K3P1 - Revisi - Keselamatan Dan Kesehatan Kerja TM 1
K3P1 - Revisi - Keselamatan Dan Kesehatan Kerja TM 1
KESELAMATAN KERJA
Okupasi : Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman
Kelompok 3 P1
Anggota Kelompok
Alya Yonarsita Firli Alya Rahma
Melaksanakan pengendalian
07 Mengevaluasi hasil pengamatam tetap 15
OPT/perlakukan karantina OPTK
Mengevaluasi keefektifan pengendalian
08 Melaksanakan surveilans 16
/tindakan karantina OPT/OPTK
UU No. 1 th. 1970 Keselamatan Kerja
Isi :
-Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah Keselamatan Kerja yang berlaku didalam
wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. (Pasal 2 ayat 1)
-Perusahaan diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan
kemampuan fisik dari tenaga kerja yg akan diterimanya maupun akan di pindahkan
sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya. (Pasal 8 ayat 1)
-Perusahaan diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang
berada dibawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan
kebakaran serta peningkatan K-3, begitupula dalam pemberian pertolongan pertama
pada kecelakaan. (Pasal 9 ayat 3)
Isi :
-Setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja.
-Program jaminan sosial tenaga kerja wajib di lakukan oleh setiap perusahaan bagi
tenaga kerja yang melakukan pekerjaan dalam hubungan kerja sesuai dengan
ketentuan undang-undang ini.
-Ruang lingkup program jaminan sosial tenaga kerja dalam undang-undang ini
meliputi :
1. Jaminan kecelakaan kerja
2. Jaminan kematian
3. Jaminan hari tua
4. Jaminan pemeliharaan kesehatan
-Perusahaan wajib mengurus hak tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja kepada
badan penyelenggara sampai memperoleh hak.
Isi :
Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan (ps. 87
ayat 1)
Isi :
Pasal 15
Produsen wajib mengelola kemasan dan/atau barang yang diproduksinya yang tidak
dapat atau sulit terurai oleh proses alam.
Pasal 166
(2) Majikan atau pengusaha menanggung biaya atas gangguan kesehatan akibat kerja
yang diderita oleh pekerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Isi :
Pasal 5
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya.
Pasal 8
Pengusaha harus menyebarluaskan kebijakan K3 yang telah ditetapkan kepada
seluruh pekerja/buruh, orang lain selain pekerja/buruh yang berada di
perusahaan, dan pihak lain yang terkait.
Isi :
-Perusahaan wajib melaporkan tiap kecelakaan yg terjadi ditempat kerja yg
dipimpin kepada Kepala Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat dalam waktu
tidak lebih dari 2x24 (dua kali dua puluh empat) jam terhitung sejakterjadinya
kecelakaan.
-Penyampaian laporan dapat dilakukan secara lisan sebelum dilaporkan secara
tertulis.
Isi :
Pasal 2 Bahan kimia campuran menerapkan GHS secara sukarela (ps2.2)
Pasal 17 Peraturan berlaku 6 bulan sejak tanggal ditetapkan --> 24 Maret 2010
Isi :
Pasal 3 Penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan
pemulihan lahan terkontaminasi limbah B3 yang diakibatkan dari usaha
dan/atau kegiatannya.
Isi :
Pasal 4 Setiap orang berhak atas kesehatan.
Pasal 9 (1) Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pasal 13 1) Setiap orang berkewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan
sosial.
Pasal 62 (1) Peningkatan kesehatan merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat untuk mengoptimalkan
kesehatan melalui kegiatan penyuluhan, penyebarluasan informasi, atau kegiatan
lain untuk menunjang tercapainya hidup sehat.
(Lanjutan) UU No. 36 Tahun 2009 Kesehatan
13 Oktober 2009
Isi :
Pasal 163 (2) Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup
lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas
umum. (3) Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bebas dari unsur-
unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain: a. limbah cair; b. limbah
padat; c. limbah gas; d. sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan pemerintah; e. binatang pembawa penyakit; f. zat kimia yang berbahaya;
g. kebisingan yang melebihi ambang batas; h. radiasi sinar pengion dan non
pengion; i. air yang tercemar; j. udara yang tercemar; dan k. makanan yang
terkontaminasi.
Pasal 164 (1) Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup
sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerjaan. (6) Pengelola tempat kerja wajib menaati standar
kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan menjamin lingkungan
kerja yang sehat serta bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja.
Isi :
Pasal 2 (1) Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat
kerja.
Pasal 3 (1) APD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi: pelindung kepala,
pelindung mata dan muka, pelindung telinga, pelindung pernapasan beserta
perlengkapannya, pelindung tangan, dan/atau pelindung kaki.
Pasal 4 (1) APD wajib digunakan di tempat kerja di mana:
Pasal 5 Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan
memasang rambu rambu mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat kerja.
Pasal 6 (1) Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib
memakai atau menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko. (2)
Pekerja/buruh berhak menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan
apabila APD yang disediakan tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan.
Permenaker No. 8 Tahun 2010 Alat Pelindung Diri
6 Juli 2010
Isi :
Pasal 8 (1) APD yang rusak, retak atau tidak dapat berfungsi dengan baik harus
dibuang dan/atau dimusnahkan.
Pasal 11 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Isi :
Pasal 2 (a) Bahan kimia tunggal menerapkan GHS secara wajib sejak 24 Maret
2010. (b) Bahan kimia campuran menerapkan GHS secara sukarela dan
diberlakukan wajib sejak akhir Desember 2013.
Pasal 3 Ketentuan penerapan GHS secara sukarela bagi bahan kimia campuran
sebagaimana dimaksud pada pasal 2 huruf b, berpedoman pada: a. Panduan GHS
(purple book), diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa edisi 2, b. Panduan
Teknis penerapan GHS di industri diterbitkan Direktorat Industri Kimia Hulu,
Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia, Kementrian Perindustrian.
Pasal 5 Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan
Isi :
Sistem Harmonisasi Global tentang klasifikasi dan Pelabelan Bahan Kmia
(Globally Harmonized System of Classification and Labelling of Chemicals)
selanjutnya disingkat GHS adalah suatu pendekatan umum dan logis yang
terharmonisasi secara global untuk mendefinisikan dan mengklasifikasikan
bahaya bahan kimia serta mengkomunikasikan informasi tersebut pada label dan
Lembar Data Keselamatan Bahan/LDKB/ MSDS