Skripsi 2
Skripsi 2
mengenai ”sibaran” bahwa nasibnya telah ditentukan jauh sebelum ia lahir ke dunia
ini, nampaknya ia harus mandul atau tidak punya keturunan. Sehingga melalui
seperti banyak keturunan, kaya, terhormat, mati muda, panjang umur, mandul, sakit-
sakit dan lain sebagainya sudah ditentukan oleh Mulajadi Nabolon sebelum manusia
ambalang (artinya : agar kedua empelai menjadi pasangan yang serasi, yang dapat
anak perempuan) sebagai penerus garis keturunan dan pewaris harta pusaka orang
tuanya. Maka bagi masyarakat Batak Toba, kebahagian dan kekekalan suatu
pernikahan atau keluarga tergantung dengan adanya anak laki-laki dan anak
perempuan dalam keluarga itu, apabila keluarga itu tidak mempunyai anak laki-laki
dan perempuan belum dapat dikatakan pernikahan itu bahagia dan sempurna. Karena
itu kebahagian dan kesempurnaan suatu pernikahan diukur dari adanya keturunan
sebagai berkat bagi pernikahan itu. Dengan demikian, pernikahan yang tidak
mendapat keturunan anak laki-laki dan perempuan menurut budaya Batak Toba, si
dihubungan dengan perkawinan dewa-dewa, pada waktu itu ayam kelambu jati
menelurkan tiga butir telur. Kemudian telur tersebut menetas dan melahirkan tiga
orang anak yaitu Batara Guru, Bala Sori, dan Bala Bulan. Setelah mereka besar,
mereka tidak mendapat pasangan, sehingga Mula Jadi Nabolon menurunkan tiga
ruas bambu untuk diperankan oleh ayam kelambu jati dan dari ketiga bambu
tersebut lahirlah tiga perempuan yaitu Boru Parmeme, Boru Pangolu, dan Boru
Panuturi. Kemudian tiga anak laki-laki dan ketiga anak perempuan tersebut dengan
keluarga tersebut yang kawin satu sama lain. Perkawinan mereka diberkati oleh
Mula Jadi Nabolon : ”Asa marrongkap songot bagot, marsibar songon ambalang”,
artinya agar ketiga mempelai menjadi pasangan yang serasi yang dpat memberkan
adanya keturunan anak laki-laki dan perempuan. Pernikahan yang tidak membuahkan
keturunan dianggap tidak sempurna sehingga terjadi ketidak harmonisan dan tidak
ku itulah kekayaan bagi saya). Karena itu kamandulan merupakan ancaman yang
keluaga orang Batak. Hal itu menurut hasil penelitian banyak para pengamat,
103
yang tidak mempunyai keturunan dari isterinya akan mengambil perempuan yang
lain untuk dijadikan menjadi isteri yang kedua yang diharap dapat memberi
Masalah anak terutama anak laki-laki dalam alam pikiran suku Batak
suami, karena orang yang tidak mendapat keturunan di sebut ”mate purpur”50, dan
yang tidak mempunyai anak laki-laki disebut yan ”mate panu”51, oleh karena itulah
yang amat berat dihadapi dikalangan suku Batak karena akibatnya selalu menuju kepada
perceraian.
Jadi prinsip adat Batak yang diuraikan diatas, itulah yang dominan
mempengaruhi pemikiran ibu Bortha sehingga Bortha mau dan terpengaruh hendak
48
A. A. Sitompul, manusia dan Budaya, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1991, hal 40
49
A. Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak, BPK Gunung Mulia, Jakarta,
1992, hal 25
50
Mate Purpur, adalah sepasang suami isteri yang tidak mempunyai keturunan yang putusnya
harapan untuk masa depan
51
Mate Panu ialah sepasang suami isteri yang tidak mendapat ana laki-laki dari pernikaannya
melainkan hanya anak perempuan sehingga kesinambungan generasinya tidak ada
52
M. A. Siahaan, 1969, hal 113
104
terjadinya krisis perceraian diantara Tiur dengan Bortha, dan kemudian Tiur jadi
Kesimpulan.
orangtua dan nenek moyangnya yang diperbuat oleh Allah. Hal ini mungkin
dipengaruhi oleh kepercayaan agama Batak kuno dan oleh pengertiannya yang
E. Kesimpulan
”benang merah” dari setiap aspek yang telah dianalisa. Yang dimaksud dengan
”benang merah” ialah ”masalah-masalah” yang selalu ditemui dalam setiap analisa
dan hubungan masalah-maslah pokok tersebut dari aspek yang satu dengan aspek
yang lain.
