DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 14
Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim salam dan sholawat kepada baginda nabi
besar Muhammad SAW yang telah membawakan kita suatu ajaran yang benar yaitu agama islam
sehingga penulisa dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Etika akuntansi dan profesi” ini
dengan lancar.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang penulis peroleh dari berbagai sumber
yang berkaitan dengan “Etika akuntansi dan profesi”.Tak lupa penulis berterima kasih kepada
pembimbing mata kuliah akhlak tassawuf atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah
ini. Penulis berharap agar pembaca bisa memahami dan mengerti akan isi makalah ini.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar besarnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................1
A. Kesimpulan..................................................................................................8
B. Saran.............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana etika akuntansi dan profesi dan supaya bisah mengetauhi hal-
hal tentang etika akuntansi dan profesi.
BAB II
PEMBAHASAN
Etika profesi adalah merupakan karateristik suatu profesi yang membedakan suatuh profesi
dengan profesi lain, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku para anggotanya. Sedangkan
etika akuntansi adalah sebagai penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh
para pelaku bisnis. Jadi kesimpulan etika profesi dan etika akuntansi adalah merupakan suatu
ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat di pahami
oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap
suatu pengetahuan khusus sebagai akuntan. Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki
komitmen moral yang tinggi yang biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang
menjadi pegangan bagi setiap orang yang mengembangkan profesi yang bersangkutan.1
Istilah etika di dalam Al-quran adalah khuluq. Al-khulud dari kata dasar khaluqa-khuluqan,
yang bererti tabi’at, budi pekerti, kebiasaan, kesatriaan, keprawiraan. Kata dasar khuluq yaitu
khaluqa sangat berdekatan sekali dengan kata dasar khalaqa-khalqan yang berarti menjadikan,
mencitakan dan diciptakan. Etika sering jugak disebut moral akhlak, budi pekerti adalah sifat
dan wilayah moral, mental, jiwa, hati nurani yang merupakan pendoman prilaku yang ideal yang
seharusnya di miliki oleh manusia sebagai makhluk moral atau “moral being”. Etika sebagai
pemikiran dan pertimbagan moral memberikan dasar bagi seseorang maupun sebuah komunikasi
untuk dapat menentukan baik buruk atau benar salahnya suatuh tindakan yang akan di ambilnya.
Terdapat dua ayat yang menjelaskan didalam Al-quran tentang etika akuntansi dan profesi.
َٰٓل
۞ َّلْيَس ٱْلِبَّر َأن ُتَو ُّلو۟ا ُوُجوَهُك ْم ِقَبَل ٱْلَم ْش ِرِق َو ٱْلَم ْغ ِر ِب َو َٰل ِكَّن ٱْلِبَّر َم ْن َء اَم َن ِبٱِهَّلل َو ٱْلَيْو ِم ٱْل َء اِخ ِر َو ٱْلَم ِئَك ِة َو ٱْلِكَٰت ِب َو ٱلَّنِبِّيۦَن َو َء اَتى
