Anda di halaman 1dari 11

CIVICUS : Pendidikan-Penelitian-Pengabdian

Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan


p-ISSN 2338-9680 | e-ISSN 2614-509X | Vol. 11 No. 2 September 2023, hal. 33-43

Pendidikan Sebagai Ilmu Pengetahuan: Kajian Ontologis,


Epistemologi dan Aksiologis Pedagogik

Hafsah1, Saddam2, Sri Endang 3


1Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Muhammadiyah Mataram, hahafsah69@gmail.com
2Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Muhammadiyah Mataram, saddamalbimawi1@gmail.com
3Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Muhammadiyah Mataram, sri.endng12@gmail.com

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Riwayat Artikel: Abstrak: Selama pandemi perguruan tinggi beralih dari pendidikan tatap muka ke jarak jauh
melalui pembelajaran hybrida. Akibatnya, siswa pendidikan tinggi harus menggunakan
Diterima: …-…-… sistem online tanpa persiapan yang memadai untuk berhasil dalam lingkungan belajar baru
Disetujui: …-…-… mereka karena tidak semua memiliki keterampilan mengatur diri yang cukup untuk
pembelajaran online. Tujuan kajian ini adalah untuk menjelaskan pendidikan sebagai ilmu
pengetahuan: kajian ontologis, epistemologi dan aksiologis pedagogik. Studi literatur review
Kata Kunci: terkait filsafat pedagogik. Data yang dikumpulkan sebanyak 83 artikel terkait pendidikan
sebagai ilmu pengetahuan: kajian ontologis, epistemologi dan aksiologis pedagogic. Artikel
Ilmu pengetahuan internasional terindeks sebanyak 26 artikel, artikel terakreditasi nasioanl 37 artikel dan
Ontologis prosiding nasional 5 artikel dan prosiding internasional 10 artikel. Pengumpulan data
Epistemologi menggunakan observasi dan analisis dokumen. Analisis data dilakukan dengan tahapan
Aksiologis mengumpulkan data, verifikasi data, reduksi data dan penarikan kesimpulan. Hasil kajian ini
Pedagogik menunjukkan bahwa perspektif ontologi, pedagogik berfokus pada esensi pendidikan,
Pendidikan menggali hakikat dari fenomena pendidikan terkait asal-usul, eksistensi, dan tujuan hidup
manusia. Epistemologis mendasari nilai-nilai kebenaran dimana menjadi acuan dalam
pengembangan ilmu, juga estimologi Pedagogik berfungsi sebagai dasar utama dalam
pengembangan potensi intelektual. Aksiologi merupakan cabang filsafat yang membahas
nilai-nilai baik dan buruk serta aspek-aspek keindahan, memiliki relevansi penting dalam
konteks pendidikan. Jadi kajian pedagogik sebagai pengembangan pembelajaran dalam
filsafat pendidikan.

Abstract: During the pandemic, colleges shifted from face-to-face to remote education
through hybrid learning. As a result, higher education students must use online systems
without adequate preparation to succeed in their new learning environment. Not all have
sufficient self-organizing skills for online learning. This study aims to explain education as a
science: ontological studies, epistemological and pedagogic axiological. Review literature
study related to educational philosophy. Data collected from as many as 83 articles related
to education as a science: ontological studies, epistemological, and pedagogic axiological.
International articles indexed as many as 26 articles, nationally accredited articles 37 articles,
national proceedings five articles, and international proceedings ten articles. Data collection
using observation and document analysis. Data analysis is carried out in the stages of
collecting, verifying, reducing, and drawing conclusions. The results of this study show that
the ontological and pedagogic perspective focuses on the essence of education, exploring
the nature of educational phenomena related to the origin, existence, and purpose of human
life. Epistemology underlies the values of truth, which are references in the development of
science. Also, Pedagogical etymology serves as the primary basis for the development of
intellectual potential. Axiology is a branch of philosophy that discusses good and bad values
and aspects of beauty that are significantly relevant to education. So, academic studies as
the development of learning in educational philosophy.

—————————— ◆ ——————————

pendidikan, memperburuk kesenjangan sosial dan


A. LATAR BELAKANG menciptakan banyak dampak baru[1]. Akibat pandemi
Selama akhir tahun 1990an dan awal tahun 2000an, Covid-19, tidak terkecuali pendidikan tinggi. Wabah ini
permasalahan pedagogic bermula pada adanya telah mendorong perubahan radikal dalam operasional,
kebijakan baru terkait dengan kualitas guru, persiapan pengajaran, pembelajaran, dan manajemen pendidikan
guru, akreditasi sekolah, dan tanggungjawab guru. tinggi[2];[3]. Selama pandemi, universitas beralih dari
Akibat pandemi yang mengglobal berdampak pada pendidikan jarak jauh tatap muka ke darurat[4], di mana

33
34 CIVICUS : Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan | Vol. 11, No. 2, September
2023, hal 33-43

banyak institusi terus mengajar sepenuhnya secara guru akan membekali terhadap ide-ide perbaikan dan
online atau melalui model hibrida[5]. Akibatnya, siswa pembaharuan dalam bidang pendidikan di sekolah.
pendidikan tinggi harus menggunakan sistem online Dalam memahami pendidikan sebagai ilmu
tanpa persiapan yang memadai untuk berhasil dalam pengetahuan hingga kini belum banyak mahasiswa yang
lingkungan belajar baru mereka karena tidak semua memahami cara memperooleh ilmu pengetahuan
memiliki keterampilan mengatur diri yang cukup untuk tentang pedagogik secara hirarkis. Berbicara pedagogic
pembelajaran online[6]. Studi terbaru (misalnya, dalam kajian filsafat merupakan upaya untuk membahas
Xiong[3]) menunjukkan bahwa mereka dianggap pedagogic dalam perspektif ontologi, epistemology dan
sebagai kelompok berisiko tinggi karena dampak aksiologi. Socrates adalah salah seorang pemikir kuno
psikologis dan sosial dari pandemi, dan dengan (470-399 SM) yang gagasan filosofis dan metode
demikian kehidupan dan pembelajaran mereka telah pengajarannya sangat memengaruhi teori dan praktik
dipengaruhi dalam berbagai cara[7]. pendidikan di seluruh dunia barat (Purba et al., 2021).
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Prinsip dasar pendidikan, menurut Socrates adalah
Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan metode dialektis. Metode ini digunakan Socrates sebagai
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dasar teknis pendidikan yang direncanakan untuk
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses mendorong seseorang belajar berpikir secara cermat,
pembelajaran agar peserta didik secara aktif untuk mengujicoba diri sendiri dan untuk memperbaiki
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki pengetahuannya. Seorang guru tidak boleh memaksakan
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, gagasan-gagasannya atau pengetahuannya kepada
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta seorang siswa, karena seorang siswa dituntut untuk bisa
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, mengembangkan pemikirannya sendiri dengan berpikir
bangsa dan negara. Selanjutnya dalam pasal 1 ayat 2 UU secara kritis[10].
tersebut dinyatakan bahwa Pendidikan nasional adalah Selanjutnya, proses kegiatan pendidikan dimulai
pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang- sejak wahyu pertama diturunkan, yaitu surat al-Alaq
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ayat 1-5. Turunnya ayat tersebut menjadi landasan
yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan bahwa Tuhan memerintahkan umat manusia untuk
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan membaca, merenungkan, menelaah, meneliti, atau
perubahan zaman. Hal ini menunjukkan bahwa mengkaji segala sesuatu yang ada di jagad raya. Berawal
pendidikan tidak boleh dilaksanakan secara sembarang, dari makna-makna yang terkandung dalam surat al-Alaq
melainkan harus dilaksanakan secara bijaksana. ayat 1-5, manusia memikirkan, menelaah dan meneliti
Maksudnya, pendidikan harus dilaksanakan secara bagaimana pelaksanaan pendidikan, sehingga
disadari dengan mengacu kepada suatu landasan yang muncullah pemikiran dan teori-teori pendidikan. Teori-
kokoh, sehingga jelas tujuannya, tepat isi kurikulumnya, teori pendidikan yang telah digagas menjadi landasan
serta efisien dan efektif cara pelaksanaannya[8]. untuk kegiatan pendidikan pada saat ini. Dalam
Konsep manusia, berkaitan erat dengan gambaran pengembangan teori pendidikan diperlukan kejelasan
manusia dan masyarakat masa depan yang diinginkan kerangka ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Konsepsi Ontologis merupakan asas penetapan ruang lingkup
tersebut mengandung makna bahwa manusia yang akan serta asas penafsiran akan hakikat pokok objek
dihadapinya adalah manusia sekarang dan manusia yang pengetahuan. Epistemologi merupakan asas metedologik
akan datang. Manusia sekarang yang akan dihadapi pemerolehan dan penyusunan bangunan pengetahuan.
adalah mempunyai karakteristik-karakteristik yang Sedangkan aksiologi adalah asas tujuan pemanfaatan
bersifat individual, sosial, unik, dan moral religius. pengetahuan, dalam hal ini adalah penddikan[11].
Sedangkan manusia yang akan datang, menggambarkan Dengan demikian, pendidikan sebagai ilmu
manusia Indonesia yang ideal yang multidimensional, pengetahuan dapat dianalisis dalam berbagai aspek yaitu
baik yang menyangkut dimensi individual, sosial, moral kajian ontologis tentang object ilmu (Pedagogik):
maupun keberagamaan[8];[9]. Pemahaman terhadap material dan formal, kajian epistemologi tentang metode
konsep pendidikan akan mempunyai dampak terhadap ilmiah (pedagogik): pendekatan kualitatif dan kuantitatif
bagaimana guru mengaplikasikan teori terhadap praktek, terhadap pendidikan (prediksi dan kontrol) dan kajian
bagaimana guru memaknai proses belajar-mengajar di aksiologi terhadap fungsi dan peranan Pedagogik
dalam kelas, bagaimana guru menyikapi tugas yang terhadap praktek pendidikan.
begitu banyak dan rutin yang tidak selalu disertai
dengan nilai ekonomi, bagaimana guru mau mendorong B. METODE PENELITIAN
anak dengan belajar terus menerus, dan bagaimana guru Metode penelitian ini adalah studi literatur review
dapat menciptakan inovasi pendidikan berdasarkan tentang pendidikan sebagai ilmu pengetahuan: kajian
pengalaman mengajar yang dilakukannya. Dengan ontologis, epistemologi dan aksiologis pedagogic. Data
demikian, pemahaman konsep pendidikan bagi calon yang dikumpulkan adalah artikel ilmiah yang
Hafsah, Pendidikan Sebagai Ilmu... 35

