Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASKEB KOLABORASI PADA KASUS PATOLOGI DAN KOMPLIKASI

ATONIA UTERI

Dosen Pengampu

NI NYOMAN SUINDRI,S.Si.T,M.Keb

Oleh :

IDA AYU DHIAN PERMANA DEWI

Kelas : B

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

PRODI AFILIASI SARJANA TERAPAN

JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kehadapa Ida Sang Hyang Widi Wasa, atas asung

kertawaranugraha-Nya sehingga “Makalah Atonia Uteri” dapat diselesaikan sebagai tugas

individu mata kuliah Asuhan Kebidana Kolaborasi Patologi dan Komplikasi dengan dosen

Pengampu: Ni Nyoman Suindri, S, Si. T. M.Keb. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas

kuliah Askeb Kolaborasi Patologi dan Komplikasi serta untuk membantu mengembangkan

kemampuan pemahaman pembaca terhadap materi Atonia Uteri. Pemahaman tersebut dapat

dipahami melalui pendahuluan, pembahasan masalah, serta penarikkan garis kesimpulan

dalam makalah ini.

Makalah ini disusun dengan mendapatkan banyak bantuan serta bimbingan dari

berbagai pihak, untuk itu melalui kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang sudah membantu.

Didalam makalah ini dapat kami temukan informasi yang berguna untuk mengetahui

dan menambah wawasan walau makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis

membutuhkan kritik dan saran yang membangun.

Akhirnya kata, saya berharap semoga makalah Kehamilan Ektopik Terganggu ini bisa

memberikan informasi dan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, 30 September 2023

Penulis

(Ida Ayu Dhian Permana Dewi)


NIM: P07124223173

ii
iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latarbelakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................3
1. Tujuan Umum..............................................................................................................3
2. Tujuan Khusus.............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
A. Pengertian Atonia Uteri...............................................................................................5
B. Penyebab Terjadinya Atonia Uteri..............................................................................5
C. Manifestasi Klinis........................................................................................................7
D. Tanda dan Gejala Atonia Uteri....................................................................................7
E. Diagnosis.....................................................................................................................8
F. Pencegahan atonia uteri...............................................................................................8
G. Penatalaksanaan Atonia Uteri......................................................................................8
BAB III PENUTUP................................................................................................................12
A. Kesimpulan...................................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang

Persalinan sudah pasti berhubungan dengan perdarahan, sebab semua

persalinan baik pervaginam ataupun perabdominal (sectio cesarea) selalu disertai

perdarahan. Perdarahan pada persalinan pervaginam dapat terjadi sebelum, selama

ataupun sesudah persalinan. Perdarahansendiri merupakan penyebab terbanyak dari

angka kematian ibu (AKI). Menurut data dari World Health Organization pada tahun

2019 dikatakan bahwa angka kematian ibu (AKI) yaitu sebanyak 303.000.000 jiwa

dan angka kematian ibu di ASEAN adalah sebesar 235 per 100.000 kelahiran hidup

(Kemenkes RI, 2020). Pada tahun 2021 terjadi sebanyak 7.389 kematian ibu di

Indonesia. Jumlah ini menunjukkan peningkatan kasus dibandingkan dengan tahun

2020 yaitu sebesar 4.627 kematian ibu (Kemenkes RI, 2020). Di Provinsi Bali

menurut data yang didapat dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2019 Angka

Kematian Ibu adalah sebesar 67,6 per 100.000 kelahiran hidup. Dibandingkan Angka

Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Bali tahun 2020 telah lebih kecil dari target yang

ditentukan yaitu 56/ 100.000 KH. Namun, dibandingkan dengan tahun 2018 telah

terjadi penurunan kasus kematian ibu, ditahun 2019 yaitu dari 24 kasus kematian ibu

ditahun 2018 menjadi 12 kasus ditahun 2019 (Kesehatan & Denpasar, 2023). AKI di

kota Denpasar pada tiga tahun terakhir sejatinya sudah dapat ditekan, namun Pandemi

Covid-19 yang telah selama tahun 2021 ikut berkontribusi terhadap peningkatan

angka kasus kematian ibu di kota Denpasar sehingga terjadi lonjakan angka yang

signifikan pada tahun 2020 dan 2021, yaitu dari 12/100.000 KH ditahun 2019 menjadi

v
49/100.000 KH ditahun 2020 kemudian melonjak drastis menjadi 120/100.000 KH

ditahun 2021(Kesehatan & Denpasar, 2023). Namun AKI 2021 (120/100.000 KH)

masih lebih tinggi dari target Rentsra Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2021

yaitu 56 per 100.000 KH. Untuk tahun 2022, menurut data yang didapat kasus AKI

sudah mengalami sedikit penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2021 yaitu

sebesar 103,19 per 100.000 KH tetapi tetap saja masih lebih tinggi dari target Renstra

Dinas Kesehatan tahun 2022 (56 per 100.000 KH) (Kesehatan & Denpasar, 2023).

Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di

Indonesia. Menurut data yang didapat dari profil dinas Kesehatan kota Denpasar

tahun 2022, di Kota Denpasar telah tercatat ada 18 kasus kematian ibu dari 17.443

Kelahiran hidup diantaranya terdiri dari 6 kematian ibu hamil dan 12 kematian pada

ibu nifas. Kematian ibu di Kota Denpasar tersebut antara lain disebabkan oleh

pendarahan 2 orang, hipertensi 2 orang, infeksi 2 orang, 11 orang kelainan jantung

dan pembuluh darah, dan 1 orang penyebab lain-lain (DOA) (Kesehatan & Denpasar,

2023). Sekitar 90% perdarahan postpartum pada ibu bersalin disebabkan oleh atonia

uteri, 7% robekan jalan lahir, sisanya disebabkan retensio plasenta dan gangguan

pembekuan darah. Kematian ibu ialah suatu kematian yang terjadi pada masa

kehamilan atau selama 42 hari sejak masa terminasi kehamilan. Angka kematian ibu

di berbagai negara, paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan

oleh perdarahan dalam 24 jam setelah melahirkan, sebagian besar itu disebabkan oleh

karena terlalu banyak kehilangan darah. Insidensi perdarahan postpartum pada negara

maju sekitar 5% dari persalinan, sedangkan pada negara berkembang mencapai 28%

dari banyaknya persalinan dan menjadi penyumbang terbanyak akan kasus kematian

ibu (Asmilawati et al., 2023).

vi
Atonia uteri yaitu ketidakmampuan uterus untuk berkontraksi sebagaimana

mestinya setelah placenta lahir atau atonia uteri terjadi ketika myometrium tidak dapat

berkontraksi (Siantar et al., 2022). Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak

perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk

melakukan histerektomi postpartum. Penyebab dari terjadinya atonia uteri adalah

umur, multiparitas, jarak kehamilan yang terlalu dekat, partus lama, malnutrisi atau

anemia, overdistention uterus seperti : gemeli, maksosomia, polihidramnion atau

paritas tinggi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan atonia uteri ?

2. Apa penyebab atonia uteri ?

3. Apa manifestasi klinis dari atonia uteri ?

4. Apa tanda dan gejala terjadinya atonia uteri?

5. Bagaimanakah diagnosis dari atonia uteri ?

6. Bagaimanakah cara mencegah atonia uteri ?

7. Bagaimana penatalaksanaan atonia uteri ?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tentang atonia uteri baik itu pengertian, penyebab,

tanda gejala, penatalaksanaan serta tindakan apa saja yang dapat dilakukan

untuk mencegah terjadinya atonia uteri.

2. Tujuan Khusus

vii
a. Untuk memahami tentang atonia uteri.

b. Untuk mengetahuai penyebab atonia uteri.

c. Untuk mengetahui manifastasi klinis dari atonia uteri.

d. Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala dari atonia uteri.

e. Untuk mengetahui diagnosis dari atonia uteri.

f. Untuk mengetahui bagaimanakah cara mencegah atonia uteri.

g. Untuk mengetahui penatalaksanaan atonia uteri.

viii
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Atonia Uteri

Atonia uteri yaitu ketidakmampuan uterus untuk berkontraksi sebagaimana

mestinya setelah memasuki kala 4 persalinan atau ketika lahirnya plasenta. Atonia

uteri terjadi ketika myometrium tidak dapat segera berkontraksi (Siantar et al., 2022).

Atonia uteri merupakan keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim, yang

menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat

implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Asmilawati et al., 2023). Atonia

uteri terjadi apabila uterus tidak mulai berkontraksi 15 detik setelah dilakukan

rangsangan taktil (pemijatan) pada fundus uteri. Kontraksi uterus merupakan

mekanisme terpenting dalam mengontrol perdarahan setelah melahirkan (Ma’rifah et

al., 2022). Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini.

