Anda di halaman 1dari 18

RESUME TEMPLATE RESUME MODUL BERBASIS KISI-KISI SOAL PROFESIONAL

Nama : WAZNIAH
Mapel/Kelas : PAI /07
Modul/KB : MODERASI BERAGAMA /1 SKETSA KEBERAGAMAAN DI INDONESIA

N INDIKATOR RANGKUMAN MATERI SOAL PREDIKTIF BERBASIS HOTS


O ESENSIAL
1 Disajikan deskripsi 1. 1. Seorang individu yang mempraktikkan agama
Keberagaman Dalam
Kehidupan Manusia
dan ilustrasi tentang tertentu mungkin menghadapi dilema etika
sifat AlRahman bagi dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana agama
Allah Swt. yang Urgensi Beragama Yang SKETSA
KEBERAGAMAN DI
Kberagaman Dalam
Kehidupan Manusia
dapat membantu mereka mengatasi dilema
Moderat
INDONESIA Bangsa Indonesia
merupakan salah satu tersebut?
AlAsmā al-Husnā, 2. A. Dengan memaksa individu untuk mengikuti
Praktik Keberagaman
mahasiswa mampu Substantik- Inklusif VS
Legal Formalistik- pedoman agama tanpa pertimbangan etika.
Eksklusif

