Proceding Insdal Tol Balsam
Proceding Insdal Tol Balsam
1. PRIHAL PEKERJAAN
1. Latar Belakang
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR), pengendalian
pemanfaatan ruang merupakan upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang, yakni pemanfaatan ruang yang
dilaksanakan sesuai dengan Rencana Tata Ruang. Pengendalian pemanfaatan ruang tersebut dilakukan melalui
empat instrumen, yaitu pengaturan zonasi, pemberian izin pemanfaatan ruang, pemberian insentif dan
disinsentif, serta pengenaan sanksi.
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun
2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional telah menetapkan Kawasan Andalan serta 76 Kawasan
Strategis Nasional sebagai bagian dari sistem nasional.
Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara,
ekonomi, sosial, budaya, dan atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
Lebih lanjut, Pasal 8 UUPR mengamanatkan bahwa Pemerintah Pusat berwenang dalam pengaturan,
pembinaan, pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang pada KSN tersebut. Adapun kawasan andalan
adalah bagian dari kawasan budidaya, baik di ruang darat maupun ruang laut yang pengembangannya
diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan sekitarnya.
Sebagai acuan dalam pemanfaatan ruang serta pengendalian pemanfaatan ruang pada KSN serta kawasan
andalan sebagai bagian dari sistem nasional pada level detail, Pemerintah Pusat perlu mendorong percepatan
penyusunan instrumen lengkap pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan perkotaan pada kawasan
tersebut. Hal tersebut juga diperlukan mengingat dinamika pembangunan yang sangat cepat pada kawasan
perkotaan yang berada pada KSN, serta untuk mengamankan fungsi Proyek Strategis Nasional (PSN) yang
berada di kawasan perkotaan dalam KSN dan kawasan andalan tersebut.
PSN Jalan Tol Balikpapan–Samarinda memiliki panjang sekitar 99,35 Km ini akan menghubungkan dua kota
besar di Provinsi Kalimantan Timur yaitu Balikpapan dan Samarinda. Proyek ini dibagi menjadi 2 (dua) seksi
yaitu Seksi 1 yang terdiri atas Paket 1 (25,07 km) dan Paket 5 (11,09 km) dan Seksi 2 yang terdiri atas Paket 2
(23,26 km), Paket 3 (21,9 km) dan Paket 4 (17,7 km). PSN ini ditujukan untuk meningkatkan keterkaitan antar
wilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah di Pulau Kalimantan.
Adapun berdasarkan Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan, Jalan Tol Balikpapan – Samarinda ditujukan untuk
menghubungkan PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang sebagai pusat
pertumbuhan utama dengan kawasan sentra produksi komoditas unggulan dan pelabuhan dan/atau bandar
udara untuk mendukung pemasaran dan distribusi produk unggulan. Selain itu terdapat pula potensi ekonomi di
PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang sebagai Pusat industri hilir pengolahan
hasil pertambangan mineral, batubara, migas, pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet, dan
pengolahan hasil hutan, industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan, pusat ekowisata dan wisata
budaya. Selain potensi ekonomi, terdapat pula potensi-potensi perkembangan kawasan perkotaan pada sekitar
gerbang tol yaitu:
1. Gerbang Tol Sepinggan (Kota Balikpapan);
2. Gerbang Tol Karang Joang (Kota Balikpapan)
3. Gerbang Tol Samboja (Kab. Kutai Kartanegara)
4. Gerbang Tol Simpang Pasir (Kota Samarinda)
Dengan demikian, dibutuhkan Instrumen Pengendalian (Peraturan Zonasi, Perizinan, Insentif & Disinsentif, Serta
Sanksi Pada Kawaasan Sekitar Tol Balikpapan-samarinda Untuk Meningkatkan Potensi Perekonomian dan
Perkembangan Kawasan Perkotaan yang Berkelanjutan serta Menjaga Funsi Kawasan Lindung.
