OLEH :
A. DEFINISI
Febris (demam) adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang
masuk ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal
(>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan , ataupun obat –
obatan (Hartini et al, 2015).
Febris (demam) merupakan suatu keadaan saat suhu tubuh seseorang berada
diatas normal atau diatas 37,5°C yang merupakan salah satu gejala saat tubuh
terserang suatu penyakit (Cahyaningrum & Putri, 2017).
B. ANATOMI FISIOLOGI
Hipotalamus merupakan bagian ujung anterior diensefalon dan di depan nucleus
interpedunkularis. Hipotalamus terbagi dalam berbagai inti dan dareah inti.
Hipotalamus terletak pada anterior dan inferior thalamus. Berfungsi mengontrol dan
mengatur system saraf autonom, Pengaturan diri terhadap homeostatic, sangat kuat
dengan emosi dan dasar pengantaran tulang, Sangat penting berpengaruh antara
system syaraf dan endokrin. Hipotalamus juga bekerjasama dengan hipofisis untuk
mempertahankan keseimbangan cairan, mempertahankan pengaturan suhu tubuh
melalui peningkatan vasokonstriksi atau vasodilatasi dan mempengaruhi sekresi
hormonal dengan kelenjar hipofisis. Hipotalamus juga sebagai pusat lapar dan
mengontrol berat badan. Sebagai pengatur tidur, tekanan darah, perilaku agresif dan
seksual dan pusat respons emosional (rasa malu, marah, depresi, panic dan takut).
Adapun fungsi dari hipotalamus antara lain adalah :
C. ETIOLOGI
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran, demam dapat
disebabkan sebagai berikut (Nurarif & Kusuma, 2016) :
a) Riwayat Penyakit
Adanya riwayat penyakit seperti tumor, infeksi saluran kemih, pneumonia,
meningitis, sinusitis, gastroenteritis, serta penyakit yang menyerang sistem
imun lainnya dapat menimbulkan demam sebagai bentuk inflamasi akibat
penyakit.
b) Adanya Infeksi
Infeksi akibat bakteri, virus, serta patogen lainnya dapat menyebabkan tubuh
seseorang menjadi demam.
c) Imunisasi
Reaksi imunisasi dapat menyebabkan demam karena virus yang dimasukkan ke
dalam tubuh sehingga menimbulkan reaksi demam sebagai bentuk respon
tubuh untuk melawan benda asing di dalam tubuh.
d) Suhu Lingkungan
Keadaan suhu dilingkungan dapat menyebabkan seseorang menjadi demam,
hal ini dikarenakan suhu tubuh akan menyesuaikan dengan suhu lingkungan
dimana ia berada.
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2016) tanda dan gejala terjadinya febris adalah :
Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non infeksi berinteraksi dengan
mekanisme pertahanan proses. Saat mekanisme ini berlangsung, bakteri atau pecahan
jaringan akan difagositosis oleh leukosit, makrofag, serta limfosit pembunuh yang
memiliki granula dalam ukuran besar. Seluruh sel ini kemudian mencerna hasil
pemecahan bakteri dan melepaskan zat interleukinke dalam cairan tubuh (zat
pirogen/pirogen endogen).
FEBRIS
Ketidakefektifa
Perfusi Jaringan
Perifer
H. PENATALAKSANAAN
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2016) penanganan terhadap demam dapat dilakukan
dengan tindakan farmakologis, tindakan non farmakologis maupun kombinasi
keduanya. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani demam :
a) Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antipiretik
berupa :
1) Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama untuk
menurunkan suhu tubuh. Demam dapat muncul kembali dalam waktu 3-4
jam. Paracetamol dapat diberikan kembali dengan jarak 4-6 jam dari dosis
sebelumnya. Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bualn
karena alasan kenyamanan. Efek samping parasetamol antara lain : muntah,
nyeri perut, reaksi, alergi berupa urtikaria (biduran), purpura (bintik
kemerahan di kulit karena perdarahan bawah kulit), bronkospasme
(penyempitan saluran napas), hepatotoksik dan dapat meningkatkan waktu
perkembangan virus seperti pada cacar air (memperpanjang masa sakit).
2) Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek
antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila
alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak
antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya. Ibuprofen bekerja maksimal dalam
waktu 1jam dan berlangsung 3-4 jam. Efek penurun demam lebih cepat dari
parasetamol. Ibuprofen memiliki efek samping yaitu mual, muntah, nyeri
perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel, sakit kepala, gaduh, dan
gelisah. Pada dosis berlebih dapat menyebabkan kejang bahkan koma serta
gagal ginjal
b) Tindakan non farmakologis
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat dilakukan
seperti :
1) Memberikan minuman yang banyak
2) Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
3) Menggunakan pakaian yang tidak tebal
4) Memberikan kompres hangat
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS
A. PENGKAJIAN
a. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan : mengenai kondisi kesehatan klien baik dahulu atau saat ini
c. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
d. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk
rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang
menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot
dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah
e. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien).
f. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama/penyakit lain yang
pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik/tidak)
g. Pemeriksaan fisik Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi
h. Pemeriksaan persistem
a) Sistem persepsi sensori
1) Sistem persyarafan: kesadaran
2) Sistem pernafasan
3) Sistem kardiovaskuler
4) Sistem gastrointestinal
5) Sistem integument
6) Sistem perkemihan
b) Pada fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola nutrisi dan metabolism
3) Pola eliminasi
4) Pola aktivitas dan latihan
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola kognitif dan perseptual
7) Pola toleransi dan koping stress
8) Pola nilai dan keyakinan
9) Pola hubungan dan peran
i. Pemeriksaan penunjang
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Hipertermia berhubungan dengan Proses Penyakit (febris)
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan Kurang
Pengetahuan Proses Penyakit (ferbis)
3. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan Kurang Informasi (mengenai
febris)
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
2 Ketidakefektifan Perfusi Setelah dilakukan asuhan NIC Label : Monitor TTV NIC Label : Monitor TTV
Jaringan Perifer keperawatan selama 3 x 24 jam a. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan a. Untuk mengetahui status
berhubungan dengan diharapkan risiko jatuh tidak status pernafasan secara tepat kesehatan pasien
Kurang Pengetahuan Proses terjadi dengan tujuan & kriteria
Penyakit (ferbis) hasil : b. Identifikasi kemungkinan penyebab b. Untuk mengetahui
NOC Label : Tanda-Tanda perubahan tanda-tanda vital kemungkinan yang dapat
Vital menyebabkan perubahan
a. Tekanan darah sistolik dan TTV
diastolik dipertahankan
pada skala 2 (berat) c. Monitor warna, suhu dan kelembaban c. Untuk mengetahui adanya
ditingkatkan ke skala 4 kulit perubahan warna, suhu dan
(ringan)
b. Nadi dipertahakan pada kelembaban kulit
skala 3 (sedang) NIC Label : Terapi Oksigen NIC Label : Terapi Oksigen
ditingkatkan ke skala 4 a. Berikan oksigen seperti yang a. Memberikan terapi oksigen
(ringan) diperintahkan sesuai peresepan
c. Suhu tubuh dipertahankan
pada skala 3 (sedang) b. Pertahankan kepatenan jalan nafas b. Untuk tetap menjaga
ditingkatkan ke skala 4 kepatenan jalan nafas
(ringan)
d. Pernafasan dipertahankan c. Monitor aliran oksigen c. Monitoring aliran oksigen
pada skala 3 (sedang) sesuai terapi yang pasien
ditingkatkan ke skala 4 dapatkan
(ringan)
Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, Joanne M.(2016). Nursing
Intervention Classification (NIC), 6th Edition.Indonesia:Elsevier.
Cahyaningrum, E.D & Putri, D.(2017). Perbedaan Suhu Anak Demam Sebelum Dan
Setelah Kompres Bawang Merah. STIKes Harapan Bangsa Purwokerto.
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan
Hartini, Sri, Pertiwi, P.P.(2015). Efektifitas Kompres Air Hangat Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Anak Demam Usia 1 - 3 Tahun Di SMC RS
Telogorejo Semarang. Jurnal Keperawatan
NANDA International. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2015-2017 Edisi 10. Jakarta : EGC.
Sodikin. (2012). Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar