Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN FEBRIS

ANDIKA SAPUTRA

2022207209232

UNIVERSITAS MUHAMMADIAH PRINGSEWU

PENDIDIKAN PROFESI NURSE

TAHUN 2022-202
KONSEP DASAR

A. DEFINISI

Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat

peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak

merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termogulasi) di hipotalamus

penyakit-penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang system

tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan

imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan

terhadap infeksi (Sodikin, 2012).

Demam merupakan suatu keadaan saat tubuh manusia berada di atas normal

atau di atas 37ºC dan merupakan salah satu gajala saat tubuh manusia terserang

penyakit (Cahyaningrum & Putri, 2017).

Hipertermia adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh di atas rentang normal

tubuh, (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Menurut Arif Muttaqin (2014)

hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh sehubugan dengan ketidakmampuan

tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.

Berdasarkan paparan beberapa ahli diatas dapat disimpulkan demam

merupakan suatu keadaan saat suhu tubuh manusia berada di atas normal atau diatas

37ºC sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus yang dapat

menyerang sistem tubuh.


B. ANATOMI FISIOLOGI

Hipotalamus merupakan bagian ujung anterior diensefalon dan di depan

nucleus interpedunkularis. Hipotalamus terbagi dalam berbagai inti dan dareah inti.

Hipotalamus terletak pada anterior dan inferior thalamus. Berfungsi mengontrol dan

mengatur system saraf autonom, Pengaturan diri terhadap homeostatic, sangat kuat

dengan emosi dan dasar pengantaran tulang, Sangat penting berpengaruh antara

system syaraf dan endokrin. Hipotalamus juga bekerjasama dengan hipofisis untuk

mempertahankan keseimbangan cairan, mempertahankan pengaturan suhu tubuh

melalui peningkatan vasokonstriksi atau vasodilatasi dan mempengaruhi sekresi

hormonal dengan kelenjar hipofisis. Hipotalamus juga sebagai pusat lapar dan

mengontrol berat badan. Sebagai pengatur tidur, tekanan darah, perilaku agresif dan

seksual dan pusat respons emosional (rasa malu, marah, depresi, panic dan takut).

Adapun fungsi dari hipotalamus antara lain adalah:

1. Mengontrol suhu tubuh

2. Mengontrol rasa haus dan pengeluaran urin

3. Mengontrol asupan makanan

4. Mengontrol sekresi hormon-hormon hipofisis anterior

5. Menghasilkan hormon-hormon hipofisis posterior

6. Mengontrol kontraksi uterus pengeluaran susu

7. Pusat koordinasi sistem saraf otonom utama, kemudian mempengaruhi semua

otot polos, otot jantung, sel eksokrin

8. Berperan dalam pola perilaku dan emosi

Peran hipotalamus adalah pengaturan hipotalamus terhadap nafsu makan

terutama bergantung pada interaksi antara dua area: area “makan” lateral di anyaman

nucleus berkas prosensefalon medial pada pertemuan dengan serabut


polidohipotalamik, serta “pusat rasa kenyang:’ medial di nucleus vebtromedial.

Perangsangan pusat makan membangkitkan perilaku makan pada hewan yang sadar,

sedangkan kerusakan pusat makan menyebabkan anoreksia berat yang fatal pada

hewan yang sebenarnya sehat.

Perangsangan nucleus ventromedial menyebabkan berhentinya makan,

sedangkan lesi di regio ini menyebabkan hiperfagia dan bila ersediaan makan

banyak, sindrom obesitas hipotalamik.

Hubungan hipotalamus dengan fungsi otonom:

1. Hubungan aferen dan eferen hipotalamus

Jalur aferen dan eferen utama dari dan ke hipolamus sebagian besar tidak

bermielin. Banyak serabut menghubungkan hipotalamus dengan system

limbic. Juga terdapat hubungan penting antara hipotalamus dengan nucleus-

nucleus di tegmentum mesensefalon, pons dan rhombensefalon.

