Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Cendikia Muda

Volume 4, Nomor 1, Maret 2024


ISSN : 2807-3469

PENERAPAN RELAKSASI AUTOGENIK DAN AROMATERAPI CENDANA TERHADAP


TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUANG PENYAKIT DALAM A
RSUD JEND. AHMAD YANI METRO

THE APPLICATION OF AUTOGENIC RELAXATION AND CANDANA AROMATHERAPY ON


BLOOD PRESSURE IN HYPERTENSION PATIENTS IN THE MEDICAL WARD IN
GENERAL HOSPITAL OF JEND. AHMAD YANI METRO

Mellyana Wati 1, Nury Lutfiyatil Fitri 2, Nia Risa Dewi3


1,2,3
Akademi Keperawatan Dharma Wacana Metro
Email: mellywsm@gmail.com

ABSTRAK
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan pada tekanan darah di atas
normal. Saat ini sekitar 1,28 miliar penduduk dunia menderita hipertensi. Penyakit ini dapat berdampak terhadap
terjadinya penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan penyakit lainnya. Terapi pendamping yang dapat diberikan
pada penderita hipertensi untuk mengontrol tekanan darah diantaranya relaksasi autogenik dan aromterapi
cendana. Tujuan penerapan ini adalah menurunkan tekanan darah penderita hipertensi menggunakan terapi
relaksasi autogenik dan aromaterapi cendana di Ruang Penyakit Dalam A RSUD Jend. Ahmad Yani Metro.
Rancangan karya tulis ilmiah ini menggunakan desain studi kasus. Subjek yang digunakan dua orang pasien
hipertensi. Analisa data dilakukan menggunakan analisis deskriptif. Hasil pengkajian didapatkan subjek I
berumur 53 tahun, jenis kelamin perempuan, pendidikan SD, pekerjaan tani, tidak ada riwayat hipertensi, IMT
32,4, tidak mengikuti senam hipertensi, tidak merokok, tidak membatasi asupan garam, tidak mengkonsumsi
kafein. Sedangkan subjek II berumur 58 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan SD, pekerjaan tidak bekerja,
terdapat riwayat hipertensi dari keluarga, IMT 26,7, tidak mengikuti senam hipertensi, merokok, tidak
membatasi asupan garam, mengkonsumsi kafein. Sebelum penerapan tekanan darah subjek I 150/90 mmHg dan
pada subjek II 170/100 mmHg. Setelah penerapan tekanan darah subjek I menurun menjadi 130/90 mmHg dan
tekanan darah subjek II menurun menjadi 135/90 mmHg atau berada pada rentang pre hipertensi. Disarankan
agar penderita hipertensi hendaknya dapat melakukan relaksasi autogenik secara mandiri untuk mengontrol
tekanan darah.
Kata Kunci : Aromaterapi Cendana, hipertensi, relaksasi Autogenik

ABSTRACT
Hypertension is a condition in which a person experiences an increase in blood pressure above normal.
Currently around 1.28 billion people worldwide suffer from hypertension. This disease can have an impact on
the occurrence of heart disease, stroke, kidney failure, and other diseases. Companion therapy that can be given
to people with hypertension to control blood pressure includes autogenic relaxation and sandalwood
aromatherapy. The purpose of this application is to reduce blood pressure in hypertensive patients using
autogenic relaxation therapy and sandalwood aromatherapy in the Internal Medicine Room A of Jend. Ahmad
YaniMetro. The design of this scientific paper uses a case study design. The subjects used were two hypertensive
patients. Data analysis was performed using descriptive analysis. The results of the study found that subject I
was 53 years old, female, elementary school education, farm work, no history of hypertension, BMI 32.4, did not
participate in hypertension gymnastics, did not smoke, did not limit salt intake, did not consume caffeine.
Meanwhile, subject II was 58 years old, male, elementary school education, unemployed, had a family history of
hypertension, BMI 26.7, did not take part in hypertension exercise, smoked, did not limit salt intake, consumed
caffeine. Before the application of subject I's blood pressure was 150/90 mmHg and in subject II 170/100 mmHg.
After the application of subject I's blood pressure decreased to 130/90 mmHg and subject II's blood pressure
decreased to 135/90 mmHg or was in the pre-hypertension range. It is recommended that people with
hypertension should be able to do autogenic relaxation independently to control blood pressure.
Keywords : Autogenic Relaxation, Sandalwood Aromatherapy, hypertension

