Anda di halaman 1dari 39

i

INVESTASI BIDANG OLAHRAGAARAB SAUDI:


REFORMASI EKONOMIATAU SPORTSWASHING
Cover
PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Oleh :
I Made Nana Suputra
2012521040

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
II

Daftar Isi

Cover.................................................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah...............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................10
1.3. Batasan Masalah.........................................................................................10
1.4. Tujuan Masalah............................................................................................11
1.5. Manfaat Penelitian.......................................................................................11
1.5.1 Manfaat Akademis.....................................................................................11
1.5.2 Manfaat Praktis..........................................................................................11
1.6. Sistematika Penulisan................................................................................12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................15
2.1. Kajian Pustaka.............................................................................................15
2.2. Kerangka Konseptual.................................................................................20
2.2.1 Sportswashing...........................................................................................20
2.2.2 Diversifikasi Ekonomi...............................................................................24
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................................27
3.1. Kerangka Pemikiran....................................................................................27
3.2. Sumber Data.................................................................................................28
3.3. Unit Analisis..................................................................................................29
3.4. Teknik Pengumpulan Data........................................................................29
3.5. Teknik Analisis Data...................................................................................30
3.6. Teknik Penyajian Data................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................32
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, olahraga kini tidak

hanya berfungsi sebagai tempat bermain atau pertandingan semata,

melainkan telah menjadi sarana diplomasi yang strategis bagi sebuah negara.

Pemanfaatan olahraga sebagai instrumen diplomasi diakui sebagai

pendekatan yang efektif dan dapat dengan mudah dipahami oleh masyarakat

internasional, karena olahraga dapat dinikmati oleh berbagai lapisan

masyarakat. Sebagai entitas besar, olahraga memiliki kekuatan untuk

menyebarkan informasi, membangun reputasi, dan memperkuat hubungan

antar negara, dengan tujuan mewujudkan perdamaian dan memainkan peran

dalam membentuk opini publik (JuditTrunkos& Bob Heere, 2017). Oleh karena

itu, banyak negara menjadikan olahraga sebagai alat untuk mengartikulasikan

kepentingan nasional mereka. Dalam skala internasional, olahraga memiliki

potensi sebagai kekuatan politik yang dapat memengaruhi dinamika hubungan

antarnegara. Diplomasi melalui olahraga juga dapat digunakan sebagai sarana

untuk meredam konflik dan mengurangi ketegangan antar negara (Nurhaliza,

2019). Selain itu, penyelenggaraan acara olahraga besar juga menjadi

kesempatan bagi suatu negara untuk menegaskan eksistensinya di arena

internasional dan meningkatkan prestise globalnya.

Dalam era globalisasi saat ini, olahraga bukan hanya dianggap sebagai

wujud keterampilan atletik semata, melainkan menjadi indikator kemajuan

sebuah negara yang sangat diperhitungkan dalam konteks hubungan


2

internasional. Olahraga menjadi alat ukur signifikan untuk menciptakan

perdamaian dunia, karena melalui ajang olahraga, negara-negara dapat

bekerja sama dan mempersatukan dunia melalui semangat sportivitas

(Kemenpora, 2017). Di samping itu, kompetisi olahraga yang melibatkan

negara-negara di seluruh dunia juga menggambarkan hiburan universal tanpa

memandang ras, suku, atau latar belakang sosial.

Acara olahraga bukan hanya sekadar pertandingan fisik; mereka juga

memiliki dampak ekonomi yang substansial dan berfungsi sebagai instrumen

diplomasi di panggung internasional (Black & Van Der Westhuizen, 2004).

Peran pentingacara olahraga dalam mendukung ekonomi suatu negara sangat

terlihat dalam penggerak pertumbuhan sektor pariwisata dan hiburan. Saat

sebuah negara menjadi tuan rumah acara olahraga besar seperti Piala Dunia

atau Olimpiade, peningkatan kunjungan wisatawan menjadi fenomena yang

dramatis. Seiring dengan itu, sektor perhotelan, restoran, transportasi, dan

layanan lainnya mengalami lonjakan permintaan, menciptakan lapangan kerja

baru dan meningkatkan pendapatan secara keseluruhan. Tidak hanya itu,

pembangunan infrastruktur untuk mendukungacara olahraga juga memberikan

dorongan signifikan bagi sektor konstruksi dan teknologi.

Di tingkat internasional, menjadi tuan rumahacara olahraga

memberikan suatu negara keunggulan diplomasi yang luar biasa (Black & Van

Der Westhuizen, 2004). Acara olahraga internasional menjadi panggung di

mana negara tersebut dapat memamerkan kemampuan logistik, infrastruktur,

dan organisasi mereka kepada dunia. Kesuksesan dalam menyelenggarakan

acara tersebut meningkatkan citra internasional dan meningkatkan

kepercayaan masyarakat global terhadap negara tersebut. Bahkan, acara


3

olahraga sering dijadikan sebagai ajang diplomasi tanpa konflik, di mana

negara-negara berkomunikasi dan berinteraksi melalui bahasa universal

olahraga.

Pencapaian atlet dalamacara olahraga internasional juga berperan

sebagai alat diplomasi yang kuat. Prestasi atlet bukan hanya mencerminkan

keberhasilan individual, tetapi juga menjadi simbol keunggulan suatu negara.

Negara-negara cerdas menggunakan keberhasilan atlet mereka untuk

mempromosikan citra positif dan meningkatkan daya tarik budaya mereka di

tingkat global. Oleh karena itu, atlet bukan hanya menjadi perwakilan olahraga,

tetapi juga duta besar yang memainkan peran penting dalam diplomasi

internasional. Kemampuannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi,

menciptakan lapangan kerja, dan merangsang sektor pariwisata

menjadikannya alat yang efektif untuk mendukung pembangunan ekonomi

suatu negara. Di sisi lain,acara olahraga juga merupakan senjata ampuh

dalam diplomasi internasional, menciptakan peluang untuk mempromosikan

hubungan antarnegara, meningkatkan citra internasional, dan memanfaatkan

keberhasilan atlet sebagai alat diplomasi yang kuat. Oleh karena itu, investasi

dalamacara olahraga tidak hanya memberikan manfaat lokal, tetapi juga

memiliki dampak positif yang signifikan di panggung internasional.

Pengadaan mega sporting sendiri merupakan trend yang ada di antara

negara-negara berkembang atau bahkan negara yang secara ekonomi maju

menjadi asas untuk memacu pertumbuhan ekonomi, dan Arab Saudi

merupakan salah satu negara yang dikaitkan sedang menggalakkan reformasi

olahraga secara besar. Meskipun tambang minyak Arab Saudi telah ditemukan

di sekitar wilayah Teluk Persia, tantangan teknologi yang terbatas menjadi


4

penghalang dalam usaha eksplorasi tambang minyak ini. Oleh karena itu,

pendapatan negara Arab Saudi pada periode tersebut masih sangat

tergantung pada penerimaan pajak, pungutan bea masuk, serta kehadiran

jutaan peziarah yang datang dalam rangka melaksanakan ibadah haji dan

umrah (Ochsenwald, 2022).

Sejak penemuan minyak bumi pertama kali di wilayah Arab Saudi,

perekonomian negara ini telah sangat bergantung pada sektor minyak bumi

sebagai sumber pendapatan utama (Saudi ArabianMonetaryAgency, 2015).

Tidak dapat dipungkiri bahwa ketergantungan ekonomi yang besar pada

minyak bumi memiliki potensi dampak negatif dalam jangka panjang,

mengingat minyak bumi adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.

Kesadaran akan kerentanan ini sudah muncul dalam kebijakan pemerintah

Arab Saudi pada tahun 1998, ketika mereka mengakui bahwa bergantung

sepenuhnya pada satu sumber pendapatan bukanlah solusi yang

berkelanjutan (Horschig, 2016).

Seiring dengan perubahan ini, pada tahun 2016, pemerintah Arab

Saudi di bawah kepemimpinan Pangeran Muhammad bin Salman

memperkenalkan program reformasi ekonomi yang dikenal dengan nama

Saudi Vision 2030 (Horschig, 2016). Pusat perhatian dari program ekonomi

yang dijelaskan dalam Saudi Vision 2030 adalah menciptakan potensi

pertumbuhan ekonomi di sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM),

menggagas kesempatan ekonomi di bidang bisnis, serta memanfaatkan

potensi dari posisi strategisnya, dan yang terakhir investasi untukekonomi

jangka panjang.Salah satu tujuan utama dari Saudi Vision 2030 adalah

mengurangi ketergantungan negara terhadap pendapatan dari minyak bumi,


5

dengan upaya untuk mendiversifikasi perekonomian (Governmentof Saudi

Arabia, 2020).