Neuron penghasil norepinefrin yang badan selnya berada di rhombensefalon

berujung di berbagai bagian yang berbeda di hipotalamus. Neuron

paraventrikel yang mungkin mengeluarkan oksitoksin dan vasopressin

sebaliknya menuju ke rhombensefalon dan berakhir di hipotalamus ventral.

Terdapat system neuron penghasil dopamine intrahipotalamus yang badan

selnya terdapat di nucleus arkuata dan berujung pada atau dekat kapiler yang

membentuk pembuluh portal di eminensia mediana. Neuron penghasil

serotonin berproyeksi ke hipotalamus dari nucleus rafe.

2. Hubungan dengan kelenjar hipofisis

Terdapat hubungan saraf antara hipotalamus dan lobus posterior kelenjar

hipofisis serta hubungan vascular antara hipotalamus dengan lobus anterior.

Secara embriologis, hipofisis posterior muncul sebagai besar ventrikel ketiga.


Hipofisis posterior sebagian besar tersusun dari berbagai ujung akson yang

muncul dari badan sel di nucleus supraoptik di hipofisis posterior melalui

traktus hipotalamohipofisis.

3. Hubungan dengan fungsi otonom

Bertahun-tahun yang lalu, Sherrington menyebutkan hipotalamus sebagai

“ganglian utama sisten otonom”. Perangsangan hipotalamus menimbulkan

respons otonom, tetapi hipotalamus sendiri tampaknya tidak terpengaruh oleh

pengaturan fungsi viseral yang dilakukannya. Sebaliknya, respons otonom

yang ditimbulkan di hipotalamus merupakan bagian dari fenomena yang lebih

kompleks seperti makan dan bentuk emosi lain seperti marah. Sebagai contoh,

perangsangan terhadap berbagai bagian hipotalamus, terutama dareah lateral,

menyebabkan pelepasan muatan dan peningkatan sekresi medulla adrenal

seperti lepasmuatan simpatis massal yang di jumpai pada hewan yang terpajan

stress.

4. Hubungan dengan tidur

Zona tidur prosensefalon basal mencakup sebagian dari hipotalamus. Bagian-

bagian ini serta fisiologi keseluruhan dari keadaan tidur dan terjaga dibakar.

5. Hubungan dengan fenomena siklik

Sel pada tumbuhan dan hewan mengalami fluktuasi ritnis dalam berbagai

fungsinya yang lamanya sekitar 24 jam, yang disebut bersifat sirkadian. Pada

mamalia,termasuk manusia, sebagain besar sel memiliki irama sirkadian.

Dalam hati, irama ini dipengaruhi oleh pola asupan makanan,tetapi pada

hampir semua sel lain irama diselaraskan oleh sepasang nucleus

suprakiasmatik (SCN), satu di tiap-tiap sisi di atas kiasma optikum.


C. PATOFISIOLOGI & PATOFLOW

Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non infeksi berinteraksi

dengan mekanisme pertahanan hospes. Saat mekanisme ini berlangsung bakteri atau

pecahan jaringan akan difasgositosis oleh leukosit, makrofag, serta limfosit

pembunuh yang memiliki granula dalam ukuran besar. Seluruh sel ini kemudian

mencerna hasil pemecahan bakteri, dan melepaskan xat interleukinke dalam cairan

tubuh (zat pirogen leukosit/pirogen endogen).

Pada saat interleukin-1 sudah sampai ke hipotalamus akan menimbulkan

demam dengan cara meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8-10 menit.

Interleukin-1 juga memiliki kemampuan untuk menginduksi pembentukan

protagladin ataupun zat yang memiliki kesamaan dengan zat ini, kemudian bekerja

dibagian hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam, karena cairan dan

elektrolit ini mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior.

