenomena hybrid organization yang
merupakan perpaduan antara pemerintah dan bisnis.

Administrasi Publik | 17
Berbagai fenomena tersebut menimbulkan gugatan di
antara para mahasiswa maupun ilmuwan Ilmu Administrasi
Negara: Apakah masih relevan menjadikan pemerintah sebagai
lokus studi Ilmu Administrasi Negara?
Pemaparan di atas menunjukkan bahwa kata "negara‟
dalam Ilmu Administrasi Negara menjadi terlalu sempit dan
kurang relevan lagi untuk mewadahi dinamika Ilmu Administrasi
Negara di awal abad ke-21 yang semakin kompleks dan dinamis.
Utomo (2007) menyebutkan bahwa dalam perkembangan
konsep Ilmu Administrasi Negara telah terjadi pergeseran titik
tekan dari negara yang semula diposisikan sebagai agen tunggal
yang memiliki otoritas untuk mengimplementasikan berbagai
kebijakan publik menjadi hanya sebagai fasilitator bagi
masyarakat. Dengan demikian istilah public administration tidak
tepat lagi untuk diterjemahkan sebagai administrasi negara,
melainkan lebih tepat jika diterjemahkan menjadi administrasi
publik. Sebab, makna kata ‟publik‟ di sini jauh lebih luas
daripada kata ‟negara‟ (Majelis Guru Besar dan Jurusan Ilmu
Administrasi Negara UGM, 2007: x). Publik di sini menunjukkan
keterlibatan institusi-institusi non-negara baik di sektor bisnis
maupun civil society di dalam pengadministrasian pemerinta-
han.
Konsekuensi dari perubahan makna public administrat-
ion sebagai administrasi publik di sini adalah terjadinya
pergeseran lokus Ilmu Administrasi Negara dari yang
sebelumnya berlokus pada birokrasi pemerintah menjadi
berlokus pada organisasi publik, yaitu birokrasi pemerintah dan
juga organisasi-organisasi non-pemerintah yang terlibat
menjalankan fungsi pemerintahan, baik dalam hal
penyelenggaraan pelayanan publik maupun pembangunan
ekonomi, sosial maupun bidang-bidang pembangunan yang
lain. Dengan adanya pergeseran makna ‟publik‟ sebagaimana
dijelaskan di atas, maka ilmu administrasi publik telah
menemukan lokusnya secara lebih jelas. Intinya, semua aktivitas
yang terjadi pada birokrasi pemerintah dan organisasi-
organisasi non-pemerintah yang menjalankan fungsi

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 18


pemerintah menjadi bidang perhatian ilmuwan administrasi
publik. Apabila lokus ilmu administrasi publik menjadi semakin
jelas, pertanyaan berikutnya adalah apa yang seharusnya
menjadi fokus perhatian ilmuwan administrasi publik. Kegelisa-
han tersebut kemudian dijawab dengan munculnya studi
kebijakan publik sebagai pokok perhatian ilmuwan administrasi
publik. Hal ini merupakan implikasi yang sangat logis karena
kebijakan publik merupakan output utama dari pemerintah
(Dwiyanto, 2007). Bagi pemerintah, kebijakan merupakan
instrumen pokok yang dapat dipakai untuk mempengaruhi
perilaku masyarakat dalam upaya memecahkan berbagai
persoalan publik (public affairs). Upaya tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan kebijakan domestik yang bersifat:
distributive policy, protective regulatory policy, competitive
regulatory policy, dan redistributive policy (Ripley, 1985: 60).
Dwiyanto (2007) dengan mengutip pendapat Denhardt
mengatakan bahwa tingginya minat ilmuwan administrasi publik
untuk memusatkan perhatian pada studi kebijakan semakin
meningkatkan keyakinan bahwa para administrator memiliki
intensitas yang tinggi dalam proses perumusan kebijakan publik.
Hal ini juga semakin menguatkan argumen bahwa ilmu
administrasi publik memang tidak dapat dipisahkan dari
induknya Ilmu Politik, sebab proses perumusan kebijakan itu
sendiri tidak hanya dilakukan melalui tahapan yang bersifat
teknokratis akan tetapi juga melampaui tahapan yang bersifat
politis. Tahapan teknokratis dalam proses perumusan kebijakan
memiliki posisi sentral. Sebab, pada tahapan ini berbagai solusi
cerdas sebagai upaya memecahkan persoalan masyarakat
digodok agar dapat dirumuskan serangkaian alternatif kebijakan
yang dapat dipilih oleh para policy maker melalui proses politik.
Pentingnya proses teknokratis dalam pembuatan kebijakan
semakin membuat analisis kebijakan publik menjadi keahlian
yang sangat vital yang dibutuhkan oleh para praktisi administrasi
publik.
Berbagai tokoh seperti William N. Dunn (1981), Carl
Patton dan David Sawicki (1983), Arnold J. Meltsner (1986), dan
lain-lain telah menghasilkan berbagai buku penting sebagai

Administrasi Publik | 19
acuan para ilmuwan dan praktisi administrasi publik dalam
melakukan kegiatan analisis kebijakan publik. Selain itu,
kenyataan bahwa kebijakan yang telah dirumuskan tidak selalu
menjamin implementasinya akan berjalan mulus juga memicu
munculnya studi implementasi kebijakan publik di dalam ilmu
administrasi publik. Para ilmuwan seperti Jeffrey Pressman dan
Aaron Wildavsky (1984), Merilee Grindle (1980), Malcolm Goggin
et.al (1990) merupakan sebagian ilmuwan yang menjadi pelopor
pengembangan studi implementasi dalam disiplin Ilmu
Administrasi Publik.
Administrasi pubilik adalah istilah yang berasal dari
Bahasa Inggris public administration yang pada saat ini menjadi
bagian daripada disiplin ilmu pengetahuan yang telah
dikembangkan di berbagai negara, termasuk di Indonesia.
Disiplin ilmu adminitrasi publik banyak dikembangkan
diberbagai negara berkembang maupun negara maju karena
setiap negara pada dasarnya memerlukan kajian tentang
bagaimana merumuskan adminitrasi publik yang sesuai dengan
kultur budaya yang berkembang. Meski demikian tak jarang
diantara masyarakat Indonesia kurang mengetahui defenisi atau
pengertian administrasi publik menurut para ahli.
Pengertian administrasi publik pada dasarnya terdiri dari
dua unsur kata, yakni administrasi dan publik “Administrasi”yaitu
dua orang/lebih bersatu untuk mencapai tujuan menggunakan
organisasi dan managemen. Sedangkan “Publik” Umum /
masyarakat, bukan privat. Merupakan masyarakat madani yang
terdiri dari pemerintah dan kelompok masyarakat. Pengelolaan
bersama kepentingan publik (masyarakat madani). Dengan
demikian Definisi Administrasi Publik ialah ilmu yang
mempelajari bagaimana pengelolaan suatu organisasi public /
umum. Berdasarkan sejarah dan ciri-ciri perkembangannya Ilmu
Administrasi Publik yang telah berlangsung selama ini (OPA,
NPM, dan NPS) dapat dilihat pada
table berikut:

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 20


Tabel 1
Perbandingan Perspektive OPA, NPM, dan NPS
Sumber : (Denhardt, The Public Service, 2003:28)
Definisi ini sejalan dengan pendapat unsur-unsur administrasi
publik serta pengertian administrasi publik menurut para ahli.
Berikut definisi administrasi publik menurut para ahli, antara
lain;
Perspective OPA NPM NPS
(Sebelum (Tahun 1970- (Tahun
tahun 1970-an) Tahun 2003) 2003-
sekarang)
Primary Political theory Economic theory Democratic
theoretical theory
To whom are Clients & Custumers Citizens
public servants Constituents
responsive
Role of Rowing Steering Serving
government

1. Chandler dan Plano dalam Keban, “Administrasi publik adalah


serangkaian proses dimana sumber daya dan personel publik
diorganisir dan dikoordinasikan untuk memformulasikan,
mengimplementasikan, dan mengelola keputusan-keputusan
dalam kebijakan publik”

2. Rshall E. Dimock, Gladys O. Dimock dan Louis


W.Koenig dalam Harbani Pasolong, “administrasi publik adalah
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah pusat ataupun
pemerintah daerah di dalam melaksanakan kekuasaan
politiknya. Kekuasaan politik ini bisa di dapatkan dari sistem
demokrasi dan juga sistem warisan (kerajaan)”

3. Dwight Waldo, “administrasi publik adalah


sebagai manajemen yang dilakukan dalam sebuah organisasi
dari manusia-manusia dan peralatannya guna mencapai tujuan
pemerintah. Tujuan pemerintah ini di dapatkan dari sistem
kapanye pada tehap sebelumnya”

Administrasi Publik | 21
4. Harbani Pasolong, “administrasi publik ialah bentuk
kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok orang atau lembaga
dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dalam
memenuhi kebutuhan publik secara efisien dan efektif”

5. Dr. H. Amin Ibrahim, “administrasi publik adalah seluruh


upaya penyelenggaraan pemerintah yang meliputi kegiatan
manjemen pemerintah (perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pembangunan) dengan
sebuah mekanisme kerja serta dukungan sumber daya
manusia”

6. Fesler. “administrasi publik adalah upaya penyusunan dan


pelaksanaan kebijakan yang dilakukan oleh birokrasi dalam
sekala besar untuk kemudian beralifiasi pada kepentingan
publik (masyarakat), yang pada intinya arti ini di dapatkan untuk
kepentingan masyarakat”

7. Barton dan Chappel, “administrasi publik adalah bentuk “the


work of government“yang artinya pekerjaan yang dilakukan
pemerintah pusat atau pemerintah daerah untuk kepentingan
bersama, baik untuk masyarakat itu sendiri ataupun untuk
pemerintah”

8. Nigro dan Nigro, “administrasi publik adalah bentuk usaha


kerjasama kelompok dalam lingkungan publik, yang kemudaian
mencakup dalam tigal, yakni lembaga judikatif, lembaga
legislative, dan lebaga axekutif yang dilakukan kerjasama dalam
upaya menciptakan kesejahteraan bersama”

9. Starling; “administrasi publik sebagai upaya dicapai


pemerintah yang kemudian upaya tersebut akan bisa dilakukan
sesuai dengan pilihan kebijakan sebagai mana yang telah di
janjikan pada saat kampanye pemilihan”

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 22


10. Rosenbloom. “administrasi publik sebagai bentuk
pemanfaatan teori, proses manajemen, politik, dan hukum
untuk kemudian mampu menjadi bentuk optimalisasi
pemerintah guna menjamin bahwa pemerintah adalah fungsi
pengaturan pelayanan masyarakat”

11. Nicholas Henry, “administrasi publik sebagai bentuk


kombinasi yang komplek antara teori dan praktek. Teori ini di
dapatkan dari kajian penelitian ilmiah serta diskusi ilmiah yang
dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan yang di
embannya”

12. Dimock dan Fox, “administrasi publik adalah upaya untuk


memproduksi barang dan jasa. Barang dan jasa tersebut
direncanakan untuk melayani kebutuhan masyarakat,
kebutuhan ini bisa di dapatkan dari kegiatan manusia setiap
harinya”

13. John M. Pfiffner, “administrasi publik adalah upaya


pelaksanaan kebijakan negara, dimana pelaksanaan
kebijakan tersebut sudah ditetapkan oleh badan perwakilan
politik yang mewakili masyarakat”

14. Leonard D. White, “administrasi publik adalah kegiatan


untuk mencapai tujuan dengan mendasarkan kepada
kebijakan Negara yang telah disepakati bersama-sama,
kesempatan ini dilakukan antara lembaga negara”

15. E.H. Litcfiled, “administrasi public adalah studi mengenai


rmacam-macam badan pemerintah yang diorganisir,
dilengkapi, dibiayai, digerakkan dan digerakan oleh satu
dipimpin dalam dunia pemerintahan yang ada di negara”.

Dari beberapa penjelasan mengenai defenisi


administrasi publik tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwasanya administrasi publik adalah ilmu pengetahuan yang
dipelajari dalam upaya mengorganisir beberapa lembaga di

Administrasi Publik | 23
dalam Negara. Kemudian disatukan kedalam satu tujuan yang
sama, yakni menyejahterakan masyarakat sebagai pemilik
mandat terhadap negara.

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 24


Bab 3
Administrasi Publik Pada Era
Globalisasi

A. PENGARUH GLOBALISASI DALAM KAJIAN


ADMINISTRASI PUBLIK
Globalisasi secara umum menurut George Ritzer adalah,
“suatu proses penyebaran kebiasaan-kebiasaan yang mendunia,
ekspansi hubungan yang melintasi benua, organisasi dari
kehidupan sosial pada skala global, dan pertumbuhan dari
sebuah kesadaran global bersama” (George Ritzer: 2020).
Sementara menurut Anthony Giddens, “globalisasi merupakan
intensifikasi relasi sedunia yang menghubungkan lokalitas yang
saling berjauhan sedemikian rupa sehingga sejumlah peristiwa
sosial dibentuk oleh peristiwa yang terjadi pada jarak bermil-mil
dan begitu pula sebaliknya”. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa globalisasi merupakan terintegrasinya segala aspek
kehidupan manusia, mulai dari ekonomi, informasi, sistem
politik sampai aspek budaya.
Arus globalisasi telah merambah keseluruh dunia dan
mempengaruhi kehidupan dan peradaban di berbagai belahan
penjuru dunia tampa kompromi, hampir semua aspek
kehidupan terpengaruh olehnya mulai dari perkotaan sampai
kepelosok-pelosok daerah pedesaan. Bumi yang kita diami ini
seakan-akan seperti daerah global yang saling terkoneksi
dengan cepatnya antara satu dengan yang lainnya. Keunggulan
dan kecanggihan teknologi, membuat globalisasi cepat
terkoneksi dan membanjiri segenap penjuru dunia dengan arus
informasi yang begitu cepat dan mudah diakses oleh setiap
manusia. Secara ekonomi, politik dan budaya, dunia seakan-

Administrasi Publik pada Era Globalisasi | 25


akan tanpa sekat teritorial negara karena semuanya seakan
menjadi satu dalam sebuah dunia global.
Globalisasi secara masif diberlakukan di seluruh dunia
sejak tahun 1980 seiring dengan kian dominannya Blok Barat
yang dikomandoi oleh Amerika Serikat dalam percaturan dunia
setelah kolapsnya Uni Sovyet dengan Blok Timurnya. Sebagai
sebuah sistem, globalisasi tentu memunculkan dampaknya
terhadap masyarakat dunia. Pada saat suatu negara mampu
menangkap berbagai peluang dalam mengembangkan
negaranya maka pada satu sisi tersebut tentu memberikan
ruang globalisasi berdampak positif bagi upaya pemerintahnya
memperbaiki perekonomiannya dan meningkatkan taraf
kehidupan masyarakatnya tentu akan memperoleh standar
hidup yang lebih layak. Hal ini karena globalisasi menyediakan
arena berkompetisi yang sama bagi setiap negara untuk
memanfaatkan peluang yang disediakan. Fenomena kesuksesan
Tiongkok dan India menjadi contoh fenomena tersebut, yaitu
kedua negara tersebut mampu memanfaatkan kesempatan-
kesempatan yang disediakan globalisasi yang membuat
perekonomiannya mengalami peningkatan, bahkan kemudian
menjadi dua kekuatan baru ekonomi dunia yang layak
dikemukakan sebagai perbandingan dan contoh untuk negara
lainnya.
Sebaliknya, globalisasi ternyata juga memunculkan
berbagai efek negatif di seluruh penjuru dunia. Menurut Petras
and Veltmeyer, globalisasi hanya dinikmati oleh negara-negara
maju, sementara negara-negara Dunia Ketiga hanya berperan
sebagai penonton, bahkan menjadi konsumen dan korban dari
beragam ekses negatif yang ditimbulkannya. Menurut Shiva,
globalisasi juga memarginalisasi petani yang ada di negara-
negara Dunia Ketiga karena berbagai aturan perdagangan global
membuat mereka semakin terpinggirkan, bahkan tercerabut
dari sistem, profesional dan cara hidup yang selama ini
dilakoninya. Kekurangan pendanaan, terbatasnya infrastruktur,
dan terbatasnya kesiapan sumber daya manusia yang ada
menjadi kendala dan penghambat pergerakan penyerapan efek

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 26


positif globalisasi pada negara berkembang dan negara dunia
ketiga lainnya.
Lebih jauh juga diklaim oleh Tauli-Corpuz, globalisasi
justru mengikis sistem ekonomi dan kebudayaan lokal yang ada
di negara-negara Dunia Ketiga karena proyek-proyek yang
dibiayai oleh badan kapital (IMF) lebih banyak dilaksanakan di
daerah-daerah tanpa ada pembicaraan terlebih dahulu dengan
penduduk lokal. Hirst and Thomson juga mengatakan bahwa
globalisasi yang diklaim sebagai sarana menuju kesejahteraan
masyarakat dunia ini tidak lebih hanya sebuah mitos. Karenanya,
Hirst and Thomspon mengajukan lima argumen untuk
mendasari kesimpulannya tersebut.
Pertama, keterbukaan ekonomi internasional yang
dijadikan jurus jitu para pendukung globalisasi untuk menarik
simpati dunia sesungguhnya tidak lebih terbuka dibandingkan
tahun 1870 sampai 1914.
Kedua, eksistensi perusahaan transnasional murni
sebagai salah satu agen globalisasi sulit ditemukan karena
meskipun berbasis nasional, tetapi pemasarannya menjangkau
lintas negara dan internasional untuk memperkuat aset
nasional, produksi dan penjualannya.
Ketiga, mobilitas modal yang diklaim para pendukung
globalisasi akan mengalir deras ke Dunia Ketiga tidak
sepenuhnya menjadi kenyataan karena lebih terkonsentrasi di
negara-Negara Maju, sementara Dunia Ketiga tetap berada pada
posisi terpinggirkan.
Keempat, tujuan akan terciptanya ekonomi sebagaimana
yang diklaim para pendukung globalisasi sesungguhnya tidak
benar-benar terjadi karena arus perdagangan, investasi dan
keuangan global lebih banyak berkonsentrasi di Tri Tunggal
Eropa (Inggris, Perancis dan Jerman), Jepang dan Amerika Utara,
termasuk juga Tiongkok dan India.
Terakhir, oleh karena tidak merata di seluruh dunia,
maka Inggris, Perancis, Jerman, Jepang, Amerika Serikat dan

Administrasi Publik pada Era Globalisasi | 27


Kanada mengendalikan setiap aspek ekonomi dunia sejalan
dengan tujuannya.
Sejalan dengan Hirst and Thomspon, Tandon
mengajukan fakta terkait tidak globalnya perekonomian dunia
karena hanya dikuasai dan didominasi oleh tiga kekuatan dunia.
Ketiga kekuatan utama dunia yang dinamai sebagai Triad
tersebut adalah Amerika Utara, Eropa Barat dan Asia Timur
menguasai sumberdaya yang dimiliki kawasan yang
dihegemoninya (hinterland).
Menurut Samir Amin, globalisasi adalah metamorphosis
dari penjajahan ketiga yang dilakukan Barat terhadap Dunia
Ketiga, setelah sebelumnya mempraktikkan merkantilisme dan
imperialisme. Seiring dengan runtuhnya Uni Sovyet, maka pola
imperialisme dalam format globalisasi yang dilakukan untuk
memperkuat Trio Pusat (Amerika Serikat, Eropa Barat dan
Jepang) mendapatkan dukungan dari beberapa kekuatan, yaitu
wewenang untuk campur tangan dalam urusan dalam negeri
negara lain yang diperkuat oleh demokrasi, hak rakyat dan
kemanusiaan. Hal ini semakin diperkuat dengan strategi unjuk
kekuatan militer Barat di berbagai negara yang berafiliasi
dengannya untuk memastikan hegemoninya tetap kuat.
Chakrabarty mengatakan bahwa globalisasi tidak lain
merupakan manifestasi dari ambisi Eropa membangun kembali
hegemoninya menggunakan serangkaian praktik imperialisme
sejarah di negara-negara Dunia Ketiga.
Demikian sederet dampak dan pandangan positif dan
negatif dari pemberlakukan globalisasi di seluruh dunia yang
ditengarai oleh banyak kalangan. Di samping beberapa dampak
di atas, globalisasi juga memunculkan perdebatan di kalangan
ahli mengenai peran negara atau pemerintah dalam
pembangunan. Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa
globalisasi telah membuat bumi ini seakan seperti sebuah desa
yang tidak disekat oleh batas-batas teritorial negara.
Terintegrasinya dunia secara politik, ekonomi, budaya dan
informasi membuat orang-orang dengan mudahnya dapat
saling berinteraksi dan memanfaatkan peluang tanpa

