Anda di halaman 1dari 92

PROPOSAL PROYEK LABORATORIUM SOSIAL

DESA PANGGUNGHARJO

Oleh :

1. Miftahul Ulum 4. Adib Khoerul Muntahar


(204441150) (204441151)

2. Syarifah Ulfa Rohmah 5. Muhammad Nurul Musthofa


(204441132) (204441142)

3. Angga Wahyu Nur Huda 6. Indrawansyah


(204441107) (184441128)

1
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL PROYEK LABORATORIUiM SOSIAL DI DESA PANGGUNGHARJO

BERSAMA YSID (Yayasan Sanggar Inovasi Desa) Panggungharjo

Analisis Hubungan Inovasi Terhadap Kemandirian Desa

(Studi Kasus Pada Desa Wisata Pendidikan Ketahanan Pangan Dukuh Dan Desa Wisata
Proklim Karangtanjung)

Diajukan Oleh

1. Miftahul Ulum 4. Adib Khoerul Muntaha

2. Syarifah Ulfa Rohmah 5. Muhammad Nurul Musthofa

3. Angga Wahyu Nur Huda 6. Indrawansyah

TELAH DISETUJUI

Sohibul Labsos

2
DAFTAR ISI

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH.............................................................................................5


A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................5
B. PERMASALAHAN................................................................................................................7
C. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................9
BAB II KERANGKA KONSEPTUAL, OPERASIONAL, METODE, DAN MANFAAT PENELITIAN..............10
A. KAJIAN LITERATUR INOVASI DAN KEMANDIRIAN...............................................................10
B. DEFINISI KONSEPTUAL......................................................................................................23
C. DEFINISI OPERASIONAL.....................................................................................................23
D. METODE PENELITIAN........................................................................................................24
E. MANFAAT PENELITIAN......................................................................................................26
BAB III KEGIATAN, JADWAL, TIM PELAKSANA, DAN RENCANA PEMBELAJARAN...........................29
A. BENTUK DAN CAPAIAN KEGIATAN.....................................................................................29
B. JADWAL KEGIATAN...........................................................................................................30
C. TIM PELAKSANA................................................................................................................32
C. RENCANA PEMBELAJARAN................................................................................................33
BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN............................................................................................35
BAB V TEMUAN PENELITIAN.....................................................................................................37
A. INOVASI DAN KEMANDIRIAN DESA WISATA KAMPUNG IKLIM KARANGTANJUNG.............37
A.1. INOVASI.....................................................................................................................37
A.2. KEMANDIRIAN...........................................................................................................41
B. INOVASI DAN KEMANDIRIAN DESA WISATA PENDIDIKAN DAN KETAHANAN PANGAN
DUKUH.................................................................................................................................43
B.1. INOVASI.....................................................................................................................43
B.2. KEMANDIRIAN...........................................................................................................48
BAB VI MODEL PENGEMBANGAN INOVASI DAN KEMANDIRIAN.................................................50
A. ISU STRATEGIS INOVASI PADA DESA WISATA..................................................................50
A.1. PENEMUAN INOVASI..................................................................................................51

3
1. KALKULASI PELUANG TERHADAP POTENSI SUMBERDAYA................................................51
A.2. FORMULASI INOVASI..................................................................................................52
1. KALKULASI DISTRIBUSI MANFAAT..................................................................................52
2. KALKULASI DISTRIBUSI RISIKO........................................................................................53
A.3. PENGELOLAAN IMPLEMENTASI INOVASI.....................................................................53
1. STANDARISASI PENGELOLAAN, PRODUK, DAN LAYANAN.............................................54
A.4. PENGEMBANGAN INOVASI.........................................................................................57
B. MODEL PENGEMBANGAN INOVASI TERHADAP KEMANDIRIAN........................................58
BAB VII SIMPULAN...................................................................................................................59
A. SIMPULAN....................................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................61

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kajian literatur Inovasi


Tabel 2. Kajian literatur Kemandirian
Tabel 3. Kerangka Operasional Inovasi
Tabel 4. Kerangka Operasional Kemandirian
Tabel 5. Manfaat Penelitian
Tabel 6. Penerima Manfaat Penelitian
Tabel 7. Bentuk dan Deskripsi Kegiatan
Tabel 8. Jadwal Kegiatan
Tabel 9. Tim Pelaksana
Tabel 10. Rencana Capaian Pembelajaran
Tabel 11. Mata Pencaharian Penduduk Pandowoharjo

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model Inovasi dan Kemandirian

LAMPIRAN

1. Instrumen Wawancara
2. TOR Wawancara
3. Dokumentasi Kegiatan dan Lapangan

4. Surat surat

5
BAB I LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG

Negara Indonesia telah mengalami kemajuan di banyak sektor. Namun, tanpa


disadari negara ini telah meninggalkan permasalahan pemerataan pembangunan di
pedesaan. Kota merupakan tempat sumber daya terkonsentrasi dan terserap, sementara itu
di wilayah pedesaan mengalami penipisan sumber daya yang berlebihan. ketimpangan
terjadi antara desa dan kota, wilayah indonesia timur dan barat, dan wilayah jawa dan luar
jawa. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilampirkan di Badan Pusat Statistik diperoleh
angka bahwa tingkat Gini Ratio tahun 2023 adalah sebesar 0,388. angka ini meningkat 0,007
poin jika dibandingkan dengan gini ratio tahun 2022 yang sebesar 0,381.
Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa (UU Desa) mengamanatkan bahwa
hakikat pembangunan desa merupakan upaya peningkatan kualitas hidup dan untuk
mensejahterakan kehidupan masyarakat desa. Oleh karena itu, pembangunan desa harus
melibatkan masyarakat desa dalam pola pemberdayaan (Kumolo, 2017 : 215).
Penyelenggaraan program pembangunan desa merupakan upaya untuk mewujudkan
perubahan sosial dengan tujuan utama memperbaiki seluruh aspek kehidupan masyarakat
(Henriyani, E. (2019). Berdasarkan UU Desa diatas secara tersirat mengandung makna desa
yang harus mulai mandiri dalam aspek ekonomi, politik, sosial dan elektronik.
Desa mandiri saat ini menjadi isu penting yang perlu diperhatikan secara lebih serius
serta didiskusikan lebih mendalam. Pasalnya, sejak disahkannya UU Desa, salah satu
kebijakan utama yang diterapkan adalah alokasi dana desa yang diperkirakan sebesar
Rp.800 Juta-Rp1,4 miliar per desa, diperoleh dari dana gabungan APBN, APBD Provinsi, dan
APBD kabupaten/ kota dalam berbagai bentuk antara lain Dana Desa, Alokasi Dana Desa dan
Bantuan (JPNN, 2014). Untuk menjamin kesejahteraan masyarakat desa, pemerintah pusat
memprioritaskan pertumbuhan pembangunan daerah di bidang pelayanan masyarakat,
yang ditunjukkan dengan kebijakan desentralisasi fiskal ke desa. Dana tersebut dapat

6
digunakan untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa, termasuk untuk
modal usaha Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sesuai Pasal 87-90 pada UU No 6/2014
dengan maksud untuk mendorong peningkatan skala ekonomi usaha produktif rakyat desa
(Sidik, F. (2015).
Salah satu Desa yang menjadi rujukan sebagai “Desa Mandiri” adalah Desa
Panggungharjo Bantul. Berbagai kajian terhadap Desa Panggungharjo menyoroti faktor
inovasi dan kemandirian sebagai kunci keberhasilan desa. Salah satu contoh yang banyak
dikaji di Desa Panggungharjo adalah Peran BUMDes ( Badan Usaha Milik Desa ) Panggung
Lestari dalam memberdayakan masyarakat berjalan sangat baik. Hal ini merupakan inisiasi
dari masyarakat yang kemudian difasilitasi oleh pemerintah desa Panggungharjo sehingga
BUMDes berdiri secara resmi dan mempunyai kekuatan hukum yang resmi. Kerjasama yang
dilakukan membawa BUMDes bisa mencapai tujuannya. BUMDes Panggung Lestari
berperan dalam memfasilitasi masyarakat Desa Panggungharjo seperti pemasaran produk
warga desa, mengelola sampah, program satu rumah satu sarjana dan masih banyak lagi.

Seperti halnya Desa Panggungharjo, Desa Pandowoharjo juga merupakan rujukan


terbaik dalam hal isu kemandirian dan inovasi. Telah diakui oleh banyak pihak, bahwa desa
pandowoharjo merupakan desa yang inovatif seperti salah satunya adalah Desa Wisata
Pendidikan dan Ketahanan Pangan Dukuh dan kampung proklim. Oleh karena itu, kami akan
melakukan penelitian dan kajian lebih mendalam terkait “ hubungan inovasi dengan
kemandirian desa ‘’. Kami juga dipandu oleh YSID Desa Panggungharjo dalam riset dan
kajian ini.

Desa Wisata Pendidikan dan Ketahanan Pangan Dukuh adalah bentuk inovasi desa
wisata yang menawarkan kegiatan pembelajaran seperti Omah Pinter, Omah Paseduluran,
Penciptaan gas skala rumah tangga, budidaya jamur, budidaya susu sapi, kerajinan lilin,
belajar naik kuda, dan banyak lainnya.

Adapun Kampung Proklim merupakan inovasi yang dilakukan dengan salah satunya
membuat wadah penampungan air hujan di bawah tanah dan akan disimpan untuk siaga
terhadap musim kemarau. Tujuan utama Kampung Proklim adalah membuat desa yang
tahan terhadap perubahan cuaca yang sulit diprediksi.

7
Berdasarkan pendahuluan di atas riset ini bertujuan untuk memvalidasi antara
hubungan inovasi terhadap kemandirian desa, yang nantinya akan dijadikan sebuah kajian
dan diterapkan untuk penyelesaian masalah-masalah yang ada di panggungharjo. adapun
kegiatan riset ini dilakukan di desa Pandowoharjo sleman. Riset yang akan dilakukan
meliputi dua isu menarik yaitu Desa Wisata Pendidikan dan Ketahanan Pangan Dukuh dan
Kampung Wisata Proklim Karangtanjung. Dengan bimbingan dari kepala YSID (Yayasan
sanggar inovasi desa) yang ada di desa Panggungharjo. Kelompok labsos desa
Panggungharjo melakukan riset di Desa Pandowoharjo sebagai lokus penelitian.

B. PERMASALAHAN

Isu-isu desa masih menjadi persoalan yang perlu untuk dikaji lebih mendalam, hal ini
dikarenakan menjadi salah satu upaya guna peningkatan desa tersebut seperti kemandirian
dan inovasi. Dalam UU Desa no 6 tahun 2014 disebutkan, bahwa desa perlu dilindungi dan
diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat
menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan
menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.
Desa diberikan kewenangan dalam mengurus urusan dalam rumah tangganya sendiri
seperti dalam perencanaan, pelaksanaan dan juga manfaat bagi penyelenggara
pembangunan desa maju, kuat, serta mandiri. Dalam mewujudkan desa yang mandiri
apakah diperlukan sebuah inovasi dalam menggerakan dan mengembangkan ekonomi di
desa.
Hills (2008) mendefinisikan inovasi sebagai ide, praktek atau objek yang dianggap
baru oleh seorang individu atau unit pengguna lainnya. Suryana (2003) inovasi yaitu sebagai
kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan dan
peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
Inovasi dapat dimaknai sebagai kreativitas manusia untuk memecahkan suatu masalah
dengan melakukan perubahan untuk menambah nilai.

8
Kemandirian merupakan keadaan atau kondisi tertentu yang ingin dicapai oleh
individu atau sekelompok manusia yang tidak lagi tergantung pada bantuan pihak ketiga
dalam mengamankan kepentingan dirinya (Verhagen, 1996). Oleh karena itu, Kemandirian
desa merupakan kondisi ketidakbergantungan serta kemampuan untuk mendayagunakan
dan mengembangkan sumber daya manusia lokal di desa tersebut agar menciptakan
kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan.
Dalam menciptakan desa inovasi dan desa mandiri di D.I. Yogyakarta telah ada
beberapa desa yang dapat disebut desa mandiri dan desa inovasi. Salah satunya adalah desa
Pandowoharjo yang oleh Jadesta dimasukkan sebagai salah salah satu desa wisata maju
melalui desa wisata proklim. Selain itu ada juga Desa Wisata Pendidikan dan Ketahanan
Pangan Dukuh yang ada di desa Pandowoharjo yang merupakan salah satu inovasi desa.
Salah satu upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, warga Desa Pandowoharjo
melakukan sebuah inovasi yaitu Desa Wisata Pendidikan dan Ketahanan Pangan Dukuh,
inovasi itu muncul setelah adanya kunjungan dari SMA Dian Harapan Jakarta yang menginap
di homestay yang ada di Dusun Dukuh, yang kemudian muncul ide untuk membuat desa
wisata yang menawarkan kegiatan pembelajaran seperti Omah Pinter, Omah Paseduluran,
Penciptaan gas skala rumah tangga, budidaya jamur, budidaya susu sapi, kerajinan lilin,
belajar naik kuda, dan banyak lainnya.
Inovasi ini diharapkan mampu menstabilkan perekonomian dan pemerataan
kesejahteraan dari masyarakat pandowoharjo khususnya di dusun dukuh yang dimana ini
dimaknai sebagai suatu proses evolusi pembangunan dan pengoptimalisasian terhadap
sumber daya lokal.
Inovasi yang akan dilakukan riset selanjutnya adalah Kampung Proklim. Pada tahun
2017, Karangtanjung yang merupakan dusun dari pandowoharjo memenangkan sebuah
lomba proklim tingkat Kabupaten Sleman. Perlombaan Proklim merupakan perlombaan
yang diselenggarakan oleh kementerian lingkungan hidup yang bertujuan menanggulangi
dampak dari aktivitas manusia yang sangat merugikan lingkungan antara lain, rumah kaca,
pembakaran sampah, dan lain sebagainya. (jadesta.kemenparekraf) karena kesadaran diri
masyarakat untuk mengembangkan padukuhan maka Karangtanjung mengembangkan dan

9
melestarikan tradisi budaya antara lain, kenduri, wiwit, sampai dengan permainan
tradisional anak-anak.
Kampung Iklim merupakan kampung yang terbentuk dari partisipasi aktif masyarakat
dan seluruh pihak untuk meningkatkan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim,
Program Kampung Iklim (ProKlim) adalah program berlingkup nasional yang dikelola oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam rangka meningkatkan keterlibatan
masyarakat dan pemangku kepentingan lain untuk melakukan penguatan kapasitas adaptasi
terhadap dampak perubahan iklim serta penurunan emisi gas rumah kaca serta memberikan
pengakuan terhadap upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang telah dilakukan guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan masalah yang ada, maka rumusan masalah yang ada antara lain sebagai
berikut :

1. Apakah ada hubungan antara inovasi Desa Wisata Pendidikan dan Ketahanan
Pangan dengan kemandirian desa dan masyarakat ? jika ada maka,
➔ Bagaimana pola hubungan antara inovasi Desa Wisata Pendidikan dan
Ketahanan Pangan terhadap kemandirian desa dan masyarakat ?
2. Apakah ada hubungan antara inovasi Kampung Proklim dengan kemandirian
desa dan masyarakat ? jika ada maka,
➔ Bagaimana pola hubungan antara inovasi Kampung Proklim terhadap
kemandirian desa dan masyarakat ?

10
BAB II KERANGKA KONSEPTUAL, OPERASIONAL, METODE, DAN MANFAAT
PENELITIAN

A. KAJIAN LITERATUR INOVASI DAN KEMANDIRIAN

Berikut ini daftar literatur untuk kajian Inovasi:


1. Sunarto, A. (2020). Pengembangan Sumber Daya Manusia dengan Berbasis Inovasi
Untuk Menghadapi Revolusi Industri 4.0. Jurnal Ilmiah Manajemen, Ekonomi, &
Akuntansi (MEA), 4(2), 397-407.
2. Ambarwati, D., Wibowo, U. B., Arsyiadanti, H., & Susanti, S. (2021). Studi literatur:
Peran inovasi pendidikan pada pembelajaran berbasis teknologi digital. Jurnal Inovasi
Teknologi Pendidikan, 8(2), 173-184.
3. Hadiyati, E. (2011). Kreativitas dan inovasi berpengaruh terhadap kewirausahaan
usaha kecil. Jurnal Manajemen dan kewirausahaan, 13(1), 8-16.
4. Wijaya, R. A., Qurratu’aini, N. I., & Paramastri, B. (2019). Pentingnya Pengelolaan
Inovasi Dalam Era Persaingan. Jurnal Manajemen dan Bisnis Indonesia, 5(2), 217-227.
5. Hasan, M. (2015). Inovasi dan modernisasi pendidikan pondok Pesantren. KARSA:
Journal of Social and Islamic Culture, 23(2), 296-306.
6. Fatimah, I. F. (2021). Strategi inovasi kurikulum. EduTech: Jurnal Edukasi Dan
Teknologi Pembelajaran, 2(1), 16-30.
7. Djamrut, D. E. (2015). Inovasi pelayanan publik di kecamatan sungai kunjang Kota
Samarinda. Jurnal Ilmu Pemerintahan, 3(3), 1472-1486.
8. Setianto, W. A. (2016). Inovasi e-Health Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Jurnal Ilmu
Komunikasi, 14(3), 151-164.
9. Sudrajat, T., Komarudin, O., & Zaqiah, Q. Y. (2020). Inovasi Kurikulum dan
Pembelajaran pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 6(3),
339-347.