Arab Saudi telah mengalokasikan investasi yang signifikan dalam

sektor olahraga, melibatkan berbagai cabang seperti sepak bola, bola basket,

golf, e-sports, dan tenis. Tujuan dari upaya ini mencakup mendiversifikasi

ekonomi, meningkatkan citra negara, mengembangkan industri hiburan dalam

negeri, mendorong gaya hidup sehat, menarik investasi, dan mendukung

privatisasi tim dan klub olahraga. Pada tahun 2016, Arab Saudi

mengumumkan rencana ambisius dengan mengalokasikan anggaran sekitar

2,5 miliar Riyal Saudi atau lebih dari 600 juta dolar AS untuk mengembangkan

sektor olahraga, mendukungnya dengan upaya privatisasi tim

olahraga(Maryati, 2016) . Sejak saat itu, negara ini telah menggelontorkan

investasi besar di bidang sepak bola, bola basket, dan golf, dengan tujuan

menjadi tuan rumah Piala Dunia dan Olimpiade. Lebih lanjut, sejak September

2022, Arab Saudi telah mengalokasikan minimal 40 miliar dolar AS untuk

menjadi pusat dunia permainan video dan e-sports pada tahun 2030 (Aulia,

2023).

Pada tahun 2021, Public Investment Fund (PIF) mengumumkan niatnya

untuk mengakuisisi klub sepak bola Newcastle United yang berkompetisi di

EnglishPremierLeague (EPL). Ini merupakan langkah strategis PIF dalam

mendukung implementasi Saudi Vision 2030 dan mencapai diversifikasi

ekonomi. Dokumen Public Investment Fund Program 2021-2025 menjelaskan

bahwa PIF berfokus pada investasi luar negeri jangka panjang yang

diharapkan dapat memberikan keuntungan di masa depan (Public Investment

Fund, 2021).
6

Namun, pengambilalihan ini menuai kontroversi di Inggris, dengan

banyak aktivis dan penggemar sepakbola yang menganggapnya sebagai

tindakan kontroversial. Amnesty International Inggris bahkan menyebutnya

sebagai "pukulan telak bagi semua pelindung hak asasi manusia" (Sky Sports,

2021), mengingat sejarah negatif Arab Saudi dalam kasus pelanggaran hak

asasi manusia. Organisasi tersebut bahkan mendakwa bahwa akuisisi oleh

Arab Saudi melalui PIF adalah bagian dari praktik "sportswashing," pendekatan

strategis yang digunakan oleh individu, kelompok, atau negara yang terlibat

dalam industri olahraga untuk mengalihkan perhatian publik dari isu-isu yang

lebih mendesak, seperti pelanggaran hak asasi manusia dan eksploitasi

tenaga kerja (Loland, 2021). Praktik semacam ini umumnya digunakan oleh

negara-negara dengan catatan pelanggaran hak asasi manusia yang

meragukan, termasuk Arab Saudi (Amnesty International, 2020).

Situasi hak asasi manusia di Arab Saudi sangat kontroversial, terutama

karena pemerintah Riyadh menggunakan investasi olahraga sebagai bagian

dari kampanye propaganda multi-front. Upaya ini melibatkan sektor olahraga,

seni, bisnis, dan hiburan, dengan tujuan memperbaiki persepsi tentang Arab

Saudi. Hal ini berlaku baik di tingkat domestik maupun internasional, terutama

di demokrasi tempat mereka berinvestasi.

Dibalik kemewahan dan kemegahan ketenaran Pangeran bin Salman di

luar negeri, terdapat kenyataan yang lebih gelap, karena pihak berwenang

Arab Saudi bergerak untuk menyisihkan siapa pun di Arab Saudi yang dapat

menghalangi kenaikan politiknya. Penahanan paksa warga negara karena

kritik damai terhadap kebijakan pemerintah atau advokasi hak asasi manusia

bukanlah fenomena baru di Arab Saudi, tetapi apa yang membuat gelombang
7

penangkapan pasca ditunjuknya Muhammad bin Salman sebagai Putra

Mahkota oleh Raja Salman pada tahun 2017 menjadi fundamental dan

berbeda, dikarenakan banyaknya jumlah dan jangkauan individu yang menjadi

target dalam waktu singkat serta pengenalan praktik-praktik represif baru yang

belum pernah terjadi di masa kepemimpinan Arab Saudi sebelumnya (Human

RightWatch, 2019).Dari September 2017 hingga Oktober 2019 tercatat sebagai

periode yang diwarnai dengan krisis pelanggaran hak asasi manusia,

sebagaimana yang tercermin dalam dokumen yang disajikan oleh Human

RightsWatch. Organisasi ini mencatat setidaknya ada 208 operasi

penangkapan massal maupun penghilangan secara paksa yang melibatkan

tokoh agama, akademisi, dan jurnalis. Salah satu kasus yang mendapat

sorotan internasional dan mengundang kontroversi adalah kasus kematian

wartawan Washington Post asal Arab Saudi, Jamal Khashoggi (Human

RightWatch, 2019).

PelanggaranHAMArab Saudi semakin menggalak ketika dikaitkan

dengan niat untuk menghapus fakta bahwa pada Oktober 2018, Jamal

Khashoggiditemukan tewas ketika berada di konsulat Saudi di Istanbul, Turki.

Tubuhnya diketahui dalam kondisiyang terpisah-pisah dan dipotong

menggunakan gergaji tulang sebelum dibuang (Al Jazeera, 2021). Banyak

yang menduga bahwa pembunuhan tersebut dilakukan atas perintah

Mohammed bin Salman. Pembunuhan itu menarik perhatian dan kemarahan

internasional, memicu penyelidikan dan tuntutan atas pertanggungjawaban.

Menurut penilaian pakar hak asasi manusia PBB, kematian tersebut

merupakan eksekusi yang telah direncanakandan pemerintah Arab Saudi

bertanggung jawab atas hal itu. Laporan tersebut juga menyarankan


8

pemeriksaan lebih lanjut terhadap tanggung jawab individu pejabat tinggi

Saudi, termasuk Pangeran Mahkota, Muhammad Bin Salman. Otoritas Saudi

awalnya menyangkal apapun tentang nasib Khashoggi, namun kemudian

mengonfirmasi bahwa ia meninggal dalam "perkelahian" setelah menolak

untuk kembali ke Arab Saudi (OHCHR, 2019). Pembunuhan Jamal Khashoggi

adalah contoh mencolok dari penculikan dan kematian seorang jurnalis di

bawah kepemimpinan Mohammed bin Salman. Selain itu, para pembela hak

wanita di Arab Saudi terus menerima penindasan, sementara negara tersebut

sering melakukan eksekusi massal dan memberikan hukuman penjara yang

berlebihan kepada aktivis perdamaian (Human RightsWatch, 2022).

Pekerja asing yang bekerja di kawasan Teluk sering kali menghadapi

tantangan yang mengarah pada kondisi eksploitasi yang memprihatinkan dan

tingkat kerentanannya yang tinggi. Kondisi kerja yang mereka hadapi

sangatlah berat, dengan jam kerja yang ekstensif, tugas fisik yang melelahkan,

dan kurangnya pemenuhan hak-hak dasar sebagai pekerja. Upah yang

mereka terima berada jauh di bawah standar biaya hidup di negara-negara

yang kaya akan sumber daya alam mereka. Data dari penelitian terbaru

menunjukkan bahwa banyak pekerja hanya menerima gaji sekitar 375-937

SAR atau 100-250 USD per bulan, yang jelas-jelas tidak mencukupi untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari di lingkungan yang mahal (Smith, 2021).

Tidak hanya masalah upah yang menjadi persoalan, tetapi juga kondisi

tempat tinggal yang sangat buruk yang menjadi tantangan bagi pekerja asing.

Mereka sering kali dihuni dalam akomodasi yang sangat penuh, di mana

delapan atau lebih individu harus berbagi satu kamar tidur dan fasilitas kamar

mandi yang minim. Situasi ini mirip dengan pengalaman yang dialami oleh
9

pekerja di fasilitas umum seperti kamar mandi stasiun pengisian bahan bakar

yang ramai, yang tentunya menimbulkan risiko serius terkait kebersihan dan

kesehatan (Jones, 2020).

Selain kondisi kerja dan tempat tinggal yang buruk, pekerja asing juga

rentan terhadap praktik perekrutan yang dapat dianggap memaksa. Mereka

sering kali terperangkap dalam utang yang dibebankan oleh agen perekrutan

yang tidak jujur, tertarik oleh janji gaji yang lebih tinggi dan kondisi hunian yang

lebih layak. Dalam beberapa kasus, agen bahkan mengambil alih paspor

mereka, menjadikan hampir tidak mungkin bagi pekerja untuk kembali ke tanah

air mereka, dan dengan demikian menjadikan mereka budak modern (Human

RightsWatch, 2019).