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 28


terkendala dengan status negara di manapun dan kapanpun.
Akibatnya, batas-batas fisik terirorial negara melebur sehingga
dengan demikian pemerintah pun dianggap tidak memiliki
banyak peranan dalam pembangunan.
Isu peran yang dimainkan negara atau pemerintah
menjadi salah satu tema sentral dalam perdebatan seputar
globalisasi. Hal ini karena sebagai pihak yang diserahkan
tanggungjawab pengelolaan negara, pemerintah sebagai
manifestasi negara seharusnya berperan aktif dalam mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi rakyatnya. Peran dimaksud
mewujudkan diri dalam kebijakan-kebijakan publik yang
dimaknai oleh Steven A. Peterson sebagai tindakan yang
dilakukan pemerintah untuk mengatasi beragam masalah.
Begitu pula kebijakan publik yang dipahami oleh Leo Agustino
sebagai sebuah tindakan yang dilakukan pihak oleh berwenang,
memiliki maksud atau tujuan tertentu, tidak bersifat acak atau
terencana, memiliki sasaran dan berorientasi pada tujuan, serta
berlandaskan pada aturan yang berlaku. Globalisasi dengan
segala dampaknya perlu mendapatkan perhatian dari
pemerintah agar ekses positifnya dapat dimanfaatkan dengan
baik dan ekses negatifnya dapat dihindari oleh rakyat.
Sebagai pihak yang secara konstitusional berperan
penting dalam sebuah negara, pemerintah tidak selamanya
menjadi pemain tunggal dalam pengelolaan negerinya. Catatan
sejarah mengungkapkan dinamisnya peran yang dimainkan
pemerintah dalam pembangunan negara. Ada saat ketika
pemerintah sangat berperan, bahkan sangat absolut, dalam
melakukan pembangunan dalam sebuah negara, akan tetapi
ada pula masa dimana pemerintah tidak lebih sebagai
pelengkap saja.
Menurut Budi Winarno, peran negara dalam
pembangunan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: peran
negara era tahun 1950-1960-an dan peran negara era 1970-an
sampai sekarang. Peran yang dimainkan negara di masa
sebelum 1970-an sangat signifikan dalam menentukan arah dan
kebijakan pembangunan suatu bangsa, tetapi setelah tahun

Administrasi Publik pada Era Globalisasi | 29


1970 sampai sekarang terjadi pemangkasan peran yang
dimainkan negara.
Perdebatan mengenai peran yang dijalan negara atau
pemerintah dalam pembangunan ini menurut Anthony Giddens
memunculkan dua kelompok besar yang masing-masing
melahirkan teori, yaitu kelompok radikal di satu sisi dan
kelompok skeptis di sisi yang lain. Secara umum, kelompok
radikal diidentifikasikan sebagai kumpulan pemikir sosial yang
mendukung globalisasi karena menganggapnya sebagai sebuah
keniscayaan dalam kehidupan manusia, sementara skeptis
dikenal sebagai kelompok intelektual yang meragukan
kemungkinannya, bahkan menentang keberadaannya. Sebagai
upaya mendukung pendapatnya, masing-masing kelompok ini
mengajukan beragam asumsi dan data yang dimilikinya.
Peran negara dalam pembangunan dimulai selama
Perang Dunia Kedua dengan mengendalikan seluruh kekuatan
nasional. Menurut Abidin, peran pemerintah semakin signifikan
setelah berakhirnya perang yang telah merusak beragam
infrastruktur untuk meyakinkan rakyat akan keperluan
pembangunan dan mengajaknya berpartisipasi, proses
nasionalisasi beragam lembaga ekonomi yang ditinggalkan
penjajah, koordinasi dan komplemantaritas antar berbagai
industri dan bisnis, dan melakukan pembangunan berencana
yang terpusat.
Teori Keynes menjadi landasan perlunya intervensi
pemerintah dalam setiap aspek pembangunan yang diwujudkan
dengan Program Marshall Plan sehingga mengantarkan Amerika
dan Eropa berjaya dalam bidang ekonomi dan lain sebagainya.
Langkah ini juga diikuti oleh beragam negara Dunia Ketiga,
seperti Indonesia yang menerapkan Rencana Pembangunan
Lima Tahun (Repelita), Malaysia yang menerapkan berbagai
kebijakan untuk memacu industrialisasi berturut-turut mulai
tahun 1970 sampai tahun 1995 dan India yang membentuk
Komisi Perencanaan Nasional sebagai upaya mendorong
Rencana Lima Tahunan.

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 30


Menurut Kamal Mathur, terdapat tiga cara yang dilakukan
negara di masa sebelum tahun 1970 dalam upaya membangun
bangsa, yaitu melalui belanja pemerintah, melalui mobilisasi
sumberdaya dan melalui partisipasi dalam produksi industrial
yang dilaksanakan dalam tiga wilayah kebijakan (investasi,
perdagangan dan finansial). Wilayah pertama dilakukan negara
dengan cara menerbitkan beragam kebijakan untuk
menciptakan iklim investasi yang kondusif sebagai upaya
menarik minat para investasi asing untuk menanamkan
modalnya di dalam negeri. Hal yang sama juga dilakukan negara
terkait dengan kebijakan-kebijakan pada aspek perdagangan
dan finansial yang berintikan penciptaan iklim yang
memungkinkan perekonomian dapat berkembang dengan baik.
Terkait dengan hal ini, Michael Todaro mengungkapkan faktor-
faktor yang mendasari diperlukannya peran negara dalam
pembangunan, yaitu: kegagalan pasar, mobilisasi sumberdaya
dan dampak psikologis. Kegagalan pasar dalam
menstabilisasikan komoditas dan harga berdampak pada
mislokasi sumberdaya yang dapat berbahaya di masa
mendatang. Mobilisasi sumberdaya diperlukan karena negara-
negara berkembang umumnya menghadapi kendala kualitas
sumberdaya manusia sehingga dengan adanya peran
pemerintah membuat arah pembangunan menjadi lebih fokus.
Dengan peran negara yang kuat dan dominan akan berdampak
psikologis bagi masyarakat sehingga akan tercipta
pembangunan yang dapat mencapai tujuan-tujuan yang
diharapkan.
Peran negara yang dominan dalam pembangunan
setelah Perang Dunia Kedua mulai mendapatkan kritikan yang
dimulai pada tahun 1970 seiring dengan melambatnya
perekonomian Amerika dan Eropa setelah berjaya selama
hampir 25 tahun. Upaya mengurangi peran negara pertama kali
dilakukan oleh Inggris di masa Perdana Menteri Margareth
Thatcher dan di Amerika Serikat di bawah Presiden Ronald
Reagan. Pengurangan peran negara dilakukan Thatcher
terhadap empat wilayah publik, yaitu: pelayanan kesehatan,
pendidikan, santunan pengangguran dan pensiunan hari tua.

Administrasi Publik pada Era Globalisasi | 31


Berbeda dengan di masa sebelum 1970 yang berparadigma
state-led development, pemangkasan peran negara setelah
kemenangan Kelompok Neoliberal di Eropa dan Amerika Serikat
menggeser cara pandang kebijakan menjadi market-led
development.
Kritikan terhadap paradigma pembangunan yang
selama ini diterapkan dan pemangkasan peran negara dalam
pembangunan ini dilancarkan oleh kalangan yang berperspektif
radikal. Hal ini karena globalisasi menurut kelompok ini
dipahami sebagai sejarah baru yang terjadi dalam kehidupan
manusia yang menempatkan negara tradisional menjadi tidak
lagi relevan, terutama dalam konteks unit-unit bisnis yang ada
dalam sebuah ekonomi global. Bagi kaum radikal, batas-batas
negara bukan waktunya lagi untuk dijadikan topik bahasan
karena globalisasi sudah meluluhlantakkannya. Di samping itu,
dominannya peran negara dalam urusan-urusan perekonomian
sebagaimana yang dipraktikkan sebelum tahun 1970 diklaim
sebagai kekangan dan kungkungan yang menghambat efisiensi
penggunaan sumberdaya-sumberdaya dunia yang langka.
Kenichi Ohmae merupakan salah satu tokoh radikal yang
mengusulkan pemangkasan peran negara agar tujuan-tujuan
globalisasi dalam digapai dengan sukses. Terkait dengan ini,
Ohmae mengajukan empat alasan yang memperkuat
pandangannya mengenai marginalisasi peran negara yang
disebutnya sebagai Faktor “i”. Investasi merupakan faktor “i”
pertama, karena sebaran dana dapat menyebar ke tempat-
tempat yang justru berada di luar wilayah asal dana tersebut.
Faktor “i” kedua adalah industri, karena ekspansinya sudah tidak
mengenal lagi batas-batas negara, tetapi berdasarkan pada
pertimbangan pangsa pasar sehingga banyak perusahaan yang
justru beroperasi jauh berada di luar wilayah asalnya. Teknologi
informasi menjadi faktor “i” ketiga, karena pesatnya
perkembangan kedua entitas ini sehingga mampu melintasi
batas-batas negara, bahkan hanya dalam hitungan detik saja.
Faktor “i” terakhir yang memperkuat pandangan Ohmae akan
marginalisasi peran negara adalah konsumen-konsumen

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 32


individual yang berorientasi global sudah dapat mengakses
berbagai kebutuhan di seluruh dunia karena kemajuan teknologi
informasi, tanpa terhambat oleh batas-batas negara.
Diskursus peran negara dalam pembangunan di era
globalisasi ternyata belum berakhir dengan bergesernya
kebijakan menjadi market-led development yang didukung oleh
beberapa kalangan. Menurut Holton dan Wolf, pemangkasan
peran negara dalam globalisasi justru melupakan sejarah karena
perkembangan pesat globalisasi yang dijadikan alasan kelompok
pendukungnya tidak dapat disangkal merupakan peran negara.
Negara-negara yang menjadi aktor utama globalisasi (Amerika
Utara, Eropa Barat dan Asia Timur) saat ini bisa mendapatkan
keuntungan yang besar melalui korporasi-korporasi dan
lembaga-lembaga internasional merupakan implikasi dari peran
negara melalui beragam kebijakan yang dihasilkannya. Di
samping itu, Holton dan Wolf juga mengatakan bahwa korporasi-
korporasi dan lembaga-lembaga internasional yang menjadi
agen utama globalisasi tentu membutuhkan arena wilayah
untuk memainkan peranannya yang tentunya secara politik
diwakili oleh negara.
Masih dalam konteks yang sama, Singh juga mengatakan
bahwa peran negara justru semakin kuat dan sangat layak untuk
dikemukakan di era globalisasi. Sebagai upaya menguatkan
pendapatnya, Singh mengajukan beberapa alasan pembenar
terkait semakin menguatnya peran negara di tengah masifnya
kegiatan globalisasi di seluruh dunia. Alasan pertama, tidak
semua negara berkurang atau melemah peranannya di era
globalisasi, karena tingkatannya sangat berbeda antara satu
negara dengan negara lainnya, tergantung dengan ukuran,
kekuatan militer, dan kekuatan negara. Sebagai kekuatan utama
dunia dan aktor utama globalisasi, peran Amerika Serikat tentu
tidak melemah dibandingkan dengan beberapa negara Dunia
Ketiga yang ada di Asia dan Afrika karena tingkatan ukuran,
kekuatan militer dan kekuatan negaranya sangat berbeda.
Faktor penguat kedua adalah secara finansial ongkos
yang harus dikeluarkan pemerintah untuk menjadi bagian dari

Administrasi Publik pada Era Globalisasi | 33


globalisasi tidak begitu signifikan menggerogoti keuangan
negara. Hal ini karena sebuah negara yang semakin terintegrasi
dengan negara-negara lainnya, maka pengeluaran negara akan
cenderung bertambah daripada berkurang. Faktor ketiga,
privatisasi sektor publik yang menjadi prasyarat bagi globalisasi
yang disyaratkan oleh salah satu aktornya (IMF) bukan berarti
penolakan terhadap intervensi negara. Hal ini karena, meskipun
privatisasi di satu sisi dapat menyebabkan penurunan
kepemilikan publik, namun di lain sisi kebijakan ini akan
berdampak pada peningkatan regulasi negara melalui
pembentukan otoritas, kebijakan regulasi persaingan, norma
keterbukaan, dan langkah-langkah kebijakan baru lainnya.
Faktor terakhir, meskipun peran negara akan berkurang pada
aspek ekonomi, namun di sektor-sektor lain peran negara akan
meningkat secara signifikan, seperti meningkatnya sikap represif
negara terhadap rakyatnya yang melakukan protes terhadap
program pemerintah yang dianggap menguntungkan korporasi
asing.
Memperkuat pandangan-pandangan di atas, Budi
Winarno mengajukan dua alasan yang mendasari sangat
signifikannya peran negara di era globalisasi ini. Pertama,
sebagai implikasi dari kolonialisme di masa lalu dan globalisasi
di masa sekarang ini, banyak rakyat di Dunia Ketiga yang masih
bergelimang dengan ketidakberdayaan dan kemiskinan. Kondisi
ini tentu membutuhkan peran negara untuk melakukan
pembangunan yang dapat meningkatkan taraf hidup mereka
agar bisa sejajar dengan negara-negara lainnya. Kedua, sistem
globalisasi melalui mekanisme pasar tidak boleh dibiarkan terus
mendominasi setiap aspek kehidupan rakyat karena cara ini
tidak menjamin keadilan dalam distribusi pendapatan rakyat.
Agar masing-masing rakyat mendapatkan haknya untuk hidup
secara lebih baik maka diperlukan peran negara yang
mengatasinya melalui pembangunan yang mendukung
terpenuhinya aspirasi rakyat.
Budi Winarno lebih lanjut juga mengungkapkan fakta
beberapa negara yang pernah dihantam krisis dan mampu

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 34


mengatasinya karena peran efektif pemerintahnya, seperti yang
terjadi di Korea Selatan dan Malaysia. Melalui tindakan
pemerintah dengan seperangkat birokrasinya yang efektif,
Korea Selatan dan Malaysia berhasil mengatasi krisis moneter
dan ekonomi yang melanda keduanya serta mampu bangkit dari
keterpurukan. Sebaliknya, oleh karena ketiadaan peranan yang
efektif dari negara sebagaimana yang ditunjukkan oleh Korea
Selatan dan Malaysia, Indonesia tidak berhasil mengatasi krisis
moneter serta ekonomi yang membelitnya dan dampaknya
masih dapat dirasakan sampai sekarang.
Berlandaskan pada pandangan kalangan skeptis dengan
sederet argumentasi dan faktanya di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa peran negara dalam pembangunan justru
harus tetap ada atau harus diperkuat. Terkait dengan diskursus
peran signifikan negara dalam mengatasi masalah-masalah
publik ini, maka paradigma New Public Service (NPM) layak
dikedepankan. Konsep yang diusung oleh Janet V. Dernhart dan
Robert B. Dernhart ini merupakan kritikan terhadap Reinventing
Government yang diajukan oleh David Osborne dan Ted
Gaebler. Sebagai kritikan terhadap bentuk lain dari New Public
Management (NPM) yang menjadi paradigma mainstream
dalam diskursus peran Negara ini, NPS mengganggap bahwa
menjalankan administrasi pemerintahan tidaklah sama dengan
mengelola organisasi bisnis, hal ini karena harus digerakkan
sebagaimana menggerakkan pemerintahan yang demokratis.
Misi organisasi publik tidak sekedar memuaskan pengguna jasa
(customer), tetapi juga menyediakan pelayanan barang dan jasa
sebagai pemenuhan hak dan kewajiban publik.
Berbeda dengan Reinventing Governance yang diusung
NPM, Paradigma NPS memperlakukan publik pengguna layanan
publik sebagai warga negara (citizen), bukan sebagai pelanggan
(customer). Peran negara yang dijalankan oleh para birokratnya
tidak sekedar melakukan kegiatan yang dapat memuaskan
pelanggan, tetapi juga memberikan hak warga negara dalam
mendapatkan pelayanan publik. Perspektif yang diusung NPS ini
diilhami oleh warisan intelektual yang dipersembahkan oleh

Administrasi Publik pada Era Globalisasi | 35


orang-orang yang menaruh perhatian terhadap pelayanan
publik. Menurut Dernhart, kelahiran NPS terinspirasi oleh 4
(empat) komponen yang lebih kontemporer dari layanan publik,
yaitu: (1) teori warga negara demokratis, (2) model komunitas
dan masyarakat sipil, (3) humanisme organisasional dan
administrasi publik baru, dan (4) administrasi publik modern.
Menurut tinjauan Paradigma NPS, memandang penting-
nya keterlibatan para aktor dalam penyelenggaraan urusan
publik. Dalam administrasi publik apa yang dimaksud dengan
kepentingan publik dan bagaimana kepentingan publik
diwujudkan tidak hanya tergantung pada lembaga negara, tetapi
kepentingan publik harus dirumuskan dan diimplementasikan
oleh semua aktor baik negara, bisnis, maupun masyarakat sipil.
Berdasarkan paradigma NPS, peran negara yang dijalankan oleh
para birokratnya dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip
sebagaimana berikut ini:
a. Melayani Warga Negara, bukan Pelanggan: Kepentingan
publik adalah hasil suatu dialog tentang nilai-nilai bersama
ketimbang kumpulan kepentingan-diri individual. Oleh
karena itu, pelayan publik tidak hanya bertanggungjawab
kepada tuntutan “para pelanggan”, tetapi lebih tepatnya
berfokus pada pembangunan hubungan kepercayaan dan
kolaborasi dengan dan di antara warga negara;
b. Mengusahakan Kepentingan Publik: Para administrator
publik harus member sumbangan untuk membangun suatu
gagasan kolektif kepentingan publik yang dianut bersama.
Tujuannya ialah bukan untuk menemukan solusi-solusi
cepat yang didorong oleh pilihan-pilihan individual. Lebih
tepatnya, adalah menciptakan kepentingan-kepentingan
bersama dan tanggungjawab bersama;
c. Menghargai Warga Negara melebihi Kewirausahaan:
Keberadaan warga negara semakin diperkuat dengan
perhatian pada pemberdayaan dan keikutsertaannya
dalam bernegara, kepentingan publik lebih baik dimajukan
oleh pelayan publik dan warga negara yang bertekad
memberikan sumbangan bermakna kepada masyarakat

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 36


ketimbang oleh manajer usahawan yang bertindak seakan-
akan uang publik itu adalah milik mereka sendiri;
d. Berpikir Secara Strategis, Bertindak Secara Demokratis
: Kebijakan dan program memenuhi kebutuhan publik
dapat dicapai secara paling efektif dan paling
bertanggungjawab melalui usaha kolektif dan proses
kolaboratif;
e. Mengakui bahwa Akuntabilitas tidak Sederhana: Pelayan
publik harus lebih memerhatikan ketimbang pasar; mereka
juga harus mematuhi undang-undang dan hukum
konstitusional, nilai komunitas, norma politik, standar
professional, dan kepentingan warga negara;
f. Melayani bukan Menyetir: Semakin penting bagi para
pelayan publik untuk menggunakan kepemimpinan
berbasis nilai yang dianut bersama dalam membantu warga
negara mengutarakan secara jelas dan memenuhi
kepentingan bersama mereka ketimbang berusaha
mengendalikan atau menyetir masyarakat dalam arah-arah
yang baru;
g. Menghargai Manusia, Bukan Sekedar Produktivitas :
Organisasi publik dan jaringan tempat mereka
berpartisipasi lebih mungkin berhasil dalam jangka panjang
jika mereka bekerja melalui proses-proses kolaborasi dan
kepemimpinan bersama yang didasarkan pada
penghargaan terhadap semua orang.

