Anda di halaman 1dari 37

KESEHATAN DAN

KESELAMATAN KERJA
Okupasi : Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman

Kelompok 3 P1
Anggota Kelompok
Alya Yonarsita Firli Alya Rahma

Syafira Yustitia Ardhina Nabil Ahmad Mutohar


Unit Kompetensi
01 Mengaktualisasi nilai-nilai kehidupan 09 Mengevaluasi hasil surveilans

02 Mengorganisasikan pekerjaan 10 Mengumpulkan spesimen

03 Melakukan komunikasi dialogis 11 Memurnikan isolat

04 Membangun jejaring kerja 12 Membuat koleksi OPT/OPTK

Membuat bahan informasi dan


05 Mengorganisasikan masyarakat 13
visualisasi OPT/OPTK

06 Mengevaluasi hasil pengamatan keliling 14 Mempraktikan risiko OPT/OPTK

Melaksanakan pengendalian
07 Mengevaluasi hasil pengamatam tetap 15
OPT/perlakukan karantina OPTK
Mengevaluasi keefektifan pengendalian
08 Melaksanakan surveilans 16
/tindakan karantina OPT/OPTK
UU No. 1 th. 1970 Keselamatan Kerja

Isi :
-Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah Keselamatan Kerja yang berlaku didalam
wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. (Pasal 2 ayat 1)
-Perusahaan diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan
kemampuan fisik dari tenaga kerja yg akan diterimanya maupun akan di pindahkan
sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya. (Pasal 8 ayat 1)
-Perusahaan diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang
berada dibawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan
kebakaran serta peningkatan K-3, begitupula dalam pemberian pertolongan pertama
pada kecelakaan. (Pasal 9 ayat 3)

Kondisi pada Okupasi :


-Perusahaan wajib memberikan jaminan sosial berupa BJPS ketenagakerjaan kepada
seluruh karyawan.
-Pemerikasaan rutin kepada seluruh karyawan.
-Penyelenggaraan pembinaan pencegahan kecelakaan dan pelatihan pemadam
kebakaran untuk petugas pemadam.
UU No. 3 th. 1992 Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Isi :
-Setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja.
-Program jaminan sosial tenaga kerja wajib di lakukan oleh setiap perusahaan bagi
tenaga kerja yang melakukan pekerjaan dalam hubungan kerja sesuai dengan
ketentuan undang-undang ini.
-Ruang lingkup program jaminan sosial tenaga kerja dalam undang-undang ini
meliputi :
1. Jaminan kecelakaan kerja
2. Jaminan kematian
3. Jaminan hari tua
4. Jaminan pemeliharaan kesehatan
-Perusahaan wajib mengurus hak tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja kepada
badan penyelenggara sampai memperoleh hak.

Kondisi pada Okupasi :


Perusahaan wajib memberikan jaminan sosial berupa BJPS ketenagakerjaan dan
tunjangan dihari tua kepada seluruh karyawan.
Undang-undang RI No. 13 th 2003
Ketenagakerjaan

Isi :
Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan (ps. 87
ayat 1)

Kondisi pada Okupasi :


Menerapkan sistem K3 sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Undang-undang no. 18 th 2008
Pengelolaan sampah

Isi :
Pasal 15
Produsen wajib mengelola kemasan dan/atau barang yang diproduksinya yang tidak
dapat atau sulit terurai oleh proses alam.

Kondisi pada Okupasi :


Mengelola sampah kemasan /barang yang sulit terurai.
Undang-Undang No.32 th 2009
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Isi :
Pasal 34
1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib amdal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) wajib memiliki UKL UPL.
Pasal 47
1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan hidup, ancaman terhadap ekosistem dan kehidupan, dan/atau
kesehatan dan keselamatan manusia wajib melakukan analisis resiko lingkungan hidup.
Pasal 58
(1) Setiap orang yang memasukkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, memanfaatkan,
membuang, mengolah, dan/atau menimbun B3 wajib melakukan pengelolaan B3.

