Anda di halaman 1dari 8

LOSARI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat

http://ojs.losari.or.id/index.php/losari
Volume 3 | Nomor 1 | Juni |2021
e-ISSN: 2684-8678 dan p-ISSN: 2684-9887

PENATAAN PERPUSTAKAAN DESA UNTUK MENINGKATKAN


LITERASI MEMBACA
Ni Kadek Cintya Dewi1, Ni Wayan Rustiarini1

Keywords : Abstrak. Literasi menjadi komponen utama dalam


Literasi, pengembangan sumber daya manusia. Meskipun demikian,
Membaca, masyarakat Indonesia memiliki literasi yang sangat rendah.
Perpustakaan desa. Hasil kajian menunjukkan bahwa jumlah perpustakaan
desa masih sangat kurang. Selain itu, sarana dan prasarana
*Correspondensi Author bacaan yang disediakan di perpustakaan desa juga masih
1 terbatas. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan
Fakultas Ekonomi, Universitas
Mahasaraswati Denpasar untuk membenahi pengelolaan perpustakaan Desa Dangin
Jl. Kamboja No. 11A Denpasar-Bali Puri Kelod sebagai upaya meningkatkan budaya literasi
Email: rusti_arini@unmas.ac.id dalam masyarakat. Metode yang digunakan adalah
partisipasi yang melibatkan peran serta aktif aparatur
pemerintah desa, civitas akademika, dan masyarakat.
Tahapan kegiatan pengabdian yang dilakukan adalah
melakukan observasi, diskusi, pelaksanaan, dan sosialisasi.
Adapun hasil kegiatan penataan perpustakaan desa telah
terlaksana sesuai dengan rencana dan target yang
ditetapkan, seperti menambah koleksi buku, melakukan
inventarisasi, klasifikasi, dan administrasi perpustakaan.
Dengan demikian, keberadaan perpustakaan desa
diharapkan dapat meningkatkan literasi membaca
masyarakat desa.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution


4.0 International License

Pendahuluan Para ahli mendukung anggapan bahwa


Literasi menjadi komponen utama dalam membaca merupakan salah satu sarana
pengembangan sumber daya manusia. Kata pendidikan informal individu serta memberikan
literasi berasal dari “literacy” yang berarti melek pengalaman kepada masyarakat secara luas
huruf, mampu baca tulis, cakap baca tulis (Bybee (Gorzycki et al., 2020). Dalam ranah akademis,
& McCrae, 2011; Ristanto et al., 2017). Mengacu membaca merupakan strategi untuk
pada pandangan ideologis kewacanaan, literasi mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dalam
adalah ketrampilan individu yang dituangkan pengetahuan pembaca sehingga meningkatkan
dalam cara berpikir, berkomunikasi lisan keahlian dan ketrampilan pembaca (Berry et al.,
(berbicara) dan tulisan (menulis), serta membaca 2010; Moi, 2011). Literasi sekaligus menjadi cara
(Gee, 2015). Menurut Stripling (1992), “literacy ampuh untuk meningkatkan peradaban suatu
means being able to understand new ideas well bangsa. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan
enaugh to use them when needed. Literacy means budaya suatu bangsa sangat ditentukan oleh
knowing how to learn”. Bertitiktolak dari definisi karya-karya para cendekiawan, salah satunya
tersebut, literasi merupakan upaya untuk diabadikan dalam bentuk tulisan. Semakin
mencari, memahami, dan memiliki pengetahuan banyak karya yang dihasilkan, semakin banyak
atau informasi. informasi yang diperoleh untuk membangun