Jadi apabila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit maka

keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior mengalami gangguan (Sodikin,

2012).
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan fisik pada anak demam secara kasar dibagi atas status generalis

danefaluasi secara detil yang menfokuskan pada sumber infeksi. Pemerksaan status

generalis tidak dapat diabaikan karena menentukan apakah pasientertolong tokis

atau tidak toksis. Skala penilaian terdiri dari evaluasi secara menagis, reaksi

terhadap orang tua, variasikeadaan, respon social, warna kulit, dan status hidrasi.

Pemeriksaan awal : Pemeriksaan atas indikasi, kultur darah, urin atau feses,

pengembalian cairan, Serebrospinal, foto toraks, Darah urin dan feses rutin,

morfolografi darah tepi, hitung jenis leokosit (Yahya, 2018).

E. Penatalaksanaan

Menurut Kania dalam Wardiyah (2016) penanganan terhadap demam dapat

dilakukan dengan tindakan farmakologi dan tindakan non farmakologis. Beberapa

tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani demam pada anak:

1. Tindakan farmakologis

Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antipiretik

berupa:

a. Paracetamol

Paracetamol merupakan obat pilihan pertama untuk menurunkan suhu tubuh.

Dosis yang diberikan antara 10-15mg/Kg BB akan menurunkan demam dalam

waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah pemberian. Demam dapat

muncul kembali dalam waktu 3-4 jam.

b. Ibuprofen

Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek anti

peradangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila alergi


terhadap paracetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8

jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurunan panas dapat dicapai dengandosis

5 mg/Kg BB.

2. Tindakan non farmakologis

Menurut Nurarif (2015). Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas

yang dapat dilakukan:

a. Memberikan minuman yang banyak

b. Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal

c. Menggunakan pakaian yang tidak tebal

d. Memberikan kompres

F. KONSEP PERTUMBUHAN

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan

intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau

keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. (Kemenkes RI,

2012).

G. KONSEP PERKEMBANGAN

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang

lebihkompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa

sertasosialisasi dan kemandirian. Perkembangan merupakan hasil interaksi

kematangansusunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya

perkembangansistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi.


Kesemua fungsitersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh

(Kemenkes RI,2016).

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) struktur danfungsi

tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat

diramalkan.Perkembangan menyangkut porses diferensiasi sel tubuh, organ, dan

sistem organyang berkembang sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi

fungsinya, termasukjuga perkembangan kognitif, bahasa, motorik, emosi, dan

perkembangan perilakusebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya.

Perkembangan merupakanperubahan yang bersifat progresif, terarah, dan terpadu.

Progresif mengandungarti bahwa perubahan yang terjadi mempunyai arah tertentu

dan cenderung majukedepan, tidak mundur kebelakang. Terarah dan terpadu

menunjukkan bahwaterdapat hubungan yang pasti antara perubahan yang terjadi

pada saat ini,sebelumnya dan berikutnya (Soetjiningsih & Ranuh, 2013).

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dandapat

diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Tahap ini menyangkutadanya

proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ yang berkembangsedemikian

rupa, sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Cakupantahap ini

termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah lakusebagai hasil dari

interaksi terhadap lingkungan. (Sulistyawati, 2017)

Perkembangan adalah perubahan yang progresif dan

kontinyu(berkesinambungan) dalam diri individu mulai lahir sampai mati.

Perubahan-perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaannya

yangberlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan baik

menyangkutfisik maupun psikis. (Marmi & Margiyati, 2017).


H. KONSEP HOSPITALISASI

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan

dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi

dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut

menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga

(Wong, 2000 dalam Madyastuti 2017).

Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana atau darurat

yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi dan

perawatan. Meskipun demikian dirawat di rumah sakit tetap merupakan masalah

besar dan menimbulkan ketakutan, cemas, bagi anak (Supartini, 2004 dalam

Madyastuti 2017). Hospitalisasi juga dapat diartikan adanya beberapa perubahan

psikis yang dapat menjadi sebab anak dirawat di rumah sakit (Stevens, 1999 dalam

Madyastuti 2017).