Wati, Penerapan Relaksasi Autogenik 152


Jurnal Cendikia Muda, Volume 4, Nomor 1, Maret 2024

PENDAHULUAN
Penyebaran kasus hipertensi yang terjadi di
Perubahan demografis, urbanisasi dan
Indonesia menyebar di seluruh provinsi,
globalisasi gaya hidup tidak sehat telah
termasuk di wilayah Provinsi Lampung dimana
membawa dampak yang cukup luas terhadap
kasus hipertensi pada hasil temuan Riskesdas
terjadinya penyakit tidak menular seperti
tahun 2007 adalah sebesar 5,2%, tahun 2013
penyakit kardiovaskuler dimana faktor risiko
peningkatan menjadi 7,4% dan tahun 2018
utamanya adalah hipertensi yang dikenal
kembali meningkat menjadi 7,9% 3. Sementara
sebagai silent-killer atau pembunuh tak terlihat
itu, berdasarkan data yang tercatat di Profil
yang jarang menimbulkan gejala. Tekanan
Kesehatan Kota Metro, kasus hipertensi tahun
darah di atas normal telah menjadi penyebab
2018 mencapai 14.781 kasus, tahun 2019
62% penyakit serebrovaskular dan 49%
meningkat menjadi 17.401 kasus dan tahun
penyakit jantung iskemik di seluruh dunia1.
2020 tercatat sebanyak 16.580 kasus4.
World Health Organization (WHO)
mengungkapkan bahwa saat ini penyakit Penyebab meningkatnya angka kejadian
hipertensi diderita oleh 1,28 miliar orang hipertensi dapat dipengaruhi oleh berbagai
dewasa (usia 30-79 tahun) di dunia. faktor yang meliputi faktor risiko yang dapat
Diperkirakan 46% penderita hipertensi tidak dikendalikan dan faktor yang tidak dapat
menyadari bahwa mereka menderita hipertensi, dikendalikan. Beberapa faktor risiko hipertensi
dan baru 1 dari 5 (21%) penderita hipertensi yang dapat dikendalikan diantaranya adalah
yang dapat mengontrol tekanan darah asupan tinggi natrium, asupan rendah kalium,
sementara target global untuk menurunkan rendah kalsium, rendah magnesium, obesitas,
prevalensi hipertensi adalah sebsar 33% sampai alkohol, perilaku merokok, dan resistensi
2
dengan tahun 2030 . insulin. Sementara faktor risiko yang tidak
dapat dikendalikan mencakup faktor genetik,
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
riwayat keluarga, usia, dan ras1.
(Riskesdas) tahun 2007, prevalensi hipertensi di
Indonesia pada diagnosia dokter adalah sebesar Dampak yang ditimbulkan akibat penyakit
7,6%, tahun 2013 meningkat menjadi 9,5%, dan hipertensi adalah meningkatnya angka kematian
tahun 2018 sedikit mengalami penurunan yaitu di dunia karena komplikasi dari hipertensi
sebesar 8,36%. Sementara berdasarkan hasil cukup banyak. Penyakit hipertensi apabila tidak
pengukuran penduduk umur ≥18 tahun ditanggulangi maka dalam jangka waktu
prevalensi hipertensi terjadi peningkatan cukup panjang dapat menyebabkan kerusakan arteri di
signifikan dimana pada tahun 2013 adalah dalam tubuh sampai organ yang mendapat
sebesar 25,8% meningkat menjadi 34,1% di suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi
tahun 20183. hipertensi diantaranya dapat menyebabkan
terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung

Wati, Penerapan Relaksasi Autogenik 153


Jurnal Cendikia Muda, Volume 4, Nomor 1, Maret 2024

koroner. Komplikasi hipertensi otak dapat yang bisa membuat pikiran menjadi tenang,
menimbulkan risiko stroke. Selain itu, membantu individu untuk dapat mengendalikan
peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan beberapa fungsi tubuh seperti tekanan darah,
terjadinya kerusakan ginjal serta dapat frekuensi jantung dan aliran darah9.
mengakibatkan terjadinya retinopati dan dapat
Teknik relaksasi autogenik dapat
menimbulkan kebutaan5.
dikombinasikan dengan pemberian aromaterapi
Penatalaksanaan hipertensi saat ini secara garis yang merupakan bagian dari pengobatan
besar dikelompokkan menjadi dua, yaitu terapi alternatif menggunakan minyak esensial dan
farmakologi dan terapi nonfarmakologi. Terapi senyawa aromatik lainnya. Molekul minyak
farmakologis merupakan terapi menggunakan esensial dapat menstimulasi lobus limbic dan
obat atau senyawa yang dalam kerjanya dapat hipotalamus. Sistem limbic akan berhubungan
mempengaruhi tekanan darah pasien, langsung pada bagian otak yang mengontrol
sedangkan terapi nonfarmakologi merupakan detak jantung, pernapasan, memori, tingkat
terapi tanpa menggunakan agen obat dalam stres, keseimbangan hormonal dan tekanan
proses terapinya6. Pada terapi non farmakologi, darah 7.
terdapat terapi yang dapat dikombinasikan
Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti,
dengan pengobatan kedokteran konvensional
Setiawan, & Wardani membuktikan bahwa
yang disebut dengan terapi komplementer.
kombinasi relaksasi autogenik dan aromaterapi
Peranan perawat dalam terapi komplementer,
cendana terbukti berpengaruh terhadap
yaitu sebagai terapis di beberapa tatanan
penurunan tekanan darah penderita hipertensi10.
pelayanan kesehatan dan dapat melaksanakan
Penelitian yang dilakukan oleh Roswita
bermacam pengobatan alternatif dan
menemukan bahwa aromaterapi terbukti efektif
komplementer seperti menggunakan teknik
dalam menurunkan tekanan darah penderita
relaksasi 7.
hipertensi11. Selain itu, kombinasi aromaterapi
Salah satu terapi relaksasi yang dipercaya dengan intervensi lain juga efektif dalam
mampu membantu menurunkan tekanan darah menurunkan tekanan darah pada pasien
dan dapat dijadikan terapi pendamping adalah hipertensi. Penelitian yang dilakukan oleh
terapi relaksasi autogenik. Terapi ini Darmawan dan Nugroho menunjukkan bahwa
dikembangkan oleh Psikolog Jerman Johannes rata-rata tekanan darah sebelum relaksasi
Heinrich Schultz pada tahun 1920. Bentuk autogenik 170,50/84,30 mmHg dan setelah
teknik relaksasi ini berfokus pada upaya dilakukan relaksasi autogenic menurun
meningkatkan perasaan tenang dan rileks pada menjadi 155,10 mmHg/81,60 mmHg,
8
tubuh . Relaksasi autogenik adalah relaksasi perubahan rata-rata tekanan darah antara
yang bersumber dari diri sendiri dengan sebelum dan sesudah pemberian relaksasi
menggunakan kata-kata atau kalimat pendek autogenik terbukti signifikan, artinya relaksasi

Wati, Penerapan Relaksasi Autogenik 154


Jurnal Cendikia Muda, Volume 4, Nomor 1, Maret 2024

autogenik terbukti efektif menurunkan tekanan Berdasarkan hasil penerapan yang telah
darah penderita hipertensi12. dilakukan, didapatkan gambaran umum subjek
penerapan sebagaimana dapat dilihat pada
Berdasarkan pengalaman penulis saat
uraian tabel berikut:
melakukan praktik di RSUD Jend. Ahmad Yani
Metro, tindakan keperawatan pada pasien Tabel 1. Gambaran Subjek Penerapan
hipertensi dilakukan menggunakan standar No
Data
Subjek I Subjek II
Pengkajian
intervensi keperawatan Indonesia seperti 1 Umur 53 tahun 58 tahun
2 Jenis kelamin Perempuan Laki-laki
melakukan pemeriksaan sirkulasi perifer,
3 Pendidikan SD SD
mengidentifikasi faktor resiko, memonitor 4 Pekerjaan Tani Tidak bekerja
5 Genetik Tidak ada Ada
kondisi pasien dan berkolaborasi dengan dokter (keturunan)
dalam pemberian obat antihipertensi. Selain itu, 6 IMT 32,4 (obesitas 2) 26,7
(Obesitas 1)
perawat juga memberikan edukasi terkait faktor 7 Aktivitas fisik Tidak Tidak
(olahraga)
resiko serta menganjurkan pasien untuk minum 8 Perilaku Tidak Merokok
obat pengontrol tekanan darah. Terapi merokok
9 Pembatasan Tidak dilakukan Tidak
pendamping berupa autogenik dan aromaterapi asupan garam dilakukan
sendiri masuk dalam bagian intervensi 10 Konsumsi Tidak Ya 3-4 x/hari
kafein (teh/kopi)
keperawatan namun belum diterapkan. Oleh
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan
karena itu, penulis tertarik menerapkan terapi
bahwa karakteristik subjek I yaitu berumur 53
relaksasi autogenik dan aromaterapi cendana
tahun, jenis kelamin perempuan, pendidikan
terhadap tekanan darah pada penderita
SD, pekerjaan tani, tidak ada riwayat hipertensi
hipertensi di Ruang Penyakit Dalam A RSUD
dari keluarga, indek masa tubuh 32,4 (obesitas
Jend. Ahmad Yani Metro Tahun 2023.
2), tidak mengikuti kegiatan senam hipertensi,
tidak merokok, tidak membatasi asupan garam,
METODE
tidak mengkonsumsi kafein. Sedangkan subjek
Rancangan karya tulis ilmiah ini menggunakan
II berumur 58 tahun, jenis kelamin laki-laki,
desain studi kasus, subyek dua orang penderita
pendidikan SD, pekerjaan tidak bekerja,
hipertensi di RPDA RSUD Jend. Ahmad Yani
terdapat riwayat hipertensi dari keluarga, IMT
Metro. Instrumen pengumpulan data
26,7 (obesitas 1), tidak mengikuti kegiatan
menggunakan Sphygmomano meter,
olahraga hipertensi, memiliki riwayat merokok,
stethoscope dan lembar observasi. Pemberian tidak membatasi asupan garam, mengkonsumsi
terapi dilakukan 1 kali sehari (antara pukul kafein (kopi) 3-4 kali sehari.
11.00-12.00 sebelum makan siang) selama 3
hari dengan durasi setiap perlakuan 20-25 Tabel 2. Tekanan Darah Penderita
Hipertensi Sebelum Penerapan Relaksasi
menit. Pelaksanaan penerapan dilakukan pada Autogenik dan Aromaterapi Cendana
tanggal 23 s.d 25 Mei tahun 2023. No Subjek Penerapan Tekanan Darah

1 Tekanan darah Ny. R 150/90 mmHg


HASIL PENERAPAN 2 Tekanan darah Tn. I 170/100 mmhg

Wati, Penerapan Relaksasi Autogenik 155


Jurnal Cendikia Muda, Volume 4, Nomor 1, Maret 2024

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan lumen, kekakuan pembuluh darah atau
bahwa sebelum penerapan berupa pemberian elastisitas pembuluh darah berkurang sehingga
terapi relaksasi autogenik dan aromaterapi saat jantung memompa darah ke pembuluh
cendana, tekanan darah subjek I yaitu 150/90 darah maka tekanan darah akan meningkat.
mmHg (hipertensi derajat I) dan pada subjek II
2. Jenis Kelamin
sebelum penerapan adalah 170/100 mmHg
(hipertensi derajat II) Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa
jenis kelamin pada dua subjek penerapan ini
Tabel 3. Tekanan Darah Penderita
berbeda dimana subjek I berjenis kelamin
Hipertensi Setelah Penerapan Relaksasi
Autogenik dan Aromaterapi Cendana perempuan dan subjek II berjenis kelamin laki-
No Subjek Penerapan Tekanan Darah laki. Menurut Aristotelles laki-laki sering

1 Tekanan darah Ny. R 130/90 mmHg mengalami hipertensi pada usia akhir tiga
2 Tekanan darah Tn. I 135/90 mmHg puluhan, sedangkan wanita sering mengalami
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan hipertensi setelah manepouse. Setelah 55 tahun,
bahwa setelah penerapan tekanan darah subjek I wanita mempunyai risiko lebih tinggi untuk
menurun menjadi 130/90 mmHg dan tekanan menderita hipertensi. Salah satu penyebab
darah subjek II menurun menjadi 135/90 terjadinya pola tersebut adalah perbedaan
mmHg atau berada pada rentang pre hipertensi hormone kedua jenis kelamin14.
PEMBAHASAN
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan
1. Usia
bahwa kedua subjek penerapan ini memiliki
Berdasarkan hasil pengkajian diketahui bahwa
perbedaan jenis kelamin, namun dilihat dari
subjek I berusia 53 tahun sedangkan subjek II
faktor risiko maka kedua subjek memiliki risiko
berusia 58 tahun, artinya kedua subjek berada
yang tinggi terhadap terjadinya hipertensi
usia risiko tinggi terhadap terjadinya hipertensi
dimana subjek I berjenis kelamin perempuan
sebagaimana dijelaskan oleh Black & Hawks
yang telah memasuki usia menopause dimana
bahwa hipertensi primer biasanya muncul
penurunan kadar estrogen selama masa
antara usia 30-50 tahun atau lebih, semakin tua
menopause mengakibatkan peningkatan
umur seseorang maka semakin tinggi tekanan
regulasi sistem renin angiotensin dan
darahnya13.
peningkatan plasma renin activity yang pada
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan akhirnya dapat menyebabkan terjadinya
bahwa usia merupakan salah satu faktor risiko hipetensi. Sementara subjek II yang berjenis
terjadinya hipertensi yang ditemukan pada kelamin laki-laki juga memiliki risiko terhadap
kedua subjek. Hal ini dapat terjadi karena terjadinya hipertensi karena umumnya pada
seiring dengan bertambahnya usia maka akan laki-laki memiliki beberapa perilaku hidup
terjadi berbagai perubahan dalam struktur tidak sehat yang akan memperburuk kondisi
pembuluh darah seperti terjadinya penyempitan

Wati, Penerapan Relaksasi Autogenik 156


Jurnal Cendikia Muda, Volume 4, Nomor 1, Maret 2024

kesehatannya seperti merokok dan kurang subjek berada pada risiko tinggi terhadap
aktivitas fisik. terjadinya hipertensi sebagaimana dijelaskan
oleh Notoatmodjo bahwa resiko relatif untuk
3. Keturunan (genetic)
menderita hipertensi pada orang kegemukan 5
Berdasarkan hasil pengkajian diketahui bahwa kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang
subjek I tidak memiliki riwayat hipertensi yang berat badannya normal17. Penelitian
sementara subjek II memiliki riwayat hipertensi Rahmadhani membuktikan bahwa obesitas
dari keluarga. Haryono & Setianingsih memiliki hubungan signifikan dengan
mengungkapkan bahwa individu dengan orang terjadinya hipertensi dimana pada orang yang
tua hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih obesitas, terjadi peningkatan sistem hormon
besar untuk menderita hipertensi daripada orang (renin, angiotensin II dan aldosteron) yang
yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat terlibat dalam pengaturan tekanan darah .
15
hipertensi . kegemukan meningkatkan aliran darah jaringan
sehingga tekanan darah meningkat18.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan
bahwa adanya riwayat keluarga (genetik) yang Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan
ditemukan pada subjek dapat menjadi faktor bahwa kedua subjek penerapan ini memiliki
risiko terjadinya hipertensi. Faktor genetik faktor risiko dilihat dari indek masa tubuh
dikaitkan dengan metabolisme garam dan dimana keduanya memiliki berat badan berlebih
regulasi renin pada membran sel melalui gen (obesitas). Hal ini terjadi karena timbunan
yang berperan dalam homeostasis natrium di lemak akibat obesitas dapat mempersempit
ginjal dimana faktor genetik memengaruhi pembuluh darah sehingga aliran darah tidak
retensi natrium dan air di ginjal dengan mencukupi dan jantung harus bekerja lebih
meningkatkan volume plasma dan peningkatan keras untuk memenuhi aliran darah yang
cairan ekstraseluler yang menyebabkan mengakibatkan tekanan darah akan meningkat.
peningkatan aliran darah balik vena ke jantung
5. Aktivitas fisik (olahraga)
dan peningkatan curah jantung yang akan
meningkatkan tekanan arteri sehingga dapat Berdasarkan hasil pengkajian diketahui bahwa
terjadi hipertensi. subjek I dan subjek II tidak mengikuti kegiatan
olahraga seperti senam hipertensi. Haryono &
4. Obesitas (kegemukan)
Setianingsih mengungkapkan bahwa kurangnya
Berdasarkan hasil pengkajian diketahui bahwa aktivitas fisik menaikkan resiko tekanan darah
kedua subjek memiliki indeks masa tubuh di tinggi karena bertamahnya resiko untuk
atas ambang batas normal atau mengalami menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif
obesitas dimana pada hasil pengukuran indek cenderung mempunyai detak jantung lebih
masa tubuh subjek I yaitu 32,4 (obesitas 2) dan cepat dan otot jantung mereka harus bekerja
subjek II yaitu 26,7 (obesitas 1), artinya kedua lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras

Wati, Penerapan Relaksasi Autogenik 157


Jurnal Cendikia Muda, Volume 4, Nomor 1, Maret 2024

dan sering jantung harus memompa semakin sementara untuk subjek II dapat terjadi karena
besar pula kekuatan yang mendesak arteri15. adanya riwayat perilaku merokok. Hal ini
terjadi karena pada rokok terdapat kandungan
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan
nikotin yang diserap ke dalam pembuluh darah
bahwa kedua subjek penerapan ini memiliki
kecil di paru-paru diedarkan ke otak, kemudian
risiko terjadinya hipertensi dilihat dari faktor
di otak akan beraksi bersama nikotin dengan
kurangnya aktivitas fisik. Hal ini dapat terjadi
memberikan sinyal pada kelenjar adrenal
karena Orang yang jarang berolahraga memiliki
sehingga dapat melepaskan epinefrin
kapasitas jantung yang lebih rendah sehingga
(adrenalin), hormon ini akan menyempitkan
jantung perlu memompa lebih berat untuk
pembuluh darah yang membuat jantung bekerja
mengirim darah ke seluruh tubuh, dengan
lebih keras dan tekanan darah menjadi tinggi.
demikian juga meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi. Olahraga teratur diperlukan karena 7. Pembatasan asupan garam
dapat mengurangi kekakuan pembuluh darah,
Berdasarkan hasil pengkajian diketahui bahwa
meningkatkan daya tahan jantung dan paru-
subjek I dan subjek II tidak melakukan
paru. sehingga dapat menurunkan tekanan
pembatasan asupan garam. Asupan garam
darah, meningkatkan kerja dan fungsi jantung,
berlebih atau tidak dibatasi diketahui dapat
paru-paru dan meningkatkan elastisitas
memicu terjadinya kenaikan tekanan darah
pembuluh darah.
sebagaimana dijelaskan Haryono &
Setianingsih bahwa garam dapat meningkatkan
6. Perilaku merokok
tekanan darah dengan cepat pada beberapa
Berdasarkan hasil pengkajian diketahui bahwa
orang, khususnya bagi penderita diabetes,
subjek I tidak memiliki perilaku merokok
penderita hipertensi ringan, orang dengan usia
sementara subjek II memiliki riwayat merokok,
lanjut15.
artinya faktor risiko terhadap terjadinya
hipertensi dilihat dari faktor perilaku merokok Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan
hanya ditemukan pada subjek II. Menurut bahwa faktor risiko dilihat dari pembatasan
Triyanto tembakau mengandung nikotin yang asupan garam ditemukan pada kedua subjek
memperkuat kerja jantung dan menciutkan penerapan, artinya kedua subjek memiliki risiko
arteri kecil sehingga sirkualasi darah berkurang terhadap terjadinya peningkatan tekanan darah
dan tekanan darah meningkat6. karena tidak adanya pembatasan asupan garam.
Hal ini dapat terjadi karena konsumsi garam
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan
yang tinggi dapat mengecilkan diameter arteri,
bahwa faktor risiko hipertensi dilihat dari
sehingga jantung harus memompa lebih keras
perilaku merokok tidak ditemukan pada subjek
untuk mendorong peningkatan volume darah
I sehingga faktor risiko terjadinya hipertensi
melalui ruang yang lebih sempit sehingga
pada subjek I dapat dipengaruhi faktor lain
menyebabkan terjadinya hipertensi.

Wati, Penerapan Relaksasi Autogenik 158


Jurnal Cendikia Muda, Volume 4, Nomor 1, Maret 2024

8. Perilaku konsumsi kafein (teh/kopi) 9. Gambaran Tekanan Darah Penderita


Hipertensi Sebelum Penerapan Ralaksasi
Berdasarkan hasil pengkajian diketahui bahwa Autogenik dan Aromaterapi Cendana
subjek I tidak memiliki kebiasaan
Berdasarkan hasil penerapan menunjukkan
mengkonsumsi minuman berkafein, sementara
bahwa sebelum penerapan berupa pemberian
subjek II (Tn. I) memiliki kebiasaan
terapi relaksasi autogenik dan aromaterapi
mengkonsumsi minuman berkafein yang
cendana, tekanan darah subjek I yaitu 150/90
dilakukan kurang lebih 3-4 kali dalam sehari,
mmHg (hipertensi derajat I) dan pada subjek II
artinya subjek II memiliki risiko lebih tinggi
sebelum penerapan adalah 170/100 mmHg
terhadap terjadinya peningkatan tekanan darah
(hipertensi derajat II).
dibandingkan subjek I jika dilihat dari perilaku
mengkonsumsi kafein. Hal ini dijelaskan Faktor penyebab terjadinya hipertensi dapat
Haryono & Setianingsih bahwa kafein yang dipengaruhi oleh faktor risiko yang dapat
terdapat pada kopi, teh maupun minuman cola dikendalikan dan faktor yang tidak dapat
bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah. dikendalikan. Beberapa faktor risiko hipertensi
Faktor kebiasaan minum berkafein didapatkan yang dapat dikendalikan diantaranya adalah
dari satu cangkir kopi mengandung 75-200 mg asupan tinggi natrium, asupan rendah kalium,
kafein, dimana dalam satu cangkir tersebut rendah kalsium, rendah magnesium, obesitas,
berpotensi meningkatkan tekanan darah 5-10 alkohol, perilaku merokok, dan resistensi
mmHg15. insulin. Sementara faktor risiko yang tidak
dapat dikendalikan mencakup faktor genetik,
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan
riwayat keluarga, usia, dan ras1.
bahwa subjek I tidak memiliki perilaku
mengkonsumsi kafein sehingga faktor risiko Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan
hipertensi yang terjadi dapat dipengaruhi oleh bahwa sebelum penerapan tekanan darah kedua
faktor lain seperti berat badan berlebih subjek berada di atas ambang batas normal.
(obesitas) ataupun tidak melakukan pembatasan Kondisi tersebut dapat dipengaruhi oleh
asupan garam. Sementara pada subjek II berbagai faktor seperti kurangnya aktivitas fisik
memiliki faktor risiko dilihat dari perilaku (olahraga), adanya faktor risiko usia ataupun
mengkonsumsi kafein. Hal ini dapat terjadi faktor lain seperti obesitas.
karena kafein diketahui dapat merangsang
10. Gambaran Tekanan Darah Penderita
kelenjar andrenal untuk melepaskan adrenalin Hipertensi Sesudah Penerapan Ralaksasi
lebih banyak sehingga memicu peningkatan Autogenik dan Aromaterapi Cendana
kerja jantung. Pada saat kerja jantung Berdasarkan hasil penerapan menunjukkan
meningkat dan adanya penyempitan ataupun bahwa setelah penerapan hari ketiga tekanan
kekakuan pembuluh darah maka akan terjadi darah subjek I menurun menjadi 130/90 mmHg
peningkatan tekanan darah tinggi. dan tekanan darah subjek II menurun menjadi

Wati, Penerapan Relaksasi Autogenik 159


Jurnal Cendikia Muda, Volume 4, Nomor 1, Maret 2024

135/90 mmHg atau berada pada rentang pre menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi. hipertensi. Penelitian yang dilakukan oleh
Darmawan dan Nugroho menunjukkan bahwa
Hasil penerapan ini sejalan teori yang
rata-rata tekanan darah sebelum relaksasi
menjelaskan bahwa salah satu terapi relaksasi
autogenik 170,50/84,30 mmHg dan setelah
yang dipercaya mampu membantu menurunkan
dilakukan relaksasi autogenic menurun
tekanan darah dan dapat dijadikan terapi
menjadi 155,10 mmHg/81,60 mmHg,
pendamping adalah terapi relaksasi autogenik.
perubahan rata-rata tekanan darah antara
Terapi ini dikembangkan oleh Psikolog Jerman
sebelum dan sesudah pemberian relaksasi
Johannes Heinrich Schultz pada tahun 1920.
autogenik terbukti signifikan, artinya relaksasi
Bentuk teknik relaksasi ini berfokus pada upaya
autogenik terbukti efektif menurunkan tekanan
meningkatkan perasaan tenang dan rileks pada
darah penderita hipertensi12.
8
tubuh .
Berdasarkan uraian hasil penerapan di atas
Relaksasi autogenik adalah relaksasi yang
dapat dijelaskan bahwa pemberian relaksasi
bersumber dari diri sendiri dengan autogenik dan aromaterapi cendana dalam
menggunakan kata-kata atau kalimat pendek penerapan ini dapat membantu menurunkan
yang bisa membuat pikiran menjadi tenang, tekanan darah pada penderita hipertensi dimana
membantu individu untuk dapat mengendalikan setelah penerapan tekanan darah kedua subjek
beberapa fungsi tubuh seperti tekanan darah, mengalami penurunan. Hal ini dapat terjadi
frekuensi jantung dan aliran darah 9. Teknik karena relaksasai autogenik diyakini dapat
relaksasi autogenik dapat dikombinasikan menstimulasi sistem syaraf parasimpatis yang

dengan pemberian aromaterapi yang merupakan membuat otak memerintahkan pengaturan renin
angiotensin pada ginjal sehingga membantu
bagian dari pengobatan alternatif menggunakan
menjaga tekanan darah dalam batas normal.
minyak esensial dan senyawa aromatik
Stimulus positif dari relaksasi autogenik akan
lainnya7.
menurunkan aktivitas HPA (Hipotalemik
Hasil penerapan ini sejalan dengan penelitian Pituitary Adrenal) Axis, yang ditandai adanya

yang dilakukan oleh Wijayanti, Setiawan, & penurunan hormone CRF (Corticotropin
Releasing Factor) di hipotalamus dan juga akan
Wardani membuktikan bahwa kombinasi
merangsang pituitary anterior untuk melepaskan
relaksasi autogenik dan aromaterapi cendana
Adrenocorticotropic hormone (ACTH). Hal ini
terbukti berpengaruh terhadap penurunan
akan merangsang medulla adrenal untuk
tekanan darah penderita hipertensi10. Penelitian
menurunkan produksi hormon katekolamin
yang dilakukan oleh Roswita menemukan
(epinefrin dan norepinefrin) dan kortisol
bahwa aromaterapi terbukti efektif dalam sebagai hormon stres. Penurunan ini akan
menurunkan tekanan darah penderita menurunkan kerja sistem saraf simpatis dan
11
hipertensi . Selain itu, kombinasi aromaterapi meningkatkan kerja saraf parasimpatis sehingga
dengan intervensi lain juga efektif dalam menyebabkan pelebaran atau vasodilatasi

