RingkasanKajian
OKTOBER 2012
S
anak balita meninggal dunia. Selain itu, setiap jam, keempat (penurunan angka kematian anak) pada tahun
satu perempuan meninggal dunia ketika melahirkan 2015, meskipun nampaknya Indonesia berada dalam arah
atau yang tepat pada tahun-tahun sebelumnya.
karena sebab-sebab yang berhubungan dengan kehamilan.
Pola-pola kematian anak
Peningkatan kesehatan ibu di Indonesia, yang
S
merupakan Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) ebagian besar kematian anak di Indonesia saat
kelima, berjalan lambat dalam beberapa tahun ini terjadi pada masa baru lahir (neonatal), bulan
terakhir. Rasio kematian ibu, yang diperkirakan sekitar pertama kehidupan. Kemungkinan anak meninggal
228 per pada usia yang berbeda adalah 19 per seribu selama masa
100.000 kelahiran hidup, tetap tinggi di atas 200 selama neonatal, 15 per seribu dari usia 2 hingga 11 bulan dan
dekade terakhir, meskipun telah dilakukan upaya-upaya 10 per seribu dari usia satu sampai lima tahun. Seperti di
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu. Hal ini negara-negara berkembang lainnya yang mencapai status
bertentangan dengan negara-negara miskin di sekitar pendapatan menengah, kematian anak di Indonesia karena
Indonesia yang menunjukkan peningkatan lebih besar infeksi dan penyakit anak-anak lainnya telah mengalami
pada MDG kelima (Gambar 1). penurunan, seiring dengan peningkatan pendidikan ibu,
kebersihan rumah tangga dan lingkungan, pendapatan
Indonesia telah melakukan upaya yang jauh lebih baik dan akses ke pelayanan kesehatan. Kematian bayi baru
dalam menurunkan angka kematian pada bayi dan lahir kini merupakan hambatan utama dalam menurunkan
balita, yang merupakan MDG keempat. Tahun 1990-an kematian anak lebih lanjut. Sebagian besar penyebab
menunjukkan perkembangan tetap dalam menurunkan kematian bayi baru lahir ini dapat ditanggulangi.
angka kematian balita, bersama-sama dengan komponen-
komponennya, angka kematian bayi dan angka kematian Baik di daerah perdesaan maupun perkotaan dan
bayi baru lahir. Akan tetapi, dalam beberapa tahun untuk seluruh kuintil kekayaan, kemajuan dalam
mengurangi angka kematian bayi telah terhenti
Figure
Gambar
Gambar 1.1.Maternal
1. Tren
Tren mortality
kematian
kematian Ibu,
ibu, trends,
beberapa
beberapa selected
negara
negara ASEAN
ASEAN
ASEAN
dalam beberapa tahun terakhir. Survei Demografi dan
countries
Sumber: UNUN
Sumber: Maternal Mortality
Maternal Estimation
Mortality Group:
Estimation WHO,
Group: UNICEF,
WHO, UNFPA,
UNICEF, World
UNFPA, BankBank
World
700 UN
Source: per Maternal
100,000 live
Mortality Estimation Group: WHO, UNICEF, UNFPA, World Bank
Maternal deaths
births Kesehatan 2007 (SDKI 2007) menunjukkan bahwa
600 baik angka kematian balita maupun angka kematian
bayi baru lahir telah meningkat pada kuintil kekayaan
500
tertinggi, tetapi alasannya tidak jelas (Gambar 2).
400 Meskipun rumah tangga perdesaan masih memiliki angka
kematian balita sepertiga lebih tinggi daripada angka
300
kematian balita pada rumah tangga perkotaan, tetapi
200 Indonesia's MDG sebuah studi menunjukkan bahwa angka kematian di
target = 102
Philippines perdesaan mengalami penurunan lebih cepat daripada
100
angka kematian di perkotaan, dan bahwa kematian di
0 perkotaan bahkan telah mengalami peningkatan pada
1990 1995 2000 2005 2010 2015
masa neonatal. Tren ini tampaknya terkait dengan
urbanisasi yang cepat, sehingga menyebabkan kepadatan dan anak-anak yang terkena dampak dari kondisi ini,
penduduk yang berlebihan, kondisi sanitasi yang buruk yang mengakibatkan perlunya pertimbangan dalam
pada penduduk miskin perkotaan, yang diperburuk oleh menentukan target upaya-upaya yang dilakukan.
