Kelompok F :
1. Miftah Khairunnisa 2041312037
2. Ranny Patria Y 2041312112
3. Rifahatul Mahmudah 2041312038
4. Miftahul Jannah 2041312039
5. Nadia Nofita 2041312056
6. Nanang Pramayudi 2041319008
7. Rima Dwi Martha 2041312042
8. Metri Yenti 2041319007
9. Dewi Rahayu Ningsih 2041319002
10. Agung Ayatullah 2041312123
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan
hidayahnya sehingga kita masih dapat diberikan kesehatan. Sehingga dalam
kesempatan ini kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan dg Pasien Choriocarcinoma” dan dengan harapan semoga makalah ini
bisa bermanfaat dan menjadikan referensi bagi kita sehingga lebih mengetahui
bagaimana pasien .
Makalah ini disusun bedasarkan atas informasi yang kami dapat dari berbagai
pihak yang mengetahui tentang perawatan pasien Choriocarcinoma.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat dipahami, dan bermanfaat bagi
teman-teman dan pembaca makalah ini serta dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya. Dan kami selalu menantikan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sebagai upaya penyempurnaan makalah ini
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
1. Koriokarsinoma mempunyai periode laten yang dapat diukur, yaitu jarak waktu
antara akhir kehamilan dan terjadinya keganasan.
2. Sering menyerang wanita muda.
3. Dapat sembuh secara tuntas tanpa kehilangan fungsi reproduksi, dengan
pengobatan sitostatika
4. Dapat sembuh tanpa pengobatan melalui proses regresi spontan.
B. Etiologi
Kanker ini berasal dari salah satu komponen uri atau plasenta maka salah satu
cirri khusus kanker ini adalah ia boleh menghasilkan hormone HCG (Human
Chorionic Gonadotrophin”) yang sangat tinggi malah lebih tinggi dari pada wanita-
wanita yang hamil. Kejadian dipengaruhi oleh : Sebagian besar dari pasien mola akan
segera sehat kembali setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok wanita
yang kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma.
Bentuk tumor trofoblas yang sangat ganas ini dapat dianggap sebagai suatu
karsinoma dari epitel korion, walaupun perilaku pertumbuhan dan metastasisnya
mirip dengan sarkoma.Faktor-faktor yang berperan dalam transformasi keganasan
korion tidak diketahui.Pada koriokarsinoma, kecenderungan trofoblas normal untuk
tumbuh secara invasif dan menyebabkan erosi pembuluh darah sangatlah besar.
Apabila mengenai endometrium, akan terjadi perdarahan, kerontokan dan infeksi
permukaan. Masa jaringan yang terbenam di miometrium dapat meluas keluar ,
muncul di uterus sebagai nodul-nodul gelap irreguler yang akhirnya menembus
peritoneum.
Pasien di golongkan beresiko tinggi jiika penyakit lebih dari 4 bulan, kadar
gonadotropin serum lebih dari 40.000 mIU/ml, metastasis ke otak atau hati, tumor
timbul setelah kehamilan aterm, atau riwayat kegagalan kemoterapi, namun
menghasilkan anagka kesembuhan tertinggi dengan kemoterapi kombinasi yaitu
menggunakan etoposid, metotreksat, aktinomisin, siklofosfamid, dan vinkristin
(Schorage et al, 2000).
D. Menifestasi Klinis
Selain dari itu nampak sel-sel trofobkast yang menembus otot-otot dan pembulu-
pembuluh darah.
E. Klasifikasi
Choriocarcinoma dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam bentuk, yaitu:
1. Choriocarcinoma Villosum
Penyakit ini termasuk ganas tetapi derajat keganasannya lebih
rendah.Sifatnya seperti mola, tetapi dengan daya penetrasi yang lebih besar.
Sel- sel trofoblas dengan villi korialis akan menyusup ke dalam miometrium
kemudian tidak jarang mengadakan perforasi pada dinding uterus dan
menyebabkan perdarahan intra abdominal. Walaupun secara lokal mempunyai
daya invasi yang berlebihan, tetapi penyakit ini jarang disertai metastasis.
Invasive mola berasal dari mola hidatidosa
2. Choriocarcinoma Non Villosum
Penyakit ini merupakan yang terganas dari penyakit trofoblas.
