Anda di halaman 1dari 50

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI

KANTOR WILAYAH JAWA TIMUR


LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II B BLITAR
Jl. Merapi No. 02, Telp. (0342) 801743 – Blitar.

SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN KONSTRUKSI

A. PAKET Pengadaan Jasa Konstruksi Pematangan Lahan dan


PENGADAAN Turap Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB
Blitar - Jawa Timur Tahun Anggaran 2023

B. PPK Satuan kerja : Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB


Blitararal P
Nama PPK : Agus Mulyonoandra Kushendar, SH, MH
NIP : 19710804 199401 1 001001
Jabatan : Kasi. Adkamtibat Pembuat Komitmen

C. ID RUP 44195966
D. DASAR HUKUM a. Undang Undang RI No 28 Tahun 2002 Tentang
DAN KETENTUAN Bangunan Gedung
b. Undang-Undang RI No 2 Tahun 2017 Tentang Jasa
Konstruksi
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2022 Tentang Pemasyarakatan;
d. Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Tata
Tertib Lembaga Pemasyarakatan Dan Rumah
Tahanan Negara
e. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor M.HH-05.OT.01.01 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 36
Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang No 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
g. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No
29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi
h. Permen PUPR No : 22/PRT/M/2018 Tentang
Pembangunan Bangunan Gedung Negara
i. Kepmen PU No : 29/PRT/M/2006 Tentang
Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
j. Kepmen Kehakiman Dan HAM RI No : M.01.Pl.01 01
Tahun 2003 Tentang Pola Bangunan UPT
Pemasyarakatan
k. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang
Syarat-syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang,
Tugas, dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan;
l. Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 1999
tentang Kerjasama Penyelenggaraan Pembinaan
dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan
m. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang
Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga
Binaan Pemasyarakatan
n. Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No. 35
Tahun 2018 tentang Revitalisasi Penyelenggaraan
Pemasyarakatan;

E. LATAR BELAKANG Permasalahan yang dihadapi Direktorat Jenderal


Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM RI dalam
proses pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP)
diantaranya adalah tingginya jumlah penghuni Lapas/Rutan
yang tidak sebanding dengan kapasitas hunian (over
capacity). Hal tersebut mengakibatkan menurunnya
kualitas kinerja tugas pokok dan fungsi pemasyarakatan
yang meliputi pembinaan, pelayanan, perawatan, dan
pengamanan serta tingginya resiko terjadinya gangguan
keamanan dan ketertiban. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut pemerintah berupaya memenuhi sarana dan
prasarana yang dibutuhkan baik dengan renovasi maupun
dengan melakukan relokasi.

Relokasi Lapas/Rutan menjadi perhatian penting


pemerintah sebagai bagian dari upaya reformasi sistem
peradilan pidana. Peningkatan kapasitas, peningkatan
kualitas fasilitas, dan penerapan pendekatan rehabilitasi
menjadi fokus utama. Melalui langkah-langkah ini,
diharapkan sistem pemasyarakatan Indonesia dapat lebih
efektif dalam mencapai tujuan pembinaan narapidana,
mengurangi tingkat kejahatan berulang, dan memberikan
perlindungan yang lebih baik terhadap hak asasi manusia
warga binaan pemasyarakatan.

Lapas Kelas IIB Blitar pada saat ini berada di Jalan


Merapi No. 2 Kota Blitar yang berdiri diatas lahan seluas
6.070 m² yang berdiri sejak Tahun 1881 dengan Kasitas
Hunian 140 Orang dan dihuni rata-rata ±530 orang
sehingga overcapacity mencapai ± 280%. Kondisi ini
membuat pelaksanaan program pembinaan yang ada tidak
dapat berjalan secara maksimal sehingga untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah perlu dilakukan relokasi.

Dalam proses pembangunan relokasi Lapas Kelas


IIB Blitar, salah satu tahapan kritis yang harus dilakukan
adalah pematangan lahan sebagai langkah awal yang
esensial dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek-
proyek konstruksi dan pengembangan. Proses ini
melibatkan berbagai upaya untuk mempersiapkan lahan
agar menjadi tempat yang siap digunakan sesuai dengan
tujuan pembangunan itu sendiri.

Pembangunan Relokasi Lapas Kelas IIB Blitar


dilaksanakan di Jalan Panglima Polim Kelurahan Sentul
Kecamatan Kepanjenkidul Kota Blitar. Tempat tersebut
merupakan hibah dari Pemerintah Kota Blitar. Tahun
2023 direncanakan akan mulai dilakukan Pekerjaan
konstruksi merupakan kegiatan yang meliputi
pembangunan, pengoperasian, perneliharaan,
pembongkaran, dan pernbangunan kembali suatu
bangunan. Pekerjaan yang dimaksud adalah Pengadaan
Jasa Konstruksi Pematangan Lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas
IIB Blitar. Pekerjaan tersebut merupakan kegiatan tahun
anggaran 2023 yang melekat pada kegiatan Belanja/Akun
53 DIPA Lembaga Pemasyarakatan Kelas II Blitar tahun
anggaran 2023.
Proses pengadaan akan dilakukan dalam bentuk
tender dengan metode pascakualifikasi dengan sistem
penilaian harga terendah dimana evaluasi harga menjadi
dasar penetapan pemenang di antara penawaran yang
memenuhi persyaratan administrasi, teknis, dan
kualifikasi. Pekerjaan sebagaimana tersebut diatas
merupakan bagian terpenting yang tidak terpisahkan dari
sebuah pembangunan (Gedung bangunan). Harapannya,
sebagai langkah awal terkait penyediaan lahan yang siap
pakai ketika dimulainya proses pembangunan pada tahun
anggaran berikutnya. Sehingga fungsi tersebut dapat
dicapai sesuai dengan rencana, dan kebutuhan.
F. MAKSUD DAN 1. Maksud
TUJUAN Maksud dari kegiatan ini adalah melaksanakan pekerjaan
konstruksi Pematangan lahan dan Pekerjaan Turap
Pembangunan Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas
IIB Blitar
2. Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan ini meliputi :
a. Terpenuhinya atau tersedianya lahan yang siap
untuk digunakan pada proses pembangunan
gedung.
b. Untuk meningkatkan fungsi pelayanan kepada
Masyarakat dan meningkatkan pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi pemasyarakatan di wilayah

G. RUANG LINGKUP Pekerjaan Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB


DAN TAHAPAN Blitar, Blitar – Jawa Timur Tahun Anggaran 2023., tersebut
PEKERJAAN secara umum meliputi pekerjaan standar maupun non
standar yang terdiri dari:
I. Pekerjaan Pengurugan dan Pemadatan, meliputi :
 Pengukuran dan Pasang Bouwplank
 Pengurugan Tanah
 Pemadatan Tanah

II. Pekerjaan Turap


1. Pekerjaan Persiapan, meliputi :
 Pembuatan Papan Nama Proyek
 Pek. Direksi Keet 4.00 x 6.00 m
 Penyedian Listrik & Air Kerja
 Kegiatan Sistem Manajemen Keselamatan
Kontruksi (SMKK)
 Mobilisasi & Demobilisasi Selama
Pelaksanaan
 Biaya Perizinan dan lainya
2. Pekerjaan Turap Blok Hunian
 Pekerjaan Pondasi Batu Kali 1 s/d 2.5 m
 Pek. Pondasi 70x70x20 cm READYMIX
MUTU f'c = 20,75 Mpa (K 250)
 Pek. Kolom 20x20 cm READYMIX MUTU f'c
= 20,75 Mpa (K 250)
3. Pekerjaan Turap Keliling Lahan
 Pekerjaan Pondasi Batu Kali > 2.5 m
 Pek. Pondasi 70x70x20 cm READYMIX
MUTU f'c = 20,75 Mpa (K 250)
 Pek. Kolom 20x20 cm READYMIX MUTU f'c
= 20,75 Mpa (K 250)
4. SPESIFIKASI FUNGSI Menghasilkan output terbangunnya fisik Konstruksi
UMUM Pembangunan Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas
IIB Blitar – Jawa Timur meliputi :
1. Pengurugan dan Pemadatan
a. Pengurugan tanah
 Bahan urugan, untuk pekerjaan urugan kembali
bekas galian, urugan untuk perbaikan kualitas
tanah maupun timbunan, Kontraktor
Pelaksana wajib melakukan survey quarry atau
lokasi galian tanah timbunan serta melakukan uji
kepadatan lapangan (field
density), permeability lapangan (field
permeability), Berat Jenis (specific
gravity), Kadar Air (water content), konsistensi
(consistency/Atterberg Limit), gradasi (gradation)
b. Pemadatan
 Peralatan dan mesin-mesin yang digunakan
dalam pelaksanaan pekerjaan pada spesifikasi
ini harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan
dirawat agar supaya selalu dalam keadaan baik.
 Alat penghampar agregat harus menggunakan
peralatan mekanis yang mampu menyebarkan
bahan lapis
 Alat pemadat roda besi dengan penggetar,
pemadat roda besi tanpa penggetar atau
pemadat roda karet, dapat digunakan untuk
pemadatan pondasi agregat.
2. Pekerjaan Turap
a. Galian : Menggunakan alat berat Excavator 80-140
HP
b. Pasir : - Pasir yang digunakan harus bersih, tidak
mengandung lumpur (max 5%)
- Perbandingan butir – butir harus seragam
mulai dari yang kasar sampai pada yang
halus, sesuai dengan ketentuan ASTM C
33
c. Batu Kali : Batu Karang, batu kapur dan batuan
lainnya yang bersifat rapuh, berongga ataupun
berpori tidak dapat digunakan sebagai material
pasangan batu
d. Semen : Semen tipe I harus memenuhi standar SNI
15-2049-1994 atau ASTM C 150-1995, seperti
Semen Indocement, Semen Padang, Tiga Roda
atau yang setara.
3. Pekerjaan Beton
a. Lantai Kerja : Beton mutu f'c = 7,4 Mpa
b. Pondasi : Ready Mix mutu f'c = 20,75 Mpa (
K250)
c. Kolom : Ready Mix mutu f'c = 20,75 Mpa (
K250)
d. Besi Beton : Memenuhi syarat SII 0136-84 dan
SNI 03- 6861.3-2002
e. Bekesting : Multiplek 12 mm
Kayu Sengon atau Meranti

5. SUMBER Pekerjaan Jasa Konstruksi Pembangunan Relokasi Lapas


DANA/PEMBIAYAAN Kelas IIB Blitar ini dibiayai dengan mempergunakan
sumber dana dari APBN DIPA Lapas Kelas IIB Blitar,
Tahun Anggaran 2023 dengan perincian kebutuhan
anggaran sbb :
a) Pagu Anggaran sebesar : Rp 15.728.000.000 (Lima
Belas Miliar Tujuh Ratus Dua Puluh Delapan Juta
Dua Rupiah)
b) HPS sebesar : Rp 15.709.000.000 (Lima Belas Miliar
Tujuh Ratus Sembilan Juta Rupiah);
6. SPESIFIKASI WAKTU Jangka waktu pelaksanaan selama 75 (tujuh puluh lima)
hari kalender terhitung sejak dikeluarkannya SPMK di
tambah masa pemeliharaan selama 5 (lima) bulan
kalender;

7. SPESIFIKASI Terpenuhi sarana dan prasaran yang memenuhi standart


KINERJA kelayakan, meliputi :
BANGUNAN 1. Uji Tarik/Tekan untuk Material pembesian yg
digunakan;
2. Uji Mutu Beton untuk setiap pekerjaan struktur beton
utama sebelum pengecoran fisik

8. SPESIFIKASI 1. Spesifikasi bahan bangunan konstruksi antara


TEKNIS lain :
a. Semen menggunakan merk semen Tiga
Roda/sesuai dengan yang tercantum pada RKS
b. Pasir menggunakan jenis pasir beton/sesuai
dengan yang tercantum pada RKS
c. Besi sesuai dengan yang tercantum pada RKS
d. Pipa sesuai dengan yang tercantum pada RKS
e. Selengkapnya terdapat pada RKS (terlampir)

2. Spesifikasi Peralatan Konstruksi :


Memiliki kemampuan menyediakan peralatan utama
untuk pelaksanaan pekerjaan yaitu ini adalah :
No JENIS KAPASIT JUMLA Keterangan
AS H
1 Dump Truck 5-8 M³ 2 Unit Status
2 Buldoser 100 – 150 2 Unit Kepemilikan
Hp :
3 Total Station Pembesa 1 Set
ran Milik
Lensa sendiri/Sewa
30x Beli/ Sewa
4 Concentred 350 Liter
Mixer 3 Unit

5 Excavator PC 200 1 Unit


6 Genset 100 KVA 1 unit
Catatan :
Semua jenis peralatan harus disertai dengan bukti
berupa :
1. Milik sendiri, melampirkan bukti kepemilikan
peralatan;
2. Sewa Beli, melampirkan bukti pembayaran Sewa
Beli;
3. Untuk peralatan sewa, selain menyampaikan surat
perjanjian sewa harus disertai dengan bukti
kepemilikan/penguasaan terhadap peralatan dari
pemberi sewa dan mencantumkan dengan jelas
dengan jelas identitas pemberi sewa (nama,
alamat dan nomor telepon)

3. Spesifikasi Jabatan Kerja Konstruksi :


Memiliki kemampuan menyediakan personel manajerial
untuk pelaksanaan pekerjaan kualifikasi Usaha
Menengah :
Jumla
Penga
h Pendidika
No Posisi Keahlian laman Ket
Perso n minimal
minimal
nil
1. Manajer 1 Org S1. SKA Ahli 4 Th
Pelaksa Teknik Madya
na/proy Sipil Manjeme
ek n Proyek/
SKA
Manajeme
n
Konstruksi

2. Manajer 1 Org S1. SKA Ahli 3 Th


Teknik Teknik Muda
Sipil Teknik
Bangunan
Gedung
3. Manajer 1 Org S1. I J A S A 2 Th
Keuang Akuntansi H
an /
Manajem
en
4. Ahli K3 1 Org S1 SKA Ahli 3 Th
Konstru Teknik Muda K3
ksi Sipil Konstruksi/
Keselamat
an
Konsruksi

Catatan :
Tenaga Ahli (SKA) yang diusulkan harus dilengkapi
dengan melampirkan copy/scan ijazah, SKA, Referensi
kerja asli, Surat Kesediaan untuk bekerja penuh pada
proyek tersebut (bertandatangan dan bermaterai),
Surat pernyataan kepemilikan sertifikat kompetensi
kerja, KTP, NPWP dan Bukti Setor Pajak Tahun 2022.