Di tengah situasi yang mendesak saat ini, negara-negara seperti Arab

Saudi telah memutuskan untuk menerapkan strategi sportswashing sebagai

upaya untuk mengalihkan perhatian dari catatan yang sangat kelam terkait

dengan hak asasi manusia dan penyalahgunaan tenaga kerja yang terus

berlangsung di dalam batas wilayahnya. Upaya ini mencakup penanaman

dana yang sangat besar dalam aset-aset olahraga bergengsi sebagai bagian

dari rencana mereka untuk memutarbalikkan narasi publik terhadap realitas

yang lebih gelap yang tersembunyi di balik tirai.

Salah satu contoh yang paling mencolok dari strategi sportswashing ini

adalah akuisisi Arab Saudi atas bintang sepakbola dunia, Cristiano Ronaldo.

Dengan laporan bahwa mereka menawarkan gaji tahunan sebesar 200 juta

USD kepada pemain tersebut (NBC Sports, 2023), tindakan ini menciptakan

gelombang berita di seluruh dunia, mengalihkan fokus global dari isu serius
10

terkait hak asasi manusia yang tengah dihadapi oleh negara tersebut. Upaya

ini juga secara signifikan meningkatkan profil olahraga Arab Saudi dalam

skenario internasional. Tidak hanya itu, pembelian klub sepakbola Inggris,

Newcastle United oleh Arab Saudi senilai 49 juta USD dengan komponen

Public Investment Fundyang cukup besar semakin memperkuat argumen

bahwa sejauh mana mereka sedang menerapkan strategi sportswashing

ini.Akuisisi ini secara efektif mengubah status klub tersebut menjadi entitas

olahraga yang memiliki dampak global yang signifikan, memberikan platform

besar bagi Arab Saudi untuk memamerkan softpower mereka di panggung

dunia.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka

penulis mengambil rumusan masalah yaitu:Apakah investasi olahraga yang

dilakukan Arab Saudi merupakan upaya Sportswashing atau reformasi

ekonomi?

1.3. Batasan Masalah

Agar penelitian lebih fokus dalam menentukan rentan waktu penelitian

maka penulis membuat batasan waktu untuk permasalahannya pada penelitian

ini yakni dari tahun 2016-2023. Penulis memilih untuk memulai meneliti dari

tahun 2016, dikarenakan pada tahun ini, Pangeran Mahkota Mohammed bin

Salman, pemimpin de facto Arab Saudi, mengungkapkan rencana "Saudi

Vision 2030"-nya, yang mencakup diversifikasi ekonomi, dengan perhatian

khusus pada transformasi sektor olahraga, termasuk sepakbola, sebagai

bagian integral dari upaya mereka untuk mencapai tujuan ekonomi jangka
11

panjang. Selanjutnya, penelitian difokuskan pada tahun 2023 yang menandai

peristiwa fenomenal dan kontroversial dengan pindahnya mega bintang

Cristiano Ronaldo ke Arab Saudi, bersama dengan sejumlah besar pemain

sepakbola profesional lainnya, yang ditandai dengan biaya transfer yang

mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Perpindahan pemain

ini menjadi salah satu implikasi dari praktik "sportswashing" yang dilakukan

oleh Arab Saudi, yang mengangkat pertanyaan seputar dampak sosial, politik,

dan ekonomi dari hubungan olahraga dengan upaya mereka

mengampanyekan citra suatu negara.

1.4. Tujuan Masalah

Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan bagaimana

kepentingan Arab Saudi dalam investasi olahraga dan mencari tahu apakah

investasi olahraga yang dilakukan Arab Saudi pada periode tahun 2016-2023

merupakan upaya Sportswashing atau reformasi ekonomi.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Akademis

Manfaat akademis atau teoritis dari suatu penelitian adalah untuk

menyelidiki isu-isu yang terkait dengan maksud mengonfirmasi atau

mendiskonfirmasi tentang posisi-posisi teoritis dan empiris. Salah satu sasaran

utama dari manfaat teoritis atau akademis adalah mendapatkan informasi

umum mengenai suatu fenomena, dengan sedikit tekanan penempatan

aplikasi kepada contoh dunia nyata mengenai fenomena tersebut. Manfaat

akademis dari penelitian ini yakni sebagai bahan kajian untuk mendalami lebih

jelas mengenai dan mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan dalam


12

Hubungan Internasional mengenai bagaimana strategi investasi olahraga yang

dilakukan Arab Saudi pada periode tahun 2016-2023 yang memiliki implikasi

untuk spotswashing dan reformasi ekonomi.

1.5.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis berhubungan dengan aplikasi dari teori untuk

memecahkan masalah-masalah. Penelitian ini memiliki manfaat praktis yang

penting di beberapa bidang. Pertama, pemahaman yang lebih baik tentang

praktik "sportswashing" yang dilakukan oleh negara-negara seperti Arab Saudi

dapat membantu masyarakat internasional mengevaluasi secara lebih kritis

aktivitas ekonomi dan politik yang terlibat dalam pencucian uang olahraga.

Selain itu, penelitian ini juga memberikan informasi berharga bagi industri

sepak bola, klub, dan agen pemain, yang dapat digunakan untuk mengambil

keputusan yang lebih baik mengenai transfer pemain dan strategi keuangan.

Selain itu, memahami dampak sosial dari perjalanan mahal para pesepakbola

dapat membantu merancang kebijakan yang lebih efektif untuk mengelola

aspek-aspek seperti manfaat sosial dari sepak bola dan keluhan yang ada.

Pada akhirnya, penelitian ini dapat berkontribusi untuk memperkuat hubungan

diplomatik antar negara yang terlibat dalam pergerakan pemain sepak bola,

yang pada gilirannya dapat mengarah pada kerja sama lebih lanjut di bidang

ekonomi dan politik. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat

berguna dalam menyediakan data, informasi, dan referensi bagi mahasiswa

dalam memahami kepentingan nasional suatu negara melalui fenomena

akuisisi klub-klub sepak bola yang dilakukan oleh aktor negara. Singkatnya,

penelitian ini memberikan dasar yang kuat untuk penelitian lebih lanjut tentang

hubungan antara olahraga, politik, dan ekonomi, yang dapat membantu kita
13

memahami dinamika yang lebih kompleks di balik peristiwa seperti konsesi

pemain sepak bola besar.

1.6. Sistematika Penulisan

Untuk sistematika penulisan, penulis telah membagi menjadi lima bab:

Bab I: Pendahuluan

Pada bab ini, berisikan latar belakang masalah atau permasalahan,

rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian

yang dibagi menjadi dua, yaitu: manfaat akademis atau teoritis dan manfaat

praktis yang hendak dicapai dari penelitian yang ingin dicapai dari penelitian

baik bagi penulis maupun bagi pihak-pihak lain, dan sistematika penulisan

yang meliputi bab-bab yang terdapat dalam penelitian ini.

Bab II: Tinjauan Pustaka

Pada bab ini, berisikan kajian pustaka yang membahas mengenai

penelitian-penelitian terdahulu yang penulis jadikan acuan dan menjadi

pembeda penelitian penulis dari penelitian-penelitian sebelumnya dan

kerangka konseptual yang membahas mengenai berbagai konsep yang

penulisan gunakan untuk membantu memberikan penjelasan terhadap konsep-

konsep yang berada di dalam penelitian skripsi ini.

Bab III: Metodologi Penelitian

Pada bab ini, membahas mengenai jenis penelitian yang penulis

gunakan dalam skripsi, sumber-sumber data yang penulis dapatkan, unit

analisis, teknik pengumpulan data, teknik analisis data yang penulis lakukan
14

dalam skripsi ini, dan teknik penyajian data, yang penulis gunakan untuk

membantu menyusun penelitian ini.

Bab IV. Pembahasan

Pada bab ini, penulis akan membahas mengenai gambaran subyek dan

obyek untuk melakukan penelitian, dimana penulis menjelaskan mengenai

Saudi Visio 2030, mendeskripsikan tentang sportswashingdan akan

menganalisis dan membahas tentang hasil temuan yang telah penulis

dapatkan pada investasi olahraga yang dilakukan Arab Saudi pada periode

tahun 2016-2023 sebagai reformasi ekonomi yang memiliki implikasi untuk

spotswashing.

Bab V: Penutup

Pada bab ini, penulis akan melakukan penutupan dalam penelitian ini

dengan menambahkan kesimpulan dan juga saran mengenai penelitian

penulis yang membahas mengenai investasi olahraga yang dilakukan Arab

Saudi pada periode tahun 2016-2023 sebagai reformasi ekonomi yang

memiliki implikasi untuk spotswashing.


