Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR PENYAKIT DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN DENGAN FEBRIS (DEMAM)

OLEH :

NI KADEK AYU TRYA SEPTI GETSUYOBI, S.KEP


C1221027

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP DASAR PENYAKIT

A. DEFINISI

Febris (demam) adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang
masuk ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal
(>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan , ataupun obat –
obatan (Hartini et al, 2015).

Febris (demam) merupakan suatu keadaan saat suhu tubuh seseorang berada
diatas normal atau diatas 37,5°C yang merupakan salah satu gejala saat tubuh
terserang suatu penyakit (Cahyaningrum & Putri, 2017).

Febris (demam) merupakan bukan suatu penyakit, namun demam merupakan


suatu tanda gejala dari penyakit. Umumnya demam sebagai bentuk respon infeksi
atau inflamasi yang disebabkan oleh bakteri, virus dan patogen lain, namun apabila
demam yang terjadi sangat tinggi maka akan membahayakan (Setyowati, 2017).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas febris atau demam merupakan suatu


kondisi seseorang ketika suhu tubuh meningkat melebihi suhu normal (>37,5°C)
yang dapat terjadi apabila seseorang mengalami infeksi atau inflamasi yang
disebabkan oleh bakteri, virus, maupun patogen lainnya.

B. ANATOMI FISIOLOGI
Hipotalamus merupakan bagian ujung anterior diensefalon dan di depan nucleus
interpedunkularis. Hipotalamus terbagi dalam berbagai inti dan dareah inti.
Hipotalamus terletak pada anterior dan inferior thalamus. Berfungsi mengontrol dan
mengatur system saraf autonom, Pengaturan diri terhadap homeostatic, sangat kuat
dengan emosi dan dasar pengantaran tulang, Sangat penting berpengaruh antara
system syaraf dan endokrin. Hipotalamus juga bekerjasama dengan hipofisis untuk
mempertahankan keseimbangan cairan, mempertahankan pengaturan suhu tubuh
melalui peningkatan vasokonstriksi atau vasodilatasi dan mempengaruhi sekresi
hormonal dengan kelenjar hipofisis. Hipotalamus juga sebagai pusat lapar dan
mengontrol berat badan. Sebagai pengatur tidur, tekanan darah, perilaku agresif dan
seksual dan pusat respons emosional (rasa malu, marah, depresi, panic dan takut).
Adapun fungsi dari hipotalamus antara lain adalah :

a. Mengontrol suhu tubuh


b. Mengontrol rasa haus dan pengeluaran urin
c. Mengontrol asupan makanan
d. Mengontrol sekresi hormon-hormon hipofisis anterior
e. Menghasilkan hormon-hormon hipofisis posterior
f. Mengontrol kontraksi uterus pengeluaran susu
g. Pusat koordinasi sistem saraf otonom utama, kemudian mempengaruhi semua
otot polos, otot jantung, sel eksokrin
h. Berperan dalam pola perilaku dan emosi

Peran hipotalamus adalah pengaturan hipotalamus terhadap nafsu makan terutama


bergantung pada interaksi antara dua area : area “makan” lateral di anyaman nucleus
berkas prosensefalon medial pada pertemuan dengan serabut polidohipotalamik, serta
“pusat rasa kenyang:’ medial di nucleus vebtromedial. Perangsangan pusat makan
membangkitkan perilaku makan pada hewan yang sadar, sedangkan kerusakan pusat
makan menyebabkan anoreksia berat yang fatal pada hewan yang sebenarnya sehat.
Perangsangan nucleus ventromedial menyebabkan berhentinya makan, sedangkan
lesi di regio ini menyebabkan hiperfagia dan bila ersediaan makan banyak, sindrom
obesitas hipotalamik.