Berikut ini daftar literatur untuk kajian kemandirian:


1. Endah, K. (2019). Mewujudkan kemandirian desa melalui pengelolaan badan usaha

11
milik desa. Moderat: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 4(4), 25-33.
2. Sidik, F. (2015). Menggali potensi lokal mewujudkan kemandirian desa. JKAP (Jurnal
Kebijakan dan Administrasi Publik), 19(2), 115-131.
3. Rusdiana, S. (2023). Memperkuat Kemandirian Desa: Peran Penting Desa dalam
Mewujudkan Bela Negara. Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia, 5(2), 339-357.
4. Alhaqi, R. N. (2022). Pengaruh Dana Desa Terhadap Perkembangan Kemandirian
Desa di Kecamatan Gantung. Jurnal Bisnis, Manajemen, dan Ekonomi, 3(2), 75-97.
5. Amalia, A. D., & Syawie, M. (2015). Pembangunan Kemandirian Desa melalui konsep
pemberdayaan: Suatu Kajian dalam perspektif sosiologi. Sosio Informa: Kajian
Permasalahan Sosial Dan Usaha Kesejahteraan Sosial, 1(2)
6. Triyanto, D. (2018). Analisis Kinerja Pendamping Desa Dalam Upaya Membangun
Kemandirian Desa. Mimbar: Jurnal Penelitian Sosial Dan Politik, 7(2), 56-62.
7. Mulyani, H. S., & Sudirno, D. (2021). Penguatan Pengelolaan Keuangan Desa Dan
Optimalisasi Peran BUMDes Terhadap Kemandirian Desa. J-Aksi: Jurnal Akuntansi
Dan Sistem Informasi, 2(1), 87-98.
8. Rantina, M. (2015). Peningkatan Kemandirian Melalui Kegiatan Pembelajaran
Practical Life. Jurnal Pendidikan Usia Dini, 9(1), 181-200.
9. Mulyadi, M., & Syahid, A. (2020). Faktor pembentuk dari kemandirian belajar siswa.
Al-Liqo: Jurnal Pendidikan Islam, 5(02), 197-214.

12
Tabel 1. Kajian literatur Inovasi

NO LITERATUR JUDUL TOPIK UTAMA KONSEP KUNCI KERANGKA OPERASIONAL

1 Sunarto, A. (2020). Pengembangan Inovasi, kerangka ● Revolusi ini adalah perubahan ● Perlu adanya dukungan dari manajer
Pengembangan Sumber Daya kerja, pengembangan dalam proses produksi. agar inovasi menjadi sukses,
Sumber Daya Manusia Manusia dengan SDM, kinerja ● inovasi merupakan sesuatu yang ● Aspek penting lainnya dalam
dengan Berbasis Berbasis Inovasi organisasi harus dimiliki dan dibangun oleh pengembangan SDM untuk inovasi
Inovasi Untuk untuk Menghadapi organisasi. Melalui proses adalah sistem penghargaan.
Menghadapi Revolusi Revolusi Industri inovasi tersebut dapat tercipta
Industri 4.0. Jurnal 4.0 nilai tambah barang dan jasa
Ilmiah Manajemen, sehingga tercipta berbagai
Ekonomi, & Akuntansi keuntungan
(MEA), 4(2), 397-407.

2 Ambarwati, D., Studi Literatur: Pendidikan ● Inovasi pendidikan dapat ● Pembuat kebijakan pun harus responsif
Wibowo, U. B., Peran Inovasi inovasi, Digital diartikan sebagai sesuatu hal akan hal tersebut agar pembelajaran
Arsyiadanti, H., & Pendidikan pada teknologi, dan yang baru bagi seseorang atau dapat berlangsung secara efektif dan
Susanti, S. (2021). Pembelajaran Teknologi sekelompok orang yang efisien.
Studi literatur: Peran Berbasis Teknologi pemanfaatan bertujuan untuk mencapai ● Kualitas pendidikan perlu ditingkatkan
inovasi pendidikan Digital tujuan tertentu atau dalam kurikulum sehingga dapat
pada pembelajaran memecahkan masalah menghasilkan siswa dengan
berbasis teknologi ● Inovasi adalah proses kebaruan keterampilan kompetensi abad 21,
digital. Jurnal Inovasi dalam segala bidang sehingga inovasi pendidikan menjadi hal
Teknologi Pendidikan, pembangunan suatu bangsa. yang ditekankan dan diutamakan dalam
8(2), 173-184. Inovasi merupakan bidang pendidikan.
pengembangan pengetahuan

13
NO LITERATUR JUDUL TOPIK UTAMA KONSEP KUNCI KERANGKA OPERASIONAL

untuk menciptakan atau


memperbaiki proses atau sistem
yang baru secara signifikan

3 Hadiyati, E. (2011). Kreativitas dan kreativitas, inovasi, ● inovasi sebagai ide, praktek atau ● RPJMN pada tahun 2004-2009
Kreativitas dan inovasi Inovasi kewirausahaan dan obyek yang dianggap baru oleh menekankan program pengembangan
berpengaruh terhadap Berpengaruh usaha kecil seorang individu atau unit sistem pendukung usaha bagi UMKM
kewirausahaan usaha Terhadap pengguna lainnya. Suryana dan program pengembangan
kecil. Jurnal Kewirausahaan ● inovasi yaitu: “sebagai kewirausahaan dan
Manajemen dan Usaha Kecil kemampuan untuk menerapkan ● kemampuan bersaing
kewirausahaan, 13(1), kreativitas dalam rangka
8-16. memecahkan persoalan dan
peluang untuk meningkatkan
dan memperkaya kehidupan”
● Kreativitas adalah inisiatif
terhadap suatu produk atau
proses yang bermanfaat, benar,
tepat, dan bernilai terhadap
suatu tugas yang lebih bersifat
heuristic

4 Wijaya, R. A., Pentingnya inovasi, manajemen ● Inovasi adalah salah satu bagian ● Persaingan di pasar global terus
Qurratu’aini, N. I., & Pengelolaan inovasi, kompetisi penting dalam persaingan meningkat setiap saat dan perusahaan
Paramastri, B. (2019). Inovasi Dalam Era karena hal ini dapat membawa perlu mengandalkan inovasi untuk tetap

14
NO LITERATUR JUDUL TOPIK UTAMA KONSEP KUNCI KERANGKA OPERASIONAL

Pentingnya Persaingan keunggulan bagi perusahaan unggul dan bersaing dengan pesaing
Pengelolaan Inovasi melalui penciptaan ide baru, mereka
Dalam Era Persaingan. proses baru, produk baru, atau
Jurnal Manajemen dan dengan peningkatan kondisi
Bisnis Indonesia, 5(2), bisnis saat ini.
217-227. ● inovasi dapat berarti segala hal
baru dalam bentuk ide, gagasan,
praktik atau objek/benda yang
secara sadar diterima untuk
diadopsi oleh suatu instansi,
kelompok, atau individu

5 Hasan, M. (2015). Inovasi Dan Inovasi, pendidikan, ● inovasi sering dipakai untuk ● Dalam konteks pesantren saat ini,
Inovasi dan Modernisasi modernisasi, menyatakan sebuah penemuan, setidaknya ada tiga aspek dalam
modernisasi Pendidikan Pondok pesantren karena hal yang baru itu modernisasi, inovasi, dan pembaruan
pendidikan pondok Pesantren merupakan hasil sebuah pesantren, yaitu pada aspek metode, isi
Pesantren. KARSA: penemuan materi, dan manajemen pengelolaannya.
Journal of Social and
Islamic Culture, 23(2),
296-306.

6 Fatimah, I. F. (2021). Strategi Inovasi Inovasi, Kurikulum ● Inovasi adalah suatu gagasan, ● Guru perlu pemberian informasi yang
Strategi inovasi Kurikulum; Sebuah dan Strategi praktek atau objek suatu benda memadai dan perlu diberikan pelatihan.
kurikulum. EduTech: Tinjauan Teoritis yang dipandang baru oleh ● Paksaan dilakukan agar semua

15
NO LITERATUR JUDUL TOPIK UTAMA KONSEP KUNCI KERANGKA OPERASIONAL

Jurnal Edukasi Dan seseorang komponen pendidikan mau melakukan


Teknologi ● Inovasi merupakan alternatif perubahan atau melakukan pembaruan
Pembelajaran, 2(1), pemecahan masalah agar tercapai tujuan pendidikan.
16-30. ● Inovasi Kurikulum diartikan
sebagai sebuah pembaruan
dalam bidang kurikulum, atau
sesuatu yang dianggap baru dan
hal itu dilakukan untuk
memecahkan permasalahan
pendidikan

7 Djamrut, D. E. (2015). Inovasi Pelayanan Inovasi, Pelayanan ● Kreatif dan inovatif adalah suatu ● Manusia membutuhkan pelayanan,
Inovasi pelayanan Publik Di Publik kemampuan untuk konsep pelayanan ini akan selalu berada
publik di kecamatan Kecamatan Sungai memindahkan sumber daya pada kehidupan setiap manusia. Posisi
sungai kunjang Kota Kunjang Kota yang kurang produktif menjadi masyarakat yang berubah menjadi
Samarinda. Jurnal Ilmu Samarinda sumber daya yang produktif warganegara membuat para penyedia
Pemerintahan, 3(3), sehingga memberikan nilai pelayanan publik tidak hanya
1472-1486. ekonomi memposisikan masyarakat sebagai
konsumen, melainkan lebih jauh
masyarakat juga dilibatkan dalam setiap
pengambilan keputusan.

8 Setianto, W. A. (2016). Inovasi e-Health e-Health, difusi, ● Inovasi merupakan gagasan, ● Keberadaan e-Health Kota Surabaya
Inovasi e-Health Dinas Dinas Kesehatan inovasi,studi kasus praktek atau objek yang berawal dari kunjungan Walikota

16
NO LITERATUR JUDUL TOPIK UTAMA KONSEP KUNCI KERANGKA OPERASIONAL

Kesehatan Kota Kota Surabaya dianggap baru oleh seseorang Surabaya Tri Rismaharini ke rumah sakit
Surabaya. Jurnal Ilmu atau sekelompok orang pemerintah dan puskesmas yang melihat
Komunikasi, 14(3), antrian calon pasien yang begitu
151-164. panjang.
● Program e-Health tidak akan dapat
berjalan dan berhasil dengan baik tanpa
didukung dengan sarana dan prasarana
yang baik dan memadai dan oleh
instansi-instansi terkait di pemerintahan
Kota Surabaya.

9 Sudrajat, T., Inovasi Kurikulum Kurikulum inovasi, ● Inovasi berasal dari kata latin ● Lembaga pendidikan, khususnya sekolah
Komarudin, O., & dan Pembelajaran pengajaran, pandemi innovation yang berarti sudah seharusnya memberikan dorongan dan
Zaqiah, Q. Y. (2020). Pada Masa Covid-19 pembaharuan dan perubahan fasilitasi kepada para guru untuk berinovasi.
Inovasi Kurikulum dan Pandemi Covid-19 ● inovasi merupakan perubahan, ● Terdapat peran penting dari guru sebagai
Pembelajaran pada dalam hal ini perubahan karena aktor pembelajaran secara virtual untuk
Masa Pandemi Covid- situasi pandemi (wabah) Covid- secara jernih melakukan evaluasi.
19. Jurnal Ilmiah 19
Wahana Pendidikan,
6(3), 339-347.

17
Tabel 2. Kajian literatur Kemandirian

NO LITERATUR JUDUL TOPIK UTAMA KONSEP KUNCI KERANGKA OPERASIONAL

1 Endah, K. (2019). Mewujudkan Kemandirian Desa, ● Dalam ilmu sosial, kemandirian ● Keikutsertaan masyarakat untuk
Mewujudkan Kemandirian Desa Pengelolaan, (resilience) sering berpartisipasi.
kemandirian desa Melalui Pengelolaan BUMDes dipersamakan dengan istilah ● Kerjasama dan memiliki komitmen
melalui pengelolaan Badan Usaha Desa otonom, tidak bergantung atau antara masyarakat dan pemerintah.
badan usaha milik desa. bebas, mengelola diri sendiri ● Memperdayakan kemampuan sumber
Moderat: Jurnal Ilmiah dan keberlanjutan diri. daya manusia dan pemanfaatan
Ilmu Pemerintahan, ● kemandirian masyarakat potensi desa.
4(4), 25-33. merupakan keadaan atau
kondisi tertentu yang ingin
dicapai seorang individu atau
sekelompok manusia yang
tidak lagi tergantung pada
bantuan pihak ketiga dalam
mengamankan kepentingan
dirinya.

2 Sidik, F. (2015). Menggali Potensi BUMDes, desa ● Kemandirian Desa Bleberan ● Modal sosial warga menjadi hal yang
Menggali potensi lokal Lokal Mewujudkan mandiri, Desa dimaknai sebagai upaya yang substantif
mewujudkan Kemandirian Desa Bleberan, modal dilakukan oleh warga setempat ● Kerjasama, kesatuan tujuan dan
kemandirian desa. JKAP sosial melalui kapasitas institusi persepsi antar warga, serta warga
(Jurnal Kebijakan dan pemerintah desa dan bersama organisasi desa maupun
Administrasi Publik), emansipasi warga yang dimiliki institusi pemerintah desa untuk

18
NO LITERATUR JUDUL TOPIK UTAMA KONSEP KUNCI KERANGKA OPERASIONAL

19(2), 115-131. agar mampu mendayagunakan pengembangan desa


kemampuan, prakarsa/inisiatif
dan gerakan desa secara
kolektif (bekerja sama) dalam
mengembangkan sumber-
sumber potensi-aset daerah
yang dimiliki baik fisik maupun
nonfisik sebagai desa wisata
yang dimilikinya

3 Rusdiana, S. (2023). Memperkuat Kemandirian Desa; ● Dalam konteks ketatanegaraan, ● Konsep desentralisasi dan otonomi
Memperkuat Kemandirian Desa: Desentralisasi; Bela kemandirian ini bermakna ● Pemetaan potensi desa
Kemandirian Desa: Peran Penting Desa Negara bahwa pemerintah desa tidak Konsep Desentralisasi
Peran Penting Desa dalam Mewujudkan lagi sepenuhnya bergantung a. desentralisasi wewenang pemerintah
dalam Mewujudkan Bela kepada pemerintah pusat yang harmonis dengan sistem
Bela Negara. Jurnal Negara dalam berbagai bentuk proses kelembagaan negara ( Infrastruktur
Pembangunan Hukum pembuatan keputusan yang yang memadai, dan sistem
Indonesia, 5(2), 339- berkaitan dengan perekonomian yang kuat, kerja sama
357. permasalahan dan dengan desa lain, dengan membentuk
pemanfaatan potensi serta sebuah persatuan daerah pedesaan
sumber daya yang terdapat di dapat mengakselerasi pengembangan
desa tersebut infrastruktur unit-unit desa terkait)
b. Desentralisasi fiskal (distribusi
anggaran dari tingkat pemerintahan

19
NO LITERATUR JUDUL TOPIK UTAMA KONSEP KUNCI KERANGKA OPERASIONAL

yang lebih tinggi kepada


pemerintahan yang lebih rendah)
untuk membantu merealisasikan dan
pemanfaatan potensi sumber daya
yang lebih akurat.

4 Alhaqi, R. N. (2022). Pengaruh Dana Desa Dana Desa, Village ● Perkembangan kemandirian ● Kerangka kerja pembangunan
Pengaruh Dana Desa Terhadap Fund, Perkembangan desa merupakan suatu proses berkelanjutan di mana aspek sosial,
Terhadap Perkembangan Kemandirian Desa, atau tahapan perubahan secara ekonomi, dan ekologi menjadi
Perkembangan Kemandirian Desa di Development of positif dari suatu kesatuan kekuatan yang saling mengisi dan
Kemandirian Desa di Kecamatan Gantung Village Independence masyarakat hukum yang menjaga potensi serta kemampuan
Kecamatan Gantung. memiliki batas wilayah atau Desa untuk mensejahterakan
Jurnal Bisnis, yang disebut desa menjadi kehidupan Desa
Manajemen, dan lebih maju atau lebih baik ● Pemberdayaan masyarakat Desa harus
Ekonomi, 3(2), 75-97. sehingga akhirnya desa mampu menghasilkan pemerataan dan
untuk mandiri. keadilan.

5 Amalia, A. D., & Syawie, Pembangunan desa, kemandirian, ● Istilah kemandirian (resilience) ● Perilaku kolektif masyarakat
M. (2015). Kemandirian Desa pemberdayaan sering dipersamakan dengan melakukan perubahan sosial
Pembangunan melalui konsep istilah otonom, tidak (perubahan sosial diri manusia dari
Kemandirian Desa pemberdayaan: Suatu bergantung atau bebas, situasi ketergantungan terhadap
melalui konsep Kajian dalam mengelola diri sendiri dan bantuan menjadi lebih mandiri atas
pemberdayaan: Suatu perspektif sosiologI keberlanjutan diri. Sedangkan dasar inisiatif dan kreativitas
Kajian dalam perspektif suatu masyarakat masyarakat setempat)

20
NO LITERATUR JUDUL TOPIK UTAMA KONSEP KUNCI KERANGKA OPERASIONAL

sosiologi. Sosio Informa: (community/society) terdiri ● Ketercapaian partisipasi masyarakat


Kajian Permasalahan dari person-person dalam ● Pengembangan gerakan masyarakat
Sosial Dan Usaha wilayah tertentu, memiliki satu (Gerakan itu dimaksudkan sebagai
Kesejahteraan Sosial, atau lebih ikatan bersama dan upaya menggerakan sebuah masa
1(2) saling berinteraksi sosial kritis secara terorganisasi dalam
berpartisipasi masyarakat yang penuh
dengan inisiatif, tidak tersentralisir,
dan mandiri sehingga keadilan,
keberlanjutan dan ketercukupan)
● masyarakat diberikan kepercayaan
berupa hak untuk mengelola sumber
daya alam yang mereka miliki dan
mempergunakan untuk membangun
masyarakatnya

6 Triyanto, D. (2018). Analisis Kinerja Kinerja Pendamping ● Kemandirian desa adalah ● Kerjasama (dengan desa lain)
Analisis Kinerja Pendamping Desa Desa, Kemandirian kesejahteraan masyarakat yang ● Komunikasi yang baik (pendamping
Pendamping Desa Dalam Upaya Desa, Bengkulu terwujud. desa, masyarakat dan pemerintahan
Dalam Upaya Membangun Tengah desa dengan baik)
Membangun Kemandirian Desa. ● Akuntabilitas
Kemandirian Desa.
Mimbar: Jurnal
Penelitian Sosial Dan
Politik, 7(2), 56-62.