Perspektif NPS di tersebut memberikan makna dan


dapat disimpulkan bahwa, ”birokrasi harus dibangun agar dapat
memberikan perhatian kepada pelayanan masyarakat sebagai
warga negara (bukan sebagai pelanggan), mengutamakan
kepentingan umum, mengikutsertakan warga masyarakat,
berpikir strategis dan bertindak demokratis, memerhatikan
norma, nilai dan standar yang ada dan menghargai masyarakat
dalam artian keterlibatan masyarakat menjadi sesuatu yang
sangat penting”.

Administrasi Publik pada Era Globalisasi | 37


Mengadopsi konsep New Public Service (NPS) di atas, maka
dapat dikatakan bahwa peran negara/pemerintah justru akan
semakin signifikan di era globalisasi. Implementasi dari konsep
New Public Service (NPS) ini pada satu sisi akan membuat
negara/pemerintah melalui birokrasinya mampu menyikapi
perubahan-perubahan yang senantiasa terjadi dalam skala
global secara arif dan bijaksana, serta di sisi lainnya akan dapat
memenuhi tuntutan-tuntutan dan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat akan pelayanan publik yang prima. Hal ini karena
masyarakat harus mendapatkan pelayanan yang baik sebagai
warga negara, bahkan harus lebih baik dari pelayanan yang
diberikan terhadap seorang pelanggan.
Perlunya penyikapan pemerintah terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi di skala global tersebut sebaiknya diikuti
dengan lahirnya kebijakan-kebijakan yang dapat mendukung
kepentingan rakyat, sehingga perannya sebagai pelayan
masyarakat tetap terus berlangsung. Pada konteks ini, seiring
dengan arus globalisasi yang melahirkan banyak persoalan
(dampak negatifnya), seharusnya pemerintah harus menyiapkan
solusi dan berperan lebih dominan dalam membantu rakyat
mengatasi beragam problem yang mereka hadapi.
Tidak seperti sistem birokrasi lama yang menyerahkan
sepenuhnya kepada mekanisme pasar, tetapi pemerintah harus
berinovasi melahirkan kebijakan solutif bagi terpecahkannya
persoalan-persoalan yang dialami rakyat dalam hubungannya
dengan arus globalisasi. Berlandaskan pada konsep New Public
Service (NPS), pemerintah dapat berperan melalui sistem
birokrasi yang dimilikinya bersama dengan stakeholders lainnya,
yang mana seharusnya mampu berinovasi menciptakan
terobosan solusi bagi masalah yang dihadapi rakyat.
Peran pemerintah di era globalisasi seperti pada
permasalahan yang terkait dengan petani karet. Melalui
implementasi peranannya, pemerintah dapat membalikkan
posisi karet yang selama ini diperuntukkan bagi ekspor (80
persen), menjadi pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Upaya
ini dapat dilakukan dengan cara pemerintah mengambil

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 38


kebijakan pemanfaatan karet untuk memenuhi keperluan dalam
negeri, campuran aspal salah satunya. Mengelola karet dalam
negeri sendiri dan memanfaatkannya, diharapkan dapat
meningkatkan penghasilan petani karet karena harga karet yang
selama ini ditentukan sepenuhnya oleh negara-negara
pengimpor, dapat ditetapkan sendiri oleh pemerintah sebagai
pengguna utamanya. Contoh lainnya adalah kebijakan-kebijakan
pembangunan berbasis potensi lokal yang diterapkan oleh
Pemerintah Kabupaten Merangin, seperti pengembangan wisata
alam, revitalisasi lubuk larangan dan lain sebagainya. Kebijakan-
kebijakan berbasis potensi dan kebutuhan masyarakat
perkotaan yang diterapkan oleh Pemerintah Kota Jambi sebagai
contoh, melalui Kampung Bantar dan lain sebagainya. Pendek
kata, pemerintah, khususnya pemerintah daerah pasca otonomi
daerah dapat berperan secara optimal melalui serangkaian
kebijakan inovatif-solutifnya agar kesejahteraan masyarakat
dapat terwujud (Pahrudin HM, 2021).

B. PENGARUH GLOBALISASI TANPA BATAS


Mengutip penjelasan Hadion Wijoyo dkk, dalam
Majanemen Pemasaran di Era Globalisasi (2020:5), secara
etimologi, globalisasi berasal dari bahasa Inggris, yakni
“globalize” atau “menyeluruh” dan imbuhan “ization” atau
“proses”. Baca juga: Mengenal Teori-teori Konflik Sosial Menurut
para Ahli Sosiologi Susunan suku kata yang membentuk kata
“globalization” itu diartikan sebagai proses mendunianya segala
sesuatu. Jadi, pengertian globalisasi adalah suatu proses tatanan
yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Pengertian
globalisasi menurut Hadion Wijoyo dalam Manajemen
Pemasaran di Era Globalisasi (2020:5) adalah proses integrasi
internasional yang terjadi karena adanya pertukaran pandangan
dunia, pemikiran, produk, dan berbagai aspek kebudayaan
lainnya. Secara etimologi, kata globalisasi diambil dari bahasa
Inggris, yaitu “globalize” yang berarti universal atau menyeluruh.
Penambahan imbuhan “ization” pada kata “globalization” artinya
adalah proses mendunia. Sehingga arti globalisasi adalah proses

Administrasi Publik pada Era Globalisasi | 39


sesuatu (informasi, pemikiran, gaya hidup, dan teknologi) yang
mendunia.
Eksistensi globalisasi sekarang ini menjadi proses
tatanan yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Ada
banyak contoh globalisasi di berbagai bidang, dalam studi
sosiologi, globalisasi dipelajari sebagai bentuk pemersatu
berbagai negara untuk bisa saling bertukar informasi,
pengetahuan, dan teknologi. Berkat proses globalisasi, negara-
negara di dunia "nyaris" kehilangan batas-batasnya dalam artian
geografis. Maka itu, globalisasi juga memicu perubahan besar di
dunia, terutama ketika mayoritas negara saling terhubung satu
sama lain.
"Sebagai sebuah proses yang mendunia, globalisasi
membawa nilai-nilai global yang diikuti oleh semua orang di
setiap bangsa," demikian penjelasan di laman M-Edukasi
Kemdikbud. Contoh Globalisasi di berbagai bidang terdapat
beberapa contoh terkait peristiwa globalisasi. Mulai dari
globalisasi di sektor pendidikan, ilmu pengetahuan, kehidupan
sosial budaya, sistem politik, dan terakhir yang disebutkan paling
terlihat, yakni ekonomi.
1. Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, globalisasi yang menyebarkan
informasi melalui penggunaan teknologi ternyata juga
memiliki pengaruh. Kita dapat melihat contoh di bidang ini
dalam kasus pertukaran pelajar antar-negara. Mereka yang
dipindahkan ke negara lain, secara otomatis akan
mempelajari ilmu dari negara yang bukan asal muasalnya.
Informasi baru akan diterima dan bisa menimbulkan
perubahan ketika orang tersebut kembali ke negaranya.
Fenomena sekarang, menunjukkan bahwa semua orang
bisa merasakan manfaat teknologi online yang disajikan
untuk belajar, kendati sedang berada di rumah. Selain itu,
ada juga sumber-sumber informasi yang tersebar secara
gratis di internet dan bisa dimanfaatkan sebagai bahan
pembelajaran.

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 40


2. Bidang IPTEK
Bukan hanya pendidikan, baik ilmu pengetahuan dan
teknologi juga mendapatkan pengaruh. Contoh dari
globalisasi bidang ini seperti penemuan-penemuan alat
penyampai informasi seperti smartphone, internet,
mediasosial, dan lainnya. Baca juga: Strategi Pemberdayaan
Komunitas dan Contoh Berbasis Kearifan Lokal Komunikasi
akan semakin mudah setelah ada benda tersebut. Selain itu,
ada juga penemuan hasil globalisasi yang membantu
seluruh negara agar bisa terjangkau, yakni transportasi
seperti pesawat terbang, kapal, dan lain-lain.

3. Bidang Sosial Budaya


Globalisasi membuat orang bisa menjangkau kebudayaan
negara lain dengan mudah. Proses peleburan dan hilangnya
sebuah kebudayaan sudah lumrah terjadi jika kita
membicarakan globalisasi. Baca juga: Pengertian Teori
Konflik Klasik dan Modern Menurut Ahli Sosiologi Contoh
jelasnya, kita bisa melihat Indonesia yang merupakan
negara timur. Perkembangan teknologi dan informasi yang
memperlihatkan budaya barat membuat masyarakat
Indonesia tertarik sehingga perlahan meninggalkan budaya
aslinya. Bidang sosial budaya ditandai adanya: Masuknya
budaya asing melalui berbagai media antara lain internet,
televisi, media cetak, radio, dan VCD Semakin pudarnya
kebudayaan sendiri. Semakin lunturnya budaya gotong
royong di masyarakat Sifat individualisme semakin merebak
di berbagai tempat kehidupan. Hal semacam ini akan
menimbulkan berbagai dampak positif maupun negatif.
Dampak positifnya antara lain sebagai berikut: Banyak
model bangunan rumah maupun gedung perkantoran
bermotif Eropa Bidang pendidikan yang dulunya
menggunakan mesin ketik dalam mengolah data, sekarang
beralih menggunakan komputer Bidang kesehatan yang
dulunya menggunakan pengobatan tradisional sekarang
menggunakan pengobatan yang modern Model pakaian
yang beraneka ragam Sementara itu, dampak negatifnya

Administrasi Publik pada Era Globalisasi | 41


antara lain sebagai berikut: Proses pembelajaran berbasis
kesadaran semakin ditinggalkan Bidang kesenian, generasi
muda sekarang sedikit yang ikut melestarikan kesenian
daerah Bidang properti, banyak perumahan elite gaya
Eropa menggunakan perumahan rakyat biasa Bidang model
pakaian masyarakat cenderung tidak memerhatikan
kesopanan.

4. Bidang Politik Organisasi


Bidang politik ditandai dengan adanya: Masuknya nilai-nilai
demokrasi dan kesadaran berpolitik. Contohnya, masyara-
kat mulai berani mengkritik pemerintah yang tidak
menjalankan fungsinya dengan baik Praktik demokrasi yang
kurang sejalan dengan prinsip demokrasi di Indonesia
Keterbukaan dalam menyelenggarakan pemerintahan
semakin mendapat evaluasi dari masyarakat Lahirnya
partai-partai baru atau Lembaga Swadaya Masyarakat yang
berbeda-beda maksud dan tujuannya Hal semacam ini
mengakibatkan berbagai dampak baik segi positif maupun
negatif. Dari segi positif antara lain sebagai berikut:
Masyarakat dapat menggunakan hak berpolitik dengan
bebas Hak Asasi Manusia semakin diakui keberadaannya
Masyarakat dapat menggunakan haknya secara langsung
Dari segi negatif antara lain: Musyawarah sebagai proses
demokrasi semakin ditinggalkan Masyarakat cenderung
mementingkan kepentingan kelompok daripada kepentin-
gan umum Sifat anarkis sulit dibendung.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bertugas menjaga
kedamaian dunia bisa kita ambil sebagai contoh yang paling
sering terdengar di telinga. Negara-negara saling memiliki
keterkaitan satu sama lain demi menjaga kedamaian
melalui wadah PBB. Bukan haya perdamaian, banyak juga
kerja sama antar negara yang memiliki ruang lingkup
regional, seperti ASEAN (Asia Tenggara) dan Uni Eropa
(Eropa). Baca juga: Apa Saja Cabang Ilmu Sosiologi dan
Pengertiannya? Inti dari globalisasi bidang politik ini, setiap

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 42


negara punya perannya masing-masing untuk bekerja sama
atau mengatur negara lain yang terikat satu sama lain.

5. Bidang Ekonomi
Bidang ekonomi ditandai dengan adanya: Perdagangan
internasional dalam bentuk ekspor dan impor Arus modal
dalam bentuk pinjaman dan investasi antarnegara
Kebijakan pasar yang memengaruhi perekonomian negara
Kondisi semacam ini menimbulkan dua dampak, yaitu
dampak positif dan negatif. Dampak positifnya antara lain
sebagai berikut: Taraf hidup dan pendapatan masyarakat
meningkat Makin tersedianya lapangan pekerjaan Kualitas
sumber daya meningkat karena persaingan global Barang
produksi meningkat akibat pertumbuhan ekonomi yang
berkembang Dampak negatifnya antara lain sebagai
berikut: Tatanan perekonomian yang berdasarkan
kekeluargaan semakin pudar Timbulnya kelas-kelas
ekonomi sehingga menimbulkan buruh dan majikan
menjadi perbedaan atau kesenjangan Barang-barang yang
kurang bermutu menumpuk mengakibatkan kerugian yang
besar sehingga ekonomi negara tidak menentu. Contoh
terkait bidang ini paling mudah ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. Secara tidak sadar, seseorang bisa
saja membeli barang hasil produksi luar negeri (impor)
tanpa mengetahui bahwa benda tersebut merupakan hasil
adanya globalisasi. Kerja sama antara beberapa negara
yang saling menginvestasikan dana untuk pembangunan
juga bisa dikatakan sebagai contoh globalisasi ekonomi.
Baca juga: Definisi dan Bentuk-bentuk Integrasi Sosial
dalam Kajian Sosiologi Secara umum, globalisasi di bidang
ekonomi terkait erat dengan perdagangan bebas.
Perdagangan bebas merupakan sistem perdagangan yang
makin luas serta menghilangkan hambatan-hambatan
dalam perdagangan internasional.

Administrasi Publik pada Era Globalisasi | 43


6. Bidang keamanan
Semakin merebaknya tindak kejahatan lintas negara
maupun terorisme internasional Banyak masyarakat sipil
dengan memosisikan tentara dan polisi sebatas sebagai
penjaga keamanan, kedaulatan, dan ketertiban Hal
semacam ini menimbulkan dampak positif maupun negatif.
Dampak positifnya antara lain sebagai berikut: Penegak
hukum selalu siap sedia dalam menjaga ketertiban
Profesionalisme di kalangan militer maupun polisi
ditingkatkan terus Pos-pos keamanan diaktifkan Dampak
negatifnya antara lain sebagai berikut: Jaringan terorisme
merebak antarnegara Penjualan senjata gelap semakin
merebak Kejahatan melalui internet merajalela Sindikat
narkoba antarnegara semakin berkembang.

7. Bidang Komunikasi
Globalisasi di bidang komunikasi terlihat dari
perkembangan teknologi komunikasi yang semakin
canggih. Kemunculan alat komunikasi, semacam telegram,
telephon, hingga internet pada kenyataannya telah
membuat umat manusia di seluruh dunia saat ini lebih
mudah terhubung. Kondisi berbeda jauh dari masa
beberapa ratus tahun silam saat sarana komunikasi jarak
jauh paling umum adalah surat. Bidang Transportasi
Contoh pengaruh globalisasi juga mudah terlihat di bidang
transportasi. Teknologi transportasi yang semakin canggih
kini membuat proses perpindahan orang dari satu negara
ke negara lain semakin mudah. Modernisasi sektor
transportasi, seperti dimulai dari penemuan kapal uap,
mobil, hingga pesawat telah membuat negara-negara di
dunia semakin mudah terhubung (Yuda Prinada: 2021)
Sehingga Hadion Wijoyo dalam bukunya “Manajemen
Pemasaran di Era Globalisasi (2020:5), menjelaskan
globalisasi adalah proses integrasi internasional yang
terjadi karena adanya pertukaran pandangan dunia,
pemikiran, produk, dan berbagai aspek kebudayaan
lainnya. Secara etimologi, kata globalisasi diambil dari

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 44


bahasa Inggris, yaitu “globalize” yang berarti universal atau
menyeluruh. Penambahan imbuhan “ization” pada kata
“globalization” artinya adalah proses mendunia. Sehingga
arti globalisasi adalah proses sesuatu (informasi, pemikiran,
gaya hidup, dan teknologi) yang mendunia.

Administrasi Publik pada Era Globalisasi | 45


Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 46
Bab 4
Administrasi Publik Masa
Depan

A. FENOMENA E-GOVERNANCE ERA GLOBALISASI


Setelah adanya gerakan reformasi Tahun 1998,
paradigma yang berkembang dalam pemerintahan Indonesia
adalah tuntutan pelayanan yang lebih baik dari sebelumnya dan
terdapatnya ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam
kehidupan bernegara. Berdasarkan hal tersebut, maka timbulah
istilah clean and good governance di Indonesia, sehingga
terciptanya kehidupan yang madani yang berorentasi pada era
digitalisasi modern.
Good governance memiliki makna tata pemerintahan
yang baik terkait dengan pemerintahan yang bersih (clean
governance) dan berwibawa serta bebas Korupsi, Kolusi,
Nepotisme (KKN) dengan berprinsip pada transparansi,
akuntabilitas, menjunjung tinggi hukum, serta terbukanya
partisipasi masyarakat.1 Untuk mewujudkan Clean and Good
Governance terutama dari segi akuntabilitas dan transparansi
publik, maka dibutuhkan suatu langkah kebijakan yang terarah
dalam perubahan sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan
melalui pemanfaatan Information and Communication
Technologies (ICT) yaitu e-government atau dalam tulisan
Achmad Djunaedi, “Integrasi E-Government: Tantangan,
Kebijakan Dan Implementasi, Seminar Pelayanan Publik Dan E-
Government,” in Seminar Pelayanan Publik Dan E-Government
(Jakarta: Bappenas, 2008).

Administrasi Publik Masa Depan | 47


E-government merupakan suatu sistem teknologi informasi yang
dikembangkan oleh pemerintah untuk meningkatkan pelayanan
publik dengan memberikan pilihan kepada masyarakat untuk
mendapatkan kemudahan akses informasi publik.
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan peningkatan
layanan publik yang efektif dan efisien diperlukan adanya
kebijakan dan strategi pengembangan e-government. Kebijakan
dan strategi tersebut diatur dalam Instruksi Presiden Nomor 3
Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan E-government di seluruh jajaran pemerintahan
secara menyeluruh. Nurcahyati dan Daru pada Seminar
Nasional Informatika yang berjudul Peran E-government Dalam
Rangka Mewujudkan Good Governance Bagi Masyarakat,
menyimpulkan bahwa Sosialisasi e-government perlu dilakukan
secara konsisten, berkesinambungan dan insentif kepada
masyarakat dikarenakan masyarakat belum mengerti apa dan
bagaimana aplikasi e-government serta manfaat yang dapat
mereka ambil.
Penerapan dan realisasi e-government di Indonesia
mengalami tantangan sejak adanya pertumbuhan era industri
4.0. Saat ini perkembangan teknologi begitu pesat dan tidak bisa
terbendung lagi. Digitalisasi sudah mulai memasuki celah-celah
kehidupan kita sehari-hari. Kemajuan teknologi tersebut
kemudian banyak dimanfaatkan oleh sektor negeri maupun
sektor privat / swasta. Banyak perusahaan bahkan industri kecil
kreatif yang menggunakan teknologi digital dalam
mengembangkan usaha mereka. Dengan demikian pada
penulisan ini akan di uraikan: pertama bagaimana
perkembangan penerapan pelayanan e-government dalam
menyongsong era revolusi industri 4.0, dan kedua kendala
apakah yang mempengaruhi terhadap penerapan e-government
tersebut ditinjau dari SDM masyarakat Indonesia pada saat ini,
serta ketiga rumusan terbaik untuk mempersiapkan proyeksi e-
government dimasa yang akan datang baik di masa revolusi
industri 4.0 masih berlangsung maupun setelah mengalami re-
generasi.