Kondisi pada Okupasi :


-Pengelolaan memiliki amdal atau UKL-UPL wajib setiap usaha dan/atau kegiatan
-Perusahaan mengidentifikasi dengan melakukan analisis resiko lingkungan hidup.
-Pengelolaan B3 sesuai prosedur yang berlaku.
Undang-Undang No. 36 th 2009
Kesehatan
Isi :
Pasal 165
(3) Dalam penyeleksian pemilihan calon pegawai pada perusahaan/instansi, hasil
pemeriksaan kesehatan secara fisik dan mental digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Pasal 166
(2) Majikan atau pengusaha menanggung biaya atas gangguan kesehatan akibat kerja
yang diderita oleh pekerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Kondisi pada Okupasi :


-Pemerikasaan kesehatan terhadap calon tenaga kerja
-Memberikan jaminan sosial kepada tenaga kerja berupa BPJS ketenagakerjaan
PP 50 tahun 2012 Penerapan SMK3

Isi :
Pasal 5
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya.

Pasal 8
Pengusaha harus menyebarluaskan kebijakan K3 yang telah ditetapkan kepada
seluruh pekerja/buruh, orang lain selain pekerja/buruh yang berada di
perusahaan, dan pihak lain yang terkait.

Kondisi pada Okupasi :


Pembuatan kebijakan K3 kepada tenaga kerja.
Permenaker. RI No.Per.02/MEN/1980 Pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja dalam penyelenggaraan keselamatan kerja
Isi :
- Pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 tahun sekali
(Pasal 3 ayat 2)
- Pemeriksaaan kesehatan khusus dilakkukan pula terhadap :
a. tenaga kerjayang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan
perawatan yang lebih dari 2 (dua) minggu
b. tenaga kerja yang berusia diatas 40 tahun atau tenaga kerja wanita dan tenaga
kerja cacat serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu
c. tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan-gangguan
kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan
(Pasal 5 ayat 2)

Kondisi pada Okupasi :


- Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan khusus pada pekerja
- Melakukan pemeriksaan khusus pada beberapa kondisi pekerja
Permenaker. RI No.Per.04/MEN/1980 Syarat-syarat pemasangan
dan pemeliharaan alat pemadam api ringan
Isi :
Alat pemadam api ringan ialah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu
orang untuk memadamkan api pada mula terjadinya kebakaran. (Pasal 1 ayat 1)
Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi
yg mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta di lengkapi dengan
pemberian tanda pemasangan. (Pasal 4 ayat 1)
Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut adalah 125 cm dari dasar lantai tepat
diatas satu atau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan. (Pasal 4 ayat 3)
Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan jenis
dan penggolongan kebakaran. (Pasal 4 ayat 4)
Penempatan antara alat pemadam api yg satu dengan yg lainnya atau kelompok
satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali di tetapkan lain oleh
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja. (Pasal 4 ayat 5)
Semua tabung alat pemadam api ringan sebaiknya berwarna merah. (Pasal 4 ayat 6)
Dilarang memasang dan menggunakan alat pemadam api ringan yg didapati sudah
berlubang-lubang atau cacat karena karat. (Pasal 5)
(Lanjutan) Permenaker. RI No.Per.04/MEN/1980 Syarat-syarat
pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan
Isi :
Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan atau tempat dimana
suhu melebihi 490C atau turun sampai minus 440C kecuali apabila alat pemadam
api ringan tersebut dibuat khusus untuk suhu diluar batas tersebut. (Pasal 9)
Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2(dua) kali dalam setahun, yaitu :
a. Pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan.
b. Pemeriksaan dalam jangka 12 (dua belas) bulan. (Pasal 11 ayat 1)
Petunjuk cara-cara pemakaian alat pemadam api ringan harus dapat dibaca dengan
jelas (Pasal 14)

Kondisi pada Okupasi :


Memasang alat pemadam api ringan dan tata cara penggunaan nya yang sesuai dengan
ketentuan.
Permenaker. RI No.Per.01/MEN/1981 Kewajiban Melapor Penyakit
Akibat Kerja.
Isi :
Penyakit akibat kerja ialah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja. (Pasal 1)
Perusahaan wajib menyediakan secara Cuma-Cuma semua alat perlindungan diri
yang diwajibkan penggunaanya oleh tenaga kerja yg berada dibawah pimpinannya
untuk pencegahan penyakit akibat kerja. (Pasal 4 ayat 3)
Tenaga kerja harus memberikan keterangan-keterangan yg diperlukan bila diperiksa
oleh Dokter atau pegawai pengawas K-3. (Pasal 5 ayat 1)
Tenaga kerja harus memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan untuk pen
cegahan penyakit akibat kerja. (Pasal 5 ayat 2)
Tenaga kerja berhak menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan pada
pekerjaan yang diragukan keadaan pencegahannya terhadap penyakit akibat kerja
(Pasal 5 ayat 5)
Tenaga kerja harus memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat untuk pencegahan
penyakit akibat kerja.
Lampiran Daftar Penyakit-Penyakit akibat kerja yang harus dilaporkan
(Lanjutan) Permenaker. RI No.Per.01/MEN/1981 Kewajiban Melapor
Penyakit Akibat Kerja.
Kondisi pada Okupasi :
Menggunakan APD yang harus disediakan oleh perusahaan serta memberikan
keterangan yang jelas saat diperiksa mengenai penyakita akibat kerja.
Permenaker. RI No.Per.03/MEN/1982
Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.
Isi :
Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan Pelayanan Kesehatan Kerja. (Pasal 3 ayat
1)
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja dipimpin dan dijalankan oleh seorang
dokter yang disetujui oleh Direktur. (Pasal 5)
Dokter dan tenaga kesehatan dalam melaksanakan Pelayanan Kesehatan Kerja,
bebas memasuki tempat-tempat kerja untuk melakukan pemeriksaan-pemeriksaan
dan mendapatkan keterangan-keterangan yang diperlukan. (Pasal 6 ayat 2)
Pelanggaran terhadap Pasal 3 ayat (2), Pasal 6 ayat (1), Pasal 7 ayat (1) dan Pasal 8
diancam hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda setinggi-
tingginya seratus ribu rupiah, sesuai dengan Pasal 15 ayat (2) Undang-undang No.1
Tahun 1970 (Pasal 10 ayat 1)

Kondisi pada Okupasi :


Mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.
Instruksi Menaker No.Ins.2/M/BW/BK/84
Pengesahan Alat Pelindung Diri
Isi :
Mengawasi pemakaian alat-alat pelindung diri perorangan sesuai dengan ruang
lingkup dan jenis-jenis penggunaan serta pekerjaannya di perusahaan
Mengawasi pengedaran dan pemakaian alat-alat pelindung diri perorangan baik
buatan dalam negeri maupun luar negeri dan memiliki sertifikat kelayakan dari
Direktorat BNKK dan Hperkes.

Kondisi pada Okupasi :


Memastikan APD yang digunakan sesuai dengan standar agar aman.
Kep. Menaker No. Kep. 333/MEN/1989
Diagnosis & Pelaporan Penyakit Akibat Kerja.
Isi :
Penyakit akibat kerja dapat diketemukan atau di diagnosis sewaktu dilaksanakan
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja.
Dalam pemeriksaan kesehatan tenaga kerja harus ditentukan apakah penyakit yang
diderita tenaga kerja merupakan penyakit akibat kerja atau bukan.
Diagnosis penyakit akibat kerja ditegakkan melalui serangkaian pemeriksaan klinis
dan pemeriksaan kondisi pekerjaan serta lingkungannya untuk membuktikan
adanya hubungan sebab akibat antara penyakit dan pekerjaannya.
Jika terdapat keraguan dalam menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja oleh
dokter pemeriksa kesehatan dapat dikonsultasikan kepada dokter penasehat
Tenaga Kerja dan apabila diperlukan dapat juga dikonsultasikan kepada dokter
yang ahli yang bersangkutan.

Kondisi pada Okupasi :


Memberikan keterangan mengenai penyakit yang diakibatkan pekerjaan.
Inst. menaker. RI No.Per.II/MEN/1997 Pengawasan Khusus K3
Penanggulangan Kebakaran.
Isi :
Tindakan pencegahan agar tidak terjadi kebakaran dengan cara mengeliminir atau
mengendalikan berbagai bentuk perwujudan energi yg digunakan, hendaknya
diprioritaskan pada masalah yang menonjol dalam statistik penyebab kebakaran.
Tindakan dalam rangka upaya mengurangi tingkat keparahan resiko kerugian yang
terjadi maupun jatuhnya korban jiwa, dengan cara melokalisasi/kompartemenisasi
agar api,asap dan gas tidak mudah meluas kebagian yang lain.
Penyediaan alat atau instansi proteksi kebakaran seperti sistem deteksi atau alarm
kebakaran dan alat pemadam api ringan, hydran, springkler / instalasi khusus yang
handal dan mandiri melalui perencanaan, pemasangan dan pemeliharaan sesuai
ketentuan standar.
Tersedianya sarana jalan untuk menyelamatkan diri yang aman, lancar dan
memadai sesuai jumlah orang dan bentuk konstruksi bangunan.
Terbentuknya organisasi tanggap darurat untuk menanggulangi bila terjadi bahaya
kebakaran.