21
NO LITERATUR JUDUL TOPIK UTAMA KONSEP KUNCI KERANGKA OPERASIONAL

7 Mulyani, H. S., & Penguatan Kemandirian desa, ● Desa mandiri adalah desa maju ● Penguatan terhadap pengelolaan
Sudirno, D. (2021). Pengelolaan pengelolaan yang memiliki kemampuan keuangan desa
Penguatan Pengelolaan Keuangan Desa Dan keuangan desa, melaksanakan pembangunan ● Optimalisasi peran BUMDes (sebagai
Keuangan Desa Dan Optimalisasi Peran peran BUMDes desa untuk peningkatan salah satu lembaga ekonomi di desa
Optimalisasi Peran BUMDes Terhadap kualitas hidup dan sebesar- maka akan dapat membantu
BUMDes Terhadap Kemandirian Desa besarnya kesejahteraan masyarakat desa untuk meningkatkan
Kemandirian Desa. J- masyarakat desa dengan taraf kehidupannya terutama dalam
Aksi: Jurnal Akuntansi ketahanan sosial, ketahanan segi ekonomi)
Dan Sistem Informasi, ekonomi, dan ketahanan
2(1), 87-98. ekologi Secara berkelanjutan.

8 Rantina, M. (2015). Peningkatan Anak Usia Dini, ● Kemandirian adalah ● Pengambilan keputusan
Peningkatan Kemandirian Melalui Kemandirian, kemampuan untuk ● Melakukan sesuatu untuk diri sendiri
Kemandirian Melalui Kegiatan Kegiatan mengarahkan dan ● Kesempatan untuk bertanggung jawab
Kegiatan Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran mengendalikan perasaan diri ● Mampu berinisiatif
Practical Life. Jurnal Practica practical life sendiri dalam berfikir dan ● Mampu mengatasi
Pendidikan Usia Dini, bertindak, bertanggung jawab, hambatan/masalah.
9(1), 181-200. memiliki kepercayaan diri,
disiplin

9 Mulyadi, M., & Syahid, Faktor Pembentuk Kemandirian, Faktor, ● Kemandirian adalah ● Mampu melakukan belajar sendiri
A. (2020). Faktor Dari Kemandirian Siswa kemampuan seseorang dalam ● Mampu menentukan cara belajar yang
pembentuk dari Belajar Siswa mewujudkan kehendak atau efektif
kemandirian belajar keinginannya secara nyata ● Mampu melaksanakan tugas-tugas

22
NO LITERATUR JUDUL TOPIK UTAMA KONSEP KUNCI KERANGKA OPERASIONAL

siswa. Al-Liqo: Jurnal dengan tidak bergantung pada belajar dengan baik dan mampu untuk
Pendidikan Islam, 5(02), orang lain melakukan aktivitas belajar secara
197-214. mandiri
● Mampu menerapkan pada kehidupan
sehari hari.

23
B. DEFINISI KONSEPTUAL

Berdasarkan literatur di atas dapat disimpulkan secara sederhana terkait inovasi dan
kemandirian yaitu, sebagai berikut :
Inovasi merupakan suatu kreativitas manusia yang berfungsi untuk memecahkan suatu
masalah dengan melakukan perubahan dan bertujuan menambah nilai.
Adapun Kemandirian adalah kondisi ketidakbergantungan serta kemampuan untuk
mendayagunakan dan mengembangkan sumber daya manusia lokal di desa tersebut agar
menciptakan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan.

C. DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 3. Kerangka Operasional Inovasi

Independen Variabel Konsep Operasional

Kreativitas ● Imajinasi, pengetahuan dan keterampilan


● kalkulasi resiko

Memecahkan Masalah ● Analisis masalah


● Manajemen pengetahuan /
pembelajaran

Menambah nilai ● Kemampuan bersaing


● Manajemen perubahan

Dampak dan manfaat ● Peningkatan kinerja Keuntungan


● Berkelanjutan

Tabel 4. Kerangka Operasional Kemandirian

Independen Variabel Konsep Operasional

Ketidakbergantungan: ● Keluasan dan kualitas Partisipasi

Kemampuan Mengembangkan ● Kapasitas daya dukung kebijakan dan

24
Sumber Daya anggaran
● Kapasitas pelaku

D. METODE PENELITIAN

Kegiatan labsos kali ini yang diadakan oleh Universitas Nahdlatul Ulama dengan
menggandeng Desa Panggungharjo sebagai mitra kerja sehingga menjadi objek kajian bagi
mahasiswa labsos angkatan 5 dan sebagai tempat kegiatan kajian kasus nyata. Dalam studi
kasus ini akan menggunakan metode kualitatif, adapun metode kualitatif sendiri menurut
Saryono (2010) mengungkapkan bawah studi kualitatif dirancang untuk menyelidiki,
menemukan, menjelaskan, serta menjelaskan kualitas atau keistimewaan dampak sosial
yang tidak dapat dijelaskan, diukur, atau dijelaskan dengan pendekatan kualitatif, yaitu
penelitian. Jadi secara tidak langsung metode ini menerapkan sistem tatap langsung dalam
keterlibatan subjek dan objek. Begitu juga Creswell (2016:4) menjelaskan bahwa penelitian
kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang
oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau
kemanusiaan.
Pada pelaksanaannya kelompok labsos Desa Panggungharjo dengan melakukan
terjun lapangan untuk mengamati secara langsung terhadap isu permasalahan yang ada
terkait Desa wisata pendidikan ketahanan pangan dukuh dan kampung wisata iklim
karangtanjung di Pandowoharjo. Data yang diperlukan dalam metode pengamatan ini yaitu
mengamati secara langsung di lokasi atau observasi, pelaksanaan proses, serta manfaat
yang diperoleh dengan program-program yang dilakukan oleh Desa Pandowoharjo. dengan
menggunakan Teknik mengumpulkan data yang dilakukan melalui Tanya jawab atau
melakukan wawancara secara langsung dengan sumber data seperti Kepala Desa,
lurah,Tokoh Masyarakat sekitar, Perangkat Desa, dan para Stafnya yang merupakan sebuah
informan yang menjadi subjek penelitian.

Adapun teknik yang digunakan dalam kajian kali ini adalah sebagai berikut :
a. Teknik Interview ( wawancara)

25
Pengumpulan Data dengan Wawancara (Interview) Menurut Esterberg dalam
Sugiyono (2019), wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu. Jadi, Teknik ini mengumpulkan data yang
dilakukan melalui Tanya jawab secara langsung dengan sumber data seperti Kepala
Desa, Tokoh Masyarakat, Perangkat Desa, dan para Stafnya yang merupakan
informan yang menjadi subjek penelitian dan wawancara secara mendalam oleh
peneliti.
Manfaat utama dalam melakukan wawancara adalah memungkinkan terjadinya
komunikasi tatap muka langsung antara sumber informasi dan pencari informasi.
Tujuan wawancara ini adalah untuk mengumpulkan sebuah informasi yang relevan
dan jelas terkait tentang topik tersebut.
Data wawancara dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu tentang isu - isu dari
program Desa wisata pendidikan ketahanan pangan dukuh dan desa wisata proklim
karangtanjung yang ada di desa Pandowoharjo. serta menyelesaikan masalah
masalah yang ada dalam program program tersebut. (Ruang Lingkup, Kuantitas)

b. Teknik dokumentasi
Dalam kegiatan ini juga terdapat sumber data yang berasal dari bukan
manusia seperti dokumen, foto-foto dan bahan statistik. Menurut Sugiyono
(2018:476) dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan data
dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang
berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian. Oleh karena itu
Metode dokumentasi ini merupakan salah satu sebuah bentuk pengumpulan data
yang paling mudah, karena peneliti hanya mengamati benda mati dan apabila
mengalami kekeliruan mudah untuk merevisinya karena sumber datanya tetap dan
tidak berubah.
Secara umum hal ini dilakukan untuk mendapat informasi yang lebih lengkap.
Pendekatan melalui beberapa cara antara lain melalui wawancara secara langsung,
observasi lokasi, pertemuan dengan masyarakat sekitar, dengan kepala desa, dengan

26
wisatawan,staf dan segenap perangkat yang ikut dalam melaksanakan 2 (dua)
program yang ada di desa Pandowoharjo tersebut.

c. Teknik Observasi
Menurut Sugiyono (2018:229) Observasi merupakan teknik pengumpulan
data yang memiliki ciri yang lebih spesifik bila dibandingkan dengan teknik lain.
Observasi juga tidak terbatas pada orang , tetapi juga objek-objek alam yang lain.
Peninjauan yang dilakukan saat observasi yaitu dengan melihat, merekam, menghitung,
mengukur serta mencatat kejadian-kejadian yang ada di lapangan tersebut. Kegiatan
observasi ini harus dilakukan dengan sistematis, sehingga kebenarannya dapat
dipertanggungjawabkan. Metode pengumpulan data satu ini sangat mudah dilakukan,
sehingga banyak yang menggunakannya dalam penelitian.

E. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat riset yang dilakukan di Desa Pandowoharjo dengan mengangkat 2 isu penting
yaitu : Pertama, Desa Wisata Pendidikan dan Ketahanan Pangan Dukuh. Kedua, Desa
Wisata Proklim Karangtanjung.

Tabel 5. Manfaat Penelitian


No. Capaian Manfaat (Outcome) Uraian Ringkas
1 Memvalidasi bahwa desa Mencari kebenaran dari teori yang kami ulas bahwa
inovasi itu termasuk desa inovasi itu mencakup pada kemandirian Desa
mandiri yang tidak dengan melakukan pendekatan kajian secara lebih
ketergantungan mendalam serta dilakukan dengan objek yang lebih
nyata. seperti Desa yang berpedoman pada pasal 87-
90 UU No 6/2014. Bahwa desa itu harus bisa
mandiri.
2 Menambah wawasan terkait Melakukan kajian pada literatur yang tersedia,
dengan inovasi dan mencari dan mendalami serta menguraikan dalam
kemandirian bentuk yang lebih sederhana sesuai yang kami

27
pahami.
3 Menjadi acuan dan referensi
untuk penelitian selanjutnya
Tentunya penelitian ini memberikan manfaat ke berbagai banyak pihak, salah satu
penerima manfaat dalam kegiatan program labsos ini antara lain penerima manfaat
langsung dan penerima manfaat tidak langsung, yang akan dijelaskan pada tabel di bawah
ini :

Tabel 6. Penerima Manfaat Penelitian


Penerima Manfaat Uraian Manfaat dan Relevansi Jumlah
Langsung
1 Masyarakat sekitar Memberi informasi kepada masyarakat Belum
sekitar terkait manfaat besar yang ada. Diketahui
2 Desa Wisata Memecahkan masalah masalah yang ada 1 tempat
Pendidikan dan di dalam Desa Wisata Pendidikan dan
Ketahanan Ketahanan Pangan Dukuh tersebut serta
Pangan mencari solusinya.
3 Desa wisata proklim Meningkatkan status desa wisata proklim 1 tempat
karangtanjung yang ada di jadesta dari maju menjadi
kategori mandiri.
4 YSID Panggungharjo Menemukan peluang baru untuk 1 tempat
meningkatkan kemandirian masyarakat
desa panggungharjo.
Tidak Langsung
1 Mahasiswa kelompok Mahasiswa bisa belajar membuat riset 6 Mahasiswa
labsos YSID Desa dan mengetahui masalah masalah yang
Panggungharjo sering terjadi di desa serta dapat
menyelesaikan masalah masalah tersebut
dan belajar cara menghadapi masalah
masalah serta juga belajar berbaur
dengan masyarakat maupun tetangga
tetangga.
2 Universitas Nahdlatul Masyarakat bisa mengetahui bahwa 1 Institut
Ulama Yogyakarta Universitas Nahdlatul Ulama bisa
mencetak mahasiswa mahasiswa
unggulan yang dapat dipercaya mengurusi

28
Penerima Manfaat Uraian Manfaat dan Relevansi Jumlah
desa dan bisa menyelesaikan masalah
masalah yang ada dengan benar. dan
membawa nama baik Universitas
Nahdlatul Ulama.

29
BAB III KEGIATAN, JADWAL, TIM PELAKSANA, DAN RENCANA PEMBELAJARAN

A. BENTUK DAN CAPAIAN KEGIATAN

Tabel 7. Bentuk dan Deskripsi Kegiatan


No Bentuk Kegiatan Deskripsi Kegiatan Capaian yang
diharapkan
1 Diskusi Kegiatan ini terdiri dari review Menyepakati kegiatan
singkat tentang Panggungharjo, labsos
dan penentuan kegiatan labsos
Kajian Literatur Kagiatan ini mengumpulkan dan Memperkaya literatur
2 dan Penentuan mengkaji terkait dengan isu dari dan sumber dan
Tema tema penelitian menemukan tema
Penelitian penelitian
3 Perancangan Kegiatan ini merupakan tahapan Terbentuknya
Konseptual, dalam perancangan konsep dan konseptuan,
Operasional, pemilihan topic operasioan dan topic
dan Pemilihan isu
Topic Isu
4 Penyusunan Kegiatan ini menyusun dan Proposal Kegiatan
Proposal dan mempresentasikan kepada Labsos
Presentasi dosen pembimbing
5 Penyusunan Kegiatan ini merupakan tahapan Mempunyai panduan
Instrumen untuk merumuskan dan untuk pengambilan
Penelitian mendetailkan instrumen untuk data
pengambilan data di lapangan
6 Observasi dan Kegiatan ini untuk mengetahui Pemetaan proses
sosialisasi kondisi dan memaparkan pengambilan data
kegiatan kegiatan selama pengambilan
data di tempat penelitian
7 Kegiatan ini adalah penerjunan Mendapatkan data
Pengambilan mahasiswa ke lapangan untuk dari lapangan
data pengamblan data sesuai topic isu
yang di teliti
8 Kegiatan menganalisis data yang Mendapatkan fakta
Analisis Data

30
No Bentuk Kegiatan Deskripsi Kegiatan Capaian yang
diharapkan
dihasilkan dari lapangan dari permasalahan
9 Penyusunan Tahapan menyusun hasil dari Laporan hasil
Hasil Analisis analisis data dari penelitian penelitian
Data
10 Review Hasil Kegiatan mereview hasil dari Mengoreksi laporan
Penelitian laporan penelitian hasil penelitian
11 Seminar Hasil Mempresentasikan hasil dari Memaparkan hasil
Penelitian penelitian kepada Universitas penelitian

B. JADWAL KEGIATAN

Tabel 8. Jadwal Kegiatan


Bulan
Kegiatan
Oktober November Desember Januari

Diskusi

Kajian Literatur dan


Penentuan Tema
penelitian
Perancangan
Konseptual,
Operasional, dan
Pemilihan Topic Isu
Penyusunan
Proposal dan
Presentasi
Penyusunan
Instrumen Penelitian
Observasi dan
sosialisasi kegiatan

Pengambilan data

Analisis Data

Penyusunan Hasil
Analisis Data
Review Hasil
Penelitian

31
Seminar Hasil
Penelitian

32
C. TIM PELAKSANA

Tabel 9. Tim Pelaksana


Program Posisi dalam Uraian Tugas dan Tanggung
No Nama
Studi Tim Jawab
1 Syarifah Ulfa Manajeme Ketua Memastikan kegiatan
n berjalan sesuai rencana yang
telah dibuat dan disepakati
bersama anggota dan
bergerak sesuai target yang
sudah di tentukan serta
memberikan informasi dan
melakukan komunikasi pada
shohibul labsos
2 Miftahul Ulum Manajeme Wakil Ketua Membantu ketua untuk
n memastikan kegiatan labsos
berjalan dengan lancar
membantu mengingatkan
anggota terkait tugasnya.
Membimbing dan
mengawasi sesuai dengan
tugas anggota masing
3 Angga Wahyu N. H Manajeme Pembantu Membantu anggota lain jika
n Umum sedang berhalangan atau
kesulitan mengerjakan suatu
hal.

4 Adib Khoerul M Manajeme Anggota Menjalankan tugas dan


n kewajiban
5 M. Nurul Musthofa Manajeme Anggota Membantu menyelesaikan
n tugas saat labsos
6 Indrawansyah Manajeme Anggota Membantu menyelesaikan
n tugas, atau hanya
mengerjakan tugas individu

33
C. RENCANA PEMBELAJARAN

Tabel 10. Rencana Capaian Pembelajaran


Rencana Bobot Waktu
Capaian Pembelajaran
No Kegiatan (Jam)
1 Observasi Mampu memahami dan menganalisis masalah, 40 jam
mengidentifikasi potensi dan sumber daya
pemecahan masalah, menyusun prioritas dan
alternatif pemecahan masalah, serta merancang
evaluasi alternatif pemecahan masalah.
2 Diskusi mahasiswa dapat mendapatkan beberapa 40 jam
pelajaran dalam diskusi dan bisa
mengungkapkan pendapat pribadi
3 Kajian Literatur mahasiswa dapat pembelajaran karena sering 40 jam
dan Penentuan membaca jurnal dalam kegiatan tersebut
Tema
penelitian
4 Perancangan mahasiswa harus berfikir kritis dalam kegiatan 40 jam
Konseptual, tersebut
Operasional,
dan Pemilihan
Topic Isu
5 Penyusunan dalam penyusunan mahasiswa bisa 40 jam
Proposal dan pembelajaran untuk menyusun proposal dan
Presentasi belajar membuat proposal yang baik
6 Penyusunan Kegiatan ini sangat menguras pikiran karena 40 jam
Instrumen butuh banyak sumber lokasi yang akan diteliti
Penelitian
7 Observasi dan mahasiswa belajar berinteraksi dengan 40 jam
sosialisasi masyarakat dan belajar menganalisis kegiatan
kegiatan
8 mahasiswa belajar pengambilan data di lapangan 120 jam
Pengambilan dan belajar wawancara dengan audiens yang
data telah ditentukan dalam kegiatan membuat
instrumen
9 Analisis mahasiswa belajar menganalisis penelitian dan 40 jam
Penelitian mencari solusi memecahkan masalah yang ada

34
Rencana Bobot Waktu
Capaian Pembelajaran
No Kegiatan (Jam)
10 mahasiswa belajar menyusun laporan penelitian 40 jam
Penyusunan
dengan baik dan benar menurut peraturan yang
Hasil Penelitian
ada
11 Review Hasil dalam kegiatan ini mahasiswa mereview hasil 40 jam
Penelitian penelitian dengan sangat detail
12 Seminar Hasil mahasiswa belajar mempresentasikan hasil 40 jam
Penelitian penelitian yang telah dibuat oleh kelompok
labsos desa panggungharjo

35
BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

Asal usul Desa Pandowoharjo bermula ketika pisowanan di Kraton Ngayogyakarta.