Sebagian besar didahului oleh mola hidatidosa (83,3%) tetapi dapat pula
didahului abortus atau persalinan biasa masing-masing 7,6%. Tumbuhnya
sangat cepat dan sering menyebabkan metastasis ke organ-organ lain, seperti
paru-paru, vulva, vagina, hepar dan otak. Apabila tidak diobati biasanya
pasien meninggal dalam 1 tahun. Apabila dibandingkan dengan jenis kanker
ginekologik lainnya, koriokarsinoma mempunyai sifat yang berbeda,
misalnya:
a) Koriokarsinoma mempunyai periode laten yang dapat diukur, yaitu
jarak waktu antara akhir kehamilan dan terjadinya keganasan
b) Sering menyerang wanita muda
c) Dapat sembuh secara tuntas tanpa kehilangan fungsi reproduksi,
dengan pengobatan sitostatika.
3. Choriocarcinoma Klinis
Apabila setelah pengeluaran jaringan mola hidatidosa kadar hCG turun
lambat apalagi menetap atau meningkat, maka kasus ini dianggap sebagai
penyakit trofoblas ganas. Artinya ada sel-sel trofoblas yang aktif tumbuh lagi
di uterus atau di tempat lain (metastasis) dan mengahasilkan hCG. Diagnosis
keganasan tidak ditentukan oleh pemeriksaan histopatologik tetapi oleh
tingginya kadar HCG dan adanya metastasis.
F. Komplikasi
1. Kemoterapi
Choriocarcinoma merupakan tumor yang sensitif terhadap obat-obatan
kemoterapi, dari hasil survey menunjukkan bahwa dengan kemoterapi pasien
dengan Choriocarcinoma mengalami kesembuhan 90-95%.
2. Terapi dengan agen single methotrexate or actinomycin D. Terapi ini
digunakan untuk Choriocarcinoma yang belum bermetastase meluas ke
seluruh tubuh atau dengan skala ringan.
3. Terapi kombinasi EMACO (etoposide, methotrexate, actinomycin D,
cyclosphosphamide and oncovin) Terapi komplek ini digunakan untuk
koriokarsinoma dengan skala sedang atau berat.
4. Hysterektomi
Biasa dilakukan pada wanita dengan usia ≥ 40 tahun atau pada wanita yang
memang menginginkan untuk dilakukan hysterektomi. Hysterektomi juga
disarankan pada infeksi berat dan perdarahan yang tidak terkendali.
I. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data diri klien
b. Data biologis/fisiologis ® keluhan utama, riwayat keluhan utama
c. Riwayat kesehatan masa lalu
d. Riwayat kesehatan keluarga
e. Riwayat reproduksi ® siklus haid, durasi haid
f. Riwayat obstetric ® kehamilan, persalinan, nifas, hamil
g. Data psikologis/sosiologis ® reaksi emosional setelah penyakit diketahui
h. Pemeriksaan fisik
i. Aktifitas istirahat
Gejala :
Kelemahan / keletihan
Perubahan pada pola tidur
Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti
nyeri,ansietas,keringat malam
Pekerjaan / profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan
,tingkat stress tinggi
j. Integritas ego
Gejala :
Faktor sress,merokok,alcohol
Menunda mencari pengobatan
Masalah tentang lesi / cacat, pembedahan
Menyangkal diagnosis, putus asa
k. Eliminasi
Gejala :
Pada kanker Ovarium terdapat tanda haid tidak teratur ,sering
berkemih,menopouse dini dan menorrhagia.
l. Makanan dan minuman
Gejala : dispepsia,rasa tidak nyaman pada abdomen, lingkar abdomen
yang terus meningkat).
m. Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkope
n. Keamanan
Gejala : pemajanan pada zat kimia, toksik dan karsinogen
Tanda : demam ,ulserasi
o. Seksualitas
Gejala : Nulligravida lebih besar dari usia 30 tahun,mempunyai banyak
pasangan seksual, aktifitas seksual dini.