terakreditasi nasional dan artikel internasional terindek 2. Kajian ontologis tentang object Ilmu
Scopus, artikel prosiding nasional dan internasional. (Pedagogik): material dan formal
Berdasarkan hasil pengumpulan data dari publish or Ontologi adalah esensi atau hakikat keilmuan[16].
Perhish terkumpul sebanyak 83 artikel terkait Hoogveld menjelaskan bahwa pedagogik adalah ilmu
pendidikan sebagai ilmu pengetahuan: kajian ontologis, yang mempelajari masalah membimbing anak kearah
epistemologi dan aksiologis pedagogic. Artikel tujuan tertentu agar ia kelak mampu mandiri
internasional terindeks Scopus sebanyak 26 artikel, menyelesaikan tugas hidupnya. Dengan demikian
artikel terakreditasi nasioanl 37 artikel dan prosiding Pedagogik adalah ilmu pendidikan anak[17]. Pedagogik
nasional 5 artikel dan prosiding internasional 10 artikel.
(Ilmu Pendidikan) ditinjau dari segi ontology berarti
Pengumpulan data menggunakan observasi dan analisis membahas terkait persoalan hakikat pendidikan. Fakta
dokumen. Analisis data dilakukan dengan tahapan menunjukkan bahwa pendidikan selalu memiliki
mengumpulkan data, verifikasi data, reduksi data dan hubungan erat dengan eksistensi kehidupan manusia.
penarikan kesimpulan. Sedangkan kehidupan manusia ditentukan asal-mula
dan tujuannya. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa
ontologi pendidikan berarti pendidikan dalam
C. HASIL DAN PEMBAHASAN hubungannya dengan asal-mula, eksistensi, dan tujuan
1. Definisi Pedagogik kehidupan manusia. Tanpa manusia, pendidikan tak
Pedagogik atau ilmu mendidik ialah suatu ilmu yang pernah ada. Ilmu pendidikan ditinjau dari sisi
bukan saja menelaah objeknya untuk mengetahui betapa epistimologi berarti yang menjadi persoalan pokoknya
keadaan atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari adalah pengetahuan yang benar tentang pendidikan atau
pula bagaimana hendaknya harus bertindak [8]. Gage[12] keberadaan pendidikan, dan sekaligus bagaimana “cara”
mendefinisikan pedagogik sebagai 'ilmu dan seni penyelenggaraannya secara benar[18].
mengajar'. Ini adalah ilmu yang terus dikembangkan Objek ilmu pendidikan dapat terdiri atas dua bagian,
oleh para guru yang inovatif dan peneliti akademis yang yaitu objek material (peserta didik), objekf formal
mempelajari praktek pendidikan mereka. Watkins et al., (situasi pendidikan). Objek material menyelidiki segala
[13]mendefinisikan pedagogik sebagai 'aktivitas sadar sesuatu yang tak terbatas dengan tujuan memahami
oleh satu orang yang dirancang untuk meningkatkan hakikat ada (realitas dan wujud)[19]. Objek material
pembelajaran orang lain. Menurut Bernstein pedagogi pedagogic yaitu pendidik, peserta didik, lingkungan
'adalah proses yang berkelanjutan dimana seseorang (keluarga, sekolah dan masyarakat). Objek formal ialah
mengakuisisi bentuk-bentuk baru atau mengembangkan metodologi, sudut, atau cara pandang khas filsafat,
bentuk-bentuk yang ada dari perilaku, pengetahuan, pendekatan dan metode untuk meneliti atau mengkaji
praktik dan kriteria dari seseorang atau sesuatu yang hakikat yang ada dan mungkin ada baik yang konkret
dianggap sesuai dengan penyedia dan evaluator. fisik dan bukan fisik; abstrak dan spiritual; maupun
Meskipun pedagogik kadang-kadang dilihat sebagai abstrak logis, konsepsional, rohaniah, nilai-nilai agama,
konsep samar-samar (nebulous concept), pedagogik dan metafisika, bahkan mengenai Tuhan pencipta dan
pada dasarnya adalah kombinasi antara pengetahuan penguasa alam semesta[19].
dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengajar. Objek formal dalam pedagogik dapat dimaknai
Definisi pedagogik yang tradisional menggambarkan dengan kondisi situasi pendidikan. Situasi pendidikan
pedagogi baik sebagai ilmu/teori atau seni/praktek merupakan situasi yang istimewa atau khusus, karena
mengajar yang membuat perbedaan perkembangan situasinya merupakan suatu perubahan dari situasi
intelektual dan sosial siswa[14]. pergaulan ke situasi pendidikan, di mana orang dewasa
Pedagogik merupakan “a highly complex blend of berubah menjadi pendidik dan anak menjadi anak didik.
theoretical understanding and practical skill atau Situasi pendidikan merupakan situasi pergaulan yang
campuran yang sangat kompleks dan menyatu tentang diciptakan dengan sengaja karena ada suatu tujuan
pemahaman teoritis dan keterampilan praktis”[15]. pendidikan yang ingin dicapai. Situasi Pergaulan:
Hakikat pendidikan adalah humanisasi. Pendidikan pergaulan biasa, dan pergaulan pendidikan.
tidak pernah lepas dengan masalah manusia, sebab Komponen-komponen situasi pendidikan, adalah
hakekat pendidikan adalah membimbing manusia dalam sebagai berikut:
meningkatkan martabatnya, baik melalui jalur a. Pendidik
pendidikan persekolahan maupun pendidikan luar Pendidik merupakan orang yang membimbing anak
sekolah[8] (Suyitno, 2009). Tujuan Pendidikan adalah agar si anak tersebut bisa menuju ke arah kedewasaan
terwujudnya manusia ideal atau manusia yang dicita- dalam pelaksanaannya dalam keluarga maupun di luar
citakan sesuai nilai-nilai dan norma-norma yang lembaga keluarga[20]. Pendidik adalah “a highly
dianut[8]. developed autonomous professional, with a requisite
professional knowledge base and practitioner skills
which could stand alongside the equivalent in medicine,
law and engineering” atau seorang profesional otonom
36 CIVICUS : Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan | Vol. 11, No. 2, September
2023, hal 33-43

