Pemilikan Dalam Islam - Ali Akbar
Pemilikan Dalam Islam - Ali Akbar
wajar dan halal, artinya sah menurut hukum memiliki. 3 Dalam bahasa Arab kata
dan benar menurut ukuran moral dan akal “ “ berarti memelihara dan menguasai
(QS. al-Baqarah [2]:188,1 an-Nisaa’ [4] :32)2 sesuatu secara bebas. 4 Maksudnya
serta tidak membahayakan bagi dirinya kepenguasaan seseorang terhadap sesuatu
maupun orang lain. harta (barang atau jasa) yang
Selain itu, setiap orang dituntut pula membolehkannya untuk mengambil
untuk menggunakan sebagian dari hak manfaat dengan segala cara yang dibolehkan
miliknya untuk memenuhi kepentingan oleh syara’, sehingga orang lain tidak
hidupnya (al-hajâh al-’udhawiyah) baik diperkenankan mengambil manfaat dengan
perseorangan, kelompok masyarakat barang tersebut kecuali dengan izinnya, dan
maupun negara. Sebab Islam mengakui sesuai dengan bentuk-bentuk muamalah
adanya kepemilikan pribadi (al-fardiyah), yang diperbolehkan. Misalnya, Ahmad
masyarakat umum (al-‘jama’iyah) maupun memiliki sepeda motor. Ini berarti bahwa
kepemilikan negara (al-daulah), dan sepeda motor itu dalam kekuasaan dan
menjadikan sebagai dasar bangunan genggaman Ahmad. Dia bebas untuk
ekonomi. Namun demikian, secara teologis memanfaatkan dan orang lain tidak boleh
kepemilikan hakiki berada di tangan Allah, menghalangi dan merintanginya dalam
sedangkan manusia hanya diberi menikmati sepeda motor yang dimilikinya
kesempatan untuk memanfa’atkan dalam tersebut, kecuali setelah mendapat izin dari
bentuk amanah. pemiliknya.
Mengingat begitu pentingnya aspek Sedangkan pengertian “kepemilikan”
kepemilikan dalam bangunan ekonomi, menurut istilah berbagai ungkapan yang
maka dalam tulisan ini hanya akan dikemukakan oleh para ahli, namun secara
dipaparkan tentang “Kepemilikan (al- esensial seluruh definisi itu pada prinsipnya
milkiyyah):al-khassah al-fardiyah (pribadi/ sama. Misalnya Muhammad Mushthafa al-
privat); al-’ammah-al-jama’iyah (umum/ Salaby mendefinisikan al-Milk sebagai
publik); al-daulah al-hukumah (negara/ berikut:
pemerintah), dengan menitik beratkan
pembahasannya tentang arti kepemilikan,
pandangan Islam terhadap kepemilikan, 5
a. Menghidupkan Tanah Mati (ihya’ al- orang yang bersangkutan atas tanah
mawaat) tersebut telah hilang.
Tanah mati adalah tanah yang tidak b. Menggali Kandungan Bumi
ada pemiliknya, dan tidak Yang termasuk kategori bekerja
dimanfaatkan oleh seorang pun. adalah menggali apa terkandung di
Sedangkan yang dimaksud dengan dalam perut bumi, yang bukan
menghidupkannya adalah merupakan harta yang dibutuhkan
mengolahnya dengan menanaminya, oleh suatu komunitas (publik), atau
baik dengan tanaman maupun disebut rikaz. Adapun jika harta
pepohonan, atau dengan mendirikan temuan hasil penggalian tersebut
bangunan di atasnya. Dengan adanya merupakan hak seluruh kaum
usaha seseorang untuk menghidupkan muslimin, maka harta galian
tanah, berarti usaha orang tadi telah tersebut merupakan hak milik
menjadikan tanah tersebut menjadi umum (collective property). Apabila
miliknya. Berdasarkan sabda Nabi harta tersebut asli, namun tidak
Saw. yang menyatakan: dibutuhkan oleh suatu komunitas
12 (publik), semisal ada seorang
pemukul batu yang berhasil
“Siapa saja yang menghidupkan menggali batu bangunan dari sana,
tanah mati, maka tanah (mati yang ataupun yang lain, maka harta
telah dihidupkan) tersebut adalah tersebut tidak termasuk rikaz, juga
miliknya.” (HR. Imam Bukhari tidak termasuk hak milik umum
dari Umar Bin Khaththab). (collective property), melainkan
termasuk hak milik individu (private
Ketentuan ini berlaku umum, property).
mencakup semua bentuk tanah; Termasuk juga dalam
baik tanah dar al-Islam (negara pengertian jenis harta galian (hasil
Islam), ataupun tanah dar al-kufur perut bumi) seperti barang yang
(negara kufur); baik tanah tersebut diserap dari udara, seperti oksigen
berstatus ‘usyriyah (yang dikuasai dan nitrogen. Begitu juga dengan
negara Islam tanpa melalui ciptaan Allah yang telah
peperangan) ataupun kharajiyah diperbolehkan oleh syara’ dan
(yang ditaklukkan Islam melalui dibiarkan agar bisa dimanfaatkan.
peperangan). Kepemilikan atas c. Berburu
tanah tersebut agar menjadi hak Berburu termasuk dalam kategori
miliknya, maka tanah tersebut harus bekerja. Misalnya berburu ikan,
dikelola selama tiga tahun secara mutiara, batu pemata, bunga karang
terus-menerus sejak mulai dibuka. serta harta yang dipeloleh dari hasil
Apabila tanah tersebut belum buruan laut lainnya, maka harta
pernah dikelola selama tiga tahun tersebut adalah hak milik orang
berturut-turut sejak tanah itu yang memburunya, sebagaimana
dibuka, atau setelah dibuka malah yang berlaku dalam perburuan
dibiarkan selama tiga tahun burung dan hewan-hewan yang lain.
berturut-turut, maka hak pemilikan Demikian harta yang dipeloleh dari
Syari’, serta berasal dari sebab yang kekayaan yang dimilikinya dengan
diperbolehkan oleh al- Syari’untuk menggunakan mekanisme tertentu,
memiliki zat tersebut, sehing ga sehingga menjadikan kepemilikan
melahirkan akibatnya, yaitu adanya tersebut sebagai hak syara’ yang
kepemilikan atas zat tersebut sah secara diberikan kepada seseorang. Dimana,
syar’i. undang-undang telah menjadikan
Dalam hal ini, terlihat bahwa Allah pemeliharaan hak milik individu
memberikan izin untuk memiliki tersebut sebagai kewajiban negara. Hak
beberapa zat dan melarang memiliki zat- milik tersebut juga harus dihormati,
zat yang lain. Allah juga telah dijaga serta tidak boleh diciderai. Oleh
memberikan izin terhadap beberapa karena itu, dibuatlah sanksi-sanksi
transaksi serta melarang bentuk-bentuk hukum yang bersifat preventif yang
transaksi yang lain. Sebagai contoh, diberlakukan kepada siapa saja yang
Allah melarang seorang muslim untuk menciderai hak tersebut, baik karena
memiliki minuman keras dan babi, mencuri, merampok, atau karena cara-
sebagaimana Allah melarang siapapun cara lain yang tidak dibenarkan oleh
yang menjadi warga negara Islam untuk syara’. Undang-undang ini juga
memiliki harta hasil riba dan perjudian. menerapkan sanksi-sanksi hukum yang
Tetapi Allah memberi izin untuk bersifat preventif kepada orang yang
melakukan jual beli, bahkan bersangkutan, serta dibuatlah
menghalalkannya, disamping melarang pembinaan-pembinaan yang bersifat
dan mengharamkan riba. Firman Allah mendidik, untuk mencegah munculnya
Swt.dalam surat al-Baqarah ayat 275: hal-hal yang bisa mendorong untuk
memiliki salah satu hak milik yang
bukan menjadi haknya, serta munculnya
dorongan untuk memiliki hak milik
“Dan Allah telah menghalalkan jual beli orang lain. Sehingga, harta yang halal
dan mengharamkan riba” (QS. al- adalah harta yang diperoleh sesuai
Baqarah : 275). dengan makna kepemilikan tersebut.
Sedangkan harta yang haram, adalah
Kepemilikan atas suatu zat itu harta yang diperoleh tidak sesuai dengan
berarti kepemilikan atas zat barangnya maka kepemilikan tersebut, serta tidak
sekaligus kegunaan (utility) zatnya, layak disebut dengan makna milik.
bukan hanya sekedar kepemilikan atas Dalam Islam kepemilikan pribadi
kegunaan (utility)-nya saja. Karena merupakan suatu hal yang sudah dikenal
tujuan yang esensi dari adanya dan diperbolehkan. Karenanya ketika
kepemilikan tersebut adalah menjelaskan asal kepemilikan, Allah
pemanfaatan atas suatu zat dengan cara menisbatkan harta kepada Diri-Nya:
pemanfaatan tertentu yang telah maal Allah (harta Allah). Lalu ketika
dijelaskan oleh syara’. menjelaskan perpindahan kepemilikan
Dengan demikian jelaslah, bahwa kepada manusia, Allah menisbatkan
makna kepemilikan individu (private harta kepada manusia: amwaalihim (harta
property) itu adalah mewujudkan mereka) (QS. an-Nisa’ [5]: 6; QS. at-
kekuasaan pada seseorang terhadap Taubah [9]: 103); amwaalikum (harta
Cet. XI , 1989M/1410H), hal. 189. Bukhari), Shahih al-Bukhari, t.tp t.th., juz 8, hal.
