Pedoman Penilaian dan Laporan Perkembangan Pembangunan Properti
terkait LTV
1.0 Latar Belakang
1.1 Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/10/PBI/2015 tentang Rasio Loan To Value atau Rasio Financing To Value untuk Kredit atau Pembiayaan Properti dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor tanggal 18 Juni 2015 (”PBI 17/10/2015”), serta peraturan perundangan terkait lainnya yang berlaku (Bila ada perubahan ada disesuaikan). 1.2 Sejalan dengan tingginya pertumbuhan kredit atau pembiayaan pemilikan properti, kredit atau pembiayaan konsumsi beragun properti, dan kredit atau pembiayaan kendaraan bermotor yang berpotensi menimbulkan berbagai Risiko maka Bank perlu meningkatkan kehati- hatian dalam penyaluran kredit atau pembiayaan pemilikan properti, kredit atau pembiayaan konsumsi beragun properti, dan kredit atau pembiayaan kendaraan bermotor. 1.3 Sejalan dengan ketentuan dan peraturan yang diatur oleh Bank Indonesia maupun Regulasi terkait lainnya, maka perlu disusun pedoman penilaian yang dapat digunakan oleh Penilai dalam pemenuhan penentuan nilai properti sebagai agunan terkait penentuan besaran nilai kredit berdasarkan ketentuan rasio Loan to Value (LTV) oleh Bank Indonesia dan Laporan Perkembangan Pembangunan Properti (LP3).
2.0 Ruang Lingkup
Secara khusus pedoman ini disusun dikaitkan kepada Penilaian Pemilikan Properti untuk kepentingan Kredit atau Pembiayaan Pemilikan Properti sesuai ketentuan LTV (P2L) berdasarkan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Pedoman ini juga dilengkapi dengan pedoman Laporan Perkembangan Pembangunan Properti (LP3). Dalam pemahaman lebih luas, secara bersamaan pedoman ini harus dipahami bersamaan `dengan KPUP serta Standar Penilaian lainnya, antara lain : a) Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI) b) Konsep dan Prinsip Umum Penilaian (KPUP) c) SPI 101 - Nilai Pasar Sebagai Dasar Nilai d) SPI 103 - Lingkup Penugasan e) SPI 105 - Pelaporan Penilaian f) SPI 202 - Penilaian Untuk Tujuan Penjaminan Utang g) SPI 300 - Penilaian Real Properti Istilah “kredit” dalam pedoman atau petunjuk teknis terkait LTV ini dapat diartikan juga sebagai “pembiayaan” dalam pemahaman bank syariah.
3.0 Definisi dan Pengertian
3.1 Definisi merujuk kepada PBI 17/10/2015: a) Properti terdiri dari Rumah Tapak, Rumah Susun, dan Rumah Kantor atau Rumah Toko. b) Rumah Tapak adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang merupakan kesatuan antara tanah dan bangunan dengan bukti kepemilikan berupa surat keterangan, sertifikat, atau akta yang dikeluarkan oleh lembaga atau pejabat yang berwenang. c) Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian- bagian yang distrukturkan secara fungsional baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing- masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, antara lain griya tawang, kondominium, apartemen, dan flat. d) Rumah Kantor atau Rumah Toko adalah tanah berikut bangunan yang izin pendiriannya sebagai rumah tinggal sekaligus untuk tujuan komersial antara lain perkantoran, pertokoan, atau gudang. e) Kredit atau Pembiayaan Pemilikan Properti, yang selanjutnya disebut KPP atau KPP iB adalah kredit atau pembiayaan yang diberikan bank untuk pembelian Rumah Tapak, Rumah Susun, Rumah Toko dan/atau Rumah Kantor. f) Kredit Properti yang selanjutnya disingkat KP adalah kredit konsumsi yang terdiri atas: 1. Kredit yang diberikan Bank untuk pembelian Rumah Tapak, termasuk Kredit konsumsi beragun