perubahan dalam masyarakat yang telah menyebabkan
hilangnya jaring pengaman sosial tradisional. Kualitas Anak-anak dari ibu yang kurang berpendidikan
pelayanan yang kurang optimal di daerah-daerah miskin umumnya memiliki angka kematian yang lebih tinggi
perkotaan juga merupakan faktor penyebab. daripada mereka yang lahir dari ibu yang lebih
berpendidikan. Selama kurun waktu 1998-2007, angka
kematian bayi pada anak-anak dari ibu yang tidak
Gambar 2. Angka kematian anak balita & bayi baru lahir
menurut kelompok kekayaan dalam periode sepuluh tahun berpendidikan adalah 73 per 1.000 kelahiran hidup,
sebelum setiap survey sedangkan angka kematian bayi pada anak-anak dari ibu
90 yang berpendidikan menengah atau lebih tinggi adalah
24
Under five mortality rates Neonatal mortality rates
80 per 1.000 kelahiran hidup. Perbedaan ini disebabkan oleh
70 perilaku dan pengetahuan tentang kesehatan yang lebih
60 2007 baik di antara perempuan-perempuan yang berpendidikan.
50
2007
40 2007 Indonesia mengalami peningkatan feminisasi epidemi
2007
30 2003
2003
2007 2007 HIV/AIDS. Proporsi perempuan di antara kasus-kasus
20 2003 2007
2007 2007 HIV baru telah meningkat dari 34 persen pada tahun
2003 2003
10 2003 2003 2003
2003 2008 menjadi 44 persen pada tahun 2011. Akibatnya,
0
Lowest Second Middle Fourth Highest Lowest Second Middle Fourth Highest
Kementerian Kesehatan telah memproyeksikan
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 peningkatan infeksi HIV pada anak-anak.
P
elayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang
berkualitas dapat mencegah tingginya angka
kematian. Di Indonesia, angka kematian bayi
bar u lahir pada anak-anak yang ibunya mendapatkan
p elayanan antenatal dan p ertolongan p ersalinan
oleh profesional medis adalah sep erlima dari
angka kematian pada anak-anak yang ibunya tidak
mendapatkan p elayanan ini. Gambar 4 memb erikan
gambaran umum tentang cakupan b eb erapa
pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir di
Indonesia.
3
Sulbar
West Sulawesi
Maluku Sekitar 61 persen perempuan usia 10-59 tahun
Maluku
NTB
West Nusa Tenggara
NTT
melakukan empat kunjungan pelayanan antenatal
East Nusa Tenggara
Kalsel
South Kalimantan
yang disyaratkan selama kehamilan terakhir
Maluku Utara
North Maluku
Sulteng
mereka. Kebanyakan perempuan hamil (72 persen) di
Central Sulawesi
Gorontalo
Gorontalo Indonesia melakukan kunjungan pertama, tetapi putus
Sumut
North Sumatra
Bengkulu
Bengkulu
sebelum empat kunjungan yang direkomendasikan
Papua
Papua oleh Kementerian Kesehatan. Kurang lebih 16 persen
West Sumbar
Sumatra
Papua Barat
West Papua NMR perempuan (25 persen dari perdesaan dan 8 persen
Sultra
Southeast Sulawesi
Kalbar
perempuan perkotaan) tidak pernah mendapatkan
West Kalimantan
Banten
Banten IMR pelayanan antenatal selama kehamilan terakhir mereka.
Kepri
Riau Islands
Lampung
Lampung
Sulsel
South Sulawesi U5MR Kualitas pelayanan yang diterima selama kunjungan
Sumsel
South Sumatra
Jawa
WestBarat
Java antenatal tidak memadai. Kementerian Kesehatan
Riau
Riau
Indonesia merekomendasikan komponen-komponen
Jambi
Jambi Figure
Gambar 3. Under-five,
3. Angka kematian
Bangka Bangka B.