1.2.3 Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai pekerjaan Penyusunan Instrumen Pengendalian Pemanfaatan Ruang Di Kawasan
Sekitar PSN Jalan Tol Balikpapan-Samarinda (99 Km) ini:
1. Tersusunnya Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang skala mikro dengan tingkat ketelitian
minimal 1:5000 untuk Kawasan Sekitar PSN Jalan Tol Balikpapan-Samarinda (99 Km) yang terdiri atas:
a. Peraturan Zonasi yaitu Zoning map yang dilengkapi Zoning Text yang berisi materi wajib dan materi
pilihan dalam penyusunan peraturan zonasi;
b. Bentuk, kriteria dan tata cara dalam pemberian izin pemanfaatan ruang;
c. Bentuk, kriteria dan tata cara pemberian intensif dan disintensif dalam perwujudan rencana tata ruang,
serta
d. Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang kawasan sekitar PSN Jalan Tol
Balikpapan-Samarinda berdasarkan Peraturan Zonasi.
2. Tersusunnya materi teknis dan rancanagan peraturan daerah Kabupaten/Kota tentang instrumen lengkap
pengendalian pemanfaatan ruang kawasan sekitar PSN Jalan Tol Balikpapan-samarinda (99 Km);
3. Tersusunnya naskah akademis yang dibuat untuk setiap rancangan peraturan daerah;
4. Tersusunnya Kajian Lingkup Hidup Strategis (KLHS) untuk setiap rancangan peraturan daerah yang telah
divalidasi oleh K/L yang membidangi urusan Lingkungan Hidup dan disusun sesuai Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan kehutanan nomor 46 Tahun 2016 tentang tata cara penyelenggaraan KLHS;
5. Tersusunnya album peta dengan ukuran A1 yang telah diverifikasi oleh K/L yang membidangi urusan
geospasial;
6. Visualisasi 3D pada lokasi prioritas di Kawasan sekitar PSN Jalan Tol Balikpapan-Samarinda (99 Km).
3. Ruang Lingkup
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah
Adapun lokasi perencanaan adalah kawasan sekitar PSN Jalan Tol Balikpapan-Samarinda yang melewati tiga
kabupaten kota yaitu Kota Balikpapan, Kota Samarinda, dan Kabupaten Kutai Kartanegara.
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan penyusunan Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang di
Kawasan Sekitar PSN Jalan Tol Balikpapan – Samarinda (99 Km), akan dilakukan kunjungan lapangan untuk
menjaring informasi dari Pemerintah Daerah. Kegiatan kunjungan lapangan akan meliputi 2 (dua) kegiatan
utama, yaitu:
1. Kegiatan survei untuk pengumpulan data dan informasi ini akan dilakukan pada 3 (tiga) wilayah
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur, yaitu:
a. Kota Samarinda
b. Kota Balikpapan
c. Kabupaten Kutai Kartanegara
2. Kegiatan kunjungan lapangan dalam rangka penyelenggaraan kegiatan Focus Group Discussion (FGD)
dan Workshop, adapun rincian kegiatan FGD yaitu sebagai berikut:
a. FGD di Pusat (3 kali) : Jakarta
b. Workshop di Daerah (1 kali) : Balikpapan dan Samarinda
c. FGD di Daerah (4 kali) : Balikpapan dan Samarinda
Tabel 1.1 Ruang Lingkup Penyusunan Instrumen Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Sekitar PSN Jalan Tol
Balikpapan – Samarinda (99 Km)
Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Lingkup Substansi
Tahap Persiapan Mobilisasi Tenaga Ahli
Penyusunan Rencana Kerja
Persiapan Skenario Penyusunan Instrumen Lengkap Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
Pelaksanaan Survei Pendahuluan dan Pengumpulan Data Awal
Identifikasi Isu dan Permasalahan Awal
Pelaksanaan Assesment Kebutuhan Instrumen Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