menunjukkan adanya A. Sketsa Agama Dalam Kehidupan


3. B. Dengan memberikan aturan baku untuk
sifat tersebut dalam Manusia semua dilema etika.
kehidupan manusia Salah satu tesis yang sampai saat ini belum4. C. Dengan memberikan kerangka kerja moral
di dunia dan di tergoyahkan menyatakan bahwa agama adalah dan etika yang dapat membantu individu
akhirat sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan dasar membuat keputusan berdasarkan prinsip agama
setiap individu dari sebuah masyarakat yang mereka.
kemudian menjadi komponen dominan yang D. Dengan mengabaikan dilema etika
mempengaruhi gerak langkah yang dilakukan
oleh setiap individu yang menjadi anggota sepenuhnya.
masyarakat tersebut. Jawaban: C
Tesis tersebut ternyata tidak hanya berlaku bagi 2. Bagaimana konsep sketsa agama dapat
komunitas yang berada di kawasan yang digunakan dalam konteks dialog antaragama
berperan sebagai tempat lahirnya agama-agama dan mempromosikan pemahaman saling
besar, akan tetapi, dalam intensitas dan scope tentang kepercayaan agama?
yang beragam, juga berlaku bagi komunitas A. Dengan menghindari dialog antaragama
yang berada di luar kawasan tersebut. karena dapat memperburuk perbedaan.
Seorang tokoh pemikir Islam Indonesia, B. Dengan mencoba meyakinkan orang lain
Almarhum Nurcholish Madjid pernah bahwa agama mereka adalah yang paling
menyatakan bahwa kehadiran agama dapat benar.
dianggap sebagai sesuatu yang memiliki nilai C. Dengan menggunakan sketsa agama
comparative advantage. sebagai alat untuk mengilustrasikan konsep
Hal terakhir tersebut di atas membuat seorang dan keyakinan agama dengan cara yang
novelis sekaligus wartawan dari Inggris, A. N. dapat dimengerti oleh semua pihak.
Wilson, mengemukakan fikiran yang bersifat D. Dengan menolak berdiskusi tentang agama
pesimistis -- tepatnya, negatif-- tentang agama. sama sekali.
Dalam buku yang ditulisnya yang berjudul Jawaban: C
“Against Religion; Why We Should Try to
5.
Live Without It”, A. N. Wilson mengemukakan
bahwa jika dalam Alkitab (Bibel) dikatakan
bahwa cinta uang adalah akar segala kejahatan,
mungkin lebih benar lagi kalau dikatakan
bahwa cinta Tuhan adalah akar segala
kejahatan.
Lebih lanjut Wilson mengemukakan bahwa
agama adalah tragedi umat manusia. Dalam
pandangan Wilson, hampir tidak ada satupun
agama yang tidak ikut bertanggungjawab atas
berbagai peperangan, tirani, dan penindasan.
Wilson menambahkan bahwa agama mendorong
orang untuk menganiaya sesamanya, untuk
mengagungkan perasaan dan pendapat sendiri di
atas perasaan dan pendapat orang lain, untuk
mengklaim bahwa merekalah pemilik kebenaran.
Selanjutnya Wilson juga sependapat dengan
Marx yang menggambarkan bahwa agama
adalah candu bagi rakyat, bahkan Wilson
berpendapat bahwa agama jauh lebih berbahaya
dari pada candu, karena menurut Wilson,
agama bisa membuat orang “tidak bisa tidur
Hal yang sama juga terjadi di Myanmar, di
mana sejumlah rahib beragama Buddha
melakukan aksi kekerasan terhadap warga
Rohingya yang beragama Islam, mulai dari
tindakan diskriminasi hingga pengusiran paksa
dari tempat tinggal mereka. Pemerintah
Myanmar sepertinya membiarkan hal itu terjadi,
bahkan dianggap mendukung gerakan kelompok
radikal Buddha tersebut. Begitu pula dengan
kelompok teroris dan radikal Kristen seperti
Army of God dan Ku Klux Klan di Amerika
Serikat yang kerap melakukan tindak kekerasan
dan membunuh masyarakat yang dianggap
berbeda dengan iman Kekristenan mereka.
Kelompok radikal Kristen lainnya juga hadir di
beberapa negara seperti The Lord’s Resistance
Army (LRA) di Uganda, The National
Liberation Front of Tripura di India.
Terdapat juga komunitas beragama yang
menganggap bahwa komunitas agama lain (yang