8
Musthafa Ahmad al-Zarqa’, op. cit., hal. 288. 414
9 13
Dalam persoalan kepemilikan, terdapat perbedaan Ali ibn Umar Abu al-Hasan al-Daruquthny al-
pandangan yang tajam antara Kapitalisme dan Baghdady (selanjutnya disebut dengan al-
Sosialisme. Kapitalisme sangat menjunjung tinggi Daruquthny), Sunan al-Daruquthny, Beirut : Dar
hak-hak milik individu terhadap sumber daya al-Ma’rifat, 1386 H/1966 M, Juz III, hal. 35.
14
ekonomi, walaupun hak individu ini dalam M. B. Hendrie Anto, op. cit., hal. 99. Lihat
keadaan bertentangan dengan hak sosial. Manusia penjelasan lebih lanjut Taqiyuddin An-Nabhani,
adalah pemilik satu-satunya terhadap harta yang an-Nizham al-Iqtishad fi al-Islam (Terjemahan),
telah diusahakannya, tidak ada hak orang lain di Bogor : Redaksi al-Azhar Press, 2009, Cet. I, hal.
dalamnya. Sebaliknya Sosialisme sumber daya 64-245. Bandingkan M. Sholahuddin, S.E., M.Si.,
ekonomi adalah milik kolektif masyarakat atau Asas-Asas Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
negara, sehingga individu-individu tidak berhak Persada, 2007), hal. 64-94. Lihat juga Faisal
untuk memilikinya. Ekonomi sosialis memandang Badroen, M.B.A., Etika Bisnis Dalam Islam, (Cet.
bahwa segala bentuk sumber kekayaan dan alat- II; Jakarta: Kencana Prenada Media Group), hal.
alat produksi adalah milik bersama masyarakat. 108-109.
15
Para anggota masyarakat secara individu tidak Sulaiman bin al-Asy’ats Abu Daud al-Sajistany al-
memiliki hak kecuali pada retribusi yang mereka Azdy (selanjutnya disebut dengan Abu Daud),
peroleh sebagai bentuk pelayanan publik. Lihat Sunan Abi Daud, Dar al-Fikr, Juz II, hal. 300.
16
M. B. Hendrie Anto, Pengantar Ekonomi Mikro Lihat Taqiyuddin An-Nabhani, op. cit., hal. 244-
Islami, Yokyakarta : Ekonisia, Cet. I, 2003, hal. 245. Bandingkan juga M. B. Hendrie Anto, op.
95. Bandingkan juga Abdullah Abdul Husain at- cit., hal. 110-111.
17
Tariqi, Ekonomi Islam : Prinsip, Dasar dan Tujuan, Ibrahim Zaid al-Kahlani dkk., Dirasat fi fikr al-
Yokyakarta : Magistra Insania Press, Cet. I, 2004, ‘Arabi al-Islami, Amman : Dar al-Fikr, 1995, 195.
18
hal. 40-43. Artinya : “Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-
10
Secara umum yang dimaksudkan harta di sini benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba
adalah sesuatu yang dapat dikuasai, dapat cukup”. (QS. al-‘Alaq : 6-7).
disimpan serta dapat pula dimanfaatkan menurut
kebiasaan. Lihat Mushthafa al-Syalabi, op. cit., hal.
239. Bandingkan pula Wahbah al-Zuhaily, op.
Tentang Penulis
cit.,hal. 40
11
Lihat Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, op. cit., Ali Akbar adalah Tenaga Pengajar Tetap pada
hal. 97-126. Bandingkan Taqiyuddin An-Nabhani, Fakultas Ushuluddin UIN Riau, banyak karya-
an-Nizham al-Iqtishad fi al-Islam (Terjemahan), karya yang telah dihasilkan, baik berupa Jurnal,
Bogor : Redaksi al-Azhar Press, 2009, Cet. I, hal.
Penelitian, maupun buku ber-ISBN.
69-124. Bandingkan pula M. B. Hendrie Anto,
Pengantar Ekonomi Mikro Islami I, Yokyakarta :
Pengalaman kerja antara lain sebagai Kajur
Ekonisia, Cet. I, 2003, hal. 105-108. Lihat juga Jurusan Tafsir Hadis (2003-2006) dan
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Jakarta : Gaya Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas
Media Pratama, Cet. I, 2000, hal. 61 Ushuluddin UIN Suska Riau (2007 hingga
12
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah sekarang). Pada saat ini sedang menyelesaikan
al-Bukhari (selanjutnya disebut dengan al- Studi Program S3 di IAIN Imam Bonjol Padang
DAFTAR KEPUSTAKAAN