Wati, Penerapan Relaksasi Autogenik 160


Jurnal Cendikia Muda, Volume 4, Nomor 1, Maret 2024

pembuluh darah yang akhirnya dapat Pendekatan Meta Analisis. Univ. Ngudi
19
menurunkan tekanan darah . Di sisi lain, Waluyo 1, 1–7 .
10. Wijayanti, L., Setiawan, A. H. & Wardani,
aromaterapi cendana yang diberikan bersamaan
E. M. (2020) Pengaruh Autogenik
dengan proses relaksasi autogenik akan Relaksasi Dan Aroma Terapi Cendana
membantu menciptakan suasana menjadi lebih Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia
Hipertensi. J. Keperawatan Sekol. Tinggi
rileks. Ilmu Kesehat. Kendal 12, 413–420.
11. Roswita, R. (2022) Pengaruh Aromaterapi
KESIMPULAN Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Hasil penerapan didapatkan bahwa pemberian Pasien Dengan Hipertensi : Literature
Review. J. Skala Kesehat. 13, 122–130.
terapi relaksasi autogenik dan aromaterapi
12. Darmawan, R. & Nugroho, B. (2015)
cendana terbukti dapat membantu menurunkan Pengaruh Terapi Relaksasi Otogenik
tekanan darah pasien hipertensi. Terhadap Perubahan Tekanan Darah
Hipertensi Di Posyandu Lansia Desa Jabon
Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.
DAFTAR PUSTAKA
J. Ilm. Keperawatan (Scientific J. Nursing)
1. LeMone, P., Burke, K. M. & Bauldoff, G. 1, 8–14.
(2016) Buku Ajar Keperawatan Medikal
13. Black, J. M. & Hawks, J. H. 2017)
Bedah. 3, Buku Kedokteran EGC.
Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen
2. WHO. Hypertension. World Health Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. 2,
Organization (2021). Tersedia pada: Elsevier Inc,.
https://www.who.int/news-room/fact-
14. Aristotelles. (2018) Korelasi umur dan
sheets/detail/hypertension. (Diakses: 1
jenis kelamin dengan penyakit hipertensi
Januari 2023)
di emergency center unit rumah sakit islam
3. Kemenkes RI. (2018) Laporan Nasional siti khadijah palembang 2017. Indones. J.
RISKESDAS 2018. Perawat 3, 9–16.
4. Dinkes Kota Metro. (2021) Profil 15. Haryono, R. & Setianingsih, S.
Kesehatan Kota Metro Tahun 2020. (Dinas (2019)Awas Musuh-musuh Anda Setelah
Kesehatan Kota Metro. Usia 40 tahun. Gosyen Publishing,.
5. Wijaya, A. S. & Putri, Y. M. (2017)KMB1 16. Notoatmodjo, S. (2017)Kesehatan
Keperawatan Medikal Bedah: Masyarakat Ilmu & Seni. PT. Rineka
keperawatan dewasa. Buku 1 Nuha Cipta.
Medika.
17. Notoatmodjo, S. (2014)Promosi Kesehatan
6. Triyanto, E. (2017) Pelayanan Teori & Aplikasi. PT. Rineka Cipta.
Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi
18. Rahmadhani, (2021) M. Faktor-Faktor
Secara Terpadu. Graha Ilmu.
Yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi
7. Nurgiwiati, E. (2017) Terapi Alternatif & Pada Masyarakat Di Kampung Bedagai
Komplementer Dalam Bidang Kota Pinang. J. Kedokt. STM (Sains dan
Keperawatan. In Media. Teknol. Med. 4, 52–62.
8. Legg, T. J. & Lindberg, S. What to Know 19. Haryani, J. & Marleni, L. (2019) Pengaruh
About Autogenic Training. Healthline relaksasi autogenik terhadap penurunan
Media 1–3 (2019). Tersedia pada: tekanan darah pada penderita hipertensi. J.
https://www.healthline.com/health/mental- Ilm. Multi Sci. Kesehat. 10,.
health/autogenic-training#The-bottom-line.
9. Bara, M. N. H., Rosalina & Trimawati
(2017). Pengaruh Terapi Relaksasi
Autogenik terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi dengan

Wati, Penerapan Relaksasi Autogenik 161

Anda mungkin juga menyukai