berbeda) adalah partner dan memiliki eksistensi
yang harus dihargai sebagaimana mereka juga
menghargai diri dan agama mereka. Hal ini,
karena menurut komunitas beragama dengan
jenis yang disebut terakhir tersebut, beragama
adalah merupakan salah satu dari hak dasar
kemanusiaan yang harus dijunjung tinggi oleh
setiap orang.
Apa yang telah dipaparkan di atas sejalan
dengan apa yang dikemukakan oleh Jose
Casanova bahwa kehadiran agama, secara
umum, selalu disertai “dua muka” (janus face).
Secara inherent agama memiliki identitas yang
bersifat “exclusive”, “particularist”, dan
“primordial”. Akan tetapi, pada saat yang
bersamaan, agama juga kaya akan identitas
yang bersifat “inclusive”, “universalist”, dan
“transcending”. Dengan kata lain, Jose Casanova
ingin mengatakan bahwa agama mempunyai
energi potensial yang bersifat konstruktif dan
dalam waktu yang bersamaan agama juga
mempunyai energi potensial yang bersifat
destruktif terhadap umat manusia.
2 B. Sketsa Keberagamaan Dalam 1. Apa yang menjadi dasar negara Indonesia
Kehidupan Bangsa Indonesia dalam mengakui keberagaman agama?
Sketsa Keberagamaan Dalam Kehidupan a. Pancasila
Manusia, bahwa agama adalah sesuatu yang b. Undang-Undang Dasar 1945
berkaitan dengan keyakinan dasar setiap c. Kitab Suci agama mayoritas
individu dari sebuah masyarakat yang kemudian d. Piagam Jakarta
menjadi komponen dominan yang mempengaruhi 2. Siapa yang bertanggung jawab atas
gerak langkah yang dilakukan oleh setiap perlindungan hak-hak keagamaan warga
individu yang menjadi anggota masyarakat negara Indonesia?
tersebut, dan ini berlaku di berbagai kawasan a. Pemerintah pusat
di dunia ini, termasuk di kawasan yang b. Dewan MUI
dianggap sebagai prototipe sekuler. c. Masing-masing individu
Karena itulah, agama memiliki posisi d. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
fundamental bagi bangsa Indonesia. Hal ini (Komnas HAM)
sesuai dengan amanat konstitusi yakni UUD
1945 dan Pancasila sila pertama. Amanat itu
tertuang secara jelas;
✓ Pertama, dalam Pembukaan UUD 1945.
Penyebutan frasa “Atas Berkat Rahmat Allah
Yang Maha Kuasa” di dalam alinea ketiga
Pembukaan UUD 1945 adalah satu bentuk
pengakuan rasa syukur Bangsa Indonesia
kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. Artinya,
tanpa ada “campur tangan” Tuhan melalui
Rahmat dan Berkat-Nya, kemerdekaan bangsa
Indonesia tidak akan terwujud.
✓ Kedua, Negara Indonesia adalah negara
yang berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha
Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
✓ Ketiga, dalam Pasal 28 E ayat (1) UUD
1945 dinyatakan, “Setiap orang berhak memeluk
agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih
pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya serta berhak kembali”.
Setidaknya, ada tiga tantangan kehidupan
keagamaan yang dihadapi saat ini.
Tantangan pertama berkaitan dengan
menguatnya pandangan, sikap, dan perilaku
keagamaan eksklusif yang bersemangat menolak
perbedaan dan menyingkirkan kelompok lain.
Tantangan kedua berkaitan dengan tingginya
angka kekerasan bermotif agama. Pandangan,
sikap, dan cara beragama yang eksklusif pada
akhirnya melahirkan berbagai praktik intoleransi
dan kekerasan keagamaan yang menghancurkan
dan mematikan.
Tantangan ketiga, yaitu berkembangnya
semangat beragama yang tidak selaras dengan
kecintaan berbangsa dalam bingkai NKRI. Atas
nama agama, Pancasila mulai digugat dan
dipertanyakan. Indonesia dianggap sebagai
berhala. Hormat bendera merah putih diyakini
mencederai iman. Di sinilah, kita menemukan
ideologi khilafah dijajakan sebagai alternatif
pengganti NKRI
3 C. Praktik Keberagamaan Substantif- 1. Bagaimana perbedaan utama antara Praktik
Inklusif vs Legal Formalistik-Eksklusif Keberagamaan Substantif-Inklusif dan Legal