Lurah dari Kelurahan Brayut Bp. Karto Piyogo ketika dalam pisowanan menyampaikan
gagasannya bahwa perlu kiranya ada penggabungan beberapa kelurahan lama menjadi
kelurahan yang besar wilayahnya. Akhirnya pada tahun 1946 setelah merdeka 5 (lima)
Kelurahan lama yakni Kelurahan Sawahan, Kelurahan Majegan, Kelurahan Jabung,
Kelurahan Brayut, dan Kelurahan Tlacap, mengadakan pertemuan dan menghasilkan
penggabungan dari 5 (lima) kelurahan lama menjadi satu kelurahan yang diberi nama
Pandowoharjo yang mempunyai arti : Pandowo sendiri yang berarti 5 (lima), Raharjo yang
berarti selamat.
Desa Pandowoharjo ini terdiri dari 22 Padukuhan, 104 RT dan 47 RW, dengan
penduduk total kurang lebih 6000 kepala keluarga. Dengan batas wilayah Sebelah utara
Kelurahan Donokerto dan Donoharjo ,selatan Kelurahan Tridadi dan Sendangadi, timur
Kelurahan Sariharjo, dan barat Kelurahan Trimulyo. Lokasi desa Pandowoharjo cukup
strategis dan mudah dijangkau, yang mana letaknya berada kurang lebih 5 menit dari
kantor pemerintah daerah kabupaten Sleman dan 750 meter di sebelah utara rumah makan
Jejamuran.
Kelurahan Pandowoharjo sendiri memiliki potensi yang sangat besar, baik sumber
daya alam, sumber daya manusianya. pembangunan masyarakat kelurahan pada hakikatnya
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat secara keseluruhan agar lebih baik.
pada prinsipnya pembangunan adalah suatu proses dan usaha yang dilakukan oleh suatu
masyarakat secara sistematis untuk mencapai kondisi yang lebih baik.
Desa Pandowoharjo berupaya demi kesejahteraan masyarakat Pandowoharjo
dengan menciptakan sebuah inovasi yaitu Desa Wisata di dua Padukuhan : Dukuh yang
menusung tema “ Desa Wisata Pendidikan” dan Karangtanjung dengan tema “Kampung
Prokim”

36
Berdasarkan website Desa Pandowoharjo ( 05 september 2022 ) bahwa mata
pencaharian terbesar dari desa adalah sektor pertanian dengan jumlah 1.229 jiwa kemudian
disusul oleh wiraswasta 570. Hal ini dapat dilihat pada tabel.01 dibawah ini.

Tabel 11. Mata Pencaharian Penduduk Pandowoharjo

No Mata Pencaharian Jumlah Keterangan

1 Petani 157 jiwa

2 Pegawai Negeri 340 jiwa

3 Peternak 35 jiwa

4 Pengrajin 15 jiwa

5 Buruh Tani 1.229 jiwa

6 Pensiunan 346 jiwa

7 Pedagang/Wiraswasta 42 jiwa

8 Wiraswasta 570 jiwa

9 Lain-lain 489 jiwa


sumber : https://pandowoharjosid.slemankab.go.id/first/artikel/87
Desa wisata berbasis Kampung Iklim merupakan program yang diusung oleh PPDM
yang mana diprioritaskan pada upaya pemanenan air hujan dan pemanfaatannya untuk
pengelolaan lahan pekarangan dengan berbagai kegiatan ekonomi produktif tanaman
sayuran, perikanan, peternakan dan pariwisata. Melalui PPDM ini bersama-sama
masyarakat membuat Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH), peresapan, saluran buntu/rorak
dan memanfaatkannya untuk pengelolaan lahan pekarangan.
Kampung Iklim merupakan kampung yang terbentuk dari partisipasi aktif masyarakat
dan seluruh pihak untuk meningkatkan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim.
Program Kampung Iklim (ProKlim) adalah program berlingkup nasional yang dikelola oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam rangka meningkatkan keterlibatan
masyarakat dan pemangku kepentingan lain.

37
38
BAB V TEMUAN PENELITIAN

A. INOVASI DAN KEMANDIRIAN DESA WISATA KAMPUNG IKLIM KARANGTANJUNG

A.1. INOVASI

A.1.1. KREATIVITAS

Desa wisata kampung iklim Karangtanjung adalah sebuah inovasi Desa dari hasil
juara lomba Desa iklim yang diadakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman.
Kampung iklim adalah inovasi warga tentang pemanfaatan lingkungan, pemanfaatan air
hujan, pengelolaan sampah dan mata air. Kemudian pasca Dusun Karangtanjung
mendapatkan juara I pada akhir 2017, warga memberi masukan kepada Dukuh
Karangtanjung untuk membentuk/membuat desa wisata dengan mengusung nama Desa
wisata kampung iklim Karangtanjung.
Warga yang mengusulkan untuk membentuk kampung iklim tidak hanya omong
kosong. Setelah sebelumnya bekerja keras sehingga memenangkan juara I lomba, warga
juga giat membantu Dukuh untuk mewujudkan usulan Desa wisata dengan gotong royong.
Desa wisata kampung iklim Karangtanjung saat ini telah ditetapkan sebagai salah satu desa
wisata kampung iklim oleh Pemerintah Pusat, difasilitasi oleh Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Sleman.
Desa wisata kampung iklim Karangtanjung dibentuk pada tanggal 18 maret 2018
dengan ditunjuknya Dukuh Karangtanjung sebagai ketua dan dikukuhkan oleh Pemerintah
Kalurahan. Setelah terbentuk, pengurus desa wisata kampung iklim karangtanjung disuruh
untuk mengirim dokumen ke Kementerian (pemerintah pusat) untuk di data dan menerima
penghargaan kampung iklim. Penghargaan diterima tahun 2020 yang diberikan secara
daring.
Setelah dibentuk, pada tahun 2018 juga Desa Wisata Kampung Iklim Karangtanjung
mengajukan proposal bantuan ke Dinas Lingkungan Hidup Sleman untuk pengembangan
sarana pengelolaan sampah. Pada tahun 2019, proposal ini disetujui dan dianggarkan pada

39
tahun 2020 untuk dibangunkan TPS3R. Namun, pembangunannya belum terealisasi karena
ada pergeseran anggaran pada masa pandemi covid-19.
Pada tahun 2021 usulan pembangunan TPS3R diajukan kembali ke Dinas Lingkungan
Hidup Sleman. Diawali saat menghadiri acara undangan Hari Sampah Sedunia di rumah
dinas Bupati, Dukuh Karangtanjung selaku Ketua Kampung Iklim mengajukan kembali
proposal tersebut ke Kepala Dinas Dinas Lingkungan Hidup Sleman. Oleh Dinas Lingkungan
Hidup, Dukuh Karangtanjung diminta untuk mengirim arsip proposalnya kembali untuk
dirundingkan dengan Pemerintah Provinsi. Menurut kepala Dinas Lingkungan Hidup, jika
Provinsi tidak menyanggupi, maka akan dibawa pengajuannya ke Pemerintah Pusat.
Pada akhir 2022, Pemerintah provinsi turun ke lapangan untuk menanyakan lokasi
yang tepat untuk dibangun TPS3R. Pada tahun 2023 baru mendapatkan kabar bahwa TPS3R
Pandowoharjo akan di bangun di Desa Wisata Kampung Iklim Karangtanjung, menambah
TPS3R yang saat ini juga sudah ada di Dusun lain.

A.1.2. PEMECAHAN MASALAH

Setiap kegiatan yang melibatkan banyak pihak akan menimbulkan sering munculnya
masalah. Dalam pembentukan Desa Wisata Kampung Iklim Karangtanjung ada beberapa
masalah yang muncul. Pertama, proses pencairan dana operasional dari Pemerintah
Kelurahan yang terlalu lama yang berdampak terhadap pelaksanaan rencana kegiatan.
Kedua, sebagian warga tidak memiliki lahan yang cukup untuk menjalankan kegiatan
yang dilakukan oleh kampung iklim. Lahan dibutuhkan untuk kegiatan pemanfaatan
pekarangan rumah untuk tanaman-tanaman yang bisa dimanfaatkan kebutuhan dapur.
Ketiga, rumah yang kurang memenuhi standar untuk dijadikan homestay. Homestay
dimaksudkan untuk penginapan wisatawan yang ingin menginap di Desa Wisata. Rumah
warga yang kurang memenuhi standar di antaranya seperti kamar yang terlalu sempit dan
kurang terawat.
Setelah masalah masalah muncul tugas dari desa wisata kampung iklim
karangtanjung yaitu menyelesaikannya. Upaya solusi yang dilakukan oleh desa wisata
kampung iklim Karangtanjung yaitu, pertama, jika Proses pencairan dana operasional yang
terlalu lama maka sebagai solusi alternatif menggunakan dana kas dusun untuk sementara

40
waktu dalam proses kegiatannya. Kedua, sebagian warga yang tidak memiliki lahan maka
diarahkan untuk bekerja sama warga lainnya yang memiliki lahan yang luas dengan
pembagian hasil di akhir panen. Ketiga, warga yang rumahnya kurang memenuhi standar
untuk dijadikan homestay maka bisa menjual produk makanan atau produk yang menarik
untuk pengunjung/wisatawan.
Masalah yang muncul pada proses pembentukan dan menjalankan desa wisata
kampung iklim adalah salah satu rintangan bagi Desa wisata kampung iklim untuk semakin
menjadi semakin baik untuk mencapai tujuannya. Dari beberapa masalah yang ada,
menurut Dukuh Karangtanjung, masalah yang paling diprioritaskan untuk diselesaikan yaitu
tentang warga yang tidak memiliki lahan. Padahal, pemanfaatan lahan pekarangan untuk
tanaman ditujukan bukan saja untuk memanfaatkan lingkungan dengan baik, tapi juga
diharapkan bisa mengurangi pengeluaran warga untuk pemenuhan kebutuhan dapur. Bagi
warga yang memiliki lahan luas, pemanfaatan pekarangan juga bisa jadi sumber
pendapatan.

A.1.3. NILAI TAMBAH

Desa wisata kampung iklim Karangtanjung memiliki beberapa produk yang


disediakan untuk pengunjung yang datang, berupa jenis jenis paket wisata. Padukuhan
Karang Tanjung memiliki potensi wisata kampung iklim dan edukasi, didukung dengan
kondisi lingkungan alam dan kearifan lokal ‘gotong-royong’ yang masih menjadi tradisi kuat
semua warga. Cukup banyak kelompok masyarakat dan objek lain yang bisa dihubungkan
dengan desa wisata iklim dan edukasi, seperti Pokdarwis Kampung Iklim, Sumber Air Karang
Tirto, Kelompok Tani Mekar Tanjung, Kelompok Wanita Tani Karangtanjung, Kelompok
Ternak Andini Mulyo, dan Kelompok Tani Perikanan (Sumbodo et. al, 2020). berbagai
potensi desa karangtanjung ini bisa dijadikan desa wisata kampung iklim karangtanjung yang
diharapkan akan menambah nilai bagi masyarakat yang ikut berproses di dalam desa wisata
tersebut.
Paket yang disediakan oleh desa wisata karang tanjung, terdapat 5 (lima) paket
sebagaimana dicatat dalam situs Jadesta (2023). Pertama, wiwitan, yaitu salah satu bentuk
tradisi budaya Jawa untuk mengungkapan rasa syukur kepada Tuhan (Dalam kepercayaan

41
tradisional adalah kepada Bumi dan Dewi Sri /Dewi Padi) yang telah menumbuhkan padi
hingga siap panen. Banyak prosesi ritual yang menarik untuk diikuti, sebagai ungkapan
syukur kepada Sang Pencipta, diantaranya adalah membawa sesaji bersama-sama sambil
melewati hamparan sawah yang telah menguning hingga puncak prosesi makan bersama-
sama. Paket ini ditawarkan dengan biaya Rp. 750.000 per kegiatan.
Kedua, Pentas Bregada. Pada mulanya Bregada merupakan pasukan prajurit Kraton
yang melindungi wilayah Kraton dari serangan musuh. Dalam perkembangannya, pada saat
ini Pasukan Bregada ini lebih banyak muncul sebagai bentuk pementasan saja. Paket ini
ditawarkan dengan harga Rp. 950.000 per pementasan.
Ketiga, pelatihan tandur (menanam padi dan jenis tanaman lainnya di sawah).
Pelatihan ini untuk membantu para pengunjung agar mengetahui cara menanam padi dan
tahap-tahap yang harus dilalui agar tanaman bisa tumbuh dengan sehat. Paket ini
ditawarkan dengan harga Rp. 700.000 per pelatihan.
Keempat, belajar bertanam di polybag. Melalui pelatihan ini diharapkan peserta
memiliki wawasan tentang mengolah lahan pekarangan yang terbatas dengan cara
bertanam menggunakan media polybag. Paket ini ditawarkan dengan harga Rp. 400.000 per
pelatihan.
Kelima, Pelatihan Batik. Pelatihan ini diharapkan agar setelah praktek membuat batik
peserta mendapatkan pengalaman yang berkesan dan merasa bangga karena telah bisa
membuat batik sendiri. selain itu batik yang telah dibuat boleh untuk dibawa pulang. Paket
ini ditawarkan dengan harga Rp. 950.000 per pelatihan.
Kelima paket di atas, juga didukung penyediaan layanan persewaan homestay yang
tersedia untuk para pengunjung yang mau live in di Desa Wisata Kampung Iklim
Karangtanjung. Homestay dibuat dengan memanfaatkan rumah-rumah warga yang memiliki
kamar kosong dan layak untuk digunakan sesuai standar homestay.

A.1.4. DAMPAK DAN MANFAAT

Desa wisata kampung iklim karang tanjung memberikan banyak manfaat ke


masyarakat yang tinggal di padukuhan karangtanjung. Setelah adanya Desa Wisata,
masyarakat merasakan bahwa lebih bisa mandiri seperti dalam hal pemenuhan kebutuhan

42
dapur yang dipenuhi dari pemanfaatan lahan pekarangan dengan ditanami tanaman seperti
cabai, tomat, sawi, dan bahan-bahan lainnya. Selain itu, kegiatan ini juga menimbulkan
respon positif dari berbagai pihak di bidang pertanian, seperti menyediakan bantuan pupuk
dan mendapatkan fasilitas inventaris berupa traktor yang siapa saja boleh memakainya
tetapi bahan bakar dan biaya perawatan ditanggung pengguna.
Manfaat lainnya adalah bidang kesehatan lingkungan. Masyarakat juga
mendapatkan pengetahuan tentang cara-cara untuk mencegah penyakit, seperti nyamuk
DBD. Masyarakat, khususnya anak muda, diajak terlibat sebagai “pemantau jentik nyamuk”
dengan cara mengecek setiap rumah secara door to door untuk mengecek apakah rumah itu
aman dari jentik atau tidak. Jika teridentifikasi, maka rumah itu diberi bendera merah yang
menandakan bahwa rumah tersebut teridentifikasi ada jentik nyamuknya. Warga yang
rumahnya ditandai bendera merah, mendapat denda untuk membayar obat pembunuh
jentik dengan biaya sekitar Rp. 5.000-10.000.
Selain itu, manfaat yang didapat dari Desa wisata kampung iklim yaitu jika ada
pengunjung yang datang ingin live in maka dapat menyewa homestay milik warga. Biaya
sewa homestay bervariasi yang bisa dipilih oleh para pengunjung.

A.2. KEMANDIRIAN

A.2.1. KETIDAKBERGANTUNGAN

Desa wisata kampung iklim Karangtanjung dimaksudkan untuk membangun


kemampuan warga untuk makin mandiri, termasuk mengurangi berbagai kondisi
ketergantungan hidupnya. Berbagai program atau kegiatan yang dimaksudkan untuk
mencapainya di antaranya sebagai berikut. Pertama, pemanfaatan lahan pekarangan
ditujukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pembelian sayur di pasar yang dapat
menyebabkan pengeluaran yang berlebihan. Dengan adanya pemanfaatan pekarangan
rumah, warga dapat menekan pengeluaran untuk membeli sayur-sayuran dan bahan dapur
lainnya.
Kedua, pemanfaatan air hujan ditujukan untuk mengurangi ketergantungan
terhadap air dari sumur yang pengambilannya menggunakan pompa air yang membutuhkan

43
daya listrik yang besar. Secara tidak langsung pemanfaatan air hujan ini juga dapat
menghemat listrik rumah. Untuk mengoptimalkan manfaat dari sumber air hujan, dipasang
tampungan air yang ada di 4 (empat) titik di padukuhan Karang Tanjung, kemudian dibuat
saluran pipa ke rumah-rumah warga.
Ketiga, pengajuan TPS3R ditujukan untuk mengurangi ketergantungan warga
terhadap TPA sampah. Warga diharapkan memiliki kemampuan untuk mengurangi dan
menangani sampahnya.
Keempat, aktivitas wisata untuk memanfaatkan potensi lokal dalam mencari sumber
pendapatan baru untuk warga. Dengan adanya Desa Wisata Kampung Iklim Karangtanjung
warga dapat menambah pendapatan melalui homestay untuk pengunjung/wisatawan yang
ingin live in atau dengan menjual produk makanan dan barang.. Kemandirian dimaknai
dengan warga mampu mengolah potensi dan kapasitasnya agar tidak lagi bergantung
terhadap sesuatu yang membuat warga tidak bisa berkembang. Desa wisata kampung iklim
karangtanjung membangun prosesnya melalui berbagai ruang diskusi bagi warga dan
anggota kampung iklim untuk bisa terlibat membahas berbagai hal terkait desa wisata, baik
membahas masalah, mencari solusi, membuat rencana kegiatan yang akan dilakukan, dan
juga rencana keberlanjutan kampung iklim karangtanjung. Masyarakat sangat antusias
dalam berbagai diskusi tersebut, seperti diskusi kelompok tani yang dilaksanakan setiap
malam jum’at kliwon.
Setiap ada perkumpulan, Dukuh selaku Ketua Desa Wisata selalu ikut dalam
pertemuan tersebut untuk turut membahas masalah dan mencari solusi masalah tersebut.
Proses pengambilan keputusan diserahkan kepada ketua kelompok atas persetujuan dan
berbagai usulan dari anggota dan masyarakat.