Hubungan hipotalamus dengan fungsi otonom :

a. Hubungan aferen dan eferen hipotalamus


Jalur aferen dan eferen utama dari dan ke hipolamus sebagian besar tidak
bermielin. Banyak serabut menghubungkan hipotalamus dengan system limbic.
Juga terdapat hubungan penting antara hipotalamus dengan nucleus-nucleus di
tegmentum mesensefalon, pons dan rhombensefalon. Neuron penghasil
norepinefrin yang badan selnya berada di rhombensefalon berujung di berbagai
bagian yang berbeda di hipotalamus. Neuron paraventrikel yang mungkin
mengeluarkan oksitoksin dan vasopressin sebaliknya menuju ke rhombensefalon
dan berakhir di hipotalamus ventral. Terdapat system neuron penghasil dopamine
intrahipotalamus yang badan selnya terdapat di nucleus arkuata dan berujung pada
atau dekat kapiler yang membentuk pembuluh portal di eminensia mediana.
Neuron penghasil serotonin berproyeksi ke hipotalamus dari nucleus rafe.
b. Hubungan dengan kelenjar hipofisis
Terdapat hubungan saraf antara hipotalamus dan lobus posterior kelenjar hipofisis
serta hubungan vascular antara hipotalamus dengan lobus anterior. Secara
embriologis, hipofisis posterior muncul sebagai besar ventrikel ketiga. Hipofisis
posterior sebagian besar tersusun dari berbagai ujung akson yang muncul dari
badan sel di nucleus supraoptik di hipofisis posterior melalui traktus
hipotalamohipofisis.
c. Hubungan dengan fungsi otonom
Bertahun-tahun yang lalu, Sherrington menyebutkan hipotalamus sebagai
“ganglian utama sisten otonom”. Perangsangan hipotalamus menimbulkan respons
otonom, tetapi hipotalamus sendiri tampaknya tidak terpengaruh oleh pengaturan
fungsi viseral yang dilakukannya. Sebaliknya, respons otonom yang ditimbulkan
di hipotalamus merupakan bagian dari fenomena yang lebih kompleks seperti
makan dan bentuk emosi lain seperti marah. Sebagai contoh , perangsangan
terhadap berbagai bagian hipotalamus, terutama dareah lateral, menyebabkan
pelepasan muatan dan peningkatan sekresi medulla adrenal seperti lepasmuatan
simpatis massal yang di jumpai pada hewan yang terpajan stress.
d. Hubungan dengan tidur zona tidur prosensefalon basal mencakup sebagian dari
hipotalamus. Bagian-bagian ini serta fisiologi keseluruhan dari keadaan tidur dan
terjaga dibakar.
e. Hubungan dengan fenomena siklik
Sel pada tumbuhan dan hewan mengalami fluktuasi ritnis dalam berbagai
fungsinya yang lamanya sekitar 24 jam, yang disebut bersifat sirkadian. Pada
mamalia,termasuk manusia , sebagain besar sel memiliki irama sirkadian. Dalam
hati, irama ini dipengaruhi oleh pola asupan makanan,tetapi pada hampir semua
sel lain irama diselaraskan oleh sepasang nucleus suprakiasmatik (SCN), satu di
tiap-tiap sisi di atas kiasma optikum.

C. ETIOLOGI
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran, demam dapat
disebabkan sebagai berikut (Nurarif & Kusuma, 2016) :
a) Riwayat Penyakit
Adanya riwayat penyakit seperti tumor, infeksi saluran kemih, pneumonia,
meningitis, sinusitis, gastroenteritis, serta penyakit yang menyerang sistem
imun lainnya dapat menimbulkan demam sebagai bentuk inflamasi akibat
penyakit.
b) Adanya Infeksi
Infeksi akibat bakteri, virus, serta patogen lainnya dapat menyebabkan tubuh
seseorang menjadi demam.
c) Imunisasi
Reaksi imunisasi dapat menyebabkan demam karena virus yang dimasukkan ke
dalam tubuh sehingga menimbulkan reaksi demam sebagai bentuk respon
tubuh untuk melawan benda asing di dalam tubuh.
d) Suhu Lingkungan
Keadaan suhu dilingkungan dapat menyebabkan seseorang menjadi demam,
hal ini dikarenakan suhu tubuh akan menyesuaikan dengan suhu lingkungan
dimana ia berada.