Adapun ciri-ciri yang menonjol pada pemikiran Formalistik-Eksklusif?
substantif-inklusif ada empat. A.Praktik keberagamaan substantif menekankan
Pertama, adanya kepercayaan yang tinggi pemahaman mendalam, sementara legal
bahwa Al-Qur’an sebagai kitab suci berisikan formalistik fokus pada aspek hukum.
aspek-aspek etik dan pedoman moral untuk B. Praktik keberagamaan substantif adalah
kehidupan manusia, tetapi tidak menyediakan yang eksklusif, sementara legal formalistik
detail pembahasan terhadap setiap obyek lebih inklusif.
permasalahan kehidupan. C. Praktik keberagamaan substantif hanya
Kedua, pendukung paradigma substantif-inklusif berlaku untuk agama tertentu, sedangkan
meyakini bahwa misi utama Nabi Muhammad legal formalistik dapat diterapkan di semua
bukanlah untuk membangun kerajaan atau agama.
negara. D. Praktik keberagamaan substantif tidak
Ketiga, para proponen paradigma substantif- memerlukan pemahaman agama, sedangkan
inklusif berpendapat bahwa syari’at tidak legal formalistik memerlukan pemahaman
dibatasi atau terikat oleh negara yang mendalam.
Keempat, refleksi para pendukung paradigma Jawaban: A. Praktik keberagamaan substantif
substantif-inklusif dalam bidang politik pada menekankan pemahaman mendalam,
dasarnya adalah melakukan upaya yang sementara legal formalistik fokus pada
signifikan terhadap pemikiran dan orientasi aspek hukum.
politik yang menekankan manifestasi substansial 2. Mana dari pernyataan berikut yang
dari nilai–nilai Islam (Islamic injuctions) dalam merupakan contoh Praktik Keberagamaan
aktivitas politik. Substantif-Inklusif?
Sementara itu, paradigma legal-eksklusif A. Seorang individu hanya menjalankan ritual
mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut. agama tanpa pemahaman yang mendalam
Pertama, paradigma legal-eksklusif dalam tentang makna ajaran agama.
pemikiran politik Islam meyakini bahwa Islam B. Sebuah komunitas agama menerima berbagai
bukan hanya agama, tetapi juga sebuah sistem interpretasi dan pemahaman tentang ajaran
hukum yang lengkap, sebuah ideologi universal agama selama mereka mematuhi nilai-nilai
dan sistem yang paling sempurna yang mampu inti agama tersebut.
memecahkan seluruh permasalahan kehidupan C. Sebuah gereja memiliki aturan ketat tentang
umat manusia. Para pendukung paradigma legal- penampilan pakaian selama ibadah dan
eksklusif sepenuhnya yakin bahwa Islam adalah menghukum orang yang tidak mematuhinya.
totalitas integratif dari “tiga d”: din (agama), D. Seorang pemimpin agama mengutuk orang-
daulah (negara), dan dunya (dunia). orang yang memiliki pandangan berbeda
Konsekuensinya, seperti dikemukakan oleh Nazih tentang agama.
Ayubi, paradigma ini didisain untuk Jawaban: B. Sebuah komunitas agama
mengaplikasikan semua aspek kehidupan, mulai menerima berbagai interpretasi dan
dari soal remeh temeh masalah keluarga hingga pemahaman tentang ajaran agama selama
menjangkau semua permasalahan ekonomi, mereka mematuhi nilai-nilai inti agama
sosial, politik, dan sebagainya. tersebut.
Kedua, dalam realitas politik, pendukung
paradigma legal-eksklusif mewajibkan kepada
kaum Muslimin untuk mendirikan negara Islam.
Ketiga, para pendukung paradigma ini meyakini
bahwa syari’at harus menjadi fundamen dan
jiwa dari agama, negara, dan dunia tersebut.
Keempat, dalam konteks politik paradigma
legal-eksklusif menunjukkan perhatian terhadap
suatu orientasi yang cenderung menopang
bentuk-bentuk masyarakat politik Islam yang
dibayangkan (imagined Islam polity); seperti
mewujudkan suatu “sistem politik Islam,”
munculnya partai Islam, ekspresi simbolis dan
idiom-idiom politik, kemasyarakatan, budaya
Islam, serta eksperimentasi ketatanegaraan Islam.