B. Penyebab Terjadinya Atonia Uteri

Beberapa factor predisposisi yang terkait dengan perdarahan pasca

persalinan yang disebabkan oleh atonia uteri (Siantar et al., 2022) antara lain :

1. Regangan rahim yang berlebihan yang disebabkan oleh

polihidramnion, kemahilan kembar ( gemeli ), makrosemia atau janin

besar.

2. Persalinan lama yaitu persalinan kala satu dan atau kala dua yang

memanjang.

ix
3. Persalinan yang terlalu cepat ( partus presipitatus ).

4. Persalinan yang dipercepat dengan induksi oksitosin.

persalinan yang dilakukan dengan induksi oksitosin tentu membuat

kontraksi rahim semakin kuat kemudian pembukaan servix menjadi

lebih cepat, tetapi akibat yang dapat terjadi ialah melemahnya

kontraksi uterus ketika plasenta lahir sehingga terjadilah atonia uteri.

(Eni Indrayani et al., 2022)

5. Multiparitas yang sangat tinggi.

6. Preeklampsia

Menurut penelitian yang dilakukan Julizar et al ( 2019 ) didapatkan

hasil bahwa atonia uteri juga dipengaruhi oleh ibu hamil dengan

preeklamsi.ibu hamil dengan pre eklamsi memiliki peluang beresiko

atonia uteri yaitu sebesar 20.27 kali. Menurut lizokonva ( 2016 ) dalam

Julizar et al ( 2019 ) efek tokolitik yang dimiliki oleh magnesium sulfat

yang digunakan pada pasien pre eklamsi dapat menyebabkan atonia

uteri (Eni Indrayani et al., 2022).

7. Anemia gravidarum

Kurangnya kadar haemoglobin dalam darah akan mempengaruhi

transportasi oksigen ke uterus sehingga menyebabkan uterus tdk dapat

berkontraksi dengan adekuat (Eni Indrayani et al., 2022)

8. Ibu dengan usia yang terlalu muda dan terlalu tua (<20 tahun dan >35

tahun) serta keadaan umum ibu yang jelek, anemis atau menderita

penyakit menahun.

Kesalahan dalam penanganan kala III persalinan juga dapat

menimbulkan resiko terjadinya atonia uteri. Dengan langkah memijat uterus

x
dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan plasenta, sedangkan

sebenarnya plasenta belum terlepas dari dinding uterus.

C. Manifestasi Klinis

1. Uterus tidak berkontraksi dan teraba lembek.

2. Perdarahan terjadi segera setelah placenta lahir ( post partum primer ).

D. Tanda dan Gejala Atonia Uteri

1. Perdarahan pervaginam

Darah tidak merembes tetapi perdarahan terjadi sangat banyak segera

setelah placenta lahir. Hal yang sering terjadi pada kondisi ini ialah darah

keluar dengan disertai gumpalan hal itu disebabkan karena tromboplastin

sudah tidak mampu lagi bekerja sebagai anti pembeku darah (Zulyastuti,

Rita Eko, Dian Nintyasari Mustika, 2018).

2. Konsistensi rahim teraba lunak

Tanda yang paling khas yang membedakan atonia uteri dengan

perdarahan post partum lainnya adalah konsistensi rahim yang lunak.

3. Tampak tanda – tanda syok

a. Pasien tampak pucat

b. Nadi yang teraba lemah dan cepat ( 110 kali per menit atau lebih )

c. Tekanan darah sangat rendah, sistolik kurang dari 90 mmHg

d. Pernafasan cepat 30 kali per menit atau lebih

e. Keringat dan kulit teraba dingin dan lembab

f. Pasien gelisah, bingung atau penurunan kesadarah

g. Produksi urin sedikit yaitu kurang dari 30 cc per jam

4. Fundus uteri naik

xi
E. Diagnosis

Diagnosa dapat ditegakan bila setelah plasenta atau ari – ari lahir darah

banyak keluar, rahim lembek tidak berkontraksi begitu plasenta lahir. Hal penting

yang harus selalu diperhatikan adalah bahwa ketika atonia uteri telah didiagnosis,

maka pada saat itu juga ada darah sebanyak 500- 1000 ml yang telah keluar dari

pembuluh darah dan terperangkap didalam rahim sehingga kalkulasi pemberian

darah pengganti harus diperhitungkan (Zulyastuti, Rita Eko, Dian Nintyasari

Mustika, 2018).

