Disusun Oleh
Kelompok 1
2024
A. Aflatoksin
Adalah metabolit yang dihasilkan oleh strain jamur toksigenik, terutama
Aspergillus flavus dan A. parasiticus, yang tumbuh di tanah, jerami, tumbuhan yang
membusuk, dan biji-bijian. Aflatoksin diproduksi oleh aksi jamur selama produksi
pangan, panen, penyimpanan, dan pengolahan. Paparan aflatoksin dari makanan dapat
menyebabkan efek toksik dan karsinogenik yang parah pada manusia dan hewan.
Toksisitas aflatoksin dapat menyebabkan Mual, Menguningnya kulit dan sklera (ikterus),
Gatal, Muntah Berdarah, Sakit perut, Kelesuan, Busung, Kejang, Koma, Kematian .
Paparan jangka panjang juga menyebabkan berbagai komplikasi seperti terhambatnya
pertumbuhan, Imunosupresi,
B. Bisphenol A (BPA)
Toksikodinamika dari senyawa xenobiotik bisphenol A (BPA) merujuk pada
interaksi senyawa tersebut dengan target biologis di dalam tubuh dan dampak
fisiologisnya. BPA, yang merupakan senyawa kimia yang banyak digunakan dalam
produksi plastik polikarbonat dan resin epoksi, telah menjadi perhatian karena potensinya
sebagai endokrin disruptor. Berikut adalah beberapa aspek toksikodinamika BPA:
1. Interferensi Hormon: BPA dapat mengganggu sistem endokrin dengan berperan
sebagai zat endokrin disruptor. Senyawa ini dapat berinteraksi dengan reseptor
hormon estrogen, yang menyebabkan efek mirip estrogen di dalam tubuh.
2. Efek pada Reproduksi: BPA dapat memengaruhi sistem reproduksi dengan
memengaruhi perkembangan organ reproduksi dan fungsi hormonal terkait
reproduksi. Efek ini dapat terjadi pada tingkat eksposisi yang rendah.
3. Pengaruh pada Sistem Saraf: Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa BPA
dapat memengaruhi perkembangan sistem saraf, terutama pada fase
perkembangan prenatal dan neonatal.
4. Dampak pada Kesehatan Metabolik: BPA telah dikaitkan dengan potensi
peningkatan risiko gangguan metabolik, seperti obesitas dan resistensi insulin.
5. Paparan Pada Janin: Paparan prenatal terhadap BPA telah dikaitkan dengan
berbagai efek pada janin, termasuk perubahan pada sistem reproduksi dan
perkembangan neurobehavioral.
6. Paparan Pada Bayi dan Anak-anak: Bayi dan anak-anak mungkin lebih rentan
terhadap efek BPA karena perkembangan sistem mereka yang masih berlangsung.
7. Keterlibatan pada Penyakit Kronis: BPA telah dihubungkan dengan potensi
peningkatan risiko penyakit kronis seperti kanker, meskipun bukti ini masih terus
diperdebatkan.
C. Insektisida
Insektisida dapat diartikan sebagai pembunuh hama yang dikhususkan pada
serangga. Jenis insektisida beragam sesuai dengan bahan aktif yang dikandungnya,
seperti jenis organofosfat, organoklorin, karbamat, dan pyretroid. Organoklorin
merupakan senyawa yang terdiri dari atom karbon, khlor dan hidrogen yang terkadang
terdapat oksigen dengan formula umum CxHyClz.
D. Aspartam
Aspartam merupakan pemanis sintetis non-karbohidrat, aspartyl-phenylalanine-1-
methyl ester, atau merupakan bentuk metil ester yang terdapat pada peptida dua asam
amino yaitu berupa asam amino asam aspartat dan asam amino essensial fenilalanina.
Aspartam akan dipecah menjadi metanol yang berisiko menjadi racun pada tubuh jika
kadarnya melebihi batas normal. Adapun sejumlah efek gangguan kesehatan yang terjadi
apabila mengkonsumsi aspartam secara berlebihan, yaitu
1. Meningkatkan Berat Badan
Bahaya aspartam bagi kesehatan tubuh jika dikonsumsi berlebihan adalah
berisiko mengganggu metabolisme di dalam tubuh yang memicu peningkatan
berat badan. Selain itu, makanan yang mengandung aspartam sering kali
terbuat dari bahan lain yang memiliki kalori tinggi. Jika makanan tersebut
dikonsumsi melebihi batas wajar, hal ini dapat menaikkan berat badan hingga
menyebabkan obesitas.
2. Memperburuk Migrain
Saat diolah di dalam tubuh, aspartam dapat menghasilkan produk
sampingan berupa glutamat. Apabila kadar glutamat melebihi batas normal,
kondisi tersebut berisiko menyebabkan sakit kepala serta memperburuk gejala
migrain.
E. Formalin
Formalin merupakan senyawa cair bernama formaldehid. Mengandung 37%
formaldehid dalam pelarut air dan 10% methanol. Formaldehid bersifat larut dalam air,
etanol, serta etil dieter, tidak berwara dan memiliki bau menyengat. Formaldehid
umumnya mudah larut karena memiliki berat molekul yang kecil.
Formalin dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui proses inhalasi, penelanan,
dan paparan langsung pada kulit. Paparan kontaminasi formali dengan jumlah atau
konsentrasi yang tinnggi dalam jangka waktu yang panjang akan menimbulkan reaksi
kimia yang dapat menyebabka kerusakan organ tubuh khususnya pada sel dan juga
jaringan hati. Produksi Reactive Oxygen Species (ROS) yang berlebihan oleh formalin
dapat menyebabkan kerusakan pada hepatosit sehingga tubuh mengalami penurunan
antioksidan alami, seperti superoxide dismutase (SOD) dan glutation (GSH).
F. Dioksin
Merupakan sekelompok senyawa kimia yang merupakan polutan lingkungan
persisten (POPs). Paparan dioksin tingkat tinggi pada manusia dalam jangka pendek
dapat menyebabkan lesi kulit, seperti chloracne dan kulit menjadi gelap, serta perubahan
fungsi hati.Paparan jangka panjang dikaitkan dengan gangguan sistem kekebalan tubuh,
perkembangan sistem saraf, sistem endokrin dan fungsi reproduksi.
Begitu dioksin masuk ke dalam tubuh, mereka bertahan lama karena stabilitas
kimianya dan kemampuannya untuk diserap oleh jaringan lemak, yang kemudian
disimpan di dalam tubuh.Waktu paruhnya di dalam tubuh diperkirakan 7 sampai 11
tahun.Di lingkungan, dioksin cenderung terakumulasi dalam rantai makanan.Semakin
tinggi suatu hewan dalam rantai makanan, semakin tinggi pula konsentrasi dioksinnya.