Belitung Gambarinfant
anak balita,
3.&Angka
bayi& neonatal
bayi baru pelayanan antenatal yang berkualitas sebagai berikut:
JawaTimur
East Java kematian
mortality
lahir (U5MR,anak
IMR,balita,
rates (U5MR,
NMR)
Aceh
Aceh bayi & bayi baru
untuk periode lahir
IMR,tahun
10 NMR)
(i) pengukuran tinggi dan berat badan, (ii) pengukuran
North Sulawesi
Sulut sebelum setiap survey.
(U5MR,
Sumber:IMR,SDKI NMR)
in the 10-year
2007
period tekanan darah, (iii) tablet zat besi, (iv) imunisasi
East Kalimantan
Kaltim
Bali
untuk preceding
periode the survey.
10 tahun
Source: IDHS 2007 tetanus toksoid, (v) pemeriksaan per ut, dan selain (vi)
Bali
DKIJakarta
Jakarta sebelum setiap survey
DKI
Central Kalimantan
Kalteng Sumber: SDKI 2007
pengetesan sampel darah dan urin dan (vii) informasi
Central
Jawa Java
Tengah tentang tanda-tanda komplikasi kehamilan. Sekitar
DI Yogyakarta
DI Yogyakarta
86 dan 45 persen perempuan hamil masing-masing telah
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 diambil sampel darah mereka dan diberitahu tentang
tanda-tanda komplikasi kehamilan. Akan tetapi,
90% Persalinan di fasilitas
Facility
kesehatanbased deliver hanya 20 persen perempuan hamil mendapatkanl lima
80% 4 kunjungan pelayanan intervensi pertama secara lengkap, menur ut Riskesdas
4antenatal
antenatal care
visit
2010. Bahkan di Yogyakarta, provinsi dengan cakupan
70%
4 kunjungan
Quality antenatal
pelayanan antenatalcar
tertinggi, proporsi ini hanya 58 persen. Sulawesi Tengah
60%
memiliki cakupan terendah sebesar 7 persen.
Pelayanan pasca
50% Timely postnatal
kelahiran
Gambar 4. care
tepat waktu
40%
Cakupan Sekitar 38 persen perempuan usia reproduktif
TT2+
TT3+
pelayanan
kesehatan
menyatakan telah mendapatkan dua atau lebih
30%
Ibu menurut suntikan tetanus toxoid (TT2 +) selama kehamilan.
20% tempat tinggal Kementerian Kesehatan merekomendasikan agar p
dan kelompok
10% Gambar
Figure 4.
4.Cakupan
Maternal
kekayaan. erempuan mendapatkan suntikan tetanus toksoid
pelayanan kesehatan
health services
ibu menurut
Sumber: tempat
Riskedas 2010 selama dua kehamilan p ertama, dengan suntikan p
0% coverage
tinggal dan kelompokby
residence and .wealth
kekayaan enguat sekali selama setiap kehamilan b erikutnya
quintiles untuk memb erikan p erlindungan p enuh. Cakupan
Sumber: Riskedas 2010
Source: Riskesdas 2010. TT2
+ terendah terdapat di Sumatera Utara (20 p ersen) dan
tertinggi di Bali (67 p ersen).
Gambar 6. Cakupan pelayanan kesehatan Ibu: 0% 20% 40% 60% 80% 100%
Figure
Gambar 5. Maternal
6. Cakupan health
provinsi dengan
pelayanan services coverage:
kinerja
kesehatan terbaik
ibu: best
provinsidan and worst-
terburuk
dengan kinerja terbaik dan
performing
terburuk . Sumber:
Sumber: Riskedas
Riskedas 20102010 (Susenas
(Susenas 20102010 untuk
untuk pertolongan
pertolongan persalinan
persalinan)
provinces Source: Riskesdas 2010 (Susenas 2010 for birth attendance)
TT2+
TT3+
Pertolongan persalinan
Skilled birth
terampil
attendance
Pelayanan pasca
Timely postnatal
kelahiran care
tepat waktu
Pelayanan antenatal
Quality antenatal care
yang berkualitas
4 kunjungan pelayanan
4 antenatal care visits
antenatal
Facility
Persalinan based
di fasilitas
kesehatan
delivery
Kira-kira 31 persen ibu nifas mendapatkan
pelayanan antenatal “tepat waktu.” Ini berarti
pelayanan dalam waktu 6 sampai 48 jam setelah
melahirkan, seperti
yang ditentukan oleh Kementerian Kesehatan. Pelayanan
pasca persalinan yang baik sangat penting, karena
sebagian besar kematian ibu dan bayi bar u lahir terjadi
pada dua hari pertama dan pelayanan pasca persalinan
diperlukan untuk menangani komplikasi setelah
persalinan. Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Timur
dan Papua menunjukkan kinerja terbur uk dalam hal
ini, cakupan pelayanan pasca persalinan tepat waktu
hanya 18 persen di Kepulauan Riau. Sekitar 26 persen
dari semua ibu nifas pernah mendapatkan pelayanan
pascapersalinan.
Di antara pelayanan kesehatan yang tersedia bagi di DPR memainkan peran penting dalam menentukan
ibu, persalinan di fasilitas kesehatan alokasi dana untuk kabupaten masing-masing, dan
menunjukkan kesenjangan terbesar (Gambar 4 dan dengan demikian, memperlambat proses DAK tersebut.
5). Proporsi persalinan di fasilitas kesehatan di
daerah-daerah perkotaan sebesar 113 persen lebih
tinggi daripada proporsi di daerah-daerah
perdesaan. Proporsi perempuan dari kuintil
kekayaan tertinggi yang melahirkan di fasilitas
kesehatan sebesar 111 persen lebih tinggi daripada
proporsi dari kuintil termiskin.
Hambatan
uruknya kualitas pelayanan kesehatan
B
antenatal, persalinan, dan pascapersalinan
merupakan hambatan utama untuk
menurunkan kematian
ibu dan anak. Untuk selur uh kelompok penduduk,
cakupan tentang indikator yang berkaitan dengan
kualitas pelayanan (misalnya, pelayanan antenatal yang
berkualitas) secara konsisten lebih rendah daripada
cakupan yang berkaitan dengan kuantitas atau akses
(misalnya empat kunjungan antenatal). Studi 2002
menunjukkan bahwa bur uknya kualitas pelayanan mer
upakan faktor penyebab 60 persen dari 130 kematian ibu
yang dikaji.
Peluang untuk
melakukan tindakan
S
ecara keseluruhan, pengeluaran kesehatan di
Indonesia perlu ditingkatkan, termasuk proporsi
DAK untuk sektor kesehatan. Peningkatan
p engeluaran kesehatan har us sejalan dengan p
enanganan hambatan keuangan dan hambatan lainnya
yang menghalangi p erempuan miskin untuk mengakses
p elayanan kesehatan yang b erkualitas.
Di tingkat nasional, standar pelayanan minimal BPS-Statistics Indonesia (2011): Susenas 2010: National
(SPM) yang ada perlu dikaji ulang dan dirumuskan Socio- Economic Survey. Jakarta: BPS
kembali. Banyak kabupaten miskin menganggap
BPS-Statistics Indonesia and Macro International (2008):
bahwa standar yang ada sekarang ini tidak dapat Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS 2007).
dicapai. Standar tersebut harus mengakomodir Calverton, Maryland, USA: Macro International and Jakarta:
kesenjangan yang luas dan dasar-dasar yang berbeda BPS.
di Indonesia, misalnya, dengan merumuskan
Lawn, J.E., Cousens, S., and Zupan, J. (2005): ‘4 million
perkembangan terkait dengan kenaikan prosentase
neonatal deaths: When? Where? Why?’ Lancet, 365: 891-
bukan tingkat yang tetap. Hal
900
ini akan memungkinkan kabupaten-kabupaten untuk
mengembangkan rencana aksi yang lebih realistis. Ministr y of Health (2000): Petunjuk pelaksanaan program
Penetapan standar tertentu harus mempertimbangkan imunisasi di Indonesia (Guidelines for the implementation
realitas geografis, kepadatan penduduk dan ketersediaan of immunization program in Indonesia) Jakarta, Indonesia:
Ministr y of Health
sumber daya manusia. Pemerintah harus mendukung
kabupaten atau kota yang tidak memiliki infrastruktur Ministr y of Health (2001a): National Strategic Plan for
untuk mencapai standar pelayanan minimal. Making Pregnancy Safer (MPS) in Indonesia 2001-
2010. Jakarta, Indonesia: Ministr y of Health
Untuk mewujudkan manfaat desentralisasi secara Ministr y of Health (2001b): Yang perlu diketahui petugas
penuh, tim kesehatan kabupaten memerlukan dukungan kesehatan tentang kesehatan reproduksi (What health
dari pemerintah pusat dan provinsi dalam perencanaan service providers need to know about reproductive health)
dan implementasi berbasis bukti. Desentralisasi Jakarta, Indonesia: Ministr y of Health
meningkatkan potensi pemerintah daerah untuk Ministry of Health (2008): Laporan Nasional: Riset
merencanakan, menyusun anggaran dan melaksanakan Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, Jakarta: Ministry of
program-program yang disesuaikan dengan kebutuhan Health, National Institute of Health Research and
daerah. Akan tetapi, hal ini akan tercapai hanya jika Development.
kapasitas daerah memadai. Pemerintah provinsi
Ministr y of Health (2011): Laporan Nasional: Riset
memerlukan sumber daya untuk membantu rencana
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, Jakarta: Ministr y of
kabupaten dan melaksanakan intervensi yang dapat Health, National Institute of Health Research and
meningkatkan kualitas dan cakupan. Development.
Program-program kesehatan preventif perlu Nguyen, K.H., Bauze, A.E., Jimenez-Soto, E. and
Muhidin, S. (2011). Indonesia: developing an investment
dipromosikan dan dipercepat. Ini akan memerlukan
case for financing equitable progress towards MDGs 4
promosi serangkaian pelayanan mulai dari masa remaja
and 5 in
dan pra-kehamilan dan berlanjut sampai kehamilan, the Asia-Pacific region: Equity Report. Brisbane,
persalinan dan masa kanak-kanak. Intervensi harus Australia: School of Population Health, the University of
meliputi intervensi nyata dan hemat biaya seperti Queensland
manajemen kasus berbasis masyarakat tentang penyakit
SMERU (2008): The Specific Allocation Fund (DAK):
umum anak, promosi dan penyuluhan pemberian ASI,
Mechanisms and Uses. Jakarta: SMERU Research
pemberian suplementasi asam folat pada tahap pra-
Institute
kehamilan, terapi antelmintik ibu, suplementasi zat gizi
mikro bagi ibu dan bayi, dan penggunaan kelambu Supratikto, G, Wirth, M.E., Achadi, E., Cohen, S. and
nyamuk bagi ibu dan bayi. Untuk menghapus penularan Ronsmans, C. (2002): ‘A district-based audit of the causes and
HIV dari orang tua ke anak, diperlukan pengetesan dan circumstances of maternal deaths in South Kalimantan,
konseling HIV yang diprakarsai oleh penyedia pelayanan Indonesia.’ Bulletin of the World Health Organization,
80(3):2283- 4.
bagi semua perempuan hamil sebagai bagian dari
pelayanan antenatal secara tetap, tindak lanjut yang lebih UNICEF, WHO and UNFPA (1997): Guidelines for
kuat, dan pendidikan publik yang lebih baik. Monitoring the Availability and Use of Obstetric
Services. New York: UNICEF.
Sumber World Bank (2010): Indonesia Health Sector Review.
Accelerating Improvement in Maternal Health: Why reform is
needed. Policy and Discussion Notes, August 2010. Jakarta:
World Bank
World Bank: World Development Indicators database.
Available from: htt p://dat a.worldba n k.org/dat a-
cat alog/world- development-indicators Accessed 7 August
2012.
Ini adalah salah satu dari serangkaian Ringkasan Kajian yang dikembangkan oleh UNICEF Indonesia.
6 Untuk informasi lebih lanjut, hubungi jakarta@unicef.org atau klik www.unicef.or.id