Rumah Tapak, yang selanjutnya disebut KP Rumah Tapak; 2. Kredit yang diberikan Bank untuk pembelian Rumah Susun, termasuk Kredit konsumsi beragun Rumah Susun, yang selanjutnya disebut KP Rusun; dan 3. Kredit yang diberikan Bank untuk pembelian Rumah Toko dan/atau Rumah Kantor, termasuk Kredit konsumsi beragun Rumah Toko dan/atau Rumah Kantor, yang selanjutnya disebut KP Ruko atau KP Rukan. g) Pembiayaan Properti yang selanjutnya disebut KP Syariah adalah Pembiayaan konsumsi yang terdiri atas: 1. Pembiayaan yang diberikan Bank untuk pembelian Rumah Tapak, termasuk Pembiayaan konsumsi beragun Rumah Tapak, yang selanjutnya disebut KP Rumah Tapak Syariah; 2. Pembiayaan yang diberikan Bank untuk pembelian Rumah Susun, termasuk Pembiayaan konsumsi beragun Rumah Susun, yang selanjutnya disebut KP Rusun Syariah; dan 3. Pembiayaan yang diberikan Bank untuk pembelian Rumah Toko dan/atau Rumah Kantor, termasuk Pembiayaan konsumsi beragun Rumah Toko dan/atau Rumah Kantor, yang selanjutnya disebut KP Ruko Syariah atau KP Rukan Syariah. h) Rasio Loan to Value yang selanjutnya disebut Rasio LTV adalah angka rasio antara nilai Kredit yang dapat diberikan oleh Bank terhadap nilai agunan berupa Properti pada saat pemberian Kredit berdasarkan harga penilaian terakhir. i) Rasio Financing to Value yang selanjutnya disebut Rasio FTV adalah angka rasio antara nilai Pembiayaan yang dapat diberikan oleh Bank terhadap nilai agunan berupa Properti pada saat pemberian Pembiayaan berdasarkan harga penilaian terakhir. 3.2 Nilai Pasar lihat SPI 101- 3.1
4.0 Pedoman Teknis
• Berdasarkan PBI 17/10/2015 tentang Rasio Loan To Value atau Rasio Financing To Value untuk Kredit atau Pembiayaan Properti dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor; diperlukan jasa/kegiatan penilaian oleh Penilai meliputi: a. Penentuan ”nilai agunan” pada tahap awal pemberian kredit yang selanjutnya disebut Penilaian Properti Untuk Kepentingan LTV (P2L). b. Pemberian opini terhadap perkembangan pembangunan properti yang selanjutnya disebut Laporan Perkembangan Pembangunan Properti (LP3). • Pedoman sebagaimana yang dimaksud pada butir a dan b di atas diatur sebagai uraian berikut di bawah ini. 4.1 Penilaian Properti Untuk Kepentingan LTV (P2L)
Nama Penilaian Pemilikan Properti untuk kepentingan Kredit atau
Penugasan Pembiayaan sesuai dengan PBI 17/10/2015 atau ketentuan dan peraturan terkait lainnya Lingkup Kredit atau Pembiayaan Pemilikan Properti (KPP) atau Kredit KPP iB Tujuan Memberikan opini Nilai Pasar untuk tujuan pengikatan Penilaian perjanjian Kredit atau Pembiayaan Pemilikan Properti antara Bank dengan Debitur/Pembeli sebagaimana diatur dalam peraturan dan ketentuan yang berlaku. Dasar Nilai Nilai Pasar (lihat SPI 101-3.1) Objek • Pemilikan atas Properti yang tergolong sebagai real Penilaian properti (dalam proses pengembangan) dan akan berfungsi menjadi Rumah Tapak, Rumah Susun, Rumah Toko dan/atau Rumah Kantor. • Pemilikan Properti dimaksud merupakan hak atas properti dalam penyelesaian pembangunan secara fisik untuk kepentingan kredit yang terikat kepada perjanjian dan kewajiban pengembang berdasarkan perjanjian pengikatan jual beli kepada calon debitur. Bentuk Penilai mengasumsikan bahwa Properti yang dinilai akan Kepemilikan dilengkapi dengan dokumen kepemilikan dan perijinan atas properti. Tanggal Merupakan tanggal yang ditetapkan sesuai dengan Penilaian penugasan penilaian. Asumsi a) Seluruh ”asumsi umum” yang dianggap signifikan agar