Usaha untuk meneliti benang merah dari setiap aspek yang dianalisa ini
1. Hanya melalui usaha ini dapat ditentukan masalah apa yang paling menonjol
dalam kasus (diri Tiur). Apakah setiap aspek yang dianalisa mempunyai
pengaruh yang sama, atau apakah hanya beberapa aspek saja yang paling
53
Supernatural ialah suatu pemahaman yang berada diluar pemahaman dan jangkauan pemikiran
manusia
105
atau akibat dari aspek yang paling menonjol dalam kasus ? Untuk
2. Hanya melalui usaha ini interpretasi dan aksi pastoral yang akan dilakukan dapat
perceraian melanda diri Tiur dengan Bortha, membuat Tiur jatuh soch dan harus
diopname di rumah sakit untuk mendapat perawatan dari rumah sakit terdekat.
Allah, dan mungkin memiliki teologi yang seimbang sehingga kehadiran dan
106
mereka. Yaitu kesimpang siuran pemahaman mereka mengenai arti dan tujuan
pernikahan itu.
b. Analisa Psikologi
kata-katanya maupun melalui interaksinya dengan Tuhan Allah dan dengan manusia
yang mengelilinginya. Melalui sikap dan kata-kata, Tiur menunjukkan bahwa dia
mungkin berada dalam situasi yang unik dan krisis. Keadaannya yang krisis
mengakibatkan dirinya menjadi pribadi yang unik. Sebagai pribadi yang unik,
pengalamannya sesudah menderita kemandulan, dan katuh soch dan sakit banyak
anggota Kristen yang berhubungan dengan sesama Kristen, dengan para Pendeta
yang berbicara tentang iman kepercayaan kepada Tuhan Allah, dan sebagai orang
yang berusaha mengatasi kemandulan dan masalah yang mendesak perceraian, Tiur
107
supaya bercerai dengan suaminya Bortha demi keturunan, karena mertua Tiur
mempedomani pernikahan dari sudut adat Batak, yang mana adat Batak dia ketahui
adalah percikan dewa tertinggi ”Mula Jadi Nabolon” yang disembah masyarakat
Batak di waktu zaman purba kala yang memiliki konsep ”totaliter”. 54 Konsep
beragama seperti ini adalah konsep yang lebih menekankan kenikmatan dan sangat
kurang menekankan segi realita dan disiplin. Keadaan keberagamaan seperti ini
Dari pengalaman hidup Tiur ini yang mungkin sekali lebih kuat
pandangannya akan Allah sebagai Allah pemberi kenaikmatan saja. Oleh karena itu
dia memandang Allah dengan citra ibu yang melambangkan kenikmatan saja. Allah
itu dia pandang telah menghukum dirinya melalui kemandulan yang membawa
d. Analisa Sosioreligius
54
Totaliter adalah konsep yang meniadakan jarak antara ciptaan dengan sang pencipta. Sikapnya
menyatu dengan khalik pencipta
108
”sibaran” yang diterima seseorang sejak dari kandungan ibunya, serta adanya
Allah sebagai sumber berkat dan sumber hukum mungkin mempengaruhi Tiur,
Allah.
ii) Dalam Alkitab dijumpai pembicaraan tentang hubungan dosa dengan penyakit.
Alkitab idak menolak adanya hubungan dosa dengan penyakit ansich. Tetapi
Alkitab menolak penerapan langsung antara dosa dan penyakit secara mekanis
yang mungkin dilakukan oleh Tiur dalam kasus. Oleh karena itu dapat dikatakan
dengan dosa yang dia lakukan, orangtua dan nenek moyangnya. Hal ini