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 48


Indrajit menuturkan apabila dilihat dari historis perjalananya,
konsep e-government berkembang karena adanya 3 (tiga) yang
melatar belakangi, yaitu: 1) Era globalisasi yang datang lebih
cepat dari yang diperkirakan telah membuat isu-isu semacam
demokratisasi, hak asasi manusia, hukum, transparansi, korupsi,
civil society, good corporate governance, perdagangan bebas,
pasar Terbuka, dan lain sebagainya menjadi hal- hal utama yang
harus diperhatikan oleh setiap bangsa jika yang bersangkutan
tidak ingin disingkirkan dari pergaulan dunia. Dalam format ini,
pemerintah harus mengadakan reposisi terhadap perannya di
dalam sebuah negara, dari yang bersifat internal dan fokus
terhadap kebutuhan dalam negeri, menjadi lebih berorientasi ke
eksternal dan fokus kepada bagaimana memposisikan
masyarakat dan negaranya di dalam sebuah pergaulan global.
Jika dahulu di dalam sebuah negara kekuasaan lebih berpusat
pada sisi pemerintahan (supply side), maka saat ini bergeser ke
arah masyarakat (demand side), sehingga tuntutan masyarakat
terhadap kinerja pemerintahnya menjadi semakin tinggi (karena
untuk dapat bergaul dengan mudah dan efektif dengan
masyarakat negara lain, masyarakat di sebuah negara harus
memiliki sebuah lingkungan yang kondusif dimana hal ini
merupakan tanggung jawab pemerintah). 2) Kemajuan
teknologi informasi (komputer dan telekomunikasi) terjadi
sedemikian pesatnya sehingga data, informasi dan pengetahuan
dapat diciptakan dengan teramat sangat cepat dan dapat segera
disebarkan ke seluruh lapisan masyarakat di berbagai belahan
dunia dalam hitungan detik. Hal ini berarti bahwa setiap individu
di berbagai negara di dunia dapat saling berkomunikasi
bersangkutan seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut.
secara langsung kepada siapapun yang dikehendaki tanpa
dibutuhkan perantara (mediasi) apapun. Tentu saja buah dari
teknologi ini akan sangat mempengaruhi bagaimana
pemerintah di masa moderen harus bersikap dalam melayani
masyarakatnya, karena banyak aspek-aspek dan fungsi-fungsi
pemerintah konvensional yang secara tidak langsung telah
diambil alih oleh masyarakatnya sendiri (misalnya masalah pers,
sosial, agama, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya)

Administrasi Publik Masa Depan | 49


karena adanya teknologi ini. Inilah alasan lain mengapa
pemerintah dipaksa untuk mulai mengkaji fenomena yang ada
agar yang bersangkutan dapat secara benar dan efektif
mereposisikan peranan dirinya. 3) Meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat di dunia tidak terlepas dari semakin
membaiknya kinerja industri swasta dalam melakukan kegiatan
ekonominya. Kedekatan antara masyarakat (sebagai pelanggan)
dengan pelaku ekonomi (pedagang, investor, perusahaan dan
lain-lain) telah membuat terbentuknya sebuah standar
pelayanan yang semakin membaik dari waktu ke waktu.
Percepatan peningkatan kinerja di sektor swasta ini tidak diikuti
dengan percepatan yang sama di sektor publik, sehingga
masyarakat dapat melihat adanya kepincangan dalam standard
kualitas pemberian pelayanan. Dengan kata lain, secara tidak
langsung tuntutan masyarakat agar pemerintah meningkatkan
kinerjanya semakin tinggi; bahkan jika terbukti terjadinya
penyimpangan-penyimpangan dalam pengelolaan uang rakyat,
masyarakat tidak segan-segan untuk mengevaluasi kinerja
pemerintah melalui demonstrasi atau jalur-jalur lainnya.
Ketiga aspek di atas menyebabkan terjadinya tekanan
dari masyarakat yang menginginkan pemerintah memperbaiki
kinerjanya secara signifikan dengan cara memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi yang ada. Inisiasi
pemerintah elektronik dalam e-government itupun kemudian
masih terus dikembangkan untuk menjawab tuntutan tersebut.
Di Indonesia e-government sendiri mempunyai arti yang secara
khusus, adalah suatu kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
yang mampu mendorong dan memfasilitasi hubungan yang
saling mendukung, selaras dan adil antara masyarakat, dunia
usaha dan pemerintah, dengan memanfaatkan teknologi
informasi, telekomunikasi dan web/internet. Pada dasarnya e-
government merupakan penggunaan teknologi informasi yang
dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dengan
pihak-pihak yang lain. Setidaknya terdapat 4 (empat) klasifikasi
hubungan bentuk baru dari penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi ini:

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 50


a. Government to Citizens (G-to-C) Aplikasi e-government
dalam tipe G-to-C ini merupakan aplikasi yang paling
umum, dimana pemerintah membangun dan
menerapkan berbagai portofolio teknologi informasi
untuk berinteraksi dengan masyarakat.
b. Government to Business (G-to-B) Tipe G-to-B adalah
bentuk penyediaan pelayanan informasi bagi kalangan
bisnis. Kalangan bisnis semacam perusahaan swasta
membutuhkan data dan informasi dari pemerintah.
Selain itu, interaksi antara kalangan bisnis dengan
lembaga pemerintahan juga berkaitan dengan hak dan
kewajiban dari kalangan bisnis tersebut sebagai entity
yang berorientasi profit.
c. Government to Government (G-to-G) Aplikasi e-
government juga diperlukan dalam berinteraksi antara
satu pemerintah dengan pemerintah lainnya
(government to government) untuk memperlancar
kerjasama, baik antar negara atau kerjasama antar
entiti-entiti negara dalam melakukan hal-hal yang
berkaitan dengan administrasi perdagangan, proses-
proses politik, mekanisme hubungan sosial dan budaya,
dan lain sebagainya.
d. Government to Employees (G-to-E) Tipe aplikasi G-to-E
diperuntukkan secara internal bagi para staf di instansi
pemerintahan.

1. Tujuan E-Government
Ketika pemerintah telah berkomitmen mengembangkan
good governance atau ketatapemerintahan yang baik, maka
pelayanan publik menjadi salah satu titik strategis yang
harus mendapat perhatian khusus. Terdapat beberapa
pertimbangan terkait hal tersebut: 1) Pelayanan publik
adalah ranah dimana negara berinteraksi secara intensif
dengan warganya; 2) Pelayanan publik merupakan ranah
dimana berbagai aspek good governance dapat

Administrasi Publik Masa Depan | 51


diartikulasikan secara relatif lebih mudah; 3) Pelayanan
publik melibatkan kepentingan semua unsur ketata
pemerintahan.
Pada intinya, pemerintah berkewajiban memberikan
pelayanan publik yang merata kepada seluruh warganya.
Perlu disadari bahwa masyarakat menuntut adanya
pelayanan publik yang memenuhi kepentingan masyarakat
luas di seluruh wilayah negara, dapat diandalkan dan
terpercaya, serta mudah dijangkau secara interaktif. Selain
itu, masyarakat juga menginginkan agar aspirasi mereka
didengar oleh pemerintah sehingga pemerintahpun harus
memfasilitasi partisipasi dan dialog publik didalam
perumusan kebijakan negara. Untuk menjawab tantangan
tersebut, baik pemerintah pusat maupun daerah harus
mampu membentuk dimensi baru ke dalam organisasi,
sistem manajemen, dan proses kerjanya yang salah satunya
dapat dilaksanakan melalui proses transformasi menuju e-
government.
Melalui proses transformasi menuju era e-government
tersebut, pemerintah dapat mengoptimasikan penggunaan
dan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk
mengurangi sekat-sekat organisasi birokrasi, serta sekaligus
membentuk jaringan sistem manajemen dan proses kerja
yang memungkinkan instansi-instansi pemerintah bekerja
secara terpadu untuk menyederhanakan akses ke semua
informasi dan pelayanan publik. Dengan demikian, seluruh
lembaga pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan pihak-
pihak berkepentingan lainnya dapat setiap saat
memanfaatkan informasi dan layanan pemerintah secara
optimal.
Pengembangan e-government merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif
dan efisien. Dengan kata lain, melalui pengembangan e-
government dilakukan penataan sistem manajemen dan
proses kerja di lingkungan pemerintah dengan

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 52


mengoptimasikan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi.
Pemanfaatan teknologi informasi tersebut mencakup 2
(dua) aktivitas yang berkaitan yaitu: 1) Pengolahan data,
pengelolaan informasi, sistem manajemen dan proses kerja
secara elektronis; 2) Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi
agar pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan murah
oleh masyarakat di seluruh wilayah negara.
Untuk melaksanakan maksud tersebut, berdasarkan
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-
government, pengembangan e- government diarahkan untuk
mencapai empat tujuan, yaitu:
a. Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan
publik yang memiliki kualitas dan lingkup yang dapat
memuaskan masyarakat luas serta dapat terjangkau di
seluruh wilayah Indonesia pada setiap saat tidak dibatasi
oleh sekat waktu dan dengan biaya yang terjangkau oleh
masyarakat.
b. Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha
untuk meningkatkan perkembangan perekonomian
nasional dan memperkuat kemampuan menghadapi
perubahan dan persaingan perdagangan internasional.
c. Pembentukan mekanisme dan saluran komunikasi dengan
lembaga-lembaga negara serta penyediaan fasilitas dialog
publik bagi masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam
perumusan kebijakan negara.
d. Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang
transparan dan efisien serta memperlancar transaksi dan
layanan antar lembaga pemerintah dan pemerintah daerah
otonom.

Kemudian berdasarkan “The E-government Handbook


for Developing Countries” oleh Center for Democracy and
Technology and InfoDev, disebutkan bahwa proses

Administrasi Publik Masa Depan | 53


implementasi e-government terbagi menjadi 3 (tiga) tahapan,
dimana harus dilakukan secara berurutan, tetapi masing-
masing tahapan tersebut menjelaskan mengenai tujuan dari e-
government. Tahapan tersebut antara lain:
1) Tahap pertama adalah publish atau mempublikasi yaitu
tahapan yang menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi untuk tujuan memperluas akses terhadap
informasi pemerintah. Misalnya dengan cara pembuatan
situs informasi di setiap lembaga, penyiapan sumber
daya manusia, sosialisasi situs informasi baik untuk
internal maupun untuk publik, serta penyiapan sarana
akses yang mudah.
2) Tahap kedua, adalah interact atau berinteraksi yang
bertujuan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pemerintahan. Hal ini misalnya dilakukan dengan cara
pembuatan situs yang interaktif dengan masyarakat,
serta adanya interaksi yang terhubung dengan lembaga
lain.
3) Tahap ketiga adalah transact atau bertransaksi, dimana
e-government sudah bertujuan untuk menyediakan
layanan pemerintah secara on-line yang mampu
meningkatkan kualitas layanan pemerintah. Misalnya
dengan cara pembuatan situs transaksi pelayanan publik
yang baik, serta interoperabilitas aplikasi maupun data
dengan lembaga lain.
Inti akhir dari konsep electronic government (e-
government) diterapkan dengan tujuan bahwa hubungan
pemerintah baik dengan masyarakatnya maupun dengan pelaku
bisnis dapat berlangsung secara efisien, efektif dan ekonomis.
Hal ini diperlukan mengingat dinamisnya gerak masyarakat pada
saat ini, sehingga pemerintah harus dapat menyesuaikan
fungsinya dalam negara, agar masyarakat dapat menikmati
haknya dan menjalankan kewajibannya dengan aman dan
nyaman, yang kesemuanya itu dapat dicapai dengan
pembenahan sistem dari pemerintahan itu sendiri, dan

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 54


electronic government (e-government) adalah salah satu
caranya. Selain itu tujuan penerapan electronic government (e-
government) adalah untuk mencapai suatu tata pemerintahan
yang baik (good governance).

2. Manfaat E-Government
Implementasi e-government memiliki banyak manfaat
khususnya dalam menunjang efektivitas dan efisiensi dalam
pelayanan publik. Manfaat-manfaat tersebut diantaranya
adalah:
a. Mengurangi Biaya
Memberikan pelayanan secara on-line atau dalam
jaringan dapat secara signifikan mengurangi total biaya
administrasi, relasi, dan interaksi yang dikeluarkan
pemerintah maupun stakeholdernya dibandingkan
pelayanan secara manual.
b. Mendukung Perkembangan Ekonomi
Teknologi dapat memudahkan pemerintahan dalam
menciptakan iklim bisnis yang positif dengan
menyederhanakan tahapan administrasi atau
mengurangi birokrasi. Selain itu, terdapat dampak
langsung terhadap ekonomi, misalnya seperti dalam e-
procurement atau proses lelang secara elektronik
dimana menciptakan kompetisi yang lebih luas dan lebih
banyak peserta.
c. Memperkuat Transparansi dan Akuntabilitas Implement-
asi e-government dapat meningkatkan transparansi,
kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerinta-
han dalam rangka penerapan konsep Good Corporate
Governance. e-government membantu meningkatkan
transparansi dalam proses pengambilan keputusan
dengan penyediaan informasi serta pelacakan dalam
jaringan (on-line tracking) yang mudah diakses oleh
masyarakat.

Administrasi Publik Masa Depan | 55


d. Meningkatkan Pelayanan bagi Masyarakat
E-government dapat memberikan layanan yang lebih
baik pada masyarakat dimana informasi dari pemerintah
dapat dicari atau diperoleh tanpa harus secara fisik
datang ke kantor-kantor pemerintahan. Bahan-bahan
informasi tersebut tersedia dalam 24 jam sehari dan
tujuh hari dalam seminggu tanpa harus bergantung
pada jam operasional kantor-kantor pemerintah.
e. Memberdayakan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan melalui
informasi yang mudah diperoleh yang kemudian
memungkinkan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai
mitra pemerintah terlibat dalam proses pengambilan
keputusan atau kebijakan publik secara merata dan
demokratis.
f. Fasilitas E-Society
Salah satu manfaat utama dari inisiatif e-Governance
terdiri dari promosi penggunaan ICT di sektor lain.
Kapasitas teknologi dan manajemen yang diperlukan
untuk administrasi e-Government mendorong
pengembangan kursus dan modul pelatihan baru di
sekolah dan universitas yang berusaha memasok yang
diperlukan keterampilan dan kapabilitas ke pasar kerja.
Dengan dikembangkannya e-government ini, akses
informasi pada pemerintah akan menjadi terbuka lebar
bagi semua lapisan masyarakat. Oleh karenanya apabila
diimplementasikan dengan tepat maka secara signifikan
dapat memperbaiki kuwalitas kehidupan masyarakat
tersebut. Mengingat banyaknya manfaat dari sistem e-
government ini, implementasinya haruslah dilaksanakan
sesegera mungkin, tanpa ditunda-tunda. Selain itu,
sistem ini perlu dibangun dengan kepemimpinan yang
baik dan kerangka pengembangan yang holistik,
sehingga memberikan keunggulan kompetitif secara
nasional.

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 56


3. Peran E-Government Sebagai Bagian Dari Smart
Government Dalam Mendukung Dan Menyongsong Era
Revolusi Industri 4.0
Beberapa waktu lalu Presiden Republik Indonesia Joko
Widodo meluncurkan peta jalan (road map) "Making
Indonesia 4.0" yang merupakan strategi nasional dalam
menghadapi era Revolusi Industri 4.0. Dengan
diluncurkannya peta jalan tersebut pemerintah kini berpacu
mempersiapkan diri untuk menghadapi gelombang disrupsi
teknologi. Sosialisasi terus digalakkan baik dibidang
industri, ekonomi hingga pendidikan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik, Pelayanan Publik merupakan
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa dan / atau pelayanan administrasi yang
diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Kemudian keterkaitan dengan pelayanan publik dan era
revolusi Industri 4.0 saat ini, sebetulnya telah jelas terdapat
di dalam Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik ada Pasal yang mengatur bahwasanya
Pelayanan Publik harus memilki sistem yang dapat
memberikan kemudahan kepada masyarakat. Merujuk
pada Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik, disebutkan bahwa "Dalam
rangka memberikan dukungan informasi terhadap
penyelenggaraan pelayanan publik perlu diselenggarakan
Sistem Informasi yang bersifat nasional" sementara di Pasal
23 ayat (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik, penyelenggara berkewajiban mengelola
Sistem Informasi yang terdiri atas Sistem Informasi
Elektronik atau Non elektronik yang sekurang-kurangnya
meliputi; profil penyelenggara, profil pelaksana, standar
pelayanan, maklumat pelayanan, pengelola pengaduan dan
penilaian kinerja.

Administrasi Publik Masa Depan | 57


Maka dari itu sudah cukup jelas bahwa setiap
penyelenggara diwajibkan untuk menyediakan sistem
informasi secara nasional. Dengan begitu tidak lain
teknologi informasi berperan besar dalam rangka
pemenuhan sistem tersebut untuk skala nasional. Hal
tersebut sudah seharusnya menjadi perhatian pemerintah
untuk dapat menyesuaikan penyeleng-garaan pelayanan-
nya kepada masyarakat dalam menghadapi Revolusi
Industri 4.0 saat ini, yaitu dengan menerapkan pelayanan
publik yang berbasis Teknologi (digital). Sebab, dengan
teknologi, transparansi, kecepatan, kemudahan yang
menjadi kunci pada suatu pelayanan akan terwujud, maka
tidak heran pelayanan di sektor privat / swasta biasanya
akan lebih baik karena pemanfaatan teknologi yang
semakin canggih dalam proses pemberi pelayanannya
untuk menjaga kepercayaan pelanggan sehingga usaha
yang dijalankan akan terus produktif.
Mestinya hal itu juga diterapkan oleh pemerintah sebagai
penyelenggera pelayanan publik, terlebih jumlah
"pelanggan" yang mengakses pelayanan di sektor publik
lebih besar dibandingkan disektor private / swasta. Maka
apabila pemerintah ingin mendapatkan kepercayaan dari
"pelanggan" dalam hal ini masyarakat yaitu seharusnya
pemerintah mulai serius untuk memanfaatkan teknologi
digital diera Revolusi Industri 4.0, dalam penyelenggaraan
pelayanan publik. Sehingga bukan hanya sektor
privat/swasta saja yang dapat mengambil keuntungan dari
sebuah kemajuan teknologi saat ini tetapi juga disektor
negeri / publik.
Sebenarnya saat ini Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi (MenpanRB) sebagai
kementerian yang membantu Presiden dalam
menyelengga-rakan pemerintahan yang memiliki fungsi
merumuskan dan menetapkan kebijakan terkait pelayanan
publik sudah mulai memanfaatkan Teknologi Informasi
untuk mengaplikasikan Undang-Undang dalam menyedia-

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 58


kan informasi secara nasional tersebut yaitu dengan
diundangkannya Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2017 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Informasi Pelayanan Publik
Nasional (SIPPN).
Di dalam Peraturan tersebut pada Pasal 3 disebutkan
bahwa Menteri, Pimpinan Lembaga, Gubernur, Bupati,
Walikota, Direktur Utama BUMN, Direktur Utama BUMD
wajib memastikan penyediaan informasi pelayanan publik
ke dalam SIPPN setelah berlakunya Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Setelah satu tahun lebih peraturan tersebut diundangkan
baru-baru ini Menpan RB meluncurkan aplikasi SIPPN yang
dapat diakses melalui http://sipp.menpan.go.id/ sebagai
wadah informasi pelayanan publik semua instansi
penyelenggara pelayanan publik secara nasional mulai dari
pemerintah daerah, kementrian/ lembaga, lembaga non
struktural dan BUMN/BUMD. Namun, SIPPN yang sedang
dikembangkan oleh Menpan RB tersebut masih belum
sempurna dikarenakan belum semua pemerintah daerah
maupun kementerian/lembaga menginput data infromasi
pelayanan publik dimasing-masing instansinya ke aplikasi
SIPPN di http://sipp.menpan.go.id/ tersebut. Lemahnya
kewenangan Menpan RB untuk mendorong instansi
tersebut untuk mengintegrasikan data pelayanan publik
tiap instansi ke aplikasi SIPPN menjadi salah satu kendala
belum efektifnya aplikasi tersebut. Padahal, dengan SIPPN
pelayanan publik di Indonesia akan saling terintegrasi. Maka
semua informasi terkait pelayanan publik dapat diakses
melalui aplikasi SIPPN tersebut, selain itu SIPPN merupakan
wujud pengawasan dan partisipasi masyarakat yang efektif
sehingga tercegahnya penyalahgunaan kewenangan dalam
penyelenggaraan pelayanan publik.