Kondisi pada Okupasi :


Mengetahui dan melaksanakan penanggulangan saat terjadinya kebakaran.
Permenaker No. Per-01/MEN/199 Penyelenggaraan Pemeliharaan
Kesehatan bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Baik dari paket
Jaminan Pemeliharaan Dasar JAMSOSTEK
Isi :
-Perusahaan yang menyelenggarakan sendiri pemeliharaan kesehatan dapat
dengan cara:
a. Menyediakan sendiri atau bekerja sama dengan fasilitas Pelaksana Pelayanan
Kesehatan
b. Bekerjasama dengan badan yang menyelenggarakan pemeliharaan kesehatan
c. Bersama beberapa perusahaan menyelenggarakan suatu pelayanan kesehatan
-Perusahaan dinyatakan dengan manfaat lebih dari Jamsostek bila memenuhi
ketentuan: Liputan pelayanan kesehatan yang diberikan sekurang-kurangnya
meliputi tenaga kerja laki-laki maupun wanita dan keluarga yang terdiri suami
atau istri dan anak yang sah
Anak: anak kandung, anak angkat dan anak tiri yang berusia sampai 21 tahun,
belum bekerja, belum menikah dengan pembatasan sebanyak-banyaknya 3 anak.
(Lanjutan)
Permenaker No. Per-01/MEN/199 Penyelenggaraan Pemeliharaan
Kesehatan bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Baik dari paket
Jaminan Pemeliharaan Dasar JAMSOSTEK
Isi :
-Paket jaminan pemeliharaan kesehatan dengan manfaat lebih baik dari
Jamsostek sekurang-kurangnya meliputi:
a. rawat jalan tingkat pertama
b. rawat jalan tingkat lanjutan
c. rawat inap
d. pemeriksaan kehamilan dan persalinan
e. penunjang diagnostik
f. pelayanan khusus dan
g. gawat darurat

Kondisi pada Okupasi :


Jaminan penyelenggaran pemeliharaan kesehatan harus didapat oleh tenaga kerja
dari pihak perusahaan
Permenaker. RI No.Per.03/MEN/1998 Tata Cara Pelaporan &
Pemeriksaan Kecelakaan

Isi :
-Perusahaan wajib melaporkan tiap kecelakaan yg terjadi ditempat kerja yg
dipimpin kepada Kepala Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat dalam waktu
tidak lebih dari 2x24 (dua kali dua puluh empat) jam terhitung sejakterjadinya
kecelakaan.
-Penyampaian laporan dapat dilakukan secara lisan sebelum dilaporkan secara
tertulis.

Kondisi pada Okupasi :


Cepat tanggap dalam melaporkan kecelakaan di tempat kerja, disampaikan
melalui laporan secara lisan ataupun tertulis
Kep. Menaker No. Kep-187/Men/1999. Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya di Tempat Kerja.
Isi :
-Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran
yang berdasarkan sifat kimia dan atau fisika dan atau toksilogi berbahaya
terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.
-Pengendalian bahan kimia berbahaya adalah upaya dan atau kegiatan yg di
lakukan untuk mencegah dan / mengurangi resiko akibat penggunaan bahan kimia
berbahaya ditempat kerja terhadap tenaga kerja, alat kerja danlingkungan
-Pengusaha atau pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai,
memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya ditempat kerja wajib
mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja.

Kondisi pada Okupasi :


-Bahan kimia berbahaya dapat beresiko pada kesehatan tenaga kerja, instalasi
dan lingkungan.
-Upaya pengendalian bahan kimia perlu dilakukan oleh perusahaan sebagai
antisipasi jaminan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja.
Keputusan Menaker No.186/MEN/1999. Unit Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja.
Isi :
-Unit penanggulangan kebakaran ialah unit kerja yang dibentuk dan ditugasi
untuk menangani masalah penanggulangan kebakaran ditempat kerja yg meliputi
kegiatan administrasi, identifikasi sumber-sumber bahaya, pemeriksaan,
pemeliharaan dan perbaikan sistem proteksi kebakaran.
-Regu penanggulangan kebakaran ialah satuan tugas yang mempunyai tugas
khusus fungsional dibidang penanggulangan kebakaran.
-Petugas peran penanggulangan kebakaran ialah petugas yang ditunjuk dan
diserahi tugas tambahan untuk mengidentifikasi sumber bahaya dan
melaksanakan upaya penanggulangan kebakaran di unit kerjanya.

