SKENARIO 1
Nama : Ny.S
Usia : 75 tahun
Masalah :
Keluhan pasien :
a. Suara serak
b. Batuk kering
c. Pegal -pegal
d. Tekanan darah : 135/100 mmHg → 120/80 mmHg
Keadaan rumah :
a. Ventilasi menurun
b. Banyak tangga tetapi tidak ada pegangan
c. Wc jongkok dan cukup licin
d. Langit-langit rumah hanya ada di ruang tamu dan kamar saja
e. Lantai dapur belum memakai keramik, bisa menyebabkan licin
f. Di sebelah sumur ada sungai yang jarak nya dekat dengan rumah
a. Penglihatan menurun
b. Ispa
c. Low dependent
SKENARIO 2
Nama : Ny. S
Usia : 77 tahun
Masalah :
a. Hipertensi
b. Malnutrisi
c. Low dependent
a. Ventilasi menurun
b. Resiko jatuh meningkat
c. Kesehatan lingkungan tidak baik
3
SKENARIO 3
Nama : Tn. S
Usia : 68 th
Masalah :
Keluhan pasien :
Keadaan rumah :
a. Ada 2 kamar :
Kamar 1 : diisi oleh 6 orang
Kamar 2 : sendiri ( kurang ventilasi), berantakan
b. Atap kotor, banyak yang bolong
c. Dapur dekat mck
d. Lantai masih menggunakan semen belum memakai keramik dan tidak rata
e. Kamar mandi di luar dekat dengan sumur dan langsung nyambung ke kali
f. Ke arah wc ada tangga rawan untuk jatuh
g. Kurang pencahayaan
h. Lantai tanah
i. Ventilasi menurun
Kesimpulan
Resiko jatuh :
Gangguan penglihatan :
Infeksi :
Hipertensi :
Kesepian :
Kesehatan lingkungan :
MIND MAP
Masalah pada
geriatri
Non-farmako Sosio
Ekonomi
Farmako Assasment pada
Penatalaksanaan
pada geriatri geriatri
Lingkungan
Teori penuaan
Farmakodinamik
STEP 5
STEP 6
Belajar mandiri
7
Step 7
a. Faktor Risiko
i. Faktor Risiko Intrinsik
Sinkop, drop attacks, dan
dizziness merupakan penyebab jatuh
pada orang usia lanjut yang sering
disebut-sebut. Beberapa penyebab
sinkop pada orang usia lanjut yang
perlu dikenali antara lain respons
vasovagal, gangguan kardiovaskular
(bradi dan takiaritmia, stenosis aorta),
gangguan neurologis akut (TIA,
stroke, atau kejang). emboli paru, dan
gangguan metabolik.1
Drop attacks merupakan
kelemahan tungkai bawah mendadak
yang menyebabkan jatuh tanpa
kehilangan kesadaran. Kondisi
tersebut seringkali dikaitkan dengan
insufisiensi vertebrobasiler yang
dipicu oleh perubahan posisi kepala.1
Dizziness atau rasa tidak stabil
merupakan keluhan yang sering
diutarakan oleh orang usia lanjut yang
mengalami jatuh. Pasien yang
mengeluh rasa ringan di kepala harus
dievaluasi secermat mungkin akan
adanya hipotensi postural atau
11
B. Gangguan Penglihatan
Gangguan penglihatan adalah ganggaun penglihatan mata
sejenak pada kedua mata bisa terjadi pada gangguan vaskular di
korteks visual kedua sisi. Kehilangan penglihatan sejenak pada
satu mata akibat serangan otak sepintas karena gangguan pada
arteri karotis yang berlangsung <10 menit. Terdapatnya gangguan
penglihatan dengan keluhan kesukaran melakukan pekerjaan
malam hari disertai keluhan secara kualitatif melihat objek
menjadi kurang terang yang biasanya berhubungan dengan
kelainan mata.2
Lansia pada umumnya menderita presbiopi atau tidak
dapat melihat jarak jauh dengan jelas yang terjadi karena
elastisitas lensa mata berkurang (Maryam 2008). Proses
degenerasi dialami oleh berbagai jaringan didalam bola mata, sel-
sel reseptor berkurang, visus kurang tajam dibandingkan pada usia
muda. Keluhan silau (Foto-Fobi) timbul akibat proses penuaan
pada cornea dan lensa (Irianto, 2004). Gangguan mata lain yang
dapat menyebabkan kerusakan penglihatan seperti, katarak,
glaukoma.2
Faktor resiko
24
a. Presbiopi
Gangguan penglihatan yang terjadi karena kekakuan
lensa. Menurut penelitian lensa manusia mulai terjadi
kekakuan pada usia 40 tahun sehingga kemampuan
akomodasi menurun. Sinar yang masuk kemata tidak
dibiaskan tepat diretina dan dibutuhkan lensa kaca mata
yang sesuai dengan usia.2.
b. Katarak
Katarak adalah kekeruhan lensa atau kapsul lensa
mata yang disebabkan oleh proses penuaan, diabetes militus
dan pemberian obat kortison dalam waktu lama. Katarak
merupakan penyakit yang paling banyak terjadi pada lansia
(katarak senile) terutama pada usia diatas 70 tahun.