ٱْلَم اَل َع َلٰى ُحِّبِهۦ َذ ِو ى ٱْلُق ْر َبٰى َو ٱْلَيَٰت َم ٰى َو ٱْلَم َٰس ِكيَن َو ٱْبَن ٱلَّس ِبيِل َو ٱلَّس ٓاِئِليَن َوِفى ٱلِّر َق اِب َو َأَق اَم ٱلَّص َلٰو َة َو َء اَتى ٱلَّز َك ٰو َة َو ٱْلُم وُف وَن
َٰٓل َٰٓل
َ ِبَع ْهِدِهْم ِإَذ ا َٰع َهُدو۟ا ۖ َو ٱلَّٰص ِبِريَن ِفى ٱْلَبْأَس ٓاِء َو ٱلَّضَّرٓاِء َو ِح يَن ٱْلَبْأِسۗ ُأ۟و ِئَك ٱَّلِذ يَن َص َد ُقو۟ا ۖ َو ُأ۟و ِئَك ُهُم ٱْلُم َّتُقون
2
1
Harkaneri. (2013). Urgensi Etika dalam Akuntansi Dilihat dari Sudut Pandang Islam. EL-RIYASAH Voume 4 nomor 1, 49
2
Katsir, ibnu. 1999. Tafsir Al-quran Al-adzim. Libanon : Dar Tabiyyah Innasar wa Tauzi’ Juz 1 hal 185
Laisal-birra an tuwallụ wujụhakum qibalal-masyriqi wal-magribi wa lākinnal-birra man āmana
billāhi wal-yaumil-ākhiri wal-malā`ikati wal-kitābi wan-nabiyyīn, wa ātal-māla 'alā ḥubbihī
żawil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīna wabnas-sabīli was-sā`ilīna wa fir-riqāb, wa aqāmaṣ-ṣalāta
wa ātaz-zakāh, wal-mụfụna bi'ahdihim iżā 'āhadụ, waṣ-ṣābirīna fil-ba`sā`i waḍ-ḍarrā`i wa ḥīnal-
ba`s, ulā`ikallażīna ṣadaqụ, wa ulā`ika humul-muttaqụn
Terjemah Arti: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-
malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang
yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar
dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
َٰۚٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنٓو ۟ا ِإَذ ا َتَداَينُتم ِبَد ْيٍن ِإَلٰٓى َأَجٍل ُّمَس ًّمى َفٱْكُتُبوُهۚ َو ْلَيْكُتب َّبْيَنُك ْم َك اِتٌۢب ِبٱْلَع ْد ِل ۚ َو اَل َي ْأَب َك اِتٌب َأن َيْكُتَب َك َم ا َع َّلَم ُه ٱُهَّلل
َفْلَيْكُتْب َو ْلُيْمِلِل ٱَّلِذ ى َع َلْيِه ٱْلَح ُّق َو ْلَيَّتِق ٱَهَّلل َر َّب ۥُه َو اَل َيْبَخْس ِم ْنُه َش ْئًـاۚ َفِإن َك اَن ٱَّلِذ ى َع َلْي ِه ٱْلَح ُّق َس ِفيًها َأْو َض ِع يًفا َأْو اَل َيْس َتِط يُع َأن
ُيِم َّل ُهَو َفْلُيْمِلْل َو ِلُّي ۥُه ِبٱْلَع ْد ِل ۚ َو ٱْسَتْش ِهُدو۟ا َش ِهيَد ْيِن ِم ن ِّر َج اِلُك ْم ۖ َفِإن َّلْم َيُك وَنا َر ُج َلْيِن َفَر ُجٌل َو ٱْمَر َأَتاِن ِمَّم ن َتْر َض ْو َن ِم َن ٱلُّش َهَدٓاِء َأن
َتِض َّل ِإْح َد ٰى ُهَم ا َفُتَذِّك َر ِإْح َد ٰى ُهَم ا ٱُأْلْخ َر ٰى ۚ َو اَل َيْأَب ٱلُّش َهَدٓاُء ِإَذ ا َم ا ُدُعو۟ا ۚ َو اَل َتْس َٔـُمٓو ۟ا َأن َتْكُتُبوُه َصِغ يًرا َأْو َك ِبيًرا ِإَلٰٓى َأَجِلِهۦۚ َٰذ ِلُك ْم َأْقَس ُط
ِع نَد ٱِهَّلل َو َأْقَو ُم ِللَّشَٰه َد ِة َو َأْدَنٰٓى َأاَّل َتْر َتاُبٓو ۟ا ۖ ِإٓاَّل َأن َتُك وَن ِتَٰج َر ًة َح اِض َر ًة ُت ِد يُروَنَها َبْيَنُك ْم َفَلْيَس َع َلْيُك ْم ُجَن اٌح َأاَّل َتْكُتُبوَه اۗ َو َأْش ِهُد ٓو ۟ا ِإَذ ا
ٌ َتَباَيْع ُتْم ۚ َو اَل ُيَض ٓاَّر َك اِتٌب َو اَل َش ِهيٌد ۚ َو ِإن َتْفَع ُلو۟ا َف ِإَّن ۥُه ُفُس وٌۢق ِبُك ْم ۗ َو ٱَّتُق و۟ا ٱَهَّللۖ َو ُيَع ِّلُم ُك ُم ٱُهَّللۗ َو ٱُهَّلل ِبُك ِّل َش ْى ٍء َع ِليمArab-Latin:
3
Yā ayyuhallażīna āmanū iżā tadāyantum bidainin ilā ajalim musamman faktubụh, walyaktub
bainakum kātibum bil-'adli wa lā ya`ba kātibun ay yaktuba kamā 'allamahullāhu falyaktub,
walyumlilillażī 'alaihil-ḥaqqu walyattaqillāha rabbahụ wa lā yabkhas min-hu syai`ā, fa ing
kānallażī 'alaihil-ḥaqqu safīhan au ḍa'īfan au lā yastaṭī'u ay yumilla huwa falyumlil waliyyuhụ
bil-'adl, wastasy-hidụ syahīdaini mir rijālikum, fa il lam yakụnā rajulaini fa rajuluw wamra`atāni