p. Interaksi sosial
Gejala :
Ketidaknyamanan / kelemahan sistem pendukung
Riwayat perkawinan,dukungan dan bantuan
Masalah tentang fungsi dan tanggung jawab peran
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut
b. Pola napas tidak efektif
c. Defisit nutrisi
3. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
intervensi keperawatan Observasi
maka tingkat nyeri Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
menurun dengan kriteria kualitas, intensitas nyeri
hasil: Identifikasi skala nyeri
Kemampuan Identifikasi faktor yang memperberat nyeri
menuntaskan aktivitas Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
meningkat Identifikasi pengaruh budaya terhadap nyeri
Keluhan nyeri menurun Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
Meringis menurun Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
Sikap protektif telah diberikan
menurun Monitor efek samping pemberian analgetik
Gelisah Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
nyeri
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirahatt tidur
Edukasi
Jelaskan penyebab, perode, pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik yang tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
2 Pola nafas tidak efektif Kriteria Hasil : 1. Pemantauan Respirasi
Dipsnea menurun Observasi :
Defenisi : inspirasi dan Penggunaan otot Monitor frekuensi , irama , kedalaman dan upaya
ekspirasi yang tidak bantu nafas bernafas
memberikan ventilasi yang menurun Monitor pola nafas
adekuat Jalan nafas Monitor kemampuan batuk efektif
membaik Memonitor saturasi oksigen
Pemanjangan fase Terapeutik
ekspirasi menurun
Frekuensi nafas Atur intervensi pemantauan Respirasi sesuai
membaik kondisi pasien
Pernafasan cuping Dokumensasi hasil pemantauan
hidung menurun. Edukasi :
2. Dukungan Ventilasi
Obserasi
I. PENGKAJIAN
Hari/ tanggal : Senin/19 April 2021
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien masuk ke RSUP Dr. M.Djamil Padang pada hari Minggu tanggal 11
April 2021 dengan keluhan mengalami perdarahan melalui vagina.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian hari Senin tanggal 19 April 2021 pukul 14.15
WIB pasien mengatakan sudah menjalani rawat hari ke 8, pasien mengatakan
keluar darah dari pervaginam dengan warna merah kecoklatan, pasien
mengatakan ganti pembalut 3-4 kali sehari, pasien mengatakan nyeri pada
perut bagian bawah, nyeri yang dirasakan hilang timbul, skala nyeri 3. Pasien
mengatakan kepalanya terasa pusing, badannya terasa lemah dan mual. Pasien
sedang menjalani kemoterapi kedua yang tindakan pertamanya dilakukan
pada tanggal 13 April 2021.
6. Riwayat perkawinan
- Status perkawinan : kawin
- Jumlah perkawinan 1 kali
- Lama perkawinan ± 4 tahun
7. Riwayat Menstruasi
Pasien mengatakan pertama kali menstruasi pada usia 12 tahun, lama haid 7
hari, pasien mengatakan sebelum sakit menstruasi nya teratur setiap bulan
dengan siklus 28 hari, namun sejak mengalami perdarahan 3 bulan yang lalu,
darah yang keluar dari vagina lebih dari 3 kali sebulan. Ketika terjadi
perdarahan pasien rata-rata mengganti pembalut 2x dalam 1 jam. Namun saat
dilakukan pengkajian pasien mengatakan sekarang hanya mengganti pembalut
4x sehari.
8. Riwayat KB
Pasien mengatakan menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 bulan selama ± 2
tahun dan pada bulan Desember 2020 pasien berhenti memakai alat
kontrasepsi.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis, GCS 15.
2. Tanda-tanda vital :
TD : 105/45 mmHg
Nadi : 88x/i
Nafas : 18x/i
Suhu : 36,3
3. Pengukuran Antropometri :
TB : 155 cm
BB : 42 kg
IMT : 17,5
4. Pemeriksaan Head to Toe :
a. Kepala :
Bentuk kepala oval, tidak ada lesi atau benjolan pada kepala
b. Rambut :
Warna hitam, struktur rambut kasar, kondisi rambut tidak rontok, tidak
ada ketombe dan tidak ada nyeri tekan di kulit kepala
c. Mata :
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan , reflek pupil isokor, palpebra tidak
edema, sclera tidak ikterik
palpasi : konjungtiva anemis
d. Hidung :
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak nampak pernapasan cuping
hidung.