4. Spesifikasi Proses/Kegiatan :
a. Ruang lingkup pekerjaan ini sudah
memperhitungkan Laporan Keselamatan Kerja
Konstruksi (K3),
b. Setiap proses/kegiatan harus dilengkapi dengan
prosedur kerja, sistem perlindungan terhadap
pekerja, perlengkapan pengaman, dan rambu-
rambu peringatan dan kewajiban pekerja
menggunakan alat pelindung diri (APD) yang
sesuai dengan potensi bahaya pada proses
tersebut;
c. Setiap jenis proses/kegiatan pekerjaan yang
berisiko tinggi, atau pekerjaan yang berisiko
tinggi pada keadaan yang berbeda, harus lebih
dulu dilakukan analisis keselamatan pekerjaan
(Job Safety Analysis) dan tindakan
pengendaliannya;
d. Setiap proses/kegiatan yang berbahaya harus
melalui prosedur izin kerja lebih dulu dari
penanggung-jawab proses;
e. Setiap proses dan kegiatan pekerjaan hanya
boleh dilakukan oleh tenaga kerja dan/atau
operator yang telah terlatih dan telah mempunyai
kompetensi untuk melaksanakan jenis
pekerjaan/tugasnya, termasuk kompetensi
melaksanakan prosedur keselamatan dan
kesehatan kerja yang sesuai pada jenis
pekerjaan/tugasnya tersebut.

9. KETERANGAN Gambar-gambar untuk pelaksanaan pekerjaan harus


GAMBAR ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) secara
terinci, lengkap dan jelas terdiri dari :
1. Peta Lokasi
2. Lay out
3. Potongan memanjang
4. Potongan melintang
5. Detail-detail konstruksi
- terlampir

10. RENCANA KERJA Terlampir


DAN SYARAT-
SYARAT (RKS)
11. DOKUMEN RKK 1. Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) Peserta
menyampaikan rencana keselamatan konstruksi
sesuai tabel jenis pekerjaan dan identifikasi
bahayanya dibawah ini (diisi oleh PPK );
2. Pengguna Jasa mengacu pada hasil dokumen
pekerjaan jasa Konsultansi Konstruksi perancangan
dan/atau berkonsultasi dengan Ahli K3 Konstruksi
dalam menetapkan uraian pekerjaan, identifikasi
bahaya, dan penetapan tingkat Risiko Keselamatan
Konstruksi pada Pekerjaan Konstruksi.
3. Dalam melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap
RKK dan penerapan SMKK, Pengguna Jasa dapat
dibantu oleh Ahli K3 Konstruksi dan/atau Petugas
Keselamatan Konstruksi.
URAIAN
N
PEKERJAA IDENTIFIKASI BAHAYA
o
N

1 2 3
1 Pengurugan
dan Pemadatan
Lahan Terlindas Dump Truck dan Alat Berat

Contoh : Alat
Perlindunga
n Diri untuk
Pekerja :

Keterangan :
Bentuk Dokumen Rencana Keselamatan Konstruksi yang
ditawarkan harus sesuai dengan Lampiran Dokumen
Pemilihan Bab VI. Bentuk Dokumen Penawaran, huruf J.
Bentuk Dokumen Rencana Keselamatan Kerja__MDP

4. KELUARAN/PRODUK Keluaran yang diminta dari Pelaksana Konstruksi pada


YANG DIHASILKAN : penugasan ini adalah ;
a. Melaksanakan pekerjaan pembangunan yang
menyangkut kualitas, biaya dan ketepatan waktu
pelaksanaan pekerjaan, sehingga dicapai wujud akhir
bangunan dan kelengkapannya yang sesuai dengan
Dokumen Pelaksanaan dan kelancaran penyelesaian
administrasi yang berhubungan dengan pekerjaan di
lapangan serta penyelesaian kelengkapan pembangunan.
b. Dokumen yang dihasilkan selama proses pelaksanaan
yang terdiri dari :
 Metode Pelaksanaan Program kerja, alokasi tenaga
dan konsepsi pelaksanaan pekerjaan;
 Melakukan control terhadap kondisi eksisting di
lapangan;
 Mengajukan Shop Drawing pada setiap tahapan
pekerjaan yang akan dilaksanakan; Membuat
Laporan harian berisikan keterangan tentang;
1. Tenaga Kerja;
2. Bahan bangunan yang didatangkan, diterima
atau tidak;
3. Peralatan yang berhubungan dengan
kebutuhan pekerjaan;
4. Kegiatan per-komponen pekerjaan yang
diselenggarakan;
5. Waktu yang dipergunakan untuk
pelaksanaan;
6. Kejadian-kejadian yang berakibat
menghambat pelaksanaan;
7. Membuat Laporan mingguan, sebagai resume
laporan harian (kemajuan pekerjaan, tenaga
dan hari kerja), Laporan Bulanan;
8. Mendokumentasikan berupa foto terkait
dengan kemajuan pekerjaan yang dibuat
secara bertahap;
9. Mengajukan Berita Acara Kemajuan
Pekerjaan untuk pembayaran termijn
10. Surat Perintah Perubahan Pekerjaan dan
Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan Tambah
dan Kurang (jika ada tambahan atau
perubahan pekerjaan);
11. Membuat Berita Acara Penyerahan Pertama
Pekerjaan;
12. Membuat Berita Acara Pemyataan Selesainya
Pekerjaan;
13. Membuat Gambar-gambar sesuai dengan
pelaksanaan (as built drawing);
14. Membuat Time schedule/S curve untuk
pelaksanaan pekerjaan.

5. PELAPORAN Setiap jenis laporan harus disampaikan kepada Pejabat


DAN Pembuat Komitmen, untuk dibahas guna mendapatkan
PELAKSANAAN persetujuan. Sesuai dengan lingkup pekerjaan, maka jadwal
KEGIATAN tahapan pelaksanaan kegiatan dan jenis laporan yang harus
diserahkan kepada Konsultan Pengawas adalah :
A. Laporan Harian
Laporan Harian ini harus dibuat Pelaksana Konstruksi
pekerjaan terhitung setelah SPMK ditandatangani
(dimulainya pekerjaan fisik) sebanyak 6 eksemplar dan
berisi antara lain :
1) Buku Harian yang memuat semua kejadian, perintah
atau petunjuk yang penting dari Konsultan
Pengawas/Direksi, yang dapat mempengaruhi
pelaksanaan pekerjaan, menimbulkan konsekuensi
keuangan, kelambatan penyelesaian dan tidak
terpenuhinya syarat teknis.
2) Laporan harian berisikan keterangan tentang :
 Tenaga kerja;
 Bahan bangunan yang didatangkan, diterima atau
tidak;
 Peralatan yang berhubungan dengan kebutuhan
pekerjaan;
 Kegiatan per-komponen pekerjaan yang
diselenggarakan;
 Waktu yang dipergunakan untuk pelaksanaan;
 Kejadian-kejadian yang berakibat menghambat
pelaksanaan;

B. Laporan Mingguan
Laporan Mingguan, sebagai resume laporan harian
(kemajuan pekerjaan, tenaga dan hari kerja) terhitung 7
hari setelah dimulainya kerja oleh kontraktor (7 hari
setelah SPMK ditandatangani) sebanyak 6 eksemplar
dan berisi antara lain :
1. Review terhadap rencana kerja kontraktor;
2. Resume laporan harian (kemajuan pekerjaan,
tenaga dan hari kerja) selama seminggu tersebut;
3. Gambaran/penjelasan secara garis besar kondisi
lokasi proyek;
4. Monitor masalah teknis di lapangan;
5. Permasalahan non teknis yang dihadapi;
6. Monitor Kendali Mutu;
7. Pemeriksaan Gambar Kerja;
8. Foto-foto Kemajuan Pekerjaan dibuat secara
bertahap sesuai kemajuan pekerjaan;
9. Rencana kerja, metoda dan jadwal pelaksanaan
pekerjaan selanjutnya.
6. INFORMASI 1) Peserta mengisi dan menyampaikan Formulir Tingkat
LAINNYA Komponen Dalam Negeri (TKDN); Bentuk dokumen
sesuai dengan Lampiran Dokumen Pemilihan Bab
VI._MDP; Bentuk Dokumen Penawaran, huruf L_MDP,
Bentuk Formulir Penyampaian Tingkat Komponen Dalam
Negeri._MDP;
2) Peserta memiliki dan menyampaikan Neraca tahun
2022 yang di terbitkan oleh akuntan publik yang
terdaftar pada OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan
melampirkan surat keterangan dari akuntan publik;

7. PENUTUP Demikian Kerangka Acuan Kerja (KAK) Pekerjaan Jasa


Konstruksi Pembangunan Relokasi Lapas Kelas IIB Blitar
Jasa Konsultan APBN Tahun 2023, sebagai bahan dan
penjelasan kepada penyedia Jasa Konsultan Perencana
dalam mempertimbangkan dan mengajukan penawaran
pekerjaan

Blitar, 21 Agustus 2023


LAPAS KELAS IIB BLITAR
Pejabat Pembuat Komitmen,

Agus Mulyono
NIP. 19710804 199401 1 001
DAFTAR ISI

1.1. URAIAN UMUM ........................................................................................................... 1


1.1.1. PEKERJAAN ............................................................................................................. 1
1.1.2. BATASAN/PERATURAN PELAKSANAAN PEKERJAAN ................................................ 1
1.1.3. DOKUMEN KONTRAK .............................................................................................. 2
1.2. LINGKUP PEKERJAAN .................................................................................................. 3
1.2.1. KETERANGAN UMUM ............................................................................................... 3
1.2.2. SARANA DAN CARA KERJA ..................................................................................... 3
1.2.3. PEMBUATAN RENCANA JADUAL PELAKSANAAN ..................................................... 4
1.2.4. KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT BAHAN ............................................................. 4
1.3. SITUASI DAN PERSIAPAN PEKERJAAN ......................................................................... 6
1.3.1. SITUASI/LOKASI ....................................................................................................... 6
1.3.2. AIR DAN DAYA ........................................................................................................ 6
2.1. PEMBERSIHAN/PEMBONGKARAN DAN PENGUKURAN ................................................. 7
2.1.1. PEMBERSIHAN HALAMAN ........................................................................................ 7
2.1.2. PERMUKAAN ATAS LANTAI (PEIL) ............................................................................ 7
2.1.3. PAPAN BOUWPLANK ............................................................................................... 7
2.1.4. Direksi Keet dan Gudang ............................................... Error! Bookmark not defined.
2.1.5. Mobilisasi dan demobilisasi .......................................... Error! Bookmark not defined.
2.1.6. Keselamatan Dan kesehatan Kerja (K3) .......................... Error! Bookmark not defined.
2.1.7. Manajemen Dan Keselamatan Lalu Lintas ................................................................... 8
2.2. PEKERJAAN TANAH .................................................................................................... 9
2.2.1. PEMBENTUKAN PERMUKAAN TANAH (GRADING) .................................................... 9
2.2.2. GALIAN TANAH ....................................................................................................... 9
2.2.3. URUGAN TANAH ................................................................................................... 10
2.2.4. BENDA-BENDA YANG DITEMUKAN ......................................................................... 10
2.2.5. URUGAN PASIR...................................................................................................... 10
2.3. LAPISAN PERKERASAN BERBUTIR............................................................................... 10
2.3.1. LINGKUP PEKERJAAN ............................................................................................ 10
2.3.2. PERALATAN ........................................................................................................... 11
2.4. PEKERJAAN TURAP / DINDING PENAHAN TANAH...................................................... 12
2.4.1. LINGKUP PEKERJAAN ............................................................................................ 12
2.4.2. STANDAR / RUJUKAN ............................................................................................ 12
2.4.3. PROSEDUR UMUM .................................................................................................. 13
2.4.4. BAHAN - BAHAN.................................................................................................... 13
2.4.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN .................................................................................. 13
2.4.6. PERALATAN YANG DIGUNAKAN ........................................................................... 15
2.4.7. PERALATAN K3 YANG DIPERLUKAN ....................................................................... 15
2.4.8. PERSONIL YANG TERLIBAT ..................................................................................... 15

SPESIFIKASI TEKNIS i
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
SPESIFIKASI TEKNIS ii
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
SPESIFIKASI TEKNIS

BAB I

PERSYARATAN UMUM

1.1. URAIAN UMUM

1.1.1. PEKERJAAN

a. Pekerjaan ini adalah Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa
Timur Tahun Anggaran 2023.
b. Istilah “Pekerjaan” mencakup penyediaan semua tenaga kerja (tenaga ahli, tukang,
buruh dan lainnya), bahan bangunan dan peralatan/perlengkapan yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan termaksud.

c. Dalam lingkup pekerjaan ini adalah pekerjaan Persiapan, Pekerjaan Air Kerja, Listrik
Kerja, Gudang, Papan nama proyek dan seluruh perijinan termasuk IMB, untuk itu
kontraktor pelaksana dalam penawaran biaya totalnya sudah harus memperhitungkan
pekerjaan tersebut.

d. Pekerjaan harus dilaksanakan dan diselesaikan seperti yang dimaksud dalam RKS,
Gambar-gambar Rencana, Bill of Quantity (BoQ), Berita Acara Rapat Penjelasan
Pekerjaan serta Addenda yang disampaikan selama pelaksanaan.