mim man tarḍauna minasy-syuhadā`i an taḍilla iḥdāhumā fa tużakkira iḥdāhumal-ukhrā, wa lā 4
4
Al Furqan. (2011). Manajemen Utang Piutang : Tafsir Qa. Al-Baqorah Ayat 282
ya`basy-syuhadā`u iżā mā du'ụ, wa lā tas`amū an taktubụhu ṣagīran au kabīran ilā ajalih, żālikum
aqsaṭu 'indallāhi wa aqwamu lisy-syahādati wa adnā allā tartābū illā an takụna tijāratan ḥāḍiratan
tudīrụnahā bainakum fa laisa 'alaikum junāḥun allā taktubụhā, wa asy-hidū iżā tabāya'tum wa lā
yuḍārra kātibuw wa lā syahīd, wa in taf'alụ fa innahụ fusụqum bikum, wattaqullāh, wa
yu'allimukumullāh, wallāhu bikulli syai`in 'alīm Terjemah Arti: Hai orang-orang yang beriman,
apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.
Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan
ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi
sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah
(keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya
mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki
(di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang
perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang
mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka
dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas
waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan
persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu
itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka
tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu
berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang
demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah
kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Ada hadis yang berkaitan dengan etika akuntansi dan profesi adalah sebagai berikut:
ِإَّن الَّص ْد َق َيْه ِد ي ِإَلى اْلِب ِّر َو ِإَّن اْلِب َّر َيْه ِد ي ِإَلى: َعن اْبِن َم ْسُعوٍد رضي هَّللا عنه عن الَّنِبَّي َص ّلى ُهللا َع َلْي ِه وَس َّلم قال: َفاَألَّوُل
َو ِإَّن الَّرُج َل، وِإَّن اْلَك ِذَب َيْهِد ي ِإَلى الفُجوِر َو ِإَّن الفُجوَر َيْهِد ي ِإَلى الَّن اِر، َو ِإَّن الَّرُج َل ليْص ُدُق َح َّتى ُيكَتَب ِع ْنَد ِهَّللا ِص ِّديقًا، الَج َّنِة
َلَيْك ِذ ُب َح َّتى ُيكَتَب ِع ْنَد ِهَّللا َك َّذ ابا
متفٌق عليه.
Pertama: Dari Ibnu Mas’ud رضي هللا عنهdari Nabi صلی هللا عليه وسلم, sabdanya: “Sesungguhnya
Kejujuran itu menunjukkan kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu menunjukkan ke
syurga dan sesungguhnya seseorang selalu berbuat jujur sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai
seorang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada Kejahatan dan
sesungguhnya Kejahatan itu menunjukkan kepada neraka dan sesungguhnya seseorang yang
selalu berdusta maka dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang pendusta.” (Muttafaq ‘alaih)
َو َع ْن َأْن َيُسوَم َأَح ٌد َع َلى َس ْو ِم،َو اْلَم ْس ُم وُع ِم ْن َهَذ ا اْلَباِب َم ا َيْثُبُت ِم ْن َنْهِيِه َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َع ْن َأْن َيِبيَع الَّرُجُل َع َلى َبْيِع َأِخ يِه
َو َنْهِيِه َع ِن الَّنْج ِش، َو َنْهِيِه َع ْن َأْن َيِبيَع َح اِض ٌر ِلَباٍد، َو َنْهِيِه َع ْن َتَلِّقي الُّر ْك َباِن،َأِخ يِه.