Palpasi : tidak ada pembengkakan
e. Telinga :
Inspeksi : daun telinga bersih, tidak ada pembengkakan atau lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
i. Abdomen
1) Inspeksi : bentuk simetris, ascites tidak ada, luka tidak ada,
2) Palpasi : nyeri tekan pada perut bagian bawah, tidak ada
benjolan , tidak teraba massa
3) Perkusi : timpani
4) Auskultasi : Bising usus (+)
j. Eksremitas atas/bawah
1) Inspeksi : edema (-)
2) Palpasi : CRT > 2 detik, edema tidak ada, nyeri tidak ada, akral
teraba dingin
c. Pola eliminasi
Pola defekasi : pasien mengatakan frekuensi 1x sehari, warna kuning,
konsistensi lunak normal. BAB tidak ada keluhan
Pola Urinasi : pasien mengatakan frekuensi 6-7x sehari, warna
kuning. Tidak terpasang kateter. BAK tidak ada keluhan
d. Pola istirahat dan tidur
Saat sehat, kebiasaanya pasien tidur 7 jam/ malam, tidur siang kadang
1-2 jam. Pasien jarang terbangun tengah malam dan begadang. Pasien
merasa segar ketika terbangun dipagi hari. Saat sakit, pasien tidak
mengalami masalah pola tidur
e. Pola persepsi sensori dan kognitif
Status mental pasien sadar, bicara normal, bahasa sehari-hari
menggunakan bahasa minang. Kemampuan berkomunikasi dan
memahami tepat, fungsi penglihatan dan pendengaran dalam batas
normal.
f. Persepsi dan konsep diri
Pasien mengatakan kalau penyakitnya ini adalah cobaan dari Allah,
dan usaha pasien hanya berdoa dan berusaha berobat supaya
penyakitnya cepat sembuh.
g. Pola hubungan dengan orang lain
Pekerjaan pasien adalah ibu rumah tangga, selama sakit pekerjaan
rumah tangga dibantu oleh orang tua pasien dirumah. Sistem
pendukung adalah suami dan keluarga. Pasien tidak mempunyai
masalah keluarga yang berkenaan dengan perawataan di Rumah sakit.
pasien mengatakan hubungan pasien dengan masyarakat baik, pasienn
mengatakan juga aktif dalam kegiatan yang ada dimasyarakat.
6. Data Penunjang
a. Radiologi (rontgen)
Pemeriksaan radioterapi toraks proyeksi AP :
Trakea ditengah
Mediastinum superior tidak melebar. Aorta baik
Jantung posisi normal, ukuran kesan tidak membesar
Kedua hillus tidak menebal/melebar
Corokan bronkovaskuler kedua baru baik
Tidak tampak infiltrasi maupun nodul di kedua lapangan paru
Diafragma kanan dan kiri licin. Sinus kostofrenikus kanan dan
kiri lancip
Kesimpulan : tidak tampak kelainan radiologis pada radiografi
toraks.
b. Patologi Anatomi
Makroskopik : terima potongan-potongan jaringan, kecoklatan,
ukuran 5x4x2 cm
Mikroskopik : dalam sediaan yang kami terima, tampak potongan-
potongan jaringan terdiri atas jaringan nekrotik, perdarahan dan
kelompokan-kelompokan sel-sel dengan inti besar, pleomorfik,
sitoplasma jernih, beberapa sel dengan inti multinukleoli
Gambaran mikroskopik menunjukkan suatu keganasan
7. Penatalaksanaan Medis
IVFD Nacl 0,9 % 500 ml/8 jam (IV)
Tranfusi PRC 4 unit (IV)
Transamin 3 x 500 mg (IV)
Vitamin K 3 x 10 mg (IV)
Etoposide 130 mg 1x1 (IV)
Actinomicine D (IV)
Metotrexate 1x50 mg (IV)
Leucoferin 1x50 mg (IV)
B. Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1 DS: Proses keganasan Resiko perdarahan
Pasien mengatakan
badannya terasa lemah
Pasien mengatakan keluar
darah dari vagina dngan
warna merah kocoklatan
DO:
Pasien tampak lemah
Wajah pasien tampak
pucat
Konjungtiva anemies
Hb 8.6 g/dl
Hematokrit 31%
C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perdarahan berhubungan dengan proses keganasan
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan Penurunan konsentrasi
hemoglobin akibat perdarahan.