Administrasi Publik Masa Depan | 59


Sistem e-government yang merupakan upaya pemerintah
dalam mengimplementasikan pemanfaatan komputer,
jaringan komputer dan teknologi informasi untuk
menjalankan pemerintahan terutama pelayanan publik
masih sangat minim. Masih sedikit Kementerian/Lembaga
maupun Pemerintah Daerah yang memanfaatkan teknologi
dalam proses pelayanan publik. Padahal jika e-government
sendiri diterapkan disetiap pemerintahan maka hal
tersebut sejalan dengan Revolusi Industri 4.0.
E-government memiliki banyak manfaat dalam sistem
berdemokrasi yang saat ini kita terapkan diantaranya
meningkatkan kecepatan komunikasi antara pemerintah,
masyarakat, swasta, maupun koordinasi antar instansi yang
berbasis internet. Selain itu untuk mewujudkan pelayanan
yang transparan, meningkatkan akuntabilitas dari proses
penyeleng-araan pemerintahan, menghemat anggaran
pemerintah, serta memudahkan alur informasi yang dapat
diakses secara terbuka guna mewujudkan cita-cita good
governance dan open government pada penyelenggaraan
pemerintahan di Indonesia.
Mengutip pernyataan Dunleavy saat memperkenalkan
konsep digital governance pada tahun 2005 sebagai
pengganti New Public Management (NPM) yang banyak
diadopsi di pemerintahan mengatakan, begitu pentingnya
digital dalam tata kelola pemerintahan. Bahkan Profesor
Bidang Politik dan Kebijakan Publik London School of
Economics adn Political Science (LSE) juga menyatakan
bahwa "New Publik Management is Dead, Long Live Digital
Era Governance". Maka tidak lain, era digital yang saat ini
kita hadapi pada Revolusi Indsutri 4.0 dalam tata kelola
pemerintahan mau tidak mau harus segera
diimplementasikan.
Penerapan dan pengembangan e-government selain
dibutuhkan dukungan teknologi yang handal, juga sangat
ditentukan oleh dukukungan kompetensi Sumber Daya
Manusia (SDM) staf / pegawai setiap unit kerja. E-

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 60


government sebaiknya disosialisasikan kepada seluruh
elemen masyarakat. Dari data tersebut menunjukkan bahwa
SDM sudah siap untuk dapat menerapkan e-government.
Namun demikian, masih dibutuhkan komimen semua pihak
untuk meningkatkan kompetensi e- government masing-
masing staf / pegawai sesuai tupoksi, manajemen, dan
kemampuannya.

4. Kendala yang Mempengaruhi Penerapan E-Government


Ditinjau Dari SDM Masyarakat Indonesia Pada Saat ini. Ada
beberapa hal yang menjadi hambatan atau tantangan
dalam mengimplementasikan e-government di Indonesia
untuk menyongsong revolusi industry 4.0 diantaranya: (1)
Kultur berbagi (sharrring) informasi belum ada, (2) Kultur
mendokumentasi belum lazim, (3) Langkanya SDM yang
handal dibidang TI, (4) Infrastruktur yang belum memadai
dan mahal, (5) Tempat akses informasi yang terbatas.
Retnowati mengatakan faktor-faktor penentu keberhasilan
penerapan e-government adalah: (1) Kebutuhan seperti apa
yang saat ini menjadi prioritas utama dari masyarakat di
negara atau di daerah terkait, (2) Infrastruktur
telekomunikasi, (3) Tingkat konektivitas dan penggunaan TI
oleh pemerintah, (4) Kesiapan SDM di pemerintah, (5)
Ketersediaan dana dan anggaran, (6) Ketersediaan
perangkat hukum, (7) Perubahan paradigma cara kerja dan
perilaku SDM aparatur. Sehingga faktor yang paling urgent
dalam lingkup SDM adalah masalah kurangnya sampai saat
ini tenaga ahli di bidang IT yang mumpuni di Indonesia, dan
masih banyaknya aparat di pemerintahan yang masih
gaptek (gagap teknologi) terkhususnya bagi generasi yang
sudah tua yg masih mengisi di segmen-segmen
pemrintahan sampai saat ini.
Akan tetapi menurut penulis ada tiga hal persoalan kendala
mendasar di dalam penyelenggaran e-government tersebut
berada ditingkat pemerintahan daerah diantaranya yaitu ;
pertama, inisiatif dan pemaknaan implementasi e-

Administrasi Publik Masa Depan | 61


government oleh pemerintah daerah otonom masih
bersifat sendiri-sendiri. Kedua, implementasi melalui situs
web daerah tersebut belum didukung oleh sistem
manajemen dan proses kerja yang efektif karena kesiapan
peraturan, prosedur dan keterbatasan sumber daya
manusia. Ketiga, banyak pemerintah daerah meng-
identikkan implementasi e-government hanya sekadar
membuat situs web pemda saja (web presence), sehingga
penyelenggaraan e-government hanya berhenti ditahap
pematangan saja dari 4 tahap yang harus dilalui. Rumusan
Terbaik Terhadap Proyeksi E-Government Dimasa Yang
Akan Datang Baik Selama Revolusi Industri 4.0 Masih
Berlangsung Maupun Setelah Mengalami Re-Generasi.

B. ADMINISTRASI PUBLIK: PERUBAHAN DAN


ADAPTASI
Perubahan terus berlangsung dalam kehidupan
bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat, ini terjadi karena
berbagai fenomena yang terjadi yang tidak pernah diprediksi
akan berlangsung dalam kehidupan ini. Begitupun ilmu
administrasi public mengalami berbagai perubahan dan
melakukan adaptasi dalam menegakkan kegiatan administasi
publik, khususnya pemerintah dalam memberikan perbaikan
dan penyesuaian pelayan dengan perkembangan yang terjadi.
Pelayanan publik yang berdasar pada New Public Managemen
dan New Public Servis yang merupakan rangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan setiap
warga negara, atas barang, jasa, dan /atau pelayanan
administratif, sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang telah ditetapkan. Administrasi Publik berperan dalam
mengatur, mengarahkan dan mempercepat perubahan sosial,
sesuai dengan harapan masyarakat. Untuk mewujudkan hal
tersebut, Administrasi Publik menjalankan fungsinya sebagai
pelaksana dan sekaligus pengarah, agar seluruh kegiatan
termasuk yang dilaksanakan oleh masyarakat, berfokus pada
tujuan utamanya berupa perubahan sosial yang diinginkan.

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 62


Untuk melakukan kegiatan yang membawa perubahan nilai-
nilai, Administrasi Publik memiliki posisi memelihara dan
memantapkan kehidupan bersama. Sementara dalam
manajemen sektor publik, Good Governance dipandang sebagai
suatu acuan yang harus dibangun oleh birokrasi suatu lembaga
atau institusi agar dapat menjalankan fungsi-fungsi manajemen
publik dengan semestinya. Good Governance berperan penting
pula dalam menjalankan prinsip-prinsipnya di masa pandemi
Covid-19 saat ini.“Secara umum arti dari Good Governence
adalah penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, baik dan
berwibawa, Good Governance bisa tercapai jika ada sinergitas
antara Birokrasi Pemerintah, Masyarakat Sipil baik LSM, Tokoh
Masyarakat, Tokoh Agama dan lain-lain serta Sektor Swasta,
Media Massa dan Perguruan Tinggi.
Pemerintah harus bisa terus melakukan inovasi dalam
pemberian layanan publik. Terlebih dengan adanya wabah Co-
19, ditengah pandemi seperti saat ini, yang sedikit atau banyak
memberikan dampak kepada seluruh pihak, hal ini sangat
memerlukan berbagai terobosan baru agar tetap bisa survive
dengan segala kondisi. Pandemi Covid-19 memaksa setiap orang
beralih dari tatanan dan kebiasaan konvensional menjadi serba
digital. Sebenarnya, jauh sebelum pandemi, pemerintah telah
menerapkan digitalisasi dalam proses layanan publik, yang
dikenal dengan e-government. Berbagai regulasi dibuat agar
digitalisasi pelayanan publik di Indonesia bisa diimplementasi-
kan secara optimal untuk mewujudkan reformasi birokrasi dan
inovasi pelayanan publik agar mampu menjadi solusi bagi
peningkatan kualitas dalam melayani masyarakat. Ada instruksi
Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan e-Government, UU No 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik; lalu Peraturan Presiden (Perpres) No
81 / 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Nasional,
hingga Perpres No.95 tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan
Berbasis Elektronik. Meski demikian, tidak dapat dipungkiri
proses digitalisasi layanan publik masih belum maksimal. Masih
ada kesenjangan antar lembaga pemerintah maupun antar
wilayah. Dibandingkan dengan sektor swasta, lembaga

Administrasi Publik Masa Depan | 63


pemerintah masih tertinggal dalam hal inovasi digitalisasi
layanan publik. Pemerintah harus banyak belajar dari reformasi
digital yang dilakukan sektor swasta. Sektor swasta mampu
melakukan perubahan digital sangat cepat, bukan hanya untuk
meningkatkan profit, tetapi juga menyelesaikan permasalahan
yang ada di tengah masyarakat. Pemerintah harus melakukan
akselerasi dalam inovasi digitalisasi pelayanan publik agar
terjaga kepercayaan masyarakat (public trust) terhadap
pemerintah. Maka digitalisasi yang dilakukan oleh pemerintah
haruslah tepat sasaran dan tepat guna sesuai kebutuhan
masyarakat. Pemerintah harus lebih memahami persoalan yang
dihadapi masyarakat sehingga kebijakan yang dihasilkan betul-
betul dapat menjadi solusi atas persoalan tersebut. Selain itu,
diperlukan kolabirasi dengan seluruh stakeholder yang ada
(collaborative governance). Pandemi Covid-19 mengajarkan kita
tentang pentingnya berjejaring/ berkolaboasi (model
networking) untuk melakukan peningkatan kualitas pelayanan
publik dalam seluruh bidang. Pada kondisi yang serba tidak
pasti, masyarakat sangat bergantung kepada pemerintah,
demikian juga pemerintah memerlukan sektor swasta,
akademisi, dan dukungan media massa untuk bersama-sama
bersinergi melakukan berbagai upaya untuk menyelesaikan
segala permasalahan yang muncul akibat dampak dari pandemi
Covid-19 ini. Model network ini dikembangkan oleh Goldsmith
dan W.D. Eggers (2004). Mereka menyatakan bahwa pemberian
pelayanan publik dan penyelesaian masalah publik dapat
dilakukan dengan memanfaatkan jejaring yang ada, baik secara
vertikal maupun horizontal. Hal ini dapat mendorong
pemerintah untuk menciptakan inovasi melalui pelibatan
banyak jejaring.
Wabah corona memaksa semua negara untuk merevisi
perencanaan pembangunan mereka. Target disesuaikan secara
realistis, asumsi diubah sesuai keadaan sekarang, dan prioritas
program jangka pendek dialihkan sebagian besar untuk
mengatasi epidemic Covid-19. Sementara kebijakan
pembangunan padat modal seperti infrastruktur dilakukan

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 64


moratorium dan akan dikaji untuk dilaksanakan kembali setelah
periode tanggap darurat Covid-19 dinyatakan berakhir.
Dampak sosial dan ekonomi yang melanda Indonesia
akibat pandemi ini memaksa semua level pemerintahan baik
pusat dan daerah untuk melakukan koreksi terhadap rencana
pembangunan yang telah ditetapkan. Terutama yang telah
dituangkan dalam dokumen perencanaan dan anggaran
mengingat pada saat menyusun sama sekali tidak
memperhitungkan pandemi. Penyesuaian yang tepat dan
kebijakan yang terukur dalam menangani wabah corona akan
menjadi titik awal untuk pemulihan.
Pemerintah Indonesia sendiri baru merampungkan
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2020-2024 ketika pandemi Covid-19 mulai menyebar ke
seluruh dunia, yang dituangkan Peraturan Presiden No. 18 tahun
2020 pada tanggal 14 Februari 2020. Dokumen yang menjadi
pedoman bagi pemerintah pusat dan daerah dalam
perencanaan pembangunan untuk masa 5 tahun ke depan itu
disusun ketika Indonesia belum punya catatan kasus Covid-19,
sehingga seluruh asumsi yang melandasinya berdasarkan
keadaan normal.
Pada periode 2020 – 2024 ini Indonesia mempunyai
target-target besar yang direncanakan untuk mengejar kenaikan
kelas sebagai salah satu negara berpendapatan menengah dan
berakselerasi meninggalkan middle income country trap
(jebakan negara berpendapatan menengah). 4 Disamping itu
Indonesia juga sedang berusaha keras menyeimbangkan
pembangunan untuk mengurangi kesenjangan wilayah, baik
antara Jawa dan luar Jawa, juga antara Kawasan Barat dan Timur
Indonesia, mengingat di kawasan yang lebih miskin (luar Jawa
dan Kawasan Timur) ternyata menyimpan potensi besar yang
selama ini tidak tergarap dengan baik. Pada periode ini juga
Pemerintah Indonesia merencanakan membangun calon Ibu
Kota Negara (IKN) baru untuk menggantikan Jakarta dengan
lokasi di Provinsi Kalimantan Timur.

Administrasi Publik Masa Depan | 65


RPJMN 2020-2024 ditetapkan dengan mengusung visi
“Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Kemudian
diterjemahkan dalam tujuh agenda pembangunan, yaitu (1)
Memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang
berkualitas dan berkeadilan, (2) Mengembangkan wilayah untuk
mengurangi kesenjangan dan menjamin pemerataan, (3)
Meningkatkan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya
saing, (4) Revolusi mental dan pembangunan kebudayaan, (5)
Memperkuat infrastruktur untuk mendukung pengembangan
ekonomi dan pelayanan dasar, (6) Membangun lingkungan
hidup, meningkatkan ketahanan bencana, dan perubahan iklim,
dan (7) Memperkuat stabilitas polhukhankam dan transformasi
pelayanan publik. Selain itu, sejumlah sasaran pembangunan
jangka menengah juga akan ditargetkan akan dicapai pada 2024,
antara lain: (i) Tingkat Kemiskinan pada kisaran 6,0 – 7,0 persen;
(ii) Pertumbuhan ekonomi 6,0 persen; (iii) Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) 75,54; (iv) Gini rasio mencapai 0,360 – 0,374; (v)
Tingkat pengangguran terbuka (TPT) 3,6 – 4,3 persen; dan (vi)
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) menuju target 29
persen di 2030 (Paris Agreement).
Terdapat 42 proyek prioritas strategis dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Proyek prioritas strategis tersebut merupakan proyek
terintegrasi, baik dari kementerian/lembaga (K/L), maupun
integrasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN,
dan masyarakat. Proyek prioritas ini diharapkan memiliki daya
ungkit tinggi sehingga disebut major projects. Proyek prioritas
strategis dimaksud antara lain delapan destinasi pariwisata
unggulan, mencakup Danau Toba, Borobudur DSKT, Lombok,
Labuan Bajo, Bromo-Tengger-Semeru, Wakatobi, Likupang, dan
Revitalisasi Bali. Program berikutnya tentang percepatan
penurunan kematian ibu dan stunting, serta percepatan
pembangunan kawasan tertinggal wilayah adat Papua
mencakup wilayah adat Laa Pago dan Domberay. Sementara
untuk program pembangunan infrastruktur, meliputi Jalan Tol
Trans Sumatera-Lampung, kereta api kecepatan tinggi di Pulau

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 66


Jawa, kereta api Makassar-Pare Pare, serta jaringan pelabuhan
utama terpadu di Belawan dan Pelabuhan Kijing.
Selanjutnya, major projects pendidikan dan pelatihan
vokasi untuk industri 4.0 serta pembangunan science techno
park. Manfaat proyek ini untuk meningkatkan pekerja yang
berada pada bidang pekerjaan berkeahlian menengah dan tinggi
dari 39,57 persen pada 2018, menjadi 50 persen pada 2024,
kemudian meningkatnya lulusan pendidikan dan pelatihan
vokasi bersertifikat kompetensi dari 472.089 orang pada 2017
menjadi 2 juta orang pada 2024.
Dalam rangka percepatan pembangunan di 62 daerah
tertinggal yang telah ditetapkan menargetkan sebanyak 25
daerah tertinggal direncanakan akan keluar dari klasifikasi
daerah tertinggal di tahun 2024. Skenario rata-rata Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) ditargetkan meningkat dari 58,82
di tahun 2019 menjadi sekitar 62,2–62,7 pada 2024. Persentase
penduduk miskin di daerah tertinggal juga dibidik menurun dari
25,82 persen di 2019 menjadi 23,5–24 persen di 2024. 62 daerah
tertinggal tersebut tersebar di 5 pulau besar yaitu Pulau
Sumatra, Pulau Sulawesi, Pulau Maluku-Nusa Tenggara dan
Pulau Papua dengan distribusi di berbagai provinsi, yakni 22
kabupaten di Provinsi Papua, 8 kabupaten di Papua Barat, 13
kabupaten di Nusa Tenggara Timur, 1 kabupaten di Nusa
Tenggara Barat, 6 kabupaten di Maluku, 2 kabupaten di Maluku
Utara, 3 kabupaten di Sulawesi Tengah, 4 kabupaten di Sumatra
Utara, 1 Kabupaten di Sumatra Barat, 1 kabupaten di Sumatra
Selatan dan 1 Kabupaten di Lampung. Jumlah ini jauh turun dari
total 122 kabupaten yang ditetapkan sebagai daerah tertinggal
dalam periode sebelumnya.
Ada tiga kebijakan pembangunan yang dipilih dan
menjadi strategi terpadu percepatan pembangunan daerah
dalam RPJMN 2020-2024. Pertama, percepatan pembangunan
daerah diletakkan dalam dua pendekatan koridor, yakni koridor
pertumbuhan yang menekankan pengembangan pusat-pusat
pertumbuhan dengan basis keunggulan wilayah yang dapat
meningkatkan nilai tambah, devisa, lapangan kerja, dan

Administrasi Publik Masa Depan | 67


pertumbuhan ekonomi wilayah serta koridor pemerataan yang
mendorong pengembangan wilayah penyangga (hinterland) di
sekitar pusat pertumbuhan dan pemenuhan hak-hak dasar
rakyat sesuai prinsip Tujuan Pembangunan Berkelanjutan /
Sustainable Development Goals (TPB/SDGs), yakni tidak
meninggalkan satu pun kelompok masyarakat atau no one left
behind.
Kedua, pengembangan kebijakan dan pelaksanaan
pembangunan afirmatif untuk mempercepat pembangunan
daerah tertinggal, kecamatan lokasi prioritas perbatasan, dan
pulau-pulau kecil terluar dan terdepan. Pola afirmatif diarahkan
untuk perluasan akses pelayanan dasar pendidikan dan
kesehatan, penyediaan sarana dan prasarana perumahan, air
bersih dan sanitasi, listrik, peningkatan konektivitas dan
pengembangan jaringan telekomunikasi dan informasi sebagai
basis ekonomi digital, juga perluasan kerja sama dan kemitraan
dalam investasi, promosi, pemasaran, dan perdagangan.
Ketiga, pembangunan desa terpadu sebagai pilar
penting dari percepatan pembangunan 62 daerah tertinggal
dalam periode lima tahun ke depan. Sebagai wujud komitmen
pemerintah dalam mendukung RPJMN 2020-2024 Prioritas
Nasional 2 yaitu Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi
Kesenjangan dan Menjamin Pemerataan, maka Kementerian
PPN/Bappenas melakukan mainstreaming 62 daerah tertinggal
sebagai lokasi prioritas daerah afirmasi. Berbagai program
pembangunan yang dibiayai dari skema anggaran kementerian
/ lembaga maupun dari skema Dana Alokasi Khusus (DAK)
diarahkan untuk fokus memprioritaskan daerah afirmasi
sebagai bentuk keberpihakan pemerintah dalam rangka
percepatan pembangunan 62 daerah tertinggal. Strategi
percepatan pembangunan 62 daerah tertinggal juga akan
mengoptimalkan kerangka kebijakan Major Projects.
Disain perencanaan jangka menengah tersebut kini harus
mengalami berbagai pergeseran ketika tahun 2020, tahun awal
periode RPJMN, difokuskan pada penanganan covid-19. APBN
2020 difokuskan untuk mitigasi Covid-19 agar dampak ekonomi

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 68


dan sosial akibat virus ini dapat diminimalkan sampai keadaan
bisa segera pulih. Penanganan pandemi Covid-19 mengubah
rencana dan strategi pembangunan berbagai sektor yang telah
dipersiapkan Pemerintah Indonesia, salah satunya target
pembangunan yang berubah seiring dengan perubahan proses
kerja.
Perencanaan pembangunan pasca covid-19 merupakan
tantangan berat bagi seluruh negara di dunia. Kehidupan normal
baru masyarakat dimana sampai saat ini belum ada obat paten
untuk menyembuhkan covid-19 dan juga vaksin untuk
mencegahnya menjadikan bahwa hal yang pasti kalau
masyarakat dunia akan hidup bersama covid, atau dalam istilah
lugas Panji Hadisoemarto adalah hidup dalam ancaman covid-
19 setiap saat.