A.2.2. KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN SUMBERDAYA

Dusun Karangtanjung memiliki sumberdaya yang sangat baik, salah satunya


kekuatan gotong royong. Awal membuat desa wisata karang tanjung membutuhkan banyak
sekali tenaga. Dusun Karangtanjung memanfaatkan sumberdaya yang ada yaitu warga desa
sendiri. Dengan sumberdaya gotong royong yang sangat kuat akhirnya Dusun Karangtanjung
memenangkan lomba kampung iklim. Pengalaman menjadi juara lomba, selanjutnya

44
dikembangkan lebih lanjut oleh warga dengan mengusulkan pembentukan desa wisata
kampung iklim karangtanjung. Dukuh selaku pimpinan dusun yang melihat sumber-sumber
ide yang menarik kemudian menyetujui usulan dari warga.
Tahap demi tahap dilakukan untuk mewujudkan usulan tersebut. Setelah
terbentuknya desa wisata kampung iklim karangtanjung, dilakukan kegiatan pelatihan untuk
meningkatkan kompetensi sumber daya manusia dari beberapa warga. Warga diharapkan
dapat menambah pengetahuan dan skill untuk mengembangkan sumberdaya desa wisata
kampung iklim karangtanjung.
Selain dari dalam, pengembangan sumberdaya juga melibatkan pihak luar. Di
antaranya dengan memanfaatkan program pengabdian masyarakat dari perguruan tinggi,
seperti UGM di bidang kesehatan lingkungan. Ada beberapa mahasiswa yang menggunakan
desa wisata kampung iklim karangtanjung sebagai tempat untuk melakukan pengabdian
masyarakat dengan memberikan pelatihan cara cara untuk mengatasi penyebaran nyamuk
DBD. Teknik pengendalian dilakukan melalui perkawinan silang pada nyamuk demam
berdarah dengan nyamuk biasa agar ketika menetas, jentik yang dihasilkan bukan jentik-
jentik dari nyamuk demam berdarah. Program ini selalu dipantau dari UGM selama
beberapa bulan dan juga dari mahasiswa ada yang ikut memantau perkembangannya.

B. INOVASI DAN KEMANDIRIAN DESA WISATA PENDIDIKAN DAN KETAHANAN PANGAN


DUKUH

B.1. INOVASI

B.1.1. KREATIVITAS

Desa wisata pendidikan dan ketahanan pangan dukuh tidak pernah tergambarkan
dan direncanakan oleh masyarakat maupun pemerintah daerah sendiri. Terbentuknya
adalah sebuah ketidaksengajaan. Pada tahun 2011, ada kegiatan dari SMA Dian Harapan
Jakarta yang kebetulan sedang mencari tempat untuk menginap di Yogyakarta, terutama di
sekitar Pandowoharjo. Kebetulan, salah satu panitia dari SMA Dian Harapan Jakarta
mempunyai kenalan orang Pandowoharjo sehingga diarahkanlah untuk menginap di Dusun
Dukuh.

45
Merespon permintaan ini, Ismono, warga Dusun Dukuh akhirnya mengusulkan untuk
membuat sebuah kegiatan yang dapat dipertunjukkan kepada para siswa SMA Dian Harapan
seperti kegiatan belajar menari dan gamelan. Hanya saja, karena Dusun Dukuh belum
memiliki SDM yang mumpuni maka mengajak bekerja sama dengan pengelola Desa wisata
lain yang berada di Pandowoharjo. Saat itu Pandowoharjo memiliki beberapa Desa wisata
seperti Brayut, Proklim, dan Pajangan.
Pengalaman dari kunjungan tersebut membekas terhadap Ismono dan warga Dusun
Dukuh. Terbesit keinginan untuk meneruskan pengalaman tersebut dan membayangkan
untuk menjadikan Dukuh sebagai desa wisata. Setelah kunjungan tersebut lalu Ismono
mengusulkan untuk membuat sebuah Desa Wisata pada saat Rapat RW. Warga pun
menyetujui usulan tersebut lalu melakukan diskusi lebih lanjut terkait perencanaan Desa
Wisata.
Dusun Dukuh sebenarnya tidak memiliki destinasi wisata yang menarik untuk
diangkat. Namun, banyak profesi dan aktivitas masyarakat Dusun Dukuh yang menarik jika
dapat diolah sebagai daya tarik wisata, seperti profesi petani, guru, pembuatan lilin,
peternakan sapi perah, pembuat tempe, pembuatan makanan tradisional gula kacang dari
gula aren, dan buntil (makanan tradisional daun lompong/daun talas). Kuliner ini adalah
produk tradisional dari Dusun Dukuh. Melihat banyak warga yang memiliki potensi seperti
itu, kemudian dicoba untuk diangkat sebagai kegiatan untuk orang yang datang berwisata
ke Dusun Dukuh.
Hasil dari diskusi warga, menyepakati nama Desa wisata pendidikan dan ketahanan
pangan dukuh. Ada 3 (tiga) alasan kenapa istilah pendidikan dipilih. Pertama, berdasar
adanya peninggalan bangunan sekolah jaman Belanda, yaitu Sekolah Ongko Loro (Sekolah
Angka dua). Kedua, Dusun Dukuh memiliki banyak warga yang berprofesi sebagai guru.
Ketiga, banyak hal menarik terkait bidang pendidikan/ilmu untuk hidup yang dapat
dipelajari di desa. Sebagai contoh ada aktivitas Bertani, berternak, kerajinan tangan,
Pembuat makanan (jajanan) kecil sebagai sandaran penghidupan warga yang memiliki
banyak nilai aspek pendidikan di dalamnya.

46
Butuh waktu setahun untuk merumuskan konsep dan operasionalisasi Desa wisata
pendidikan dan ketahanan pangan dukuh. Desa wisata pendidikan dan ketahanan pangan
dukuh ini resmi terbentuk dan diresmikan pada tahun 2012 oleh Bupati Sleman.
Perjalanan pembentukan Desa wisata Dukuh awalnya memiliki pro dan kontra
karena harus melibatkan kesepakatan banyak pihak. Warga terbelah ada yang setuju dan
tidak setuju. Namun warga yang tidak sepakat terhadap adanya Desa wisata jauh lebih
sedikit. di sebabkan dengan dari tidak sepemahaman dan tidak ratanya dalam penerima
manfaat. Warga yang mendukung terhadap adanya desa wisata karena sangat memberikan
dampak yang signifikan berupa taraf hidup yang meningkat. Munculnya pro dan kontra dari
warga akhirnya pihak dari pengurus merespon dan menawarkan solusi. berupa warga yang
tidak memiliki tempat yang layak untuk dijadikan homestay para pengurus menawarkan
beberapa opsi. yaitu membuat produk dalam bentuk makanan atau produk yang menarik
untuk di dijual. Selain itu juga dapat berpartisipasi dalam bentuk tenaga, menjadi parkir
atau guide. Meski demikian ada beberapa warga yang masih tidak menolak akan adanya
desa wisata tersebut. Pengurus dan warga Dusun Dukuh akhirnya membuat sebuah sebuah
forum diskusi dan menyepakati bahwa warga yang ingin terlibat di persilahkan untuk
bergabung dan untuk sebagian warga yang tidak menyetujui akhirnya memilih untuk
berjalan sendiri-sendiri.

B.1.2. PEMECAHAN MASALAH

Desa wisata Dukuh dibentuk diharapkan mampu memberdayakan dan meningkatkan


taraf hidup yang lebih baik melalui aktivitas dari Desa wisata Dukuh. mendapatkan sumber
pendapatan baru dari persewaan homestay, penjualan paket paket produk dan kegiatan
lainnya yang memiliki nilai ekonomi dan manfaat.

Saat Desa wisata berjalan ada beberapa masalah yang muncul. Desa Wisata
Pendidikan dan Ketahan Pangan Dukuh memiliki beberapa paket yang ditawarkan kepada
pengunjung, di setiap paket pasti ada salah satu yang memiliki masalah, salah satunya
adalah paket perah sapi yang memiliki tantangan kontinuitas. Masalah operasional utama
yang dihadapi terkait dengan kesehatan sapi, terutama lidah merah. Selain itu, tantangan

47
besar muncul selama musim kemarau, terutama terkait dengan ketersediaan pakan untuk
sapi. Untuk mengatasi masalah tersebut, peternak telah mengalokasikan lahan khusus untuk
menanam rumput sebagai pakan sapi. Namun, dalam musim kemarau, persediaan rumput
tersebut cepat habis, dan terjadi persaingan dengan peternak lain.

Sebelumnya, ternak menggunakan pakan alternatif berupa rumput yang


difermentasi. Meskipun telah dilakukan fermentasi selama kurang lebih lima tahun, namun
ada kendala yang muncul. Beberapa pendapat menyatakan bahwa pakan yang telah
difermentasi lebih cocok untuk penggemukan sapi, sementara kajian ilmiah mendalam
masih kurang tersedia.

Masalah lainnya yang muncul adalah terkait dengan fokus pekerjaan anggota tim
pada pengembangan Desa wisata. Banyak dari mereka yang lebih memilih pekerjaan di luar
dibandingkan aktif di desa wisata, karena pendapatan yang diperoleh di Desa wisata masih
kurang sebanding dengan peluang di luar desa. Jadi ketika ada tamu yang berkunjung
mereka tidak bisa mendampingi secara maksimal.

Berbeda dengan destinasi wisata yang tidak memerlukan pendampingan aktif, desa
wisata membutuhkan pendampingan aktif bagi pengunjungnya. Dengan kata lain, setiap ada
pengunjung, harus ada yang siap mendampingi mereka. Oleh karena itu pengelola Desa
wisata berinovasi membuat Lestari Kaliku. Lestari kaliku adalah destinasi wisata di Dusun
Dukuh yang menyediakan layanan wisata susur sungai. Lestari Kaliku dikembangkan sebagai
destinasi wisata baru untuk memberikan opsi pengelolaan yang lebih mudah karena tidak
membutuhkan pendampingan yang intensif. Selain faktor pendapatan yang tergolong kecil,
Serapan tenaga kerja dari Desa wisata juga masih kecil.

Selain itu, masalah muncul mengenai distribusi manfaat wisata yang tidak merata.
Masyarakat menilai bahwa distribusi manfaat ini belum memberikan manfaat yang merata
dan mencakup semua masyarakat Dusun Dukuh. Anggapan ini muncul karena tidak ada
mekanisme transparansi dan pertanggungjawaban dalam laporan keuangan oleh pihak
pengurus Desa wisata Dukuh.

48
B.1.3. NILAI TAMBAH

Desa wisata Dukuh terbentuk sebagai respon dari permintaan pasar. Setiap tahun
Desa wisata Dukuh konsisten menerima tamu 4 (empat) rombongan sampai 6 (enam)
rombongan tamu untuk live in.

Adanya permintaan dari pasar juga diimbangi dengan perbaikan terus menerus, baik
fasilitas, produk dan sistem. Desa wisata Dukuh memiliki sekitar 30 homestay yang bisa
menampung kapasitas 200 orang. Desa wisata dukuh menawarkan Omah Pinter, Omah
Paseduluran, biogas dari limbah kotoran sapi skala rumah tangga, budidaya jamur,
peternakan sapi perah, kerajinan lilin, belajar naik kuda, dan banyak hal dimana kita bisa
belajar bagaimana bertahan hidup dan berkembang.

Produk yang ditawarkan Desa wisata Dukuh dimaksudkan menyediakan


pembelajaran kehidupan dan bertahan hidup, yang pada umumnya tidak disediakan di
pendidikan sekolah. Bertahan hidup dengan memproduksi makanan dan minuman, seperti
budidaya ikan, susu, dan jamur (pendidikan ketahanan pangan).

Setidaknya ada tiga dorongan utama yang membuat Desa wisata memberanikan diri
untuk terus berjuang mengembangkan desa wisata pendidikan, pertama, urgensi kebutuhan
pendidikan, kedua, budaya pembelajar yang hidup, dan ketiga, keterampilan daya
ketahanan pangan yang harus dilestarikan. (jadesta)

Proses marketing Desa wisata Dukuh saat ini juga memanfaatkan platform digital
sebagai wujud adaptasi terhadap perkembangan media marketing. Media lain yang
digunakan adalah media sosial, brosur, dan bekerja sama dengan agen tour travel. Beberapa
kali Desa dukuh hadir dalam expo atau pameran yang diadakan oleh dinas pariwisata
sebagai memperluas jangkauan promosi. Desa wisata Dukuh juga telah terdaftar sebagai
Desa wisata kategori maju dalam Jadesta. Jadesta merupakan sebuah wadah komunitas bagi
Desa wisata di seluruh indonesia yang dikelola oleh kemenparekraf sebagai wadah informasi
dan promosi.

49
B.1.4. DAMPAK DAN MANFAAT
Desa wisata dukuh diharapkan mampu memberdayakan masyarakat melalui aktivitas
Desa wisata. Seperti homestay, penjualan paket paket produk dan kegiatan lainya untuk
menambah income masyarakat yang ikut berpartisipasi sehingga mampu meningkatkan
taraf hidup yang lebih baik. Produk lilin yang awalnya hanya menjangkau pasar lokal
diharapkan mampu memperluas pasar dan memberi dampak exposure yang lebih luas,
begitupun produk-produk lainya.
Upaya dalam menjaga kontinuitas Desa wisata Dukuh yaitu melakukan
pengembangan produk seperti peternakan sapi perah. Produk susu dari sapi perah yang
awalnya hanya dijual ke pengepul dan pabrik secara literan, diharapkan ada pengembangan
susu kemasan dan brand sendiri, agar dapat mendapatkan margin yang lebih besar. Selain
itu produk olahan susu juga akan di kembangkan dalam bentuk yogourt dan kerju.
Dampak dari Desa wisata Dukuh memiliki 2 (dua) bentuk, manfaat langsung berupa
finansial dan manfaat tidak langsung. Dampak finansial didapatkan dari persewaan
homestay, konsumsi para tamu dan penjualan produk produk paket. Manfaat tidak
langsung diperoleh karena dampak interaksi yang terbangun antara tamu dan pemilik
homestay. Model interaksi yang ramah dan kekeluargaan terkadang menciptakan empati
tamu terhadap kondisi sosial warga. Sehingga hasilnya terkadang tamu memberikan
berbagai bantuan, misalnya perbaikan jalan, peralatan rumah tangga, dan kebutuhan hidup
sehari hari. Warga yang menerima manfaat adalah masyarakat Dukuh yang berpartisipasi
dan pelaku usaha kecil.
Warga yang menerima manfaat sebagian merasa puas, sebagian lainnya belum.
Mereka yang puas adalah masyarakat pemilik homestay karena manfaat finansial dari biaya
sewa memadai. Mereka yang tidak puas adalah masyarakat yang terlibat pada kegiatan
wisata yang justru menjadi paket unggulan, seperti ternak sapi perah dan kerajinan lilin.
Sistem distribusi manfaat yang kurang mapan memberikan dampak berupa penurunan
minat dan dukungan dari masyarakat.

50
B.2. KEMANDIRIAN

B.2.1. KETIDAKBERGANTUNGAN

Pembentukan Desa wisata Dukuh terbentuk dari inisiatif warga. Pengalaman


mengelola kunjungan dari SMA Dian Harapan Jakarta 2011, membangun kesadaran untuk
bisa mengelola potensi yang ada di warganya. Di masa awal, semua inisiatif dikerjakan
secara mandiri. Setelah berjalan, baru kemudian pihak luar mendukung dengan pemberian
berbagai bantuan, di antaranya Dinas Pariwisata Sleman dalam bentuk bantuan pendanaan,
bibit jamur, dan bangunan gazebo.

Masyarakat Dusun Dukuh mayoritas mendukung aktivitas Desa wisata Dukuh.


Sebagian warga mendukung dengan terlibat langsung dalam aktivitas pengelolaan. Sebagian
warga lainnya yang mendukung terhadap desa wisata namun tidak terlibat langsung dalam
kegiatan yaitu berupa kesediaan untuk dimintai pendapat untuk mengembangkan desa
wisata, termasuk penyelesaian berbagai masalah yang muncul. Dalam proses penyelesaian
masalah pada Desa wisata Dukuh melibatkan banyak pihak, bukan hanya Pengurus Desa
wisata namun juga masyarakat dan tokoh-tokoh yang berada di Dusun Dukuh.

Masyarakat sebagian kecil yang tidak mendukung dari aktivitas dari Desa wisata
Dukuh di karenakan turunnya minat dan dukungan mereka. Penyebabnya, sistem distribusi
hasil dinilai kurang merata dan transparansi pengelola yang belum baik.

Fakta diatas menunjukkan bahwa upaya dalam menciptakan kemandirian warga


tidak cukup hanya ruang partisipasi saja, tapi juga distribusi manfaat yang merata dan
keterbukaan akuntabilitas.