8
Ni Kadek Cintya Dewi, Ni Wayan Rustiarini. Penataan Perpustakaan Desa untuk Meningkatkan
Literasi Membaca
peradaban masyarakat di negara tersebut sangat jauh. Tidak dapat dipungkiri bahwa
(Kusmana, 2017; Permatasari, 2015). ketersediaan akses informasi merupakan faktor
Meskipun literasi memiliki peran penting penting untuk meningkatkan aktivitas literasi
dalam pembangunan kualitas suatu bangsa, (Miller & McKenna, 2016).
namun, masyarakat Indonesia memiliki literasi Demikian pula halnya dengan kajian yang
yang sangat rendah. Hasil kajian UNESCO dilakukan oleh Pusat Penelitian Kebijakan
menyebutkan bahwa minat baca masyarakat Pendidikan dan Kebudayaan pada 34 provinsi di
Indonesia hanya sebesar 0,001 persen. Angka ini Indonesia. Hasil perhitungan untuk Indeks
mencerminkan bahwa pada 1000 orang Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) secara
masyarakat Indonesia, hanya terdapat satu orang nasional masuk kriteria “aktivitas literasi rendah”
yang gemar membaca. Selain itu, hasil survey (Puslitjakdikbud, 2019). Indeks ini mencakup
juga menunjukkan bahwa rata-rata banyaknya empat dimensi, yaitu dimensi kecakapan,
buku yang dibaca per tahun oleh masyarakat dimensi akses, dimensi alternatif, dan dimensi
Indonesia adalah sebanyak nol sampai satu buku budaya. Hasil kajian untuk Indeks Alibaca
(Permatasari, 2015). Apabila dibandingkan disajikan pada Gambar 1.
dengan tingkat literasi dunia, angka ini Hasil kajian ini sekaligus menyajikan
menunjukkan kondisi yang sangat informasi bahwa apabila dibandingkan dengan
memprihatinkan. Riset lainnya yang dilakukan jumlah desa yang ada, jumlah perpustakaan desa
oleh Central Connecticut State Univesity pada masih sangat kurang. Jumlah perpustakaan
tahun 2016 juga menunjukkan bahwa minat dikatakan ideal apabila dalam setiap jenjang
membaca masyarakat Indonesia menduduki pemerintahan memiliki minimal satu
posisi nomor dua dari bawah, yaitu peringkat 60 perpustakaan (Puslitjakdikbud, 2019).
dari 61 negara (Kominfo.go.id, 2017). Salah satu Berdasarkan kajian tersebut, pemerintah
faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat Indonesia gencar untuk melakukan upaya
literasi masyarakat adalah perbedaan rasio peningkatan literasi membaca melalui
ketersediaan bacaan dan jumlah penduduk yang pembangunan perpustakaan desa.

INDEKS ALIBACA
(BERDASARKAN DIMENSI)
75,92

40,49

28,5
23,09

KECAKAPAN AKSES ALTERNATIF BUDAYA

Sumber: Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan (2019)

Gambar 1. Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) Nasional

Ketentuan ini juga menyatakan bahwa Rohmiyati, 2016), sarana pendidikan informal
perpustakaan tidak hanya sebagai wahana (Alam, 2015), serta fasilitator kebutuhan
pendidikan, namun juga sebagai wahana masyarakat desa (Berdesa.com, 2018). Meskipun
penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi. demikian, pembangunan perpustakaan desa
Bertitiktolak dari regulasi ini, keberadaan bukanlah pekerjaan yang mudah. Terdapat
perpustakaan tidak hanya diperlukan dalam dunia beberapa kondisi yang harus dipenuhi agar
pendidikan namun juga berperan penting dalam perpustakaan desa dapat memberikan manfaat
mendukung pengembangan sumber daya yang maksimal kepada masyarakat. Dalam hal
manusia di pedesaan. Saat ini, perpustakaan desa ini, pemerintah desa berkewajiban untuk
telah bertransformasi menjadi pusat informasi merealisasikan keberadaan perpustakaan desa
pengembangan diri (Maskurotunitsa & sehingga meningkatkan literasi masyarakat.
9
Berdasarkan fenomena tersebut, kegiatan meningkatkan literasi membaca masyarakat desa.
pengabdian yang dilakukan di Desa Dangin Puri Target khususnya adalah melakukan penguatan
Kelod berkaitan dengan penataan perpustakaan fasilitas perpustakaan desa.
desa. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara Tahapan-tahapan kegiatan pengabdian
dengan aparatur pemerintah desa, terdapat adalah sebagai berikut. Pertama, melakukan
beberapa permasalahan yang menjadi prioritas, observasi untuk mengidentifikasi permasalahan-
seperti 1) keterbatasan ruangan perpustakaan permasalahan yang dialami pemerintah desa
sehingga membatasi jumlah masyarakat yang terkait dengan pengelolaan perpustakaan desa.
hendak berkunjung; 2) buku-buku masih Kedua, melakukan wawancara dan diskusi untuk
ditumpuk pada sudut ruangan tertentu dan jumlah menetapkan permasalahan yang menjadi
buku masih terbatas; 3) belum melakukan prioritas, serta membahas rencana kegiatan
inventarisasi jumlah dan jenis buku sehingga sulit pengabdian yang akan dilakukan untuk
untuk mendata buku-buku bacaan yang tersedia mengatasi permasalahan tersebut. Ketiga,
di perpustakaan desa. Kegiatan pengabdian merupakan tahap inti pengabdian, yaitu
masyarakat ini merupakan salah satu bentuk melaksanakan penataan perpustakaan desa
kerjasama Universitas Mahasaraswati Denpasar dengan melibatkan para aparatur pemerintah
dan Desa Dangin Puri Kelod yang direalisasikan desa. Tahap terakhir merupakan tahap sosialisasi
dalam bentuk Kuliah Kerja Nyata. kehadiran perpustakaan desa kepada masyarakat
Adapun tujuan kegiatan pengabdian ini desa. Tahapan kegiatan pengabdian disajikan
adalah untuk menata pengelolaan perpustakaan pada Gambar 2.
desa sebagai upaya meningkatkan budaya literasi
masyarakat desa. Peningkatan literasi membaca Hasil dan Pembahasan
tidak hanya dapat meningkatkan kreativitas dan Rendahnya tingkat literasi membaca
daya saing masyarakat namun juga masyarakat mencerminkan kualitas sumber daya
meningkatkan pemahaman masyarakat akan manusia Indonesia. Fakta ini tidak hanya menjadi
realitas kehidupan. Selain itu, peningkatan tanggung jawab pemerintah pusat namun juga
literasi juga diharapkan mengarahkan masyarakat perlu mendapatkan perhatian dari seluruh level
untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat. Oleh pemerintahan, termasuk pemerintah desa.
karena itu, kehadiran perpustakaan desa Meskipun demikian, upaya peningkatan literasi
diharapkan dapat meningkatkan literasi dan membaca bukanlah perkara mudah. Masyarakat
budaya membaca, bahkan menjadikan sebagai harus mendapatkan fasilitas yang mampu
gaya hidup masyarakat Indonesia. mengakomodasikan kebutuhan dan keinginan
masyarakat untuk membaca (Maulida, 2016).
Metode Menurut Fuad Hasan, terdapat tiga komponen
Kegiatan pengabdian ini dilakukan di yang harus dipenuhi untuk menumbuhkan
pemerintah Desa Dangin Puri Kelod, Kecamatan budaya baca masyarakat, yaitu 1) kemampuan
Denpasar Timur, Kotamadya Denpasar, Propinsi membaca, 2) ketersediaan bahan bacaan, dan 3)
Bali. Kegiatan pengabdian ini dikemas dalam membina atau menumbuhkan kebiasaan
Kuliah Kerja Nyata yang dilaksanakan secara membaca (Sutarno, 2003). Mengingat ketiga
efektif selama dua bulan. Pelaksanaan kegiatan komponen ini memiliki arti penting yang sama,
meliputi metode partisipasi yang melibatkan kegagalan dalam memenuhi salah satu kriteria
peran serta aktif aparatur pemerintah desa, civitas tersebut akan menyulitkan pemerintah untuk
akademika, dan masyarakat. Target umum mewujudkan budaya gemar membaca. Hubungan
kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk komponen tersebut disajikan pada Gambar 3.

Observasi dan Wawancara Sosialisasi


Pelaksanaan
identifikasi hasil
dan diskusi pengabdian
permasalahan pengabdian

Gambar 2. Tahapan-tahapan Kegiatan Pengabdian

Miller dan McKenna (2016) membaca masyarakat dapat ditingkatkan melalui


menyampaikan bahwa upaya peningkatan literasi interaksi empat komponen, yaitu:
10
Ni Kadek Cintya Dewi, Ni Wayan Rustiarini. Penataan Perpustakaan Desa untuk Meningkatkan
Literasi Membaca
1. Proficiency (kecakapan), merupakan kriteria 3. Alternative (pilihan), merupakan ketersediaan
awal agar seseorang dapat mengakses sumber pilihan perangkat teknologi yang beragam
informasi, seperti masyarakat terbebas dari untuk dapat mengakses sumber informasi.
buta aksara. 4. Culture (budaya), merupakan upaya untuk
2. Access (akses), merupakan ketersediaan membentuk atau menumbuhkan budaya
sumber daya pendukung agar masyarakat literasi. Budaya ini dibentuk dari lingkungan
dapat mengakses atau memanfaatkan sumber keluarga, sekolah, maupun komunitas lain
informasi, seperti perpustakaan, toko buku, yang lebih luas. Interaksi keempat komponen
atau media massa. tersebut disajikan pada Gambar 4.