Indonesia harus dapat menyusun skenario sendiri


dengan asumsi bahwa obat paten dan vaksin baru akan lama
ditemukan, dan yang pasti tidak akan terjadi dalam jangka
pendek. Bagaimana menggerakkan ekonomi ketika kehidupan
normal baru memerlukan perubahan budaya yang sangat
drastis akan perilaku masyarakat. Pemerintah memberikan
panduan bagaimana kehidupan normal baru yang harus
dilakukan masyarakat dalam 7 norma, yaitu: (1) Cuci tangan; (2)
Hindari menyentuh wajah Menghindari menyentuh area wajah;
(3) Menerapkan etika batuk dan bersin saat batuk atau bersin
karena tubuh akan mengeluarkan virus dari dalam tubuh; (4)
Gunakan masker saat keluar rumah atau berinteraksi dengan
orang lain; (5) Jaga jarak sosial Agar terhindar dari paparan virus;
(6) Isolasi mandiri. Ini dilakukan bagi yang merasa tidak sehat,
seperti memiliki beberapa gejala sakit, yakni demam, batuk,
pilek, nyeri tenggorokan atau sesak napas; dan (7) Menjaga
kesehatan dengan memastikan kesehatan fisik, berjemur sinar
matahari pagi, mengonsumsi makanan bergizi, dan melakukan
olahraga ringan.
Untuk skenario perencanaan pembangunan jangka
menengah pada masa kehidupan normal baru ini Pemerintah
mempunyai 3 alternatif pilihan strategi. Pertama, tetap dengan

Administrasi Publik Masa Depan | 69


rencana semula yang sudah tertuang dalam RPJMN 2020-2024,
dengan sedikit penyesuaian program untuk mengakomodir
kehidupan normal baru dalam ancaman Covid-19. Kedua,
melakukan penyesuaian program dan target secara moderat
dengan mendasarkan asumsi yang sudah diperbaharui sesuai
situasi dan kondisi pandemi Covid-19, kemudian
mempertahankan program dimana asumsi-asumsi yang
menjadi dasar masih relevan dan masih bisa disesuaikan dengan
keadaan pasca Covid-19. Ketiga, merombak seluruh program
dan target-target yang ditetapkan berdasarkan berbagai asumsi
dan perkembangan baru pasca Covid-19 dan krisis ekonomi
yang mengiringinya. Dalam hal ini semua program yang telah
ditetapkan di RPJMN 2020-2024 dikaji ulang, dirumuskan
kembali strateginya, dan dijadwal ulang periode pelaksanaan-
nya.
Pada perombakan ini pemerintah perlu memasukkan
unsur revolusi budaya dimana protokol kesehatan bersama
Covid-19 harus menjadi panduan hidup masyarakat Indonesia
dalam jangka menengah, bahkan jangka panjang.
Ketika komputer diperkenalkan dalam Industri 3.0, saat
itu dianggap sebagai hal asing yang kemudian menjadi sesuatu
yang ditambahkan pada teknologi yang sama sekali baru.
Sekarang, dan pada waktu-waktu mendatang seiring dengan
kian terbukanya Industri 4.0, komputer- komputer akan
berkomunikasi satu sama lain untuk pada akhirnya membuat
keputusan tanpa campur tangan manusia. Kendati ada yang
menyebut bahwa revolusi Industri 4.0 ini hanyalah bahasa
pemasaran (marketing), namun terjadi perubahan-perubahan
dalam cara produksi dan manufaktur yang mau tak mau menarik
perhatian kita. Dalam revolusi keempat ini, kita menghadapi
serangkaian teknologi baru yang mengombinasikan dunia fisika,
digital, dan dunia biologi. Teknologi-teknologi baru ini akan
berdampak pada semua disiplin, ekonomi dan industri, bahkan
akan menantang ide kita tentang arti manusia. Teknologi ini
memiliki potensi besar menghubungkan miliaran manusia
melalui web, meningkatkan efisiensi bisnis dan organisasi secara

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 70


drastis, dan membantu regenerasi lingkungan alami melalui
manajemen aset yang lebih baik, mengurangi kerusakan yang
diakibatkan revolusi industri sebelumnya.
Namun demikian, ada juga potensi risikonya. Professor
Klaus Schwab, Pendiri dan Executive Chairman the World
Economic Forum dalam bukunya The Fourth Industrial
Revolution menyebutkan, bahwa organisasi-organisasi bisa jadi
tak mampu atau tak mau mengadaptasi teknologi baru ini dan
pemerintah mungkin gagal meregulasi teknologi ini secara layak.
Dalam bukunya, Schwab berteori bahwa perubahan daya akan
menciptakan masalah-masalah keamanan yang penting, dan
kesenjangan bisa jadi akan kian membesar, bukannya berkurang
jika segala sesuatunya tidak diatur secara benar. Sebagai misal,
seiring dengan meningkatnya otomasi, komputer dan mesin
akan menggantikan pekerja di banyak spektrum dari industri,
mulai dari sopir, akuntan, agen properti hingga agen asuransi.
Diperkirakan sebanyak 47% dari lapangan kerja di Amerika
Serikat akan terancam akibat otomatisasi. Banyak ahli
mengindikasikan bahwa revolusi Industri 4.0 akan lebih
menguntungkan kalangan kaya daripada kalangan miskin,
terutama karena hilangnya pekerjaan-pekerjaan bergaji rendah
yang hanya memerlukan ketrampilan rendah, karena digantikan
oleh mesin-mesin otomatis. Namun itu bukan hal baru. Secara
historis, revolusi industri selalu diawali dengan jurang
kesenjangan yang besar sebelum diikuti oleh periode perubahan
politik dan institusional. Demikian dari apa yang diutarakan
diatas diharuskan adanya rumusan proyeksi e-government
dimasa akan datang setelah masa revolusi industri 4.0
berlangsung dan masa regenerasinya, untuk mengantisipasi hal-
hal yang disebutkan diatas baik yang berupa akibat baiknya dan
akibat potensi resikonya. Beberapa rumusan terbaik itu
diataranya adalah: 1) Tatanan regulasi hukum yang baik dan
perlindungan hukum; 2) Pemerintah mencanangkan pendidikan
terkususnya di bidang IT sebagai pembentukan SDM yang
mumpuni mulai dari sekarang; 3) Infrastuktur dan ketersediaan
media akses yang memadai; 4) Pembentukan karakter dan etos
kerja yang baik bagi SDM aparatur pemerintahan; 5) Merubah

Administrasi Publik Masa Depan | 71


mindset aparatur menjadi disruptive mindset aparatur di
Indonesia; 6) Revolusi industri 4.0 berbasis revolusi mental;
7) Menciptakan Intrepreneurial Leadership yang handal;
8) Diperkuatnya pendidikan agama;
Semua kemampuan dan proyeksi diatas tidak lepas dari
dasar kemampuan dan kemauan yang kuat dari pemerintah
sekarang ini. Secara logis selaras dengan adanya kematangan
dalam penguatan ekonomi berkesinambungan yang baik dalam
penerapan e-government masa revolusi industri 4.0
kontemporer ini di Indonesia, sehingga kedepan akan tercipta
checks and balances di semua struktur.
E-Government merupakan suatu sistem IT yang
dikembangkan oleh pemerintah dalam memberikan pilihan
kepada masyarakat, untuk mendapatkan kemudahan
mengakses informasi dan pelayanan publik guna mewujudkan
clean and good governance pada suatu negara. Perkembangan
sistem e-government di Indonesia secara kuantitas mulai
meningkat namun secara kualitas masih belum memadai
dikarenakan implementasi e-government belum merata pada
seluruh wilayah dan masih berfungsi sebagai penyedia informasi
statik saja. Guna meningkatkan pengembangan e-government di
Indonesia baik dari segi kuantitas maupun kualitas
diperlukannya komitmen pemerintah dalam melakukan
penyempurnaan pengembangan e-government terutama dari
segi infrastruktur, SDM, aplikasi, regulasi serta sosialisasi di
internal pemerintah maupun kepada masyarakat.
Beberapa persoalan kendala mendasar di dalam
penyelenggaran e- government dalam revolusi industri 4.0
berada ditingkat pemerintahan daerah diantaranya yaitu ;
pertama, inisiatif dan pemaknaan implementasi e-government
oleh pemerintah daerah otonom masih bersifat sendiri- sendiri.
Kedua, implementasi melalui situs web daerah tersebut belum
didukung oleh sistem manajemen dan proses kerja yang efektif
karena kesiapan peraturan, prosedur dan keterbatasan sumber
daya manusia. Ketiga, banyak pemerintah daerah meng-
identikkan implementasi e- government hanya sekadar

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 72


membuat situs web pemda saja (web presence), sehingga
penyelenggaraan e-government hanya berhenti ditahap
pematangan saja dari 4 tahap yang harus dilalui.
Proyeksi e-government dimasa mendatang baik revolusi industri
4.0 masih berlangsung maupun di masa datang setelah
mengalami regenerasi haruslah adanya rumusan terbaik
diantaranya : (1) Tatanan regulasi hukum yang baik dan
perlindungan hukum. (2) Pemerintah mencanangkan
pendidikan terkususnya di bidang IT sebagai pembentukan SDM
yang mumpuni mulai dari sekarang. (3) Infrastuktur dan
ketersediaan media akses yang memadai. (4) Pembentukan
karakter dan etos kerja yang baik bagi SDM aparatur
pemerintahan. (5) Merubah mindset aparatur menjadi
disruptive mindset aparatur di Indonesia. (6) Revolusi industri
4.0 berbasis revolusi mental. (7) Menciptakan Intrepreneurial
Leadership yang handal. (8) Diperkuatnya pendidikan agama.
E-government merupakan alat pendukung tercapainya
clean and good governance, karena di Indonesia masih baru
mengimplementasikan e- government dan belum berkembang
cepat maka clean and good governance di Indonesia belum
tercapai.

Administrasi Publik Masa Depan | 73


Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 74
Bab 5
Inovasi dan Digitalisasi
Administrasi Publik

A. INOVASI ADMINISTRASI PUBLIK


Inovasi adalah memperkenalkan ide baru, barang baru,
pelayanan baru dan cara-cara baru yang lebih bermanfaat.
Amabile et al. (1996), mendefinisikan inovasi yang berhubungan
dengan kreatifitas yaitu: “Inovasi atau innovation berasal dari
kata to innovate yang mempunyai arti membuat perubahan atau
memperkenalkan sesuatu yang baru.”
Perkembangan ilmu pengetahuan modern telah
merasuki semua lini kehidupan mulai di kota sampai pedesaan,
semua sudah tersentuh dengan berbagai produk hasil inovasi
yakni berbagai produk modern. Perkembangan pola pikir
manusia yang semakin berkembang dan maju membuat segala
sesuatu dari tidak mungkin menjadi mungkin, dari masalah
menjadi tidak masalah karena adanya solusi dan
pemecahannya. Fenomena baru di tengah kehidupan
masyarakat menjadikan segala ide maupun gagasan menjadi
sesuatu yang baru dan dapat bernilai inovatif.
Menurut Suwarno, Yogi (2008), menyatakan bahwa
faktor yang mempengaruhi inovasi pelayanan, dapat dianalisis
menjadi 2 (dua) yaitu: (a) lingkungan internal; dan (b) lingkungan
eksternal. Lingkungan internal adalah lingkungan di dalam
organisasi yang berpengaruh terhadap kinerja, meliputi visi,
misi, sarana dan prasarana, sumber daya manusia, organisasi,
manajemen, keuangan dan pemasaran. Sedangkan lingkungan
eksternal meliputi lingkungan makro dan lingkungan mikro.
Lingkungan makro meliputi demografi, sosio-ekonomi,

Inovasi dan Digitalisasi Administrasi Publik | 75


teknologi, politik, dan sosial budaya, serta lingkungan mikro
meliputi pelanggan dan pesaing.
Faktor internal yang didalamnya terdapat keberhasilan
dalam sebuah kinerja merupakan keberhasilan sebuah instansi
publik dalam memperbaiki proses dalam berorganisasi. Proses
dalam berorganisasi yang baik akan menimbulkan performa dari
organisasi dalam pencapaian tujuan tersebut lebih meningkat
dan upaya dalam merealisasikan beberapa program yang telah
dicanangkan oleh lembaga ataupun organisasi tersebut akan
lebih mudah terealisasi. Inovasi teknologi ternyata dalam
implementasinya di bidang administrasi publik telah menjadikan
pelayanan yang bersifat konvensional bertransformasi menjadi
terkomputerisasi. Segala bentuk input, proses dan tentunya
output telah terintegrasi dengan komputer, menjadikan inovasi
sebagai leading factor dalam upaya peningkatan sebuah
pelayanan. Beragamnya informasi dan data yang ada sebaiknya
dikelola dengan baik. Misalnya telah muncul konsep tentang
Sistem Informasi Manajemen (SIM) di dalam sebuah lembaga,
terurama di lembaga publik ataupun formal. Sistem Informasi
Manajemen (SIM) dapat meningkatkan pendapatan asli daerah
(Irfan, 2018). Artinya dari pengelolaan informasi yang baik
berdampak pula pada peningkatan kesejahteraan dan tingkat
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Ini merupakan
inovasi yang sederhana dalam hal peningkatan dan upaya
perbaikan sebuah instansi publik. Inovasi menjadi langkah
terbaik untuk mengubah keadaan. Selain itu keberadaan
pesaing, misalnya yang menjadi pesaing dari instansi publik
yakni berasal dari privat sector dapat dijadikan stimulus untuk
lebih berinovasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik dan
hal tersebut akan menciptakan sebuah tipologi dalam inovasi di
publik sektor.
Menurut Halvorsen (dalam Yogi. S, 2018) terdapat 6
(enam) tipologi inovasi di sektor publik, yaitu: (a) a new or
improved service; (b) process innovation; (c) administrative
innovation; (d) system innovation; (e) conceptual innovation; dan
(f) radical change of rationality. Berdasarkan tipologi inovasi

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 76


tersebut, maka terdapat beberapa hal mengenai inovasi di
sektor publik. Pertama dari segi perbaikan pelayanan atau
adanya pelayanan baru. Hal ini bertujuan untuk memberikan
pilihan dan pemenuhan kebutuhan dari masyarakat sebagai
pelanggan pelayanan sebuah jasa tertentu. Kemudian adanya
inovasi proses, dimana terdapat perubahan dalam penyediaan
pelayanan. Setelah itu dalam tipologi inovasi, yakni inovasi
administrative. Disinilah letak dari pusat kendali perbaikan
sebuah layanan. Karena dalam inovasi administratif terdapat
kebijakan sebagai hasil dari sebuah perbaikan dari proses secara
administratif di lembaga ataupun di organisasi tersebut. Inovasi
yang diimplementasikan haruslah yang original atau tidak
bersifat plagiat. Artinya tidak ada ide ganda dalam menerapkan
gagasan yang sama di organisasi yang berbeda.
Berdasarkan tersebut, maka pengelompokan inovasi
dapat digolongkan ke dalam tingkat keaslian, sumber daya
manusia dan sebuah efisiensi. Tingkat keaslian inovasi
merupakan bentuk pemikiran manusia yang tentunya tidak
memiliki kesamaan ide antara ide satu dengan ide yang lainnya.
Keunikan dan keaslian sebuah ide atau gagasan merupakan
inovasi murni yang jelas serta dapat diukur dalam
penerapannya. Kemudian dibutuhkan sumber daya manusia
sebagai pengendali dan pengelola dari inovasi yang ada, serta
adanya efisiensi pelayanan sebagai bentuk penghematan
anggaran dalam merealisasikan inovasi. Inovasi itu sendiri tidak
tercipta dan terealisasi begitu saja. Proses pemikiran dari
sumber daya manusia merupakan kunci utama terealisasinya
inovasi yang sesuai dengan permasalahan yang ada.
Kompleksitas dan urgensi permasalahan yang muncul harus
dianalisis dengan cermat, agar dampak dari inovasi yang muncul
tidak menjadi sesuatu hal yang tidak sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai oleh lembaga atau organisasi tersebut. Diperlukan
sebuah budaya organisasi yang memacu adanya inovasi dalam
upaya dan sebagai jalan pemecahan suatu permasalahan.
Sehingga inovasi merupakan sesuatu yang asli, buah pikir dari
pemikiran manusia dan menjadi solusi nyata dalam pemecahan
masalah.

Inovasi dan Digitalisasi Administrasi Publik | 77


Sama seperti perusahaan swasta, pemerintah juga didorong
untuk meningkatkan efisiensi prosesnya. Hal ini merupakan
dampak dari 4IR, di mana telah hadir inovasi teknologi yang
sangat efisien dan cepat di tengah-tengah masyarakat. Peluang
efisiensi sangatlah besar untuk diterapkan oleh pemerintah,
salah satunya melalui digitalisasi administrasi publik dan
otomasi proses bisnis atau yang dikenal dengan Government
4.0. Menurut Laporan McKinsey&Co, Pemerintah Jerman dapat
menghemat hingga 59% dalam memroses berkas menggunakan
teknologi terbaru. Inovasi teknologi lain juga sudah mulai
diterapkan dalam penyusunan kebijakan dan regulasi
pemerintah dan demokrasi. Di tengah perkembangan teknologi
yang masif seperti cloud computing, social media, mobile
technology, memberikan peluang bagi pemerintah dalam
melayani publik serta meningkatkan partisipasi dan kolaborasi
publik dalam menghasilkan layanan publik. Hal ini mutlak harus
dilakukan pemerintah sebagai upaya modernisasi pelayanan
publik melalui adopsi teknologi digital dan mengintegrasikannya
di dalam sektor publik atau yang disebut dengan Digital
Government.
Inovasi teknologi lain juga sudah mulai diterapkan dalam
penyusunan kebijakan dan regulasi pemerintah dan demokrasi.
Di tengah perkembangan teknologi yang masif seperti cloud
computing, social media, mobile technology, memberikan
peluang bagi pemerintah dalam melayani publik serta
meningkatkan partisipasi dan kolaborasi publik dalam
menghasilkan layanan publik. Hal ini mutlak harus dilakukan
pemerintah sebagai upaya modernisasi pelayanan publik
melalui adopsi teknologi digital dan mengintegrasikannya di
dalam sektor publik atau yang disebut dengan Digital
Government.