yang sangat berkembang, memiliki pondasi pengetahuan pengetahuan pedagogis yang diperlukan; (3) Guru
yang profesional dan praktisi keterampilan yang bisa bertanggung jawab untuk mengelola dan memantau
berdiri dan setara dengan profesional dalam bidang belajar siswa; (4) Guru berpikir sistematis tentang
kedokteran, hukum dan rekayasa[15]. Pendidik dalam praktek mereka dan belajar dari pengalaman; dan (5)
pekerjaannya mendidik anak selalu mengadakan Guru adalah anggota masyarakat belajar.
pertemuan dengan anak yang dibantu dan dibimbingnya, b. Anak didik/Peserta Didik
dan anak atau orang dewasa yang mengikuti program Seseorang yang sedang berkembang, memiliki
pendidikan itu merupakan manusia yang terdiri atas potensi tertentu, dan dengan bantuan pendidik ia
tubuh-jiwa. Sikap pendidik terhadap masalah tubuh-jiwa mengembangkan potensi tersebut[20]. Secara definitif,
itu merupakan landasan bagi keseluruhan proses Danim[21] menuliskan peserta didik merupakan sumber
pendidikan tempat ia terlibat dan memegang peranan daya utama dan terpenting dalam proses pendidikan
penting. Sikap pendidik tentang masalah tubuh jiwa itu formal. Sedangkan di dalam UU No 20 Tahun 2003
bukan hanya bersumber dari atau diperkuat oleh hasil- tentang system pendidikan nasional, peserta didik
hasil ilmu pengetahuan (ilmu pendidikan) dan filsafat didefinisikan sebagai setiap manusia yang berusaha
/filsafat pendidikan juga diperkuat oleh ajaran - ajaran mengembangkan potensi diri melalui proses
agama[8]. pembelajaran pada jalur Pendidikan baik pendidikan
Pendidik yang efektif harus memiliki kesadaran formal maupun pendidikan non formal, pada jenjang
pengetahuan ini, tetapi mereka juga harus berlatih pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.
seperti seniman dalam memilih strategi yang paling Nizar mengklasifikasikan peserta didik sebagai
tepat untuk diterapkan dalam setiap konteks mengajar berikut[22]:
dan pembelajaran yang diberikan. Pendidik kreatif yang a) Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa
terbaik memanfaatkan pengetahuan tentang minat dan tetapi memiliki dunianya sendiri.
kemampuan anak-anak didik yang berada dalam b) Peserta didik memiliki periodisasi perkembangan
pengawasan mereka, dan juga memberikan anak-anak dan pertumbuhan.
berbagai material, budaya dan sumber daya intelektual c) Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki
dengan cara yang paling efektif dan menarik, belajar perbedaan individu baik disebabkan oleh faktor
bermakna dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. bawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
Pedagogik adalah seni (dan ilmu) mendidik. Guru yang d) Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani
efektif menggunakan berbagai strategi mengajar, dan rohani, unsur jasmani memiliki daya fisik dan
pendekatan universal yang sesuai dengan semua situasi. unsur rohani memiliki daya akal hati nurani dan
strategi yang berbeda yang digunakan dalam berbagai nafsu.
kombinasi dengan berbagai kelompok siswa untuk e) Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi
meningkatkan hasil belajar mereka. Beberapa strategi atau fitrah yang dapat dikembangkan dan
pengajaran yang lebih cocok untuk mengajarkan berkembang secara dinamis
keterampilan tertentu dan bidang pengetahuan daripada c. Lingkungan
yang lain. Beberapa strategi yang lebih baik cocok untuk Lembaga pendidikan secara khusus tidak ada dalam
latar belakang siswa tertentu, gaya belajar dan masyarakat primitif. Anak umumnya dididik
kemampuan. Pedagogi, menggabungkan strategi dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Jika
pengajaran yang mendukung keterlibatan intelektual, anak dilahirkan dilingkungan tani, maka dapat
keterhubungan ke dunia yang lebih luas, ruang kelas dipastikan dia akan menjadi petani seperti orang tua dan
yang mendukung lingkungan dan pengakuan perbedaan, masyarakat lingkungannya. Pendidikan pada hakikatnya
harus dilaksanakan di semua belajar kunci, dan bidang merupakan proses pendewasaan manusia menjadi
studi. Praktek pedagogis mempromosikan kesejahteraan manusia seutuhnya. Manusia seutuhnya meliputi
siswa, guru dan komunitas sekolah – itu meningkatkan keseluruhan dimensi kehidupan manusia: fisik, psikis,
kepercayaan diri siswa dan guru dan memberikan mental/moral, spiritual dan religius[23]. Pendidikan
kontribusi terhadap tujuan berada di sekolah; Hal itu dapat berlangsung secara formal di sekolah, informal di
membangun kepercayaan masyarakat dalam kualitas lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan serta
belajar dan mengajar di sekolah[20]. nonformal dalam keluarga. Manusia sangat dipengaruhi
Bhowmik[20] menyatakan bahwa standar profesi oleh lingkungan pendidikannya, baik itu lingkungan
guru merupakan consensus profesi guru pada aspek keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga lingkungan ini
penting dari seni dan ilmu mengajar (pedagogi) yang saling berkaitan erat dan tidak bisa dipisahkan.
menjadi ciri khas guru berprestasi di berbagai bidang 1) Pendidikan dalam lingkungan keluarga
ilmu. Standar ini berdasar pada landasan filosofis terdiri Keluarga merupakan pengelompokkan primer yang
dari lima proposisi inti yaitu: (1) Guru berkomitmen terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan
untuk siswa dan pembelajaran mereka; (2) Guru tahu sedarah. Keluarga inti terdiri atas ayah, ibu, dan anak,
mata pelajaran yang mereka ajarkan dan memiliki dan dapat diperluas lagi dari nenek, kakek, dst.
Hafsah, Pendidikan Sebagai Ilmu... 37

Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur peranan sekolah semakin penting seiring dengan
Pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam kemajuan zaman untuk mempersiapkan generasi muda
keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai dalam proses pembangunan bangsa. Adapun cara-cara
budaya, nilai moral, dan nilai keterampilan. Dan yang dilakukan oleh sekolah dalam pendidikan yaitu
lingkungan keluarga adalah pusat Pendidikan yang amat sebagai berikut:
penting dan menentukan. Biasanya anak -anak yang Pertama, Pengajaran yang mendidik. Merupakan
terbiasa turut serta mengerjakan segala pekerjaan di pemberian prakarsa dan tanggung jawab sedini mungkin
dalam keluarganya dengan sendirinya mengalami dan kepada siswa untuk berperan di dalam kegiatan belajar
mempraktekkan bermacam-macam kegiatan yang mengajar yang bermanfaat bukan hanya dalam
berfaedah bagi pendidikan watak dan budi pekerti pencapaian siswa di sekolah, tetapi juga bermanfaat
seperti kejujuran, keberanian, ketenangan dsb. Keluarga untuk membentuk dan memperkuat kebiasaan belajar
juga membina dan mengembangkan perasaan sosial terus menerus sesuai dengan asas pendidikan seumur
anak seperti hidup hemat, menghargai kebenaran, hidup. Kedua, Peningkatan dan pemantapan
tenggang rasa, tolong menolong, hidup damai, dsb. Jelas pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan (BP)
bahwasanya lingkungan keluarga bukan pusat di sekolah. Sebagai sarana dalam pengembangan
penanaman dasar pendidikan watak pribadi saja, tetapi kepribadian ke arah penyadaran jati diri melalui
juga pendidikan sosial yang mengantarkan si anak pendekatan perseorangan dan kelompok.
menemukan jati dirinya. Ketiga. Pengembangan perpustakaan sekolah
Pendidikan keluarga sangat penting dalam menjadi pusat sumber belajar (PSB). Berperan lebih
perkembangan pribadi anak, baik terkait dengan sikap aktif dalam program pengajaran dan dapat berperan
dan mental anak. Purnomo[24] mengatakan bahwa sebagai mitra kelas dalam upaya menjawab tantangan
terdapat dua aspek penting yang harus ditanamkan perkembangan iptek yang semakin cepat dan
kepada anak-anak dini usia, baik laki-laki maupun mengglobalisasi. Keempat, Peningkatan dan
perempuan, yakni aspek iman dan akhlak. Oleh karena pemantapan program pengelolaan sekolah. Meliputi
itu, beberapa isyarat dan petunjuk tentang Pendidikan peningkatan sarana dan prasarana yang mendukung
anak sebagaimana yang dikisahkan dalam Al-Qur`an untuk mencetak peserta didik yang berintelektualitas.
(QS. 31:13), bahwa yang pertama kali diajarkan adalah
tauhid (mengenal Tuhan) disusul kemudian dengan 3) Pendidikan dalam lingkungan Masyarakat
Pendidikan akhlaq (QS. 31: 14-17) menemukan Pendidikan masyarakat termasuk kedalam lembaga
relevansinya dengan potensi yang dimiliki anak. pendidikan yang dapat mempengaruhi terhadap
Demikian juga Nabi Muhammad SAW sendiri ketika perkembangan keberagamaan seorang peserta didik.
pertama kali mendidik umatnya juga menekankan aspek Hubungan masyarakat akan sangat memberi dampak
akidah baru disusul akhlak. dalam pembentukkan pertumbuhan anak. Asuhan
Beberapa fungsi lembaga pendidikan keluarga yaitu: masyarakat bersifat seumur hidup (tidak terbatas usia),
a) Merupakan pengalaman pertama bagi masa anak- terdapat hubungan antara lingkungan dan sikap
anak, pengalaman ini merupakan faktor yang masyarakat terhadap nilai -nilai religius mereka.
sangat penting bagi perkembangan berikutnya, Fungsi masyarakat sebagai pusat pendidikan sangat
khususnya dalam pengetahuan pribadinya. tergantung pada taraf perkembangan dari masyarakat
b) Pendidikan di lingkungan keluarga dapat menjamin itu beserta sumber-sumber belajar yang tersedia di
kehidupan emosional anak untuk tumbuh dan dalamnya. Di dalam masyarakat banyak sekali wadah
berkembang. Kehidupan emosional ini sangat yang menyediakan untuk kita mengembangkan skill
penting dalam pembentukkan pribadi anak. peserta didik dan mengenyam pendidikan nonformal
c) Di dalam keluarga akan terbentuk Pendidikan yang mencakup ilmu kehidupan yang lebih luas. Seperti
moral. Keteladanan orang tua di dalam bertutur organisasi masyarakat yang memberikan pendidikan
kata dan berprilaku sehari-hari akan menjadi sosialisasi, keagamaan, dan banyak hal lainnya. Dalam
wahana Pendidikan moral bagi anak di dalam hal ini peserta didik akan lebih mampu berinteraksi
keluarga tersebut, guna membentuk manusia susila. sosial secara luas, tidak lagi dalam lingkup kecil seperti
d) Di dalam keluarga akan tumbuh sikap tolong- di keluarga maupun di sekolah saja. Karena lingkungan
menolong/tenggang rasa sehingga tumbuhlah masyarakat adalah lingkungan yang mencakup banyak
keluarga yang damai dan sejahtera. hal secara luas dan mengglobal. Di dalam masyarakat,
e) Keluarga merupakan lembaga yang memang faktor media masa adalah factor yang sangat
berperan dalam meletakkan dasar-dasar mempengaruhi seseorang dan perkembangan suatu
pendidikan agama. bangsa. Dengan media masa pendidikan akan semakin
maju karena adanya informasi-informasi pengajaran
2) Pendidikan dalam lingkungan sekolah yang luas tidak hanya pendidikan formal saja.
Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja
dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Dan
38 CIVICUS : Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan | Vol. 11, No. 2, September
2023, hal 33-43

3. Kajian Epistemologi Pedagogik yang selaras dengan prinsip kebenaran ilmiah dan
Aspek estimologi Pedagogik berfungsi sebagai upaya-upaya penemuan kebenaran yang berlandaskan
landasan dasar pengembangan potensi intelektual, metode ilmiah. Demikian pula landasan epistemologis
sehingga pada waktunya dapat membuahkan memberi landasan penyusunan isi Pendidikan yang
kematangan inteligensi[18]. Kematangan inteligensi ini selaras dengan perkembangan dan kebutuhan
berposisi sentral dan sangat berguna bagi sikap atau masyarakatnya[8].
tindakan pendidik sehari-hari, karena sasaran Pedagogik terdiri ide guru, keyakinan, sikap,
epistimologi pendidikan adalah keahlian dan pengetahuan dan pemahaman tentang kurikulum,
keterampilan untuk memastikan sesuatu hal bisa atau proses belajar mengajar dan siswa mereka, dan yang
perlu dikerjakan atau tidak. Epistimologi ilmu berdampak pada 'praktik pengajaran' mereka, yaitu, apa
pendidikan mempersoalkan secara ilmiah tentang objek, yang benar-benar dipikirkan, lakukan dan katakan guru
metode dan sistem untuk memperoleh nilai kebenaran. di kelas. Berbasis keyakinan guru secara kontekstual
Oleh karena itu, pembahasan epistimologi Pendidikan mencakup aspek sosial, budaya dan politik. Di dalam
meliputi objek pendidikan, metode dan sistem lingkungan pedagogik persoalannya jauh lebih tegas
penyelenggaraan pendidikan, serta pengetahuan tentang maksudnya tidak ada kebimbangan mengenai obyeknya,
kebenaran pendidikan itu sendiri. ialah situasi pendidikan, dan dengan demikian tugasnya
Landasan pendidikan tergolong ke dalam jenis pun sudah praktis ditentukan pula, maksudnya
landasan yang bersifat konseptual. Landasan yang memungkinkan Pendidikan akan melaksanakannya.
bersifat konseptual pada dasarnya identik dengan Dengan itu sudah dinyatakan pula, bahwa pedagogic
asumsi, yaitu suatu gagasan, kepercayaan, prinsip, sebagai ilmu pengetahuan praktis memerlukan analisa
pendapat atau pernyataan yang sudah dianggap benar, situasi. Pedagogik tidak dapat melaksanakan tugasnya
yang dijadikan titik tolak dalam rangka berpikir yang konkrit hanya dengan pengetahuan tujuan. Tidak
(melakukan suatu studi) dan/atau dalam rangka pula mencukupi bahwa pedagogic pada umumnya
bertindak (melakukan suatu praktek)[8]. Menurut Troy mengetahui syarat-syarat yang menciptakan
Wilson Organ[25], “asumsi dapat dibedakan dalam tiga kemungkinan untuk berpikir dan berbuat yang tertuju
macam, yaitu: aksioma, postulat, dan premis pada pendidikan Pedagogik harus mengetahui
tersembunyi”. Aksioma adalah asumsi yang diterima individualitas, sosialitas, moralitas seseorang anak yang
kebenarannya tanpa perlu pembuktian, atau suatu konkrit dan pendidik yang konkrit pula dalam suatu
pernyataan yang kebenarannya diterima secara universal. situasi yang nyata. Ini berarti, bahwa pembeda antara
Kemudian postulat yaitu asumsi yang diterima pedagogik “normatif” yang merupakan tempat
kelompok orang tertentu atas dasar persetujuan. pengumpulan fakta-fakta yang menjadi dasar dari
Sedangkan premis tersembunyi yaitu asumsi yang tidak penentuan tindakan -tindakan Pendidikan yang konkrit,
dinyatakan secara tersurat yang diharapkan dipahami tidak termasuk dalam lingkungan pendidikan atau ilmu
atau diterima secara umum. mendidik. Fakta dan tindakan yang dilakukan oleh anak
Landasan epistemologis merupakan penjabaran dari didik maupun oleh pendidik untuk melaksanakan proses
landasan ontologis yang menjadi rujukan tujuan yang pendidikan, yang merupakan suatu kesatuan dari
akan dicapai. Dengan demikian, masalah epistemologis “keadaan” dan “pengarahan”keadaan[8].
pendidikan akan mempertanyakan apa yang telah Pedagogik adalah sebagai suatu analisis ilmiah dari
diberikan kepada subyek didik dan mengapa diberikan situasi pedagogik sebagai analisa dan pemikiran onttis
pengetahuan tersebut? Demikian pula landasan dan doontis yang merupakan inti dari pedagogik. Ilmu
epistemologis mendasari nilainilai kebenaran mana yang tentang anak-anak atau anthropologi perkembangan,
menjadi acuan dalam pengembangan ilmu. Pada dan ilmu perkembangan fisik anak-anak atau juga ilmu
prinsipnya landasan epistemologis mempunyai tujuan yang mempelajari situasi sosial anak itu. Heteroginitet
menjelaskan bahwa mencari pengetahuan yang benar perkembangan dalam penyelidikan tentang anak-anak
harus berlandaskan pada argumen-argumen logika yang tidak boleh hilang dari asumsi kesatuan, yang
berlaku umum, yang hasilnya dalam bentuk teori, berhubungan antara suatu pendirian konkrit dan
hukum, kaidah, dalil, asumsi dan sebagainya. Untuk fundamental. Landasan ilmiah pendidikan adalah
mencapai tujuan tersebut, ilmu dengan metodenya asumsi -asumsi yang bersumber dari disiplin ilmu
mampu menjelaskan, meramalkan dan mengontrol (to tertentu yang menjadi titik tolak dalam pendidikan
explain, predictive, and control). Kegiatan di sekolah, seperti: psikologi, sosiologi, ekonomi, antropologi,
merupakan gambaran kehidupan keilmuan yang hukum/yuridis, sejarah, biologi, dsb. Disiplin ilmu
selayaknya ditanamkan dari sejak usia dini, sehingga tersebut kemudian melahirkan berbagai jenis landasan
kebiasaan mencari, meneliti, dan membuktikan ilmiah pendidikan, antara lain: landasan psikologis
faktafakta empiris yang berkaitan dengan dunia empirik pendidikan, landasan sosiologis pendidikan, landasan
dapat terbentuk. Implikasi dari landasan epistemologis biologis pendidikan, landasan antropologis pendidikan,
ini adalah bagaimana guru mengajarkan mata Pelajaran landasan historis pendidikan, landasan ekonomi
Hafsah, Pendidikan Sebagai Ilmu... 39