3. Nausea berhubungan dengan tumor terlokalisasi
D. Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1 Resiko perdarahan Setelah dilakukan Pecegahan perdarahan :
berhubungan tindakan keperawatan Observasi :
dengan proses selama 2x24 jam - Monitor tanda dan gejala
keganasan diharapkan tingkat perdarahan
perdarahan menurun - Monitor nilai hematokrit
dengan kriteria hasil : dan hemoglobin
- Kelembapan Terapeutik :
membran mukosa - Pertahankan bed rest
menningkat selama perdarahan
- Perdarahan vagina - Batasi tindakan invasif
menurun Edukasi :
- Hemoglobin - Jelaskan tandan dan gejala
membaik perdarahan
- Hematokrit - Anjurkan meningkatkan
membaik asupan makanan dan
vitamin K
- Anjurkan segera melapor
jika terjadi perdarahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan
- Kolaborasi pemberian
produk darah
Transfusi darah :
Observasi
- Identifikasi rencana
transfuse
- Monitor TTV
- Monitor reaksi transfusi
Terapeutik
- Lakukan pengecekan
ganda pada label darah
- Pasang akses intravena
jika belum terpasang
- Berikan NaCl 0,9% 50-
100 ml sebelum
melakukan transfusi
- Atur kecepatan aliran
transfuse sesuai produk
- Berikan waktu transfuse
maksimal 4 jam
- Hentikan transfui jika
terdapat reaksi transfuse
- Dokumentasikan tanggal,
waktu, jumlah darah,
durasi dan respon
transfuse
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur transfusi
- Jelaskan tanda dan gejala
reaksi transfusi yang perlu
dilaporkan (mis, gatal,
pusing, sesak napas, nyeri
dada)
Pemantauan cairan :
Observasi :
- Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi
- Monitor frekuensi
napas
- Monitor tekanan
darah
- Monitor elastisitas
dan turgor kulit
- Monitor hasil
pemeriksaan serum
- Monitor intake dan
output cairan
- Identifikasi faktor
risiko ketidakseimbangan
cairan
Terapeutik
- Atur interval waktu
pemantauan sesuai kondisi
pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
3 Nausea Setelah dilakukan Manajemen mual :
berhubungan tindakan keperawatan Observasi :
dengan tumor selama 2x24 jam
- Identifikasi dampak mual
terlokalisasi. diharapkan tingkat
terhadap kualitas hidup
nausea menurun dengan
- Monitor mual (mis;
kriteria hasil :
frekuenis, durasi dan
- Nafu makan
tingkat keparahan)
meningkat
- Identifikasi faktor
- Keluhan mual
penyebab mual (mis;
menurun
pengobatan dan prosedur)
- Perasaan asam
- Monitor asupan nutrisi
dimulut menurun
dan kalori
- Diaforesis menurun
Terapeutik :
- Jumlah saliva
- Kendalikan faktor
menurun
lingkungan penyebab
- Pucat membaik
mual
- Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual
Edukasi :
- Anjurkan istirahat dan
tidur yang cukup
- Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah
lemak
- Anjurkan teknik non
farmakologis untuk
mengatasi mual (mis;
hipnosis, relaksasi, terapi
musik)
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
antietik, jika perlu
A : masalah nausea
sebagian teratasi
P : intervensi dilanjutkan
manajemen nausea
BAB IV
Hasil Penelitian :
Teknik ini dilakukan pada 30 responden dan efektif dalam menurunkan mual
muntah akibat efek kemoterapi klien kanker. Untuk hasil yang maksimal dianjurkan
untuk berlatih pada jam yang sama dua kali setiap hari, selama 20-30 menit. Latihan
bisa dilakukan pagi dan sore hari dan dilakukannya 2 jam setelah makan untuk
mencegah rasa mengantuk setelah makan.
Progressive Muscle Relaxation sebagai Upaya Untuk Mengurangi Mual
Muntah dan Fatigue
1) Pengertian
Pengertian progressive muscle relaxation adalah terapi relaksasi
dengan gerakan mengencangkan dan melemaskan otot – otot pada beberapa
bagian tubuh tertentu yang diberikan pada klien dengan gangguan fisik karena
penyakit maupun secara fungsional berupa penurunan aktivitas sehari-hari
serta mengalami insomnia. Dalam melakukan terapi ini, klien membedakan
sensasi saat otot dalam kondisi tegang dan rileks serta merasakan kenyamanan
dan rileksasi saat otot dalam kondisi lemas.