B. DIGITALISASI ADMINISTRASI PUBLIK


Di tengah perkembangan teknologi yang masif seperti
cloud computing, social media, mobile technology, memberikan
peluang bagi pemerintah dalam melayani publik serta

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 78


meningkatkan partisipasi dan kolaborasi publik dalam
menghasilkan layanan publik. Fenomena ini sepertinya mutlak
dan harus dilakukan pemerintah sebagai upaya modernisasi
pelayanan publik melalui adopsi teknologi digital dan
mengintegrasikannya di dalam sektor publik atau yang disebut
dengan Digital Government, itulah wujud metaverse yaitu
teknologi digital yang diprediksi akan berkembang pesat.
Berdasarkan permasalahan di atas, Dewan Teknologi
Informasi dan Komunikasi Nasional (WANTIKNAS) berupaya
untuk mencari jalan keluar agar Digital Government dapat
sepenuhnya diadopsi dan diterapkan di Indonesia. Pengemba-
ngan Digital Government juga selaras dengan 9 Program
Reformasi Birokrasi dan Nawacita kelima, yaitu membuat
pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintah yang bersih, efektif, demokratif, dan terpercaya.
Untuk itu, WANTIKNAS ingin menyusun sebuah kajian
pengembangan Digital Government. Berikut merupakan
beberapa dasar hukum yang melandasi kajian ini: a) Peraturan
Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan
Berbasis Elektronik; b) Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun
2014 tentang Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019: c)
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan e-Government.
Digital Government merupakan upaya modernisasi
pelayanan publik melalui adopsi teknologi digital dan
mengintegrasikannya di dalam sektor publik. Di tengah
perkembangan teknologi yang masif seperti cloud computing,
social media, mobile technology, memberikan peluang bagi
pemerintah dalam melayani publik serta meningkatkan
partisipasi dan kolaborasi publik dalam menciptakan layanan
publik. Keterlibatan masyarakat dalam menciptakan layanan
publik akan mengubah ekspektasi hubungan antara masyarakat
dengan pemerintah. Paradigma pemerintah terhadap layanan
publik telah bergeser dari mengantisipasi kebutuhan bisnis
masyarakat (citizen- centric approach) ke menyesuaikan
kebutuhan bisnis masyarakat melalui kemitraan dengan

Inovasi dan Digitalisasi Administrasi Publik | 79


pemerintah (citizen-driven approach). Untuk itu, perlu dipastikan
bahwa Digital Government bukan hanya sebatas melakukan
digitalisasi layanan publik, tapi juga harus dapat diintegrasikan
dengan proses bisnis dalam pelayanan publik.

1. Tata Kelola Digital Government


Organisasi dan tata kelola Digital Government diperlukan
agar penerapan Digital Government dapat dilakukan secara
terencana, terkoordinir, dan terukur. Perlu diidentifikasi
siapa yang harus bertanggung jawab dalam mengkoordinir
penerapan strategi Digital Government. Selain itu, juga
harus dilakukan perencanaan serta pemantauan serta
evaluasi agar penerapan strategi Digital Government dapat
dilakukan secara berkelanjutan. Untuk itu, diperlukan
kerangka kerja organisasi dan tata kelola dalam penerapan
strategi Digital Government di seluruh lapisan pemerintah.
Berikut ada dua negara menjadi contoh perbandingannya
sebagai berikut:
a. Benchmark Korea
e-Goverment di Korea Selatan sejak awal didorong oleh
“informatisasi kepemerintahan” yang bersamaan
dengan adanya perubahan bertahap sistem
administrasi kepemerintahan, dari otoritarian ke era
demokrasi. Di samping itu, kuatnya tekanan eksternal
dengan terjadinya krisis ekonomi yang sangat
memukul ekonomi saat itu, menuntut adanya
peningkatan transparansi dan efisiensi tata keloa
kepemerintahan yang didukung oleh penyebaran yang
sangat cepat teknologi internet, world wide web.
Kedua prakondisi tersebut berjodoh dengan adanya
keinginan yang kuat dari Presiden Kim Dae Jung untuk
melakukan “informatisasi kepemerintahan”. Keinginan
kuat ini terlihat dari pernyataan Presiden Kim Dae Jung
dalam inagurasinya untuk segera mengatasi krisis
ekonomi 1997 dengan menerapkan reformasi tata
kelola kepemerintahan yang salah satunya melalui

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 80


pelaksanaan e-Government. Sekalipun dalam praktek-
nya e-Government baru terwujud setelah tiga tahun
pemerintahan atau hanya menyisakan dua tahun masa
kepresidenan. Merujuk laporan Bank Dunia, e-
Government merupakan reformasi tata kelola
pemerintahan dengan menggunakan teknologi
informasi. Secara lebih substansial, Young-min Yoon
(2007) memaknai e- Government sebagai proyek yang
mentransformasi struktur dan budaya administrasi
organisasi dengan menata ulang nilai dan aturan dalam
proses kerja harian. Proses ini dilanjutkan dengan
menata ulang kewenangan antarorganisasi dan
menyesuaikan tujuan organisasi serta meredistribusi
kewenangan lintas jenjang dan jabatan serta
melakukan penataan staf sesuai dengan struktur.
Korea Selatan mampu menempatkan e-Government
menjadi negara yang memparktekkan e-Government
kelas dunia sehingga mampu menjadi yang terbaik
atau ranking pertama pada tahun 2014. Ditilik dari
aspek manfaatnya, sebagai contoh e- Government di
Korea Selatan telah berhasil mempraktekan e-bidding
yang hampir mencapai 100 persen sehingga mampu
menyelamatkan miliaran dollar AS setiap tahunnya.
Namun, dinamikan selanjutnya menyebabkan ranking
Korea Selatan mengalami penurunan dengan hanya
menjadi ranking ke-3 di tahun 2016 (UN e-Gov Report).
Penurunan ranking tak dapat dilepaskan dari
pergantian kepresidenan dan juga belum kokohnya
peta jalan e-Government di Korea Selatan. Sekalipun
mengalami penurunan namun, sampai saat ini Korea
Selatan tetap menjadi contoh negara yang berhasil
mengejawantahkan e-Government sehingga tepat
untuk belajar dari pengalaman keberhasilan dan
sekaligus keterbatasannya.

Inovasi dan Digitalisasi Administrasi Publik | 81


b. Benchmark Australia
e-Government di Australia bertujuan untuk
membangun manfaat yang lebih besar dari internet
yang selama ini telah dirasakan oleh masyarakat dalam
konteks individu dan komunitas. Bagaimana
pengalaman dan manfaat yang selama ini telah
terbangun bisa juga dilaksanakan dalam konteks
layanan pemerintahan. Di masa depan, dengan e-
Government semua layanan pemerintah dapat diakses
selama satu hari penuh dalam 24 jam, 7 hari seminggu
tanpa batasan waktu kerja. Karena itu, e-Government
harus memanfaatkan semua yang bisa dilakukan
melalui teknologi. E-Government akan memberikan
kemudahan akses bagi masyarakat melalui berbagai
saluran yang selama ini ada, ditambah dengan saluran
akses baru melalui internet dan berbagai teknologi
komunikasi lainnya. Dengan e-Government, pemerin-
tah ingin memberikan rentang pelayanan yang luas
dengan kualitas terbaik dengan biaya yang murah. Di
sisi lain, e-Government harus mudah digunakan oleh
masyarakat, sehingga mereka mau menggunakan
karena kenyamanan dan keuntungan yang ditawarkan.
Dalam hal ini, e-Government harus mampu membuat
masyarakat berinteraksi dengan lebih dekat sehingga
pemerintah semakin mengetahui kebutuhan dan
aspirasi mereka.
c. Benchmark ASIA
Reformasi yang dilakukan di negara ASIA saat ini dalam
struktur pemerintahan barang kali mempunyai
pengaruh negatif dan dapat mempengaruhi kapasitas
negara, baik dari segi sumber daya keuangan dan
manusia akibat divestasi pendapatan-pendapatan
perusahaan publik dan perampingan tenaga kerja
sektor publik. Meskipun sektor swasta domestik baru-
baru ini menjadi mitra aktif dalam pembangunan
ekonomi, peran negara masih tetap penting seperti di
Singapura, terutama sejak peristiwa krisis ekonomi

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 82


Asia yang memerlukan partisipasi aktif daripada
keadaan pasif. Menariknya, dibandingkan dengan
banyak negara, reformasi di Singapura relatif hati-hati,
bertahap dan pemerintah masih sangat terlibat dalam
perusahaan-perusahaan besar, termasuk privatisasi
aset melalui perusahaan pemerintah terkait.
Sistem ekonomi terus mengalami upaya untuk
memperbaiki struktur dan proses tata kelola
perusahaan. Gelombang skandal dan peningkatan
pengawasan publik mendorong regulator kelembag-
aan dan dewan direksi untuk membangun dan
mengadopsi praktik-praktik baru “codes of governance”
muncul sebagai alat utama untuk meningkatkan
efektivitas sistem tata kelola perusahaan. Ada empat
kelompok aktor yang terkait dengan pembuatan kode
kepemerintahan, yaitu: pembuat hukum, pembuat
model, pembuat pasar and tata pelaku kepemerinta-
han. Berdasarkan hasil studi menunjuk-kan bahwa
analisa sampel 150 kode pemerintahan yang
diperkenalkan di 78 negara selama periode 1978-2004
menggambarkan tahap-tahap dari institusiona-lisasi
yaitu goncangan, teorisasi. difusi, dan pelembag-aan
kembali. Namun proses institusionalisasi tersebut
dapat terbentuk melalui tekanan norma-norma dan
nilai-nilai yang ada. Institusi menjadi penting bagi
pembangunan ketika banyak pihak berinteraksi
(bertransaksi) dalam memainkan perannya masing-
masing. Permasalahan informasi dan penegakan
hukum (enforcement) menjadi penyebab tingginya
biaya transaksi (transaction cost) antar pihak tersebut.
Institusi hadir untuk mengurangi ketidakpastian dalam
pertukaran (transaksi) tersebut dan bersama dengan
penggunaan teknologi, institusi akan menentukan
biaya transaksi. Institusi yang baik akan mendorong
transaksi dilakukan dengan efektif dan efisien sehingga
mampu mengurangi biaya transaksi dengan
memperbaiki akses dan kualitas informasi dan

Inovasi dan Digitalisasi Administrasi Publik | 83


mendorong tegaknya aturan. Selanjutnya, adanya
institusi formal tidak akan berjalan dengan baik jika
institusi informal tidak ditegakan. Artinya, keterbatasan
aturan formal dapat dilengkapi dengan aturan
informal. Misalnya menyangkut nilai- nilai, norma, asas
kepatutan dan etika sehingga seseorang tidak
sembarangan melakukan tindakan yang merugikan
dan hanya memanfaatkan peraturan untuk
kepentingan diri sendiri.
Berdasarkan tingkatan institusi, upaya untuk
menciptakan governance yang baik, seharusnya aturan
informal yaitu norma, adat istiadat, kebiasaan, tradisi,
agama dan sebagainya serta aturan formal yang
berupa konstitusi, hukum, hak kepemilikan, adanya
kepentingan kelompok tertentu, menjadi hal penting
dan perlu diprioritaskan sehingga upaya untuk
menciptakan good governance dapat berjalan dengan
baik. Hal tersebut terbukti dari kasus di Afrika,
reformasi kepemerintahan dan birokrasi yang terjadi di
Singapura dan konsep good governance yang
diaplikasikan dalam konteks perusahaan.
Pengembangan Digital Government di Indonesia
antara lain: (a) mengidentifikasi kebijakan, peraturan,
roadmap (peta jalan), yang mendukung Digital
Government; (b) sejauh mana capaian kebijakan
tersebut, serta apa tantangan dan permasalahan yang
dihadapi; (c) merumuskan rekomendasi arah strategis
Digital Government. Namun tidak menutup
kemungkinan pada masa. Hakikat good governance
yang esensial yaitu bebas dari penyalahgunaan
wewenang dan korupsi serta dengan pengakuan hak
berlandaskan pada pemerintahan hukum. Kondisi
ideal yang disebutkan di atas, terkait dengan pelayanan
publik, kajian ini berusaha mengusungkan pemikiran
mengenai pentingnya peran e-government yang
mampu memangkas kegagalan - kegagalan

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 84


pemerintahan dalam penyelenggaraan pelayanan
publik. Konsep sistem elektronik sudah diakui
efektivitasnya oleh pihak-pihak swasta, yang kemudian
dirasa penting untuk diadopsi dalam penyelenggaraan
pemerintahan yang bersifat elektronis. Sistem
elektronik ini dikenal dengan istilah electronic
government.
Peranan e-government dalam penyelenggaraan
pelayanan publik, di antaranya adalah:
1. Peran dan Fungsi Umum E-Government;
2. Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap
Pelayanan Publik;
3. Pelayanan Publik yang Efektif dan Komunikatif; dan
4. Penerapan E-Government: Mal Pelayanan Publik
Kabupaten Sumedang.
Secara umum e-government dapat dikatakan sebagai
suatu aplikasi berbasis komputer dan internet yang digunakan
untuk meningkatkan hubungan dan layanan pemerintah kepada
warga masyarakatnya atau yang sering disebut dengan istilah
G2C (Government to Citizen). Di samping itu juga hubungan
antara pemerintah dengan perusahaan yang sering disebut G2B
(Government to Business), bahkan terhadap pemerintah daerah
atau negara lain yang sering disebut G2G (Government to
Government) sebagai mitranya. “E-Government refers to the use
by government agencies of information technologies (such as
Wide Area Networks, the Internet, and mobile computing) that
have the ability to transform relations with citizens, businesses,
and other arms of government.”(Indrajit, 2006) .Penjelasan
tersebut dapat diartikan bahwa e-government merupakan
setiap aktivitas yang memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi guna meningkatkan efisiensi, efektivitas,
transparansi, dan akuntabilitas pemerintah. (Indrajit, 2006)
menyatakan definisi yang lebih mudah bahwa e-government
merupakan penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah
yang memungkinkan pemerintah untuk mentransformasikan
hubungan dengan masyarakat, dunia bisnis dan pihak yang

Inovasi dan Digitalisasi Administrasi Publik | 85


berkepentingan, dan dalam praktiknya e-government adalah
penggunaan internet untuk melaksanakan urusan pemerintah
dan penyediaan pelayanan publik agar supaya lebih baik dan
berorientasi pada pelayanan masyarakat. Dukungan SDM dan
teknologi informasi harus dimajukan secara bersamaan dan
terintegrasi guna menjawab tuntutan dan kebutuhan akan
pelayanan publik dan birokrasi yang dinamis, lincah, efektif, dan
efisien. Keuntungan yang diperoleh dari e-Government bukan
hanya sekedar menyediakan pelayanan online tetapi lebih luas
daripada itu, karena kinerja sektor publik juga berkontribusi
pada kemajuan ekonomi dan sosial suatu negara. Di era
globalisasi penerapan e-Government penting karena telah
memodernisasi pemerintahan publik di seluruh dunia dan juga
hubungan antara pemerintahan atau negara. Sebagai tambahan
selain contoh di Uni Eropa, beberapa negara di Asia bahkan telah
menggunakan e-Government-nya dalam melaksanakan
hubungan bilateral mereka. Sejalan dengan tujuan yang ingin
dicapai cepat atau lambat Indonesia dituntut untuk dapat
menerapkan e-Government. Pada saat ini e-Government
merupakan suatu keharusan dalam rangka menciptakan
pelayanan publik yang lebih baik.

2. Digitalisasi Pemerintahan
Penyederhanaan birokrasi pemerintah menjadi momentum
yang tepat untuk mendukung upaya peningkatan
kompetensi dan keahlian Aparatur Sipil Negara (ASN),
terutama dalam pemahaman dan penguasaan teknologi
informasi. Terlebih di era Revolusi Industri 4.0 dan
pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) saat ini, ASN
semakin dituntut meningkatkan literasi digitalnya dalam
mewujudkan digitalisasi pemerintahan melalui
pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence).
“Penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi beserta
informasinya harus menjadi kapasitas yang built-
in (tertanam) dari birokrasi kita,” tegas Wapres.

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 86


Dalam acara yang bertajuk “Penerapan Digitalisasi
Manajemen ASN di Era Adaptasi Kerja Baru”, Wapres
menilai bahwa hal tersebut perlu untuk dilakukan agar roda
pemerintahan dan pembangunan tetap berjalan, sekaligus
untuk memperkuat daya saing Indonesia.
“Dukungan SDM (sumber daya manusia) dan teknologi
informasi harus dimajukan secara bersamaan dan
terintegrasi guna menjawab tuntutan dan kebutuhan akan
pelayanan publik dan birokrasi yang dinamis, lincah, efektif,
dan efisien,” ujar Wapres.
Selaku Ketua Pengarah Komite Pengarah Reformasi
Birokrasi Nasional (KPRBN), Wapres pun menekankan
pentingnya percepatan transformasi digital pemerintah
yang berfokus pada empat hal. Pertama, percepatan
penyelesaian regulasi, pedoman dan standar teknis
implementasi sistem pemerintahan berbasis elektronik.
Kedua, penyelesaian pembangunan dan pengembangan
infrastruktur digital dan percepatan integrasi sistem aplikasi
pemerintahan (E-Goverment) yang terpadu dan terintegrasi
secara nasional.
“Ketiga, penataan dan penyederhanaan struktur proses
bisnis kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah,
sebagai respon atas perubahan perilaku dan kebutuhan
layanan masyarakat di era digital. Keempat, peningkatan
kapasitas dan kompetensi ASN, utamanya dalam literasi
digital untuk mewujudkan transformasi digital birokrasi
menuju birokrasi kelas dunia,” jelas Wapres.
Kendati demikian, Wapres mengingatkan agar transformasi
digital yang dilakukan harus diikuti dengan perubahan
perilaku. Tidak hanya mengubah layanan menjadi daring
melalui aplikasi, namun juga harus diikuti dengan
perubahan perilaku penggunanya.
“Transformasi digital ini juga mencakup bagaimana
mengintegrasikan seluruh area layanan sehingga mampu
menciptakan suatu nilai tambah yang memberikan

Inovasi dan Digitalisasi Administrasi Publik | 87


kepuasan kepada masyarakat sebagai pengguna layanan,”
kata Wapres.
Di samping itu, Wapres menekankan bahwa percepatan
terwujudnya SMART ASN juga menjadi prioritas utama
dalam mendukung keberhasilan reformasi birokrasi. Yakni
ASN yang menguasai teknologi, bahasa internasional,
berwawasan global, dan memiliki integritas nasional.
“Percepatan ini merupakan basis utama bagi kemampuan
kita untuk beradaptasi terhadap tuntutan perubahan
secara tepat dan cepat, serta menentukan keberlangsungan
dan keberhasilan reformasi birokrasi,” ungkap Wapres.
Menutup sambutannya, Wapres mengajak seluruh ASN,
para pejabat pembina kepegawaian di lingkungan
kementerian, lembaga dan pemerintah daerah untuk
mendukung pelaksanaan reformasi birokrasi. Termasuk
implementasi digitalisasi pemerintahan sebagai suatu
kebutuhan yang harus diterapkan di era adaptasi kerja
baru.
“Saya minta kepada pegawai ASN di seluruh Indonesia,
untuk tetap produktif, menjadi teladan, dan motor
penggerak bagi masyarakat untuk tetap patuh pada
protokol kesehatan,” tandas Wapres.
Sebelumnya, Kepala BKN Bima Haria Wibisana
mengungkapkan harapan dari terselenggaranya Rakornas
Kepegawaian Tahun 2020 yaitu adanya program
kesinambungan sinergitas dan kerja sama, serta akselerasi
program dan rencana kegiatan antara BKN dengan para unit
pengelola kepegawaian ASN instansi pusat dan daerah.
“Rakornas Kepegawaian ini diharapkan menjadi momentum
penting bagi segenap komunitas kepegawaian nasional
untuk menyamakan persepsi dan perspektif, sekaligus untuk
penguatan konsolidasi dan koordinasi seluruh pejabat
pembina kepegawaian,” mendatang pengembangan
implementasi e-government Indonesia akan berhasil.