Ketersediaan
Bacaan dan
Sarana
Pendukung

Kemampu Kebiasaan Budaya


an baca membaca baca
tulis
Sumber: Fuad Hasan (dalam Sutarno, 2003)

Gambar 3. Upaya Menumbuhkan Budaya Membaca

Proficien
cy

Alternativ Acces
e s

Culture

Sumber: Miller dan McKenna (2016)

Gambar 4. Interaksi Komponen untuk Meningkatkan Literasi Membaca

Mengacu pada Undang-undang No 6 terlaksana secara efektif, pemerintah desa perlu


Tahun 2014, pemerintah desa memiliki memfasilitasi akses informasi atau pengetahuan
kewenangan untuk melakukan pembangunan ke desa dengan cara membangun perpustakaan
desa, salah satunya melalui perbaikan sarana desa. Perpustakaan desa memiliki peran penting
prasarana desa. Pembangunan desa tidak hanya dalam upaya pengentasan buta huruf, khususnya
bertujuan untuk mengangkat kesejahteraan bagi masyarakat desa. Selain menjadi agen
masyarakat namun juga untuk mengurangi pendidikan non formal, perpustakaan desa juga
kesenjangan ekonomi dan pembangunan menjadi agen pembangunan atau perubahan bagi
masyarakat di desa dan kota (Kurniawan et al., masyarakat desa (Hermanto, 2015). Oleh karena
2020). Agar proses pembangunan desa dapat itu, dalam upaya mewujudkan peran

11
Ni Kadek Cintya Dewi, Ni Wayan Rustiarini. Penataan Perpustakaan Desa untuk Meningkatkan
Literasi Membaca
perpustakaan desa sebagai penyedia informasi, oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota
pengelolaan perpustakaan desa harus melibatkan Denpasar. Kegiatan selanjutnya adalah
aparatur desa selaku penyelenggara perpustakaan pembuatan profil perpustakaan desa Dangin Puri
desa dan masyarakat lokal selaku pengguna Kelod yang bernama “Vidyanata Pustaka”.
(Sukoco & Winarni, 2018). Pembuatan profil perpustakaan desa memuat
Perpustakaan desa dapat dikategorikan identitas, tugas dan fungsi, serta sumber
sebagai perpustakaan umum yang didirikan di pendanaan, dan sumber daya perpustakaan.
setiap desa atau kelurahan. Keberadaan Kegiatan yang dilakukan disajikan pada Gambar
perpustakaan desa memiliki legalitas yang 5 dan 6.
dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri Selanjutnya, pemerintah desa melakukan
Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2001 Tentang pengadaan koleksi buku-buku bacaan sesuai
Perpustakaan Desa/Kelurahan. Dengan dengan kebutuhan masyarakat. Pengadaan
demikian, dapat disimpulkan bahwa koleksi buku didasarkan atas kebutuhan
perpustakaan desa menjadi bagian integral atau pemberdayaan masyarakat dan upaya
kesatuan dari kegiatan pembangunan yang pengembangan diri masyarakat. Kecukupan
dilakukan di wilayah desa atau kelurahan bahan bacaan merupakan syarat utama yang
(Darmono, 2016). Mengacu pada regulasi harus dipenuhi agar perpustakaan desa dapat
tersebut, ada empat poin utama dalam memaknai berfungsi secara maksimal. Salah satu upaya
perpustakaan desa. Pertama, pengelolaan untuk memenuhi kecukupan bahan bacaan adalah
perpustakaan dilakukan dengan berbasis dengan cara memanfaatkan buku-buku yang
kebutuhan masyarakat. Kedua, perpustakaan telah tersedia sebelumnya namun belum tertata
harus berfungsi sebagai media atau sarana untuk dalam rak buku. Oleh karena itu, civitas
proses pembelajaran. Ketiga, perpustakaan akademika bersama-sama dengan aparatur
berperan untuk mendukung dan meningkatkan pemerintah desa membersihkan buku-buku lama
aktivitas pendidikan masyarakat. Terakhir, yang ditumpuk di sudut ruangan. Aktivitas
keberadaan perpustakaan desa merupakan bagian selanjutnya adalah melakukan inventarisasi
integral pembangunan, khususnya pembangunan buku-buku bacaan yang berjumlah 573 buku.
desa (Darmono, 2016). Tahap selanjutnya adalah mengelompokkan buku
Dalam kegiatan pengabdian ini, sesuai dengan kategori, yaitu kategori umum
pelaksanaan kegiatan penataan perpustakaan sebanyak 32 buku, kategori filsafat sebanyak 53
desa dilakukan secara bersama-sama oleh buku, kategori agama sebanyak 42 buku, kategori
aparatur pemerintah desa dan civitas akademika. sosial sebanyak 247 buku, kategori bahasa
Kegiatan ini diawali dengan sosialisasi atau sebanyak 5 buku, kategori teknologi sebanyak 67
penyuluhan tentang tata cara penataan buku dan buku, kategori seni sebanyak 83, dan kategori
pengelolaan perpustakaan desa yang diberikan sains dan matematika sebanyak 44 buku,
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 7 dan 8.