1.1.2. BATASAN/PERATURAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Dalam melaksanakan pekerjaannya Kontraktor harus tunduk kepada :


a. Undang – Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
b. Undang – Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
c. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 4 Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang /
Jasa Pemerintah Tentang Perubahan keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Jasa Konsultasi No. 28/PRT/M/2016 tentang
Pedoman analisis Harga Satuan Pekerjaan bidang Pekerjaan.
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 45/PRT/2007 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 28/PRT/2016 tentang Pedoman Analisis
Harga Satuan Pekerjaan Bidang PU.
g. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung
h. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 468/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis
Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan
i. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
j. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan

SPESIFIKASI TEKNIS 1
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
k. Keputusan Direktur Jenderal Perumahan dan Permukiman Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah No. 58/KPTS/DM/2002 tentang Petunjuk Teknis Rencana Tindakan
Darurat Kebakaran pada Bangunan Gedung.
l. Peraturan umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPB NI-3/56)
m. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971)
n. Peraturan Umum Bahan Indonesia(PUBI 982)
o. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
p. Peraturan-peraturan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
q. SKSNI T-15-1991-03
r. Peraturan Umum Instalasi Air (AVWI)
s. Algemenee Voorwarden (AV)

1.1.3. DOKUMEN KONTRAK


a. Dokumen Kontrak yang harus dipatuhi oleh Kontraktor terdiri atas :
 Surat Perjanjian Pekerjaan
 Surat Penawaran Harga dan Perincian Penawaran
 Gambar-gambar Kerja/Pelaksanaan
 Rencana Kerja dan Syarat-syarat
 Bill of Quantity (BoQ)
 Addenda yang disampaikan oleh Konsultan MK selama masa pelaksanaan

b. Kontraktor wajib untuk meneliti gambar-gambar, RKS dan dokumen kontrak lainnya yang
berhubungan. Apabila terdapat perbedaan/ketidak-sesuaian antara RKS, gambar-
gambar pelaksanaan dan BoQ, atau antara gambar satu dengan lainnya, Kontraktor
wajib untuk memberitahukan/melaporkannya kepada Konsultan MK / Konsultan
Manajemen Konstruksi .
Pada prinsipnya antara dokumen yang satu dengan yang lainnya adalah saling
melengkapi.
Persyaratan teknik pada gambar dan RKS yang harus diikuti adalah :
1. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail, maka
gambar detail yang diikuti.
2. Bila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan angka
yang diikuti, kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas akan
menyebabkan ketidaksempurnaan/ketidaksesuaian konstruksi, harus mendapatkan
keputusan Konsultan MK lebih dahulu.
3. Bila tedapat perbedaan antara RKS dan gambar, maka RKS yang diikuti kecuali
bila hal tersebut terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas mengakibatkan
kerusakan/kelemahan konstruksi, harus mendapatkan keputusan Konsultan MK.
4. RKS dan gambar saling melengkapi bila di dalam gambar menyebutkan lengkap
sedang RKS tidak, maka gambar yang harus diikuti demikian juga sebaliknya.
5. Yang dimaksud dengan RKS dan gambar di atas adalah RKS dan gambar setelah
mendapatkan perubahan/penyempurnaan di dalam berita acara penjelasan
pekerjaan.
c. Bila akibat kekurangtelitian Kontraktor Pelaksana dalam melakukan pelaksanan
pekerjaan, terjadi ketidaksempurnaan konstruksi atau kegagalan struktur bangunan,
maka Kontraktor Pelaksana harus melaksanakan pembongkaran terhadap konstruksi
yang sudah dilaksanakan tersebut dan memperbaiki/melaksanakannya kembali setelah
memperoleh keputusan Konsultan MK tanpa ganti rugi apapun dari pihak-pihak lain.

SPESIFIKASI TEKNIS 2
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
1.2. LINGKUP PEKERJAAN
1.2.1. KETERANGAN UMUM
Pekerjaan Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur Tahun
Anggaran 2023., tersebut secara umum meliputi pekerjaan standar maupun non standar yang
terdiri dari:
a. Pekerjaan Persiapan, meliputi :
 Penyediaan air dan daya kerja
 Pembersihan lokasi kerja
 Papan Nama Proyek
 Pembuatan Direksi Keet
 Pembuatan Gudang Material, Peralatan dan Barak Pekerja
 Penyedian Listrik Kerja
 Pembuatan Sumur menggunakan jet pump lengkap dengan pompa untuk air kerja
 Dokumentasi Proyek
 Mobilisasi dan Demobilisasi
 Keselematan dan Kesehatan Kerja (K3)
 Manajemen dan Keselematan Lalu Lintas
 Washing Bay ( tempat cuci roda dump truck)

b. Pekerjaan Sipil dan Struktur, untuk Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar,
Blitar – Jawa Timur Tahun Anggaran 2023. meliputi :
 Pekerjaan Tanah
 Pekerjaan Pondasi
 Beton Kolom,
 Sloop,
 Plat Lantai
 Bekesing
 Dll

c. Pekerjaan lain-lain
Pekerjaan yang jelas terkait langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa dipisahkan
dengan pekerjaan utama sesuai dengan gambar dan RKS

1.2.2. SARANA DAN CARA KERJA


a. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari kondisi pekerjaan meninjau tempat
pekerjaan, melakukan pengukuran-pengukuran dan mempertimbangkan seluruh lingkup
pekerjaan yang dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan dari proyek.
b. Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja serta tenaga ahli yang cakap dan memadai
dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan, serta tidak akan mempekerjakan orang-
orang yang tidak tepat atau tidak terampil untuk jenis-jenis pekerjaan yang ditugaskan
kepadanya. Kontraktor harus selalu menjaga disiplin dan aturan yang baik diantara
pekerja/karyawannya.
c. Kontraktor harus menyediakan alat-alat kerja dan perlengkapan seperti beton molen,
pompa air, timbris, waterpas, alat-alat pengangkut dan peralatan lain yang diperlukan
untuk pekerjaan ini. Peralatan dan perlengkapan itu harus dalam kondisi baik.
d. Kontraktor wajib mengawasi dan mengatur pekerjaan dengan perhatian penuh dan
menggunakan kemampuan terbaiknya. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas seluruh
cara pelaksanaan, metode, teknik, urut-urutan dan prosedur, serta pengaturan semua
bagian pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak.

SPESIFIKASI TEKNIS 3
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
e. Shop Drawing (gambar kerja) harus dibuat oleh Kontraktor sebelum suatu komponen
konstruksi dilaksanakan.
f. Shop Drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Konsultan MK dan Konsultan
Perencana sebelum elemen konstruksi yang bersangkutan dilaksanakan.
g. Sebelum penyerahan pekerjaan kesatu, Kontraktor Pelaksana sudah harus menyelesaikan
gambar sesuai pelaksanaan yang terdiri atas :
 Gambar rancangan pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam
pelaksanaannya.
 Shop drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar-gambar
perubahan.
h. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat g harus diartikan telah memperoleh persetujuan
Konsultan MK setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti.
i. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan dan pemeliharaan bangunan
merupakan bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat penyerahan kesatu,
kekurangan dalam hal ini berakibat penyerahan pekerjaan kesatu tidak dapat
dilakukan.
j. Pembenahan/perbaikan kembali yang harus dilaksanakan Kontraktor, bila :
 Komponen-komponen pekerjaan pokok/konstruksi yang pada masa pemeliharaan
mengalami kerusakan atau dijumpai kekurangsempurnaan pelaksanaan.
 Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan diluar pekerjaan
pokoknya yang mengalami kerusakan akibat pelaksanaan konstruksi (misalnya jalan,
halaman, dan lain sebagaunya).
k. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa-sisa
pelaksanaan termasuk bowkeet dan direksikeet harus dilaksanakan sebelum masa
kontrak berakhir, kecuali akan dipergunakan kembali pada tahap selanjutnya.

1.2.3. PEMBUATAN RENCANA JADUAL PELAKSANAAN


a. Kontraktor Pelaksana berkewajiban menyusun dan membuat jadual pelaksanaan dalam
bentuk barchart yang dilengkapi dengan grafik prestasi yang direncanakan
berdasarkan butir-butir komponen pekerjaan sesuai dengan penawaran.
b. Pembuatan rencana jadual pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Kontraktor Pelaksana
selambat-lambatnya 10 hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan pekerjaan.
Penyelesaian yang dimaksud ini sudah harus dalam arti telah mendapatkan persetujuan
Konsultan MK.
c. Bila selama 10 hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana belum
menyelesaikan pembuatan jadual pelaksanaan, maka Kontraktor Pelaksana harus dapat
menyajikan jadual pelaksanaan sementara minimal untuk 2 minggu pertama dan 2
minggu kedua dari pelaksanaan pekerjaan.
d. Selama waktu sebelum rencana jadual pelaksanaan disusun, Kontraktor Pelaksana harus
melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan mingguan
yang harus dibuat pada saat dimulai pelaksanaan. Jadual pelaksanaan 2 mingguan ini
harus disetujui oleh Konsultan MK.

1.2.4. KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT BAHAN


a. Kontraktor harus menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah dan kualitas yang
sesuai dengan lingkup pekerjaan yang dilaksanakan. Sepanjang tidak ada ketentuan
lain dalam RKS ini dan Berita Acara Rapat Penjelasan, maka bahan-bahan yang
dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang
berlaku di Indonesia.

SPESIFIKASI TEKNIS 4
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
b. Sebelum memulai pekerjaan atau bagian pekerjaan, Pemborong harus mengajukan
contoh bahan yang akan digunakan kepada Konsultan MK yang akan diajukan User dan
Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan. Bahan-bahan yang tidak memenuhi
ketentuan seperti disyaratkan atau yang dinyatakan ditolak oleh Konsultan MK tidak
boleh digunakan dan harus segera dikeluarkan dari halaman pekerjaan selambat-
lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam.
c. Apabila bahan-bahan yang ditolak oleh Konsultan MK ternyata masih dipergunakan oleh
Kontraktor, maka Konsultan MK memerintahkan untuk membongkar kembali bagian
pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut. Semua kerugian akibat pembongkaran
tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
d. Jika terdapat perselisihan mengenai kualitas bahan yang dipakai, Konsultan Pgawas
berhak meminta kepada Kontraktor untuk memeriksakan bahan itu ke Laboratorium Balai
Penelitian Bahan yang resmi dengan biaya Kontraktor. Sebelum ada kepastian hasil
pemeriksaan dari Laboratorium, Kontraktor tidak diizinkan untuk melanjutkan bagian-
bagian pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut.
e. Penyimpanan bahan-bahan harus diatur dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan terhindarnya bahan-bahan
dari kerusakan.
f. Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah seperti di bawah ini, sedangkan
bahan-bahan bangunan yang belum disebutkan disini akan diisyaratkan langsung di
dalam pasal-pasal mengenai persyaratan pelaksanaan komponen konstruksi di
belakang.
 Air
Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan plesteran, beton dan
penyiraman guna pemeliharaan harus air tawar, tidak mengandung minyak, garam,
asam dan zat organik lainnya yang telah dikatakan memenuhi syarat, sebagai air
untuk keperluan pelaksanaan konstruksi oleh laboratorium tidak lagi diperlukan
rekomendasi laboratorium.

 Semen Portland (PC)


Semen Portland yang digunakan adalah jenis satu harus satu merek untuk
penggunaan dalam pelaksanaan satu satuan komponen bengunan, belum mengeras
sebagai atau keseluruhannya. Penyimpanannya harus dilakukan dengan cara dan
didalam tempat yang memenuhi syarat sebagai air untuk menjamin kebutuhan
kondisi sesuai persyaratan di atas.

 Pasir (Ps)
Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutir keras, bersih dari kotoran,
lumpur, asam, garam, dan bahan organik lainnya, yang terdiri atas.
1. Pasir untuk urugan adalah pasir dengan butiran halus, yang lazim disebut pasir
urug.
2. Pasir untuk pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian terbesar
adalah terletak antara 0,075 sampai 1,25 mm yang lazim dipasarkan disebut
pasi pasang
3. Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya mendapat
rekomendasi dari laboratorium.

 Batu Pecah (Split)


Split untuk beton harus menggunakan split dari batu kali hitam pecah, bersih dan
bermutu baik, serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan syarat-syarat
yang tercantum dalam PBI 1971.

