Anda di halaman 1dari 20

Laporan Pendahuluan

Asuhan Keperawatan Choriocarcinoma di Ruang Kebidanan


RSUP Dr.M.Djamil

Oleh :

Dihan Nelistia 2241312092

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi

Istilah Choriocarcinoma adalah istilah yang lebih tepat digunakan untuk


kanser jenis ini, “korio” adalah istilah yang diambil dari vili korionik (“chorionic
villi”) iaitu salah satu komponen uri manusia. Istilah karsinoma pula merujuk kepada
kanser yang berasal dari sel-sel epithelial. Choriocarcinoma adalah tumor ganas
(maligna) dari trofoblast dan biasanya timbul setelah kehamilan mola, kadang-kadang
setelah abortus atau persalinan. Bila dibandingkan dengan jenis kanker ginekologik
lainnya koriokarsinoma mempunyai sifat yang berbeda misalnya :

1. Koriokarsinoma mempunyai periode laten yang dapat diukur, yaitu jarak waktu
antara akhir kehamilan dan terjadinya keganasan.
2. Sering menyerang wanita muda.
3. Dapat sembuh secara tuntas tanpa kehilangan fungsi reproduksi, dengan
pengobatan sitostatika
4. Dapat sembuh tanpa pengobatan melalui proses regresi spontan.

B. Etiologi

Kanker ini berasal dari salah satu komponen uri atau plasenta maka salah satu
cirri khusus kanker ini adalah ia boleh menghasilkan hormone HCG (Human
Chorionic Gonadotrophin”) yang sangat tinggi malah lebih tinggi dari pada wanita-
wanita yang hamil. Kejadian dipengaruhi oleh : Sebagian besar dari pasien mola akan
segera sehat kembali setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok wanita
yang kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma.

Etiologi terjadinya koriokarsinoma belum jelas diketahui. Trofoblas normal


cenderung menjadi invasive dan erosi pembuluh darah berlebih-lebihan. Metastase
sering terjadi lebih dini dan biasanya sering melalui pembuluh darah jarang melalui
getah bening. Tempat metastase yang paling sering adalah paru- paru ﴾75%﴿ dan
kemudian vagina ﴾50%﴿. Pada beberapa kasus metastase dapat terjadi pada vulva,
ovarium, hepar, ginjal, dan otak ﴾Cunningham, 1990﴿. Wikipedia, 2009 menyebutkan
bahwa koriokarsinoma selama kehamilan bisa didahului oleh:

1. Mola hidatidosa ( 50% kasus )


2. Aborsi spontan ( 20% kasus )
3. Kehamilan ektopik ( 2% kasus )
4. Kehamilan normal ( 20-30% kasus )

Faktor-faktor yang menyebabkan antara lain:

1. Faktor ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat


dikeluarkan.
2. Immunoselektif dari trofoblast yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah
pada stroma villi menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan
akhirnya terjadi hyperplasia sel- sel trofoblast
3. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
Keadaan sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap pemenuhan gizi ibu yang
pada akhirnya akan mempengaruhi pembentukan ovum abnormal yang
mengarah pada terbentuknya mola hidatidosa.
4. Paritas tinggi Ibu dengan paritas tinggi, memiliki kemungkinan terjadinya
abnormalitas pada kehamilan berikutnya, sehingga ada kemungkinan
kehamilan berkembang menjadi mola hidatidosa dan berikutnya menjadi
koriokarsinoma.
5. Kekurangan protein
Sesuai dengan fungsi protein untuk pembentukan jaringan atau fetus sehingga
apabila terjadi kekurangan protein saat hamil menyebabkan gangguan
pembentukan fetus secara sempurna yang menimbulkan jonjot-jonjot korion.
6. Infeksi virus dan faktor kromosom
Kanker ini berasal dari salah satu komponen plasenta maka salah satu cirri
khusus kanser ini adalah ia bisa menghasilkan hormone HCG (Human
Chorionic Gonadotrophin”) yang sangat tinggi malah lebih tinggi dari pada
wanita-wanita yang hamil. Sebagian besar dari pasien mola akan segera sehat
kembali setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok wanita yang
kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma.