4 D. Urgensi Moderasi Beragama 1. Mengapa moderasi beragama dianggap


Setiap agama mengajarkan penyerahan diri penting dalam konteks masyarakat
seutuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, sang multikultural?
Maha Pencipta. Penghambaan kepada Tuhan ini A. Karena moderasi beragama mendorong
diwujudkan dalam kesiapan mengikuti petunjuk- masyarakat untuk mengabaikan agama mereka
Nya dalam kehidupan. Manusia menjadi hamba sepenuhnya.
hanya bagi Tuhan, tidak menghamba kepada B. Karena moderasi beragama dapat
yang lain, dan juga tidak diperhambakan oleh meminimalkan konflik antaragama dan
yang lain. Di sinilah esensi nilai keadilan meningkatkan pemahaman antarumat beragama.
antarmanusia sebagai sesama makhluk Tuhan. C. Karena moderasi beragama selalu
Manusia juga menjadi hamba Tuhan yang menghasilkan keseragaman dalam praktik
diberi mandat untuk memimpin dan mengelola keagamaan.
bumi, sebagai makhluk yang diciptakan dengan D. Karena moderasi beragama bertentangan
keunggulan budi pikir. dengan prinsip-prinsip kebebasan beragama.
Moderasi beragama menjadi muatan nilai dan Jawaban: B. Karena moderasi beragama dapat
praktik yang paling sesuai untuk mewujudkan meminimalkan konflik antaragama dan
kemaslahatan bumi Indonesia. Sikap mental meningkatkan pemahaman antarumat beragama.
moderat, adil, dan berimbang menjadi kunci 2. Bagaimana moderasi beragama dapat
untuk mengelola keragaman kita. Dalam membantu masyarakat menghadapi perubahan
berkhidmat membangun bangsa dan negara, sosial dan budaya?
setiap warga Indonesia memiliki hak dan A. Dengan memaksa semua orang untuk
kewajiban yang seimbang untuk mengembangkan mengikuti tradisi lama.
kehidupan bersama yang tenteram dan B. Dengan menghambat perkembangan sosial
menentramkan. Bila ini dapat kita wujudkan, dan budaya.
maka setiap warga negara dapat menjadi C. Dengan mempromosikan toleransi, adaptasi,
manusia Indonesia seutuhnya, sekaligus menjadi dan pemahaman yang lebih baik terhadap
manusia yang menjalankan agama seutuhnya. perubahan tersebut.
Seperti telah dikemukakan, ajaran untuk menjadi D. Dengan memaksakan pandangan agama
moderat bukanlah semata milik satu agama tertentu pada semua orang.
tertentu saja, melainkan ada dalam tradisi
Jawaban: C. Dengan mempromosikan toleransi,
berbagai agama dan bahkan dalam peradaban adaptasi, dan pemahaman yang lebih baik
dunia. Adil dan berimbang, yang telah terhadap perubahan tersebut.
dijelaskan sebelumnya, juga sangat dijunjung
tinggi oleh semua ajaran agama. Tidak ada
satu pun ajaran agama yang menganjurkan
berbuat aniaya/zalim, atau mengajarkan sikap
berlebihan.
Ajaran wasathiyah, seperti telah dijelaskan
pengertiannya, adalah salah satu ciri dan esensi
ajaran agama.
Kata itu memiliki, setidaknya, tiga makna,
yakni:
pertama bermakna tengah-tengah;
kedua bermakna adil; dan ketiga bermakna
yang terbaik.
Ketiga makna ini tidak berarti berdiri sendiri
atau tidak saling berkaitan satu sama lain,
karena sikap berada di tengah-tengah itu
seringkali mencerminkan sikap adil dan pilihan
terbaik.
Dari sejumlah tafsiran, istilah “wasatha” berarti
yang dipilih, yang terbaik, bersikap adil, rendah
hati, moderat, istiqamah, mengikuti ajaran, tidak
ekstrem, baik dalam hal-hal yang berkaitan
dengan duniawi atau akhirat, juga tidak
ekstrem dalam urusan spiritual atau jasmani,
melainkan tetap seimbang di antara keduanya.
Secara lebih terperinci, wasathiyah berarti
sesuatu yang baik dan berada dalam posisi di
antara dua kutub ekstrem. Oleh karena itu,
ketika konsep wasathiyah dipraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari, orang tidak akan
memiliki sikap ekstrem.
Dalam berbagai kajian, ‘wasathiyat Islam’,
sering diterjemahkan sebagai ‘justly - balanced
Islam’, ‘the middle path’ atau ‘the middle
way’ Islam, di mana Islam berfungsi
memediasi dan sebagai penyeimbang.
Selama ini konsep wasathiyat juga dipahami
dengan merefleksikan prinsip moderat
(tawassuth), toleran (tasamuh), seimbang
(tawazun), dan adil (i`tidal). Dengan demikian,
istilah ummatan wasathan sering juga disebut
sebagai ‘a just people’ atau ‘a just
community’, yaitu masyarakat atau komunitas
yang adil.
Kata wasath juga biasa digunakan oleh orang-
orang Arab untuk menunjukkan arti khiyar
(pilihan atau terpilih). Jika dikatakan, “ia
adalah orang yang wasath”, berarti ia adalah
orang yang terpilih di antara kaumnya. Jadi,
sebutan umat Islam sebagai ummatan wasathan
itu adalah sebuah harapan agar mereka bisa
tampil menjadi umat pilihan yang selalu
bersikap menengahi atau adil. Baik dalam
beribadah sebagai individu maupun dalam
berinteraksi sosial sebagai anggota masyarakat,
Islam mengajarkan untuk selalu bersikap
moderat. Ajaran ini begitu sentral dalam dua
sumber utama ajaran Islam, Alquran dan hadis
Nabi. Salah satu ayat misalnya mengatakan:
“Dan demikian pula Kami telah menjadikan
kamu “umat pertengahan” agar kamu menjadi
saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan)
kamu”. (al-Baqarah, 2: 143)
Hal inilah yang menunjukkan bahwa dalam
tradisi Islam, Nabi Muhammad saw. Sangat
mendorong agar umatnya selalu mengambil
jalan tengah, yang diyakini sebagai jalan
terbaik. Dalam sebuah hadisnya, Nabi
mengatakan:
“Sebaik-baik urusan adalah jalan tengahnya”
Di Indonesia, diskursus wasathiyah atau
moderasi sering dijabarkan melalui tiga pilar,
yakni:
pilar pertama, pemikiran keagamaan yang
moderat, antara lain, ditandai dengan
kemampuan untuk memadukan antara teks dan
konteks, yaitu pemikiran keagamaan yang tidak
semata-mata bertumpu pada teks-teks keagamaan
dan memaksakan penundukan realitas dan
konteks baru pada teks, tetapi mampu
mendialogkan keduanya secara dinamis, sehingga
pemikiran keagamaan seorang yang moderat
tidak semata tekstual, akan tetapi pada saat
yang sama juga tidak akan terlalu bebas dan
mengabaikan teks.
Pilar kedua adalah moderasi dalam bentuk
gerakan. Dalam hal ini, gerakan penyebaran
agama, yang bertujuan untuk mengajak pada
kebaikan dan menjauhkan diri dari
kemungkaran, harus didasarkan pada ajakan
yang dilandasi dengan prinsip melakukan
perbaikan, dan dengan cara yang baik pula,
bukan sebaliknya, mencegah kemungkaran
dengan cara melakukan kemungkaran baru
berupa kekerasan.
Pilar ketiga adalah moderasi dalam tradisi dan
praktik keagamaan, yakni penguatan relasi
antara agama dengan tradisi dan kebudayaan
masyarakat setempat. Kehadiran agama tidak
dihadapkan secara diametral dengan budaya,
keduanya saling terbuka membangun dialog
menghasilkan kebudayaan baru.

Anda mungkin juga menyukai