Identifikasi dan Pemetaan Objek Pengendalian Tinggi
Menyiapkan Perangkat Survei dan Kebutuhan Data
Studi literatur dan Kebijakan UU dan peraturan
Tahap Pelaksanaan 1. Tahap Antara, meliputi:
Survei Lapangan Pertama meliputi pengumpulan data primer dan
sekunder, dan inventarisai permasalah di lapangan
Penyusunan IDAP dan Instrumen Lengkap Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
Melakukan Analisis:
1) Analisis kawasan yang mempengatuhi dan dipengaruhi
2) Analisis Kebijakan
3) Analisis guna lahan dan kegiatan penggunaan lahan
4) Analisis fisik kawasan
5) Analisis kebencanaan
6) Analisis kependudukan
7) Analisis sarana dan prasarana
8) Analisis sosial budaya
9) Analisis potensi dan masalah
10. Analisis lainnya
Penyusunan Konsep Pengembangan Kawasan dan Kebutuhan
Ruang
Penyusunan Pembagian Zonasi Kawasan Sekitar PSN Jalan Tol
Balikpapan-Samarinda
2. Tahap Akhir, meliputi:
Merumuskan Ketentuan Zonasi Dalam Bentuk Zoning Text dan
Zoning Map
Analisis dan Perumusan Bentuk, Kriteria dan Tata Cara dalam
Instrumen Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Merumuskan KLHS
Menyusun Materi Teknis
2. PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan Penyusunan Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Sekitar PSN Jalan Tol
Balikpapan – Samarinda ini terbagi menjadi 6 (enam) yang terdiri dari 3 (tiga) FGD Pusat, 3 (empat) FGD
Daerah, 1 (satu) FGD/Workshop Daerah. Berikut tema masing-masing kegiatan yang dibahas:
1. FGD Daerah I dengan target penyepakatan delineasi Interim Development Asessment Plan (IDAP). Target
peserta FGD antara lain perwakilan Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Balai Jalan
Kementerian PUPR, Badan Usaha Jalan Tol, akademisi, praktisi, kelompok masyarakat, dan stakeholder
terkait lainnya. Hasil kesepakatan dituangkan dalam Berita Acara.
2. FGD Pusat I dengan target penjaringan masukan untuk konsep awal IDAP, instrument lengkap pengendalian
pemanfaatan ruang dan KLHS. Target peserta FGD antara lain perwakilan Kementerian/Lembaga terkait dan
akademisi. Hasil kesepakatan dituangkan dalam Berita Acara;
3. FGD Daerah II (Konsultasi Publik) dengan target penyepakatan muatan IDAP, instrumen lengkap
pengendalian pemanfaatan ruang dan KLHS di Kawasan Sekitar PSN Jalan Tol Balikpapan – Samarinda.
Target peserta antara lain Kepala Desa, Kelompok Masyarakat, Pemerintah Provinsi, Unsur Perguruan
Tinggi, dan Aparat Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, Balai Jalan Kementerian PUPR, Badan
Usaha Jalan Tol, serta stakeholder terkait lainnya. Hasil FGD II dituangkan dalam Berita Acara;
4. FGD Pusat II dengan target penjaringan masukan terkait pengendalian pamanfaatan ruang dan asistensi
peta dengan instasi yang bertanggungjawab di idang geospasial. Target peserta FGD antara lain perwakilan
Kementerian/Lembaga terkait dan akademisi;
5. FGD Daerah III (Konsultasi Publik) dengan target menyepakati IDAP, instrumen lengkap pengendalian
pemanfaatan ruang, KLHS, rancangan peraturan daerah, naskah akademis dan album peta, serta
melakukan konsultasi dengan pemerintah daerah hingga tingkat desa dan masyarakat, dan dukungan proses
legalisasi. Hasil FGD III dituangkan dalam Berita Acara;
6. FGD Pusat III dengan target penyepakatan muatan ketentuan teknis untuk instrument pengendalian
pemanfaatan ruang dan muatan KLHS.