Penilaian dicantumkan dalam Lingkup Penugasan (kontrak) dan Laporan Penilaian. Lihat SPI 103, 104 dan 105 tahun 2013. b) Asumsi khusus adalah asumsi yang berbeda dari fakta yang sebenarnya pada tanggal penilaian (lihat SPI 103 - Lingkup Penugasan). Asumsi khusus yang signifikan dalam penilaian ini adalah kondisi suatu properti yang sedang/akan dibangun dinyatakan telah selesai pada tanggal penilaian namun pada kenyataannya properti secara fisik akan diterima pada tanggal penyelesaian yang telah ditentukan. c) Pernyataan asumsi khusus dalam Pelaporan Penilaian setidak-tidaknya mencantumkan hal-hal sebagai berikut: 1. Properti sebagai objek penilaian dimaksud terikat kepada persyaratan teknis sebagaimana yang diuraikan dalam Laporan Penilaian (sebagai mana yang dilaporkan) dan adalah benar dan terikat kepada tanggung jawab pengembang dalam penyelesaiannya; 2. Seluruh hak, legalitas dan perizinan yang terikat dengan hasil penilaian adalah benar dan tersedia pada tanggal penilaian; 3. Seluruh kondisi, persyaratan dan fasilitas yang diinformasikan dalam Laporan Penilaian pada tanggal penilaian adalah benar dan terikat kepada tanggung jawab pengembang dalam penyelesaiannya; 4. Apabila asumsi khusus sebagai mana yang dimaksud pada butir c) nomor1 s/d 3 di ataş tidak dapat terpenuhi, maka opini nilai yang disampaikan Penilai tidak dapat digunakan. d) Untuk pemenuhan penilaian LTV ini, sekurang- kurangnya Penilai perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1. Persyaratan legal terkait dengan properti sudah dipenuhi oleh pengembang dan disetujui oleh pihak Bank, antara lain: - Kepemilikan tanah dalam status free and clear. - Master plan yang sudah disetujui. - IMB dan ketentuan pengembangan (KDB, KLB, ketinggian bangunan, GSB). 2. Adanya persetujuan bank mengenai kelayakan usaha pembangunan proyek. 3. Adaya konfirmasi dari bank dan/atau pengembang hal-hal meliputi: - Kesanggupan oleh pengembang untuk mendapatkan dana ekuitas. - Jaminan bahwa bangunan akan selesai pada tanggal yang sudah diperjanjikan antara bank dan pengembang. - Pengembang bertanggung jawab untuk menyerahkan sertifikat atau bukti kepemilikan tanah kepada kepada yang berhak sebagaimana yang diperjanjikan. 4. Telah tersedianya tapak tanah yang direncanakan untuk dibangun. 5. Untuk butir d) nomor 1 s/d 4 di atas umumnya telah terikat dalam perjanjian kerjasama antara bank sebagai pemberi fasilitas kredit dengan pengembang. Sehingga penilaian yang dilakukan merupakan bagian dari perjanjian tersebut.
Lingkup a) Penilai harus menggunakan SPI 103 tentang Lingkup
Penugasan Penugasan sebagai rujukan dalam melaksanakan penilaian yang dimaksud oleh pedoman ini; b) Dalam hal penugasan dilakukan secara terus menerus untuk suatu bank, maka perjanjian atau kontrak dalam pelaksanakan penilaian dilakukan secara individu dan/atau secara terpusat (perjanjian induk). Implementasi Memenuhi SPI 104 tentang Implementasi. Pelaporan Minimal dapat menggunakan Laporan Penilaian Ringkas Penilaian (LPR) sebagaimana diatur oleh SPI 105 dan dengan merujuk ketentuan yang berlaku. Lain-lain Penilaian untuk kepentingan P2L ini berlaku dengan batasan : a) Pelaksanaan pekerjaan harus memenuhi Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI); b) Pelaksanaan pekerjaan harus didasari perjanjian kerja/kontrak yang memuat Lingkup Penugasan sesuai SPI 103; c) Hasil penilaian tidak memisahkan tanah dan bangunan; d) Kondisi dan Syarat Pembatas yang relevan harus dicantumkan.
4.2 Laporan Perkembangan Pembangunan Properti (LP3)
Nama Laporan Perkembangan Pembangunan Properti (LP3)
Penugasan untuk kepentingan Kredit atau Pembiayaan sesuai dengan PBI 17/10/2015 Objek Realisasi perkembangan pembangunan fisik Properti Lingkup Kredit atau Pembiayaan Pemilikan Properti (KPP) atau Kredit KPP iB Lingkup a) Penyusunan LP3 yang dimaksud dalam pedoman ini Pekerjaan merupakan pekerjaan dalam pemberian pendapat oleh Penilai ataş progres realisasi pembangunan fisik properti sebagai mana dimaksud yang disebutkan pada Nama Penugasan di ataş; b) Pengamatan perkembangan pembangunan fisik properti yang telah diikat perjanjian kredit antara Bank dengan Debitur/Pembeli; c) Dasar penentuan besaran bobot rencana pembangunan dapat dilihat kepada : 1. Gambar kerja rencana pembangunan. d) Dasar penentuan besaran bobot realisasi perkembangan pembangunan dapat dilihat kepada: 2. Laporan perkembangan pekerjaan lapangan secara berkala pada tanggal pengamatan. 3. Hasil verfikasi laporan perkembangan pekerjaan lapangan berdasarkan realisasi fisik yang terlihat di lapangan. e) Verifikasi realisasi pembangunan fisik properti di lapangan selanjutnya diklarifikasi berdasarkan kesesuaian spesifikasi bangunan atau properti yang menjadi objek pengamatan. f) Dasar penentuan besaran acuan perkembangan tahapan pekerjaan dan kunjungan mengikuti pedoman yang disusun bank. Seperti tahapan pekerjaan pondasi (....%); pasangan dinding (...%) dan penutup atap (...%). g) Kesimpulan hasil realisasi pembangunan yang akan diberikan Penilai dapat dalam bentuk persentasi (%) dan/atau dalam satuan mata uang rupiah (Rp). Jadwal Sesuai dengan rencana pembangunan oleh pengembang yang telah disepakati oleh bank. Penanggung Penilai sebagai mana yang diatur dalam peraturan Jawab perundangan yang ada Kualifikasi Penilai yang memahami Lingkup Penugasan dan memiliki Pelaksana kemampuan secara teori dan teknis terhadap karateristik fisik objek penugasan. Bentuk • Laporan LP3 disusun dan disampaikan secara tertulis Laporan sesuai format yang disesuaikan dengan kebutuhan; • Laporan ditujukan kepada pemberi tugas; • Jumlah laporan LP3 disusun dengan bahasa Indonesia dalam jumlah sesuai kebutuhan. Ketentuan • Pekerjaan LP3 merupakan pekerjaan konsultansi (jasa Lain dan lainnya terkait penilaian) yang berdiri sendiri dalam batasan suatu penugasan tertentu; • Pelaksanaan pekerjaan ini harus dilengkapi dengan Lingkup Penugasan/Perjanjian Kerja antara Penilai dan Pengembang serta diketahui oleh Kreditur/Bank yang mendanai; • Penilaian untuk kepentingan LP3 ini berlaku dengan batasan Pelaksanaan pekerjaan harus memenuhi Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI);
5.0 Penutup 5.1 Pedoman ini diperbaharui dan ditetapkan kembali oleh KPSPI pada tanggal 1 Agustus 2018 dan mulai berlaku secara efektif sejak tanggal 1 Februari 2019.