15

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Pustaka

Untuk menjaga keaslian tulisan ini, penulis menggunakan beberapa

penelitian terdahulu sebagai dasar dalam melengkapi tinjauan pustaka serta

menjadi pembeda penelitian ini dengan penelitian yang sudah ada

sebelumnya. Berikut ini adalah beberapa penelitian yang menjadi acuan

penulis dalam menulis:

Pertama, skripsi karya Muhammad Ghaits Falah yang ditulis pada

tahun 2023 berjudul “Kepentingan Nasional Arab Saudi Dalam Akuisisi

Newcastle United Fc Melalui Public Investment Fund Pada Tahun 2021.”

Dalam skripsi tersebut, penulis menganalisis dan melihat kepentingan Arab

Saudi dalam menerapkan kebijakan investasi di sektor olahraga, dapat

dicontohkan melalui akuisisi klub Newcastle United. Selain itu, hal ini juga

membuka pembahasan terkait praktik sportswashing. Penemuan minyak bumi

di dekat kota Dhahran pada tahun 1938 telah mengubah perekonomian Arab

Saudi secara drastis, menjadikan negara ini sangat bergantung pada minyak

bumi sebagai sumber utama pendapatan. Dalam beberapa dekade, minyak

bumi membentuk fondasi ekonomi negara, tetapi juga meningkatkan

kerentanannya terhadap fluktuasi harga minyak dunia. Kesadaran akan

kebutuhan untuk mengurangi ketergantungan ini mendorong pemerintah Arab

Saudi untuk mencari alternatif yang dapat menjaga kestabilan ekonomi negara.

Salah satu inisiatif kunci dalam upaya diversifikasi ekonomi adalah pendirian

Public Investment Fund (PIF) pada tahun 1971, yang bertujuan

menginvestasikan surplus pendapatan negara ke dalam aset non-minyak.


16

Dengan berkembangnya peran PIF dalam ekonomi Saudi, terutama

dalam konteks Saudi Vision 2030, sebuah inisiatif reformasi pemerintah yang

bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada minyak, perhatian terhadap

investasi olahraga internasional semakin meningkat. Salah satu contohnya

adalah akuisisi klub sepakbola Inggris, Newcastle United FC, oleh PIF.

Penelitian ini membantu penulis untuk menggali lebih dalam mengenai

bagaimana kepentingan nasional Arab Saudi tercermin dalam akuisisi klub

sepakbola ini dengan menggunakan kerangka teori Kepentingan Nasional oleh

Donald E. Nuechterlein.

Konsep Kepentingan Nasional memiliki empat dimensi utama, yakni

Kepentingan Ekonomi, Kepentingan Tata Dunia, Kepentingan Pertahanan, dan

Kepentingan Ideologi. Dalam konteks Arab Saudi, Kepentingan Ekonomi

mencakup upaya diversifikasi ekonomi negara dan mencari sumber-sumber

pendapatan alternatif. Sementara itu, Kepentingan Tata Dunia lebih berfokus

pada peran olahraga dalam membersihkan citra negara, Kepentingan

Pertahanan menekankan perlindungan warga negara, dan Kepentingan

Ideologi berhubungan dengan penyebaran nilai dan norma negara. Hasil awal

penelitian ini menunjukkan bahwa akuisisi klub Newcastle United oleh Arab

Saudi, dalam konteks keempat dimensi Kepentingan Nasional, mungkin lebih

kuat dalam Kepentingan Tata Dunia, yang digunakan sebagai alat

sportswashing untuk membersihkan citra negatif negara melalui olahraga.

Namun, penelitian ini lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki aspek-aspek lain

dari kepentingan nasional yang terlibat dalam investasi olahraga ini dan

apakah ini merupakan langkah reformasi ekonomi yang substansial atau

sekadar upaya sportswashing.


17

Kedua, dari tesis yang berjudul “Saudi Arabia’sPublic Investment Fund

as a ToolforEconomicDiversificationand Sports Diplomacy” yang ditulis oleh

Abhishek Jude Sam pada tahun 2023. Dalam tesis ini, penulis melihat upaya

eksplorasi peran PIF sebagai alat untuk diversifikasi ekonomi Arab Saudi dan

menyelidiki strategi strategis yang dilakukan oleh PIF, terutama di sektor

olahraga, sebagai bagian dari rencana reformasi Arab Saudi: Saudi Vision

2030. Pada tahun 2016, Arab Saudi memperkenalkan Saudi Vision 2030,

sebuah agenda ambisius yang bertujuan untuk merestrukturisasi negara dan

mengurangi ketergantungan terhadap pendapatan minyak. Ini merupakan

respons terhadap kesadaran bahwa model ekonomi Saudi yang selama ini

sangat bergantung pada minyak bumi telah menjadi kerentanannya terhadap

fluktuasi harga minyak dunia. Saudi Vision 2030 mengusung konsep

diversifikasi ekonomi, peningkatan kualitas hidup, dan modernisasi berbagai

sektor. Salah satu pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan ini

adalah investasi dalam bidang olahraga.

Investasi olahraga yang dilakukan oleh Arab Saudi, seperti

bergabungnya negara ini dalam komunitas Formula 1 pada tahun 2020 dan

rencana penyelenggaraan balapan pertama pada tahun 2021, merupakan

salah satu contoh konkret dari upaya diversifikasi ekonomi dan membangun

citra positif. Dalam rangka menciptakan daya tarik bagi para penggemar dan

mengeksploitasi potensi olahraga,

Pergeseran strategis Arab Saudi menunjukkan sejauh mana

pemerintah Arab Saudi menggunakan Dana Investasi Publik untuk diversifikasi

ekonomi, seperti yang diuraikan dalam Visi 2030 dan diimplementasikan oleh

Dana Investasi Publik (PIF), menandai titik balik yang signifikan dalam sejarah
18

negara tersebut. Pergeseran ini bukan sekadar strategi ekonomi, melainkan

sebuah pendekatan komprehensif untuk membentuk kembali citra global

Indonesia dan memperkuat softpower-nya. Investasi PIF di berbagai sektor,

khususnya olahraga, telah berperan penting dalam transformasi ini. Akuisisi

Newcastle United, sponsor acara olahraga besar, dan pembentukan

SavvyGaming Group merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk

memposisikan Arab Saudi sebagai pusat olahraga global. Investasi ini memiliki

dua tujuan: mendiversifikasi ekonomi dari minyak dan menggunakan olahraga

sebagai alat diplomasi publik.

Namun, di balik investasi besar ini muncul pertanyaan apakah investasi

olahraga Arab Saudi semata-mata merupakan bagian dari strategi ekonomi

yang lebih besar atau apakah juga memiliki motif lain, seperti sportswashing,

yaitu upayanegara ini menggunakan olahraga untuk mengalihkan perhatian

dari isu-isu domestik dan masalah hak asasi manusia. Meskipun kritik ini valid,

penting untuk dicatat bahwa diplomasi olahraga adalah strategi yang kompleks

dan memiliki banyak sisi yang lebih dari sekadar pembangunan citra. Di sisi

lain, strategi diversifikasi ekonomi merupakan komponen penting dari

transformasi Arab Saudi. Ketergantungan negara ini terhadap minyak bumi

telah menjadi kerentanan ekonomi yang signifikan, dan pergeseran ke arah

ekonomi yang lebih terdiversifikasi merupakan langkah penting menuju

pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, pembahasan dalam tesis ini

dapat menjadi bahan konkret yang membantu penulis dalam menganalisis

dinamika upaya reformasi ekonomi yang dilakukan Arab Saudi melalui

investasi bidang olahraga.


19

Ketiga, jurnal karya JulesBoykoffyang ditulis pada tahun 2022

mengenai “Toward a TheoryofSportswashing: Mega-Event, Soft Power,

andPoliticalConflict.” Dalam jurnal ini, penulis dapat melihat kompleksitas

mengenai variablebidang yang dipengaruhi oleh sportswashing. Dalam periode

tahun 2016 hingga 2023, Arab Saudi telah memasuki dunia investasi olahraga

dengan ambisi besar. Salah satu tujuan utama mereka adalah untuk

mengampanyekan peran penting dalam arena olahraga global. Fenomena ini

mencerminkan dorongan negara-negara untuk memanfaatkan daya tarik

olahraga sebagai alat diplomasi dan citra internasional (Hauri &Rindlisbacher,

2019). Namun, penting untuk memahami bahwa investasi olahraga Arab Saudi

juga mengundang perhatian internasional terkait konsep yang semakin dikenal

sebagai "sportswashing."