Dapat disimpulkan bahwa hospitalisasi adalah suatu proses karena alasan

berencana maupun darurat yang mengharuskan anak dirawat atau tinggal di rumah

sakit untuk mendapatkan perawatan yang dapat menyebabkan beberapa perubahan

psikis pada anak. Perubahan psikis terjadi dikarenakan adanya suatu tekanan atau

krisis pada anak. Jika seorang anak di rawat di rumah sakit, maka anak tersebut akan

mudah mengalami krisis yang disebabkan anak mengalami stres akibat perubahan

baik terhadap status kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan sehari-

hari.
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian mencangkup pengumpulan informasi subjektif dan objektif (misal: TTV,

wawancara pasien/keluarga, pemeriksaan fisik) dan peninjauan informasi riwayat

pasien yang diberikan oleh pasien/keluarga (untuk mengidentifikasi peluang promosi

kesehatan) dan resiko (untuk mencegah atau menunda potensi masalah) (Nanda,

2018).

1. Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan

2. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : klien yang

biasanya menderita febris mengeluh suhu tubuh panas 37,5ºC, berkeringat,

mual/muntah.

3. Riwayat kesehatan sekarang : Pada umumnya didapatkan peningktan suhu

tubuh diatas 37,5 °C, gejala febris yang biasanya yang kan timbul menggigil,

mual/muntah, berkeringat, nafsu makan berkurang, gelisah, nyeri otot dan

sendi.

4. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain

yang pernah di derita oleh pasien.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain

yang pernah di derita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik

atau tidak).

6. Genogram : petunjuk anggota keluarga klien

7. Pemeriksaan fisik : Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi.

8. Riwayat Sosial : Pengkajian terhadap perkembangan dan keadaan sosial klien

9. Pola Aktifitas/istirahat :
10. Pola Istirahat dan Tidur : Biasa klien dengan febris mengalami susah untuk

tidur karena klien merasa gelisah dan berkeringat.

11. Pola Eliminasi : Eliminasi klien febris biasanya susah untuk buang air besar

dan juga bisa mengakibatkan terjadi konsitensi bab menjadi cair.

12. Pola Nutrisi-Metabolik : Biasa klien dengan febris mengalami penurunan

nafsu makan, dan susah untuk makan sehingga kekurangan asupan nutrisi.

13. Pola Kognisi-Perceptual

14. Pola Toleransi-Koping Stress

15. Pola Persepsi Diri/Konsep Koping

16. Pola Nilai dan Keyakinan

17. Seksualitas

18. Pola Hubungan dan Peran

19. Pemeriksaan fisik :

Kesadaran : Biasanya kesadran klien dengan febris 15 – 13,

berat badan serta tinggi badan

Tanda-tanda vital : biasa klien dengan febris suhunya >37,5 °C, nadi >80

x/menit

20. Kepala dan Wajah

Kepala dan leher : Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau tidak

Kulit, rambut, kuku : Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada gangguan / kelainan.

Mata : Umumnya mulai terlihat cekung atau tidak.

Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut : Bentuk, kebersihan, fungsi

indranya adanya gangguan atau tidak, biasanya pada klien dengan febris

mukosa bibir klien akan kering dan pucat.


21. Dada/Thorak : Biasa pernafasan cepat dan dalam, abdomen biasanya nyeri dan

ada peningkatan bising usus bising usus normal pada bayi 3 – 5 x/menit

22. Sistem respirasi : Umumnya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam, tidak

terdapat nafas yang tertinggal / gerakan nafas dan biasanya kesadarannya

gelisah, apatis atau koma

23. Sistem kardiovaskuler : Pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya

meningkat

24. Sistem muskuloskeletal : Terjadi gangguan apa tidak

25. Pemeriksaan tingkat perkembangan

a. Kemandirian dan bergaul

Aktivitas sosial klien

b. Motorik halus

Gerakan yang menggunakan otot halus atau sebagian anggota tubuh

tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.