pendidikan, landasan politik pendidikan, dan landasan menjelaskan bagaimana teknik dan cara membantu
fisiologis Pendidikan[8]. siswa mencapai tujuan pendidkan berdasarkan
Dalam pedagogik dikenal beberapa istilah yaitu kaidahkaidah yang terdapat dalam teori belajar. Dunia
pendekatan pedagogik, strategi pedagogik dan teaching pendidikan mulai mempertimbangkan sikap sebagai
instruction. Reformasi kurikulum saat ini telah bergeser output dalam Pendidikan sejak Bloom pada tahun 1954
dari pendekatan pedagogik 'berpusat pada guru/teacher meluncurkan bukunya yang berjudul Taxonomy of
centered' menjadi lebih 'berpusat pada siswa/learner- Educational Objectives[27]. Konsep Taksonomi Bloom
centered' atau pendekatan belajar aktif/active learning. mengklasifikasikan tujuan Pendidikan dalam tiga ranah,
Sedangkan strategi pedagogik menandakan disposisi yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif
mereka terhadap pengajaran dan pembelajaran dan meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan, dan
ekspresi yang lebih konkret dari pendekatan mereka, keahlian mentalitas. Ranah afektif meliputi fungsi yang
misalnya, membuat siswa mereka untuk merasa aman, berkaitan dengan sikap dan perasaan, sedangkan ranah
atau mendorong partisipasi mereka atau kultur guru psikomotorik berkaitan dengan fungsi manipulatif dan
yang bahagia atau terlihat sebagai sosok berpengetahuan kemampuan fisik.
dan berwibawa. Konsep tersebut mengalami perbaikan seiring
Praktik mengajar adalah tindakan spesifik dan dengan perkembangan dan kemajuan zaman serta
wacana yang terjadi dalam pelajaran dan fisik teknologi. Pada tahun 1990, Lorin W. Anderson mantan
memberlakukan pendekatan dan strategi. Praktek siswa Bloom mulai melakukan revisi dan kemudian
mengajar terdiri dari: (1) guru berbicara wacana bekerja sama dengan salah satu mitra Bloom yaitu David
(termasuk instruksi, penjelasan, metafora, pertanyaan, Krathwohl menulis A Taxonomy for Learning, Teaching,
menanggapi, elaborasi dan manajemen bicara); (2) and Assessing (A Revision of Bloom’s Taxonomy of
representasi visual (menggunakan papan tulis, menulis, Educational Objectives). Hasil perbaikan tersebut
diagram, gambar, buku teks, bantu seperti batu, dipublikasikan pada tahun 2001, dalam revisi ini ada
percobaan, drama) untuk memahami atau membangun perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda
pengetahuan baru yang disajikan atau ditunjukkan menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih
kepada peserta didik; (3) Tindakan pengaturan atau diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang
menyediakan tugas bagi peserta didik untuk terlibat lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir
secara kognitif dengan materi ajar baru atau analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja.
mengembangkan keterampilan fisik, seperti eksperimen, Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak
membaca, menulis, menggambar, pemetaan, berlatih, berubah jumlahnya karena Lorin memasukan kategori
pemecahan masalah, berlatih; (4) berbagai interaksi baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada.
sosial, di mana bahasa merupakan pusat antara peserta Pada saat ini, output pendidikan bukan hanya dilihat
didik atau peserta didik dan guru seperti pasangan, dan diukur dari kemampuan seseorang dari hasil
kelompok, individu atau seluruh kelas; dan (5) evaluasi aktivitas mental yang mencakup pengetahuan saja.
guru, menggunakan umpan balik, intervensi, perbaikan Dukungan terhadap output sikap dalam Pendidikan ini
dan penilaian formatif dan sumatif siswa atau penilaian terus berlanjut, seperti salah satu isu yang masih populer
oleh diri siswa. Proses pembelajaran dapat terlaksana di Indonesia saat ini yaitu hasil penelitian yang
secara efektif, efisien dan optimal jika didukung oleh disampaikan oleh Lickona[28] pada tahun 2004 yang
pengetahuan yang memadai tentang teori-teori menyarankan keterlibatan aspek pengetahuan
pendidikan yang berlaku secara umum. Dengan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action)
demikian, kajian terhadap teori-teori Pendidikan melalui pendidikan karakter. KTSP 2006 dan Kurikulum
memiliki urgensi yang signifikan, sebagai upaya 2013 merupakan kurikulum yang secara eksplisit
memperkaya wawasan kependidikan, terutama bagi para menyertakan penilaian sikap dalam standar yang telah
guru dan praktisi pendidikan pada umumnya. Hal ini ditetapkannya. Standar penilaian dalam Permendiknas
dimaksudkan untuk mencari landasan teoretis yang Nomor 20 Tahun 2007 hanya mewajibkan guru dari
variatif, cocok, dan berdaya guna dalam pelaksanaan kelompok mata pelajaran akhlak mulia dan agama dan
pendidikan. guru dari kelompok mata pelajaran kewarganegaraan
Salah satu teori yang diberikan psikologi pendidikan, dan kepribadian untuk menilai aspek sikap dari siswa.
yang merupakan aplikasi dari teori-teori psikologi dalam Dalam Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013
praktek pendidkan, adalah teori-teori belajar. Teori ini menyebutkan bahwa ruang lingkup penilaian hasil
besar sekali sumbangannya terhadap praktek belajar peserta didik mencakup sikap, pengetahuan, dan
pendidikan, khususnya dalam bidang kurikulum dan ketrampilan secara berimbang. Kurikulum 2013
pengajaran[26]. Secara teoritik, teori-teori belajar mewajibkan semua guru untuk melakukan penilaian
menjadi sumber bagi teori-teori pengajaran. Teori sikap terhadap siswanya dengan cara observasi,
belajar menjelaskan bagaimana seorang individu dapat penilaian diri, penilaian antar peserta didik, dan jurnal
belajar dengan baik dan mengapa terjadi perubahan atau catatan pendidik tentang peserta didik. Pada
tingkah laku manusia melalui belajar, tetapi tidak kurikulum 2013, teori Piaget telah memberikan
40 CIVICUS : Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan | Vol. 11, No. 2, September
2023, hal 33-43