B.2.2. KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN SUMBERDAYA

Desa wisata Dukuh terbentuk karena ketidaksengajaan bermula dari kunjungan dari
SMA Dian Harapan Jakarta yang selanjutnya direspon dengan perencanaan konsep dan
pembentukan Desa wisata yang memberdayakan masyarakat. Dusun Dukuh yang tidak
mempunyai destinasi wisata yang menarik untuk diangkat, justru menemukan potensinya
pada keberagaman profesi masyarakat, seperti profesi petani, guru, pembuat tempe,

51
pembuat lilin, peternak sapi perah, dan pembuat jajanan tradisional. Potensi lokal ini yang
kemudian diangkat untuk ditawarkan terhadap pengunjung.
Minimnya pengalaman dan ketersedian SDM yang mumpuni kemudian Dusun dukuh
menjalin sebuah kerjasama dengan Desa wisata lainya yang berada di Pandowoharjo untuk
mengajari dan membantu dalam kegiatan-kegiatanya. Adaptasi perencanaan awal sedikit
demi sedikit mengalami perubahan sesuai dengan dinamika yang ada di lapangan. Produk
Desa wisata Dukuh seperti paket belajar memerah sapi, membuat lilin, membuat tempe,
dan kenduri kemudian di kembangkan. Peternakan sapi perah yang dulunya hanya menjual
produk susu terhadap pengepul namun saat ini dalam proses untuk di kembangkan pada
produk turunannya seperti yogurt dan keju. Saat ini, juga terdapat pengembangan produk
dari budidaya jamur.

52
BAB VI MODEL PENGEMBANGAN INOVASI DAN KEMANDIRIAN

A. ISU STRATEGIS INOVASI PADA DESA WISATA

Hubungan inovasi dan kemandirian desa wisata kampung iklim karangtanjung.


inovasi dan kemandirian memiliki kaitan yang erat dalam pengembangan desa. Melalui
inovasi, maka masyarakat desa dapat mengembangkan potensi lokalnya, seperti dengan
melakukan sebuah pelatihan bagi warga sekitar, memanfaatkan sumber daya alam yang
lebih baik, untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian warga. Selain itu, inovasi
dapat meningkatkan akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur desa. Di sisi
lain, kemandirian desa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan dapat meningkatkan
pembangunan desa. Hal ini mencakup kemampuan diri, partisipasi dalam pembangunan dan
keberlanjutan hasil pembangunan. Dengan demikian, inovasi dapat menjadi sebagai sarana
untuk meningkatkan kemandirian desa, selain itu aset desa juga mendukung terwujudnya
inovasi dan hasil pembangunan berkelanjutan.

Kemudian Hubungan inovasi dan kemandirian desa wisata pendidikan dan


ketahanan pangan dukuh melalui inovasi, warga atau masyarakat sekitar dusun dukuh
dengan cara memanfaatkan potensi yang ada, sumber daya alam, sumber daya manusianya,
serta peternakan. Melihat beberapa aspek bahwa sebenarnya dusun dukuh tidak memiliki
destinasi wisata yang menarik untuk diangkat. Tetapi dusun dukuh dapat menemukan
potensinya pada keberagaman profesi masyarakat, seperti profesi petani, guru, pembuat
tempe, warga yang memproduksi lilin, peternak sapi perah, dan pekerja yang memproduksi
makanan tradisional. Potensi lokal ini kemudian diangkat untuk dapat ditawarkan kepada
para pengunjung yang hadir di dusun dukuh. Semua inisiatif dikerjakan secara mandiri.
Setelah berjalan, baru kemudian pihak luar mendukung dengan memberi berbagai bantuan,
di antaranya Dinas Pariwisata Sleman dalam bentuk bantuan pendanaan, bibit jamur, dan
bangunan gazebo. Kemandirian dengan cara adaptasi perencanaan awal sedikit demi sedikit
mengalami perubahan sesuai dengan dinamika yang ada di lapangan. Adapun paket yang
ditawarkan Desa wisata Dukuh yaitu seperti paket belajar memerah sapi, membuat lilin,

53
membuat tempe, dan kenduri. Melalui aktivitas dari Desa wisata Dukuh. Untuk
mendapatkan sumber pendapatan baru dari persewaan homestay,penjualan paket-paket
produk dan kegiatan lainnya yang memiliki nilai ekonomi dan manfaat. Dengan demikian
inovasi menjadi sebagai sarana memberdayakan dan meningkatkan taraf hidup yang lebih
baik lagi, ketidakbergantungan, kemudian kemampuan mengembangkan sumber daya serta
meningkatkan kemandirian sebuah desa.

A.1. PENEMUAN INOVASI

1. KALKULASI PELUANG TERHADAP POTENSI SUMBERDAYA

Bagaimana inovasi itu muncul? Setiap inovasi muncul dari adanya inspirasi, namun
tidak semua inspirasi mampu diubah menjadi inovasi. Pengubahan menjadi inovasi baru
dimungkinkan terjadi jika dilanjutkan dengan kalkulasi peluang (termasuk peluang pasar)
terhadap potensi sumberdaya yang dimiliki. Pada pengalaman Dusun Dukuh, peluang pasar
muncul pada minat orang luar untuk mendapatkan pengalaman hidup di lingkungan
pedesaan dan juga mendapatkan manfaat ilmu seperti berkebun, berternak, memerah sapi
dan lainnya.

Kalkulasi adalah proses yang disengaja untuk mengubah satu masukan atau lebih ke
dalam hasil tertentu, dengan sejumlah perubahan. Kalkulasi yang baik terjadi jika dilakukan
penyelarasan potensi sumber daya yang dimiliki terhadap peluang yang ada. Tidak penting
mana yang lebih didahulukan, apakah memulai dari potensi atau memulai dari peluang,
namun keduanya harus tersambung. Pada kasus Desa Wisata Dukuh, sisi peluang lebih
didahulukan. Sebaliknya, di Desa Wisata Proklim, sisi potensi yang diunggulkan.

Kalkulasi berguna untuk menetapkan apakah peluang yang tersedia memungkinkan


untuk diambil. Apabila diambil, tahap selanjutnya adalah memformulasikannya ke dalam
bentuk konkrit inovasi yang akan dikerjakan.

54
Tentunya dalam proses mengkalkulasi suatu sumberdaya dengan peluang melalui
penentuan dari peluang yang ada kemudian diformulasikan kemudian diimplementasikan
dan selanjutnya dilakukan pengembangan jika sangat potensial dan jika tidak maka harus
dilakukan perbaikan terhadap formulasi yang tersedia, sehingga menjadi lebih baik dan
berkelanjutan. karena setelah melakukan kalkulasi terhadap peluang yang ada dan melihat
pada potensi sumberdaya yang dimiliki atau yang tersedia, sehingga sangat bagus untuk
mengimplementasikan hal inovasi tersebut.

A.2. FORMULASI INOVASI

Berdasarkan kalkulasi peluang dan potensi yang ada, masyarakat Dusun Dukuh dan
Dusun Karangtanjung memilih opsi Desa Wisata. Pemilihan bentuk Desa Wisata dilakukan
dengan 2 (dua) pertimbangan, yaitu setelah melakukan kalkulasi distribusi manfaat dan
kalkulasi distribusi risiko. Secara eksternal, kedua kalkulasi ini juga mempertimbangkan
trend Desa Wisata terkait lingkungan dan edukasi yang telah muncul di berbagai tempat.

1. KALKULASI DISTRIBUSI MANFAAT

Pilihan untuk membentuk Desa Wisata mempertimbangkan pentingnya manfaat


atau hasil yang akan didapatkan dari Desa Wisata dapat terdistribusi kemanfaatannya ke
banyak orang, khususnya warga Dusun Dukuh. Pertimbangan ini juga mengingat produk
atau layanan yang disediakan oleh Desa Wisata diantaranya menggunakan sumberdaya
yang karakteristiknya sebagai sumberdaya milik publik seperti penggunaan sungai untuk
aktivitas wisata. Karena Desa Wisata adalah milik warga, bukan milik perorangan, sehingga
akan lebih mudah atau tidak menimbulkan persoalan ketika menggunakan sumberdaya
milik publik.

Selain sumberdaya milik publik, karakteristik sumberdaya lainnya yang digunakan


adalah milik perorangan warga (privat), seperti peternakan sapi perah, sawah pertanian,
usaha produksi lilin, rumah untuk homestay, dan lainnya. Karena Desa Wisata adalah milik
warga, keberadaan sumberdaya milik perorangan/privat ini tidak diambil alih, namun

55
dihubungkan melalui kerjasama. Bagi Desa Wisata, kerjasama ini membantu memperkaya
paket wisatanya, sedangkan bagi individu dapat memberikan nilai tambah atau sumber
pendapatan baru dari sumberdaya yang dimilikinya.

Desa Wisata sebagai milik bersama oleh warga diharapkan dapat memberdayakan
masyarakat, yaitu membuat masyarakat menjadi lebih aktif dan produktif. Pemberdayaan
muncul dalam keterlibatan masyarakat untuk ikut mengelola, terlibat dalam pelayanan saat
kegiatan wisata (tim panitia), maupun menjadi bagian dari paket wisata. Masyarakat uang
terlibat mendapatkan hasil pendapatan.

2. KALKULASI DISTRIBUSI RISIKO

Suatu kegiatan akan terus berjalan jika mampu mengelola resiko yang ada menjadi
lebih kecil, semisal dalam desa wisata diselenggarakannya dengan menggandeng seluruh
masyarakat, sehingga resiko menjadi terbagi, menjadi lebih kecil dan menjadi lebih mudah
untuk dikendalikan.
Resiko itu jika menumpuk pada satu tempat saja tentu hal itu akan lebih berat, akan
tetapi jika didistribusikan secara merata, maka tentu menjadi lebih ringan. Misalnya, dalam
pembentukan paket Desa Wisata, sumberdaya milik perorangan bisa dimanfaatkan oleh
Desa Wisata tanpa perlu mengambil alih. Terpenting, bisa dibuat kesepakatan antara Desa
Wisata dan pemilik sumber dayanya, seperti pemilik ternak sapi perah, pemilik lahan sawah,
pemilik usaha lilin, dan lainnya.
Melalui cara tersebut, resiko pengelolaan Desa Wisata yang ada tidak hanya menjadi
beban pengelola, melainkan telah terbagi ke seluruh lapisan masyarakat yang terhubung
dengan Desa Wisata. Hal ini membuat resiko yang ada menjadi lebih kecil dan lebih mudah
untuk dikendalikan.

A.3. PENGELOLAAN IMPLEMENTASI INOVASI

Setelah bentuk Desa Wisata disepakati, tahap selanjutnya adalah pengelolaan


implementasi. Inovasi akan dapat mencapai tujuannya, jika dilakukan pengelolaan yang baik
dalam tahap implementasi. Kualitas pengelolaan yang dilakukan akan menentukan arah

56
apakah implementasi akan terus dilanjutkan dan dikembangkan atau malah lebih baik tidak
untuk diimplementasikan atau dihentikan.
Ada 3 (tiga) hal penting saat pengelolaan implementasi inovasi melalui Desa Wisata
dijalankan di Desa Wisata Pendidikan dan Ketahanan Pangan Dukuh dan Desa Wisata
Proklim yaitu, pertama, standarisasi pengelolaan, produk, dan layanan. Kedua, manajemen
resiko. Ketiga, manajemen SDM.

1. STANDARISASI PENGELOLAAN, PRODUK, DAN LAYANAN

Pengelolaan Desa Wisata baik di Pedukuhan Dukuh maupun Padukuhan


Karangtanjung dikelola oleh Pengurus Desa Wisata dan dibantu oleh seluruh lapisan
masyarakat. Adanya pengurus, diharapkan pengelolaan Desa Wisata menjadi lebih
efektif dan efisien. Namun, keputusan penting tetap melibatkan persetujuan
masyarakat.
Pada tahap implementasi, fokus diarahkan pada bagaimana menciptakan
kualitas layanan dan kesan yang baik terhadap pengunjung/wisatawan. Ini dilakukan
melalui standarisasi pengelolaan, standarisasi produk, dan standarisasi layanan
kepada wisatawan.
Standarisasi pengelolaan dilakukan dengan membuat kepengurusan Desa
Wisata. Susunan pengurus yang dibuat masih sangat sederhana, karena
mempertimbangkan posisinya sebagai bisnis rintisan. Pada Desa Wisata Pendidikan
dan Ketahanan Pangan Dukuh, susunan pengurus berisi Ketua dan 4 (empat) orang
Anggota. Pada Desa Wisata Proklim, Ketua Pengurus dibantu oleh 7 (tujuh) orang
Koordinator Kelompok. Pembentukan pengurus mempertimbangkan unsur tokoh
warga yang dituakan, unsur pemilik produk, dan unsur inisiator.
Standarisasi pengelolaan lainnya diberlakukan pada perilaku warga, misalnya
untuk ternak milik warga yang harus dikandangkan.
Standarisasi produk dilakukan dengan memberikan ketentuan standar pada
paket wisata dan produk yang menyertainya. Standar paket wisata dibuat dalam 5
(lima) paket wisata disertai standar harga/biaya (Desa Wisata Proklim), termasuk

57
alokasi lahan pekarangan untuk tanaman, kejelasan untuk biaya kegiatan
pementasan budaya maupun biaya penginapan homestay.
Meski standar sudah dibuat, praktiknya belum semua bisa memenuhi. Di
Padukuhan Karangtanjung, misalnya, masalah muncul seperti sebagian warga yang
tidak memiliki lahan pekarangan yang cukup untuk menjalankan kegiatan berkebun
yang dilakukan oleh Kampung Iklim maupun rumah yang kurang memenuhi standar
untuk homestay.
Standarisasi layanan dilakukan terhadap berbagai aspek yang dapat
memberikan rasa nyaman kepada wisatawan. Ini misalnya diberlakukan terhadap
standar perlengkapan dan kenyamanan homestay, layanan kualitas makanan lokal,
maupun sikap pelayanan yang ramah terhadap pengunjung.

2. MANAJEMEN RISIKO TERHADAP DISTRIBUSI MANFAAT


Tahap pengelolaan implementasi inovasi melalui Desa Wisata perlu
mempertimbangkan manajemen risiko dalam pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam hal ini, tujuan Desa Wisata sebagai milik bersama untuk bisa
memberikan distribusi manfaat bagi banyak warga.
Salah satu hal yang belum bisa dikelola baik adalah terkait sistem
transparansi dan akuntabilitas dari pengurus Desa Wisata. Jika dalam suatu
organisasi, terlebih yang sangat erat hubungannya dengan masyarakat, maka dalam
mengadakan suatu kegiatan atau usaha bersama seharusnya selalu transparan dan
akuntabel. Hal ini akan menjadi daya dorong bagi keberlanjutan kegiatan tersebut.
Sayangnya, praktik transparansi dan akuntabilitas belum terbangun baik. Hal
ini seperti di Desa Wisata Dukuh yang muncul masalah mengenai distribusi manfaat
wisata yang tidak merata, pendapatan yang tergolong kecil yang diterima
masyarakat/mitra, maupun serapan tenaga kerja yang masih kecil. Anggapan miring
ini muncul terutama dari warga yang sumberdaya miliknya dimasukkan ke dalam
paket wisata. Sebagian dari mereka menilai pengurus belum memiliki mekanisme
transparansi dan pertanggungjawaban yang baik. Dampaknya, sebagian dari mereka
menurun minatnya untuk berkontribusi terhadap kegiatan Desa Wisata.

58
Fakta diatas menunjukkan bahwa upaya dalam menciptakan inovasi yang
berdampak pada kemandirian warga tidak cukup hanya ruang partisipasi saja, tapi
juga distribusi manfaat yang merata, salah satunya melalui keterbukaan dan
akuntabilitas.

3. MANAJEMEN SDM
Sesama Desa Wisata, motif pembentukan Desa Wisata Dukuh dan Desa
Wisata Proklim relatif berbeda. Desa Wisata Dukuh, motif kuat digerakkan oleh sisi
pragmatis untuk bisa mendapatkan manfaat ekonomi secara langsung dari
kunjungan wisatawan. Dengan demikian, Desa Wisata yang ada di Dukuh terbentuk
dalam upaya mendapatkan kunjungan dari para pengunjung.
Kondisi saat ini menjadi terasa berat karena kegiatan ini belum menghasilkan
pengunjung dalam jumlah besar atau rutin, sehingga masyarakat belum bisa
merasakan manfaatnya secara nyata atau berkelanjutan. Dampaknya, masyarakat
yang sebelumnya antusias, kini keterlibatannya menurun, termasuk karena
masyarakat umumnya juga telah memiliki pekerjaan tetap atau profesi lain, sehingga
lebih memprioritaskan pekerjaan utamanya.
Sedangkan di Karangtanjung, motif awalnya lebih karena untuk meneruskan
praktik baik saat menjadi juara lomba yang intinya terkait kesadaran lingkungan.
Motifnya lebih karena ruang pembelajaran dari masyarakat.
Secara kegiatan, Desa Wisata Karang Tanjung relatif bertahan karena tidak
ada keberatan masyarakat dalam melangsungkan kegiatan Desa Wisata. Namun,
kondisi ini belum disertai perkembangan kunjungan wisatawan sehingga kondisinya
sebagai Desa Wisata juga belum bisa berkembang. Kondisi ini perlu diantisipasi
mengingat salah satu kinerja Desa Wisata adalah banyaknya kunjungan wisatawan
dan dampaknya kepada ekonomi masyarakat.
Sebaiknya dilakukan kolaborasi terkait pembelajaran pengalaman
manajemen Desa Wisata antara Dukuh dan Karangtanjung, sehingga bisa membantu
kegiatan Desa Wisata di kedua Dukuh bisa menjadi lebih baik, berkembang, dan
berkelanjutan.

59
A.4. PENGEMBANGAN INOVASI

Tahap pengembangan inovasi baik pada Desa Wisata Pendidikan dan Ketahanan
pangan Dukuh dan Desa Wisata Proklim Karangtanjung secara umum belum bisa dilakukan.
Kondisi kedua Desa Wisata saat ini masih berada pada fase rintisan dan masih terbentur
berbagai persoalan apakah akan terus berlanjut ataukah bertahan dengan kondisi seadanya.

Secara umum, kendala utama bagi pengembangan Desa Wisata Dukuh adalah
manajemen SDM dan sistem transparansi dan akuntabilitas yang membuat keterlibatan
warga dalam Desa Wisata makin menurun. Sedangkan Desa Wisata Proklim, kendala utama
muncul pada produknya yang belum banyak dikenal dan belum adanya beberapa sarana
seperti TPS3R untuk pengelolaan sampah di tingkat Pedukuhan yang sebelumnya telah
diajukan pembangunannya ke Pemerintah Daerah.

60
B. MODEL PENGEMBANGAN INOVASI TERHADAP KEMANDIRIAN

Gambar 1. Model Inovasi dan Kemandirian

61
BAB VII SIMPULAN

A. SIMPULAN

Kajian Penelitian ini adalah memvalidasi antara hubungan Inovasi terhadap Kemandirian
Desa di 2 (dua) Padukuhan yaitu Dukuh dan Karangtanjung. Pada Pedukuhan Dukuh
bertema ”Desa Wisata pendidikan ketahanan pangan dukuh” dan Karangtanjung “Kampung
Proklim karangtanjung”. Berdasarkan dari data penelitian diatas, maka diperoleh beberapa
kesimpulan, antara lain sebagai berikut:
1. Bahwa hubungan antara inovasi terhadap terciptanya kemandirian belum
sepenuhnya benar.
2. Pertumbuhan inovasi menuju kemandirian mengalami stagnasi untuk dapat masuk
ke dalam tahap pengembangan. Fase yang telah dijalani di mulai dari tahap inisiasi,
formulasi, dan pengelolaan. Ini membuat praktik inovasi desa wisata masih berada
dalam fase start-up (rintisan) belum sampai pada fase berkembang.
3. Kegagalan untuk masuk ke fase pengembangan terjadi karena:
a. akuntabilitas dan transparansi belum terbangun baik. Dampaknya,
kepercayaan masyarakat untuk terus terlibat dalam desa wisata menurun.
Padahal, pilar desa wisata dibangun atas kebersamaan masyarakat
memanfaatkan sumberdaya publik dan privat milik warga.
b. Hasil ekonomi yang didapatkan dari usaha desa wisata belum signifikan
sehingga menurunkan minat masyarakat, terlebih warga yang terlibat juga
memiliki pekerjaan utama lainnya.
c. Produk atau layanan yang belum lengkap atau memenuhi standar seperti
homestay atau keterbatasan sumberdaya seperti pekarangan di setiap rumah
warga untuk aktivitas Kampung Iklim.
4. Inovasi terbentuk melalui beberapa tahapan yaitu :
a. inisiasi yang berorientasi pada peluang yang ada dan potensi sumberdaya
yang mendukung dengan inovasi tersebut.

62
b. Membuat formulasi terhadap inovasi tersebut seperti : melakukan kalkulasi
distribusi manfaat dan distribusi resiko yang ada.
c. Melakukan pengelolaan terhadap inovasi tersebut dengan cara membuat
standarisasi dengan pada proses pengelolaan, produk dan layanan.
5. Masukan agar inovasi dapat berkembang menuju kemandirian:
a. Dukungan dari masyarakat dan pemerintah merupakan faktor pendorong
untuk dapat potensi - potensi yang ada untuk mendukung pengembangan
desa wisata.
b. Sistem akuntabilitas dan transparansi yang harus dikelola dengan lebih baik.
Dengan memastikan informasi terkait kinerja dan pencapaian tujuan dapat
diakses dengan mudah oleh semua anggota dan masyarakat. Sehingga
masyarakat bisa dengan mudah mendapatkan informasi yang terpercaya.
c. Memperluas jaringan dan promosi desa wisata untuk menambah jumlah
pengunjung yang datang.
d. Masyarakat yang tidak mempunyai lahan atau homestay yang digunakan
untuk tamu yang datang diberi tugas lain untuk menciptakan sebuah peluang
usaha lain, contohnya seperti membuat makanan tradisional dan
menyediakan paket makanan berupa kenduri.

63
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Soleh, “Strategi Pengembangan Potensi Desa”,Jurnal Sungkai,Vol.05 No.1, Edisi


Februari 2017, hal.32
Alhaqi, R. N. (2022). Pengaruh Dana Desa Terhadap Perkembangan Kemandirian Desa di
Kecamatan Gantung. Jurnal Bisnis, Manajemen, dan Ekonomi, 3(2), 75-97.
Amalia, A. D., & Syawie, M. (2015). Pembangunan Kemandirian Desa melalui konsep
pemberdayaan: Suatu Kajian dalam perspektif sosiologi. Sosio Informa: Kajian
Permasalahan Sosial Dan Usaha Kesejahteraan Sosial, 1(2)
Ambarwati, D., Wibowo, U. B., Arsyiadanti, H., & Susanti, S. (2021). Studi literatur: Peran
inovasi pendidikan pada pembelajaran berbasis teknologi digital. Jurnal
Inovasi Teknologi Pendidikan, 8(2), 173-184.
Djamrut, D. E. (2015). Inovasi pelayanan publik di kecamatan sungai kunjang Kota
Samarinda. Jurnal Ilmu Pemerintahan, 3(3), 1472-1486.
Endah, K. (2019). Mewujudkan kemandirian desa melalui pengelolaan badan usaha milik
desa. Moderat: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 4(4), 25-33.
Endah, K. (2019). Mewujudkan kemandirian desa melalui pengelolaan badan usaha milik
desa. Moderat: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 4(4), 25-33.
Fatimah, I. F. (2021). Strategi inovasi kurikulum. EduTech: Jurnal Edukasi Dan Teknologi
Pembelajaran, 2(1), 16-30.
Hadiyati, E. (2011). Kreativitas dan inovasi berpengaruh terhadap kewirausahaan usaha
kecil. Jurnal Manajemen dan kewirausahaan, 13(1), 8-16.
Hadiyati, E. (2011). Kreativitas dan inovasi berpengaruh terhadap kewirausahaan usaha
kecil. Jurnal Manajemen dan kewirausahaan, 13(1), 8-16.
Hasan, M. (2015). Inovasi dan modernisasi pendidikan pondok Pesantren. KARSA: Journal
of Social and Islamic Culture, 23(2), 296-306.
Henriyani, E. (2019). Program inovasi desa; antara peluang dan tantangan. Dinamika:
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara, 5(4), 66-70.
Jadesta.(2022).(.https://jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/
kampung_iklim_karangtanjung). Diakses 2023
Mulyadi, M., & Syahid, A. (2020). Faktor pembentuk dari kemandirian belajar siswa. Al-
Liqo: Jurnal Pendidikan Islam, 5(02), 197-214.
Mulyani, H. S., & Sudirno, D. (2021). Penguatan Pengelolaan Keuangan Desa Dan
Optimalisasi Peran BUMDes Terhadap Kemandirian Desa. J-Aksi: Jurnal
Akuntansi Dan Sistem Informasi, 2(1), 87-98.
Pandowoharjosid. (2017). Sejarah Kalurahan

64
(https://pandowoharjosid.slemankab.go.id/first/artikel/2). Diakses 2023
Rantina, M. (2015). Peningkatan Kemandirian Melalui Kegiatan Pembelajaran Practical Life.
Jurnal Pendidikan Usia Dini, 9(1), 181-200.
Rusdiana, S. (2023). Memperkuat Kemandirian Desa: Peran Penting Desa dalam
Mewujudkan Bela Negara. Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia, 5(2), 339-
357.
Setianto, W. A. (2016). Inovasi e-Health Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Jurnal Ilmu
Komunikasi, 14(3), 151-164.
Sidik, F. (2015). Menggali potensi lokal mewujudkan kemandirian desa. JKAP (Jurnal
Kebijakan dan Administrasi Publik), 19(2), 115-131.
Sidik, F. (2015). Menggali potensi lokal mewujudkan kemandirian desa. JKAP (Jurnal
Kebijakan dan Administrasi Publik), 19(2), 115-131.
Soleh, A. (2017). Strategi pengembangan potensi desa. Jurnal Sungkai, 5(1), 32-52.
Sudrajat, T., Komarudin, O., & Zaqiah, Q. Y. (2020). Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran
pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 6(3), 339-
347.
Sumbodo, B. T., Sardi, S., Sunarya, S., & Prasetyanto, H. (2020). Penguatan Desa Wisata
Berbasis Kampung Iklim: Menuju Terwujudnya Ketahanan Pangan di Desa
Pandowoharjo Sleman Yogyakarta. Patria: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 2(1), 69-82.
Sunarto, A. (2020). Pengembangan Sumber Daya Manusia dengan Berbasis Inovasi Untuk
Menghadapi Revolusi Industri 4.0. Jurnal Ilmiah Manajemen, Ekonomi, &
Akuntansi (MEA), 4(2), 397-407.
Triyanto, D. (2018). Analisis Kinerja Pendamping Desa Dalam Upaya Membangun
Kemandirian Desa. Mimbar: Jurnal Penelitian Sosial Dan Politik, 7(2), 56-62.
Warta.(2019).Pemkot Canangkan Program Kampung Iklim (Proklim).
(https://warta.jogjakota.go.id/detail/index/6729). Diakses 2023.
Wijaya, R. A., Qurratu’aini, N. I., & Paramastri, B. (2019). Pentingnya Pengelolaan Inovasi
Dalam Era Persaingan. Jurnal Manajemen dan Bisnis Indonesia, 5(2), 217-227.

65
LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Wawancara

Hubungan Inovasi Desa Wisata Pendidikan dan Ketahanan pangan Dukuh Terhadap
Kemandirian masyarakat

a. Inovasi

Independen Indikator Proxy indikator/ Sumber Data/Data yang dibutuhkan


variabel parameter

Kreativitas Imajinasi, Tingkat literasi ● Profil kelompok Wisata


Pengetahuan petani terhadap Pendidikan dan Ketahanan
dan sistem teknis pangan Dukuh ( Yang bisa
Keterampilan pertanian dan mengungkap terkait sistem
pengalaman pertanian
bertani ● Pengalaman berkecimpung
dalam pendidikan dan
ketahanan pangan
Meliputi waktu seberapa lama
menggeluti, kondisi sebelumnya
bagaimana, apakah hal ini baru
bagi mereka atau ini prinsipnya
sama hanya beda alatnya, atau

66
mereka hanya ala kadarnya

Metode atau cara ● Latar belakang masalah (latar


kerja penemuan belakang inovasi). Apa masalah
yang menyebabkan dibuatnya
Wisata Pendidikan dan
Ketahanan pangan Dukuh
● Siapa saja dan profil
inisiatornya. jika ada data
sekundernya
● Seberapa lama rentang waktu
dan tahapan apa saja dari
perumusan masalah sampai
implementasi

Kalkulasi Kecukupan ● Apa saja faktor given dan non


Resiko identifikasi sumber given
sumber risiko ● Bagaimana dan seberapa
berpengaruh dari setiap resiko
resiko yang muncul

Kesiapan mitigasi ● Apakah dari setiap resiko


risiko memiliki solusinya masing
masing (pencegahan,
penanganan, dan pasca
penanganan)
● Seberapa resiko yang bisa
diatasi
● Seberapa efisien dari setiap
solusi yang ada

67
Pemecahan Analisis Kecukupan/ ● List masalah masalah yang ada
Masalah Masalah kelayakan ● Rumusan masalah
perumusan ● Seberapa cukup dalam rumusan
masalah masalah (pertimbangan yang
komprehensif)

Skala prioritas dan ● Jenis jenis masalah yang di


penyusunan prioritaskan
alternatif alternatif ● Pertimbangan dalam menyusun
solusi prioritas masalah

Fisibilitas solusi ● Bagaimana dan seberapa


(Kelayakan untuk kecocokan inovasi terhadap
diimplementasikan solusi masalah
)

Manajemen Dokumentasi dan ● Bagaimana cara kerja dalam


pengetahuan / analisis data proses pengelolaan data
pembelajaran pengetahuan / lapangan (pengumpulan,
pembelajaran pengolahan, dan pemanfaatan
data)

Pengambilan ● Bagaimana sebuah


keputusan pengetahun/pengalaman
terhadap hasil mampu memberi subtansi
analisis data terhadapan keputusan
pengetahuan /
pembelajaran

Memberi nilai Kemampuan Keunggulan ● Data penjualan


tambah bersaing kompetitif : ● Testimoni pelanggan
pelayanan, kualitas ● Standar kualitas produk (adakah

68
produk dan harga pengujian tertentu)

Strategi ● Cara marketing, media apa saja


komunikasi yang digunakan dan apa
pemasaran dan pertimbanganya
branding ● Bagaimana cara membranding
● Asal usul pembuatan brand

Manajemen Perencanaan ● Deskripsi Komponen yang ada


perubahan bisnis (komponen dalam BMC
komponen yang ● Seberapa adaptasi perubahan
ada di dalam bmc) perencanaan kepada dinamika
lapangan

Dampak dan Peningkatan Efektifitas, ● Bagaimana cara mengukur


Manfaat kinerja efisiensi dan efektivitas Wisata Pendidikan
fleksibilitas dan Ketahanan pangan Dukuh
dalam mencapai tujuan hasil
atau kualitas produk
● Seberapa efektivitas dan
efisiensi tercapai dari inovasi
yang dilakukan
● Upaya spesifik apa yang
dilakukan untuk meningkatkan
produk

Keuntungan ● Apa saja manfaat yang


(Finansial dan diperoleh dari irigasi tetes cabai
manfaat) ● Berapa nilai keuntungan yang
didapatkan

Distribusi ● Siapa saja yang menerima

69
manfaat / cakupan manfaat dari wisata pendidikan
penerima manfaat dan ketahanan pangan dukuh
(langsung) anggota dan
masyarakat

Tingkat ● Sejauh mana kepuasan


penerimaan / masyarakat dengan Desa wisata
kepuasan Dukuh
pengguna layanan

Berkelanjutan Konsistensi ● Status lahan yang saat ini di


(kontinuitas) lakukan praktik desa wisata
penerapan pendidikan dan ketahanan
metode irigasi pangan dukuh dan bagaimana
tetes keberlanjutannya
● Apakah ada pengmbangan
produk di desa wisata
pendidikkan dan ketahanan
pangan, jika iya seberapa efektif
dan seberapa manfaat produk
tersebut dari pada sebelumnya
(materi dan jangkauan)

Multiplier effect ● Desa wisata pendidikan dan


(efek ganda) ketahanan pangan dukuh
memberi dampak apa saja dan
sejauh mana? (tidak langsung)
● Siapa saja yang terdampak dari
Desa Wisata Pendidikan dan
Ketahanan Pangan Dukuh selain
anggota dan dalam bentuk apa

70
● Selama ini Desa Wisata
Pendidikan dan Ketahanan
Pangan Dukuh apakah sudah
mencapai apa yang di tujukan ?
jika tidak apa penyebabnya dan
apa dampak dari tidak
tercapainya tujuan tsb

b. Kemandirian

Independen Indikator Proxy Indikator/ Sumber Data/Data yang dibutuhkan


variabel parameter

Ketidakbergant Keluasan dan Saluran / ruang ● Apakah ada media untuk ruang
ungan kualitas partisipasi partisipasi
Partisipasi ● Seberapa ingin masyarakat untuk
menggunakan hak partisipasinya

Pola partisipasi ● Bagaimana proses kerja partisipasi


di masyarakat ? apakah masyarakat
ikut serta dalam pengambilan
keputusan
● Bagaimana proses partisipasi dalam
pengambilan keputusan

Kecukupan literasi ● Keberadaan ruang untuk


masyarakat tentang membangun literasi
dinamika masalah ● Bagaimana proses penyelesaian
masalah
● Siapa saja pihak yang mengikuti

71
dalam proses penyelesaian masalah

Kemampuan Kapasitas daya Kemampuan ● Bagaimana konsep awal


Mengembangk dukung perencanaan dan perencanaan ? dan seberapa
an Sumber kebijakan dan penganggaran penting dalam pembuatan
Daya anggaran perencanaan
● Dari mana sumber dan cara
mendapatkan dana untuk
membiayai kegiatan inovasi tersebut
● Bagaimana kemampuan menyusun
perencanaan

Kemampuan untuk ● Bagaimana cara


mengimplementasikan mengimplementasikan rencana?
● Bagaimana mengelola proses
dinamika implementasi

Kemampuan evaluasi ● Bagaimana sistem evaluasi dan


dan Akuntabilitas pertanggungjawaban pelaksanaan
perencanaan

Kapasitas Komitmen antar pelaku ● Bagaimana pola hubungan


pelaku diantaranya komunikasi antar
pelaku (termasuk sikap-sikap
pelaku)

Kemampuan ● Perjanjian kerjasama yang pernah


mengembangkan ada (dalam bentuk surat, MOU atau
kerjasama yang lain)
● Profil pihak pihak yang pernah
bekerjasama
● Lingkup kerjasama

72
73
Hubungan Inovasi Desa Wisata Kampung iklim Karangtanjung

a. Inovasi

Independen Indikator Proxy indikator/ Sumber Data/Data yang dibutuhkan


variabel parameter

Kreativitas Imajinasi, Tingkat literasi ● Profil kampung iklim karang


Pengetahuan masyrakat terhadap tanjung ( Yang bisa
dan keberlanjutan mengungkap terkait sistem

Keterampilan lingkungan pertanian ).