SPESIFIKASI TEKNIS 5
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
1.3. SITUASI DAN PERSIAPAN PEKERJAAN
1.3.1. SITUASI/LOKASI
a. Lokasi proyek Jl. Panglima Polim Desa Sentul Kecamatan Kepanjen Kidul Blitar
b. Halaman proyek akan diserahkan kepada Kontraktor. Kontraktor hendaknya
mengadakan penelitian dengan seksama mengenai keadaan tanah halaman proyek
tersebut.
c. Kekurang-telitian atau kelalaian dalam mengevaluasi keadaan lapangan, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat dijadikan alasan untuk mengajukan
klaim/tuntutan.

1.3.2. AIR DAN DAYA


a. Kontraktor harus menyediakan air atas tanggungan/biaya sendiri yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pekerjaan ini, yaitu :
 Air kerja untuk pencampur atau keperluan lainnya yang memenuhi persyaratan
sesuai jenis pekerjaan, cukup bersih, bebas dari segala macam kotoran dan zat-zat
seperti minyak, asam, garam, dan sebagainya yang dapat merusak atau
mengurangi kekuatan konstruksi.
 Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi/buang air dan kebutuhan
lain para pekerja. Kualitas air yang disediakan untuk keperluan tersebut harus cukup
terjamin.

b. Kontraktor harus menyediakan daya listrik atas tanggungan/biaya sendiri sementara


yang dibutuhkan untuk peralatan dan penerangan serta keperluan lainnya dalam
melaksanakan pekerjaan ini. Pemasangan sistem listrik sementara ini harus memenuhi
persyaratan yang berlaku. Kontraktor harus mengatur dan menjaga agar jaringan dan
peralatan listrik tidak membahayakan para pekerja di lapangan. Kontraktor harus pula
menyediakan penangkal petir sementara untuk keselamatan.

SPESIFIKASI TEKNIS 6
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
SPESIFIKASI TEKNIS

BAB II

PERSYARATAN TEKNIS

2.1. PEMBERSIHAN/PEMBONGKARAN DAN PENGUKURAN

2.1.1. PEMBERSIHAN HALAMAN


a. Semua penghalang di dalam batas tanah yang menghalangi jalannya pekerjaan seperti
adanya pepohonan, batu-batuan atau puing-puing bekas bangunan harus dibongkar dan
dibersihkan serta dipindahkan dari lokasi bangunan kecuali barang-barang yang
ditentukan harus dilindungi agar tetap utuh.
b. Pelaksanaan pembongkaran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk
menghindarkan bangunan yang berdekatan dari kerusakan. Bahan-bahan bekas
bongkaran tidak diperkenankan untuk dipergunakan kembali dan harus diangkut keluar
dari halaman proyek.

2.1.2. PERMUKAAN ATAS LANTAI (PEIL)


a. Peil  0,00 Bangunan diambil + 0.30 m lebih tinggi dari tanah asal, seperti yang
ditunjukan dalam potongan bangunan
b. Semua ukuran ketinggian galian, pondasi, sloof, kusen, langit-langit, dan lain-lain harus
mengambil patokan dari peil  0,00 tersebut.

2.1.3. PAPAN BOUWPLANK


a. Bouwplank dibuat dari kayu terentang (kayu hutan kelas IV) ukuran minimum 3/20 cm
yang utuh dan kering. Bouwplank dipasang dengan tiang-tiang dari kayu sejenis ukuran
5/7 cm dan dipasang pada setiap jarak satu meter. Papan harus lurus dan diketam halus
pada bagian atasnya.
b. Bouwplank harus benar-benar datar (waterpas) dan tegak lurus. Pengukuran harus
memakai alat ukur yang disetujui Pengawas Lapangan.
c. Bouwplank harus menunjukkan ketinggian  0.00 dan as kolom/dinding. Letak dan
ketinggian permukaan bouwplank harus dijaga dan dipelihara agar tidak berubah
selama pekerjaan berlangsung.

2.1.4. DIREKSI KEET DAN GUDANG


a. Kontraktor harus Menyediakan Direksi Keet (Los Pengawas) untuk keperluan Pengawas
Lapangan dan Personalia Proyek dengan bahan semi permanen, dilengkapi dengan kursi,
meja, serta alat-alat kantor yang diperlukan.
b. Kontraktor berkewajiban membuat kantor di lapangan, los kerja untuk para pekerja dan
gudang bahan yang dapat dikunci untuk menyimpan barang- barang, yang mana
tempatnya akan ditentukan oleh Pengawas Lapangan/Personalia Proyek.
2.1.5. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI
a. Dalam waktu 14 (empat belas) hari, Penyedia Jasa menyerahkan program mobilisasi
(termasuk program perkuatan jembatan, bila ada) dan jadwal pelaksanaan pekerjaan
kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan.

SPESIFIKASI TEKNIS 7
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
b. Penggunaan alat berat dan pengoperasian peralatan/kendaraan mengikuti aturan
perizinan yang ditetapkan oleh Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (DLLAJR),
Kepolisian dan instansi terkait lainnya.
c. Menyediakan lahan yang diperlukan untuk basecamp pelaksanaan pekerjaan di sekitar
lokasi proyek, digunakan untuk kantor proyek, gudang dan sebagainya yang telah
disebutkan dalam kontrak.
d. Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang tercantum
dalam penawaran, dari suatu lokasi asal ke lokasi pekerjaan yang akan menggunakan
peralatan tersebut sesuai kontrak.
e. Apabila setiap alat berat yang telah selesai digunakan dan tidak akan digunakan lagi,
maka alat berat tersebut segera dikembalikan.
f. Mobilisasi material sesuai dengan jadwal dan realisasi pelaksanaan fisik.
2.1.6. KESELEMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
a. Penyedia Jasa Konstruksi harus menugaskan secara khusus Ahli K3 dan tenaga K3
untuk setiap proyek yang dilaksanakan. Tenaga K3 tersebut harus masuk dalam
struktur organisasi pelaksanaan konstruksi setiap proyek.
b. Petugas keselamatan dan kesehatan kerja harus bekerja secara penuh (full-time)
untuk mengurus dan menyelenggarakan keselamatan dan kesehatan kerja.
c. Petugas keselamatan dan kesehatan kerja tersebut bersama-sama dengan panitia
pembina keselamatan kerja ini bekerja sebaik-baiknya, dibawah koordinasi pengurus
atau Penyedia Jasa, serta bertanggung jawab kepada pemimpin proyek.
d. Organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama pada kecelakaan harus
dibuat sebelumnya untuk setiap proyek yang meliputi seluruh pegawai/petugas
pertolongan pertama pada kecelakaan dan peralatan, alat-alat komunikasi dan alat-
alat lain serta jalur transportasi.
e. Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-tiba, harus
dilakukan oleh Dokter, Juru Rawat atau seorang yang terdidik dalam pertolongan
pertama pada kecelakaan (PPPK).
f. Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan yang memadai, harus disediakan di tempat
kerja dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban udara dan lain -lain.
g. Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit dengan obat untuk
kompres, perban, antiseptik, plester, gunting dan perlengkapan lainnya.
h. Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan-keterangan/instruksi
yang mudah dan jelas sehingga mudah dimengerti
i. Isi dari kotak obat-obatan dan alat PPPK harus diperiksa secara teratur dan harus
dijaga supaya tetap berisi (tidak boleh kosong).
j. Petunjuk/informasi harus diumumkan/ditempel di tempat yang baik dan strategis.
k. Biaya operasional kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah
diantisipasi sejak dini yaitu pada saat Pengguna Jasa mempersiapkan pembuatan
desain dan perkiraan biaya suatu pekerjaan konstruksi.

2.1.7. MANAJEMEN DAN KESELAMATAN LALU LINTAS


a. Penyedia Jasa harus melaksanakan pekerjaan jalan sedemikian rupa sehingga terlindungi
dari kerusakan akibat lalu lintas umum maupun proyek.
b. Pengendalian dan pengalihan lalu lintas harus dilaksanakan sebagaimana diperlukan
untuk melindungi pekerjaan jalan.
c. Pengendalian lalu lintas harus mendapat perhatian khusus, pada saat kondisi cuaca yang
buruk, lalu lintas padat, dan selama periode pekerjaan yang sedang dilaksanakan sangat
peka terhadap kerusakan.
d. Penyedia Jasa harus menyediakan, memelihara, dan membongkar semua pekerjaan jalan
atau jembatan sementara yang diperlukan untuk menghubungkan dengan jalan umum.

SPESIFIKASI TEKNIS 8
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
e. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap setiap kerusakan yang terjadi atau
yang disebabkan oleh jalan atau jembatan sementara ini.
f. Agar dapat melindungi pekerjaan, dan menjaga keselamatan umum dan kelancaran arus
lalu lintas yang melalui atau di sekitar pekerjaan, dalam hal ini jika kegiatan pelaksanaan
akan mengganggu lalu lintas umum, Penyedia Jasa harus memasang dan memelihara
rambu lalu lintas, penghalang dan fasilitas lainnya yang sejenis pada setiap tempat.
Semua rambu lalu.
g. Penyedia Jasa harus menyediakan dan menempatkan petugas bendera di semua tempat
kegiatan pelaksanaan yang mengganggu arus lalu lintas, terutama pada pengaturan lalu
lintas satu arah.
h. Tugas utama dari petugas bendera adalah mengarahkan dan mengatur arus lalu lintas
yang melewati lokasi pekerjaan tersebut. Tugas utama dari petugas bendera adalah
mengarahkan dan mengatur arus lalu lintas yang melewati lokasi pekerjaan tersebut.

2.2. PEKERJAAN TANAH

2.2.1. PEMBENTUKAN PERMUKAAN TANAH (GRADING)


a. Tanah Lingkungan pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, , Blitar – Jawa
Timur dibentuk sesuai rencana tapak antara lain jalan, parkir, pintu masuk, sehingga
diperoleh ketinggian-ketinggian permukaan seperti yang ditentukan dalam gambar
pelaksanaan. Pekerjaan tanah (grading) dan pengerukan/pengurugan (cut and fill) harus
dilakukan dengan peralatan-peralatan yang memadai dan dilaksanakan menurut
ketentuan-ketentuan teknis yang berlaku.
b. Bahan-bahan tanah untuk pengurugan bisa berasal dari hasil galian atau didatangkan
dari luar proyek, dengan syarat harus bebas dari kotoran, batu-batu besar, dan tumbuh-
tumbuhan. Pengurugan harus dilaksanakan lapis demi lapis, tiap lapis tidak lebih dari 20
cm, dan dipadatkan dengan menggunakan stamper dan timbris.
c. Tanah yang berhumus atau yang masih terdapat tumbuh-tumbuhan diatasnya harus
dibuang dahulu permukaan bagian atasnya (top soil) sedalam 20 cm, khususnya pada
daerah bangunan sampai dengan 3 m disekelilingnya.
d. Tanah bekas galian dan leveling harus dikeluarkan dari lingkungan tapak.

2.2.2. GALIAN TANAH


a. Pekerjaan ini meliputi galian tanah untuk pondasi batu kali, pembentukan muka tanah,
saluran-saluran air dan lain-lain seperti ditunjukkan dalam gambar kerja. Penggalian
harus dikerjakan sesuai dengan ukuran yang tercantum dalam gambar baik kedalaman,
kemiringan maupun panjang dan lebarnya.
b. Lubang pondasi dan lubang galian lainnya harus diusahakan selalu dalam keadaan
kering (bebas air), untuk itu harus disediakan pompa-pompa air yang siap pakai dengan
daya dan jumlah yang bisa menjamin kelancaran pekerjaan.
c. Seluruh lapangan pekerjaan harus diratakan atau digali dan semua sisa-sisa tanaman
seperti akar-akar, rumput-rumput dan sebagainya, harus dihilangkan.
d. Pekerjaan penggalian tanah, perataan tanah, harus dikerjakan lebih dahulu sebelum
kontraktor memulai pekerjaan. Pekerjaan galian tersebut disesuaikan dengan
kebutuhannya sesuai dengan peil-peil (level), pada lokasi yang telah ditentukan di
dalam gambar, dan mendapatkan persetujuan pengawas.

SPESIFIKASI TEKNIS 9
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
2.2.3. URUGAN TANAH
a. Pekerjaan ini meliputi pengurugan kembali bekas galian untuk pasangan pondasi dan
peninggian halaman. Urugan harus dilakukan selapis demi selapis dengan ketebalan
tidak lebih dari 20 cm untuk setiap lapisan dan ditimbris sampai padat.
b. Pengurugan kembali tidak boleh dilaksanakan sebelum pondasi, instalasi/pipa-pipa dan
lain-lain yang bakal tertutup tanah diperiksa oleh Pengawas Lapangan.
c. Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak
diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
d. Penyedia Jasa harus memasang patok batas dasar timbunan 3 (tiga) hari sebelum
pekerjaan dimulai.
e. Dasar pondasi timbunan harus dipadatkan (termasuk penggemburan dan pengeringan
atau pembasahan bila diperlukan) setebal 20 cm dan harus memenuhi kepadatan
sebagai disyaratkan.
f. Apabila timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan di atas
timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus dipotong bertangga
dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan peralatan berat dapat beroperasi.
g. Sebelum timbunan dihampar dasar timbunan harus digaru dan dipadatkan sehingga
mencapai kepadatan 95% kepadatan kering maksimum sesuai SNI 03-1742-1989.

2.2.4. BENDA-BENDA YANG DITEMUKAN


Semua benda-benda yang ditemukan selama pekerjaan tanah berlangsung, terutama pada
saat pembongkaran dan penggalian tanah, menjadi milik proyek.