َم ْعَنى َقْو ِلِه َع َلْيِه: َفَقاَل َم اِلٌك، َو َقِد اْخ َتَلَف اْلُع َلَم اُء ِفي َتْفِص يِل َم َع اِني َهِذِه اآْل َثاِر اْخ ِتاَل ًفا َلْيَس ِبُم َتَباِعٍد: َفْص ٌل َبْيُع الَّرُج ِل َع َلى َبْيِع َأِخ يِه
َوِهَي ِفي اْلَح اَلِة اَّلِتي ِإَذ ا، َو َم ْعَنى َنْهِيِه َع ْن َأْن َيُسوَم َأَح ٌد َع َلى َس ْو ِم َأِخ يِه َو اِح ٌد،» اَل« َيِبْع َبْعُض ُك ْم َع َلى َبْيِع َبْع ٍض: الَّص اَل ُة َو الَّساَل ُم
َو ِبِم ْثِل َتْفِس يِر، َأِو اْلَبَر اَءِة ِم ْنَها، َأِو اْش ِتَر اِط اْلُعُيوِب، َو َلْم َيْبَق َبْيَنُهَم ا ِإاَّل َش ْي ٌء َيِس يٌر ِم ْثُل اْخ ِتَياِر الَّذ َهِب، َر َك َن اْلَباِئُع ِفيَها ِإَلى الَّساِئِم
َم اِلٍك َفَّس َر َأُبو َحِنيَفَة َهَذ ا اْلَحِد يَث
َأْن اَل َيْطَر َأ َر ُجٌل آَخ ُر َع َلى اْلُم َتَباِيَع ْيِن َفَيُقوَل ِع ْنِد ي َخْيٌر ِم ْن َهِذِه الِّس ْلَعِة َو َلْم،» َم ْعَنى «اَل َيِبْع َبْعُض ُك ْم َع َلى َبْيِع َبْع ٍض: َو َقاَل الَّثْو ِر ُّي
َيُح َّد َو ْقَت ُر ُك وٍن َو اَل َغْيَرُه.
َو َهَذ ا ِبَناًء َع َلى َم ْذ َهِبِه ِفي، َفَأَتى َأَح ٌد َيْع ِر ُض َع َلْيِه ِس ْلَع ًة َلُه ِهَي َخْيٌر ِم ْنَها، َو َلْم َيْفَتِرَقا، َم ْعَنى َذ ِلَك ِإَذ ا َتَّم اْلَبْيُع ِبالِّلَس اِن: َو َقاَل الَّش اِفِع ُّي
َوُم ْخ َتِلَفاِن ِفي َهِذِه اْلَح اَلِة َم ا ِهَي،َأَّن اْلَبْيَع ِإَّنَم ا َيْلَز ُم ِبااِل ْفِتَر اِق َفُهَو َو َم اِلٌك ُم َّتِفَقاِن َع َلى َأَّن الَّنْهَي ِإَّنَم ا َيَتَناَو ُل َح اَلَة ُقْر ِب ُلُز وِم اْلَبْيِع
ُ5اِل ْخ ِتاَل ِفِهَم ا ِفيَم ا ِبِه َيُك وُن الُّلُز وُم ِفي اْلَبْيِع َع َلى َم ا َس َنْذ ُك ُر ُه َبْعد.
Di dalam Tasawuf akhlaqi terdapat beberapa sistem yang digunakan untuk pembinaan akhlaq
agar dapat menguasai hawa nafsu, menemukan hawa nafsu sampai ke titik terendah dan bila
mungkin mematikan hawa nafsu sama sekali. Seorang akuntan harus melakukan sistem tersebuat
agar independensinya tidak di ragukan lagi oleh para stakeholders. Sistem tersebuat adalah
sebagai berikut:6
1. Takhalli
5
ibnu Rusyd, ( بداية المجتهدJakarta : Penerbit Dar al-Jiil Beirut 2002) الباب الخامس في البيوع المنهي عنها من اجل
الضرر اوالغبن
6
Karyoto, Akuntansi dalam perspektif islam, jurnal JIBEKA Volume 7 no.2,Agustus 2013
Takhalli merupakan usaha mengosongkan diri dari perilaku atau akhlak tercela. Salah
satu akhlak tercelah yang paling banyak membawa pengaruh terhadap timbulnya akhlak
jelek lainnya adalah ketergantungan pada kelezatan duniawi. Kelezatan duniawi tersebut
dapat mendorong akuntan untuk melakukan fraud seperti lapping, kiting, windows,
dressing yang dapat merugikan pihak-pihak yang mengunakan laporan keuangan. Jika
akuntan menerapkan takhalli dalam dunia pekerjaan dan kehidupan peribadinya maka
kecurangan-kecurangan tersebut tidak akan terjadi dan tidak aka nada pihak yang
dirugikan.