● Pengalaman berkecimpung
dalam kampung iklim
karang tanjung
● Meliputi waktu seberapa
lama menggeluti, kondisi
sebelumnya bagaimana,
apakah hal ini baru bagi
mereka atau ini prinsipnya
sama hanya beda alatnya,
atau mereka hanya ala
kadarnya

Metode atau cara kerja ● Latar belakang masalah (latar


penemuan belakang inovasi)
● Siapa saja dan profil
inisiatornya
● Seberapa lama rentang waktu
dan tahapan apa saja dari
perumusan masalah sampai

74
implementasi

Kalkulasi Kecukupan identifikasi ● Apa saja faktor given dan non


Resiko sumber sumber risiko given
● Bagaimana dan seberapa
berpengaruh dari setiap
resiko resiko yang muncul

Kesiapan mitigasi risiko ● Apakah dari setiap resiko


memiliki solusinya masing
masing (pencegahan,
penanganan, dan pasca
penanganan)
● Seberapa resiko yang bisa
diatasi
● Seberapa efisien dari setiap
solusi yang ada

Pemecahan Analisis Kecukupan/kelayakan ● List masalah masalah yang


Masalah Masalah perumusan masalah ada
● Rumusan masalah
● Seberapa cukup dalam
rumusan masalah
(pertimbangan yang
komprehensif)

Skala prioritas dan ● Jenis jenis masalah yang di


penyusunan alternatif prioritaskan
alternatif solusi ● Pertimbangan dalam
menyusun prioritas masalah

Fisibilitas solusi ● Bagaimana dan seberapa

75
(Kelayakan untuk kecocokan inovasi terhadap
diimplementasikan) solusi masalah

Manajemen Dokumentasi dan ● Bagaimana cara kerja dalam


pengetahuan / analisis data proses pengelolaan data
pembelajaran pengetahuan / lapangan (pengumpulan,
pembelajaran pengolahan, dan
pemanfaatan data)

Pengambilan ● Bagaimana sebuah


keputusan terhadap pengetahun/pengalaman
hasil analisis data mampu memberi subtansi
pengetahuan / terhadapan keputusan
pembelajaran

Memberi nilai Kemampuan Keunggulan ● Data penjualan


tambah bersaing kompetitif : pelayanan, ● Testimoni pelanggan
kualitas produk dan ● Standar kualitas produk
harga (adakah pengujian tertentu)

Strategi komunikasi ● Cara marketing, media apa


pemasaran dan saja yang digunakan dan apa
branding pertimbanganya
● Bagaimana cara
membranding
● Asal usul pembuatan brand

Manajemen Perencanaan bisnis ● Deskripsi Komponen yang ada


perubahan (komponen komponen dalam BMC
yang ada di dalam ● Seberapa adaptasi perubahan
bmc) perencanaan kepada
dinamika lapangan

76
Dampak dan Peningkatan Efektifitas, efisiensi ● Bagaimana cara mengukur
Manfaat kinerja dan fleksibilitas efektivitas proklim dalam
mencapai tujuan hasil atau
kualitas lingkungan dan
produk
● Seberapa efektivitas dan
efisiensi tercapai dari inovasi
yang dilakukan
● Upaya spesifik apa yang
dilakukan untuk
meningkatkan produk

Keuntungan (Finansial 1. Apa saja manfaat yang


dan manfaat) diperoleh dari proklim
2. Berapa nilai keuntungan yang
didapatkan

Distribusi manfaat / ● Siapa saja yang menerima


cakupan penerima manfaat dari proklim
manfaat (langsung)

Tingkat penerimaan / ● Sejauh mana kepuasan


kepuasan pengguna kelompok
layanan

Berkelanjutan Konsistensi ● Status lahan yang saat ini


(kontinuitas) di lakukan praktik kampung
penerapan metode iklim karang tanjung dan

irigasi tetes bagaimana


keberlanjutannya
● Apakah ada pengmbangan
produk di kampung iklim

77
karang tanjung, jika iya
seberapa efektif dan
seberapa manfaat produk
tersebut dari pada
sebelumnya (materi dan
jangkauan)

Multiplier effect (efek ● Proklim memberi dampak apa


ganda) saja dan sejauh mana? (tidak
langsung)
● Siapa saja yang terdampak
dari proklim selain anggota
proklim dan dalam bentuk
apa
● Selama ini apakah sudah
mencapai apa yang
kampung iklim
karangtanjung tidak apa
penyebabnya dan apa
dampak dari tidak
tercapainya

Kemandirian

Independen Indikator Proxy Indikator/ Sumber Data/Data yang dibutuhkan


variabel parameter

Ketidakbergant Keluasan dan Saluran / ruang ● Apakah ada media untuk


ungan kualitas partisipasi ruang partisipasi
Partisipasi ● Seberapa ingin masyarakat
untuk menggunakan hak

78
partisipasinya

Pola partisipasi ● Bagaimana proses kerja


partisipasi di masyarakat ?
apakah masyarakat ikut serta
dalam pengambilan
keputusan
● Bagaimana proses partisipasi
dalam pengambilan
keputusan

Kecukupan literasi ● Keberadaan ruang untuk


masyarakat tentang membangun literasi
dinamika masalah ● Bagaimana proses
penyelesaian masalah
● Siapa saja pihak yang
mengikuti dalam proses
penyelesaian masalah

Kemampuan Kapasitas daya Kemampuan ● Bagaimana konsep awal


Mengembangk dukung perencanaan dan perencanaan ? dan seberapa
an Sumber kebijakan dan penganggaran penting dalam pembuatan
Daya anggaran perencanaan
● Dari mana sumber dan cara
mendapatkan dana untuk
membiayai kegiatan inovasi
tersebut
● Bagaimana kemampuan
menyusun perencanaan

Kemampuan untuk ● Bagaimana cara

79
mengimplementasikan mengimplementasikan
rencana?
● Bagaimana mengelola proses
dinamika implementasi

Kemampuan evaluasi ● Bagaimana sistem evaluasi


dan Akuntabilitas dan pertanggungjawaban
pelaksanaan perencanaan

Kapasitas Komitmen antar pelaku ● Bagaimana pola hubungan


pelaku diantaranya komunikasi antar
pelaku (termasuk sikap-sikap
pelaku)

Kemampuan ● Perjanjian kerjasama yang


mengembangkan pernah ada (dalam bentuk
kerjasama surat, MOU atau yang lain)
● Profil pihak pihak yang
pernah bekerjasama
● Lingkup kerjasama

80
PERTANYAAN DESA WISATA PENDIDIKAN DAN KETAHANAN PANGAN DUKUH

(INOVASI)

Imajinasi, Pengetahuan dan Keterampilan

Tingkat literasi petani terhadap sistem teknis pertanian dan pengalaman bertani
1. Profil kelompok tani ( Yang bisa mengungkap terkait sistem pertanian ). jika ada data
sekunder
2. Pengalaman berkecimpung dalam pendidikan dan ketahanan pangan
Meliputi waktu seberapa lama menggeluti, kondisi sebelumnya bagaimana, apakah
hal ini baru bagi mereka atau ini prinsipnya sama hanya beda alatnya, atau mereka
hanya ala kadarnya

Metode atau cara kerja penemuan


1. Latar belakang masalah (latar belakang inovasi). Apa masalah yang menyebabkan
dibuatnya Wisata Pendidikan dan Ketahanan pangan Dukuh
2. Siapa saja dan profil inisiatornya. jika ada data sekundernya
3. Seberapa lama rentang waktu dan tahapan apa saja dari perumusan masalah sampai
implementasi.

Kalkulasi Resiko

Kecukupan identifikasi sumber sumber risiko


1. Apa saja faktor given dan non given
2. Bagaimana dan seberapa berpengaruh dari setiap resiko resiko yang muncul

Kesiapan mitigasi risiko


1. Apakah dari setiap resiko memiliki solusinya masing masing (pencegahan,
penanganan, dan pasca penanganan)

81
2. Seberapa resiko yang bisa diatasi
3. Seberapa efisien dari setiap solusi yang ada

Analisis Masalah

Kecukupan/kelayakan perumusan masalah


1. List masalah masalah yang ada
2. Rumusan masalah
3. Seberapa cukup dalam rumusan masalah (pertimbangan yang komprehensif). Apa
saja menjadi pertimbangan dari rumusan masalah apakah itu cukup dalam jika di liat
dari berbagai pandangan

Skala prioritas dan penyusunan alternatif alternatif solusi


1. Jenis jenis masalah yang di prioritaskan.
2. Pertimbangan dalam menyusun prioritas masalah. data yang di butuhkan adalah
pertimbangan kenapa itu di prioritaskan atau tidaknya

Fisibilitas solusi (Kelayakan untuk diimplementasikan)


1. Bagaimana dan seberapa kecocokan inovasi terhadap solusi masalah

Manajemen pengetahuan / pembelajaran

Dokumentasi dan analisis data pengetahuan / pembelajaran


1. Bagaimana cara kerja dalam proses pengelolaan data lapangan (pengumpulan,
pengolahan, dan pemanfaatan data). cara kerja mereka di lapangan di liput dari 3
topik di dalam kurung

Pengambilan keputusan terhadap hasil analisis data pengetahuan / pembelajaran

82
1. Bagaimana sebuah pengetahun/pengalaman mampu memberi subtansi terhadapan
keputusan. data yang di butuhkan apakah setiap keputusan itu di di pertimbangkan
berdasarkan pengalaman

Kemampuan bersaing

Keunggulan kompetitif : pelayanan, kualitas produk dan harga


1. Data penjualan. data sekunder jika ada
2. Testimoni pelanggan
3. Standar kualitas produk (adakah pengujian tertentu)

Strategi komunikasi pemasaran dan branding


1. Cara marketing, media apa saja yang digunakan dan apa pertimbanganya
2. Bagaimana cara membranding Wisata Pendidikan dan Ketahanan pangan
Dukuh/brand sendiri
3. Asal usul pembuatan brand

Manajemen perubahan

Perencanaan bisnis (komponen komponen yang ada di dalam bmc)


1. Deskripsi Komponen yang ada dalam BMC (customer segments, value propositions,
channels, customer relation, revenue streams, key resources, key activities, key
partners, dan cost structure)
2. Seberapa adaptasi perubahan perencanaan kepada dinamika lapangan. data yang
dibutuhkan adalah dari perencanaan awal apakah memiliki perubahan setelah
diimplementasikan di lapangan dengan berbagai dinamika di lapangan

Peningkatan kinerja

Efektifitas, efisiensi dan fleksibilitas

83
1. Bagaimana cara mengukur efektivitas kampung iklim karang tanjung dalam
mencapai tujuan hasil atau kualitas produk
2. Seberapa efektivitas dan efisiensi tercapai dari inovasi yang dilakukan
3. Upaya spesifik apa yang dilakukan untuk meningkatkan produk

Keuntungan (Finansial dan manfaat)


1. Apa saja manfaat yang diperoleh dari kampung iklim
2. Berapa nilai keuntungan yang didapatkan

Distribusi manfaat / cakupan penerima manfaat


1. Siapa saja yang menerima manfaat dari kampung iklim karang tanjung (langsung)
anggota dan masyarakat

Tingkat penerimaan / kepuasan pengguna layanan


1. Sejauh mana kepuasan kelompok

Berkelanjutan

Konsistensi (kontinuitas) penerapan metode irigasi tetes


1. Status lahan yang saat ini di lakukan praktik kampung iklim karang tanjung dan
bagaimana keberlanjutannya
2. Apakah ada pengmbangan produk di kampung iklim karang tanjung, jika iya
seberapa efektif dan seberapa manfaat produk tersebut dari pada sebelumnya
(materi dan jangkauan)

Multiplier effect (efek ganda)


1. kampung iklim karang tanjung memberi dampak apa saja dan sejauh mana?
(tidak langsung)
2. Siapa saja yang terdampak dari irigasi tetes cabai selain kelompok tani dan dalam
bentuk apa

84
3. Selama ini apakah sudah mencapai apa yang kampung iklim karangtanjung
tidak apa penyebabnya dan apa dampak dari tidak tercapainya tujuan

(KEMANDIRIAN)

Keluasan dan kualitas Partisipasi


Saluran/ ruang partipasi
1. Apakah ada media untuk ruang partisipasi
2. Seberapa ingin masyarakat untuk menggunakan hak partisipasinya

Pola partisipasi
1. Bagaimana proses kerja partisipasi di masyarakat ? apakah masyarakat ikut serta
dalam pengambilan keputusan
2. Bagaimana proses partisipasi dalam pengambilan keputusan

kecukupan literasi masyarakat tentang dunamika masalah


1. Keberadaan ruang untuk membangun literasi
2. Bagaimana proses penyelesaian masalah
3. Siapa saja pihak yang mengikuti dalam proses penyelesaian masalah

Kapasitas daya dukung kebijakan dan anggaran

Kemampuan perencanaan dan penganggaran


1. Bagaimana konsep awal perencanaan ? dan seberapa penting dalam pembuatan
perencanaan?
2. Dari mana sumber dan cara mendapatkan dana untuk membiayai kegiatan inovasi
tersebut?
3. Bagaimana kemampuan menyusun perencanaan

85
Kemampuan untuk mengimplementasikan
1. Bagaimana cara mengimplementasikan rencana?
2. Bagaimana mengelola proses dinamika implementasi?

Kemampuan evaluasi dan Akuntabilitas


1. Bagaimana sistem evaluasi dan pertanggungjawaban pelaksanaan perencanaan?

Kapasitas pelaku

Komitmen antar pelaku


1. Bagaimana pola hubungan diantaranya komunikasi antar pelaku (termasuk sikap-
sikap pelaku)?

Kemampuan mengembangkan kerjasama


1. Perjanjian kerjasama yang pernah ada (dalam bentuk surat, MOU atau yang lain)
2. Profil pihak pihak yang pernah bekerjasama
3. Lingkup kerjasama

86
Lampiran 2. Tor Penelitian

TOR PENELITIAN

Penelitian ini mengambil tema Hubungan Inovasi terhadap Kemandirian Desa. Isu-isu
desa masih menjadi persoalan menarik yang perlu dikaji lebih mendalam, khususnya untuk
mencapai kemandirian. Dalam UU Desa no 6 tahun 2014 disebutkan, bahwa desa perlu
dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga
dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.
Desa diberikan kewenangan dalam mengurus urusan dalam rumah tangganya sendiri seperti
dalam perencanaan, pelaksanaan dan juga manfaat bagi penyelenggara pembangunan desa
maju, kuat, serta mandiri.
Dalam mewujudkan desa mandiri, diasumsikan memerlukan inovasi dalam
menggerakan dan mengembangkan sumberdaya di desa. Di provinsi D.I. Yogyakarta, telah
ada beberapa desa yang dapat disebut desa mandiri dan desa inovasi. Salah satunya adalah
Desa pandowoharjo, Kabupaten Sleman.
Di Pandowoharjo, penelitian ini akan mengambil dua topik, khususnya yang
terhubung dengan desa wisata. Keduanya yaitu inovasi pada Desa Wisata Pendidikan dan
Ketahanan Pangan Dukuh dan inovasi pada Desa Wisata Kampung Iklim Karangtanjung.
Keduanya, oleh Jadesta (jaringan Desa Wisata, Kemenparekraf) diklasifikasikan sebagai desa
wisata maju (level ketiga dari empat kategori). Desa Wisata Pendidikan dan Ketahanan
Pangan Dukuh dipilih karena diduga bentuk inovasi desa wisata yang menawarkan kegiatan
pembelajaran seperti Omah Pinter, Omah Paseduluran, penciptaan gas skala rumah tangga,
budidaya jamur, budidaya susu sapi, kerajinan lilin, belajar naik kuda, dan banyak lainnya.
Adapun Desa Wisata Kampung Iklim Karangtanjung, berdasarkan informasi awal yang
diperoleh, merupakan program yang diusung oleh PPDM (Program Pengembangan Desa
Mitra) yang mana diprioritaskan pada upaya pemanenan air hujan dan pemanfaatannya
untuk pengelolaan lahan pekarangan dengan berbagai kegiatan ekonomi produktif tanaman
sayuran, perikanan, peternakan dan pariwisata. Melalui PPDM ini bersama-sama

87
masyarakat membuat Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH), peresapan, saluran buntu/rorak
dan memanfaatkannya untuk pengelolaan lahan pekarangan. Pada tahun 2017
Karangtanjung yang merupakan dusun dari Pandowoharjo memenangkan sebuah lomba
proklim tingkat Kabupaten Sleman. Lomba proklim merupakan lomba yang diselenggarakan
oleh Kementerian Lingkungan Hidup yang bertujuan menanggulangi dampak dari aktivitas
manusia yang sangat merugikan lingkungan antara lain, rumah kaca, pembakaran sampah,
dan lain sebagainya.
Alasan memilih dua topik tersebut dikarenakan setelah kami melakukan beberapa
identifikasi kajian/riset ternyata inovasi pada keduanya belum banyak dikerjakan. Adapun
keunggulan masing -masing topik yaitu :

● Desa proklim sendiri memiliki potensi strategis yang bisa berkembang lebih lanjut
sebagai desa wisata.Hal ini sejalan dengan keinginan warga untuk dikembangkan,
Dalam upaya meneguhkan sebagai desa wisata, Kampung Iklim Karangtanjung
melestarikan berbagai tradisi budaya antara lain yaitu kenduri, wiwit, sampai
dengan permainan tradisional anak-anak.
● Desa wisata Pendidikan dan Ketahanan Pangan Dukuh memiliki banyak hal menarik
sebagai destinasi wisata, seperti Omah Pinter, Omah Paseduluran, penciptaan gas
skala rumah tangga, budidaya jamur, budidaya susu sapi, kerajinan lilin, belajar naik
kuda, dan lainnya. Ini menjadi semacam pusat pembelajaran tentang bagaimana
bertahan hidup dan berkembang, sebagai alternatif pendidikan non-akademik.

Hasil yang diharapkan dari riset ini yaitu dapat menemukan bagaimana keterkaitan antara
inovasi terhadap kemandirian desa, sehingga dapat diterapkan hasil kajiannya untuk
penyelesaian masalah-masalah yang ada di desa-desa lain.

Adapun sumber informan yang dibutuhkan yaitu mencangkup pengelola Desa Wisata,
Pemerintah Desa, para inisiator, dukuh, karyawan atau pekerja. maupun masyarakat sekitar.
Penelitian akan dilakukan selama bulan November sampai dengan Desember 2023.

88
Lampiran 3. Dokumentasi

Perencanaan penelitian di kantor YSID


Panggungharjo

Rapat persiapan penelitian dan penentuan lokasi penelitian

89
Rapat dengan pemerintahan dan melihat progam yang dilaksanakan oleh desa
Pandowoharjo di damping pihak YSID Panggungharjo

Di
kantor

Kalurahan Pandowharjo untuk meminta izin melakukan penelitian di desa Pandowoharjo


dengan 2 isu penelitian Desa wisata Pendidikan dan Ketahanan Pangan Dukuh dan Desa
Wisata Kampung Iklim Karangtanjung

90
Dokumentasi wawancara dengan pihak yang mewakili desa, warga, dan Masyarakat
yang memiliki produk dalam kegiatan Desa Wisata

Keseruan Kelompok Labsos Panggungharjo


Lampiran 3. Surat Surat

91
Surat surat perizinan penelitian dari kampus
UNU Yogyakarta dan dari kantor YSID
Pangungharjo

92

Anda mungkin juga menyukai