2) Tujuan Progressive muscle relaxation
Tujuan progressive muscle relaxation adalah
a) Membantu mengurangi tanda dan gejala mual muntah seperti menurunkan
rasa mual atau muntah, laju metabolisme tubuh, laju pernapasan,
ketegangan otot, dan tekanan darah sistolik.
b) Meningkatkan beta endorphin
c) Meningkatkan imun seluler.
d) Membantu keterampilan koping dalam mengatasi fatigue secara aktif
3) Indikasi
Menurut Ramdhani & Putra (2015) terdapat beberapa hal yang menjadi
indikasi dalam progressive muscle relaxation yaitu :
a) Managemen mual muntah dan menurunkan intensitas mual muntah
b) Manajemen fatigue pada gangguan fisik dengan meningkatkan beta
endorphin dan berfungsi meningkatkan imun seluler.
c) Manajemen insomnia dengan menurunkan gelombang alpha otak.
4) Kontra indikasi
Beberapa hal yang dapat menjadi kontraindikasi latihan progressive muscle
relaxation antara lain cedera akut atau ketidaknyamanan musculoskeletal,
infeksi atau inflamasi, dan penyakit jantung berat atau akut. Latihan
progressive muscle relaxation juga tidak dilakukan pada sisi otot yang sakit.
5) Teknik pelaksanaan progressive muscle relaxation
Progressive muscle relaxation atau relaksasi otot progresif merupakan
kontraksi dan relaksasi berbagai kelompok otot mulai dari kaki kearah atas
atau dari kepala kearah bawah. Pelaksanaan terapi ini diberikan 1 kali setiap
hari selama 7 hari berturut-turut sehingga total pelaksanaan adalah sebanyak 7
kali. Setiap gerakan yang dilakukan dalam terapi progressive muscle
relaxation ini dilakukan sesuai dengan kemampuan klien sehingga klien tidak
akan merasakan nyeri pada saat menegangkan otot. Pelaksanaan gerakan
progressive muscle relaxation dalam modul ini terdiri dari 14 gerakan seperti
yang dikembangkan oleh Ramdhani & Putra (2009).
6) Langkah melakukan Progressive muscle relaxation
Relaksasi otot progresif (PMR) adalah teknik manajemen mual muntah dan
fatigue. Jika Anda memiliki mual muntah dan kelelahan, teknik ini dapat
membantu Anda menenangkan tubuh dan menenangkan pikiran Anda. Dengan
latihan teratur, relaksasi otot progresif semakin mudah untuk dilakukan, dan
Anda akan dapat mencapai kedalaman dari relaksasi. Cara melaksanakannya
adalah sebagai berikut:
a) Pastikan Anda merasa nyaman. Anda bisa duduk di kursi atau berbaring.
Mata Anda bisa terbuka atau tertutup, tetapi kebanyakan orang menemukan
bahwa menutup mata mereka membantu mempertahankan fokus selama
latihan. Longgarkan pakaian yang ketat dan pastikan lingkungan sekitar
Anda yang tenang.
b) Mulailah dengan melakukan beberapa pernapasan dalam. Tarik napas
perlahan dan dalam melalui hidung dan menghembuskan napas melalui
mulut Anda. Ulangi beberapa kali.
c) Mulailah dengan menegangkan otot-otot di kaki Anda. Tekuk kaki Anda ke
atas dari pergelangan kaki ke arah wajah Anda. Tekuk kaki Anda ke atas
setinggi mungkin, tapi tidak begitu banyak sehingga menyebabkan rasa
sakit atau kram. Tahan posisi ini selama 5 sampai 10 detik. Cepat lepaskan
ketegangan di kaki Anda. Perhatikan perasaan dan sensasi yang Anda alami
ketika kaki Anda rileks. Tetap santai selama sekitar 20 sampai 30 detik
sebelum pindah ke kelompok otot depan.
d) Regangkan otot bokong dan paha. Perhatikan bagaimana ketegangan terasa.