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 88


3. Tranformasi Digital
Saat ini kita berada pada era revolusi industri generasi
keempat (4IR). Dalam 4IR, telah ditemukan berbagai
teknologi baru yang bersifat disruptif atau disruptive
technology. Teknologi hadir begitu cepat dan mengancam
keberadaan perusahaan- perusahaan incumbent. Sama
seperti perusahaan swasta, pemerintah berada juga
didorong untuk meningkatkan efisiensi prosesnya. Hal ini
merupakan dampak dari 4IR, di mana telah hadir inovasi
teknologi yang sangat efisien dan cepat di tengah-tengah
masyarakat. Peluang efisiensi sangatlah besar untuk
diterapkan oleh Pemerintah, salah satunya melalui
digitalisasi administrasi publik dan otomasi proses bisnis
atau yang dikenal dengan Government 4.0. Karena p
ermasalahan di atas, Dewan Teknologi Informasi dan
Komunikasi Nasional (WANTIKNAS) berupaya untuk
mencari jalan keluar agar Digital Government dapat
sepenuhnya diadopsi dan diterapkan di Indonesia.
Pengembangan Digital Government juga selaras dengan 9
Program Reformasi Birokrasi dan Nawacita kelima, yaitu
membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata
kelola pemerintah yang bersih, efektif, demokratif, dan
terpercaya. Untuk itu, WANTIKNAS ingin menyusun sebuah
kajian pengembangan Digital Government. Berdasarkan
kajian dapat disimpulkan beberapa hal berikut: (1) Digital
Government sebagai upaya modernisasi pelayanan publik
melalui adopsi teknologi digital, dapat memberikan peluang
bagi pemerintah dalam melayani publik serta meningkatkan
partisipasi dan kolaborasi publik dalam menciptakan
layanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat (citizen-
driven approach); (2) Indonesia telah memiliki regulasi e-
Government berupa Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun
2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
(SPBE) yang dapat menjadi acuan dalam pengembangan
SPBE bagi seluruh instansi pemerintah maupun Digital
Government di Indonesia; dan (3) Kementerian Komunikasi
dan Informatika telah menerbitkan Peraturan Menteri

Inovasi dan Digitalisasi Administrasi Publik | 89


Komunikasi dan Informatika Nomor 4 Tahun 2016 tentang
Sistem Manajemen Pengamanan Informasi (SMPI) yang
telah mengadopsi standar SNI/ISO 270001:2013 dan dapat
diadopsi dalam penerapan strategi Digital Government
untuk meningkatkan kepercayaan publik.
Rekomendasi yang telah dirumuskan antara lain: (1)
memastikan penggunaan teknologi digital pada seluruh
layanan pemerintah termasuk kebijakan; (2) merancang
kerangka kerja organisasi dan tata kelola; (3)
mengembangkan business case dalam penerapan Digital
Government ; (4) mengadopsi standar keamanan informasi
dalam penerapan Digital Government ; dan (5) menyusun
dan menerapkan strategi pengembangan Digital
Government secara berkelanjutan adalah dengan
mengupayakan terlaksananya Digital Transformation,
sehingga akses, waktu, biaya dan prosedur pelayanan publik
menjadi lebih efektif, efisien dan akuntabel,” Urusan tanah,
usaha, bahkan urus paspor, izin-izin semua menyatu dalam
satu institusi atau lembaga. Jadi dengan adanya pelayanan
tersebut kita harapkan akan meningkatkan kepuasan
masyarakat sekaligus kepuasan institusi”.

4. Pengembangan Digital Government


Digital Government sebagai upaya modernisasi pelayanan
publik melalui adopsi teknologi digital, dapat memberikan
peluang bagi pemerintah dalam melayani publik serta
meningkatkan partisipasi dan kolaborasi publik dalam
menciptakan layanan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat (citizen-driven approach);
Indonesia telah memiliki regulasi e-Government berupa
Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) yang dapat
menjadi acuan dalam pengembangan SPBE bagi seluruh
instansi pemerintah maupun Digital Government di
Indonesia; dan Kementerian Komunikasi dan Informatika
telah menerbitkan Peraturan Menteri Komunikasi dan

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 90


Informatika Nomor 4 Tahun 2016 tentang Sistem
Manajemen Pengamanan Informasi (SMPI) yang telah
mengadopsi standar SNI/ISO 270001:2013 dan dapat
diadopsi dalam penerapan strategi Digital Government
untuk meningkatkan kepercayaan publik.

Inovasi dan Digitalisasi Administrasi Publik | 91


Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 92
DAFTAR PUSTAKA
Andi Cudai Nur, Dkk. (2020). Kemitraan, Digitalisasi, dan Inovasi
Kebijakan Publik Era Globalisasi. Makassar: Lembaga
Penerbitan UNM
Andi Cudai Nur, 2013. Kemitraan Pendidikan: Pengalaman
UNM, Yogyakarta: Leutica Book
Abraham William, (2021). "Dampak Globalisasi bagi Kehidupan
Bermasyarakat Berbangsa
Bernegara", https://tirto.id/gcip
Aguilera, R. and Cuervo-Cazurra, A. 2004. Codes of Good
Governance Worldwide : What is the Trigger?. Organization
Studies, 25: 417-46
Alfredo Enrione et all. 2006. Institutionalizing Codes of Governance.
American Behavioral Scientist Vol. 49, No.7 March. Sage
Publications
Asian Development Bank. 2000. Corporate Governance and
Finance in East Asia. Manila : Asian Development Bank.
Barley, S.R., and Tolbert, P.S. 1997. Institutionalization and
structuraction : Studying the links between action and
institution. Organization Studies, 18 (1), pp 93-117
Burky, S.J. and Perry, G.1998. Beyond the Washington Consensus:
Institution Matter, World Bank Latin American and
Caribbean Studies: Viewpoints.
Browning, Bob. 2000. Rethinking the Singapore Model. News
Weekly, September 19, URL: http:/
/www.sprint.net.au/~rwb/singapore.htm.
Brecher, Jeremy and Tim Costello (1994). Global Village or Global
Pillage: Economic Reconstruction Trom the Bottom Up.
Boston, MA: South End Press.

Daftar Pustaka | 93
Brown, Seyom (1992). International Relations in a Changing
Global System: Toward a Theory of World Polity. Boulder,
CO: Westview Press.
Chung, Moo-Kwon. 2001. Rolling Back the Korean State: How Much
has Changed?. Paper presented at the meeting of the IPSA
Section of Structure of Governance, University of
Oklahoma, March 30–31.
Caiden, Gerald (1994). "Globalizing the Theory and Practice of
Public Administration." In Jean-Claude Carcia-Zamor and
Renu Khator, eds. Public Administration in the Global
Village. Westport, CT: Praeger, 45- 59.
Chan, Johnathan (1996). "Challenging the New Imperial
Authority: The World Bank and the Democratization of
Development." Harvard Human Rights foumal 6.
Cleveland, Harlan (1993). Birth ofa New World: An Open Moment
for International Leadership. San Francisco, CA: Jossey-
Bass Publishers.
Cottam, Richard (1979). "Goodbye to America's Shah." Eoreign
SICA Jubilee: Globalization and Public Administration 519
Policy {34): 3-14.
Domhof F, William (1970). The Higher Circles. New York: Random
House.
Dugger, William (1989). Corporate Hegemony. New York:
Greenwood Press.
Dunning, J.H. (1993). The Globalization of Business: The
Challenge of the 1990s. London: Roudedge.
Deal, Terrence E and Allan Kennedy. 1982. Corporate Cultures:
the Rites and Rituals of Corporate Life. New York: Addison
Wesley Publishing Company, Inc. Engkus.(2016)
Administrasi Publik Dalam Perspektif Ekologi. Dalam Jurnal
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Gunung Djati
Bandung. (1). Halaman 91-101.

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 94


Esman, Milton (2000). "The State, Government Bureaucracies,
and their Alternatives." In Aii Farazmand, ed.. Handbook of
Comparative and Devebpment Public Administration, 2nd
ed. New York: Marcel Dekker.
Effendi, Sofian. 1996. “Meningkatkan kemampuan kelembagaan
untuk mendukung pembangunan kualitas manusia: suatu
perspektif administrasi negara”, Jurnal Kebijakan dan
Administrasi Publik 1(1):29- 34, Mei.
Effendi, Tadjuddin Noer. 1995. Sumber Daya Manusia Peluang
Kerja dan Kemiskinan. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Finkelstein, Neal D. 2000. Transparency in Public Policy: Great
Britain and the United States. London: MacMillan Press
Ltd.
Frederickson, H. George. 1997. The Spirit of Public
Administration. California: Jossey-Bass Inc.
Farazmand, Aii (1989). The State, Bureaucracy, and Revolution in
Modem Iran: Agrarian Reform and Regime Politics. New
York: Praeger.
…, ed. (1991a). Handbook of Comparative and Devebpment
Public Administration. New York: Marcel Dekker.
…(1991b). "Globalization of Agrarian Reforms: The Role of
Multinational Corporations." Paper presented at the World
Congress of the International Political Science Association,
Buenos Aires, Argentina, July 21-26.
…(1994). "The New World Order and Global Public
Administration: A Critical Essay." In Jean-Claude Garcia-
Zamor and Renu Khator, eds.. Public Administration in the
Global Village. Westport, CT: Praeger, 62- 81.
Harbani Pasolong. (2013).Teori Administrasi Publik.Bandung :
Alfabeta
Hardiyansyah. (2011).Kualitas Pelayanan Publik Konsep,
Dimensi, Indikator dan Implementasinya. Yogyakarta
:Gava Media.

Daftar Pustaka | 95
Hermawan, R. dan, Zen, Z. (2006). Etika Kepustakawanan: Suatu
Pendekatan terhadap profesi dan Kode Etik Pustakawan
Indonesia. Jakarta : Sagung Seto
Ibrahim, Amin. (2008).Teori dan Konsep Pelayanan Publik serta
Implementasinya. Bandung : Mandar Maju.
Juniari dan Achmad Sodik. (2012). Hukum Administrasi Negara
Dan Kebijakan Pelayanan Publik. Bandung : Nuansa.
Kencana, Inu. (2010).Ilmu Administrasi Publik. Jakarta :
Rineka Cipta.
Jabbra, Joseph G. and O. P. Dwivedi. 1988. Public Service
Accountability: a Comparative Perspective. Connecticut:
Kumarian Press, Inc.
Lasa, Hs. (2013).Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta : Ombak.
Moenir, HAS. (2010).Manajemen Pelayanan Umum Di
Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Osborne, David and Peter Plastrik. 2000. Memangkas Birokrasi:
Lima Strategi Menuju Pemerintah Wirausaha. Jakarta:
PPM.
Pandian, Paul. (2001).RFId For Libraries A partical Guide. New
Delhi : Chandos Publishing Santosa, Pandji.
(2012).Administrasi Publik Teori dan Aplikasi Good
Governance, Bandung : Refika Aditama.
Pierre, Jon and B. Guy Peters. 2000. Governance, Politics and the
State. New York: St. Martin’s Press Inc.
Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah
Mada. 2001.
Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia: Temuan dari Sumatra
Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Sulawesi Selatan.
Yogyakarta: Kerja sama dengan Ford Foundation.
Rohdewohld, Rainer. 1995. Public Administration in Indonesia.
Melbourne: Montech PTY Ltd.

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 96


Suci. S. 2012. Penanganan Pengaduan (Complaint Handling)
Dalam Pelayanan Publik (Studi Tentang Transparansi,
Responsivitas, Dan Akuntabilitas Dalam Penanganan
Pengaduan di Kantor Pertanahan Kota Surabaya II).
Kebijakan dan Manajemen Publik.4.(4).
Suwarno, Yogi. 2008. Inovasi di Sektor Publik.Jakarta: STIA-LAN
Press.
Undang-undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik.
Yogi. S.2018. Inovasi di Sektor Publik. Tersedia (Online):
http://www.researchgate.net/publication/ [12 Juni 2019].
Sukamdi. 1995. “Konsep, definisi dan indikator sumber daya
manusia”, Pelatihan Perencanaan Pengembangan Sumber
Daya Manusia, Yogyakarta, April-Oktober.
Diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Kependudukan,
Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional
Pandian, Paul. (2001).RFId For Libraries A partical Guide. New
Delhi : Chandos Publishing Santosa, Pandji.
(2012).Administrasi Publik Teori dan Aplikasi Good
Governance, Bandung : Refika Aditama.
Pahrudin HM, (2021). Diskursus Globalisasi dan Urgensi Peran
Pemerintah Melalui Kebijakan Publik; Wisuda Program
Studi Ilmu Politik Universitas Jambi.
Nurcahyani Dewi Retnowati and Daru Retnowati, “Peranan E-
Government Dalam Rangka Mewujudkan Good
Governance Bagi Masyarakat,” in Seminar Nasional
Informatika (Yogyakarta: UPN Vetran, 2008), hlm. 210.
Yuda Prinada, (2021) "Pengertian Globalisasi dan Contohnya di
Berbagai Bidang", https://tirto.id/gasM

Daftar Pustaka | 97
Economist Inteligence Unit. (2020). The next calamity: The
coronavirus could devastate poor countries.
https://www.economist.com/leaders/2020/03/26/the-
coronavirus-could- devastate-poor-countries.
Dipublikasikan The Economist pada 26 Maret 2020, dan
diakses pada tanggal 30 Mei 2020.
McKinsey and Company. (2020). Covid-19 Briefing Note: Global
Health and Crisis Response.
https://www.mckinsey.com/featured-
insights/coronavirus-leading- through-the-crisis.
Dipublikasikan 25 Maret 2020.
Muhyiddin, & Dharendra Wardhana. (2020). Covid-19 Outbreak
and Development Planning in Indonesia. The Indonesian
Journal of Development Planning, 4(1).
https://doi.org/10.36574/jPP.V4I1.108.
Panji Hadisoemarto. (2020). Preokupasi R(T) dan Hidup Zaman
Normal Baru.
https://majalah.tempo.co/read/kolom/160591/kolom-
statistik-rt-dan- penggunaannya-dalam-kebijakan-publik-
tentang-normal-baru. Dipublikasikan Majalah Tempo edisi
30 Mei 2020, diakses pada tanggal 30 Mei 2020.
Santoso. (2014) Perencanaan dan Pembuatan Aplikasi
Perpustakaan Berbasis RFId.Dalam.Jurnal Teknologi dan
Industri Vol. 3 (1). Halaman 48.
Supriyono. (2010) Penerapan Aplikasi RFID di Bidang
Perpustakaan”. Halaman 8. Maryono. (2005) Dasar-dasar
Radio Frequency Identificatio(RFID) Yang Berpengaruh Di
Perpustakaan.
Dalam Jurnal Media Informasi.Vol. XIV (20). Halaman 19.
Yogi, Imanudin. (2017) .Kualitas Pelayanan Peprustakaan
di Badan Peprustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi
Jawa Barat. Vol 2 (1). Halaman 21.

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 98


World Bank. 2020. “East Asia and Pacific in the Time of COVID-19”
East Asia and Pacific Economic Update (April), World Bank,
Washington, DC. Doi: 10.1596/978-1-4648- 1565-2.
License: Creative Commons Attribution CC BY 3.0 IGO
World Health Organization (WHO). (2020). Public health criteria
to adjust public health and social measures in the context
of COVID-19, https://www.who.int/publications-
detail/public-health-criteria-to-adjust-public-health-and-
social-measures-in-the- context-of-Covid-19.
Dipublikasikan 12 Mei 2020, diakses pada tanggal 30 Mei
2020.
Undang-undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik.
Yogi. S.2018. Inovasi di Sektor Publik. Tersedia (Online):
http://www.researchgate.net/publication/ [12 Juni 2019].
Yuda Prinada, (2021) "Pengertian Globalisasi dan Contohnya di
Berbagai Bidang", https://tirto.id/gasM
United Nations Conference on Trade and Development
(UNCTAD). (2020). From the Great Lockdown to the Great
Meltdown: Developing Country Debt in the Time of Covid-
19,
https://unctad.org/en/PublicationsLibrary/gdsinf2020d3_
en.pdf. Dipublikasikan tanggal 23 April 2020, diakses pada
tanggal 30 Mei 2020.
Zeithaml, Valarie A., A. Parasuraman and Loenard L. Berry. 1990.
Delivering Quality Service: Balancing Customer
Perceptions and Expectations. New York: The Free Press.

Daftar Pustaka | 99
BERITA ONLINE
Bappenas Official Website. 25 Februari 2020. Rencana Kerja
Pemerintah 2021: Penguatan Industri, Pariwisata, Dan
Investasi Diusung. https://www.bappenas.go.id/id/berita-
dan-siaran-pers/rencana-kerja-pemerintah-2021-
penguatan-industri-pariwisata- dan-investasi-diusung/.
Diakses pada tanggal 30 Mei 2020.
Bappenas Official Website. 1 Mei 2020. Menteri Suharso
Tegaskan Komitmen Bappenas Realokasi Anggaran IKN
2020 untuk Percepat Pemulihan Sosial-Ekonomi
Indonesia. https://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-
siaran-pers/menteri-suharso-tegaskan- komitmen-
bappenas-realokasi-anggaran-ikn-2020-untuk-percepat-
pemulihan- sosial-ekonomi-indonesia/ . Diakses pada
tanggal 30 Mei 2020.
Bappenas Official Website. 10 Mei 2020. Menteri Suharso
Jabarkan Strategi Bappenas untuk Percepatan
Pembangunan 62 Daerah Tertinggal.
https://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-
pers/menteri-suharso-jabarkan- strategi-bappenas-untuk-
percepatan-pembangunan-62-daerah-tertinggal/ . Diakses
pada tanggal 30 Mei 2020.
The Indonesian Journal of Development Planning Volume IV No.
2 – Juni 2020
Covid-19,BappenasDorong Contactless Dan Cashless Society,
https://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-
pers/terapkan-protokol- masyarakat-produktif-dan-aman-
covid-19-bappenas-dorong-contactless-dan- cashless-
society/. Diakses pada tanggal 30 Mei 2020.
Kompas Online. 18 April 2020. Indonesia Diproyeksikan Tumbuh
0,5 Persen Tahun Ini.
https://kompas.id/baca/ekonoMI/2020/04/18/Indonesia-
diproyeksikan-tumbuh- 05-persen-tahun-ini/. Diakses
pada tanggal 30 Mei 2020.

Eksistensi Administrasi Publik Pada Arus Globalisasi | 100


Kompas Online. 20 April 2020. Triwulan II-2020, Titik Kritis
Dampak Covid-19.
https://kompas.id/baca/ekonomi/2020/04/20/triwulan-ii-
2020-titik-kritis- dampak-covid-19/. Diakses pada tanggal
30 Mei 2020.
Kompas Online. 26 Mei 2020. Mulai 1 Juni, Ini Skenario Tahapan
New Normal untuk Pemulihan Ekonomi,
https://money.kompas.com/read/2020/05/26/073708726/MUlai
-1-juni-ini- skenario-tahapan-new-normal-untuk-
pemulihan-ekonomi?page=all. Diakses pada tanggal 30
Mei 2020.

Daftar Pustaka | 101

Anda mungkin juga menyukai