Sportswashing adalah praktik negara, terutama yang otoriter, yang

menggunakan acara olahraga besar seperti Olimpiade dan Piala Dunia untuk

meningkatkan citra mereka di mata dunia. Hal ini menciptakan pertanyaan

penting dalam konteks penelitian ini: apakah investasi olahraga Arab Saudi

dalam periode tersebut merupakan upaya sportswashing atau merupakan

bagian dari reformasi ekonomi yang sah? Pertanyaan ini menyoroti

kompleksitas dinamika politik dalam dunia olahraga global.

Selain itu, penelitian ini perlu mempertimbangkan dampak investasi

olahraga Arab Saudi terhadap geopolitik regional. Investasi ini bisa menjadi

faktor yang memengaruhi hubungan Arab Saudi dengan negara-negara

tetangga dan bahkan menggambarkan bagaimana kekuatan lembut dapat

berdampak pada dinamika kekuatan keras. Lebih jauh, perlu diungkap apakah

investasi olahraga ini telah membantu Arab Saudi dalam mencapai tujuan
20

ekonomi mereka atau hanya digunakan sebagai alat pembenaran terhadap

masalah internal. Dalam konteks global yang semakin kompleks, analisis yang

bersifat relasional dan mendalam tentang investasi olahraga Arab Saudi pada

periode tersebut menjadi sangat penting. Hal ini akan membantu kita

memahami bagaimana negara-negara menggunakan olahraga sebagai alat

diplomasi, mengatasi ketidakpastian, serta memahami dampaknya pada

tingkat internasional dan nasional.

2.2. Kerangka Konseptual

2.2.1Sportswashing

Sebagai sebuah metafora, aktivitas washing, khususnya

clotheswashing, memiliki sejarah yang panjang dalam hal menyoroti konsep

penipuan, penyembunyian, dan pengalihan perhatian. Ide-ide seputar probitas

personal diekspresikan melalui cara individu mengatasi "dirtylaundry" mereka

(Lakoff& Johnson, 1999). Sementara itu, istilah "washing" telah lama

digunakan dalam konteks pemrosesan uang “dirty" (yaitu, uang yang

dihasilkan secara ilegal) agar dapat dihabiskan tanpa menarik perhatian dari

pihak berwenang (Dodd, 2005).

Pemutihan (whitewashing) memiliki perbedaan sedikit karena

mengindikasikan aktivitas terkait pekerjaan lain, yakni melukis, atau lebih

khusus lagi:

"thepracticeofusinglow-costcalciumpainttosuperficiallyconcealorcoverup

a structuralorsubstantivedefect. Althoughthepainterknowsofitsproblems, a

whitewashedwallappearsflawlesstotheuntrainedeye" (Wexler, 2013: 825).


21

Whitewashing mengacu pada praktik atau kebijakan di mana karakter

atau peristiwa budaya yang seharusnya mewakili keragaman etnis atau warna

kulit yang lebih besar digambarkan atau diwakili oleh individu atau elemen dari

latar belakang etnis mayoritas, terutama kelompok berkulit putih.

Istilah ini juga dapat diterapkan pada praktik pemutihan sejarah atau

menghilangkan elemen-elemen yang mencerminkan keragaman dalam

interpretasi sejarah atau budaya. Whitewashing sering dikritik karena dianggap

berkontribusi pada kurangnya representasi dan keragaman dalam media dan

seni. Di sisi lain, para pendukung keragaman dan inklusi merasa bahwa

mencerminkan keragaman secara otentik sangat penting untuk menciptakan

pemahaman dan apresiasi yang lebih baik di antara budaya.

Konsep menutupi masalah ini telah diterapkan dalam ranah politik dan

hukum, dengan LesleyWexley berpendapat bahwa pemutihan:

"has threeessentialcomponents: anunderlyingdefect,

anattempttoconcealthedefect …and a failuretofixtheunderlyingdefect" (Wexler,

2013: 817).

Oleh karena itu, istilah ini juga umum digunakan untuk menggambarkan

upaya menutupi tindakan kejahatan, krisis, dan bentuk-bentuk korupsi yang

melibatkan aktor politik dan korporat.

Dari segi histori, greenwashing menjadi istilah pengembangan yang

lahir setelah adanya whitewashing. Istilah "greenwashing" awalnya

diperkenalkan oleh tokoh lingkungan terkemuka asal Amerika Serikat, Jay

Westerveld, melalui esainya pada tahun 1986. (Orange& Cohen, 2010). Dalam
22

esai tersebut, Westerveld mencatat bagaimana sebuah perusahaan hotel

menggunakan klaim tentang perlindungan lingkungan untuk mendorong para

pelanggan agar menggunakan handuk lebih sedikit, tanpa memperhatikan

bagaimana kebijakan tersebut juga akan menghemat uang perusahaan melalui

pengurangan biaya tenaga kerja.

Saat ini, greenwashing secara luas merujuk pada bentuk-bentuk

"komunikasi yang menyesatkan orang untuk membentuk keyakinan yang

terlalu positif tentang praktik atau produk lingkungan sebuah organisasi"

(Lyon&Montgomery, 2015). Istilah ini mulai mendapat perhatian pada tahun

1990-an seiring dengan meningkatnya kekhawatiran lingkungan dalam agenda

sosial-ekonomi dan politik, tetapi penggunaannya melebar pada tahun 2000-

an. Menurut Lyon dan Montgomery (2015), saat ini sudah terdapat lebih dari

800 makalah ilmiah yang mengkaji topik ini. Penelitian ini telah

mengidentifikasi beragam praktik serta berbagai aktor yang menggunakan dan

mengkritik aktivitas greenwashing.

Sportswashing adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada

tindakan individu, kelompok, perusahaan, atau pemerintah yang

memanfaatkan olahraga untuk memperbaiki reputasi yang telah tercemar oleh

perbuatan yang tidak etis. Ini merupakan bentuk propaganda yang dapat

dilakukan melalui berbagai cara, termasuk menjadi tuan rumah acara olahraga,

membeli atau mensponsori tim olahraga, atau aktif berpartisipasi dalam

kegiatan olahraga. Di tingkat internasional, sportswashing diyakini digunakan

untuk mengalihkan perhatian dari catatan buruk dalam hal hak asasi manusia

dan skandal korupsi. Sementara itu, pada tingkat individu dan perusahaan,
23

sportswashing dianggap sebagai upaya untuk menyembunyikan kelemahan,

kejahatan, dan skandal yang dapat merusak reputasi.

Terminologi "sportswashing" sendiri adalah perpaduan antara kata

"sports" dan "whitewashing" atau "washing", yang merujuk pada upaya

membersihkan atau memperbaiki reputasi yang buruk melalui keterlibatan

dalam dunia olahraga. Istilah ini pertama kali diaplikasikan pada Azerbaijan,

terutama terkait penyelenggaraan Pesta Olahraga Eropa 2015 di Baku.

Sportswashing sering dikaitkan dengan negara-negara yang dituduh

melanggar hak asasi manusia atau terlibat dalam skandal korupsi. Sebagai

contoh, penyelenggaraan Piala Dunia FIFA 2018 di Rusia dikritik sebagai

contoh sportswashing yang bertujuan untuk meningkatkan reputasi global

negara tersebut yang terkait dengan kebijakan luar negeri yang kontroversial.

Meskipun para kritik berpendapat bahwa sportswashing adalah cara

untuk mengalihkan perhatian dari tindakan tidak etis, baik pada tingkat

individu, perusahaan, atau pemerintah, para pihak yang dituduh melakukan

sportswashing mengklaim bahwa mereka hanya ingin menikmati acara

olahraga di negara asal mereka dan bahwa tindakan boikot atau perpindahan

lokasi acara merupakan tindakan yang tidak adil terhadap para penggemar

olahraga serta tidak efektif dalam mengubah kebijakan pemerintah.

2.2.2 Diversifikasi Ekonomi

Diversifikasi ekonomi merupakan konsep strategis yang diadopsi oleh

suatu negara dan wilayah untuk mengurangi ketergantungan ekonomi pada

sektor atau industri tertentu. Hal ini akan dicapai dengan mengembangkan

portofolio ekonomi yang lebih beragam, mencakup berbagai sektor seperti


24

teknologi, jasa keuangan, pendidikan, dan pariwisata. Tujuan utama

diversifikasi ekonomi adalah untuk meningkatkan ketahanan ekonomi,

mengurangi risiko ketidakstabilan yang mungkin timbul akibat fluktuasi sektor

atau industri tertentu, dan membangun fondasi ekonomi yang lebih kuat dan

berkelanjutan (Persson, 2013).