konstribusi yang sangat besar, terutama dalam Gardner yang menambahkan delapan macam multiple
pembelajaran student centered dengan pendekatan intelligences menjadi Sembilan macam.
scientific. Kurikulum pendidikan di Indonesia pun pada tahun
Kurikulum Merdeka adalah inisiatif pendidikan yang 1994 menamakan secara eksplisit dengan sebutan
diperkenalkan oleh pemerintah Indonesia dengan tujuan kurikulum CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Pada
menghadirkan pendidikan yang lebih fleksibel dan kurikulum selanjutnya yaitu Kurikulum Berbasis
adaptif, memberikan siswa lebih banyak kemandirian Kompetensi (KBK) pada tahun 2004, Kurikulum Tingkat
dalam merancang pembelajaran mereka, dan Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006, Kurikulum
menekankan pengembangan kompetensi holistik yang 2013, dan Kurikulum Merdeka pembelajaran yang
mencakup pengetahuan, keterampilan, serta karakter, bersifat student centered menjadi hal yang mutlak dan
sehingga membantu menciptakan lulusan yang siap tidak asing lagi bagi seorang guru. KBK dan KTSP
menghadapi perubahan dinamis dalam masyarakat dan mensyaratkan pembelajaran yang dirancang oleh guru
dunia kerja. Teori dasar dalam Kurikulum Merdeka harus merupakan sebuah pembelajaran yang aktif,
didasarkan pada pemikiran-pemikiran beberapa tokoh inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Pendekatan
pendidikan, termasuk John Dewey, seorang filsuf dan saintifik yang menj adi tuntutan dalam pembelajaran
pendidik terkemuka asal Amerika Serikat. Salah satu pada Kurikulum 2013 tidak akan mungkin terlaksana
prinsip dasar yang terkandung dalam Kurikulum jika pembelajarannya masih bersifat teacher centered.
Merdeka adalah konsep "belajar melalui pengalaman," Tujuan dari Kurikulum Merdeka adalah untuk
yang sangat dipengaruhi oleh pemikiran Dewey. Dewey menjawab permasalahan pendidikan terdahulu. Adanya
berpendapat bahwa siswa belajar secara efektif ketika kurikulum ini akan mengarahkan dalam
mereka terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran mengembangkan potensi dan kompetensi peserta didik.
dan ketika pembelajaran itu relevan dengan pengalaman Kurikulum ini berfungsi untuk mengembangkan potensi,
mereka sehari-hari. Dalam konteks Kurikulum Merdeka salah satunya proses pembelajaran yang dirancang
Belajar, ini dapat ditafsirkan sebagai memberikan siswa dengan relevan dan interaktif. Pembelajaran yang
lebih banyak kesempatan untuk belajar melalui praktik interaktif salah satunya dengan membuat proyek.
dan pengalaman langsung, sehingga pendidikan menjadi Pembelajaran tersebut akan membuat peserta didik
lebih berarti dan relevan bagi mereka. lebih tertarik dan bisa mengembangkan isu-isu yang
Pandangan lain terhadap pendidikan yaitu berkaitan berkembang di lingkungan[31]. Pembelajaran inovatif
dengan teori kecerdasan yang saat ini sudah dan modern seperti Problem Based Learning (PBL),
berkembang dari single intelligence menjadi multiple Cooperative Learning (CL), Discovery Learning (DL),
intelligences. Dunia pendidikan sudah tidak lagi Contextual Teaching-Learning (CTL) menjadi istilah
memandang kecerdasan dari satu aspek saja. Gardner yang sering disebutkan dalam dunia pendidikan.
pada tahun 1983 De Porter telah mengenalkan bahwa Sebenarnya hal ini dapat menjadikan pendidik
setiap manusia mempunyai potensi dominasi mempunyai banyak alternatif pembelajaran yang
kecerdasan yang berbeda-beda. Gardner didesain olehnya agar cocok dengan materi yang
mengklasifikasikan kecerdasan menjadi 8 macam, yaitu disampaikannya. Kurikulum 2013 yang menawarkan
kecerdasan linguistik, kecerdasan logika dan matematika, empat macam model pembelajaran yang harus
kecerdasan visual spasial, kecerdasan kinestetik, dilakukan oleh guru, yaitu inkuiri, PBL, DL, dan Project
kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, Based Learning (PjBL) merupakan salah satu cara
kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis[29]. pemerintah agar pendidik benar-benar melaksanakan
Output pendidikan menjadi hal yang semakin bentuk pembelajaran-pembelajaran tersebut.
menarik ketika Goleman[30] ikut mengemukakan
tentang hasil penelitiannya tentang kecerdasan 4. Kajian aksiologis terhadap fungsi dan
emosional. Goleman menyatakan bahwa kecerdasan peranan Pedagogik terhadap praktek
emosional merupakan faktor utama yang menentukan Pendidikan
kesuksesan seseorang di masa depan dalam hidupnya. Aksiologi meliputi aspek nilai normatif dalam
Kecerdasan intelektual hanya menjadi faktor yang pemaknaan terhadap kebenaran[16]. Aksiologi
mempunyai pengaruh kecil terhadap kesuksesan hidup merupakan cabang filsafat yang membahas teori-teori
seseorang. Tidak lama setelah populernya kecerdasan nilai dan berusaha menggambarkan apa yang
emosional muncul juga istilah kecerdasan spiritual. Di dinamakan dengan kebaikan dan perilaku yang baik.
Indonesia, kecerdasan spiritual sangat lekat dengan Ary Bagian dari aksiologi adalah etika dan estetika. Etika
Ginanjar Agustian lewat bukunya Emotional and menunjuk pada kajian filsafati tentang nilai-nilai moral
Spiritual Quotient (ESQ) (2004) dan sudah mempunyai dan perilaku manusia. Estetika berkaitan dengan kajian
tim dan training yang sudah pakem walaupun nilai-nilai keindahan dan seni. Aksiologis adalah
sebenarnya istilah kecerdasan spiritual juga berawal dari menganalisis tentang penerapan teori-teori pendidikan
yang terkait dengan tujuan pendidikan, terutama dalam
Hafsah, Pendidikan Sebagai Ilmu... 41

hubungannya dengan nilai-nilai dan norma-norma Keempat asumsi itu dihasilkan Langeveld berdasarkan
moral[32]. Landasan aksiologis pendidikan akan renungan fenomenologis, yaitu suatu pemikiran filsafat
membekali para pendidik berfikir klarifikatif tentang yang menelaah tentang gejala sebagai fakta empiris
hubungan antara tujuan-tujuan hidup dan pendidikan (misalnya tentang kehidupan anak), dengan analisis
sehingga akan mampu memberi bimbingan dalam rasional dan renungan mendalam untuk memperoleh
mengembangkan suatu program pendidikan yang akar masalah[8]. Dimensi sosialitas mengakui bahwa
berhubungan secara realitas dengan konteks dunia anak manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup
global[32]. Aksiologi sebagai cabang filsafat yang dalam kelompoknya. Ia sangat tergantung pada
membahas nilai baik dan nilai buruk, indah dan tidak lingkungan sosialnya, terutama pada masa kelahiran dan
indah (jelek), erat berkaitan dengan pendidikan, karena masa mudanya. Tanpa lingkungan sosialnya, ia sulit
dunia nilai akan selalu dipertimbangkan, atau akan untuk berkembang dan hidup secara layak sebagai
menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan tujuan manusia[8].
pendidikan. Pendidikan adalah pergaulan antara anak didik dan
Pedagogik ditinjau dari sisi aksiologis adalah orang dewasa (pendidik) yang membantu anak didik
kemanfaatan teori pendidikan tidak hanya sebagai ilmu dalam rangka perkembangan baik fisik maupun
yang otonom tetapi juga diperlukan untuk memberikan psikologisnya, mental dan spiritualnya, menuju ke arah
dasar sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses kedewasaan. Jadi, pendidikan adalah gejala sosial.
pembudayaan manusia yang beradab[33]. Oleh karena Seandainya kita menolak asumsi bahwa anak sebagai
itu, nilai ilmu pendidikan tidak hanya bersifat intrinsik makhluk sosial, maka anak dalam pergaulannya tidak
sebagai ilmu seperti seni untuk seni, melainkan juga bisa dipengaruhi, dan dengan demikian tidak bisa terjadi
nilai ekstrinsik dan ilmu untuk menelaah dasar-dasar adanya pendidikan[8]. Pendidikan berupaya
kemungkinan bertindak dalam praktik melalui kontrol mengembangkan kesadaran anak bahwa ia memiliki
terhadap pengaruh yang negatif dan meningkatkan potensi. Potensi adalah sesuatu yang dimiliki manusia
pengaruh yang positif dalam pendidikan. yang menjadikan manusia dapat hidup sesuai dengan
Sifat ilmu yang obyektif, netral dan tidak mengenal fitrahnya, sebagai fasilitas yang dapat digunakan dalam
sifat baik atau buruk, kecuali si pemilik ilmu itu sendiri. kehidupannya untuk menguasai dan memelihara alam
Hal ini berkaitan dengan permasalahan aksiologis ilmu (sebagai khalifah di bumi). Pendidikan sebagai
yang erat kaitannya dengan masalah bagaimana kita pengembangan potensi anak, merupakan dasar
memperlakukan/memanfaatkan ilmu dalam kehidupan pengembangan seluruh kemampuan anak, termasuk
masyarakat. Implikasi dari landasan aksiologis terhadap kemampuan berkomunikasi sebagai awal
pendidikan, memberi wawasan kepada pendidik/guru pengembangan sosialitas anak. Sistem kehidupan sosial
untuk dapat secara kreatif mencari makna dan nilai bukan hanya dipelajari oleh anak di rumah, sekolah dan
manfaat dari ilmu, serta metode dan strategi belajar masyarakat, tetapi juga dihidupinya sebagai
yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan lingkungannya. Anak manusia mampu menghayati dan
pembelajaran yang mendidik. Berkaitan dengan beradaptasi dengan kehidupan masyarakat walaupun
argument tersebut, Ilmu pendidikan mempunyai nilai baru dikenalnya. Inilah potensi sosialitas yang tidak
aksiologis bukan hanya pada tataran hasil pendidikan, dimiliki oleh makhluk lain selain manusia[8].
tetapi tujuan maupun prosesnya telah menggambarkan Prinsip sosialitas yang dimiliki manusia tidak boleh
nilai yang akan dicapai, nilai proses yang dilaluinya, berlebihan, sebab anak manusia sebagai makhluk sosial
serta hasil yang diharapkan. Hasil yang diharapkan semata, karena manusia sebagai individu dalam
setelah melalui proses yang panjang dari kegiatan masyarakat manusia memiliki kemauan bebas.
pendidikan adalah nilai keunggulan dari berkembangnya Pandangan yang menyangkal individualitas anak, itu
seluruh potensi dan derajat martabat kemanusiaan, di mengakibatkan tidak terjadinya pendidikan, tetapi yang
mana pendidikan adalah sebuah proses pemanusiaan terjadi adalah resonansi psikhis, yaitu anak memiliki
manusia (humanisasi). secara tidak sadar apa yang berlaku dalam kolektivitas
Berkaitan dengan praktek pendidikan, masalah sosialnya[8]. Prinsip individualitas mengakui bahwa
aksiologis ini mempertanyakan bagaimana anak setiap anak adalah individu yang sama dengan anak lain.
bertingkah laku sesuai dengan tujuan pendidikan, Tidak ada anak yang superior (dianggap lebih tinggi)
setelah mereka mempelajari pelajaran di sekolah. Inilah karena perbedaan ras, darah, status sosial ekonomi, atau
pertanyaan masyarakat awam yang dilontarkan kepada agama. Jika pendidikan didasarkan atas pandangan
pihak sekolah. Mereka memiliki indikator keberhasilan yang mengakui sifat superior dan inferior, maka
sekolah, yaitu bahwa anak yang berhasil atau pendidikan yang demikian adalah pendidikan yang
berpendidikan adalah anak yang bukan hanya pintar pathologis (pathos = perasaan), yaitu pendidikan yang ti
tetapi baik (berkepribadian dan bermoral). dak didasarkan pada pikiran sehat atau pendidikan yang
Langeveld mengemukakan 4 asumsi yang mendasari sakit. Pendidikan yang demikian mengandung makna
pemikiran antropologi filsafi anak, yaitu: dimensi bahwa manusia melepaskan sebagian tanggung
sosialitas, individualitas, moralitas, dan unisitas. jawabnya, yang akan mengakibatkan anak yang inferior
42 CIVICUS : Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan | Vol. 11, No. 2, September
2023, hal 33-43

akan memperoleh pendidikan yang inferior pula Dengan pendidikan bertujuan untuk mengembangkan
demikian, prinsip individualitas mengakui anak manusia kemampuan dan keterampilan untuk menilai apa yang
sebagai kesatuan terkecil dalam masyarakat demokratis, seharusnya atau tidak seharusnya dilakukan.
dan salah satu nilai kedewasaan yang terkandung dalam Epistemologi ilmu pendidikan merupakan
tujuan pendidikan adalah kepribadian yang demokratis. pendekatan ilmiah yang membahas secara mendalam
Pengakuan terhadap prinsip individualitas itu tentang objek, metode, dan sistem yang digunakan
memungkinkan dikembangkannya nilai demokrasi untuk mencari kebenaran dalam pendidikan. Oleh
dalam setiap situasi pendidikan yang terjadi dalam karena itu, diskusi tentang epistemologi Pendidikan
pergaulan antara anak didik dan pendidik[8]. melibatkan pemeriksaan terhadap objek yang diajarkan,
Secara aksiologi permasalahan yang terjadi ini metode yang digunakan dalam penyelenggaraan
mengarah kepada pertanyaan apa yang bernilai baik? pendidikan, serta pemahaman tentang hakikat
Serta apa yang harus saya lakukan untuk menjadi baik? kebenaran dalam konteks pendidikan itu sendiri.
Salah satu metafora guru yang disampaikan oleh Van Pendekatan aksiologis dalam pendidikan bertujuan
Brummelen[17] adalah sebagai seorang penuntun. Guru untuk mempersiapkan para pendidik agar memiliki
perlu terlebih dahulu memiliki landasan filosofi yang pemahaman yang lebih jelas tentang bagaimana tujuan
benar yang digunakan untuk dapat menuntun para siswa hidup berkaitan dengan proses pendidikan. Hal ini akan
mereka ke arah yang benar yaitu menuju pemuliaan bagi membantu mereka dalam mengembangkan program
Allah. Guru perlu meneladani Yesus yang merupakan pendidikan yang relevan dengan dunia global saat ini.
seorang gembala Agung karena begitulah guru dipanggil Aksiologi, yang merupakan cabang filsafat yang
untuk dapat menuntun siswanya menuju pada hikmat. membahas nilai-nilai baik dan buruk serta aspek-aspek
Guru di dalam kelas juga dipercayakan sebagai ‘orang keindahan, memiliki relevansi penting dalam konteks
tua’ bagi setiap siswa. Pengertian guru sebagai orang tua pendidikan karena nilai-nilai ini selalu menjadi
bagi siswa dapat juga diartikan menjadi guru juga pertimbangan utama dalam menentukan tujuan
merupakan role model bagi siswa. pendidikan.