D. MANIFESTASI KLINIS

Menurut (Nurarif & Kusuma, 2016) tanda dan gejala terjadinya febris adalah :

a) Suhu tubuh tinggi (>37,5°C)


b) Warna kulit kemerahan
c) Adanya peningkatan frekuensi pernafasan
d) Menggigil
e) Dehidrasi
f) Kehilangan nafsu makan
g) Mukosa bibir kering
h) Lemas
E. PATOFISIOLOGI

Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non infeksi berinteraksi dengan
mekanisme pertahanan proses. Saat mekanisme ini berlangsung, bakteri atau pecahan
jaringan akan difagositosis oleh leukosit, makrofag, serta limfosit pembunuh yang
memiliki granula dalam ukuran besar. Seluruh sel ini kemudian mencerna hasil
pemecahan bakteri dan melepaskan zat interleukinke dalam cairan tubuh (zat
pirogen/pirogen endogen).

Pada saat interleukin-1 sudah sampai ke hipotalamus akan menimbulkan demam


dengan cara meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8-10 menit. Interleukin-1
juga memiliki kemampuan untuk menginduksi pembentukan prostaglandin ataupun
zat yang memiliki kesamaan dengan zat ini, kemudian bekerja dibagian hipotalamus
untuk membangkitkan reaksi demam. Kekurangan cairan dan elektrolit dapat
mengakibatkan demam karena cairan dan elektrolit ini mempengaruhi keseimbangan
termoregulasi di hipotalamus anterior. Jadi apabila terjadi dehidrasi atau kekurangan
cairan dan elektrolit maka keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior
mengalami gangguan (Sodikin, 2012).
F. PATHWAY

FEBRIS

Rangsang mekanik dan


Infeksi bakteri,
biokimia
virus dan parasit

Perubahan konsentrasi ion


Reaksi inflamasi di ruang ekstraseluler

Proses demam Keseimbangan potensial


membrane ATPASE

Difusi Na+ dan K+

Resiko kejang Aktivitas otot


Kejang
berulang meningkat

Kurang informasi Kurang dari 15 Lebihdari 15 Metabolisme


pengobatan menit menit meningkat
perawatan : kondisi,
prognosis
Tidak Suhu tubuh
Perubahan suplay
menimbulkan meningkat
Defisiensi darah ke otak
gejala sisa
Pengetahuan
Hipertermi
Resiko kerusakan
sel neuro otak

Ketidakefektifa
Perfusi Jaringan
Perifer

(Sumber : Sodikin, 2012)


G. PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK

Sebelum meningkat ke pemeriksaan-pemeriksaan yang mutakhir, yang siap tersedia


untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat
diperiksa bebrapa uji seperti uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi
permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk
membuat diagnosis dengan lebih pasti melalui biopsy pada tempat- tempat yang
dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti angiografi, aortografi, atau
limfangiografi (Nurarif & Kusuma, 2016).

H. PENATALAKSANAAN
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2016) penanganan terhadap demam dapat dilakukan
dengan tindakan farmakologis, tindakan non farmakologis maupun kombinasi
keduanya. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani demam :

a) Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antipiretik
berupa :
1) Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama untuk
menurunkan suhu tubuh. Demam dapat muncul kembali dalam waktu 3-4
jam. Paracetamol dapat diberikan kembali dengan jarak 4-6 jam dari dosis
sebelumnya. Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bualn
karena alasan kenyamanan. Efek samping parasetamol antara lain : muntah,
nyeri perut, reaksi, alergi berupa urtikaria (biduran), purpura (bintik
kemerahan di kulit karena perdarahan bawah kulit), bronkospasme
(penyempitan saluran napas), hepatotoksik dan dapat meningkatkan waktu
perkembangan virus seperti pada cacar air (memperpanjang masa sakit).
2) Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek
antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila
alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak
antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya. Ibuprofen bekerja maksimal dalam
waktu 1jam dan berlangsung 3-4 jam. Efek penurun demam lebih cepat dari
parasetamol. Ibuprofen memiliki efek samping yaitu mual, muntah, nyeri
perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel, sakit kepala, gaduh, dan
gelisah. Pada dosis berlebih dapat menyebabkan kejang bahkan koma serta
gagal ginjal
b) Tindakan non farmakologis
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat dilakukan
seperti :
1) Memberikan minuman yang banyak
2) Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
3) Menggunakan pakaian yang tidak tebal
4) Memberikan kompres hangat
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS

A. PENGKAJIAN
a. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan : mengenai kondisi kesehatan klien baik dahulu atau saat ini
c. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
d. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk
rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang
menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot
dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah
e. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien).
f. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama/penyakit lain yang
pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik/tidak)
g. Pemeriksaan fisik Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi
h. Pemeriksaan persistem
a) Sistem persepsi sensori
1) Sistem persyarafan: kesadaran
2) Sistem pernafasan
3) Sistem kardiovaskuler
4) Sistem gastrointestinal
5) Sistem integument
6) Sistem perkemihan
b) Pada fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola nutrisi dan metabolism
3) Pola eliminasi
4) Pola aktivitas dan latihan
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola kognitif dan perseptual
7) Pola toleransi dan koping stress
8) Pola nilai dan keyakinan
9) Pola hubungan dan peran
i. Pemeriksaan penunjang
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Hipertermia berhubungan dengan Proses Penyakit (febris)
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan Kurang
Pengetahuan Proses Penyakit (ferbis)
3. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan Kurang Informasi (mengenai
febris)
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN HASIL KEPERAWATAN
1 Hipertermia berhubungan Setelah dilaksanakan asuhan NIC LABEL : NIC LABEL :
dengan Proses Penyakit keperawatan selama 1x 24 jam Fever treatment Fever treatment
(febris) diharapkan suhu tubuh pasien a. Monitor tekanan darah, nadi dan RR. a. Untuk mengetahui status
normal dengan kriteria hasil : b. Monitor WBC, Hb, dan Hct. kesehatan pasien
NOC LABEL: Hipertermia c. Kompres pasien pada lipat paha dan b. Untuk mengetahui
Kriteria Hasil: aksila. perkembangan kondisi
a. Suhu tubuh dipertahankan pasien
pada skala 2 ditingkatkan c. Sebagai alternatif untuk
ke skala 5 (tidak ada membantu menurunkan
deviasi dari rentang panas pasien
normal 36,5 – 37,5oC)
b. Nadi dipertahankan pada Themperature regulation Themperature regulation
skala 3 ditingkatkan ke a. Monitor suhu minimal tiap 2 jam. a. Untuk memantau suhu tubuh
skala 5 pasien
c. Respirasi dipertahankan b. Monitor warna dan suhu kulit. b. Untuk mengetahui apakah
pada skala 3 ditingkatkan ada perubahan warna dan
ke skala 5 c. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi. suhu kulit
c. Untuk memberikan asupan
kebutuhan pasien
d. Berikan antipiretik jika perlu.
d. Memberikan antipiretik
sesuai resep dokter jika
diperlukan

2 Ketidakefektifan Perfusi Setelah dilakukan asuhan NIC Label : Monitor TTV NIC Label : Monitor TTV
Jaringan Perifer keperawatan selama 3 x 24 jam a. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan a. Untuk mengetahui status
berhubungan dengan diharapkan risiko jatuh tidak status pernafasan secara tepat kesehatan pasien
Kurang Pengetahuan Proses terjadi dengan tujuan & kriteria
Penyakit (ferbis) hasil : b. Identifikasi kemungkinan penyebab b. Untuk mengetahui
NOC Label : Tanda-Tanda perubahan tanda-tanda vital kemungkinan yang dapat
Vital menyebabkan perubahan
a. Tekanan darah sistolik dan TTV
diastolik dipertahankan
pada skala 2 (berat) c. Monitor warna, suhu dan kelembaban c. Untuk mengetahui adanya
ditingkatkan ke skala 4 kulit perubahan warna, suhu dan
(ringan)
b. Nadi dipertahakan pada kelembaban kulit
skala 3 (sedang) NIC Label : Terapi Oksigen NIC Label : Terapi Oksigen
ditingkatkan ke skala 4 a. Berikan oksigen seperti yang a. Memberikan terapi oksigen
(ringan) diperintahkan sesuai peresepan
c. Suhu tubuh dipertahankan
pada skala 3 (sedang) b. Pertahankan kepatenan jalan nafas b. Untuk tetap menjaga
ditingkatkan ke skala 4 kepatenan jalan nafas
(ringan)
d. Pernafasan dipertahankan c. Monitor aliran oksigen c. Monitoring aliran oksigen
pada skala 3 (sedang) sesuai terapi yang pasien
ditingkatkan ke skala 4 dapatkan
(ringan)

NOC Label : Status Sirkulasi


a. Kelelahan dipertahankan
pada skala 3 (sedang)
ditingkatkan ke skala 4
(ringan)
b. Wajah pucat dipertahankan
pada skala 3 (sedang)
ditingkatkan ke skala 4
(ringan)
3 Defisiensi Pengetahuan Setelah dilakukan asuhan NIC Label : Pendidikan Kesehatan NIC Label : Pendidikan
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam Kesehatan
Kurang Informasi diharapkan pasien memahami a. Tentukan pengetahuan kesehatan dan a. Memberikan KIE pada
(mengenai febris) tentang penyakit hipertensi gaya hidup perilaku saat ini pada pasien dan keleuarga
dengan tujuan & kriteria hasil : individu dan keluarga mengenai gaya hidup yg
NOC Label : Promosi dapat diterapkan
Kesehatan
a. Sumber informasi b. Melibatkan keluarga dalam perencanaan b. Agar keluarga pasien ikut
dipertahankan pada skala 2 implementasi gaya hidup sehat berpartisipasi dalam
(pengetahuan terbatas) penerapan gaya hidup sehat
ditingkatkan ke skala 4
(pengetahuan banyak) NIC Label : Fasilitasi Pembelajaran NIC Label : Fasilitasi
a. Berikan informasi sesuai dengan Pembelajaran
NOC Label : Manajemen perkembangan pasien a. Memberikan KIE pada
Penyakit pasien mengenai kondisi
a. Tanda dan gejala pe nyakit sesuai dengan
dipertahanjan pada skala 2 b. Berikan media yang tepat agar pasien perkembangannya selama
(pengetahuan
terbatas( ditingkatkan ke mampu mengingat materi dirawat
skala 4 (pengetahuan b. Memberikan media sebagai
banyak) alat bantu mengingat materi
c. Gunakan bahasa yang mudah seperti leaflet
dimengerti c. Menggunakan bahasa
ssehari-hari yang digunakan
d. Ulangi informasi yang diberikan pasien dan keluarga
d. Untuk mengkaji
kemampuan pasien dan
keluarga memahami
informasi yg disampaikan
D. EVALUASI
Menurut Nursalam (2013) evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Evaluasi formatif Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana
evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai.
2. Evaluasi somatif Merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi
ini menggunakan SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning).
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, Joanne M.(2016). Nursing
Intervention Classification (NIC), 6th Edition.Indonesia:Elsevier.

Cahyaningrum, E.D & Putri, D.(2017). Perbedaan Suhu Anak Demam Sebelum Dan
Setelah Kompres Bawang Merah. STIKes Harapan Bangsa Purwokerto.
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan
Hartini, Sri, Pertiwi, P.P.(2015). Efektifitas Kompres Air Hangat Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Anak Demam Usia 1 - 3 Tahun Di SMC RS
Telogorejo Semarang. Jurnal Keperawatan
NANDA International. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2015-2017 Edisi 10. Jakarta : EGC.

Nurarif, A.H & Kusuma, H.(2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta:
Mediaction

Nursalam. (2013). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional (3rd ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Setyowati, Lina.(2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Dengan
Penanganan Demam Pada Anak Balita Di Kampung Bakalan Kadipiro
Banjarsari Surakarta. STIKES PKU Muhamadiah Surakarta

Sodikin. (2012). Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai