Kegagalan Bangunan Pada Tanah Lunak
Kegagalan Bangunan Pada Tanah Lunak
KALIMANTAN BARAT)
Kegagalan bangunan (building failure) mulai dari yang ringan sampai yang
berat/collapse, sebenarnya bukanlah merupakan hal yang baru di dunia umumnya dan
di Indonesia atau di daerah Kalimantan Barat (Kalbar) khususnya. (Abdul Hamid,
1998)
Propinsi Kalimantan Barat (Prop Kalbar) terdiri atas 14 kabupaten/kota- 12 kabupaten
dan 2 kota- yaitu : Kabupaten-Kabupaten : Kapuas Hulu, Ketapang, Pontianak(kini
Mempawah), Sambas, Sanggau, Sintang,Bengkayang, Landak, Melawi, Sekadau,
Kayong Utara, Kubu Raya, dan Kota-kota : Pontianak, Singkawang.
Di propinsi ini dapat dikatakan bahwa pada semua kabupaten/kotanya, terdapat lapisan
tanah lunak (soft soil) dengan ketebalan yang bervariasi, yang mengandung mineral
organik sebagai hasil pelapukan tumbuh -tumbuhan. Bahkan di wilayah tertentu
terdapat tanah dengan kadar organik tinggi, dengan tanah gambut (peat soil).
Tanah lunak, sebagaimana dimaklumi, terbentuk karena adanya pelapukan dari batuan,
terdiri atas partikel-partikel dengan ruang kosong yang berisi air dan udara. Dengan
demikian antar partikelnya tidak memiliki ikatan yang kuat.
Di Propinsi Kalbar, kegagalan bangunan baik milik pemerintah maupun swasta,
berdasarkan pengamatan langsung dan dari pemberitaan di media massa, dapat
dikatakan kian banyak terjadi sejak era reformasi atau sejak tahun 1998.
Namun sangat disayangkan bahwa catatan-catatan terorganisasi (data base) terhadap
kasus-kasus kegagalan bangunan dan penyebabnya tampaknya belum dilakukan
sebagaimana mestinya, padahal cacatan-catatan kejadian tersebut sangat diperlukan
dalam upaya mengantisipasi terulangnya kejadian kegagalan bangunan di masa akan
datang.
Permasalahan dari kegagalan bangunan yang terjadi kiranya perlu dipotret,
mencakup:
bangunan dan struktur bangunan apa saja yang gagal berikut lokasi dan kondisi
kegagalan serta upaya yang dilakukan; apa apa saja yang menjadi penyebab utama
kegagalan tersebut berdasarkan pengamatan di lokasi; dan upaya-upaya atau langkah-
langkah apa yang dilakukan atau diusulkan / disarankan guna mengurangi atau
mencegah terjadinya kegagalan bangunan di daerah Kalbar?
Kegagalan bangunan(kegagalan berat) yang belum lama ini terjadi di daerah
Kalbar, adalah runtuh atau ambruknya dermaga / steigher senilai sekitar Rp 2 Milyar
pada minggu kedua Februari 2014 yang lalu di Kota Sambas Kabupaten Sambas.
Pada tahun-tahun sebelum juga pernah terjadi kegagalan bangunan berupa turunnya
lantai jembatan Sungai Peniti Besar di Kabupaten Pontianak (kini : Kabupaten
Mempawah) (1974), turunnya bangunan BTN di Kota Pontianak yang ketika itu sedang
dalam tahap konstruksi/ pelaksanaan pembangunannya (1997), serta tergulingnya
abutment Jembatan Sejegi di Mempawah Kabupaten Pontianak (1991)
Kejadian kegagalan bangunan sebenarnya perlu didata, antara lain dengan
mem-potret kegagalan tersebut yang dilakukan secara terstruktur, baik oleh pihak
pemerintah daerah setempat, maupun oleh pihak perguruan tinggi; untuk Kalbar
tentunya paling tepat adalah Fakultas Teknik Untan.
Guna menentukan kegagalan dapat dipakai tolok ukur bahwa semua bangunan
harus direncanakan, dibangun, dan dipelihara mengikuti peraturan nasional dan
peraturan daerah serta berbagai standar dari asosiasi-asosiasi profesi jasa konstruksi.
Disamping itu diperlukan investigasi terhadap kegagalan dengan melakukan inspeksi
ke lokasi.
II. METODOLOGI
Pada tahun 2014 yang lalu diadakan penelitian tentang Potret Kegagalan Struktur
Bangunan dan Kegagalan Bangunan Bidang Teknik Sipil di Kalimantan Barat.
(Abdul Hamid, Desember 2014)
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan struktur bangunan dan bangunan yang
gagal, kondisi kegagalan serta upaya yang dilakukan; menentukan penyebab utama
kegagalan tersebut berdasarkan pengamatan di lokasi; serta merumuskan langkah-
langkah yang perlu dilakukan atau diusulkan guna mengurangi atau mencegah
terjadinya kegagalan bangunan di daerah Kalimantan Barat.
Penelitian ini menggunakan metode deskriftif. Adapun tahapan penelitian
adalah : studi literatur, menyusun instrumen penelitian dalam melakukan
pemeriksaan/inspeksi di lokasi bangunan (memperhatikan Robert T. Ratay.,2000),
serta instrumen wawancara dengan pihak terkait, mengumpulkan data sekunder dan
primer bangunan teknik sipil yang mengalami kegagalan.
Dalam penelitian ini dilakukan inspeksi/ pemeriksaan sejumlah 22 bangunan berlokasi
di Kota-kota Pontianak (2) dan Singkawang(2), Kabupaten-Kabupaten:
Mempawah(3), Sambas(4), Sanggau(2), Sekadau(2), Sintang(3), dan Melawi(4).
Selanjutnya dilakukan analisis data berdasarkan data sekunder dan data primer yang
diperoleh, serta menentukan perkiraan jenis atau penyebab kegagalan, dan usulan
upaya penanggulangan /pencegahan kegagalan yang perlu dilakukan.
Rincian bangunan-bangunan yang di teliti secara visual yang tersebar pada 8 dari 14
kabupaten/kota di Kalbar ini, adalah:
1. Kota Pontianak : Velodrome dan bangunan terpadu : Sekolah Dasar (SD)
Negeri dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
2. Kabupaten Mempawah : Dermaga, Pasar Sebukit Rama, Perpustakaan Daerah
3. Kota Singkawang : Dermaga/Pelabuhan Kuala; Hotel Perapatan II;
4. Kabupaten Sambas : Dermaga, Gedung Kesenian, Balai Latihan Kerja(BLK);
5. Kabupaten Sanggau : Gedung DPRD, Rumah Toko;
6. Kabupaten Sekadau: Rumah Ibadah, Rumah Toko;
7. Kabupaten Sintang : Rumah Sakit Rujukan; Bangunan Pasar, Balai Taman
Nasional Bukit Baka-Bukit Raya
8. Kabupaten Melawi : Kantor Bupati, GOR, RSUD, KPU
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kesimpulan
1. Ternyata cukup sulit untuk mengungkapkan data tentang kegagalan bangunan yang
terjadi padahal data ini sangat dibutuhkan dalam upaya lebih meningkatkan kualitas
bangunan. Kebanyakan pihak memang lebih cenderung menutupi kasus-kasus
kegagalan yang terjadi dengan pertimbangan : menjaga aib dan hubungan dengan
pihak-pihak yang terlibat dalam proses pembangunan,politis, dan ekonomi.
2. Dua struktur bangunan yang cukup menonjol pada hampir setiap kegagalan, yaitu :
penurunan(settlement) pondasi bangunan, dan keretakan pada hubungan balok
dengan kolom.
3. Sifat-sifat kegagalan yang terjadi adalah : Kegagalan Ringan, Kegagalan Sedang,
dan Kegagalan Berat berumah ambruknya bangunan (dermaga dan rumah toko).
Ada bangunan yang tampaknya mengalami kegagalan sejak tahap perencanaan.
Kegagalan berat dapat terjadi karena kegagalan dalam hal perencanaan bangunan,
antara lain karena kurang mengindahkan toluk ukur dalam perencanaan.
4. Perkiraan penyebab utama kegagalan sebagian besar adalah kualitas bahan dan
kualitas pengerjaan yang kurang baik, serta kekurangan telitian dalam studi
kelayakan.
5. Ada bangunan dermaga yang sampai saat ini belum difungsikan sebagai akibat dari
ketidaksinambungan dalam pembangunan dan pendanaan lanjutan .
Saran
1. KOTA PONTIANAK
Foto 1 : (Kiri): Kerusakan Gedung Sekolah Terpadu (sebelum diperbaiki)
Sumber : http://beritakalimantan.co; 25 Agustus 2014
Foto 2 : (Kanan) :Velodrome Kalbar di Pontianak : mendesak-diperbaiki
2. KABUPATEN MEMPAWAH
4. KABUPATEN SAMBAS
Sosrowinarso., Mei 1985, Pengenalan Teori dan Berbagai ragam kegagalan Untuk
Meningkatkan Keandalan Struktur, Simposium Kegagalan Struktur Bangunan dan
Tindakan Pencegahannya, Fakultas Teknik Sipil, Ikatan Alumni Teknik Sipil Unpar,
Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia, Bandung.
Zanussi, F.X, Ir., Mei 1985, Beberapa Hal yang Penting Sehubungan Kemungkinan
Kegagalan Pada Bangunan Dilihat Dari Segi Struktur Bawah, Simposium
Kegagalan Struktur Bangunan dan Tindakan Pencegahannya, Fakultas Teknik Sipil,
Ikatan Alumni Teknik Sipil Unpar, Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia, Bandung.
5. KABUPATEN SINTANG