Kondisi pada Okupasi :


-Perusahaan perlu membentuk unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja
khusus untuk menangani masalah penanggulangan kebakaran yang meliputi
kegiatan administrasi, identifikasi sumber-sumber bahaya, pemeriksaan,
pemeliharaan dan perbaikan sistem proteksi kebakaran.
Permenaker Per 15/Men/VIII/2008
P3K di tempat kerja.
Isi :
- Pengusaha wajib menyediakan petugas dan fasilitas P3K
- Pengusaha wajib melaksanakan P3K di tempat kerja
- Petugas P3K harus mempunyai lisensi dan buku kegiatan P3K dari kepala instansi
- Pengurus wajib mengatur tersedianya petugas P3K
> tempat kerja di setiap lantai yang berbeda pada gedung bertingkat
> tempat kerja dengan jadwal kerja shift sesuai junlah pekerja/potensi bahaya
- wajib memasang pengumuman nama dan lokasi petugas P3K di tempat yang
mudah dilihat
- Petugas P3K menggunakan tanda khusus
- Ruang P3K --> dekat kamar mandi, dekat jalan keluar, mudah dijangkau, dekat
tempat parkir kendaraan, bersih dan terang, ventilasi baik, pintu dan jalan cukup
lebar untuk memindahkan korban, diberi tanda yang jelas
(Lanjutan)
Permenaker Per 15/Men/VIII/2008
P3K di tempat kerja.
Isi :
- Kotak P3K --> bahan kuat dan mudah dibawa, berwarna dasar putih dengan
lambang P3K warna hijau, mudah dilihat dan dijangkau, untuk tempat kerja dg
jarak lebih dari 500M masing2 harus disediakan
- Menyediakan tandu atau alat lain untuk memindahkan korban
- Menyediakan mobil ambulance atau mobil lain untuk mengangkut korban

Kondisi pada Okupasi :


-Fasilitas dan pelaksanaan P3K harus memadai dan merupakan hal yang wajib
didalam suatu perusahaan.
-Petugas P3K harus mempunyai keahlian khusus di bidang P3K dan tentunya harus
mempunyai lisensi dan buku kegiatan P3K dari kepala instansi.
Permenperind no. 87 th 2009 GHS
24 September 2009

Isi :
Pasal 2 Bahan kimia campuran menerapkan GHS secara sukarela (ps2.2)
Pasal 17 Peraturan berlaku 6 bulan sejak tanggal ditetapkan --> 24 Maret 2010

Kondisi pada Okupasi :


Teknik pengendalian OPT secara kimia dengan menerapkan GHS
UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
3 Oktober 2009
Isi :
Pasal 13 (3) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan
kewenangan, peran, dan tanggung jawab masing-masing.
Pasal 20 (3) Setiap orang diperbolehkan untuk membuang limbah ke media
lingkungan hidup dengan persyaratan: a. memenuhi baku mutu lingkungan hidup;
dan b. mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
Pasal 47 (1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan
dampak penting terhadap lingkungan hidup, ancaman terhadap ekosistem dan
kehidupan, dan/atau kesehatan dan keselamatan manusia wajib melakukan
analisis risiko lingkungan hidup. (2) Analisis risiko lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pengkajian risiko; b.
pengelolaan risiko; dan/atau c. komunikasi risiko.
(Lanjutan) UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
3 Oktober 2009

Pasal 49 (2) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melaksanakan


audit lingkungan hidup.
Pasal 53 (1) Setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup wajib melakukan penanggulangan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup.

Kondisi pada Okupasi :


Pengendalian OPT dilakukan sesuai OPT yang menyerang atau sesuai dengan
kebutuhan
PermenLH No. 33 Tahun 2009 Tata Cara Pemulihan Lahan
Terkontaminasi LB3

Isi :
Pasal 3 Penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan
pemulihan lahan terkontaminasi limbah B3 yang diakibatkan dari usaha
dan/atau kegiatannya.

Kondisi pada Okupasi :


Pengendalian OPT digunakan sesuai dengan kebutuhan atau sesuai dengan OPT
yang menyerang
UU No. 36 Tahun 2009 Kesehatan
13 Oktober 2009

Isi :
Pasal 4 Setiap orang berhak atas kesehatan.
Pasal 9 (1) Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pasal 13 1) Setiap orang berkewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan
sosial.
Pasal 62 (1) Peningkatan kesehatan merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat untuk mengoptimalkan
kesehatan melalui kegiatan penyuluhan, penyebarluasan informasi, atau kegiatan
lain untuk menunjang tercapainya hidup sehat.
(Lanjutan) UU No. 36 Tahun 2009 Kesehatan
13 Oktober 2009
Isi :
Pasal 163 (2) Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup
lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas
umum. (3) Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bebas dari unsur-
unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain: a. limbah cair; b. limbah
padat; c. limbah gas; d. sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan pemerintah; e. binatang pembawa penyakit; f. zat kimia yang berbahaya;
g. kebisingan yang melebihi ambang batas; h. radiasi sinar pengion dan non
pengion; i. air yang tercemar; j. udara yang tercemar; dan k. makanan yang
terkontaminasi.
Pasal 164 (1) Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup
sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerjaan. (6) Pengelola tempat kerja wajib menaati standar
kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan menjamin lingkungan
kerja yang sehat serta bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja.

Kondisi pada Okupasi :


Terjamiannya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang maksimal.
Permenaker No. 8 Tahun 2010 Alat Pelindung Diri
6 Juli 2010

Isi :
Pasal 2 (1) Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat
kerja.
Pasal 3 (1) APD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi: pelindung kepala,
pelindung mata dan muka, pelindung telinga, pelindung pernapasan beserta
perlengkapannya, pelindung tangan, dan/atau pelindung kaki.
Pasal 4 (1) APD wajib digunakan di tempat kerja di mana:
Pasal 5 Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan
memasang rambu rambu mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat kerja.
Pasal 6 (1) Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib
memakai atau menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko. (2)
Pekerja/buruh berhak menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan
apabila APD yang disediakan tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan.
Permenaker No. 8 Tahun 2010 Alat Pelindung Diri
6 Juli 2010

Isi :
Pasal 8 (1) APD yang rusak, retak atau tidak dapat berfungsi dengan baik harus
dibuang dan/atau dimusnahkan.
Pasal 11 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Kondisi pada Okupasi :


Pemakaian APD diperlukan untuk melindungi diri dari prediksi bahaya di tempat
kerja
Per Dirjen Industri Agro dan Kimia No. 21/IAK/Per/4/2010 Petunjuk Teknis Penerapan
Sistem Harmoni Global Klasifikasi dan Label pada Bahan Kimia
14 April 2010

Isi :
Pasal 2 (a) Bahan kimia tunggal menerapkan GHS secara wajib sejak 24 Maret
2010. (b) Bahan kimia campuran menerapkan GHS secara sukarela dan
diberlakukan wajib sejak akhir Desember 2013.
Pasal 3 Ketentuan penerapan GHS secara sukarela bagi bahan kimia campuran
sebagaimana dimaksud pada pasal 2 huruf b, berpedoman pada: a. Panduan GHS
(purple book), diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa edisi 2, b. Panduan
Teknis penerapan GHS di industri diterbitkan Direktorat Industri Kimia Hulu,
Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia, Kementrian Perindustrian.
Pasal 5 Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan

Kondisi pada Okupasi :


Teknik pengendalian OPT secara kimia dengan menerapkan GHS
Petunjuk Teknis Penerapan Sistem Harmonisasi Global Klasifikasi dan Label Pada Bahan
Kimia (Peraturan Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia Nomor /IAK/PER/4/2010
14 April 2012

Isi :
Sistem Harmonisasi Global tentang klasifikasi dan Pelabelan Bahan Kmia
(Globally Harmonized System of Classification and Labelling of Chemicals)
selanjutnya disingkat GHS adalah suatu pendekatan umum dan logis yang
terharmonisasi secara global untuk mendefinisikan dan mengklasifikasikan
bahaya bahan kimia serta mengkomunikasikan informasi tersebut pada label dan
Lembar Data Keselamatan Bahan/LDKB/ MSDS

Kondisi pada Okupasi :


Pengendalian OPT digunakan sesuai dengan kebutuhan atau sesuai dengan OPT yang
menyerang
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai