Anda di halaman 1dari 5

Nama : Awang Darmawan

Npm : 202143501772
Kelas : S5M
Mata Kuliah : Kecakapan Antar Personal (Interpersonal Skill)

Lembar jawaban :

1. a. Contoh Kasus Implementasi Manajemen Konflik dalam Perusahaan:

Tahap I (Potensi oposisi dan ketidakcocokan):


Ada dua tim di dalam perusahaan yang bekerja pada proyek yang sama tetapi memiliki
pendekatan yang berbeda terhadap bagaimana menyelesaikan tugas. Potensi konflik muncul
karena perbedaan pendapat dan gaya kerja antara kedua tim.
Tahap II (Kognisi dan personalisasi):
Anggota tim mulai merasionalisasi pendapat mereka dan menciptakan persepsi negatif satu sama
lain. Mereka mulai mempersonalisasi perbedaan mereka dan melihat rekan kerja dari tim lain
sebagai sumber konflik.
Tahap III (Maksud):
Anggota tim mulai mengembangkan maksud tersembunyi terkait dengan niat dan motivasi rekan
kerja dari tim lain. Mereka mungkin menganggap bahwa tim lain memiliki agenda tersembunyi
atau mencoba mengambil keuntungan.
Tahap IV (Perilaku):
Konflik mulai termanifestasi dalam perilaku, seperti ketegangan antar tim, kurangnya komunikasi,
atau bahkan sabotase proyek. Kinerja proyek terpengaruh secara negatif.
Tahap V (Hasil):
Jika konflik tidak diatasi, hasilnya dapat mencakup kerugian produktivitas, kehilangan
kepercayaan antar tim, dan kemungkinan kegagalan proyek.

b. Strategi Mengatasi Konflik berdasarkan Teori Wijono (1993):


Teori Wijono menekankan pada pendekatan yang holistik dan berkelanjutan terhadap manajemen
konflik. Beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam kasus ini:
1) Pengenalan Konflik:
- Menetapkan tim atau individu yang bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan mengenali
sumber konflik.
- Mengadakan sesi pemahaman bersama untuk merinci perbedaan pendapat dan menentukan
titik-titik ketidakcocokan.
2) Keterlibatan Pihak-pihak yang Terlibat:
- Melibatkan anggota tim dari kedua belah pihak untuk berdiskusi terbuka dan mendengarkan
perspektif masing-masing.
- Mendorong dialog yang membangun untuk memahami kebutuhan dan harapan setiap pihak.
3) Pengelolaan Emosi:
- Menggunakan pendekatan empati untuk memahami emosi yang muncul dari konflik.
- Menerapkan teknik relaksasi dan pengendalian diri untuk menjaga suasana hati yang
konstruktif.
4) Penentuan Solusi Bersama:
- Mendorong kolaborasi dalam menemukan solusi yang memuaskan semua pihak.
- Memastikan bahwa keputusan diambil secara partisipatif untuk meningkatkan penerimaan dan
dukungan.
5) Implementasi Perubahan:
- Menerapkan perubahan atau penyesuaian yang diperlukan berdasarkan solusi yang ditemukan.
- Memantau implementasi dan mengatasi hambatan yang mungkin muncul.

2. a. Matrik USG :
No Masalah Urgensi Mendesak Pertumbuhan Total
1 Diskriminasi tempat kerja 5 5 5 15
2 Kurangnya pelatihan 3 4 2 9
3 Konflik tim 4 3 5 12
Diskriminasi memiliki skor tertinggi, sehingga memiliki prioritas tertinggi untuk segera diatasi

b. Analisa persoalan – fish bone :


c. Teknik Analisis Keputusan dengan metode Cost – Benefit Analysis (CBA) :
Alternatif Cost Benefit
Menerapkan keterbukaan dan Biaya pengembangan SDM dan Peningkatan motivasi,
keadilan pelatihan, kemungkinan ada produktifitas dan
ketiakpuasan dari staf peningkatan hasil
perusahaan

3. a. Pendapat mengenai Membangun Kepercayaan dalam Bisnis Baru:


Pernyataan tersebut mencerminkan pentingnya kepercayaan dalam membangun bisnis, terutama
jika itu adalah bisnis baru. Kepercayaan merupakan fondasi yang krusial untuk menjalin hubungan
jangka panjang dengan pelanggan, karyawan, pemegang saham, masyarakat, dan lingkungan. Untuk
membangun kepercayaan, perusahaan perlu konsisten dalam memberikan nilai yang dijanjikan,
transparan dalam operasionalnya, dan responsif terhadap kebutuhan serta harapan pemangku
kepentingan. Membangun kepercayaan bukan hanya melibatkan dimensi eksternal (pelanggan),
tetapi juga internal (karyawan) serta lingkungan sekitarnya. Keseluruhan integritas dan kredibilitas
perusahaan akan memengaruhi sejauh mana kepercayaan dapat diperoleh dari berbagai pihak.

b. Faktor Implementasi Konsep Pelayanan Prima (Service Excellence):


Pelayanan Prima atau Service Excellence merupakan upaya untuk memberikan pelayanan yang
melebihi harapan pelanggan. Beberapa faktor implementasi konsep Pelayanan Prima melibatkan:

1) Pemahaman Kebutuhan Pelanggan:


- Melakukan riset pasar untuk memahami kebutuhan, harapan, dan preferensi pelanggan.
- Mengumpulkan umpan balik secara terus-menerus untuk memperbarui pemahaman tentang
perubahan kebutuhan pelanggan.
2) Sumber Daya Manusia yang Kompeten:
- Melatih karyawan dengan keterampilan interpersonal dan pengetahuan produk yang
memadai.
- Menciptakan budaya perusahaan yang mendorong karyawan untuk berfokus pada kepuasan
pelanggan.
3) Teknologi dan Inovasi:
- Menggunakan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dalam memberikan pelayanan.
- Berinovasi dalam produk atau layanan untuk tetap relevan dan menarik bagi pelanggan.
4) Responsif dan Tanggap:
- Menyediakan saluran komunikasi yang efektif dan responsif, seperti layanan pelanggan
24/7.
- Menanggapi pertanyaan, keluhan, atau umpan balik pelanggan dengan cepat dan efektif.
5) Konsistensi dalam Pelayanan:
- Menjaga konsistensi dalam kualitas pelayanan di berbagai titik kontak dengan pelanggan.
- Menerapkan standar pelayanan yang tinggi dan memastikan agar seluruh karyawan
memahaminya.
6) Komitmen terhadap Keberlanjutan:
- Menunjukkan komitmen terhadap praktik bisnis yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
- Terlibat aktif dalam kegiatan sosial yang mendukung masyarakat dan lingkungan sekitar.

4. Prof. Sardjono, seorang pakar dalam bidang manajemen dan negosiasi, menyajikan empat prinsip
negosiasi yang dapat membantu dalam menyelesaikan persoalan. Berikut adalah empat prinsip
negosiasi menurut Sardjono:
1) Prinsip Keberlanjutan (Sustainability):
- Prinsip ini menekankan pentingnya menciptakan kesepakatan yang dapat berlangsung secara
berkelanjutan dan saling menguntungkan jangka panjang.
- Dalam konteks negosiasi, pihak-pihak yang terlibat diharapkan dapat mencapai solusi yang tidak
hanya memenuhi kebutuhan saat ini tetapi juga memperhitungkan implikasi dan dampaknya di
masa depan.
- Keberlanjutan di sini mencakup pemeliharaan hubungan baik dan memastikan bahwa hasil
negosiasi tidak merugikan salah satu pihak secara berlebihan.
2) Prinsip Keterbukaan (Transparency):
- Keterbukaan adalah kunci dalam negosiasi yang berhasil. Pihak-pihak yang terlibat diharapkan
untuk berkomunikasi secara terbuka mengenai kepentingan, harapan, dan batasan masing-
masing.
- Dengan keterbukaan, timbul kepercayaan di antara pihak-pihak yang berunding, yang dapat
membantu mengurangi ketegangan dan meningkatkan kemungkinan mencapai kesepakatan
yang adil.
3) Prinsip Keadilan (Fairness):
- Prinsip keadilan menekankan pentingnya mencapai kesepakatan yang adil bagi semua pihak
yang terlibat.
- Pemahaman yang seimbang tentang kepentingan dan kontribusi masing-masing pihak dianggap
krusial untuk menciptakan kesepakatan yang diterima oleh semua pihak.
- Memastikan bahwa solusi yang dihasilkan merata dan tidak merugikan salah satu pihak secara
tidak wajar.
4) Prinsip Kemandirian (Autonomy):
- Prinsip ini menekankan pada hak dan kewenangan setiap pihak untuk membuat keputusan
sendiri, sesuai dengan kepentingan dan tujuan masing-masing.
- Dalam negosiasi, penting untuk menghormati otonomi dan kebebasan pihak-pihak terlibat
dalam menentukan pilihan mereka sendiri.
- Memahami bahwa setiap pihak memiliki kepentingan dan tujuan yang mungkin berbeda,
sehingga memberikan ruang bagi kemandirian dalam pengambilan keputusan.

5. Pernyataan "Presentasi adalah tentang melayani audiens. Presentasi yang baik bukan tentang Anda,
namun tentang audiens" mencerminkan pendekatan yang berpusat pada audiens dalam proses
penyampaian informasi. Pernyataan ini dapat dihubungkan dengan konsep Komunikasi Berpusat pada
Audiens dan prinsip-prinsip dari teori komunikasi yang relevan, seperti Teori Komunikasi Persuasif.
1) Komunikasi Berpusat pada Audiens:
- Konsep ini menekankan bahwa komunikator harus fokus pada kebutuhan, kepentingan, dan
tingkat pemahaman audiens. Pesan disusun dengan mempertimbangkan latar belakang, nilai-
nilai, dan harapan audiens.
2) Teori Komunikasi Persuasif:
- Teori ini menyoroti pentingnya menciptakan koneksi emosional dengan audiens dan memahami
keberlanjutan persuasif pesan.
- Komunikator perlu memahami cara berpikir, nilai, dan sikap audiens untuk menghasilkan
presentasi yang meyakinkan dan relevan.

Ciri-Ciri Slide yang Baik dalam Presentasi:


1) Relevan dengan Audiens:
- Informasi pada slide harus relevan dengan kebutuhan dan tingkat pemahaman audiens.
- Menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh target audiens.
2) Visual Menarik dan Mendukung Pesan:
- Menggunakan gambar, grafik, dan elemen visual lainnya untuk mendukung dan mengilustrasikan
pesan.
- Hindari penggunaan grafik yang terlalu rumit atau tidak langsung mendukung konten.
3) Tidak Terlalu Banyak Teks:
- Menghindari penggunaan teks yang terlalu panjang dan berlebihan.
- Fokus pada poin-poin kunci dan gunakan kata-kata yang ringkas dan jelas.
4) Konsistensi Desain:
- Memastikan keseragaman dalam desain slide, termasuk font, warna, dan tata letak.
- Konsistensi membantu menciptakan kesan visual yang profesional.
5) Pesan Utama Jelas:
- Setiap slide seharusnya memiliki pesan utama yang jelas dan mudah diingat.
- Fokus pada pesan utama membantu audiens mengambil inti informasi.
6) Interaktif dan Engaging:
- Menambahkan elemen interaktif seperti pertanyaan, jajak pendapat, atau diskusi singkat.
- Meningkatkan keterlibatan audiens dan mendorong partisipasi aktif.
7) Penggunaan Cerita dan Contoh:
- Menyertakan cerita atau contoh yang relevan untuk memperjelas konsep dan membuat
presentasi lebih menarik.
- Cerita membantu menciptakan koneksi emosional dengan audiens.

Anda mungkin juga menyukai