2.2.5. URUGAN PASIR


a. Urugan pasir dilaksanakan untuk di bawah paving block atau bahan perkerasan jalan,
saluran-saluran, bak-bak kontrol dan dibawah pasangan lantai bangunan.

b. Urugan tersebut harus dipadatkan dengan stamper dan disiram dengan air. Ukuran dari
ketinggian urugan pasir yang tercantum dalam gambar adalah ukuran jadi (sesudah
dalam keadaan padat).

2.3. LAPISAN PERKERASAN BERBUTIR

2.3.1. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, peralatan, alat – alat bantu yang
dibutuhkan, bahan dan semua pasangan batu bata pada tempat – tempat seperti ditunjukkan
dalam Gambar Kerja atau disyaratkan dalam Spesifikasi Teknis ini.
Pekerjaan terdiri pada hal – hal berikut :
a. Lapis pondasi agregat adalah suatu lapisan pada struktur perkerasan jalan yang terletak
diantara lapis permukaan dan lapis tanah dasar yang telah disiapkan. Lapis pondasi
agregat terdiri dari 3 (tiga) kelas yang berbeda yaitu kelas A, kelas B dan kelas C.
Agregat kelas A atau agregat kelas B digunakan untuk lapis pondasi, sedangkan agregat
kelas C digunakan untuk lapis pondasi bawah, bahu jalan dan perkerasan tanpa penutup
aspal.
b. Pekerjaan yang diatur dalam seksi ini mencakup pengadaan, pemasokan, pengangkutan,
penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat bergradasi di atas permukaan
yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai persyaratan dan detail yang ditunjukkan
dalam gambar rencana atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan, dan memelihara
lapis pondasi agregat yang telah selesai sesuai yang disyaratkan.

SPESIFIKASI TEKNIS 10
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
c. Agregat kasar kelas C berasal dari kerikil.
d. Fraksi Agregat Halus ,Agregat halus (lolos saringan 4,75 mm) harus terdiri atas partikel
pasir atau batu pecah halus dengan atau tanpa clay.
e. Agregat untuk lapis pondasi harus bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung atau
bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki, harus memenuhi ketentuan gradasi yang
diberikan.

2.3.2. PERALATAN
a. Peralatan dan mesin-mesin yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan pada
spesifikasi ini harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan dirawat agar supaya selalu dalam
keadaan baik. Peralatan yang digunakan oleh sub-Penyedia Jasa atau pemasok untuk
kepentingan Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan dan Direksi
Teknis sebelum pekerjaan dimulai. Peralatan processing harus direncanakan, dipasang,
dioperasikan dan dengan kapasitas sedemikian sehingga dapat mencampur agregat, air
secara merata sehingga menghasilkan campuran yang homogen. Apabila instalasi
pencampur digunakan maka instalasi pencampur tersebut harus dikalibrasi terlebih dahulu
untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponen campuran dengan
proporsi yang benar.
b. Alat Penghampar
c. Alat penghampar agregat harus menggunakan peralatan mekanis yang mampu
menyebarkan bahan lapis pondasi agregat dengan lebar dan toleransi permukaan yang
diinginkan serta tidak menimbulkan segregasi.
d. Alat Pemadat
e. Alat pemadat roda besi dengan penggetar, pemadat roda besi tanpa penggetar
atau pemadat roda karet, dapat digunakan untuk pemadatan pondasi agregat.
f. Alat Pengangkut
g. Dump truck yang akan digunakan, bak penampungnya tidak boleh bocor dan
dilengkapi terpal yang digunakan pada saat pengangkutan bahan ke lokasi pekerjaan
dan menjamin tidak banyak terjadinya penguapan air sepanjang perjalanan.
h. Apabila lapis fondasi agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu jalan
lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau bahu jalan lama harus
diperbaiki terlebih dahulu.
i. Apabila lapis fondasi agregat akan dihampar pada suatu lapisan perkerasan lama
atau tanah dasar baru, maka lapisan ini harus diselesaikan sepenuhnya.
j. Sebelum pekerjaan lapisan fondasi agregat akan dilaksanakan, maka lapisan dasar
yang akan dilapisi harus telah disiapkan memenuhi persyaratan dan telah ditangani dan
mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknis dengan panjang paling
sedikit 60 m secara menerus. Untuk penyiapan tempat-tempat yang kurang dari 60 m
karena tidak cukup ruang, seluruh daerah itu harus disiapkan dan disetujui sebelum lapis
fondasi agregat dihampar.
k. Material lapis fondasi agregat setelah ditempatkan harus segera dihampar dan
dipadatkan agar tidak terjadi penurunan kadar air.
l. Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata.
m. Setiap lapis harus dihampar pada ketebalan yang merata agar menghasilkan tebal
padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Apabila diperlukan
penghamparan lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama
tebalnya.

SPESIFIKASI TEKNIS 11
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
n. Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali ukuran terbesar
agregat lapis fondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali
diperintahkan lain oleh Direksi Teknis.
o. Segera setelah penghamparan dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan
menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan disetujui oleh Direksi
Teknis, hingga kepadatan akhir mencapai paling sedikit 100% dari kepadatan kering
maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989.
p. Direksi Teknis dapat memerintahkan agar digunakan mesin pemadat beroda karet
untuk pemadatan lanjutan untuk menghasilkan ikatan butiran yang lebih baik dan stabil.
Alat pemadat roda besi berpenggetar hanya digunakan untuk pemadatan awal.
q. Pelaksanaan pemadatan memanjang harus dimulai dari sisi terendah dan bergerak ke
sisi tertinggi bergeser dalam arah melintang demikian juga di daerah super-elevasi.
r. Pemadatan harus dilakukan dengan tumpang tindih satu lajur dengan lajur lainnya
selebar tebal lapisan.
s. Pemadatan yang berbatasan dengan kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak
terjangkau mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat
lainnya yang disetujui Direksi Teknis.

Spesifikasi Peralatan Kerja


No JENIS KAPASITAS JUMLAH

1 Dump Truck 5-8 M³ 2 Unit

2 Buldoser 100 – 150 HP 2 Unit

3 Total Station Pembesaran Lensa 30x 1 Set

4 Concentred 350 L 3 Unit


Mixer
5 Excavator PC 200 1 Unit

6 Genset 100 KVA 1 unit

2.4. PEKERJAAN TURAP / DINDING PENAHAN TANAH

2.4.1. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan pasangan dan adukan (kasar dan halus), seperti
dinyatakan dalam Gambar Kerja atau disyaratkan dalam Spesifikasi Teknis ini.

2.4.2. STANDAR / RUJUKAN


American Society for Testing and Materials (ASTM)
American Concrete Institute (ACI)
Peraturan Beton Bertulang Indonesia (NI-2,1971)
Standar Nasional Indonesia (SNI)
American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO)

SPESIFIKASI TEKNIS 12
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
2.4.3. PROSEDUR UMUM
1. Contoh Bahan.
Contoh bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Pengawas lapangan untuk
disetujui terlebih dahulu sebelum dikirim ke lokasi proyek.

2. Pengiriman dan Penyimpanan.


Pengiriman dan penyimpanan bahan semen dan bahan lainnya harus sesuai ketentuan
Spesifikasi Teknis.
Pasir harus disimpan di atas tanah yang bersih, bebas dari aliran air, dengan kata lain
daerah sekitar penyimpanan dilengkapi saluran pembuangan yang memadai, dan bebas
dari benda – benda asing. Tinggi penimbunan tidak lebih dari 1200 mm agar tidak
berhamburan.

2.4.4. BAHAN - BAHAN


1. Adukan dan Plesteran Dibuat di Tempat.
Semen.
Semen tipe I harus memenuhi standar SNI 15-2049-1994 atau ASTM C 150-1995,
seperti Semen Indocement, Semen Padang, Tiga Roda atau yang setara.
Semen yang digunakan harus berasal dari satu merek dagang.

Pasir.
Pasir harus bersih, keras, padat dan tajam, tidak mengandung lumpur atau kotoran lain
yang merusak.
Perbandingan butir – butir harus seragam mulai dari yang kasar sampai pada yang
halus, sesuai dengan ketentuan ASTM C 33.
Batu Kali
Batu Karang, batu kapur dan batuan lainnya yang bersifat rapuh, berongga ataupun
berpori tidak dapat digunakan sebagai material pasangan batu
Bahan Tambahan.
Bahan tambahan untuk meningkatkan kekedpan terhadap air dan menambah daya lekat
harus berasal dari merek yang dikenal luas, seperti Super Cement, Febond SBR,
Cemecryl, Barra Emulsion 57 atau yang setara.

2. Air.
Air harus bersih, bebas dari asam, minyak, alkali dan zat – zat organik yang bersifat
merusak.
Air dengan kualitas yang diketahui dan dapat diminum tidak perlu diuji. Pada dasarnya
semua air, kecuali yang telah disebutkan di atas, harus diuji sesuai ketentuan AASHTO
T26 dan/atau disetujui Konsultan MK.

2.4.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN


1. Perbandingan Campuran Adukan dan/atau Plesteran.
Campuran 1 semen dan 3 pasir digunakan untuk adukan kedap air, adukan kedap air
150 mm di bawah permukaan tanah sampai 500 mm di atas lantai, tergambar atau
tidak tergambar dalam Gambar Kerja, plesteran permukaan beton yang terlihat dan
tempat – tempat lain seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
Campuran 1 semen dan 5 pasir untuk semua pekerjaan adukan dan plesteran selain
tersebut di atas.

SPESIFIKASI TEKNIS 13
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
Bahan tambahan untuk menambah daya lekat dan meningkatkan kekedapan terhadap
air harus digunakan dalam jumlah yang sesuai dengan petunjuk penggunaan dari pabrik
pembuat.

2. Pencampuran.
Umum.
Semua bahan kecuali air harus dicampur dalam kotak pencampur atau alat pencampur
yang disetujui sampai diperoleh campuran yang merata, untuk kemudian ditambahkan
sejumlah air dan pencampuran dilanjutkan kembali.
Adukan harus dibuat dalam jumlah tertentu dan waktu pencampuran minimal 1 sampai 2
menit sebelum pengaplikasian.
Adukan yang tidak digunakan dalam jangka waktu 45 menit setelah pencampuran tidak
diijinkan digunakan.

3. Persiapan dan Pembersihan Permukaan.


Semua permukaan yang akan menerima adukan dan / atau plesteran harus bersih,
bebas dari serpihan karbon lepas dan bahan lainnya yang mengganggu.
Pekerjaan plesteran hanya diperkenankan setelah selesainya pemasangan instalasi listrik
dan air dan seluruh bagian yang akan menerima plesteran telah terlindung di bawah
atap. Permukaan yang akan diplester harus telah berusia tidak kurang dari dua minggu.
Bidang permukaan tersebut harus disira
m air terlebih dahulu dengan air hingga jenuh dan siar telah dikerok sedalam 10 mm dan
dibersihkan.
4. Pemasangan.
Pasangan Batu Kali.
 Sebelum pekerjaan Talud / Dinding Penahan Tanah dilaksanakan, harus
diperhatikan kebersihan lingkungan tepi sekitar dinding dari tumbuhan dengan akar
yang dapat merusak dinding
 Sebelum material batu disusun, batu harus dibersihkan dari lumpur atau tanah yang
menempel
 Material batu disusun dan diletakkan sesuai gambar rencana dengan mortar
sebagai pengikat antar batu. Adonan mortar dirapikan dengan menggunakan jidar
(sendok semen).
 Weep hole (pipa PVC) wajib dipasang pada tubuh talud dan diberikan ijuk dengan
tujuan menghalangi butiran-butiran tanah yang dapat menghambat pengaliran
 Seluruh permukaan plesteran harus rata dan rapi, kecuali bila pasangan akan
dilapis dengan bahan lain.
 Sisa – sisa pekerjaan yang telah selesai harus segera dibersihkan.

Plesteran Permukaan Beton.


 Permukaan beton yang akan diberi plesteran harus dikasarkan, dibersihkan dari
bagian – bagian yang lepas dan dibasahi air, kemudian diplester.
 Permukaan beton harus bersih dari bahan – bahan cat, minyak, lemak, lumur dan
sebagainya sebelum pekerjaan plesteran dimulai.
 Permukaan beton harus dibersihkan menggunakan kawat baja. Setelah plesteran
selesai dan mulai mengeras, permukaan plesteran dirawat dengan penyiraman air.
 Plesteran yang tidak sempurna, misalnya bergelombang, retak – retak, tidak tegak
lurus dan sebagainya harus diperbaiki.

5. Pemeriksaan dan Pengujian.


Semua pekerjaan harus dengan mudah dapat diperiksa dan diuji. Kontraktor setiap
waktu harus memberi kemudahan kepada Pengawas Lapangan untuk dapat mengambil
contoh pada bag yang telah diselesaikan.

SPESIFIKASI TEKNIS 14
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
Bagian yang ditemukan tidak memuaskan harus diperbaiki dan dikerjakan dengan cara
yang sama dengan sebelumnya tanpa biaya tambahan dari Pemilik Proyek.

2.4.6. PERALATAN YANG DIGUNAKAN


Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah :
1. Ember Plastik untuk tempat adukan dengan volume 5 liter dengan jumlah secukupnya.
2. Sendok Tembok untuk memasang bata ukuran 23,8 x 2 x 8 cm dengan jumlah secukupnya.
3. Roskam Sendok PVC untuk meratakan plesteran, ukuran 22,5 x 5 x 9 cm dengan jumlah
secukunya.
4. Molen Beton untuk mengaduk adukan atau beton, kapasitas 50 kg dengan jumlah minimal
2 buah.

2.4.7. PERALATAN K3 YANG DIPERLUKAN


Peralatan K3 yang diperlukan dalam pelaksanaan ini adalah :
1. Sepatu Karet
2. Helm
3. Kaca Mata Keselamatan
4. Masker
5. Sarung Tangan
6. Penutup Telinga

2.4.8. PERSONIL YANG TERLIBAT


Personil yang terlibat dalam pelaksanaan pekrjaan ini adalah :
1. Manajer Pelaksana proyek
2. Manajer Teknik
3. Manajer keuangan
4. Ahli K3
5. Mandor
6. Kepala Tukang
7. Tukang
8. Pekerja

SPESIFIKASI TEKNIS 15
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
Jumlah Penga
No Posisi Pendidika Keahlian
Personil laman
n minimal
minimal
SKA Ahli
Madya
Manjemen
Manajer Pelaksan S1. Teknik Proyek/ SKA
1 1 Org 4 Th
a/proyek Sipil
Manajemen

Konstruksi

SKA Ahli Muda


S1. Teknik Teknik Bangunan
2 Manajer Teknik 1 Org 3 Th
Sipil

Gedung
S1.
Akuntansi
3 Manajer Keuanga n 1 Org / IJASAH 2 Th
Manajeme
n
SKA Ahli

S1 Teknik Muda K3
4 Ahli K3 Konstruk si 1 Org 3 Th
Sipil Konstruksi/
Keselamata n
Konsruksi

SPESIFIKASI TEKNIS 16
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
BAB III PENUTUP

1. Uraian pekerjaan yang belum termuat dalam ketentuan dan syarat- syarat
ini tetapi didalam pelaksanaannya harus ada, maka pekerjaan tersebut
dapat dilaksanakan setelah ada perintah tertulis dari Pejabat Pembuat
Komitmen dan akan diperhitungkan dalam pekerjaan tambahan.

2. Apabila terdapat jenis pekerjaan yang semula diestimasi oleh


Konsultan Perencana perlu dikerjakan dan sudah termuat dalam Daftar
Rencana Anggaran Biaya, tetapi menurut pertimbangan Pemberi Tugas
yang dapat dipertanggungjawabkan tidak perlu lagi dilaksanakan, maka
atas perintah tertulis dari Pemberi Tugas pekerjaan tersebut tidak
dilaksanakan dan akan diperhitungkan sebagai pekerjaan kurangan.

3. Apabila terdapat perbedaan antara gambar, spesifikasi teknis, dan


Rencana Anggaran Biaya, maka sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan
harus diadakan rapat terlebih dahulu untuk mendapatkan
kepastian.

Ketentuan – ketentuan lain yang tidak dikaji dalam Rencana Kerja dan Syarat –
Syarat (RKS) dapat dilakukan dengan melakukan pertimbangan dan persetujuan
dari pihak direksi.

Demikian RKS yang telah disusun untuk digunakan sebagai acuan dalam
ketentuan pelaksanaan pekerjaan Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB
Blitar, Blitar – Jawa Timur.

SPESIFIKASI TEKNIS 17
Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar, Blitar – Jawa Timur
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
(RKK)
PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pengadaan Jasa Konstruksi Pematangan Lahan dan Turap Relokasi Lembaga


Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar - Jawa Timur Tahun Anggaran 2023
RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI (RKK)

Pengadaan Jasa Konstruksi Pematangan Lahan dan Turap Relokasi Lembaga Pemasyarakatan
Kelas IIB Blitar - Jawa Timur Tahun Anggaran 2023

DAFTAR ISI

A. KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI PEKERJA DALAM KESELAMATAN KONSTRUKSI


A.1. Kepedulian pimpinan terhadap Isu Eksternal dan Internal
A.2. Komitmen Keselamatan Konstruksi

B. PERENCANAAN KESELAMATAN KONSTRUKSI


B.1
Identifikasi bahaya, Penilaian resiko, Pengendalian dan Peluang.
.
B.2
Rencana tindakan (sasaran khusus & program khusus)
.
B.3
Standar dan Peraturan Perundangan
.

C. DUKUNGAN KESELAMATAN KONSTRUKSI


C.1. Sumber Daya
C.2. Kompetensi
C.3. Kepedulian
C.4. Komunikasi
C.5. Informasi Terdokumentasi

D. OPERASI KESELAMATAN KONSTRUKSI


D.1. Perencanaan dan Pengendalian Operasi
D.2. Kesiapan dan Tanggapan Terhadap Kondisi Darurat

E. EVALUASI KINERJA KESELAMATAN KONSTRUKSI


E.1. Pemantauan dan Evaluasi
E.2. Tinjauan Manajemen
E.3. Peningkatan Kinerja Keselamatan Konstruksi
A. KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI PEKERJA DALAM KESELAMATAN KONSTRUKSI

Kepemimpinan adalah suatu proses yang kompleks di mana seorang mempengaruhi orang ‐ orang lain untuk mencapai suatu misi, tugas, atau
suatu sasaran, dan mengarahkan organisasi yang membuatnya lebih kohesif dan lebih masuk akal. Artinya pemimpin membuat orang memiliki
kemauan untuk m encapai tujuan dan sasaran yang tinggi, sedangkan seorang kepala menyuruh orang untuk mencapai suatu tugas atau
sasaran ( Wirjana ‐ 2006). Kepemimpinan itu adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang ‐ orang supaya diarahkan mencapai tujuan
organisasi, Thoha (2007).
Kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Artinya bahwa semakin tinggi atau baik pemimpin, maka akan semakin tinggi
pula kinerja karyawan. Kepemimpinan dimulai dari pemberian perintah atau teguran yang tepat dan efektif, merupakan salah satu kunci
kesuksesan memimpin sebuah organisasi. Partisipasi pekerja dalam keselamatan konstruksi sangat dipengaruhi oleh seorang pemimpin suatu
pekerjaan, yang mana dalam hal ini penerapan aturan ‐ aturan terhadap keselamatan kerja pada para pekerja, dengan memberi contoh dan
teguran.

Ada Hal‐ hal yang Penting yang harus dilakukan untuk kepemimpinan dalam K3 (Safety Ledership) :
1. Pemimpin harus menunjukkan komitmen dan fokus pada keselamatan. Komitmen dan focus dalam K3 bisa ditunjukan diantara dengan,
membuat, memahami, menerapkan kebijakan K3 dalam organisasi atau perusahaan. Selalu mengkampanyekan pentingnya K3, dan akibat
apabila karyawan tidak mematuhi hal hal terkait K3.
2. Pemimpin harus menetapkan contoh keselamatan. Banyak teori atau nasehat kepada anak buah tidak akan membuat mereka mau
menjalankan apa yang kita inginkan, tauladan atau contoh lah yang akan memberikan dampak yang besar bagi implementasi K3 di dalam
organisasi atau perusahaan.
3.
Pemimpin harus menciptakan harapan keselamatan yang tinggi. Seberapa pun kondisi di organisasi, pemimpin harus tetap mendukung
hal terkait dengan keselamatan kerja, pemimpin harus selalu memberikan harapan bagi karyawan, bahwa dengan menerapkan
keselamatan kerja maka itu adalah hal yang benar seberapa sulit hal itu untuk dilakukan, pemimpin harus tetap memberikan supportnya.

4.
Nilai tinggi dan standar kinerja yang mendetil harus digunakan. Dalam keselamatan Kerja segala hal harus bisa ditetapkan dengan detil
dan jelas, apalagi yang terkait dengan angka/ ukuran, hal ini tentu saja demi menjaga standard Kesehatan dan keselamatan kerja.
Pemimpin harus memastikan bahwa segala terkait aturan/ ukuran sudah dibuat dengan detil dengan standard yang tinggi.

5. Pemimpin harus mendengarkan dan melibatkan tenaga kerja. Pemimpin harus selalu melibatkan tenaga kerja, Komunikasi dan partisipasi
tenaga kerja harus selalu dijaga, karena mereka yang akan menjadi pelaku utama dalam implementasi K3, jadi ide masukan dari mereka
sangat diperlukan.
6. Pemimpin harus melakukan apa yang mereka katakan. Pemimpin akan melakukan apa yang mereka katakan, apalagi terkait dengan K3,
apabila dia meminta anak buah untuk selalu memakai APD, maka dia pun akan melakukan hal yang sama dengan demikian tenaga kerja
juga akan menghormatinya.
7.
Pemimpin harus menghargai tujuan keselamatan. Tujuan dan sasaran K3 dibuat sebagai guide dalam mengimplementasikan K3 dengan
baik, seorang pemimpin harus menghargai dan terus menerus berusaha untuk dapat mencapai tujuan dari K3 yang dibangun.

8. Karyawan harus dibuat merasa mereka adalah bagian dari sesuatu yang penting dalam implementasi K3 Implementasi SMK3 tidak akan
berhasil tanpa keterlibatan semua pihak, untuk lebih meningkatkan keterl ibatan itu maka pemimpin harus bisa membuat karyawan
adalah bagian penting dari implementasi K3 ini .
9. Pemimpin harus memperkuat, memberi penghargaan dan merayakan kesuksesan. Pemimpin dalam K3 tentu saja harus bisa memperkuat,
implementasi k3, sekaligus bisa memberi penghargaan bagi tenaga kerja yang menjalankan K3 dengan sungguh sungguh. tanggung jawab
terhadap K3, bukan cuma pada pelaksana atau tenaga kerja termasuk pemimpinnya, para pemimpin harus bisa memahami dan
menjalankan K3 dengan baik dan benar.

A.1. Kepedulian pimpinan terhadap Isu eksternal dan internal

PT. Ganesha Pratama Consultant yang bergerak di bidang Jasa Konstruksi berkomitmen dan peduli terhadap Keselamatan Konstruksi
khusus dalam pencapaian penanganan isu keselamatan konstruksi dengan langkah‐langkah sebagai berikut:

1. Peduli dalam mempromosikan pemahaman akan kebutuhan keselamatan konstruksi dan membudayakan keselamatan konstruksi dalam
seluruh kegiatan pelaksanaan konstruksi
2. Peduli dalam melakukan sosialisasi tentang keselamatan konstruksi terhadap seluruh tenaga kerja maupun masyarakat didalam
lingkungan kerja konstruksi
3. Peduli dalam melaksanakan implementasi sesuai rencana keselamatan konstruksi bedasarkan perundang‐undangan yang berlaku
dalam keselamatan konstruksi nasional
4. Mencegah kecelakaan, kebakaran, sakit akibat kerja, keamanan dan pencemaran lingkungan
5.
Memantau dan mengevaluasi terhadap kinerja keselamatan konstruksi serta melakukan perbaikan secara berkelanjutan

A.2. Komitmen Keselamatan Konstruksi

Pemenuhan terhadap peraturan dan standar Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) menjadi prioritas bagi perusahaan kami
untuk melindungi segenap karyawan, aset, data, properti perusahaan serta lingkungan.

* Mengutamakan keselamatan kerja dengan menyediakan perlengkapan RK3 dan BPJS ketenagakerjaan
* Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi karyawan/pekerja, subkontraktor dan pengunjung.
* Mengeliminir pekerjaan yang bisa berakibat kecelakaan kerja. Untuk mencapai hal tersebut kita akan membangun dan menjaga Kesehatan
Kerja dan Sistem Manajemen Keselamatan sesuai dengan Peraturan Perundangan yang berlaku.
* Memberikan induksi dan pelatihan bagi karyawan dan pekerja
* Menetapkan dan memantau tujuan keselamatan di lokasi dan melaksanakan tindakan korektif untuk meningkatkan kinerja
* Mematuhi Keselamatan dan Kesehatan Perundang‐undangan yang relevan, Standar dan Kode Praktek
* Memacu perilaku karyawan dan pekerja bahwa mereka bertanggung jawab untuk kesehatan dan keselamatan mereka sendiri
* Mempromosikan kebugaran untuk bekerja
* Menyediakan program efektif untuk rehabilitasi yang terluka Upaya‐upaya keselamatan kerja yang dilaksanakan pada suatu lingkungan
kerja merupakan tanggung jawab manajemen perusahaan beserta seluruh karyawan. Karyawan pada konteks ini tidak hanya terbatas
pada personil dari perusahaan yang bersangkutan namun juga personil dari luar perusahaan seperti halnya tamu, karyawan kontraktor,
pekerja/tukang atau pun pemasok.
PAKTA KOMITMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :
Jabatan :
Bertindak untuk : PT/CV
dan atas nama

dalam rangka pengadaan pekerjaan Pengadaan Jasa Konstruksi Pematangan Lahan dan Turap Relokasi Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar - Jawa Timur Tahun Anggaran 2023 berkomitmen melaksanakan konstruksi berkeselamatan
demi terciptanya Zero Accident , dengan memastikan bahwa seluruh pelaksanaan konstruksi:

1. Memenuhi ketentuan Keselamatan Konstruksi;


2. Menggunakan tenaga kerja kompeten bersertifikat;
3. Menggunakan peralatan yang memenuhi standar kelaikan;
4. Menggunakan material yang memenuhi standar mutu;
5. Menggunakan teknologi yang memenuhi standar kelaikan;
6. Melaksanakan Standar Operasi dan Prosedur (SOP); dan
7. Memenuhi 9 (sembilan) komponen biaya penerapan SMKK.

Blitar, September 2023


PT/CV

-
Direktur
B. Perencanaan keselamatan konstruksi

Dalam proses pekerjaan yang sering muncul dan terjadi yaitu kecelakaan kerja, masalah kesehatan saat bekerja. Masalah ini yaitu salah satu
yang perlu diprioritaskan oleh perusahaan jasa konstruksi, pastinya akan menambah biaya pengeluaran anggaran untuk pihak
perusahaan.Proyek konstruksi yaitu adalah rangkaian jenis aktivitas yang melibatkan manajemen perusahaan, tenaga kerja.

Dalam pengadaan pekerjaan konstruksi taraf besar maupun taraf kecil, dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan.
Aktivitas pekerjaan konstruksi biasanya yaitu dilakukan, ditangani pada ruang/lapangan terbuka. Pada genangan air/lumpur ataupun
timbunan, dan dalam kondisi cuaca yang silih berganti.Tidak dapat dihindari masalah ini dapat menyebabkan penyakit dan masalah kesehatan,
karena negatifnya akan kehilangan sumberdaya tenaga kerja. Hal semacam ini pastinya akan memengaruhi operasional dalam proses
pekerjaan, yang berarti merugikan pada semua yang berkepentingan misalnya, penyandang dana/yang memiliki proyek, konsultan, penyedia
layanan/kontraktor dan pastinya tenaga kerja.
Meminimkan dan menghindari kecelakaan pada tenaga kerja maka perlu diperhatikan, diprioritaskan buat Perencanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3). Suatu kewajiban untuk bangsa Indonesia untuk secara aktif kontinyu melakukan perlindungan pada para tenaga kerja.
Perlindungan untuk para tenaga kerja mencakup hal pokok yang luas,yakni perlindungan keselamatan, kesehatan, penjagaan moral kerja,
moral agama dan perlakuan yang bermatabat sesuai budaya bangsa.

B.1. Identifikasi bahaya, Penilaian risiko, Pengendalian dan Peluang

Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan Pengendalian Resiko merupakan salah satu syarat elemen Sistem Manajemen Keselamatan Kerja
OHSAS 18001:2007 klausul 4.3.1. Identifikasi Bahaya dilaksanakan guna menentukan rencana penerapan K3 di lingkungan Perusahaan.

Identifikasi bahaya termasuk di dalamnya ialah identifikasi aspek dampak lingkungan operasional Perusahaan terhadap alam dan penduduk
sekitar di wilayah Perusahaan menyangkut beberapa elemen seperti tanah, air, udara, sumber daya energi serta sumber daya alam lainnya
termasuk aspek flora dan fauna di lingkungan Perusahaan.

Identifikasi Bahaya dilakukan terhadap seluruh aktivitas operasional Perusahaan di tempat kerja meliputi :

1. Aktivitas kerja rutin maupun non‐rutin di tempat kerja.


2. Aktivitas semua pihak yang memasuki tempat kerja termasuk kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu.
3. Budaya manusia, kemampuan manusia dan faktor manusia lainnya.
4.
Bahaya dari luar lingkungan tempat kerja yang dapat mengganggu keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang berada di tempat kerja.

5. Infrastruktur, perlengkapan dan bahan (material) di tempat kerja baik yang disediakan Perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan
dengan Perusahaan.
6. Perubahan atau usulan perubahan yang berkaitan dengan aktivitas maupun bahan/material yang digunakan.
7. Perubahan Sistem Manajemen K3 termasuk perubahan yang bersifat sementara dan dampaknya terhadap operasi, proses dan aktivitas
kerja.
8. Penerapan peraturan perundang‐undangan dan persyaratan lain yang berlaku.
9. Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur operasional, struktur organisasi termasuk penerapannya terhadap
kemampuan manusia.

Identifikasi bahaya yang dilaksanakan memperhatikan faktor‐faktor bahaya sebagai berikut :

1. Biologi (jamur, virus, bakteri, mikroorganisme, tanaman, binatang).


2. Kimia (bahan/material/gas/uap/debu/cairan beracun, berbahaya, mudah meledak/menyala/terbakar, korosif, iritan, bertekanan, reaktif,
radioaktif, oksidator, penyebab kanker, bahaya pernafasan, membahayakan lingkungan, dsb).
3. Fisik/Mekanik (infrastruktur, mesin/alat/perlengkapan/kendaraan/alat berat, ketinggian, tekanan, suhu, ruang terbatas/terkurung,
cahaya, listrik, radiasi, kebisingan, getaran dan ventilasi).
4. Biomekanik (postur/posisi kerja, pengangkutan manual, gerakan berulang serta ergonomi tempat kerja/alat/mesin).
5. Psikis/Sosial (berlebihnya beban kerja, komunikasi, pengendalian manajemen, lingkungan sosial tempat kerja, kekerasan dan intimidasi).

6. Dampak Lingkungan (air, tanah, udara, ambien, sumber daya energi, sumber daya alam, flora dan fauna).
Penilaian resiko menggunakan pendekatan metode matriks resiko yang relatif sederhana serta mudah digunakan, diterapkan dan menyajikan
representasi visual di dalamnya.
1. Pengendalian resiko didasarkan pada hierarki sebagai berikut :
2. Eliminasi (menghilangkan sumber/aktivitas berbahaya).
3. Substitusi (mengganti sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area yang lebih aman).
4. Perancangan (modifikasi/instalasi sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area supaya menjadi aman).
5. Administrasi (penerapan prosedur/aturan kerja, pelatihan dan pengendalian visual di tempat kerja).
6. Alat Pelindung Diri (penyediaan alat pelindung diri bagi tenaga kerja dengan paparan bahaya/resiko tinggi).

Keseluruhan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko didokumentasikan dan diperbarui sebagai acuan rencana penerapan K3 di
lingkungan Perusahaan.
Potensi bahaya adalah kondisi atau keadaan baik pada orang, peralatan, mesin, pesawat, instalasi, bahan, cara kerja, sifat kerja, proses produksi
dan lingkungan yang berpotensi menimbulkan gangguan, kerusakan, kerugian, kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran dan penyakit
akibat kerja.

Tingkat
Deskripsi Definisi
Kekerapan
• Besar kemungkinan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan
5 Hampir pasti terjadi
• Kemungkinan terjadinya kecelakaan lebih dari 2 kali dalam 1 tahun
• Kemungkinan akan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan
4 Sangat mungkin terjadi pada hampir semua kondisi
• Kemungkinan terjadinya kecelakaan 1 kali dalam 1 tahun terakhir
• Kemungkinan akan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan
3 Mungkin terjadi pada beberapa kondisi tertentu
• Kemungkinan terjadinya kecelakaan 2 kali dalam 3 tahun terakhir
• Kecil kemungkinan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan
2 Kecil kemungkinan terjadi pada beberapa kondisi tertentu
• Kemungkinan terjadinya kecelakaan 1 kali dalam 3 tahun terakhir
• Dapat terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan pada beberapa
1 Hampir tidak pernah terjadi kondisi tertentu
• Kemungkinan terjadinya kecelakaan lebih dari 3 tahun terakhir
B.1. Identifikasi bahaya, Penilaian Risiko, Pengendalian dan Peluang
Tabel Identifikasi bahaya, Penilaian Risiko, Pengendalian dan Peluang (IBRP)

Nama Perusahaan : -
Nama Paket Pekerjaan : Pengadaan Jasa Konstruksi Pematangan Lahan dan Turap Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar - Jawa Timur Tahun Anggaran 2023
Lokasi : Blitar

DESKRIPSI RISIKO PENILAIAN TINGKAT RISIKO PENILAIAN SISA RISIKO


NO KEMUNG NILAI TINGKAT KEMUNG NILAI TINGKAT KETERAN
IDENTIFIKASI BAHAYA JENIS BAHAYA PERSYARATAN PEMENUHAN PERATURAN PENGENDALIAN AWAL KEPARAH PENGENDALIAN LANJUTAN KEPARAH
URAIAN PEKERJAAN KINAN RISIKO (F RISIKO KINAN RISIKO (F RISIKO GAN
(Skenario Bahaya) (Tipe Kecelakaan) (F)
AN (A)
X A) (TR) (F)
AN (A)
X A) (TR)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1 Pengurugan dan Pemadatan Lahan √ Terlindas Dump Truck - UU No. 1 thn.1970 tentang keselamatan kerja - Penggunaan APD pada pekerja konstruksi
dan Alat Berat Luka Serius dan - Permenaker No.1 thn. 1980 tentang k3 pada konstruksi bangunan - Pemasangan rambu-rambu kerja 3 3 9 Tinggi Teknis 3 3 9 Tinggi
meninggal - Mengikuti standar metode kerja

JUMLAH RATA - RATA 1.80 Kecil

KETERANGAN
PENILAIAN RESIKO K3
KEMUNGKINAN TINGKAT RESIKO = KEMUNGKINAN X AKIBAT Blitar, September 2023
Nilai 1 = Jarang Terjadi Nilai 1 dan 2 = Resiko Rendah PT/CV
Nilai 2 = Kadang - kadang terjadi Nilai 3 dan 4 = Resiko Sedang
Nilai 3 = Sering Terjadi Nilai 6 dan 9 = Resiko Tinggi

AKIBAT/KEPARAHA (SEVERITY)
Nilai 1 = Luka ringan
Nilai 2 = Luka sedang
Nilai 3 = Luka berat,cacat, kematian
0
Direktur
B.2. Rencana Tindakan (Sasaran & Program)

Nama Perusahaan : 0
Nama Paket Pekerjaan : Pengadaan Jasa Konstruksi Pematangan Lahan dan Turap Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar - Jawa Timur Tahun Anggaran 2023
Lokasi : Blitar
``
SASARAN PROGRAM
Pengendalian Risiko (Sesuai Kolom
No. Jadwal Waktu Bentuk PENANGGUNG
Tabel 6 IBPRP) URAIAN TOLOK UKUR Uraian Kegiatan SUMBER DAYA INDIKATOR PENCAPAIAN
Pelaksanaan Monitoring JAWAB
1 3 4 5 6 7 9 8 10
1 Pengurugan dan Pemadatan Lahan

Blitar, September 2023


PT/CV

Direktur
B.3. Standar dan peraturan perundangan

Daftar Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan K3 yangdigunakan sebagai acuan dalam melaksanakan SMK3
Konstruksi Bidang PU antara lain sebagai berikut:

NO Peraturan Perundang - Undangan


1 UU No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
2 UU No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3 UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
4 UU No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
5 UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
6 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
7 PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
8 PP No. 18 Tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja
9 Permen PU No. 09 Tahun 2008 tentang Pedoman Manajemen K3 Konstruksi
10 Permenaker No. 01 Tahun 1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada kegiatan konstruksi
11 Permenaker No. 05 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan Kerja dan kesehatan kerja(SMK3)
12 Permenaker No. 05 tahun 2018 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
C. Dukungan Keselamatan Konstruksi
C.1 Sumber Daya

Akan selalu kami sediakan fasilitas yang cukup memadai, sumberdaya dan peralatan yang sesuai dengan
kebutuhan sehingga kebijakan kesehatan dan keselamatan dapat diimplementasikan dengan baik,
Termasuk biaya anggaran,tenaga personil dan pelatihan,kesempatan meningkatkan kualitas dan wadah
untuk berpartisipasi dalam perencanaan, evaluasi pelaksanaan, dan tindakan menuju perbaikan.

Senantiasa selalu mengadakan pelatihan K3 harus dimulai dengan orientasi karyawan, ketika seorang
karyawan baru atau ditransfer kepekerjaan baru. Sesi orientasi yang berkaitan dengan K3 yang
mencakup :
1. Tanggung Jawab K3 ;
2. Lokasi pertolongan pertama;
3. Prosedur darurat;
4. Pelaporan cedera, kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman;
5. Penggunaan peralatan pelindung diri (APD);
6. Hak untuk menolak pekerjaan yang berbahaya;
7. Bahaya, termasuk di luar area kerja mereka sendiri;
8. Alasan untuk setiap aturan K3.
Pekerja tidak harus dilihat sebagai pengamat dalam K3. Mereka bertanggungjawab untuk melindungi
keselamatan dan kesehatan mereka sendiri ditempat kerja sehingga mereka perlu mengambil bagian
dalam memastikan berfungsinya kebijakan K3. Untuk melakukan ini, mereka perlu menya dari dan
memahami berbagai bahaya kesehatan dan keselamatan, standar dan praktek praktekyang relevan
dengan pekerjaan mereka.

C.2. Kompetensi
Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang tentang Ketenagakerjaan, setiap perusahaan wajib
melaksanakan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerjauntuk melindungi keselamatan tenaga kerja dan
sarana produksi. Untuk itu diperlukan tenaga-tenaga K3 yang profesional dan kompeten dalam
mengembangkan, mengkoordinir, memfasilitasi dan melaksanakan program-program K3 dalam
perusahaan.
Salah satu bidang kompetensi yang diperlukan dalam dunia usaha adalah Ahli K3 untuk tingkat
utama,madya dan muda yang dituangkan dalam SKKNI bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pada
Paketpekerjaan ini Kami menyiapkan Petugas K3 dengan Sertifikat K3.
C.3. Kepedulian
Kepedulian kami terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari kegiatan operasional dan bisnis perusahaan yang pelaksanaannya merupakan tanggungjawab semua
jajaran di perusahaan.

Kami bertekad untuk melaksanakan kegiatan perusahaan yang bergerak dalam bidang JASA
KONSTRUKSI yang mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja dengan penerapan program
perbaikan berkelanjutan melalui Sistem Manajemen Kesehatan & Keselamatan Kerja (OHSAS-18001)
sehingga dapat tercipta tempat kerja yang aman serta nyaman bagi siapapun yang berada ditempat kerja
Untuk dapat memenuhi hal tersebut maka kami berkomitmen :
1. Membangun manajemen perusahaan yang mengacu pada sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) berpedoman pada Permen PU Nomor : 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang PU
2. Menetapkan tujuan, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi sasaran dan program
Manajemen K3 (Kesehatan & Keselamatan Kerja) secara berkala agar selaras, baik dengan
perkembangan kondisi perusahaan, peraturan atau standar yang berlaku
3. Mematuhi peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang berkaitan dengan K3, serta
mengintegrasikannya ke dalam semua aspek kegiatan operasi perusahaan kami
4. Melaksanakan identifikasi bahaya seuai dengan sifat dan skala resiko K3 dalam semua aktivitas operasi
5. Menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau sasaran - sasaran K3
6. Menyediakan sumberdaya yang cukup untuk mengimplementasikan Sistem manajemen K3
7. Mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara SMK3
8. Memelihara program Lindungan Lingkungan terhadap kegiatan di semua area lokasi kerja
9. Mengkomunikasikan dan menanamkan kesadaran akan kebijakan ini kepada semua personil secara
berkala
10. Mengelola dan menangani semua material, baik yang berbahaya maupun yang tidak berbahaya,
termasuk mengendalikan potensi bahaya terhadap pekerja
11. Meningkatkan dan meninjau aspek Manajemen K3 secara periodik agar tetap relevan
12. Memberikan perlindungan bagi semua personil di tempat kerja sehingga dapat dicegah terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja
13. Memberikan pelatihan dan kompetensi yang sesuai dan memadai agar tenaga kerja dapat bekerja
secara aman dan selamat
14. Memperhatikan aspek K3 dalam semua kegiatan operasinya

C.4. Komunikasi
Komunikasi menjadi sesuatu yang sangat penting. Karena hal itu, maka Kami akan membuat Prosedur
Operasi Standard sebagai acuan dalam pelaksanaan dilapangan.

Jadwal Program Komunikasi

No JENIS KOMUNIKASI P. I. C WAKTU PELAKSANAAN

1 2 3 4

4
C.5. Informasi Terdokumentasi
Dalam ISO 9001:2015 dijelaskan bahwa persyaratan mengenai Informasi Terdokumentasi adalah sebagai
berikut :
1. Membuat dan memperbarui informasi didokumentasikan,
2. Dikontrol dan tersedia khususnya dan sesuai dengan yang diperlukan oleh organisasi
3. Perlindungan yang memadai
4. Ketentuan Distribusi yang berlaku misalnya akses, pengambilan, penggunaan, penyimpanan
5. Pengendalian perubahan, retensi dan disposisi
D. OPERASI KESELAMATAN KONSTRUKSI

D.1. Perencanaan dan Pengendalian Operasi

Setelah seluruh bahaya K3 di tempat kerja telah diidentifikasi dan dipahami, Perusahaan menerapkan pengendalian operasi yang diperlukan untuk mengelola resiko‐resiko terkait bahaya‐
bahaya K3 di tempat kerja serta untuk memenuhi peraturan perundang‐undangan dan persyaratan lainnya terkait dengan penerapan K3 di tempat kerja.

Keseluruhan pengendalian operasi bertujuan untuk mengelola resiko‐resiko K3 untuk memenuhi Kebijakan K3 Perusahaan.

Prioritas pengendalian operasi ditujukan pada pilihan pengendalian yang memiliki tingkat kehandalan tinggi selaras dengan hierarki pengendalian resiko/bahaya K3 di tempat kerja.

Pengendalian operasi akan diterapkan dan dievaluasi secara bersamaan untuk mengetahui tingkat keefektivan dari pengendalian operasi serta terintegrasi (tergabung) dengan keseluruhan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan.

Tabel Analisis Keselamatan Pekerjaan (Job Safety Analysis)

Nama Pekerja : ..............................................................


Nama Paket Pekerjaan : Pengadaan Jasa Konstruksi Pematangan Lahan dan Turap Relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar ‐ Jawa
Timur Tahun Anggaran 2023
Tanggal Pekerjaan :

1 4
2 5
3 6

URUTAN LANGKAH PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA PENGENDALIAN PENANGGUNG JAWAB

D.2. Kesiapan dan Tanggapan Terhadap Kondisi Darurat


a. Prosedur dan/atau petunjuk kerja tanggap darurat
Memuat prosedur dan/atau petunjuk kerja tanggap darurat sesuai dengan sifat dan klasifikasi Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi yang dikerjakan yang ditandatangani oleh Ahli Teknik
terkait dan Penanggung Jawab Keselamatan Konstruksi.

b. Prosedur dan/atau petunjuk kerja penyelidikan insiden


Memuat prosedur dan/atau petunjuk kerja penyelidikan insiden (kecelakaan, kejadian berbahaya, dan penyakit akibat kerja) yang ditandatangani oleh Penanggung Jawab Keselamatan
dan Konstruksi Kepala Pelaksana Pekerjaan Konstruksi.
E. EVALUASI KINERJA KESELAMATAN KONSTRUKSI

E.1 Pemantauan dan Evaluasi

Dilakukan berkala untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan K3
Harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh kegiatan, produk barang dan jasa termasuk dampaknya pada kinerja
perusahaan.
1. Pemantauan, pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja Evaluasi kinerja keselamatan konstruksi meliputi kegiatan pemantauan,
pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja. Penyedia jasa harus menetapkan:
a. Hal‐hal yang perlu dipantau dan diukur yang meliputi:
· Tingkat kepatuhan pemenuhan terhadap peraturan perundang‐undangan dan peraturan lain;
· Penanganan terkait dengan bahaya, risiko, dan peluang yang teridentifikasi;
· Pencapaian tujuan keselamatan konstruksi; dan
· Tingkat hasil guna pengendalian dan pelaksanaan.
b. Metode pemantauan, pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja;
c. Kriteria yang akan digunakan untuk mengevaluasi kinerja keselamatan konstruksi;
d. Waktu pemantauan, pengukuran, analisis, dan evaluasi, serta pelaporan;
e. Prosedur pengukuran kinerja Keselamatan Konstruksi.
2. Evaluasi kepatuhan Evaluasi kepatuhan dilakukan dengan cara:
a. Menentukan frekuensi dan metode evaluasi kepatuhan;
b. Mengevaluasi kepatuhan dan mengambil tindakan jika diperlukan;
c. Menjaga pengetahuan dan pemahaman tentang status kepatuhannya; dan
d. Menyimpan informasi terdokumentasi hasil evaluasi kepatuhan.
3. Audit Internal Penyedia Jasa harus melakukan audit internal untuk memberikan informasi apakah SMKK telah diterapkan sesuai
dengan persyaratan, kebijakan dan tujuan keselamatan konstruksi, dan telah ditetapkan serta dipelihara secara efektif. Audit
internal wajib dilakukan sekurang‐kurangnya 1 (satu) kali dalam jangka waktu 1 (satu) siklus pekerjaan konstruksi. Kegiatan
dalam pelaksanaan audit internal, meliputi:
a. Merencanakan, menetapkan, menerapkan dan memelihara program audit, termasuk frekuensi, metode, tanggung jawab,
konsultasi, persyaratan perencanaan dan pelaporan, serta hasil audit internal sebelumnya;
b. Menentukan kriteria dan ruang lingkup audit untuk setiap kali pelaksanaan audit;
c. Memilih dan menetapkan auditor yang kompeten, objektif dan tidak memihak;
d. Memastikan bahwa hasil audit dilaporkan kepada pimpinan yang berwenang; pekerja, dan perwakilan pekerja (jika ada),
serta pihak terkait lainnya;
e. Mengambil tindakan untuk mengatasi ketidaksesuaian guna meningkatkan kinerja keselamatan konstruksi;
f. Menyimpan informasi terdokumentasi sebagai bukti pelaksanaan program audit dan hasil audit.
g. Rencana Jadwal pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Konstruksi, Patroli Keselamatan Konstruksi dan Audit internal disajikan
dalam tabel selanjutnya.

Jadwal Inspeksi dan Audit

Bulan Ke
NO KEGIATAN P.I.C
1 2 3 4 5 6
1 2 3 4
E.2. Tinjauan Manajemen

Kegiatan pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 dilakukan mengacu pada kegiatan yang dilaksanakan, yaitu :

a. Personil yang terlibat berpengalaman dan keahlian cukup.


b. Catatan inspeksi, pengujian dan pemantauan terpelihara dan tersedia bagi manajemen, pekerja dan kontraktor kerja terkait.
c. Peralatan dan metode pengujian memadai untuk menjamin terpenuhinya standar K3.
d. Tindakan perbaikan pada saat ditemukan ketidak sesuaian terhadap persyaratan K3.
e. Penyelidikan memadai untuk menemukan inti permasalahan dari suatu insiden.
f. Analisis dan tinjauan ulang suatu hasil temuan.
g. Dilakukan berkala.
h. Sistematik dan independen oleh personil yang kompeten.
i. Metodologi yang sudah ditetapkan.
j. Frekuensi audit berdasarkan tinjauan ulang hasil audit sebelumnya dan bukti sumber bahaya.
k. Hasil audit digunakan untuk proses tinjauan ulang manajemen.
l. Hasil temuan pemantauan, audit dan tinjauan ulang didokumentasikan dan
m. digunakan untuk identifikasi tindakan perbaikan dan pencegahan
n. Pihak manajemen menjamin pelaksanaannya secara sistematik dan efektif

E.3. Peningkatan kinerja keselamatan konstruksi

Kinerja K3 sebuah perusahaan harus diukur pada setiap tingkat manajemen, dimulai dengan manajemen yang paling senior. Selain itu,
perusahaan akan perlu memutuskan bagaimana mengalokasikan tanggung jawab untuk pemantauan kinerja baik secara aktif ataupun
reaktif pada tingkat yang berbeda dalam rantai manajemen. Oleh karena itu, untuk pengukuran efektif, perlu ada standar kinerja di
tempat‐misalnya siapa melakukan apa dan kapan, dan apa efeknya.

Metode pengukuran kinerja K3 secara proaktif dan reaktif di tempat kerja memiliki prioritas dan tujuan untuk mendorong adanya
peningkatan kinerja K3 serta mengurangi kejadian kecelakaan (accident) dan peristiwa (incident) kerja di tempat kerja.

Beberapa hal yang bisa kita masukkan (kategorikan) ke dalam pengukuran proaktif kinerja K3 adalah:

a. Penilaian kesesuaian dengan perundang‐undangan dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan penerapan K3 di tempat kerja.
b. Efektivitas hasil inspeksi dan pemantauan kondisi bahaya di tempat kerja.
c. Efektivitas pastisipasi tenaga kerja terhadap penerapan K3 di tempat kerja.
d. Survey tingkat kepuasan tenaga kerja terhadap penerapan K3 di tempat kerja.
e. Penilaian efektivitas pelatihanK3.
f. Penilaian aktivitas kerja yang berhubungan dengan resiko K3perusahaan.
g. Efektivitas hasil audit internal dan audit eksternal Sistem Manajemen K3(SMK3).
h. Pemantauan budaya K3 seluruh personil K3 di bawah kontrol perusahaan.
i. Penerapan beberapa program K3.
j. Schedule penyelesaian rekomendasi penerapan K3 di tempat kerja.
k. Schedule pemeriksaan kesehatan tenaga kerja berkala di tempat kerja.

Sedangkan yang termasuk dalam pengukuran reaktif kinerja K3, ada beberapa hal yang bisa kita ukur, adalah:
a. Tuntutan tindakan pemenuhan dari pemerintah.
b. Tuntutan tindakan pemenuhan dari pihak ke tiga yang berhubungan dengan perusahaan.
c. Tingkat hilangnya jam kerja (lost time) akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja(PAK).
d. Tingkat keseringan kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja(PAK).
e. Pemantauan kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja(PAK).

Adapun Kewajiban dari setiap Perusahaan dalam Pemantauan dan Pengukuran kinerja dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi di
lapangan, adalah:

Perusahaan wajib menyediakan peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan pemantauan dan pengukuran kinerja K3. Seperti; alat
pengukur tingkat kebisingan, alat tes gas beracun, pencahayaan, serta alat lainnya sesuai dengan aktivitas operasional perusahaan.
* Perusahaan wajib menganalisa hasil pemantauan dan pengukuran kinerja K3 di tempat kerja secara komputerisasi.
* Perusahaan wajib menggunakan alat‐alat yang sudah di kalibrasi secara tepat, berkala dan teratur.
* Perusahaan wajib mengganti alat‐alat yang sudah tidak layak menurut standar kinerja K3.
* Perusahaan wajib melaksanakan kalibrasi dan perawatan alat ukur pemantauan dan pengukuran kinerja K3 oleh personil ahli
pelaksanaan kalibrasi.
* Perusahaan wajib melakukan kalibrasi secara berkala seluruh alat‐alat pemantauan dan pengukuran kinerja K3, sesuai dengan
pengaturan nilai besaran satuan secara standar nilai yang berlaku baik lokal dan Internasional.

Blitar, September 2023


PT/CV

Direktur

Anda mungkin juga menyukai