Salah satu manfaat utama diversifikasi ekonomi adalah peningkatan

ketahanan. Negara atau wilayah yang terlalu bergantung pada sektor atau

sumber daya alam tertentu mungkin lebih rentan terhadap perubahan harga,

permintaan global, atau faktor eksternal lainnya yang mungkin mempengaruhi

sektor tersebut. Memiliki sektor ekonomi yang lebih beragam memungkinkan

perusahaan mengurangi risiko dan meningkatkan kemampuan mereka dalam

menghadapi tantangan ekonomi. Penerapan diversifikasi ekonomi juga

berkontribusi terhadap penciptaan lapangan kerja baru dan peningkatan

pendapatan masyarakat. Keberagaman industri berdampak positif terhadap

kepentingan masyarakat karena memberikan kesempatan kerja yang semakin

beragam. Selain itu, diversifikasi dapat merangsang inovasi dan meningkatkan

daya saing ekonomi dengan memperluas basis pengetahuan dan keterampilan

di berbagai bidang.

Diversifikasi ekonomi mempunyai banyak manfaat, namun

penerapannya bukanlah tugas yang mudah. Hal ini memerlukan perencanaan

yang matang, kebijakan yang efektif, infrastruktur yang tepat, dan investasi

dalam pendidikan dan pelatihan tenaga kerja. Tantangan politik, sosial dan

ekonomi dapat mempengaruhi keberhasilan upaya diversifikasi. Misalnya saja

Malaysia yang berhasil menerapkan strategi diversifikasi ekonomi dengan

mengembangkan sektor-sektor baru seperti teknologi informasi, bioteknologi,


25

dan pariwisata (Hussein, 2018). Diversifikasi ekonomi tetap menjadi prioritas

bagi negara-negara yang ingin membangun landasan ekonomi yang kuat dan

berkelanjutan dalam dinamika kekuatan global.

Arab Saudi, sebagai salah satu negara dengan ketergantungan

ekonomi yang tinggi pada sektor minyak, telah merumuskan Saudi Vision 2030

sebagai strategi untuk melakukan diversifikasi ekonomi. Saudi Vision 2030

adalah sebuah inisiatif yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada

sektor minyak dan gas serta membuka peluang bagi sektor-sektor ekonomi

yang beragam, seperti industri energi terbarukan, pariwisata, dan industri

lainnya. Melalui Saudi Vision 2030, Arab Saudi berupaya untuk menciptakan

keberagaman dalam sumber pendapatan negara serta mengurangi dampak

fluktuasi harga minyak global terhadap perekonomiannya (Program Studi

Ekonomi Syariah, 2023) .

Konsep diversifikasi ekonomi sangat relevan dengan upaya yang

dilakukan oleh Arab Saudi dalam Saudi Vision 2030. Dengan mengurangi

ketergantungan pada sektor minyak dan gas, Arab Saudi berharap dapat

menciptakan ekonomi yang lebih beragam dan berkelanjutan. Upaya

diversifikasi ekonomi ini juga diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja

baru, meningkatkan daya saing ekonomi, serta merangsang pertumbuhan

ekonomi yang berkelanjutan


26

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Jenis penelitian yang penulis gunakan untuk skripsi Analisis Investasi

Bidang Olahraga Oleh Arab Saudi: Sportswashing Atau Reformasi Ekonomi ini

merupakan penelitian kualitatif. Metode Penelitian Kualitatif adalah metode

penelitian yang meneliti kondisi objek yang alamiah dan peneliti merupakan

instrumen kunci dari penelitian itu sendiri. Yang dimaksud objek alamiah di sini

adalah objek yang sesuai dengan kondisi di lapangan, tidak di manipulasi oleh

peneliti. Di dalam buku John W. Ceswell (2018) yang berjudul "Research Design:

Qualitative, QuantitativeandMixedMethodApproach, 5thEdition” menjelaskan

bahwa metode kualitatif menunjukkan pendekatan yang berbeda untuk

penyelidikan ilmiah dari metode penelitian kuantitatif.

Menurut John W. (2018), meskipun prosesnya serupa, metode kualitatif

mengandalkan data teks dan gambar, memiliki langkah-langkah unik dalam

analisis data, dan menggunakan desain yang beragam. Menulis bagian metode

untuk skripsi atau studi untuk penelitian kualitatif sebagian membutuhkan

mendidik pembaca tentang maksud penelitian kualitatif, menyebutkan desain

khusus, secara hati-hati merenungkan peran yang dimainkan peneliti dalam

penelitian, menggambar dari daftar jenis sumber data yang terus berkembang.

menggunakan protokol khusus untuk merekam data, menganalisis informasi

melalui beberapa langkah analisis, dan menyebutkan pendekatan untuk

mendokumentasikan integritas metodologi atau akurasi data.


27

Dalam menganalisis penelitian Investasi Bidang Olahraga Arab Saudi:

Reformasi Ekonomi atau Sportswashing, penulis memilih metode kualitatif untuk

menganalisis aspek laindari strategi reformasi ekonomi oleh Arab Saudi. Dengan

menerapkan desain penelitian deskriptif analisis,penulis dapat mengkaji secara

rinci bagaimana Arab Saudi memanfaatkan olahraga sebagai alat untuk

merestrukturisasi citra mereka secara ekonomi, serta mengidentifikasi apakah

Arab Saudi memiliki kepentingan lain dalam melaksanakan usaha diversifikasi

ekonomi tersebut, yaitu sportswashing. Melalui diversifikasi ekonomi, investasi di

sektor olahraga diharapkan dapat menjadi sarana untuk meningkatkan daya tarik

ekonomi negara. Namun, pertanyaan mendasar muncul mengenai apakah tujuan

utama investasi ini adalah sportswashing, di mana aspek citra positif diperoleh

melalui keterlibatan dalam olahraga, ataukah sebagian besar merupakan upaya

reformasi ekonomi yang mendalam.

3.2. Sumber Data

Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan sumber-sumber sekunder. Data sekunder yang dimaksud yakni

data didapatkan dari berbagai studi kepustakaan dengan cara melihat berbagai

dokumen pada penelitian sebelumnya berupa buku, jurnal, website resmi,

laporan resmi maupun berbagai artikel berita dengan tujuan untuk

mengumpulkan data sebanyak-banyaknya. Data yang dimaksud diperoleh

melalui studi pustaka berupa jurnal, penelitian terdahulu, buku, berita, gambar,

grafik dan video yang harus memiliki kaitan denganupaya diversifikasi ekonomi

Arab Saudi maupun Arab Saudi yang diasumsikan melakukan upaya

Sportswashing dalam revolusi ekonomi mereka melalui investasi bidang

olahraga.
28

3.3. Unit Analisis

Dalam sebuah penelitian, tentu saja unit analisis merupakan sebuah

elemenyang paling dasar dan sebagai subjek studi yang dapat digeneralisasikan

oleh penulis. Dalam penelitian ilmu sosial khususnya hubungan internasional

memiliki tigatingkat analisis, yaitu individu, negara, dan sistem internasional.

Boucke dalam Lewis-Beck, Bryman&Liao menyatakan bahwa unit analisis dalam

ilmu sosial bukanlahsebuah benda melainkan hubungan atau sebuah jaringan

yang memberikan koneksikepada keluarga, tetangga, dan yang paling mendasar

ialah individu. Penelitian inimenggunakan tingkat analisis negara dan individu

dengan melihat upaya branding dan revolusi ekonomi oleh Arab Saudi melalui

investasi bidang olahraga pada tahun 2016-2023.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan di dalam penelitian ini

adalah pengumpulan data studi kepustakaan. Metode berbasis studi

kepustakaan merupakanpengumpulan data teoritis sebagai panduan dalam

pemecahan masalah dan pembentukan hipotesis. Studi pustaka menghindari

penelitian berulang terhadap aspek yang telah diteliti sebelumnya, memahami

perkembangan ilmu terkait, serta merinci kesimpulan dan generalisasi

sebelumnya. (Setiawan, 2021). Penulis memfokuskan penelitian pada studi

kepustakaan, khususnya jurnal yang membahas pentingnya olahraga dalam

hubungan internasional, taktik Arab Saudi dalam melaksanakan diversifikasi

ekonomi dan studi yang membahas topik sportswashing.

Penelitian ini menganalisis elemen seperti diversifikasi ekonomi dan

membangun citra lewat sportswashing, dengan merinci pendapat dan perspektif

ahli hubungan internasional. Selain itu, penelitian ini mengintegrasikan sumber-


29

sumber digital yang relevan termasuk artikel akademis, laporan, dokumen dan

website resmi pemerintah, dan artikel berita. Tinjauan literatur dilakukan dengan

menggunakan databaseonline seperti JSTOR, Google Scholar, Sage, Springer,

dan Francis, kemudian melaluiwebsite resmi pemerintah, seperti International

Monetary Fund.org, U.S Department of State.gov, Saudiembassy.net,

Vision2030.gov.sa, dan sebagainya,serta berita dari portal berita terkemuka,

seperti Al Jazeera, Arab News, BBC News (British Broadcasting Corporation),

CNN (Cable News Network), The Economist, The Guardian, The New

YorkTimes, dan sebagainya. Istilah pencarian yang digunakan untuk tinjauan

literatur meliputi "diversifikasi ekonomi," "investasi," “investasi olahraga,”

"sportswashing," "Public Investment Fund", "Saudi Vision 2030" dan "Arab

Saudi."

Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan pemahaman

menyeluruh tentang dinamika kebijakan reformasi ekonomi yang diambil oleh

Arab Saudi. Terakhir, dalam proses analisis fenomena, penelitian ini

memanfaatkan bacaan dari berbagai buku yang relevan. Pemilihan bahan

bacaan ini dilakukan secara cermat untuk mendukung validitas dan keberlanjutan

analisis, menjadikan proses penelitian ini lebih holistik dan terperinci

3.5. Teknik Analisis Data

Dengan menggunakan data yang telah terkumpul, langkah selanjutnya

adalah menganalisis berbagai data yang ada untuk mempermudah peneliti

mencari jawaban atas rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya.

Adapun penelitian ini ditulis dengan menggunakan Teknik analisis data dengan

model Miles dan Huberman yang terbagi menjadi teknik reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2022).


30

Langkah pertama yaitu reduksi data (data reduction), berdasarkan

pengertiannya sendiri berarti proses pemilahan, pemusatan dan

penyederhanaan dari data yang diperoleh melalui riset dari berbagai literatur

secara menyeluruh. Hal tersebut dilakukan penulis dengan tujuan agar data

dapat tetap memiliki korelasi pada penelitian dan rumusan masalah yang dimiliki

sesuai dengan teori yang diambil. Selain itu reduksi data bertujuan untuk

menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, dan memisahkan bagian data

yang dianggap tidak diperlukan dalam proses penelitian.

Langkah kedua yaitu penyajian data (data display). Data dari penelitian

kualitatif disajikan dalam bentuk narasi, bagan, dan alat bantu visual lainnya.

Penelitian dan pembahasan terhadap investasi bidang olahraga Arab Saudi yang

melakukan reformasi ekonomi atau sportswashingdisajikan dengan

menggandeng pisau analisis yakni konsep sporstwashing dan diversifikasi

ekonomi

Langkah terakhir yaitu penarikan kesimpulan (conclusiondrawing) yang

diimplementasikan sebagai langkah penting yang melibatkan rangkuman dan

interpretasi hasil analisis untuk menjawab rumusan masalah atau memenuhi

tujuan penelitian. Data dan hasil riset yang diperoleh selama proses penelitian

dapat membantu proses menyimpulkan untuk menghasilkan kesimpulan yang

akurat dan dapat diandalkan.

3.6. Teknik Penyajian Data

Milnes dan Huberman dalam buku (Sugiyono, 2022) menyebutkan kalau

yang paling sering digunakan untuk penyajian data penelitian kualitatif adalah

teks yang bersifat naratif. Penyajian data merupakan langkah pengolahan data
31

dalam bentuk setengah jadi, di mana data telah tersusun dan terorganisir

berdasarkan pengelompokan yang dilakukan. Sehingga alur penulisan telah

terlihat dengan tema yang jelas. Setelah pengumpulan data, penulis akan

menganalisis kembali data yang terkumpul dan akan melanjutkan ke tahap

penyajian data berdasarkan materi yang telah dikumpulkan dari hasil riset

kepustakaan, literatur internet, dan buku. Penulis menggunakan teknik ini untuk

menyajikan pembahasan dalam format deskriptif yang datanya akan disesuaikan

dengan topik masing-masing bab, yang akan dilengkapi dengan bentuk data

berupa grafik, tabel, dan keterangan ahli.


32

DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Black, D., & Van Der Westhuizen, J. (2004). The allureof global gamesfor'semi-
peripheral'politiesandspaces: a research agenda. Thirdworldquarterly,
25(7), 1195-1214.
CentralIntelligenceAgency. (2022). The CIA worldfactbook 2022.
SkyhorsePublishingInc.
Sugiyono. (2022). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Alfabeta.
Wiriawan, O. (2018). Model Penyelenggaraan Multi Event Olahraga. Yogyakarta:
Thema Publishing.

JURNAL
Antwi-Boateng, O. (2013). The Riseof Qatar as a Soft Power andtheChallenges.
EuropeanScientificJournal, 46.
Boykoff, J. (2022). Toward a TheoryofSportswashing: Mega-Acaras, Soft Power,
andPoliticalConflict. Sociologyof Sport Journal, 342.
Brannagan, P. M., &Giulianotti, R. (2014). Soft Power andSoftDisempowerment:
Qatar, Global Sport, andFootball's 2022 World Cup Finals. LeisureStudies,
8.
Creswell, J. W., &Creswell, J. D. (2017). Researchdesign: Qualitative,
quantitative, andmixedmethodsapproaches. Sage publications.
Horschig, D. (2016). EconomicDiversificationof Saudi Arabia: The Challengesof a
Rentier State. JournalofPoliticalInquiry, 2.
Human RightsWatch. (2023). World Report 2023: Acarasof 2022. New York:
Human RightsWatch.
Keith Dinnie. (2008). NationBranding: Concepts, Issues, Practice. Elsevier.
McPherson-Smith, O. (2021). Diversification, Khashoggi, and Saudi
Arabia’sPublic Investment Fund. Global Policy, 2.
Orange, E., & Cohen, A. M. (2010). From eco-friendlyto eco-intelligent. The
Futurist, 44(5), 28.
Persson, M. (2013). Trade facilitationandtheextensive margin. The Journalof
International Trade &Economic Development, 22(5), 658-693.
33

Persson, M., Wilhelmsson, F., Department ofEconomics, LundUniversity,


Nationalekonomiskainstitutionen, SwedishInstitutefor Food
andAgriculturalEconomics, Institutetförlivsmedelsekonomiskanalys, A.
(2016). EU tradepreferencesandexportdiversification. The World Economy,
39(1), 16-53.
Setiawan, S. (2021). Pengertian Analisis Data–Tujuan, Prosedur, Jenis,
Kuantitatif, Kuantitatif, Para Ahli. Didapatkan dari https://www.
gurupendidikan. co.id/pengertian-analisis-data, 22.
Setiawan, S. (2021). Studi Kepustakaan adalah: Tujuan, Sumber, Metode dan
Jenis.
Simon Anholt. (1998). Nations-Brandsofthetwenty-first Century. Journalof Brand
Management. Vol. 5 : No. 6.. Pp 395-406
Søyland, H. S. (2020). Qatar'ssportsstrategy: a
caseofsportsdiplomacyorsportswashing? (Master'sthesis).
Trunkos, J., &Heere, B. (2017). Sport diplomacy: A
reviewofhowsportscanbeusedtoimproveinternationalrelationships.
Casestudies in sport diplomacy, 1-18.

LAPORAN
Amnesty International. (2022). Amnesty International Report 2022/23: The State
of The World's Human Rights. Amnesty International.

MEDIA DARING
Al Jazeera. (2021, February 26). Timelineofthemurderofjournalist Jamal
Khashoggi. Al Jazeera; Al Jazeera.
https://www.aljazeera.com/news/2021/2/26/timeline-of-the-murder-of-
journalist-jamal-khashoggi
Al-Rumayyan, Y. (2020, Maret 10). The David RubensteinShow: Saudi
WealthFundHead Yasir Al-Rumayyan. (D. Rubenstein, Interviewer)
Al-Ubaydli, O. (2021b, May 16). HowtohandletheWestern media bias
leveledagainst Gulf Arabs. Al ArabiyaEnglish; Al ArabiyaEnglish.
Aulia, L. (2023, July 27). Lompatan Terbaru Arab Saudi, Ambisius Menjadi Pusat
Gim dan E-sport Dunia. Kompas.id; Harian Kompas.
https://www.kompas.id/baca/internasional/2023/07/26/lompatan-terbaru-
arab-saudi-ambisius-menjadi-pusat-gim-dan-e-sport-dunia
34

Amnesty International. (2020, July 30). Newcastle United dealwasalways 'blatant'


Saudi sportswashing. RetrievedfromAmnesty International UK:
https://www.amnesty.org.uk/press-releases/newcastle-united-deal-was-
alwaysblatant-saudi-sportswashing
Barzani, H. (2022, April 4). ManyEuropeansoccerteams are ownedby Gulf states.
Butwhy? Atlantic Council.
https://www.atlanticcouncil.org/blogs/menasource/many-european-soccer-
teams-are-owned-by-gulf-states-but-why/
BBC. (2021, October 21). Newcastle United: Whyis Saudi Arabia-
ledtakeovercontroversial?Retrievedfrom BBC:
https://www.bbc.com/news/world-middle-east-58930311
Behrendt, S. (2010). SovereignWealthFundandthe Santiago Principles: Where
Do They Stand?CarnegieEndowmentfor International Peace.
Bensinger, K. (2018, Juli 16). When Argentina Used World Cup
SoccertoWhitewashItsDirty War. Retrievedfrom History.com:
https://www.history.com/news/world-cupsoccer-argentina-1978-dirty-war
Berman, N. (2023, July 13). Saudi Arabia’s Investments RaiseQuestionsof
“Sportswashing.” CouncilonForeignRelations.
https://www.cfr.org/in-brief/saudi-arabias-investments-raise-questions-
sportswashing
Beydoun, K. A. (2022, November 29). Qatar World Cup coverage has putmedia’s
anti-Muslim bias ondisplay. San Francisco Chronicle; San Francisco
Chronicle. https://www.sfchronicle.com/opinion/openforum/article/world-
cup-qatar-islamophobia-17618614.php
Bogdan, R. C., &Biklen, S. K. (2007). QualitativeResearchforEducation: An
IntroductiontoTheoryandMethodsFifthEdition. Pearson Education, Inc.
Eisenberg, J. (2023, July 24). It’s not aboutsportswashing. Yahoo Sports; Yahoo
Sports.
France-Presse, A. (2022, August 21). Ministerrejects “sportswashing” claims, as
Saudi ArabiaeyeOlympicsbid. South China MorningPost.
Glover, G. (2023, September 30). Why Saudi Arabiaisspendingbillionsonsoccer,
golf, and Formula 1. Business Insider; Insider.
https://www.businessinsider.com/saudi-arabia-sports-spending-billions-
soccer-golf-formula-one-2023-9
35

Human RightsWatch. (2022). World report 2022: Eventsof 2021. https://


www.hrw.org/sites/default/files/media_2022/01/World%20Report
%202022%20web%20pdf_0.pdf
Lidwina, A. (2023, January 10). Gemerlap Bisnis Olahraga Arab Saudi.
Katadata.co.id; Katadata.co.id.
https://katadata.co.id/ariayudhistira/infografik/63bd45e3e4d77/gemerlap-
bisnis-olahraga-arab-saudi
Maryati. (2016, November 17). Arab Saudi akan investasi 600 juta dolar AS di
olahraga. Antara News; ANTARA.
https://www.antaranews.com/berita/596655/arab-saudi-akan-investasi-600-
juta-dolar-as-di-olahraga
Mati, A., &Rehman, S. (2023, September 28). Saudi Arabia’sEconomyGrows as
itDiversifies. IMF. https://www.imf.org/en/News/Articles/2023/09/28/cf-
saudi-arabias-economy-grows-as-it-diversifies
Michaelson, R. (2023, July 26). Revealed: Saudi Arabia’s $6bn spendon
“sportswashing.” The Guardian; The Guardian.
https://www.theguardian.com/world/2023/jul/26/revealed-saudi-arabia-6bn-
spend-on-sportswashing
Kay, O. (2023). Complaintsaboutthe Saudi Pro Leaguebring a
dangerofsoundinghypocritical. The Athletic.
https://theathletic.com/4632956/2023/06/23/saudi-arabia-premier-league-
similarities/
Lewis, C. (2017). WhyCristianoRonaldo’sMoveto Saudi Arabiais a Bad Move For
Soccer. The Register Forum. https://registerforum.org/18404/opinion/why-
cristiano-ronaldos-move-to-saudi-arabia-is-a-bad-move-for-soccer/
Loland, S. (2021, December 7). Can Sport Mega-acarasClean a Dirty State
Image?Retrievedfrom E-International Relations:
https://www.e-ir.info/2021/12/07/cansport-mega-acaras-clean-a-dirty-state-
image/
Ochsenwald, W. L. (2023). Saudi Arabia | History, Map, Flag, Capital, Population,
&Facts | Britannica. In EncyclopædiaBritannica.
https://www.britannica.com/place/Saudi-Arabia
Office ofthe United NationsHighCommissionerfor Human Rights. (2019, June
19). Khashoggikilling: UN human rightsexpertsays Saudi
36

Arabiaisresponsiblefor “premeditatedexecution.” OHCHR.


https://www.ohchr.org/en/press-releases/2019/06/khashoggi-killing-un-
human-rights-expert-says-saudi-arabia-responsible
Program Studi Ekonomi Syariah. (2023, September 24). Dampak Rencana
Diversifikasi Ekonomi Arab Saudi Terhadap Pertumbuhan dan Investasi –
Ekonomi Syariah. An-Nur.ac.id. https://an-nur.ac.id/esy/dampak-rencana-
diversifikasi-ekonomi-arab-saudi-terhadap-pertumbuhan-dan-investasi.html
Purcell, J. (2023, March 23). Whatissportswashingandwhyisitsuch a big problem?
Greenpeace UK.https://www.greenpeace.org.uk/news/sportswashing-
definition-examples/
Rahardjo, L. (2010). Do wereallyneedNationBranding, Retrievedfrom, http://the-
marketeers.com/
Rayson, Z. (2023, September 15). “Clock’sticking”: Real reasonsbehind $9bn
Saudi sportingblitzandwhathappensnext. Fox Sports; FOX SPORTS
Australia.
Sayegh, N. (2022, December 21). Biased, bigoted, boorish: That’sWestern media
reportingon Qatar 2022. Trtworld.com; TRT WORLD.
https://www.trtworld.com/opinion/biased-bigoted-boorish-thats-western-
media-reporting-on-qatar-2022-12780162
Skey, M. (2022, December 6). “Sportswashing”:
howthewashingmetaphorevolvedbeyondtheideaof a cover-up. LSE
Business Review.
https://blogs.lse.ac.uk/businessreview/2022/12/06/sportswashing-how-the-
washing-metaphor-evolved-beyond-the-idea-of-a-cover-up/
St. John BridgerPhilby, H., Teitelbaum, J., & L. Ochsenwald, W. (2023). Saudi
Arabia | History, Map, Flag, Capital, Population, &Facts | Britannica. In
EncyclopædiaBritannica. https://www.britannica.com/place/Saudi-Arabia
Sullivan, A. (2023, May 11). Saudi Arabia’ssportsbinge seeks economicdividend.
Dw.com; Deutsche Welle. https://www.dw.com/en/saudi-arabias-sports-
binge-seeks-economic-dividend/a-65566508
Taufani, M. R. I. (2023, September 9). Arab Jadi Raja Sepak Bola, Belanja
Pemain Rp 1.530 T. CNBC Indonesia; cnbcindonesia.com.
https://www.cnbcindonesia.com/research/20230909122432-128-470937/ar
ab-jadi-raja-sepak-bola-belanja-pemain-rp-1530-t
37

The Embassyof The Kingdomof Saudi Arabia. (2023). Economy& Global Trade.
Saudiembassy.net. https://www.saudiembassy.net/economy-global-trade
Wertheim, J. (2023, June 25). Saudi Arabiainvesting in
sportsamidsportswashingaccusations | 60 Minutes. Cbsnews.com; CBS
News. https://www.cbsnews.com/news/saudi-arabia-sportswashing-
accusations-60-minutes-transcript-2023-06-25/?intcid=CNM-00-10abd1h
Whitehead, J. (2023). Saudi Arabia, football’sbigdisruptors. The storyofthemoney,
themotiveandthehiddendisputes. The Athletic.
https://theathletic.com/4600483/2023/06/12/saudi-benzema-kante-
transfers/
Xinhua. (2022, November 22). Westernbiasedcoveragedetractsfromenjoyment in
Qatar World Cup. News.cn.
https://english.news.cn/20221122/956380b373a246e2b8bc1abaf0385d12/
c.html

KARYA TULIS
Abiyu Ibnuyasa, A. (2023). Implementasi NationBranding Arab Saudi dalam
Ajang Grand Prix Formula 1 Tahun 2020-2022 Sebagai Upaya Mencapai
Saudi Vision 2030 (Doctoraldissertation, UPN VETERAN JAWA TIMUR).
Jude Sam, A. (2023). Saudi Arabia’sPublic Investment Fund as a
ToolforEconomicDiversificationand Sports Diplomacy.
Muhammad Ghaits, F. (2023) Kepentingan Nasional Arab Saudi dalam Akuisisi
Newcastle United Fc melalui Public Investment Fund Pada Tahun 2021.
Utama, R. M. (2023). Aktivisme Tagar dalam Kejuaraan Dunia Formula Satu
(Analisis Wacana Kritis terhadap Kampanye#
WeRaceAsOne) (Doctoraldissertation, Universitas Andalas).

Anda mungkin juga menyukai