F. Pencegahan atonia uteri

Dengan pemberian oksitosin secara rutin pada saat persalinan kala III yaitu

ketika bayi lahir lebih dari 40% mampu mengurangi peluang terjadinya

perdarahan postpartum. Melakukan langkah menejemen aktif kala III dengan tepat

dan benar dapat mengurangi perdarahan dalam persalinan. Cara kerja yang cepat,

tanpa menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti pada

ergometrin menjadi fungsi utama dari oksitosin (Sri Anggarini Parwatiningsih,

2021).

G. Penatalaksanaan Atonia Uteri

Banyaknya darah yang hilang sudah pasti mempengaruhi keadaan umum

pasien. Pasien dapat tetap dalam keadaaan sadar, terlihat sedikit anemis, atau

bahkan bisa sampai syok hipovolemik berat. Langkah awal yang akan dilakukan

tergantung pada keadaaan klinis pasien.

xii
Bagan 2.1 Penatalaksanaan Atonia Uteri

Massase fundus uteri

Uterus Evaluasi rutin. Jika kontraksi baik


Ya
berkontraksi dan ada perdarahan, periksa
apakah ada laserasi jalan lahir.
Tidak

- Bersihkan bekuan darah


- Pastikan kandung kencing kosong
- Lakukan KBI selama 5 menit

Ya - Teruskan KBI selama 2 menit


Uterus
- Keluarkan tangan
berkontraksi
- Pantau kala IV

Tidak
- Ajarkan keluarga untuk KBE
- Berikan Ergometrin 0.2 mg IM
- Pasang infus dengan oksitosin 20IU
- Ulangi KBI

Uterus Ya
berkontraksi Pantau ibu selama kala IV

Tidak
- Segera rujuk dengan kondom kateter
- Damping ke tempat rujukan
- Lanjutkan infus dengan oksitosin sampai ke
tempat rujukan

Telah terbukti bahwa penatalaksanaan manajemen aktif kala III dapat

mencegah terjadinya perdarahan postpartum. Penatalaksanaan aktif kala III persalinan

diataranya adalah penyuntikan oksitosin 10 IU secara IM segera setelah bayi lahir,

peregangan tali pusat terkendali serta massase atau pemijatan pada rahim setelah

xiii
plasenta lahir. Penerapan KBI juga sering kali mampu mengatasi atonia uteri, namun

langkah-langkah lainnya tetap diperlukan jika dalam waktu 5 menit KBI tidak

berhasil.

Table 2.1 Rincian Langkah-langkah Penatalaksanaan Atonia Uteri


N Langkah Penatalaksanaan Alasan
O
1 Pijat atau massase fundus uteri segera setelah Masase akan merangsang uterus untuk
plasenta terlepas (maksimal 15 detik) berkontraksi. Ketika uterus dimasase kita
dapat melakukan penilaian kekuatan
uterus berkontraksi.

2 Bersihkanlah bekuan darah dan selaput Bekuan darah dan selaput ketuban dapat
ketuban dari servik hingga lubang vagina. menghalang kontraksi uterus secara baik.

3 Pastikan bahwa kantung kemih telah kosong, Kandung kemih yang penuh akan
jika penuh lakukan tindakan kateterisasi menghalangi uterus berkontraksi dengan
dengan menggunakan teknik aseptic. baik.

4 Lakukan Bimanual Internal (KBI) selama 5 Kompresi bimanual internal memberikan


menit tekanan langsung pada pembuluh darah
dinding uterusdan juga merangsang
miometrium untuk berkontraksi.

xiv
5 Fungsikan peran keluarga untuk ikut Keluarga dapat meneruskan KBE selama
membantu dalam melakukan kompresi penolong melakukan langkah-langkah
bimanual eksternal ( KBE ) selanjutnya