D. SIMPULAN DAN SARAN


Perspektif ontologi, Pedagogik (Ilmu Pendidikan) UCAPAN TERIMA KASIH
berfokus pada esensi pendidikan, menggali hakikat dari Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
fenomena pendidikan. Pendidikan, sebagai disiplin, yang telah membantu memberikan data, dana penelitian
selalu terkait erat dengan keberadaan manusia dalam sehingga penyusunan artikel ini dapat diselesaikan
konteks asal-usul dan tujuan hidupnya. Oleh karena itu, dengan tepat waktu.
ontologi pendidikan mempertimbangkan hubungan
antara pendidikan dengan asal-usul, eksistensi, dan DAFTAR RUJUKAN
tujuan hidup manusia. Pentingnya manusia dalam [1] M. Cochran-Smith, “What’s the ‘Problem of Teacher
penciptaan dan eksistensi pendidikan sangatlah nyata, Education’ in the 2020s?,” J. Teach. Educ., vol. 74, no.
karena tanpa manusia, konsep pendidikan tidak akan 2, pp. 127–130, 2023.
[2] N. Salari et al., “Prevalence of stress, anxiety,
ada. Sementara itu, dari sudut pandang epistemologi, depression among the general population during the
Ilmu Pendidikan menitikberatkan pada pemahaman COVID-19 pandemic: a systematic review and meta-
yang benar tentang pendidikan dan eksistensinya. analysis,” Global. Health, vol. 16, no. 1, pp. 1–11, 2020.
[3] J. Xiong et al., “Impact of COVID-19 pandemic on
Pertanyaan sentralnya adalah bagaimana memperoleh
mental health in the general population: A systematic
pengetahuan yang akurat mengenai pendidikan dan review,” J. Affect. Disord., vol. 277, pp. 55–64, 2020.
bagaimana melaksanakannya dengan tepat. [4] I. Ali, A. K. Narayan, and U. Sharma, “Adapting to
Landasan epistemologis yaitu penjabaran dari COVID-19 disruptions: student engagement in online
learning of accounting,” Account. Res. J., vol. 34, no. 3,
landasan ontologis yang menjadi rujukan tujuan yang pp. 261–269, 2021.
akan dicapai. Dengan demikian, masalah epistemologis [5] H. T. Walke, M. A. Honein, and R. R. Redfield,
pendidikan akan mempertanyakan apa yang telah “Preventing and responding to COVID-19 on college
campuses,” Jama, vol. 324, no. 17, pp. 1727–1728,
diberikan kepada subyek didik dan mengapa diberikan
2020.
pengetahuan tersebut? Demikian pula landasan [6] J. B. Wandler and W. J. Imbriale, “Promoting
epistemologis mendasari nilai-nilai kebenaran mana undergraduate student self-regulation in online
yang menjadi acuan dalam pengembangan ilmu. Aspek learning environments.,” Online Learn., vol. 21, no. 2,
p. n2, 2017.
estimologi Pedagogik berfungsi sebagai dasar utama [7] G. Maheshwari, “Factors affecting students’ intentions
dalam pengembangan potensi intelektual, dengan tujuan to undertake online learning: an empirical study in
akhirnya adalah mencapai kematangan inteligensi. Vietnam,” Educ. Inf. Technol., vol. 26, no. 6, pp. 6629–
Kematangan inteligensi ini menjadi elemen sentral yang 6649, 2021.
[8] Y. Suyitno, “Landasan Filosofis Pendidikan,” Bandung
sangat penting dalam pandangan dan tindakan seorang FP UPI, 2009.
pendidik sehari-hari. Ini karena epistemologi [9] S. Yusuf and A. J. Nurihsan, “Landasan bimbingan dan
Hafsah, Pendidikan Sebagai Ilmu... 43

konseling,” PT Remaja Rosdakarya, 2019.


[10] S. Purba et al., Landasan Pedagogik: Teori dan Kajian.
Yayasan Kita Menulis, 2021.
[11] J. S. Suriasumantri, “Filsafat ilmu: Sebuah pengantar
populer,” Pustaka Sinar Harapan, 1993.
[12] N. L. Gage, Hard Gains in the Soft Sciences: The Case
of Pedagogy. ERIC, 1985.
[13] M. Watkins, G. Noble, and C. Driscoll, “Pedagogy: The
unsaid of socio-cultural theory,” in Cultural
pedagogies and human conduct, Routledge, 2015, pp.
1–16.
[14] B. Bernstein, Pedagogy, symbolic control, and identity:
Theory, research, critique, vol. 5. Rowman & Littlefield,
2000.
[15] T. J. Lovat and C. Mackenzie, The Role of
the’teacher’Coming of Age? Citeseer, 2003.
[16] Hisama Saragih, “Filsafat Pendidikan. Cetakan 1,”
Medan Yayasan Kita Menulis, 2021.
[17] H. Van Brummelen, “Batu loncatan kurikulum:
berdasarkan Alkitab,” Jakarta, Indones. Univ. Pelita
Harapan, 2008.
[18] S. Suhartono, “Filsafat Ilmu Pengetahuan Persoalan
Eksistensi dan Hakikat Ilmu Pengetahuan,”
Jogjakarta Ar-Ruzz Media, Cet. Ke-1, 2008.
[19] G. F. Kneller, Introduction to the philosophy of
education. Wiley, 1964.
[20] M. Bhowmik, B. Banerjee, and J. Banerjee, “Role of
pedagogy in effective teaching,” Basic Res. J. Educ. Res.
Rev., vol. 2, no. 1, pp. 1–5, 2013.
[21] S. Danim, “Perkembangan peserta didik,” Alfabeta,
2020.
[22] S. Nizar, Filsafat pendidikan Islam: Pendekatan
historis, teoritis dan praktis. Ciputat Pers, 2002.
[23] U. Rahma and Y. P. Dara, Psikologi Pendidikan:
Aplikasi Teori Di Indonesia. Universitas Brawijaya
Press, 2017.
[24] A. Purnomo, “Pendidikan Anak Dini Usia (Padu)
dalam Islam: Sebuah Analisis Gender,” EGALITA,
2007.
[25] T. W. Organ, Philosophy and the self: East and west.
Associated University Presse, 1987.
[26] N. Sudjana, “Psikologi pendidikan,” Bandung: Cipta
Karya, 1995.
[27] L. W. Anderson and D. R. Krathwohl, A taxonomy for
learning, teaching, and assessing: A revision of
Bloom’s taxonomy of educational objectives: complete
edition. Addison Wesley Longman, Inc., 2001.
[28] T. Lickona, “Educating for character: Mendidik untuk
membentuk karakter,” Jakarta Bumi Aksara, pp. 20–
28, 2012.
[29] B. De Porter, M. Reardon, and S. S. Nourie, “Quantum
Teaching: Mempraktekkan,” Jakarta PT Mizan
Publika, 2005.
[30] D. Goleman, “Emotional intelligence. Why it can
matter more than IQ.,” Learning, vol. 24, no. 6, pp.
49–50, 1996.
[31] S. Khoirurrijal, Fadriati, Sofia, Anisa Dwi Makrufi,
Sunaryo Gandi, Abdul Muin, Tajeri, Ali Fakhrudin,
Hamdani, “Pengembangann Kurikulum Merdeka,” CV.
Literasi Nusant. Abadi, 2022.
[32] T. Suharto and A. Q. Shaleh, “Filsafat Pendidikan
Islam,” Yogyakarta: Ar-ruzz media, 2007.
[33] Suhartono, “Filsafat Pendidikan,” Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2009.

Anda mungkin juga menyukai