SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN KONSTRUKSI
C. ID RUP 44195966
D. DASAR HUKUM a. Undang Undang RI No 28 Tahun 2002 Tentang
DAN KETENTUAN Bangunan Gedung
b. Undang-Undang RI No 2 Tahun 2017 Tentang Jasa
Konstruksi
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2022 Tentang Pemasyarakatan;
d. Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Tata
Tertib Lembaga Pemasyarakatan Dan Rumah
Tahanan Negara
e. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor M.HH-05.OT.01.01 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 36
Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang No 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
g. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No
29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi
h. Permen PUPR No : 22/PRT/M/2018 Tentang
Pembangunan Bangunan Gedung Negara
i. Kepmen PU No : 29/PRT/M/2006 Tentang
Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
j. Kepmen Kehakiman Dan HAM RI No : M.01.Pl.01 01
Tahun 2003 Tentang Pola Bangunan UPT
Pemasyarakatan
k. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang
Syarat-syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang,
Tugas, dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan;
l. Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 1999
tentang Kerjasama Penyelenggaraan Pembinaan
dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan
m. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang
Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga
Binaan Pemasyarakatan
n. Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No. 35
Tahun 2018 tentang Revitalisasi Penyelenggaraan
Pemasyarakatan;
Catatan :
Tenaga Ahli (SKA) yang diusulkan harus dilengkapi
dengan melampirkan copy/scan ijazah, SKA, Referensi
kerja asli, Surat Kesediaan untuk bekerja penuh pada
proyek tersebut (bertandatangan dan bermaterai),
Surat pernyataan kepemilikan sertifikat kompetensi
kerja, KTP, NPWP dan Bukti Setor Pajak Tahun 2022.
4. Spesifikasi Proses/Kegiatan :
a. Ruang lingkup pekerjaan ini sudah
memperhitungkan Laporan Keselamatan Kerja
Konstruksi (K3),
b. Setiap proses/kegiatan harus dilengkapi dengan
prosedur kerja, sistem perlindungan terhadap
pekerja, perlengkapan pengaman, dan rambu-
rambu peringatan dan kewajiban pekerja
menggunakan alat pelindung diri (APD) yang
sesuai dengan potensi bahaya pada proses
tersebut;
c. Setiap jenis proses/kegiatan pekerjaan yang
berisiko tinggi, atau pekerjaan yang berisiko
tinggi pada keadaan yang berbeda, harus lebih
dulu dilakukan analisis keselamatan pekerjaan
(Job Safety Analysis) dan tindakan
pengendaliannya;
d. Setiap proses/kegiatan yang berbahaya harus
melalui prosedur izin kerja lebih dulu dari
penanggung-jawab proses;
e. Setiap proses dan kegiatan pekerjaan hanya
boleh dilakukan oleh tenaga kerja dan/atau
operator yang telah terlatih dan telah mempunyai
kompetensi untuk melaksanakan jenis
pekerjaan/tugasnya, termasuk kompetensi
melaksanakan prosedur keselamatan dan
kesehatan kerja yang sesuai pada jenis
pekerjaan/tugasnya tersebut.
1 2 3
1 Pengurugan
dan Pemadatan
Lahan Terlindas Dump Truck dan Alat Berat
Contoh : Alat
Perlindunga
n Diri untuk
Pekerja :
Keterangan :
Bentuk Dokumen Rencana Keselamatan Konstruksi yang
ditawarkan harus sesuai dengan Lampiran Dokumen
Pemilihan Bab VI. Bentuk Dokumen Penawaran, huruf J.
Bentuk Dokumen Rencana Keselamatan Kerja__MDP
B. Laporan Mingguan
Laporan Mingguan, sebagai resume laporan harian
(kemajuan pekerjaan, tenaga dan hari kerja) terhitung 7
hari setelah dimulainya kerja oleh kontraktor (7 hari
setelah SPMK ditandatangani) sebanyak 6 eksemplar
dan berisi antara lain :
1. Review terhadap rencana kerja kontraktor;
2. Resume laporan harian (kemajuan pekerjaan,
tenaga dan hari kerja) selama seminggu tersebut;
3. Gambaran/penjelasan secara garis besar kondisi
lokasi proyek;
4. Monitor masalah teknis di lapangan;
5. Permasalahan non teknis yang dihadapi;
6. Monitor Kendali Mutu;
7. Pemeriksaan Gambar Kerja;
8. Foto-foto Kemajuan Pekerjaan dibuat secara
bertahap sesuai kemajuan pekerjaan;
9. Rencana kerja, metoda dan jadwal pelaksanaan
pekerjaan selanjutnya.
6. INFORMASI 1) Peserta mengisi dan menyampaikan Formulir Tingkat
LAINNYA Komponen Dalam Negeri (TKDN); Bentuk dokumen
sesuai dengan Lampiran Dokumen Pemilihan Bab
VI._MDP; Bentuk Dokumen Penawaran, huruf L_MDP,
Bentuk Formulir Penyampaian Tingkat Komponen Dalam
Negeri._MDP;
2) Peserta memiliki dan menyampaikan Neraca tahun
2022 yang di terbitkan oleh akuntan publik yang
terdaftar pada OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan
melampirkan surat keterangan dari akuntan publik;
Agus Mulyono
NIP. 19710804 199401 1 001
DAFTAR ISI
SPESIFIKASI TEKNIS i
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
SPESIFIKASI TEKNIS ii
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
SPESIFIKASI TEKNIS
BAB I
PERSYARATAN UMUM
1.1.1. PEKERJAAN
a. Pekerjaan ini adalah Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa
Timur Tahun Anggaran 2023.
b. Istilah “Pekerjaan” mencakup penyediaan semua tenaga kerja (tenaga ahli, tukang,
buruh dan lainnya), bahan bangunan dan peralatan/perlengkapan yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan termaksud.
c. Dalam lingkup pekerjaan ini adalah pekerjaan Persiapan, Pekerjaan Air Kerja, Listrik
Kerja, Gudang, Papan nama proyek dan seluruh perijinan termasuk IMB, untuk itu
kontraktor pelaksana dalam penawaran biaya totalnya sudah harus memperhitungkan
pekerjaan tersebut.
d. Pekerjaan harus dilaksanakan dan diselesaikan seperti yang dimaksud dalam RKS,
Gambar-gambar Rencana, Bill of Quantity (BoQ), Berita Acara Rapat Penjelasan
Pekerjaan serta Addenda yang disampaikan selama pelaksanaan.
SPESIFIKASI TEKNIS 1
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
k. Keputusan Direktur Jenderal Perumahan dan Permukiman Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah No. 58/KPTS/DM/2002 tentang Petunjuk Teknis Rencana Tindakan
Darurat Kebakaran pada Bangunan Gedung.
l. Peraturan umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPB NI-3/56)
m. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971)
n. Peraturan Umum Bahan Indonesia(PUBI 982)
o. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
p. Peraturan-peraturan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
q. SKSNI T-15-1991-03
r. Peraturan Umum Instalasi Air (AVWI)
s. Algemenee Voorwarden (AV)
b. Kontraktor wajib untuk meneliti gambar-gambar, RKS dan dokumen kontrak lainnya yang
berhubungan. Apabila terdapat perbedaan/ketidak-sesuaian antara RKS, gambar-
gambar pelaksanaan dan BoQ, atau antara gambar satu dengan lainnya, Kontraktor
wajib untuk memberitahukan/melaporkannya kepada Konsultan MK / Konsultan
Manajemen Konstruksi .
Pada prinsipnya antara dokumen yang satu dengan yang lainnya adalah saling
melengkapi.
Persyaratan teknik pada gambar dan RKS yang harus diikuti adalah :
1. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail, maka
gambar detail yang diikuti.
2. Bila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan angka
yang diikuti, kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas akan
menyebabkan ketidaksempurnaan/ketidaksesuaian konstruksi, harus mendapatkan
keputusan Konsultan MK lebih dahulu.
3. Bila tedapat perbedaan antara RKS dan gambar, maka RKS yang diikuti kecuali
bila hal tersebut terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas mengakibatkan
kerusakan/kelemahan konstruksi, harus mendapatkan keputusan Konsultan MK.
4. RKS dan gambar saling melengkapi bila di dalam gambar menyebutkan lengkap
sedang RKS tidak, maka gambar yang harus diikuti demikian juga sebaliknya.
5. Yang dimaksud dengan RKS dan gambar di atas adalah RKS dan gambar setelah
mendapatkan perubahan/penyempurnaan di dalam berita acara penjelasan
pekerjaan.
c. Bila akibat kekurangtelitian Kontraktor Pelaksana dalam melakukan pelaksanan
pekerjaan, terjadi ketidaksempurnaan konstruksi atau kegagalan struktur bangunan,
maka Kontraktor Pelaksana harus melaksanakan pembongkaran terhadap konstruksi
yang sudah dilaksanakan tersebut dan memperbaiki/melaksanakannya kembali setelah
memperoleh keputusan Konsultan MK tanpa ganti rugi apapun dari pihak-pihak lain.
SPESIFIKASI TEKNIS 2
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
1.2. LINGKUP PEKERJAAN
1.2.1. KETERANGAN UMUM
Pekerjaan Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur Tahun
Anggaran 2023., tersebut secara umum meliputi pekerjaan standar maupun non standar yang
terdiri dari:
a. Pekerjaan Persiapan, meliputi :
Penyediaan air dan daya kerja
Pembersihan lokasi kerja
Papan Nama Proyek
Pembuatan Direksi Keet
Pembuatan Gudang Material, Peralatan dan Barak Pekerja
Penyedian Listrik Kerja
Pembuatan Sumur menggunakan jet pump lengkap dengan pompa untuk air kerja
Dokumentasi Proyek
Mobilisasi dan Demobilisasi
Keselematan dan Kesehatan Kerja (K3)
Manajemen dan Keselematan Lalu Lintas
Washing Bay ( tempat cuci roda dump truck)
b. Pekerjaan Sipil dan Struktur, untuk Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar,
Blitar – Jawa Timur Tahun Anggaran 2023. meliputi :
Pekerjaan Tanah
Pekerjaan Pondasi
Beton Kolom,
Sloop,
Plat Lantai
Bekesing
Dll
c. Pekerjaan lain-lain
Pekerjaan yang jelas terkait langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa dipisahkan
dengan pekerjaan utama sesuai dengan gambar dan RKS
SPESIFIKASI TEKNIS 3
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
e. Shop Drawing (gambar kerja) harus dibuat oleh Kontraktor sebelum suatu komponen
konstruksi dilaksanakan.
f. Shop Drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Konsultan MK dan Konsultan
Perencana sebelum elemen konstruksi yang bersangkutan dilaksanakan.
g. Sebelum penyerahan pekerjaan kesatu, Kontraktor Pelaksana sudah harus menyelesaikan
gambar sesuai pelaksanaan yang terdiri atas :
Gambar rancangan pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam
pelaksanaannya.
Shop drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar-gambar
perubahan.
h. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat g harus diartikan telah memperoleh persetujuan
Konsultan MK setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti.
i. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan dan pemeliharaan bangunan
merupakan bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat penyerahan kesatu,
kekurangan dalam hal ini berakibat penyerahan pekerjaan kesatu tidak dapat
dilakukan.
j. Pembenahan/perbaikan kembali yang harus dilaksanakan Kontraktor, bila :
Komponen-komponen pekerjaan pokok/konstruksi yang pada masa pemeliharaan
mengalami kerusakan atau dijumpai kekurangsempurnaan pelaksanaan.
Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan diluar pekerjaan
pokoknya yang mengalami kerusakan akibat pelaksanaan konstruksi (misalnya jalan,
halaman, dan lain sebagaunya).
k. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa-sisa
pelaksanaan termasuk bowkeet dan direksikeet harus dilaksanakan sebelum masa
kontrak berakhir, kecuali akan dipergunakan kembali pada tahap selanjutnya.
SPESIFIKASI TEKNIS 4
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
b. Sebelum memulai pekerjaan atau bagian pekerjaan, Pemborong harus mengajukan
contoh bahan yang akan digunakan kepada Konsultan MK yang akan diajukan User dan
Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan. Bahan-bahan yang tidak memenuhi
ketentuan seperti disyaratkan atau yang dinyatakan ditolak oleh Konsultan MK tidak
boleh digunakan dan harus segera dikeluarkan dari halaman pekerjaan selambat-
lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam.
c. Apabila bahan-bahan yang ditolak oleh Konsultan MK ternyata masih dipergunakan oleh
Kontraktor, maka Konsultan MK memerintahkan untuk membongkar kembali bagian
pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut. Semua kerugian akibat pembongkaran
tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
d. Jika terdapat perselisihan mengenai kualitas bahan yang dipakai, Konsultan Pgawas
berhak meminta kepada Kontraktor untuk memeriksakan bahan itu ke Laboratorium Balai
Penelitian Bahan yang resmi dengan biaya Kontraktor. Sebelum ada kepastian hasil
pemeriksaan dari Laboratorium, Kontraktor tidak diizinkan untuk melanjutkan bagian-
bagian pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut.
e. Penyimpanan bahan-bahan harus diatur dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan terhindarnya bahan-bahan
dari kerusakan.
f. Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah seperti di bawah ini, sedangkan
bahan-bahan bangunan yang belum disebutkan disini akan diisyaratkan langsung di
dalam pasal-pasal mengenai persyaratan pelaksanaan komponen konstruksi di
belakang.
Air
Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan plesteran, beton dan
penyiraman guna pemeliharaan harus air tawar, tidak mengandung minyak, garam,
asam dan zat organik lainnya yang telah dikatakan memenuhi syarat, sebagai air
untuk keperluan pelaksanaan konstruksi oleh laboratorium tidak lagi diperlukan
rekomendasi laboratorium.
Pasir (Ps)
Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutir keras, bersih dari kotoran,
lumpur, asam, garam, dan bahan organik lainnya, yang terdiri atas.
1. Pasir untuk urugan adalah pasir dengan butiran halus, yang lazim disebut pasir
urug.
2. Pasir untuk pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian terbesar
adalah terletak antara 0,075 sampai 1,25 mm yang lazim dipasarkan disebut
pasi pasang
3. Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya mendapat
rekomendasi dari laboratorium.
SPESIFIKASI TEKNIS 5
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
1.3. SITUASI DAN PERSIAPAN PEKERJAAN
1.3.1. SITUASI/LOKASI
a. Lokasi proyek Jl. Panglima Polim Desa Sentul Kecamatan Kepanjen Kidul Blitar
b. Halaman proyek akan diserahkan kepada Kontraktor. Kontraktor hendaknya
mengadakan penelitian dengan seksama mengenai keadaan tanah halaman proyek
tersebut.
c. Kekurang-telitian atau kelalaian dalam mengevaluasi keadaan lapangan, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat dijadikan alasan untuk mengajukan
klaim/tuntutan.
SPESIFIKASI TEKNIS 6
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
SPESIFIKASI TEKNIS
BAB II
PERSYARATAN TEKNIS
SPESIFIKASI TEKNIS 7
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
b. Penggunaan alat berat dan pengoperasian peralatan/kendaraan mengikuti aturan
perizinan yang ditetapkan oleh Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (DLLAJR),
Kepolisian dan instansi terkait lainnya.
c. Menyediakan lahan yang diperlukan untuk basecamp pelaksanaan pekerjaan di sekitar
lokasi proyek, digunakan untuk kantor proyek, gudang dan sebagainya yang telah
disebutkan dalam kontrak.
d. Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang tercantum
dalam penawaran, dari suatu lokasi asal ke lokasi pekerjaan yang akan menggunakan
peralatan tersebut sesuai kontrak.
e. Apabila setiap alat berat yang telah selesai digunakan dan tidak akan digunakan lagi,
maka alat berat tersebut segera dikembalikan.
f. Mobilisasi material sesuai dengan jadwal dan realisasi pelaksanaan fisik.
2.1.6. KESELEMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
a. Penyedia Jasa Konstruksi harus menugaskan secara khusus Ahli K3 dan tenaga K3
untuk setiap proyek yang dilaksanakan. Tenaga K3 tersebut harus masuk dalam
struktur organisasi pelaksanaan konstruksi setiap proyek.
b. Petugas keselamatan dan kesehatan kerja harus bekerja secara penuh (full-time)
untuk mengurus dan menyelenggarakan keselamatan dan kesehatan kerja.
c. Petugas keselamatan dan kesehatan kerja tersebut bersama-sama dengan panitia
pembina keselamatan kerja ini bekerja sebaik-baiknya, dibawah koordinasi pengurus
atau Penyedia Jasa, serta bertanggung jawab kepada pemimpin proyek.
d. Organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama pada kecelakaan harus
dibuat sebelumnya untuk setiap proyek yang meliputi seluruh pegawai/petugas
pertolongan pertama pada kecelakaan dan peralatan, alat-alat komunikasi dan alat-
alat lain serta jalur transportasi.
e. Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-tiba, harus
dilakukan oleh Dokter, Juru Rawat atau seorang yang terdidik dalam pertolongan
pertama pada kecelakaan (PPPK).
f. Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan yang memadai, harus disediakan di tempat
kerja dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban udara dan lain -lain.
g. Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit dengan obat untuk
kompres, perban, antiseptik, plester, gunting dan perlengkapan lainnya.
h. Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan-keterangan/instruksi
yang mudah dan jelas sehingga mudah dimengerti
i. Isi dari kotak obat-obatan dan alat PPPK harus diperiksa secara teratur dan harus
dijaga supaya tetap berisi (tidak boleh kosong).
j. Petunjuk/informasi harus diumumkan/ditempel di tempat yang baik dan strategis.
k. Biaya operasional kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah
diantisipasi sejak dini yaitu pada saat Pengguna Jasa mempersiapkan pembuatan
desain dan perkiraan biaya suatu pekerjaan konstruksi.
SPESIFIKASI TEKNIS 8
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
e. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap setiap kerusakan yang terjadi atau
yang disebabkan oleh jalan atau jembatan sementara ini.
f. Agar dapat melindungi pekerjaan, dan menjaga keselamatan umum dan kelancaran arus
lalu lintas yang melalui atau di sekitar pekerjaan, dalam hal ini jika kegiatan pelaksanaan
akan mengganggu lalu lintas umum, Penyedia Jasa harus memasang dan memelihara
rambu lalu lintas, penghalang dan fasilitas lainnya yang sejenis pada setiap tempat.
Semua rambu lalu.
g. Penyedia Jasa harus menyediakan dan menempatkan petugas bendera di semua tempat
kegiatan pelaksanaan yang mengganggu arus lalu lintas, terutama pada pengaturan lalu
lintas satu arah.
h. Tugas utama dari petugas bendera adalah mengarahkan dan mengatur arus lalu lintas
yang melewati lokasi pekerjaan tersebut. Tugas utama dari petugas bendera adalah
mengarahkan dan mengatur arus lalu lintas yang melewati lokasi pekerjaan tersebut.
SPESIFIKASI TEKNIS 9
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
2.2.3. URUGAN TANAH
a. Pekerjaan ini meliputi pengurugan kembali bekas galian untuk pasangan pondasi dan
peninggian halaman. Urugan harus dilakukan selapis demi selapis dengan ketebalan
tidak lebih dari 20 cm untuk setiap lapisan dan ditimbris sampai padat.
b. Pengurugan kembali tidak boleh dilaksanakan sebelum pondasi, instalasi/pipa-pipa dan
lain-lain yang bakal tertutup tanah diperiksa oleh Pengawas Lapangan.
c. Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak
diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
d. Penyedia Jasa harus memasang patok batas dasar timbunan 3 (tiga) hari sebelum
pekerjaan dimulai.
e. Dasar pondasi timbunan harus dipadatkan (termasuk penggemburan dan pengeringan
atau pembasahan bila diperlukan) setebal 20 cm dan harus memenuhi kepadatan
sebagai disyaratkan.
f. Apabila timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan di atas
timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus dipotong bertangga
dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan peralatan berat dapat beroperasi.
g. Sebelum timbunan dihampar dasar timbunan harus digaru dan dipadatkan sehingga
mencapai kepadatan 95% kepadatan kering maksimum sesuai SNI 03-1742-1989.
b. Urugan tersebut harus dipadatkan dengan stamper dan disiram dengan air. Ukuran dari
ketinggian urugan pasir yang tercantum dalam gambar adalah ukuran jadi (sesudah
dalam keadaan padat).
SPESIFIKASI TEKNIS 10
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
c. Agregat kasar kelas C berasal dari kerikil.
d. Fraksi Agregat Halus ,Agregat halus (lolos saringan 4,75 mm) harus terdiri atas partikel
pasir atau batu pecah halus dengan atau tanpa clay.
e. Agregat untuk lapis pondasi harus bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung atau
bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki, harus memenuhi ketentuan gradasi yang
diberikan.
2.3.2. PERALATAN
a. Peralatan dan mesin-mesin yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan pada
spesifikasi ini harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan dirawat agar supaya selalu dalam
keadaan baik. Peralatan yang digunakan oleh sub-Penyedia Jasa atau pemasok untuk
kepentingan Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan dan Direksi
Teknis sebelum pekerjaan dimulai. Peralatan processing harus direncanakan, dipasang,
dioperasikan dan dengan kapasitas sedemikian sehingga dapat mencampur agregat, air
secara merata sehingga menghasilkan campuran yang homogen. Apabila instalasi
pencampur digunakan maka instalasi pencampur tersebut harus dikalibrasi terlebih dahulu
untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponen campuran dengan
proporsi yang benar.
b. Alat Penghampar
c. Alat penghampar agregat harus menggunakan peralatan mekanis yang mampu
menyebarkan bahan lapis pondasi agregat dengan lebar dan toleransi permukaan yang
diinginkan serta tidak menimbulkan segregasi.
d. Alat Pemadat
e. Alat pemadat roda besi dengan penggetar, pemadat roda besi tanpa penggetar
atau pemadat roda karet, dapat digunakan untuk pemadatan pondasi agregat.
f. Alat Pengangkut
g. Dump truck yang akan digunakan, bak penampungnya tidak boleh bocor dan
dilengkapi terpal yang digunakan pada saat pengangkutan bahan ke lokasi pekerjaan
dan menjamin tidak banyak terjadinya penguapan air sepanjang perjalanan.
h. Apabila lapis fondasi agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu jalan
lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau bahu jalan lama harus
diperbaiki terlebih dahulu.
i. Apabila lapis fondasi agregat akan dihampar pada suatu lapisan perkerasan lama
atau tanah dasar baru, maka lapisan ini harus diselesaikan sepenuhnya.
j. Sebelum pekerjaan lapisan fondasi agregat akan dilaksanakan, maka lapisan dasar
yang akan dilapisi harus telah disiapkan memenuhi persyaratan dan telah ditangani dan
mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknis dengan panjang paling
sedikit 60 m secara menerus. Untuk penyiapan tempat-tempat yang kurang dari 60 m
karena tidak cukup ruang, seluruh daerah itu harus disiapkan dan disetujui sebelum lapis
fondasi agregat dihampar.
k. Material lapis fondasi agregat setelah ditempatkan harus segera dihampar dan
dipadatkan agar tidak terjadi penurunan kadar air.
l. Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata.
m. Setiap lapis harus dihampar pada ketebalan yang merata agar menghasilkan tebal
padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Apabila diperlukan
penghamparan lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama
tebalnya.
SPESIFIKASI TEKNIS 11
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
n. Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali ukuran terbesar
agregat lapis fondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali
diperintahkan lain oleh Direksi Teknis.
o. Segera setelah penghamparan dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan
menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan disetujui oleh Direksi
Teknis, hingga kepadatan akhir mencapai paling sedikit 100% dari kepadatan kering
maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989.
p. Direksi Teknis dapat memerintahkan agar digunakan mesin pemadat beroda karet
untuk pemadatan lanjutan untuk menghasilkan ikatan butiran yang lebih baik dan stabil.
Alat pemadat roda besi berpenggetar hanya digunakan untuk pemadatan awal.
q. Pelaksanaan pemadatan memanjang harus dimulai dari sisi terendah dan bergerak ke
sisi tertinggi bergeser dalam arah melintang demikian juga di daerah super-elevasi.
r. Pemadatan harus dilakukan dengan tumpang tindih satu lajur dengan lajur lainnya
selebar tebal lapisan.
s. Pemadatan yang berbatasan dengan kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak
terjangkau mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat
lainnya yang disetujui Direksi Teknis.
SPESIFIKASI TEKNIS 12
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
2.4.3. PROSEDUR UMUM
1. Contoh Bahan.
Contoh bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Pengawas lapangan untuk
disetujui terlebih dahulu sebelum dikirim ke lokasi proyek.
Pasir.
Pasir harus bersih, keras, padat dan tajam, tidak mengandung lumpur atau kotoran lain
yang merusak.
Perbandingan butir – butir harus seragam mulai dari yang kasar sampai pada yang
halus, sesuai dengan ketentuan ASTM C 33.
Batu Kali
Batu Karang, batu kapur dan batuan lainnya yang bersifat rapuh, berongga ataupun
berpori tidak dapat digunakan sebagai material pasangan batu
Bahan Tambahan.
Bahan tambahan untuk meningkatkan kekedpan terhadap air dan menambah daya lekat
harus berasal dari merek yang dikenal luas, seperti Super Cement, Febond SBR,
Cemecryl, Barra Emulsion 57 atau yang setara.
2. Air.
Air harus bersih, bebas dari asam, minyak, alkali dan zat – zat organik yang bersifat
merusak.
Air dengan kualitas yang diketahui dan dapat diminum tidak perlu diuji. Pada dasarnya
semua air, kecuali yang telah disebutkan di atas, harus diuji sesuai ketentuan AASHTO
T26 dan/atau disetujui Konsultan MK.
SPESIFIKASI TEKNIS 13
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
Bahan tambahan untuk menambah daya lekat dan meningkatkan kekedapan terhadap
air harus digunakan dalam jumlah yang sesuai dengan petunjuk penggunaan dari pabrik
pembuat.
2. Pencampuran.
Umum.
Semua bahan kecuali air harus dicampur dalam kotak pencampur atau alat pencampur
yang disetujui sampai diperoleh campuran yang merata, untuk kemudian ditambahkan
sejumlah air dan pencampuran dilanjutkan kembali.
Adukan harus dibuat dalam jumlah tertentu dan waktu pencampuran minimal 1 sampai 2
menit sebelum pengaplikasian.
Adukan yang tidak digunakan dalam jangka waktu 45 menit setelah pencampuran tidak
diijinkan digunakan.
SPESIFIKASI TEKNIS 14
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
Bagian yang ditemukan tidak memuaskan harus diperbaiki dan dikerjakan dengan cara
yang sama dengan sebelumnya tanpa biaya tambahan dari Pemilik Proyek.
SPESIFIKASI TEKNIS 15
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
Jumlah Penga
No Posisi Pendidika Keahlian
Personil laman
n minimal
minimal
SKA Ahli
Madya
Manjemen
Manajer Pelaksan S1. Teknik Proyek/ SKA
1 1 Org 4 Th
a/proyek Sipil
Manajemen
Konstruksi
Gedung
S1.
Akuntansi
3 Manajer Keuanga n 1 Org / IJASAH 2 Th
Manajeme
n
SKA Ahli
S1 Teknik Muda K3
4 Ahli K3 Konstruk si 1 Org 3 Th
Sipil Konstruksi/
Keselamata n
Konsruksi
SPESIFIKASI TEKNIS 16
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
BAB III PENUTUP
1. Uraian pekerjaan yang belum termuat dalam ketentuan dan syarat- syarat
ini tetapi didalam pelaksanaannya harus ada, maka pekerjaan tersebut
dapat dilaksanakan setelah ada perintah tertulis dari Pejabat Pembuat
Komitmen dan akan diperhitungkan dalam pekerjaan tambahan.
Ketentuan – ketentuan lain yang tidak dikaji dalam Rencana Kerja dan Syarat –
Syarat (RKS) dapat dilakukan dengan melakukan pertimbangan dan persetujuan
dari pihak direksi.
Demikian RKS yang telah disusun untuk digunakan sebagai acuan dalam
ketentuan pelaksanaan pekerjaan Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB
Blitar, Blitar – Jawa Timur.
SPESIFIKASI TEKNIS 17
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)
PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pengadaan Jasa Konstruksi Pematangan Lahan dan Turap Relokasi Lembaga Pemasyarakatan
Kelas IIB Blitar - Jawa Timur Tahun Anggaran 2023
DAFTAR ISI
Kepemimpinan adalah suatu proses yang kompleks di mana seorang mempengaruhi orang ‐ orang lain untuk mencapai suatu misi, tugas, atau
suatu sasaran, dan mengarahkan organisasi yang membuatnya lebih kohesif dan lebih masuk akal. Artinya pemimpin membuat orang memiliki
kemauan untuk m encapai tujuan dan sasaran yang tinggi, sedangkan seorang kepala menyuruh orang untuk mencapai suatu tugas atau
sasaran ( Wirjana ‐ 2006). Kepemimpinan itu adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang ‐ orang supaya diarahkan mencapai tujuan
organisasi, Thoha (2007).
Kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Artinya bahwa semakin tinggi atau baik pemimpin, maka akan semakin tinggi
pula kinerja karyawan. Kepemimpinan dimulai dari pemberian perintah atau teguran yang tepat dan efektif, merupakan salah satu kunci
kesuksesan memimpin sebuah organisasi. Partisipasi pekerja dalam keselamatan konstruksi sangat dipengaruhi oleh seorang pemimpin suatu
pekerjaan, yang mana dalam hal ini penerapan aturan ‐ aturan terhadap keselamatan kerja pada para pekerja, dengan memberi contoh dan
teguran.
Ada Hal‐ hal yang Penting yang harus dilakukan untuk kepemimpinan dalam K3 (Safety Ledership) :
1. Pemimpin harus menunjukkan komitmen dan fokus pada keselamatan. Komitmen dan focus dalam K3 bisa ditunjukan diantara dengan,
membuat, memahami, menerapkan kebijakan K3 dalam organisasi atau perusahaan. Selalu mengkampanyekan pentingnya K3, dan akibat
apabila karyawan tidak mematuhi hal hal terkait K3.
2. Pemimpin harus menetapkan contoh keselamatan. Banyak teori atau nasehat kepada anak buah tidak akan membuat mereka mau
menjalankan apa yang kita inginkan, tauladan atau contoh lah yang akan memberikan dampak yang besar bagi implementasi K3 di dalam
organisasi atau perusahaan.
3.
Pemimpin harus menciptakan harapan keselamatan yang tinggi. Seberapa pun kondisi di organisasi, pemimpin harus tetap mendukung
hal terkait dengan keselamatan kerja, pemimpin harus selalu memberikan harapan bagi karyawan, bahwa dengan menerapkan
keselamatan kerja maka itu adalah hal yang benar seberapa sulit hal itu untuk dilakukan, pemimpin harus tetap memberikan supportnya.
4.
Nilai tinggi dan standar kinerja yang mendetil harus digunakan. Dalam keselamatan Kerja segala hal harus bisa ditetapkan dengan detil
dan jelas, apalagi yang terkait dengan angka/ ukuran, hal ini tentu saja demi menjaga standard Kesehatan dan keselamatan kerja.
Pemimpin harus memastikan bahwa segala terkait aturan/ ukuran sudah dibuat dengan detil dengan standard yang tinggi.
5. Pemimpin harus mendengarkan dan melibatkan tenaga kerja. Pemimpin harus selalu melibatkan tenaga kerja, Komunikasi dan partisipasi
tenaga kerja harus selalu dijaga, karena mereka yang akan menjadi pelaku utama dalam implementasi K3, jadi ide masukan dari mereka
sangat diperlukan.
6. Pemimpin harus melakukan apa yang mereka katakan. Pemimpin akan melakukan apa yang mereka katakan, apalagi terkait dengan K3,
apabila dia meminta anak buah untuk selalu memakai APD, maka dia pun akan melakukan hal yang sama dengan demikian tenaga kerja
juga akan menghormatinya.
7.
Pemimpin harus menghargai tujuan keselamatan. Tujuan dan sasaran K3 dibuat sebagai guide dalam mengimplementasikan K3 dengan
baik, seorang pemimpin harus menghargai dan terus menerus berusaha untuk dapat mencapai tujuan dari K3 yang dibangun.
8. Karyawan harus dibuat merasa mereka adalah bagian dari sesuatu yang penting dalam implementasi K3 Implementasi SMK3 tidak akan
berhasil tanpa keterlibatan semua pihak, untuk lebih meningkatkan keterl ibatan itu maka pemimpin harus bisa membuat karyawan
adalah bagian penting dari implementasi K3 ini .
9. Pemimpin harus memperkuat, memberi penghargaan dan merayakan kesuksesan. Pemimpin dalam K3 tentu saja harus bisa memperkuat,
implementasi k3, sekaligus bisa memberi penghargaan bagi tenaga kerja yang menjalankan K3 dengan sungguh sungguh. tanggung jawab
terhadap K3, bukan cuma pada pelaksana atau tenaga kerja termasuk pemimpinnya, para pemimpin harus bisa memahami dan
menjalankan K3 dengan baik dan benar.
PT. Ganesha Pratama Consultant yang bergerak di bidang Jasa Konstruksi berkomitmen dan peduli terhadap Keselamatan Konstruksi
khusus dalam pencapaian penanganan isu keselamatan konstruksi dengan langkah‐langkah sebagai berikut:
1. Peduli dalam mempromosikan pemahaman akan kebutuhan keselamatan konstruksi dan membudayakan keselamatan konstruksi dalam
seluruh kegiatan pelaksanaan konstruksi
2. Peduli dalam melakukan sosialisasi tentang keselamatan konstruksi terhadap seluruh tenaga kerja maupun masyarakat didalam
lingkungan kerja konstruksi
3. Peduli dalam melaksanakan implementasi sesuai rencana keselamatan konstruksi bedasarkan perundang‐undangan yang berlaku
dalam keselamatan konstruksi nasional
4. Mencegah kecelakaan, kebakaran, sakit akibat kerja, keamanan dan pencemaran lingkungan
5.
Memantau dan mengevaluasi terhadap kinerja keselamatan konstruksi serta melakukan perbaikan secara berkelanjutan
Pemenuhan terhadap peraturan dan standar Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) menjadi prioritas bagi perusahaan kami
untuk melindungi segenap karyawan, aset, data, properti perusahaan serta lingkungan.
* Mengutamakan keselamatan kerja dengan menyediakan perlengkapan RK3 dan BPJS ketenagakerjaan
* Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi karyawan/pekerja, subkontraktor dan pengunjung.
* Mengeliminir pekerjaan yang bisa berakibat kecelakaan kerja. Untuk mencapai hal tersebut kita akan membangun dan menjaga Kesehatan
Kerja dan Sistem Manajemen Keselamatan sesuai dengan Peraturan Perundangan yang berlaku.
* Memberikan induksi dan pelatihan bagi karyawan dan pekerja
* Menetapkan dan memantau tujuan keselamatan di lokasi dan melaksanakan tindakan korektif untuk meningkatkan kinerja
* Mematuhi Keselamatan dan Kesehatan Perundang‐undangan yang relevan, Standar dan Kode Praktek
* Memacu perilaku karyawan dan pekerja bahwa mereka bertanggung jawab untuk kesehatan dan keselamatan mereka sendiri
* Mempromosikan kebugaran untuk bekerja
* Menyediakan program efektif untuk rehabilitasi yang terluka Upaya‐upaya keselamatan kerja yang dilaksanakan pada suatu lingkungan
kerja merupakan tanggung jawab manajemen perusahaan beserta seluruh karyawan. Karyawan pada konteks ini tidak hanya terbatas
pada personil dari perusahaan yang bersangkutan namun juga personil dari luar perusahaan seperti halnya tamu, karyawan kontraktor,
pekerja/tukang atau pun pemasok.
PAKTA KOMITMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI
Nama :
Jabatan :
Bertindak untuk : PT/CV
dan atas nama
dalam rangka pengadaan pekerjaan Pengadaan Jasa Konstruksi Pematangan Lahan dan Turap Relokasi Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar - Jawa Timur Tahun Anggaran 2023 berkomitmen melaksanakan konstruksi berkeselamatan
demi terciptanya Zero Accident , dengan memastikan bahwa seluruh pelaksanaan konstruksi:
-
Direktur
B. Perencanaan keselamatan konstruksi
Dalam proses pekerjaan yang sering muncul dan terjadi yaitu kecelakaan kerja, masalah kesehatan saat bekerja. Masalah ini yaitu salah satu
yang perlu diprioritaskan oleh perusahaan jasa konstruksi, pastinya akan menambah biaya pengeluaran anggaran untuk pihak
perusahaan.Proyek konstruksi yaitu adalah rangkaian jenis aktivitas yang melibatkan manajemen perusahaan, tenaga kerja.
Dalam pengadaan pekerjaan konstruksi taraf besar maupun taraf kecil, dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan.
Aktivitas pekerjaan konstruksi biasanya yaitu dilakukan, ditangani pada ruang/lapangan terbuka. Pada genangan air/lumpur ataupun
timbunan, dan dalam kondisi cuaca yang silih berganti.Tidak dapat dihindari masalah ini dapat menyebabkan penyakit dan masalah kesehatan,
karena negatifnya akan kehilangan sumberdaya tenaga kerja. Hal semacam ini pastinya akan memengaruhi operasional dalam proses
pekerjaan, yang berarti merugikan pada semua yang berkepentingan misalnya, penyandang dana/yang memiliki proyek, konsultan, penyedia
layanan/kontraktor dan pastinya tenaga kerja.
Meminimkan dan menghindari kecelakaan pada tenaga kerja maka perlu diperhatikan, diprioritaskan buat Perencanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3). Suatu kewajiban untuk bangsa Indonesia untuk secara aktif kontinyu melakukan perlindungan pada para tenaga kerja.
Perlindungan untuk para tenaga kerja mencakup hal pokok yang luas,yakni perlindungan keselamatan, kesehatan, penjagaan moral kerja,
moral agama dan perlakuan yang bermatabat sesuai budaya bangsa.
Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan Pengendalian Resiko merupakan salah satu syarat elemen Sistem Manajemen Keselamatan Kerja
OHSAS 18001:2007 klausul 4.3.1. Identifikasi Bahaya dilaksanakan guna menentukan rencana penerapan K3 di lingkungan Perusahaan.
Identifikasi bahaya termasuk di dalamnya ialah identifikasi aspek dampak lingkungan operasional Perusahaan terhadap alam dan penduduk
sekitar di wilayah Perusahaan menyangkut beberapa elemen seperti tanah, air, udara, sumber daya energi serta sumber daya alam lainnya
termasuk aspek flora dan fauna di lingkungan Perusahaan.
Identifikasi Bahaya dilakukan terhadap seluruh aktivitas operasional Perusahaan di tempat kerja meliputi :
5. Infrastruktur, perlengkapan dan bahan (material) di tempat kerja baik yang disediakan Perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan
dengan Perusahaan.
6. Perubahan atau usulan perubahan yang berkaitan dengan aktivitas maupun bahan/material yang digunakan.
7. Perubahan Sistem Manajemen K3 termasuk perubahan yang bersifat sementara dan dampaknya terhadap operasi, proses dan aktivitas
kerja.
8. Penerapan peraturan perundang‐undangan dan persyaratan lain yang berlaku.
9. Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur operasional, struktur organisasi termasuk penerapannya terhadap
kemampuan manusia.
6. Dampak Lingkungan (air, tanah, udara, ambien, sumber daya energi, sumber daya alam, flora dan fauna).
Penilaian resiko menggunakan pendekatan metode matriks resiko yang relatif sederhana serta mudah digunakan, diterapkan dan menyajikan
representasi visual di dalamnya.
1. Pengendalian resiko didasarkan pada hierarki sebagai berikut :
2. Eliminasi (menghilangkan sumber/aktivitas berbahaya).
3. Substitusi (mengganti sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area yang lebih aman).
4. Perancangan (modifikasi/instalasi sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area supaya menjadi aman).
5. Administrasi (penerapan prosedur/aturan kerja, pelatihan dan pengendalian visual di tempat kerja).
6. Alat Pelindung Diri (penyediaan alat pelindung diri bagi tenaga kerja dengan paparan bahaya/resiko tinggi).
Keseluruhan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko didokumentasikan dan diperbarui sebagai acuan rencana penerapan K3 di
lingkungan Perusahaan.
Potensi bahaya adalah kondisi atau keadaan baik pada orang, peralatan, mesin, pesawat, instalasi, bahan, cara kerja, sifat kerja, proses produksi
dan lingkungan yang berpotensi menimbulkan gangguan, kerusakan, kerugian, kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran dan penyakit
akibat kerja.
Tingkat
Deskripsi Definisi
Kekerapan
• Besar kemungkinan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan
5 Hampir pasti terjadi
• Kemungkinan terjadinya kecelakaan lebih dari 2 kali dalam 1 tahun
• Kemungkinan akan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan
4 Sangat mungkin terjadi pada hampir semua kondisi
• Kemungkinan terjadinya kecelakaan 1 kali dalam 1 tahun terakhir
• Kemungkinan akan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan
3 Mungkin terjadi pada beberapa kondisi tertentu
• Kemungkinan terjadinya kecelakaan 2 kali dalam 3 tahun terakhir
• Kecil kemungkinan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan
2 Kecil kemungkinan terjadi pada beberapa kondisi tertentu
• Kemungkinan terjadinya kecelakaan 1 kali dalam 3 tahun terakhir
• Dapat terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan pada beberapa
1 Hampir tidak pernah terjadi kondisi tertentu
• Kemungkinan terjadinya kecelakaan lebih dari 3 tahun terakhir
B.1. Identifikasi bahaya, Penilaian Risiko, Pengendalian dan Peluang
Tabel Identifikasi bahaya, Penilaian Risiko, Pengendalian dan Peluang (IBRP)
Nama Perusahaan : -
Nama Paket Pekerjaan : Pengadaan Jasa Konstruksi Pematangan Lahan dan Turap Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar - Jawa Timur Tahun Anggaran 2023
Lokasi : Blitar
1 Pengurugan dan Pemadatan Lahan √ Terlindas Dump Truck - UU No. 1 thn.1970 tentang keselamatan kerja - Penggunaan APD pada pekerja konstruksi
dan Alat Berat Luka Serius dan - Permenaker No.1 thn. 1980 tentang k3 pada konstruksi bangunan - Pemasangan rambu-rambu kerja 3 3 9 Tinggi Teknis 3 3 9 Tinggi
meninggal - Mengikuti standar metode kerja
KETERANGAN
PENILAIAN RESIKO K3
KEMUNGKINAN TINGKAT RESIKO = KEMUNGKINAN X AKIBAT Blitar, September 2023
Nilai 1 = Jarang Terjadi Nilai 1 dan 2 = Resiko Rendah PT/CV
Nilai 2 = Kadang - kadang terjadi Nilai 3 dan 4 = Resiko Sedang
Nilai 3 = Sering Terjadi Nilai 6 dan 9 = Resiko Tinggi
AKIBAT/KEPARAHA (SEVERITY)
Nilai 1 = Luka ringan
Nilai 2 = Luka sedang
Nilai 3 = Luka berat,cacat, kematian
0
Direktur
B.2. Rencana Tindakan (Sasaran & Program)
Nama Perusahaan : 0
Nama Paket Pekerjaan : Pengadaan Jasa Konstruksi Pematangan Lahan dan Turap Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar - Jawa Timur Tahun Anggaran 2023
Lokasi : Blitar
``
SASARAN PROGRAM
Pengendalian Risiko (Sesuai Kolom
No. Jadwal Waktu Bentuk PENANGGUNG
Tabel 6 IBPRP) URAIAN TOLOK UKUR Uraian Kegiatan SUMBER DAYA INDIKATOR PENCAPAIAN
Pelaksanaan Monitoring JAWAB
1 3 4 5 6 7 9 8 10
1 Pengurugan dan Pemadatan Lahan
Direktur
B.3. Standar dan peraturan perundangan
Daftar Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan K3 yangdigunakan sebagai acuan dalam melaksanakan SMK3
Konstruksi Bidang PU antara lain sebagai berikut:
Akan selalu kami sediakan fasilitas yang cukup memadai, sumberdaya dan peralatan yang sesuai dengan
kebutuhan sehingga kebijakan kesehatan dan keselamatan dapat diimplementasikan dengan baik,
Termasuk biaya anggaran,tenaga personil dan pelatihan,kesempatan meningkatkan kualitas dan wadah
untuk berpartisipasi dalam perencanaan, evaluasi pelaksanaan, dan tindakan menuju perbaikan.
Senantiasa selalu mengadakan pelatihan K3 harus dimulai dengan orientasi karyawan, ketika seorang
karyawan baru atau ditransfer kepekerjaan baru. Sesi orientasi yang berkaitan dengan K3 yang
mencakup :
1. Tanggung Jawab K3 ;
2. Lokasi pertolongan pertama;
3. Prosedur darurat;
4. Pelaporan cedera, kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman;
5. Penggunaan peralatan pelindung diri (APD);
6. Hak untuk menolak pekerjaan yang berbahaya;
7. Bahaya, termasuk di luar area kerja mereka sendiri;
8. Alasan untuk setiap aturan K3.
Pekerja tidak harus dilihat sebagai pengamat dalam K3. Mereka bertanggungjawab untuk melindungi
keselamatan dan kesehatan mereka sendiri ditempat kerja sehingga mereka perlu mengambil bagian
dalam memastikan berfungsinya kebijakan K3. Untuk melakukan ini, mereka perlu menya dari dan
memahami berbagai bahaya kesehatan dan keselamatan, standar dan praktek praktekyang relevan
dengan pekerjaan mereka.
C.2. Kompetensi
Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang tentang Ketenagakerjaan, setiap perusahaan wajib
melaksanakan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerjauntuk melindungi keselamatan tenaga kerja dan
sarana produksi. Untuk itu diperlukan tenaga-tenaga K3 yang profesional dan kompeten dalam
mengembangkan, mengkoordinir, memfasilitasi dan melaksanakan program-program K3 dalam
perusahaan.
Salah satu bidang kompetensi yang diperlukan dalam dunia usaha adalah Ahli K3 untuk tingkat
utama,madya dan muda yang dituangkan dalam SKKNI bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pada
Paketpekerjaan ini Kami menyiapkan Petugas K3 dengan Sertifikat K3.
C.3. Kepedulian
Kepedulian kami terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari kegiatan operasional dan bisnis perusahaan yang pelaksanaannya merupakan tanggungjawab semua
jajaran di perusahaan.
Kami bertekad untuk melaksanakan kegiatan perusahaan yang bergerak dalam bidang JASA
KONSTRUKSI yang mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja dengan penerapan program
perbaikan berkelanjutan melalui Sistem Manajemen Kesehatan & Keselamatan Kerja (OHSAS-18001)
sehingga dapat tercipta tempat kerja yang aman serta nyaman bagi siapapun yang berada ditempat kerja
Untuk dapat memenuhi hal tersebut maka kami berkomitmen :
1. Membangun manajemen perusahaan yang mengacu pada sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) berpedoman pada Permen PU Nomor : 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang PU
2. Menetapkan tujuan, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi sasaran dan program
Manajemen K3 (Kesehatan & Keselamatan Kerja) secara berkala agar selaras, baik dengan
perkembangan kondisi perusahaan, peraturan atau standar yang berlaku
3. Mematuhi peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang berkaitan dengan K3, serta
mengintegrasikannya ke dalam semua aspek kegiatan operasi perusahaan kami
4. Melaksanakan identifikasi bahaya seuai dengan sifat dan skala resiko K3 dalam semua aktivitas operasi
5. Menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau sasaran - sasaran K3
6. Menyediakan sumberdaya yang cukup untuk mengimplementasikan Sistem manajemen K3
7. Mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara SMK3
8. Memelihara program Lindungan Lingkungan terhadap kegiatan di semua area lokasi kerja
9. Mengkomunikasikan dan menanamkan kesadaran akan kebijakan ini kepada semua personil secara
berkala
10. Mengelola dan menangani semua material, baik yang berbahaya maupun yang tidak berbahaya,
termasuk mengendalikan potensi bahaya terhadap pekerja
11. Meningkatkan dan meninjau aspek Manajemen K3 secara periodik agar tetap relevan
12. Memberikan perlindungan bagi semua personil di tempat kerja sehingga dapat dicegah terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja
13. Memberikan pelatihan dan kompetensi yang sesuai dan memadai agar tenaga kerja dapat bekerja
secara aman dan selamat
14. Memperhatikan aspek K3 dalam semua kegiatan operasinya
C.4. Komunikasi
Komunikasi menjadi sesuatu yang sangat penting. Karena hal itu, maka Kami akan membuat Prosedur
Operasi Standard sebagai acuan dalam pelaksanaan dilapangan.
1 2 3 4
4
C.5. Informasi Terdokumentasi
Dalam ISO 9001:2015 dijelaskan bahwa persyaratan mengenai Informasi Terdokumentasi adalah sebagai
berikut :
1. Membuat dan memperbarui informasi didokumentasikan,
2. Dikontrol dan tersedia khususnya dan sesuai dengan yang diperlukan oleh organisasi
3. Perlindungan yang memadai
4. Ketentuan Distribusi yang berlaku misalnya akses, pengambilan, penggunaan, penyimpanan
5. Pengendalian perubahan, retensi dan disposisi
D. OPERASI KESELAMATAN KONSTRUKSI
Setelah seluruh bahaya K3 di tempat kerja telah diidentifikasi dan dipahami, Perusahaan menerapkan pengendalian operasi yang diperlukan untuk mengelola resiko‐resiko terkait bahaya‐
bahaya K3 di tempat kerja serta untuk memenuhi peraturan perundang‐undangan dan persyaratan lainnya terkait dengan penerapan K3 di tempat kerja.
Keseluruhan pengendalian operasi bertujuan untuk mengelola resiko‐resiko K3 untuk memenuhi Kebijakan K3 Perusahaan.
Prioritas pengendalian operasi ditujukan pada pilihan pengendalian yang memiliki tingkat kehandalan tinggi selaras dengan hierarki pengendalian resiko/bahaya K3 di tempat kerja.
Pengendalian operasi akan diterapkan dan dievaluasi secara bersamaan untuk mengetahui tingkat keefektivan dari pengendalian operasi serta terintegrasi (tergabung) dengan keseluruhan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan.
1 4
2 5
3 6
Dilakukan berkala untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan K3
Harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh kegiatan, produk barang dan jasa termasuk dampaknya pada kinerja
perusahaan.
1. Pemantauan, pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja Evaluasi kinerja keselamatan konstruksi meliputi kegiatan pemantauan,
pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja. Penyedia jasa harus menetapkan:
a. Hal‐hal yang perlu dipantau dan diukur yang meliputi:
· Tingkat kepatuhan pemenuhan terhadap peraturan perundang‐undangan dan peraturan lain;
· Penanganan terkait dengan bahaya, risiko, dan peluang yang teridentifikasi;
· Pencapaian tujuan keselamatan konstruksi; dan
· Tingkat hasil guna pengendalian dan pelaksanaan.
b. Metode pemantauan, pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja;
c. Kriteria yang akan digunakan untuk mengevaluasi kinerja keselamatan konstruksi;
d. Waktu pemantauan, pengukuran, analisis, dan evaluasi, serta pelaporan;
e. Prosedur pengukuran kinerja Keselamatan Konstruksi.
2. Evaluasi kepatuhan Evaluasi kepatuhan dilakukan dengan cara:
a. Menentukan frekuensi dan metode evaluasi kepatuhan;
b. Mengevaluasi kepatuhan dan mengambil tindakan jika diperlukan;
c. Menjaga pengetahuan dan pemahaman tentang status kepatuhannya; dan
d. Menyimpan informasi terdokumentasi hasil evaluasi kepatuhan.
3. Audit Internal Penyedia Jasa harus melakukan audit internal untuk memberikan informasi apakah SMKK telah diterapkan sesuai
dengan persyaratan, kebijakan dan tujuan keselamatan konstruksi, dan telah ditetapkan serta dipelihara secara efektif. Audit
internal wajib dilakukan sekurang‐kurangnya 1 (satu) kali dalam jangka waktu 1 (satu) siklus pekerjaan konstruksi. Kegiatan
dalam pelaksanaan audit internal, meliputi:
a. Merencanakan, menetapkan, menerapkan dan memelihara program audit, termasuk frekuensi, metode, tanggung jawab,
konsultasi, persyaratan perencanaan dan pelaporan, serta hasil audit internal sebelumnya;
b. Menentukan kriteria dan ruang lingkup audit untuk setiap kali pelaksanaan audit;
c. Memilih dan menetapkan auditor yang kompeten, objektif dan tidak memihak;
d. Memastikan bahwa hasil audit dilaporkan kepada pimpinan yang berwenang; pekerja, dan perwakilan pekerja (jika ada),
serta pihak terkait lainnya;
e. Mengambil tindakan untuk mengatasi ketidaksesuaian guna meningkatkan kinerja keselamatan konstruksi;
f. Menyimpan informasi terdokumentasi sebagai bukti pelaksanaan program audit dan hasil audit.
g. Rencana Jadwal pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Konstruksi, Patroli Keselamatan Konstruksi dan Audit internal disajikan
dalam tabel selanjutnya.
Bulan Ke
NO KEGIATAN P.I.C
1 2 3 4 5 6
1 2 3 4
E.2. Tinjauan Manajemen
Kegiatan pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 dilakukan mengacu pada kegiatan yang dilaksanakan, yaitu :
Kinerja K3 sebuah perusahaan harus diukur pada setiap tingkat manajemen, dimulai dengan manajemen yang paling senior. Selain itu,
perusahaan akan perlu memutuskan bagaimana mengalokasikan tanggung jawab untuk pemantauan kinerja baik secara aktif ataupun
reaktif pada tingkat yang berbeda dalam rantai manajemen. Oleh karena itu, untuk pengukuran efektif, perlu ada standar kinerja di
tempat‐misalnya siapa melakukan apa dan kapan, dan apa efeknya.
Metode pengukuran kinerja K3 secara proaktif dan reaktif di tempat kerja memiliki prioritas dan tujuan untuk mendorong adanya
peningkatan kinerja K3 serta mengurangi kejadian kecelakaan (accident) dan peristiwa (incident) kerja di tempat kerja.
Beberapa hal yang bisa kita masukkan (kategorikan) ke dalam pengukuran proaktif kinerja K3 adalah:
a. Penilaian kesesuaian dengan perundang‐undangan dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan penerapan K3 di tempat kerja.
b. Efektivitas hasil inspeksi dan pemantauan kondisi bahaya di tempat kerja.
c. Efektivitas pastisipasi tenaga kerja terhadap penerapan K3 di tempat kerja.
d. Survey tingkat kepuasan tenaga kerja terhadap penerapan K3 di tempat kerja.
e. Penilaian efektivitas pelatihanK3.
f. Penilaian aktivitas kerja yang berhubungan dengan resiko K3perusahaan.
g. Efektivitas hasil audit internal dan audit eksternal Sistem Manajemen K3(SMK3).
h. Pemantauan budaya K3 seluruh personil K3 di bawah kontrol perusahaan.
i. Penerapan beberapa program K3.
j. Schedule penyelesaian rekomendasi penerapan K3 di tempat kerja.
k. Schedule pemeriksaan kesehatan tenaga kerja berkala di tempat kerja.
Sedangkan yang termasuk dalam pengukuran reaktif kinerja K3, ada beberapa hal yang bisa kita ukur, adalah:
a. Tuntutan tindakan pemenuhan dari pemerintah.
b. Tuntutan tindakan pemenuhan dari pihak ke tiga yang berhubungan dengan perusahaan.
c. Tingkat hilangnya jam kerja (lost time) akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja(PAK).
d. Tingkat keseringan kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja(PAK).
e. Pemantauan kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja(PAK).
Adapun Kewajiban dari setiap Perusahaan dalam Pemantauan dan Pengukuran kinerja dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi di
lapangan, adalah:
Perusahaan wajib menyediakan peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan pemantauan dan pengukuran kinerja K3. Seperti; alat
pengukur tingkat kebisingan, alat tes gas beracun, pencahayaan, serta alat lainnya sesuai dengan aktivitas operasional perusahaan.
* Perusahaan wajib menganalisa hasil pemantauan dan pengukuran kinerja K3 di tempat kerja secara komputerisasi.
* Perusahaan wajib menggunakan alat‐alat yang sudah di kalibrasi secara tepat, berkala dan teratur.
* Perusahaan wajib mengganti alat‐alat yang sudah tidak layak menurut standar kinerja K3.
* Perusahaan wajib melaksanakan kalibrasi dan perawatan alat ukur pemantauan dan pengukuran kinerja K3 oleh personil ahli
pelaksanaan kalibrasi.
* Perusahaan wajib melakukan kalibrasi secara berkala seluruh alat‐alat pemantauan dan pengukuran kinerja K3, sesuai dengan
pengaturan nilai besaran satuan secara standar nilai yang berlaku baik lokal dan Internasional.
Direktur