Tahan posisi ini selama 5 sampai 10 detik dan lepaskan ketegangan dengan
cepat. Tetap rileks selama 20 sampai 30 detik.
e) Kencangkan otot perut Anda. Fokus pada ketegangan selama 5 sampai 10
detik. Lepaskan ketegangan dan bersantai selama hitungan 20 sampai 30.
Perhatikan perbedaan antara bagaimana perut Anda rasakan saat tegang dan
santai.
f) Buatlah kepalan ketat dengan masing-masing tangan sambil meregangkan
tangan Anda ke atas di pergelangan tangan. Fokus pada sensasi yang Anda
rasakan saat otot-otot yang tegang sampai hitungan 5 sampai 10 detik.
Cepat lepaskan ketegangan dan fokuskan diri anda pada otot-otot rileks di
tangan dan lengan selama 20 sampai 30 detik.
g) Tekuk siku Anda dan bisep tegangkan sekeras yang Anda bisa. Tahan
ketegangan untuk hitungan 5 sampai 10 dan cepat lepaskan. Tetap rileks
selama 20 sampai 30 detik, dengan fokus pada bagaimana rasa dari otot-
otot rileks.
h) Pindah ke punggung atas. Kencangkan otot-otot punggung atas dengan
menarik bahu Anda kembali seketat mungkin. Tahan selama hitungan 5
sampai 10. Cepat lepaskan ketegangan dan bersantai selama 20 sampai 30
detik. Fokus pada bagaimana punggung bagian atas terasa sekarang
dibandingkan dengan ketika menegang.
i) Tarik bahu Anda ke atas ke arah telinga Anda. Tarik mereka sekencang
mungkin dan tahan selama 5 sampai 10 detik. Rasakan ketegangan di bahu
dan leher. Cepat lepaskan ketegangan dan tetap santai selama 20 sampai 30
detik.
j) Kerut dahi ke atas seketat mungkin. Tahan selama hitungan 5 sampai 10
dan dengan cepat melepaskan ketegangan. Tetap rileks selama 20 sampai
30 detik.
k) Pejamkan mata dengan ketat sampai hitungan 5 sampai 10. Fokus pada
bagaimana ketegangan terasa. Lepaskan ketegangan dan focus pada
bagaimana relaksasi terasa sampai hitungan 20 sampai 30.
l) Buka mulut Anda selebar mungkin. Rasakan ketegangan pada rahang Anda.
Tahan selama 5 sampai 10 detik dan lepaskan. Tenangkan rahang Anda –
bibir Anda harus sedikit terbuka. Perhatikan kontras antara ketegangan dan
relaksasi.
m) Lanjutkan pernapasan dalam selama beberapa menit. Fokus pada
bagaimana otot Anda terasa santai.
2. Judul jurnal : Differences in Changes Of Hemoglobin between 6-12 hours
and 12-14 hours after Transfusion
Penulis : Linda, R & Ninda, D (2018)
Tujuan Penelitian : untuk menganalisa perbedaan perubahan hemoglobin antara
6-12 jam dan 12-24 jam setelah transfusion
Metode Penelitian : retrospective observational using secondary data
Jumlah responden : 98 responden
Hasil penelitian : konsentrasi hemoglobin meningkat 10-30 % pada 6-12 jam
setelah transfusi. Pada 12-24 jam setelah transfusi,
hemoglobin meningkat 15-37 %. Kesimpulannya tidak ada
perbedaan nilai hemoglobin antara 6-12 jam setelah transfusi
dengan 12-24 transfusi. Level hemoglobin tidak dapat di ukur
pada 6-12 jam setelah transfusi.
a. Pengertian Transfusi darah
Proses pemindahan atau pemberian darah daris eseorang (donor) kepada orang
lain (resipien).
b. Tujuan
1) Untuk mengganti darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, mengatasi
shock dan mempertahankan daya tahan tubuh terhadap infeksi.
2) Memelihara dan mempertahankan kesehatan donor
3) Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran
darah
4) Mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah
5) Meningkatkan oksigenasi jaringan, memperbaiki fungsi hemostatis
c. Indikasi
1) Kehilangan darah akut, bila 20-30% total volume darah hilang dan perdarahan
masih terus terjadi
2) Anemia berat
3) Syok septik
4) Memberikan plasma dan trombosit sebagai tambahan faktor pembekuan,
karena komponen darah spesifik yang lain tidak ada
5) Transfuse pada neonates dengan icterus berat.
d. Penilaian transfuse darah
Indikasi secara umum adalah bila kadar Hb menunjukkan kurang dari 7 g/dl
(normal pada pria adalah 13-18 g/dl sedangkan pada perempuan 12-16 g/dl).