7. FGD Daerah IV/Workshop dengan target pembahasan validasi KLHS dan penjaminan kualitas KLHS dengan
OPD Provinsi yang membidangi urusan lingkungan hidup dan workshop hasil penyusunan instrument
lengkap pengendalian pemanfaatan ruang Kawaasn Sekitar PSN Jalan Tol Balikpapan – Samarinda.
d) Titik lokasi infrastruktur strategis yang dihubungkan langsung (Bandara Slutan Aji
Muhammad Sulaiman Sepinggan Kota Balikpapan, Pelabuhan Penajam di Kota Balikpapan);
e) Kawasan yang akan dipengaruhi oleh pembangunan jalan tol (kawasan permukiman
disekitar jalan tol, kawasan hutan yang dilewati jalan told an harus dilindungi);
f) Kawasan yang akan mempengaruhi pembangunan jalan tol (kawasan industri yang
dihubungkan jalan tol, sarana prasarana penunjang jalan tol, simpul-simpul transportasi yang
terhubung langsung dengan gerbang tol).
2. Delineasi Kawasan Mikro dengan total 5.008 ha ditetapkan di sekitar Gerbang Tol sepanjang
Jalan Tol Balikpapan – Samarinda yang berjumlah minimal 4 (empat) gebang told an minimal
total luasan mikro adalah 5.000 ha; yaitu:
a) Gerbang Tol Bandara Sepinggan yang berada di sebagian Kelurahan Manggar, Sebagian
Kelurahan Manggar Baru di Kecamatan Balikpapan Timur dan sebagian Kelurahan
Sepinggan di Kecamatan Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan dengan luas ± 1.248 ha;
b) Gerbang Tol Karang Joang yang berada di sebagian Kelurahan Karang Joang di Kecamatan
Balikpapan Utara, Kota Balikpapan dengan luas ± 1.441 ha;
c) Gerbang Tol Samboja yang berada di sebagian Kelurahan Sungai Merdeka, Kecamatan
Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara dengan luas ± 1.129 ha;
d) Gerbang Tol Simpang Pasir yang berada di sebagian Kelurahan Handil Bakti dan Sebagian
Kelurahan Simpang Pasir di Kecamatan Palaran, Kota Samarinda dengan luas ± 1.222 ha.
3. Delineasi kawasan mikro berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
a) Sekurang-kurangnya radius 500 meter dari gerbang tol;
b) Potensi/titik pertumbuhan eksisting di sekitar pintu tol;
c) Trend pertumbuhan lahan terbangun (potensi kawasan yang berkembang cepat);
d) Kawasan yang akan dipengaruhi oleh oembangunan jalan tol (kawasan permukiman di
sekitar tol, kawasan hutan yang dilewati jalan tol dan harus dilindungi);
e) Kawasan yang akan mempengaruhi pembangunan jalan tol (kawasan industri yang
dihubungkan jalan tol, sarana prasarana penunjang jalan tol, dan simpul-simpul transportasi
yang terhubung langsung dengan gerbang tol);
f) Batas fisik dan/atau administrasi desa yang terdekat;
g) Terdapat kawasan objek strategis di sekitarnya yang sesuai dengan aspek fungsional
pembangunan tol; dan
h) Prioritas isu strategis yang harus ditangani di kawasan sekitar gerbang tol.
Penyusunan Rencan Teknis Antara (RTA) akan diintegrasikan dengan draft RDTR yang sudah
disusun oleh masing-masing kabupaten/kota.
Dalam rangka kegiatan penyusunan Instrumen Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Sekitar
PSN Jalan Tol Balikpapan – Samarinda, Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur, Pemerintah
Kota Balikpapan, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegaram Pemerintah Kota Samarinda, dan
seluruh stakeholder lainnya yang terkait dengan kegiatan ini berkomitmen untuk mendukung proses
penyusunan RTA (Rencana Teknis Antara) dan penyusunan Instrumen Pengendalian Pemanfaatan
Ruang di Kawasan Sekitar PSN Jalan Tol Balikpapan – Samarinda sebagai Peraturan Daerah Kota
Balikpapan, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Kota Samarinda dengan skala peta sekurang-
kurangnya 1:50.000 untuk kawasan makro dan sekala peta 1:5.000 untuk kawasan mikro.
B. Hasil dan Kesimpulan Muatan KLHS
FGD dilaksanakan dengan pihak-pihak terlampir dan dengan ini menyepakati:
1. Pembentukan POKJA KLHS akan dibentuk oleh Pemerintah Daerah Kota Balikpapan,
Kabupaten Kutai Kartanegara, Kota Samarinda, bersamaan dengan disusunya dokumen KLHS
di tahun anggaran 2019. Selanjutnya, POKJA KLHS yang dibentuk akan memberikan masukan
saat pelaksanaan FGD KLHS yang akan dilaksanakan bersama tokoh masyarakat, LSM, dan
pihak terkait lainnya.
2. Identifikasi Pemangku Kepentingan
POKJA KLHS akan mengidentifikasi pemangku kepentingan untuk pelaksanaan konsultasi
publik penjaringan Isu Pembangunan Berkelanjutan.
3. Penjaringan Isu Awal Pembangunan Berkelanjutan adalah sebagaimana terlampir.
2.1.5 Dokumentasi FGD Daerah I
d.Gerbang Tol Simpang Pasir yang berada di sebagian Kelurahan Handil Bakti dan sebagian
Kelurahan Simpang Pasir di Kecamatan Palaran, Kota Samarinda dengan luas ± 1.285 ha.”
Menjadi:
“Delineasi Kawasan Mikro dengan total luas 4.462 Ha ditetapkan di sekitar Gerbang Tol sepanjang Jalan
Tol Balikpapan – Samarinda, yaitu:
a. Gerbang Tol Samboja yang berada di sebagian Kelurahan Sungai Merdeka dan sebagian Kelurahan
Karya Merdeka, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara dengan luas ± 3.177 ha.
b. Gerbang Tol Palaran yang berada di sebagian Kelurahan Handil Bakti dan sebagian Kelurahan
Simpang Pasir di Kecamatan Palaran, Kota Samarinda dengan luas ± 1.285 ha.
4. Pengerjaan penyusunan RTA/RDTR BWP Palaran hanya dijadikan masukan terhadap penyusunan RDTR
Kecamatan Palaran yang saat ini (Tahun Anggaran 2019) sedang berlangsung dan dikerjakan oleh Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Samarinda.
5. Perlu mempertimbangkan update dokumen Materi Teknis RDTR Kecamatan Samboja yang sudah di
susun sebelumnya dan muatan/kebijakan RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara terkait PKL Samboja.
6. Terdapat rencana pemekaran Kecamatan menjadi Kecamatan Samboja dan Kecamatan Samboja Barat.
B. BWP Samboja (Kawasan Sekitar Gerbang Tol Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara)
a. Tujuan Penataan Ruang
Sepakat
b. Rencana Struktur Ruang
1. Perlu sinkronisasi dengan rencana pembangunan infrastruktur dalam Perda RTRW Kab. Kutai
Kartanegara dan dokumen penunjang yang pernah disusun sebelumnya.
2. Perlu mempertimbangkan rencana infrastruktur strategis lainnya seperti rencana trase jalur kereta
api, pengembangan jalan akses serta kemungkinan lokasi Ibukota Negara.
3. Perlu ada pengelompokan kategori ancaman/potensi bencana disertai dengan besaran dampak
bencana dan solusi mitigasi termasuk jalur evakuasi bencana.
c. Rencana Pola Ruang
1. Perencanaan di sekitar kawasan Samboja perlu memperhatikan potensi KAPET SASAMBA dan
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Wana Riset Samboja khususnya habitat Orang
Utan.
2. Pengendalian pada Zona Migas perlu update dari Kementerian ESDM terkait kegiatan yang
diperbilehkan/dilarang pemanfaatan ruangnya.