2. Tahalli
Tahalli adalah upaya mengisi atau menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan
sikap, prilaku, dan akhlaq terpuji. Tahapan tahalli dilakukan setelah jiwa dikosongkan
dari akhlaq-akhlaq jelek.
Ketika seorang akuntan telah megamalkan tasawuf akhlaqi, maka dia telah berlandaskan pada
Al-qur’an dan As-sunnah. Setiap perbuatan yang dialakukan secara otomatis akan berlandaskan
semuah hal yang terkandung di dalam Al-qur’an dan As-sunnah, karena salahsatu ciri-ciri dari
tasawuf akhalaqi adalah melandaskan diri pada Al-qur’an dan As-sunnah. Selain hal di atas
seorang akuntan harus memiliki beberapa akhlak sebagi berikut:7
1) Tawadhu
Seorang akuntan seharusnya memiliki sifat tawadhu agar tidak menyombongkan diri
terhadap orang lain dan sadar bahwasannya ada tuhan yang lebih memiliki kuasa atas
segala hal, sehingga akuntan tidak seenaknya sendiri dalam bertindak terkait
pekerjaannya.
2) Al-mudarah (lemah lembut)
Seorang akuntan seharusnya memiliki sifat Al-mudarah, dengan adanya sifat almudarah
seorang akuntansi tidak akan mudah putus asa ketika terdapat ketentuan pemimpin yang
tidak sesuai dengan kode etik.
Etika profesi di bidang akuntansi benar-benar perlu di[erhatikan oleh setiap akuntan untuk
menhindari hal-hal yang tidak di ingginkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pembahasan materi diatas adalah bahwa apapun profesi yang dijalanin tidak
lepas dari adanya aturan dan etika yang berlaku baik di profesi yang bersangkutan maupun
secara garis besar (umum). Menyangkut dengan etika profesi yang kami diskusikan diatas
bahwasannya seorang akuntan harus bener-benar memahami standard akuntan dan mematuhi
kode etik yang sudah di atur berdasarkan keputusan yang diambil bersama oleh institut akuntan
karena seperti yang kita ketahui setiap pelangaran kode etik yang dilakukan khususnya untuk
profesi akuntan terdapat sanksi-sanksi yang dapat mejeratnya baik secara perdana maupun
perdata sesuai dengan peraturan hukum yang ada di Indonesia.
B. Saran
Dikutip dari kesimpulan di atas, maka saran kami adalah sebagai berikut:
1) Bagi para pekerja professional yang berprofesi sebagai akuntan baik yang sudah
berpengalaman atau lebih khususnya bagi baru akan megetahui bidang tersebut
hendaknya untuki mempersiapkan dan mempelajari segalah sesuatuhnya yang
berhubungan dengan aturan aturan dan etika profesi akuntan dengan sesame
2) Terlepas dari judul di atas kita sebagai mahluk individu dan sosial tentunya kita harus
menjaga sikap, etika dan mematuhi norma-norma yang ada di dalam kehidupan sehari-
hari
DAFTAR PUSTAKA
Harkaneri. (2013). Urgensi Etika dalam Akuntansi Dilihat dari Sudut Pandang Islam. EL-
RIYASAH Voume 4 nomor 1, 49
Karyoto, Akuntansi dalam perspektif islam, jurnal JIBEKA Volume 7 no.2,Agustus 2013
Katsir, ibnu. 1999. Tafsir Al-quran Al-adzim. Libanon : Dar Tabiyyah Innasar wa Tauzi’ Juz 1
hal 185
Al Furqan. (2011). Manajemen Utang Piutang : Tafsir Qa. Al-Baqorah Ayat 282
ibnu Rusyd, ( بداية المجتهدJakarta : Penerbit Dar al-Jiil Beirut 2002) الباب الخامس في البيوع المنهي عنها من اجل الضرر
اوالغبن