Perubahan biokimiawi yang ditemukan adalah
meningkatnya jumlah protein insoluble dan ion kalcium
dalam lensa. Gejala yang dirasakan lansia adalah
kehilangan secara bertahap, tidak nyeri, penglihatan buruk
saat membaca, pandangan silau, pupil bewarna putih susu.2
c. Glaukoma
27
Gambar 1.5 interaksi beberapa faktor predisposisi infeksi pada usia lanjut.1
D. KESEPIAN
Kesepian atau loneliness, biasanya dialami oleh seorang
lanjut usia pada saat meninggalnya pasangan hidup atau teman
dekat, terutama bila dirinya sendiri saat itu juga mengalami
berbagai penurunan status kesehatan, misalnya menderita berbagai
penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik,
terutama gangguan pendengaran. 3
Harus dibedakan antara kesepian dengan hidup sendiri.
Banyak diantara lansia yang hidup sendiri tidak mengalami
kesepian, karena akivitas sosial yang masih tinggi tetapi dilain
pihak terdapat lansia yang walaupun hidup dilingkungan yang
beranggotakan cukup banyak juga mengalami kesepian. 3
Pada penderita kesepian ini peran dari organisasi sosial
sangat berarti , karena bisa bertindak menghibur, memberikan
motivasi untuk lebih meningkatkan peran sosial penderita,
disamping memberikan bantuan pengerjaan pekerjaan di rumah
bila memang terdapat disabilitas penderita dalam hal-hal tersebut.3
E. Hipertensi
a. Faktor resiko
faktor risiko yang dapat dimodifikasi :
a) Genetik
b) Jenis kelamin
c) Usia
dapat dimodifikasi :
a) Obesitas
b) Kurang berolahraga atau aktivitas
c) Merokok
32
d) Stress
e) Pola makan.4
F. Kesehatan Lingkungan
Kondisi lansia yang mengalami penurunan sebenarnya
dapat dikurangi jika para lansia memiliki keinginan yang kuat
untuk beraktivitas secara fisik dan berinteraksi sosial karena hal
tersebut mampu melatih gerak tubuh lansia, melatih memori dan
memperlambat kepikunan serta degradasi mental lainnya. Dengan
34
2) Terapi Suportif
Harus selalu diingat bahwa sebagian besar usia lanjut sudah
dalam keadaan gizi yang kurang baik sebelumnya (keadaan ini
pula yang menyebabkan lanisa mudah terserang infeksi).
Dengan demikian upaya perbaikan gizi penderita memegang
peranan penting. Pemberian diet dengan kalori dan protein
yang cukup harus diupayakan, bila perlu dengan pemberian
nutrisi enteral dan parenteral. Penanganan hidrasi yang cukup
juga seringkali diperlukan untuk membantu penyembuhan
penderita. Pemberian vitamin dan mineral (Cu, Se, Zn)
seringkali diperlukan pada keadaan gizi yang kurang baik. 3
d. Hipertensi
Guideline JNC 8 mencantumkan 9 rekomendasi penanganan
hipertensi . Populasi berusia lebih dari atau sama dengan 60 tahun
45
a. Kemampuan fisik
1) Ramp diaplikasikan untuk kemudahan mobilitas menuju lantai
di atas atau di bawahnya dan handrails diaplikasikan sebagai
pegangan melangkah.
2) Luasan ruang harus mencukupi bagi lansia yang menggunakan
kursi roda, terutama dalam kamar mandi dan dapur.
3) Bathtub dan wc dilengkapi dengan dudukan , disertai pegangan
besi pada tembok dengan lantai yang memiliki tekstur kasar
dan tidak licin.
4) Lantai ruangan berada pada ketinggian level yang sama untuk
mengurangi risiko kecelakaan.
5) Jalan setapak dari semen bertekstur batu-batu kecil di halaman
rumah dapat dimanfaatkan untuk refleksi telapak kaki.1
b. Kemampuan sosial
Pendengaran lansia mengalami penurunan sehingga jarak ruang
interaksinya perlu diperhatikan. Sebaiknya ruang interaksi diperkecil
dengan penyusunan antar bangku yang tidak terlalu jauh. 1
organisasi dan fasilitas) dalam memenuhi kebutuhan lansia dan menjaga kondisi
kesehatannya sehingga menimbulkan rasa percaya diri dan mandiri.1
Daftar Pustaka
1. Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI. Jilid III. Jakarta.
Internal Publishing; 2014.
2. Darmojo B. Buku Ajar Ilmu Geriatri. Edisi ke-5. Jakarta. FKUI; 2015.
3. Martono H, Pranaka K. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke 5.
Jakarta : FKUI ; 2015
4. Hafiz,M. dkk. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN HIPERTENSI PADA KELOMPOK LANJUT USIA. Vol 5.
No 7. Bali : universitas udayana. 2016.
5. Herwati. Sartika, w. TERKONTROLNYA TEKANAN DARAH
PENDERITA HIPERTENSI BERDASARKAN POLA DIET
DANKEBIASAANOLAH RAGA DIPADANGTAHUN 2011. Vol 8. No
1. Padang : jurnal kesehatan masyarakat. 2014.
6. Kemenkes RI. Hipertensi. Pusat dan data kesehatan kemenkes RI : Jakarta
selatan. 2014.
7. Muhadi. JNC 8: Evidence-based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi
Dewasa. Vol 43. No 1. Jakarta : FK UI.2016
49