3. Perlu overlay dengan peta HGU dan Hak Pemanfaatan Tanah karena terdapat 18 izin pertambangan.
4. Perlu overlay dengan Izin Usaha Pertambangan.
5. Pertimbangkan tujuan penataan ruang Pulau Kalimantan terdapat perlindungan terhadap kawasan
lindung sebesar 45%.
d. Ketentuan Pemanfaatan Ruang
Sepakat
e. Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya
Sepakat
f. Konsep Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Insentif dan disinsentif merupakan arahan untuk mendorong dan membatasi fungsi ruang.
g. Tindak lanjut
1. Untuk draft RDTR pada kawasan Samboja dapat menjadi RDTR tersendiri dengan Pokja KLHS yang
akan dibentuk kemudian oleh Pemda (sudah terbentuk TIM KLHS tahun 2019 dan dilanjutkan
pendampingan hingga tahun 2020);
2. Pemerintah Kabupaten melalui Dinas PUPR akan menindaklanjuti dengan melakukan pembahasan
rencana Pola Ruang dengan tim penyususn;
3. Untuk Draft RDTR pada Kawasan Gerbang Tol Palaran akan menjadi masukan untuk RDTR
Kecamatan Palaran.
C. BWP Palaran (Kawasan Sekitar Gerbang Tol Palaran, Kota Samarinda)
1. Kota Samarinda berada lebih rendah 100 m dari muka laut, perlu adanya perhatian khusus terkait naiknya
air muka laut untuk 5 tahun ke depan. Terkait hal tersebut perlu perhatian khusus untuk pemberian IMB.
2. RDTR hanya berupa masukan dan BWP Palaran tidak perlu dikeluarkan dari RDTR Kec. Palaran dan
tidak ada tumpang tindih.
13. Kasubdit Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah III, Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan
Ruang
14. Kasie Pemantauan dan Evaluasi Wilayah III, Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang
15. Kasie Bina Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah III, Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan
Ruang
16. Kasubdit Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah IV, Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan
Ruang
17. Kasie Pemantauan dan Evaluasi Wilayah IV, Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang
18. Kasie Bina Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah IV, Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan
Ruang
19. Staf Profesional di Lingkungan Direktorat Pengendalian Pemanfaatan Ruang
20. Tim Penyusun INSDAL di Kawasan sekitar PSN Kereta Api Makasar – Pare Pare (144 Km) dan Pelabuhan
Garongkong, PT Grhayasa Nusacitra Estima
21. Tim Penyusun INSDAL di Kawasan sekitar PSN Jalan Tol Balikpapan – Samarinda, PT Ecoplan Rekabumi
Interconsult
22. Tim Penyusun INSDAL di Kawasan sekitar PSN Jalan Tol Manado – Air Madidi – Bitung dan Kawasan Sekitar
Danau Tondano, PT Ecoplan Rekabumi Interconsult
23. Tim Penyusun Pengendalian Pemanfaatan Ruang dalam rangka Optimalisasi dan Penyelamatan Fungsi
Danau Tempe di DAS Walanae pada WS Cenranae-Walanae, PT Sat Windu Utama
24. Tim Supervisi Kegiatan Penyusunan INSDAL pada SDEW Prioritas WS Limboto – Bolango – Bone
25. Tim Supervisi Penyusunan INSDAL di Kawasan sekitar PSN Kereta Api Makasar – Pare Pare (144 Km) dan
Pelabuhan Garongkong
26. Tim Supervisi Penyusunan INSDAL di Kawasan sekitar PSN Jalan Tol Balikpapan – Samarinda
27. Tim Supervisi Penyusunan INSDAL di Kawasan sekitar PSN Jalan Tol Manado – Air Madidi – Bitung dan
Kawasan Sekitar Danau Tondano
28. Tim Supervisi Penyusunan Pengendalian pemanfaatan Ruang dalam rangka Optimalisasi dan Penyelamatan
Fungsi Danau Tempe di DAS Walanae pada WS Cenranae- Walanae
2.4.4 Hasil dan Kesimpulan FGD II Pusat
Asistensi dilaksanakan dengan pihak-pihak sebagaimana terlampir dan dengan ini menyepakati hal-hal sebagai
berikut:
1. Kegiatan GCP dan ICP:
a. Perlu dilakukan penentuan titik GCP ICP, dengan perkiraan/estimasi biaya dapat muncul setelah dilakukan
penghitungan jumlah titik;
b. Perlu penyampaian surat permohonan kepada Kepala BIG terkait peminjaman alat untuk proses GCP dan
ICP.