Kejadian dipengaruhi oleh :


1. status sosio ekonomi
2. umur
3. gizi
4. consanguinitas (perkawinan antar keluarga)

C. Patofisiology choriocarcinoma

Choriocarcinoma terjadi setelah kehamilan, biasanya setelah mola hydatidosa


kadang-kadang setelah abortus atau kehamilan aterme maka merupakan penyakit
masa reproduktip ; tetapi adakalanya timbul pada teratoma.

Bentuk tumor trofoblas yang sangat ganas ini dapat dianggap sebagai suatu
karsinoma dari epitel korion, walaupun perilaku pertumbuhan dan metastasisnya
mirip dengan sarkoma.Faktor-faktor yang berperan dalam transformasi keganasan
korion tidak diketahui.Pada koriokarsinoma, kecenderungan trofoblas normal untuk
tumbuh secara invasif dan menyebabkan erosi pembuluh darah sangatlah besar.
Apabila mengenai endometrium, akan terjadi perdarahan, kerontokan dan infeksi
permukaan. Masa jaringan yang terbenam di miometrium dapat meluas keluar ,
muncul di uterus sebagai nodul-nodul gelap irreguler yang akhirnya menembus
peritoneum.

Gambaran diagnostik yang penting pada Choriocarcinoma, berbeda dengan


mola hidatidosa atau mola invasif adalah tidak adanya pola vilus.Baik unsur
sitotrofoblas maupun sinsitium terlibat, walaupun salah satunya mungkin
predominan. Dijumpai anplasia sel, sering mencolok, tetapi kurang bermanfaat
sebagai kriteria diagnostik pada keganasan trofoblas dibandingkan dengan pada
tumor lain. Pada pemeriksaan hasil kuretase uterus, kesulitan evaluasi sitologis adalah
salah satu faktor penyebab kesalahan diagnosis koriokarsinoma. Sel-sel trofoblas
normal di tempat plasenta secara salah di diagnosis sebagai koriokarsinoma.
Metastasis sering berlangsung dini dan umumnya hematogen karena afinitas trofoblas
terhadap pembuluh darah.

Choriocarcinoma dapat terjadi setelah mola hidatidosa, abortus, kehamilan


ektopik atau kehamilan normal .tanda tersering, walaupun tidak selalu ada, adalah
perdarahan irreguler setelah masa nifas dini disertai subinvolusi uterus. Perdarahan
dapat kontinyu atau intermitten, dengan perdarahan mendadak dan kadang-kadang
masif. Perforasi uterus akibat pertumbuhan tumor dapat menyebabkan perdarahan
intraperitonium. Pada banyak kasus, tanda pertama mungkin adalah lesi metatatik.
Mungkin ditemukan tumor vagina atau vulva. Wanita yang bersangkutan mungkin
mengeluh batuk dan sputum berdarah akibat metastasis di paru. Pada beberapa kasus,
di uterus atau pelvis tidak mungkin dijumpai koriokarsinoma karena lesi aslinya telah
lenyap, dan yang tersisa hanya metastasis jauh yang tumbuh aktif. Apabila tidak di
terapi, Choriocarcinoma akan berkembang cepat dan pada mayoritas kasus pasien
biasanya akan meninggal dalam beberapa bulan. Kausa kematian tersering adalah
perdarahan di berbagai lokasi.

Pasien di golongkan beresiko tinggi jiika penyakit lebih dari 4 bulan, kadar
gonadotropin serum lebih dari 40.000 mIU/ml, metastasis ke otak atau hati, tumor
timbul setelah kehamilan aterm, atau riwayat kegagalan kemoterapi, namun
menghasilkan anagka kesembuhan tertinggi dengan kemoterapi kombinasi yaitu
menggunakan etoposid, metotreksat, aktinomisin, siklofosfamid, dan vinkristin
(Schorage et al, 2000).
D. WOC
E. Menifestasi Klinis
Mikroskopis tanda-tanda yang khas untuk choriocarcinoma ialah :

1. Peningkatan jumlah kadar ß-hCG


a) Kadar ß-hCG normal pada tiap umur kehamilan berbeda, dari 5-25
IU/ml.
b) Kadar ß-hCG yang dianggap mola < 100.000 IU/urine 24jam
c) Kadar ß-hCG yang dianggap kanker adalah > 100.000 IU/urine 24jam
>40.000 u/ml dalam interval lebih dari 4 bulan.
2. Perdarahan per vaginam
3. Batuk berdarah dan sesak nafas
4. X-ray dada menunjukkan adanya perembesan cairan di ujung kedua paru-
paru
5. Sakit kepala dan hemiplegi
6. Sakit tulang belakang
7. Perut bengkak dan sklera menjadi kuning
8. Hilang selera makan dan berat badan turun
Adapun tanda dan gejala lain :
1. Nekrose
2. Haemorrhagia
3. Infeksi
Berikut adalah diantara gejala-gejala dan tanda-tanda yang mungkin dialami
oleh pesakit Choriocarcinoma :

1. Batuk berdarah dan sesak nafas.


2. Sakit kepala dan lumpuh sebelah badan
3. Sakit tulang belakang
4. Ketumbuhan dan perdarahan di bahagian faraj
5. Bengkak perut dan kuning mata
6. Hilang selera makan dan turun berat badan
Tumor ini warnanya ungu dan sangat rapuh. Pada dinding uterus nampak sebagai
benjolan kacang Bogor.

1. Perdarahan yang tidak berhenti setelah kelahiran mola, bersifat metrorrhagia


2. Subinvolusi
3. Metastase pada paru-paru, vulva atau vagina.
4. Reaksi biologis yang tetap positip atau yang malakan naik kwantitatip setelah
kelahiran mola.
5. Kadang-kadang terjadi perforasi rahim dengan tanda-tanda perdarahan
intraperitoneal.

Selain dari itu nampak sel-sel trofobkast yang menembus otot-otot dan pembulu-
pembuluh darah.

E. Klasifikasi
Choriocarcinoma dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam bentuk, yaitu:
1. Choriocarcinoma Villosum
Penyakit ini termasuk ganas tetapi derajat keganasannya lebih
rendah.Sifatnya seperti mola, tetapi dengan daya penetrasi yang lebih besar.
Sel- sel trofoblas dengan villi korialis akan menyusup ke dalam miometrium
kemudian tidak jarang mengadakan perforasi pada dinding uterus dan
menyebabkan perdarahan intra abdominal. Walaupun secara lokal mempunyai
daya invasi yang berlebihan, tetapi penyakit ini jarang disertai metastasis.
Invasive mola berasal dari mola hidatidosa
2. Choriocarcinoma Non Villosum
Penyakit ini merupakan yang terganas dari penyakit trofoblas.
Sebagian besar didahului oleh mola hidatidosa (83,3%) tetapi dapat pula
didahului abortus atau persalinan biasa masing-masing 7,6%. Tumbuhnya
sangat cepat dan sering menyebabkan metastasis ke organ-organ lain, seperti
paru-paru, vulva, vagina, hepar dan otak. Apabila tidak diobati biasanya
pasien meninggal dalam 1 tahun. Apabila dibandingkan dengan jenis kanker
ginekologik lainnya, koriokarsinoma mempunyai sifat yang berbeda,
misalnya:
a) Koriokarsinoma mempunyai periode laten yang dapat diukur, yaitu
jarak waktu antara akhir kehamilan dan terjadinya keganasan
b) Sering menyerang wanita muda
c) Dapat sembuh secara tuntas tanpa kehilangan fungsi reproduksi,
dengan pengobatan sitostatika.

3. Choriocarcinoma Klinis
Apabila setelah pengeluaran jaringan mola hidatidosa kadar hCG turun
lambat apalagi menetap atau meningkat, maka kasus ini dianggap sebagai
penyakit trofoblas ganas. Artinya ada sel-sel trofoblas yang aktif tumbuh lagi
di uterus atau di tempat lain (metastasis) dan mengahasilkan hCG. Diagnosis
keganasan tidak ditentukan oleh pemeriksaan histopatologik tetapi oleh
tingginya kadar HCG dan adanya metastasis.

F. Komplikasi

Komplikasi dikategorikan berdasarkan seberapa jauh derajat penyakitnya.


Berdasarkan jauhnya penyebaran Choriocarcinoma dibagi menjadi 4, yaitu:

1. Stadium I yang terbatas pada uterus


2. Stadium II, sudah mengalami metastasis ke parametrium, serviks dan
vagina
3. Satadium III, mengalami metastasis ke paru-paru
4. Stadium IV, metastasis ke oragan lain, seperti usus, hepar atau otak.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
Menurut The International Federation of Gynecology and Oncology (FIGO)
menetapkan beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mendiagnosis PTG
termasuk koriokarsinoma adalah:
a) Menetapnya kadar ß hCG pada empat kali penilaian dalam 3 minggu
atau lebih (misalnya hari 1,7, 14 dan 21)
b) Kadar ß hGC meningkat pada selama tiga minggu berturut-turut atau
lebih (misalnya hari 1,7 dan 14)
c) Tetap terdeteksinya ß hCG sampai 6 bulan pasca evakuasi mola.
d) Gambaran patologi anatomi adalah koriokarsinoma
2. Pemeriksaan Penunjang
a) Uji Sonde
Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke
dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan
sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan,
kemungkinan mola atau koriokarsinoma.
b) Foto rontgen abdomen : Tidak terlihat tulang-tulang janin (pada
kehamilan 3-4 bulan)
c) Ultrasonografi
Khusus pada mola akan kelihatan bayangan badai salju dan tidak
terlihat janin (merupakan diagnosa pasti), waspadai juga
Choriocarcinoma.

H. Penatalaksanaan Medis

1. Kemoterapi
Choriocarcinoma merupakan tumor yang sensitif terhadap obat-obatan
kemoterapi, dari hasil survey menunjukkan bahwa dengan kemoterapi pasien
dengan Choriocarcinoma mengalami kesembuhan 90-95%.
2. Terapi dengan agen single methotrexate or actinomycin D. Terapi ini
digunakan untuk Choriocarcinoma yang belum bermetastase meluas ke
seluruh tubuh atau dengan skala ringan.
3. Terapi kombinasi EMACO (etoposide, methotrexate, actinomycin D,
cyclosphosphamide and oncovin) Terapi komplek ini digunakan untuk
koriokarsinoma dengan skala sedang atau berat.
4. Hysterektomi
Biasa dilakukan pada wanita dengan usia ≥ 40 tahun atau pada wanita yang
memang menginginkan untuk dilakukan hysterektomi. Hysterektomi juga
disarankan pada infeksi berat dan perdarahan yang tidak terkendali.

I. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data diri klien
b. Data biologis/fisiologis ® keluhan utama, riwayat keluhan utama
c. Riwayat kesehatan masa lalu
d. Riwayat kesehatan keluarga
e. Riwayat reproduksi ® siklus haid, durasi haid
f. Riwayat obstetric ® kehamilan, persalinan, nifas, hamil
g. Data psikologis/sosiologis ® reaksi emosional setelah penyakit diketahui
h. Pemeriksaan fisik
i. Aktifitas istirahat
Gejala :
Kelemahan / keletihan
Perubahan pada pola tidur
Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti
nyeri,ansietas,keringat malam
Pekerjaan / profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan
,tingkat stress tinggi
j. Integritas ego
Gejala :
Faktor sress,merokok,alcohol
Menunda mencari pengobatan
Masalah tentang lesi / cacat, pembedahan
Menyangkal diagnosis, putus asa
k. Eliminasi
Gejala :
Pada kanker Ovarium terdapat tanda haid tidak teratur ,sering
berkemih,menopouse dini dan menorrhagia.
l. Makanan dan minuman
Gejala : dispepsia,rasa tidak nyaman pada abdomen, lingkar abdomen
yang terus meningkat).
m. Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkope
n. Keamanan
Gejala : pemajanan pada zat kimia, toksik dan karsinogen
Tanda : demam ,ulserasi
o. Seksualitas
Gejala : Nulligravida lebih besar dari usia 30 tahun,mempunyai banyak
pasangan seksual, aktifitas seksual dini.
p. Interaksi sosial
Gejala :
Ketidaknyamanan / kelemahan sistem pendukung
Riwayat perkawinan,dukungan dan bantuan
Masalah tentang fungsi dan tanggung jawab peran
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut
b. Pola napas tidak efektif
c. Defisit nutrisi
3. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
intervensi keperawatan Observasi
maka tingkat nyeri Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
menurun dengan kriteria kualitas, intensitas nyeri
hasil: Identifikasi skala nyeri
Kemampuan Identifikasi faktor yang memperberat nyeri
menuntaskan aktivitas Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
meningkat Identifikasi pengaruh budaya terhadap nyeri
Keluhan nyeri menurun Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
Meringis menurun Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
Sikap protektif telah diberikan
menurun Monitor efek samping pemberian analgetik
Gelisah Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
nyeri
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirahatt tidur
Edukasi
Jelaskan penyebab, perode, pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik yang tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik

2 Pola nafas tidak efektif Kriteria Hasil : 1. Pemantauan Respirasi


Dipsnea menurun Observasi :
Defenisi : inspirasi dan  Penggunaan otot Monitor frekuensi , irama , kedalaman dan upaya
ekspirasi yang tidak bantu nafas bernafas
memberikan ventilasi yang menurun Monitor pola nafas
adekuat Jalan nafas Monitor kemampuan batuk efektif
membaik Memonitor saturasi oksigen
Pemanjangan fase Terapeutik
ekspirasi menurun
Frekuensi nafas Atur intervensi pemantauan Respirasi sesuai
membaik kondisi pasien
Pernafasan cuping Dokumensasi hasil pemantauan
hidung menurun. Edukasi :

Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


Informasi hasil pemantaauan , jika perlu

2. Dukungan Ventilasi
Obserasi
Identifikasi adnya kelelahan otot bantu nafas
Identifikasi efek perubahan posisi terhadap
status pernafasan
Terapeutik
Mempertahanklan posisi fowler dan semi fowler
Edukasi
Memperhatikan kepatenan jalan nafas
Mengajarkan mengubah posisi secara mandiri
kolaborasi

Kolaborasi pemberian obat.


3. Defisit nutrisi Status nutrisi Manajemen nutrisi
Definisi : asupan nutrisi Kriteria hasil : Observasi
tidak cukup untuk Porsi makanan yang Identifikasi status nutrisi
memenuhi kebutuhan dihabiskan meningkat Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Metabolism Kekuatan otot Identifikasi makanan yang disukai
pengunyah meningkat Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
Kekuatan otot menelan Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
meningkat Monitor asupan makanan
Serum albumin Monitor berat badan
meningkat Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Verbalisasi keinginan Terapeutik
untuk meningkatkan Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
nutrisi meningkat Fasilitasi menentukan pedoman diet
Perasaan cepat kenyang Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
menurun konstipasi
Nyeri abdomen menurun Berikan makan tinggi kalori dan tinggi protein
Sariawan menurun Berikan suplemen makanan, jika perlu
IMT membaik Edukasi
Frekuensi makan Anjurkan posisi duduk, jika mampu
membaik Ajarkan diet yang diprogramkan
Nafsu makan membaik Kolaborasi
Bising usus membaik Kolaborasi pemberian medikasi sebelum tidur
Membrane mukosa Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
membaik jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan
dimana rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/
aktivitas yang telah ditemukan, pada tahap ini perawat siap membantu pasien
atau orang terdekat menerima stress situasi atau prognosis, mencegah
komplikasi, membantu program rehabilitas individu, memberikan informasi
tentang penyakit, prosedur, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
5. Evaluasi
a. Klien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan
b. Klien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya.
c. Tidak adanya tanda-tanda disfungsi seksual
d. Klien menyatakan paham tentang perubahan struktur dan fungsi seksual.
e. Mengidentifikasi kepuasan / praktik seksual yang diterima dan beberapa
alternatif cara mengekspresikan keinginan seksual.

Anda mungkin juga menyukai