Gambar 5. Melakukan diskusi terkait Gambar 6. Sosialisasi mengenai


permasalahan perpustakaan desa pengelolaan perpustakaan desa

12
Ni Kadek Cintya Dewi, Ni Wayan Rustiarini. Penataan Perpustakaan Desa untuk Meningkatkan
Literasi Membaca

Gambar 7. Pengadaan koleksi buku-buku Gambar 8. Melakukan inventarisasi


bacaan dan penghitungan buku

Aktivitas selanjutnya adalah melakukan penataan sosialisasi keberadaan perpustakaan desa dalam
administrasi perpustakaan, seperti katalogisasi setiap kegiatan desa.
dan pengecapan. Tahap terakhir adalah
melakukan penataan buku-buku bacaan sesuai Simpulan dan Saran
dengan klasifikasinya. Hal ini bertujuan untuk Secara umum dapat disimpulkan bahwa
memudahkan masyarakat mencari buku bacaan kegiatan penataan perpustakaan desa telah
yang sesuai dengan minat mereka. Aktivitas terlaksana sesuai dengan rencana dan target yang
pengabdian ini disajikan pada Gambar 9 dan 10. ditetapkan, seperti menambah koleksi buku,
Tahap terakhir adalah melakukan melakukan inventarisasi, klasifikasi, dan
sosialisasi mengenai fasilitas perpustakaan desa. administrasi perpustakaan. Adapun rekomendasi
Upaya ini untuk mempromosikan kehadiran yang bisa diberikan dalam kegiatan ini adalah
perpustakaan sehingga dapat meningkatkan agar aparatur pemerintah desa senantiasa
minat masyarakat untuk berkunjung. Meskipun mempromosikan keberadaan perpustakaan desa
demikian, hasil evaluasi mengungkapkan salah dalam setiap kegiatan masyarakat. Hal ini
satu tantangan dalam meningkatkan literasi dilakukan agar perpustakaan desa dapat berperan
membaca masyarakat saat ini adalah hadirnya untuk meningkatkan literasi membaca
teknologi informasi. Di satu sisi, penguasaan masyarakat desa. Agar fungsi perpustakaan desa
teknologi informasi yang tepat dapat membantu dapat berkelanjutan, perangkat desa hendaknya
masyarakat untuk mendapatkan informasi dan menugaskan salah satu staf pemerintah desa
pengetahuan secara cepat dan mudah. Di sisi lain, untuk mengelola perpustakaan desa secara
keberadaaan teknologi justru menimbulkan profesional. Selain itu, di masa mendatang, para
anggapan bahwa membaca merupakan aktivitas aparatur desa hendaknya dapat
yang membosankan (Suragangga, 2017). mentransformasikan perpustakaan desa
Generasi muda umumnya memilih informasi konvensional menjadi perpustakaan berbasis
yang bersifat visual sehingga fenomena ini justru digital (online). Dengan demikian, perpustakaan
mengurangi keinginan masyarakat untuk dapat menjangkau masyarakat secara lebih luas,
membaca buku. Oleh karena itu, berdasarkan tanpa dibatasi tempat dan waktu
hasil evaluasi kegiatan yang dilakukan,
pemerintah desa harus senantiasa melakukan