2. Sumber Peta Dasar:
a. Perlu melampirkan surat Berita Acara lengkap penyerahan Data CSRT antara BIG dan pihak Ditjen
Infrastruktur untuk kemudian data Citra BIG yang diberikan kepada Ditjen Infrastruktur ATR tersebut dapat
langsung diasitensikan kembali dengan BIG untuk menghasilkan Berita Acara Rekomendasi Sumber Data;
b. Diperlukan data citra terbaru untuk proses peta dasar jika lokasi AOI terdapat perubahan secara signifikan.
Namun apabila lokasi AOI tidak mengalami perubahan secara signifikan bisa digunakan citra yang tersedia.
3. Tindak Lanjut
a. Diperlukan surat permohonan penjadwalan asistensi citra kepada Kepala Pusat PTRA agar segera
mendapat jadwal dan asisten supervisi BIG;
b. Diperlukan surat permohonan batas desa kepada Kepala PPBW (Pusat Pematangan Batas Wilayah).
7. Hasil penapisan Isu PB Strategis berupa Isu PB Prioritas yang akan digunakan selanjutnya untuk
menganalisis muatan KRP dalam penyusunan KLHS RTA/ RDTR dan Instrumen Pengendalian
Pemanfaatan Ruang di Sekitar Kawasan PSN Tol Balikpapan-Samarinda
8. Tim Penyusun dan Tim POKJA KLHS sepakat untuk berkomitmen bekerja sama dalam penyusunan
dokumen KLHS dan kelengkapan administrasi penyelenggaraan KLHS RTA/ RDTR dan Instrumen
Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Kawasan PSN Tol Balikpapan-Samarinda.
2.5.5 Dokumentasi FGD Daerah III (Konsultasi Publik)
21. Kasubdit Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah III, Dit. Pengendalian PR;
22. Kasubdit Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah IV, Dit. Pengendalian PR;
23. Masyarakat Transportasi Indonesia
2.6.4 Hasil dan Kesimpulan FGD Pusat III
FGD dilaksanakan dengan para pihak sebagaimana terlampir, dan menyepakati sebagai berikut:
1. Perlu adanya Penyempurnaan terhadap isu PB
2. Perlu penyempurnaan rekomendasi perbaikan KRP
3. Perlu adanya luasan yang jelas mengenai struktur dan pola ruang. Dapat didukung dengan data shapefile.
4. Perlu adanya skematik kajian yang membahas mengenai migrasi satwa
5. Perlu adanya kajian dampak pencemaran lingkungan akibat pembangunan Jalan Tol, terutama yang berkaitan
dengan Tahura Bukit Soeharto.
6. Perlu adanya kajian berimbang mengenai dampak lingkungan yang dihasilkan Jalan Tol baik dari segi ekonomi
maupun ekologis
7. Perlu kajian 6 muatan KLHS sesuai pasal 13 PP 2016
8. Perlu adanya sinkronisasi antara dokumen KLHS dengan RTRW Provinsi (Rencana Pola dan Struktur Ruang)
2.6.5 Dokumentasi FGD Pusat III
4. Pemerintah Pusat bertanggung jawab untuk menyusun materi teknis, naskah akademis, raperda beserta
lampirannya, album peta serta dokumen KLHS. Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara bersama
dengan Kementerian ATR/BPN bertanggung jawab dalam pelaksanaan pembahasan untuk mendapatkan
validasi KLHS oleh Provinsi dan melaksanakan proses fasilitasi legalisasi Peraturan Daerah. Pemerintah
Provinsi bertanggung jawab mendukung pelaksanaan seluruh proses legalisasi Peraturan Daerah
sebagaimana tersebut di atas.
LAMPIRAN
1. Berita Acara FGD Daerah I