Hal yang perlu diperhatikan :
1) Selama transfusi
Dalam pemberian transfusi harus diberikan secara bertahap, sedikit demi
sedikit, karena dapat menyebabkan gagal jantung akibat beban kerja jantung
yang bertambah secara mendadak.
2) Golongan darah dan rhesus
Golongan darah dan rhesus harus sama antara pendonor dan resipien.
e. Jenis-jenis transfusi darah
1) Darah lengkap (whole blood)
Darah lengkap diambil dari donor menggunakan container atau kantong
dengan antikoagulan yang steril dan bebas pyrogen. Darah lengkap diambil ±
450-500 ml darah yang tidak mengalami pengolahan. Komposisi darah
lengkap adalah eritrosit, plasma, lekosit dan trombosit.
2) Sel darah merah (packed Red cell)
PRC adalah suatu konsentrasi eritrosit yang berasal dari sentrifugasi whole
blood, disimpan selama 42 hari dalam larutan tambahan 100 ml yang berisi
salin, adenine, glukosa dengan atau tanpa manitol untuk mengurangi
hemolysis eritrosit.
3) Trombosit
Trombosit dibuat dari konsentrat whole blood (buffy coat) dan diberikan pada
pasien dengan perdarahan karena trombositopeni.
4) Plasma beku (FFP)
FFP adalah plasma segar yang dibekukan dalam waktu 8 jam dan disimpan
pada suhu minimal -200c dapat bertahan 1 tahun yang berisi semua faktor
koagulasi kecuali trombosit. Volume sekitar 200 sampai 250 ml.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Dari hasil pengkajian tanggal 19 April 2021 pada Ny. M (21 tahun) dengan
diagnosa medis Choriocarcinoma didapatkan keluhan keluar darah dari
pervaginam dengan warna merah kecoklatan, pasien mengatakan ganti pembalut
3-4 kali sehari, pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah, nyeri yang
dirasakan hilang timbul, skala nyeri 3. Pasien mengatakan kepalanya terasa
pusing, badannya terasa lemah dan mual. Pasien sedang menjalani kemoterapi
kedua yang tindakan pertamanya dilakukan pada tanggal 13 April 2021. Pasien
mengalami penurunan berat badan >10 %.
2. Diagnosa keperawatan Ny.M adalah resiko perdarahan berhubungan proses
keganasan, Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan Penurunan
konsentrasi hemoglobin akibat perdarahan dan nausea berhubungan dengan tumor
terlokalisasi
3. Rencana asuhan keperawatan pada Ny. M adalah pencegahan perdarahan,
transfusi darah, parawatan sirkulasi, pamantauan cairan dan manajemen mual.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan adalah memberikan tranfusi darah,
memonitor perdarahan, memonitor efek samping pemberian darah, memonitor
tanda-tanda vital, memberikan obat anti perdarahan sesuai order dokter,
memonitor asupan nutrisi, dan memonitor adanya mual.
5. Hasil Evaluasi keperawatan pada Ny. M dengan choriocarcinoma adalah masalah
resiko perdarahan teratasi sebagian, perfusi perifer tidak efektif teratasi sebagian
dan nausea teratasi sebagian.
DAFTAR PUSTAKA
Utami, R. 2016. Efektifitas Latihan Progressive Muscle Relaxation (PMR) Terhadap Mual
Dan Muntah Kemoterapi Pasien Kanker Ovarium. Jurnal Keperawatan Volume 4 no
2, hal 83-90. T4ml_psik@yahoo.co.id
Wiknjosostro, Hanifa s, ilmu kebidanan, yayasan bina pustaka edisi 3., Jakarta: 2002
Wiknjosostro Hanifa. Ilmu kandungan edisi kedua, yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, Jakarta 200 www. Medical store.com Retrieved from :
http://kingsasaqi65.blogspot.co.id/2014/04/choriocharsinoma.htm