Gambar 9. Melakukan klasifikasi dan Gambar 10. Melakukan penyusunan


pengecapan koleksi buku-buku bacaan
13
Ni Kadek Cintya Dewi, Ni Wayan Rustiarini. Penataan Perpustakaan Desa untuk Meningkatkan
Literasi Membaca
Daftar Rujukan desa dalam bidang manajemen
pemerintahan desa bagi para kepala desa
Alam, S. (2015). Membangun perpustakaan desa dan perangkat desa di Kecamatan Cikajang
menjadi peletak dasar lahirnya budaya Kabupaten Garut. LOSARI: Jurnal
baca masyarakat di pedesaan. Jupiter, Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2), 32–
XIV(2), 78–82. 36.
Berdesa.com. (2018). Sepenting Apakah Kusmana, S. (2017). Pengembangan literasi
Perpustakaan Bagi Desa? dalam kurikulum pendidikan dasar dan
http://www.berdesa.com/sepenting- menengah. Diglosia: Jurnal Pendidikan,
apakah-perpustakaan-bagi-desa/ Kebahasaan, Dan Kesusastraan Indonesia,
Berry, T., Cook, L., Hill, N., & Stevens, K. 1(1), 140–150.
(2010). An exploratory analysis of Maskurotunitsa, R. S., & Rohmiyati, Y. (2016).
textbook usage and study habits: Peran perpustakaan desa “Mutiara” dalam
Misperceptions and barriers to success. pemberdayaan masyarakat Desa Kalisidi
College Teaching, 59(1), 31–39. Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten
https://doi.org/10.1080/87567555.2010.50 Semarang. Jurnal Ilmu Perpustakaan,
9376 5(4), 81–90.
Bybee, R., & McCrae, B. (2011). Scientific Maulida, H. N. (2016). Peran perpustakaan
literacy and student attitudes: Perspectives daerah dalam pengembangan minat baca di
from PISA 2006 science. International masyarakat. IQRA: Jurnal Ilmu
Journal of Science Education, 33(1), 7–26. Perpustakaan Dan Informasi, 9(2), 235–
https://doi.org/10.1080/09500693.2010.51 251.
8644 Miller, J. W., & McKenna, M. M. (2016). World
Darmono. (2016). Manajemen Pelayanan Literacy: How Countries Rank and Why It
Perpustakaan Desa. Kegiatan Koordinasi Matters. Routledge.
Pengembangan Budaya Baca – Bimtek Moi, T. (2011). The adventure of reading:
Kader Pustaka Se-Kabupaten Malang. Literature and philosophy, Cavell and
http://lib.um.ac.id/wp- Beauvoir. Literature and Theology, 25(2),
content/uploads/2017/03/Makalah- 125–140.
Manajemen-Pelayanan-Perpustakaan- https://doi.org/10.1093/litthe/frr014
Desa.pdf Permatasari, A. (2015). Membangun kualitas
Gee, J. (2015). Social Linguistics and bangsa dengan budaya literasi. Prosiding
Literacies: Ideology in Discourses. Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB
Routledge. 2015.
Gorzycki, M., Desa, G., Howard, P. J., & Allen, Puslitjakdikbud. (2019). Indeks Aktivitas
D. D. (2020). “Reading is important,” but Literasi Membaca.
“I don’t read”: Undergraduates’ http://repositori.kemdikbud.go.id/13033/1/
experiences with academic reading. Puslitjakdikbud_Indeks Aktivitas Literasi
Journal of Adolescent & Adult Literacy, Membaca 34 Provinsi
63(5), 499–508. Ristanto, R. H., Zubaidah, S., Amin, M., &
https://doi.org/10.1002/jaal.1020 Rohman, F. (2017). Scientific literacy of
Hermanto, B. (2015). Optimalisasi perpustakaan students learned through guided inquiry.
desa dalam rangka meningkatkan International Journal of Research &
pendidikan masyarakat. Jurnal Pustaka Review, 4(5), 23–30.
Ilmiah, 1(1), 71–76. Stripling, B. K. (1992). Libraries for The
Kominfo.go.id. (2017). Teknologi Masyarakat National Education Goals. Eric
Indonesia: Malas Baca Tapi Cerewet di Clearinghouse on Information.
Medsos. Sukoco, J. B., & Winarni, L. (2018).
https://www.kominfo.go.id/content/detail/1 Administrasi pengelolaan perpustakaan di
0862/teknologi-masyarakat-indonesia- Desa Puro Kabupaten Sragen. Journal of
malas-baca-tapi-cerewet-di- Public Administration and Local
medsos/0/sorotan_media Governance, 2(2), 60–79.
Kurniawan, I., Setiawan, B., & Listiani, T. Suragangga, I. M. N. (2017). Mendidik lewat
(2020). Pembinaan aparatur pemerintah literasi untuk pendidikan berkualitas.
Jurnal Penjaminan Mutu, 3(2), 154–163.
14
Ni Kadek Cintya Dewi, Ni Wayan Rustiarini. Penataan Perpustakaan Desa untuk Meningkatkan
Literasi Membaca
Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Sutarno, N. . (2003). Perpustakaan dan
3 Tahun 2001 tentang Perpustakaan Masyarakat. Yayasan Obor Indonesia.
Desa/Kelurahan, (2001).

15

Anda mungkin juga menyukai