Misalnya : memindahkan benda dari tangn satu ke yang lain, mencoret-

coret, menggunting

c. Motorik kasar

Gerakan tubuh yang menggunakan otot–otot besar atau sebagian besar

atau seluruh anggota tubuh yang di pengaruhi oleh kematangan fisik

anak contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun

tangga

d. Kognitif dan bahasa

Kemampuan klien untuk berbicara dan berhitung.


26. Data penunjang :Biasanaya dilakukan pemeriksaan labor urine, feses,

darah,dan biasanya leokosit nya > 10.000 (meningkat), sedangkan Hb, Ht

menurun.

27. Data pengobatan :Biasanya diberikan obat antipiretik untuk mengurangi suhu

tubuh klien, seperti ibuprofen, paracetamol.

B. ANALISA DATA

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons manusia

terhadap gangguan kesehatan/proses kehidupan, atau kerentanan respons dari

seorang individu, keluarga, kelompok, atau komunitas (SDKI, 2017).Diagnosa:

1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.

2. Resiko hypovolemi berhubungan dengan kekurangan intake cairan.

3. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi

makanan.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

5. Defisit pengetahuan tentang demam berhubungan dengan kurang terpapar

informasi

D. RENCANA KEPERAWATAN

Perencanaan keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam

proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan

dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi

kebutuhan pasien (Setiadi, 2012).

Pada tahap perencanaan, ada empat hal yang harus diperhatikan:


a. Menentukan prioritas masalah.

b. Menentukan tujuan.

c. Menentukan kriteria hasil.

d. Merumuskan intervensi dan aktivitas perawatan.


No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil (SLKI) (SIKI)
1. Hipertermi Setelah dikakukan Manajemen Hipertermia
berhubungan tindakan
dengan proses keperawatan 3x24 jam Observasi
penyakit diharapkan - Identifkasi penyebab
Termoregulasi Membaik. hipertermi (mis.
dehidrasi terpapar
Kriteria hasil :
lingkungan panas
- Mengigil menurun penggunaan incubator)
- Suhu tubuh membaik - Monitor suhu tubuh
- Suhu kulit membaik - Monitor kadar elektrolit
- Monitor haluaran urine

Terapeutik
- Sediakan lingkungan
yang dingin
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
- Lakukan pendinginan
eksternal (mis. selimut
hipotermia atau
kompres dingin pada
dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
- Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
- Batasi oksigen, jika
perlu

Edukasi
- Anjurkan tirah baring

Kolaborasi
- Kolaborasi cairan dan
elektrolit intravena, jika
perlu

Regulasi Temperatur

Observasi
- Monitor suhu bayi
sampai stabil (36.5 C -
37.5 C)
- Monitor suhu tubuh
anak tiap 2 jam, jika
perlu
- Monitor tekanan darah,
frekuensi pernapasan
dan nadi
- Monitor warna dan suhu
kulit
- Monitor dan catat tanda
dan gejala hipotermia
dan hipertermia
Terapeutik
- Pasang alat pemantau
suhu kontinu, jika perlu
- Tingkatkan asupan
cairan dan nutrisi yang
adekuat
- Bedong bayi segera
setelah lahir, untuk
mencegah kehilangan
panas
- Masukkan bayi BBLR
ke dalam plastic segera
setelah lahir (mis. bahan
polyethylene, poly
urethane)
- Gunakan topi bayi untuk
memcegah kehilangan
panas pada bayi baru
lahir
- Tempatkan bayi baru
lahir di bawah radiant
warmer
- Pertahankan
kelembaban incubator
50 % atau lebih untuk
mengurangi kehilangan
panas Karena proses
evaporasi
- Atur suhu incubator
sesuai kebutuhan
- Hangatkan terlebih
dahulu bhan-bahan yang
akan kontak dengan
bayi (mis. seelimut, kain
bedongan, stetoskop)
- Hindari meletakkan bayi
di dekat jendela terbuka
atau di area aliran
pendingin ruangan atau
kipas angin
- Gunakan matras
penghangat, selimut
hangat dan penghangat
ruangan, untuk
menaikkan suhu tubuh,
jika perlu
- Gunakan kasur
pendingin, water
circulating blanket, ice
pack atau jellpad dan
intravascular cooling
catherization untuk
menurunkan suhu
- Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien

Edukasi
- Jelaskan cara
pencegahan heat
exhaustion, heat stroke
- Jelaskan cara
pencegahan hipotermi
karena terpapar udara
dingin
- Demonstrasikan teknik
perawatan metode
kangguru (PMK) untuk
bayi BBLR

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antipiretik jika perlu
2. Resiko Setelah dikakukan Manajemen Hipovolemia
hypovolemi tindakan
berhubungan keperawatan 3x24 jam Observasi
dengan diharapkan Status Cairan - Periksa tanda dan gejala
kekurangan intake Membaik. hipovolemia (mis.
cairan. Kriteria hasil : frekuensi nadi
- Kekuatan nadi meningkat, nadi teraba
meningkat lemah, tekanan darah
- Turgor kulit menurun, tekanan nadi
meningkat menyempit, turgor kulit
- Output urine menurun, membrane
meningkat mukosa kering, volume
urine menurun,
hematokrit meningkat,
haus dan lemah)
- Monitor intake dan
output cairan

Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan posisi modified
trendelenburg
- Berikan asupan cairan
oral

Edukasi
- Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
- Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan IV issotonis (mis.
cairan NaCl, RL)
- Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis
(mis. glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
- Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis.
albumin, plasmanate)
- Kolaborasi pemberian
produk darah

Pemanatauan Cairan

Observasi
- Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi
- Monitor frekuensi nafas
- Monitor tekanan darah
- Monitor berat badan
- Monitor waktu
pengisian kapiler
- Monitor elastisitas atau
turgor kulit
- Monitor jumlah, waktu
dan berat jenis urine
- Monitor kadar albumin
dan protein total
- Monitor hasil
pemeriksaan serum
(mis. Osmolaritas
serum, hematocrit,
natrium, kalium, BUN)
- Identifikasi tanda-tanda
hipovolemia (mis.
Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit
menurun, membrane
mukosa kering, volume
urine menurun,
hematocrit meningkat,
haus, lemah, konsentrasi
urine meningkat, berat
badan menurun dalam
waktu singkat)
- Identifikasi tanda-tanda
hypervolemia mis.
Dyspnea, edema perifer,
edema anasarka, JVP
meningkat, CVP
meningkat, refleks
hepatojogular positif,
berat badan menurun
dalam waktu singkat)
- Identifikasi factor resiko
ketidakseimbangan
cairan (mis. Prosedur
pembedahan mayor,
trauma/perdarahan, luka
bakar, apheresis,
obstruksi intestinal,
peradangan pankreas,
penyakit ginjal dan
kelenjar, disfungsi
intestinal)

Terapeutik
- Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
- Dokumentasi hasil
pemantauan

Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
3. Defisit nutrisi Setelah dikakukan Manajemen Nutrisi
berhubungan tindakan Observasi
dengan keperawatan 3x24 jam - Identifikasi status nutrisi
ketidakmampuan diharapkan Status nutrisi - Identifikasi alergi dan
mengabsorbsi membaik intoleransi makanan
makanan. Kriteria hasil: - Identifikasi makanan
- Intake nutrisi yang disukai
tercukupi - Identifikasi kebutuhan
- Asupan makanan kalori dan jenis nutrient
dancairan tercukupi - Monitor asupan
makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Teraupetik
- Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu
- Fasilitasi menentukan
pedooman diet (mis.
Piramida makanan)
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
- Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
- Berikan makanan
rendah protein

Edukasi
- Anjurkan posisi dusuk,
jika mampu
- Anjurkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetic), jika
perlu
- Kolaborasi dengan ahli
gizi menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika
perlu

Promosi Berat Badan


Observasi
- Identifikasi
kemungkinan penyebab
BB kurang
- Monitor adanya mual
muntah
- Monitor jumlah kalori
yang dikonsumsi sehari-
hari
- Monitor berat badan
- Monitor albumin,
limfosit, dan elektrolit
serum

Teraupetik
- Berikan perawatan
mulut sebelum
pemberian makan, jika
perlu
- Sediakan makanan yang
tepat sesuai kondisi
pasien (mis. Makanan
dengan tekstur halus,
makanan yang di
blender, makanan cair
yang diberikan melalui
NGT atau gastrostomy,
total parenteral nutrition
sesuai indikasi)
- Hidangkan makanan
secara menarik
- Berikan suplemen, jika
perlu
- Berikan pujian pada
pasien/keluarga untuk
peningkatan yang
dicapai

Edukasi
- Jelaskan jenis makanan
yang bergizi tinggi,
namun tetap terjangkau
- Jelaskan peningkatan
asupan kalori yang
dibutuhkan
4. Intoleransi Setelah dikakukan Manajemen Energi
aktivitas tindakan Observasi
berhubungan keperawatan 3x24 jam - Identifkasi gangguan
dengan kelemahan. diharapkan toleransi fungsi tubuh yang
aktivitas meningkat. mengakibatkan
Kriteria Hasil : kelelahan
- Pasien mampu - Monitor kelelahan fisik
melakukan aktivitas dan emosional
sehari-hari - Monitor pola dan jam
- Pasien mampu tidur
berpindah tanpa - Monitor lokasi dan
bantuan ketidaknyamanan
- Pasien mengatakan selama melakukan
keluhan lemah aktivitas
berkurang
Terapeutik
- Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
- Lakukan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas
distraksi yang
menyenangkan
- Fasilitas duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan

Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan

Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

E. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan: Pelakasaaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan

rencana tindakan keperawatan dan disesuaikan dengan apa yang dibutuhkan oleh

klien.

F. EVALUASI

Penilaian terakhir proses keperawatan didasarkan pada tujuan keperawatan

yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada

perubahan perilaku dari kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi

pada individu. Evaluasi dapat dilakukan menggunakan SOAP sebagai pola pikirnya:

S : Respon subjektif terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan

O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan

A : Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah

teratasi, masalah teratasi sebagian, masalah tidak teratasi atau muncul masalah baru.

P : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin. (2014). Pengkajian Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinik. Jakarta:

Salemba Medika.

Cahyaningrum, E, T., Dan Putri, D. 2017. Perbedaan Suhu Tubuh Anak Demam Sebelum

Dan Setelah Kompres Bawang Merah. Medisains: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu

Kesehatan. 15 (2): 66-74.

Kemenkes Ri., 2012. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, Dan Intervensi Dini Tumbuh

Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes Ri.

Madyastuti, Lina. 2019. Buku Ajar Keperawatan Dasar Anak. Gresik.

Marmi, Margiyati. 2017. Pengantar Psikologi Kebidanan Buku Ajar Psikologi Kebidanan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nurarif, A, H., & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis

Medis Dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta: Medication.

Ppni. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat

Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Ppni. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat

Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Ppni. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat

Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Sodikin. 2012. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Pustaka Belajar. Yogyakarta.
Soetjiningsih, Dan Gde Ranuh. 2013. Tumbuh Kembang Anak. Edit Revisi Ii. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC.

Sulistyawati, Ari. 2017. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Salemba Medika

Wardaniyah, A., Setiawati., & Setiawan, D. 2016. Perbandingan Efektifitas Pemberian

Kompres Hangat Dan Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang

Mengalami Demam Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Ilmu

Keperawatan. 4 (1): 44-56.

Yahya, M Azmi. 2018. Karya Tulis Ilmiah Laporan Studi Kasus. Asuhan Keperawatan Pada

Klien An. Q Dengan Febris Di Ruang Rawat Inap Anak Rsud Dr. Achmad Mochtar

Bukittinnggi Tahun 2018. Sumatra Barat

Anda mungkin juga menyukai