6 Keluarkan tangan perlahan-lahan Menghindari rasa nyeri


7 Berikan ergometrin 0,2 mg IM (kontraindikasi Ergometrin dan misopostrol akan
hipertensi) atau misopostrol 600-1000 mcg bekerja dalam 5-7 menit dan
menyebabkan kontraksi uterus
8 Pasang infus menggunakan jarum 16 atau 18 Jarum besar memungkinkan pemberian
dan berikan 500cc ringer laktat + 20 unit larutan IV secara cepat atau tranfusi
oksitosin. Habiskan 500 cc pertama secepat darah. RL akan membantu memulihkan
mungkin volume cairan yang hilang selama
perdarahan.oksitosin IV akan cepat
merangsang kontraksi uterus.
9 Ulangi KBI KBI yang dilakukan bersama dengan
ergometrin dan oksitosin atau
misopostrol akan membuat uterus
berkontraksi

xv
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana terjadinya kegagalan otot rahim

yang menyebabkan pembuluh darah pada bekas implantasi plasenta terbuka sehingga

menimbulkan perdarahan. Kontraksi uterus merupakan mekanisme terpenting dalam

mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Faktor-faktor penyebab terjadinya atonia

ateri antara lain ialah uterus membesar, kala 1 dan 2 memanjang, persalinan cepat,

persalinan yang diinduksi dengan oksitosin, infeksi intrapartum, multiparitas yang

tinggi, magnesium sulfat yang digunakan pada penaganan preeklamsia atau eklamsia,

dan umur ibu yang terlalu tua atau terlalu muda. Tanda dan gejala atonia uteri

diantaranya adalah perdarahan pervaginam, konsistensi rahim lunak, fundus uteri

naik, dan terdapatnya tanda-tanda syok. Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak

perdarahan pospartum dini.

B. Saran

Mengingat bahwa penyebab terbanyak terjadinya perdarahan post partum pada

ibu bersalin adalah atonia uteri, maka kita sebagai bidan harus mampu mengenali

tanda bahaya dari atonia uteri serta mengetahui dan memahami langkah-langkah

penatalaksanaan atonia uteri sehingga atonia uteri dapat diatasi dengan baik dan tepat.

xvi
DAFTAR PUSTAKA

Asmilawati, Y., Made Mahayani, I. A., Wanadiatri, H., & Shammakh, A. A. (2023).

Hubungan Partus Lama dan Anemia dalam Kehamilan dengan Kejadian Atonia Uteri

pada Ibu Bersalin. Jurnal Health Sains, 4(5), 42–61.

https://doi.org/10.46799/jhs.v4i5.882

Eni Indrayani, S. S. T. M. P. H., Nunik Ike Yunia Sari, S. S. T. M. P. H., Netti Herawati, S.

S. T. M. P., Siti Saleha, S. S. T. M. K., Tonasih, S. S. T. M. K., Naomi Parmila Hesti

Savitri, S. S. T. M. K., & Anindhita Yudha Cahyaningtyas, S. S. T. M. K. (2022). Buku

Ajar Nifas DIII Kebidanan Jilid III. Mahakarya Citra Utama Group.

https://books.google.co.id/books?id=sgqtEAAAQBAJ

Kemenkes RI. (2020). Angka Kematian Ibu di Dunia. Kemenkes, 4(1), 1–10.

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/5789/3/3.chapter 1.pdf

Kesehatan, D., & Denpasar, K. (2023). Dinas Kesehatan Kota Denpasar Dinas Kesehatan

Kota Denpasar.

Ma’rifah, U., Mardliyana, N. E., Sukarsih, R. I., Rozifa, A. W., & Qodliyah, A. W. (2022).

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR. Rena Cipta Mandiri.

https://books.google.co.id/books?id=vZ2fEAAAQBAJ

Siantar, R. L., Rostianingsih, D., Ismiati, T., & Bunga, R. (2022). Buku ajar asuhan

kebidanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Rena Cipta Mandiri.

xvii
https://books.google.co.id/books?id=r1ObEAAAQBAJ

Sri Anggarini Parwatiningsih, S. S. T. M. K. F. A. Y. S. S. T. M. K. M. N. D. K. S. S. T. M.

K. H. S. S. T. M. K. (2021). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. CV

Jejak (Jejak Publisher). https://books.google.co.id/books?id=TIdCEAAAQBAJ

Zulyastuti, Rita Eko, Dian Nintyasari Mustika, N. D. I. (2018). ASUHAN KEBIDANAN

POST PARTUM PATOLOGI PADA Ny. R UMUR 35 TH PVAI DENGAN ATONIA

UTERI DI PUSKESMAS MLONGGO KABUPATEN JEPARA. 2013, 8–24.

file:///D:/RPLPOLTRKKES/ASKEB PATOL/TUGAS/bahanatonia/BAB 2.pdf

xviii

Anda mungkin juga menyukai