Anda di halaman 1dari 400

Sopian, S. Sos., M.I.

K
i

PENULISAN
NASKAH
KEHUMASAN
(Public Relations Writing)
Teori & Praktik

MENARA HATI
Foundation
ii

PENULISAN NASKAH
KEHUMASAN
(Public Relations Writing)

Sopian, S. Sos., M.I.K

MENARA HATI
Foundation
iii

Penulisan Naskah Kehumasan (Public Relations


Writing)
Penulis :
Sopian, S. Sos., M.I.K

ISBN : 978-623-99301-2-7 (PDF)

Editor:
Muhammad K. Sabda

Desain sampul:
Junaedi/pixabay.com

Penata letak:
Ahmad Sahlani

Penerbit:
Menara Hati Foundation

Redaksi:
Pratama Residence E/5
Jl. Kekupu – Rawa Bengkok, Bedahan
Sawangan, Depok 16519
Telp. 0251.8606097
Email: menarahati9@gmail.com

Edisi kedua, Januari 2022

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit
iv

PENGANTAR PENULIS

Keberadaan hubungan masyarakat (humas) atau public


relations (PR) dalam suatu perusahan atau organisasi
modern saat ini sangat dibutuhkan karena fungsinya
menunjang manajemen dalam mencapai tujuan-tujuan
organisasi. Sebagai bagian yang terintegrasi dengan fungsi
organisasi, baik organisasi bisnis maupun non bisnis
modern, kegiatan PR sangat beragam tetapi memiliki ciri-
ciri khusus. Effendy (2011 : 132) menyebutkan ciri-ciri
dari kegiatan PR meliputi: (1) komunikasi yang disam-
paikan berlangsung dua arah secara timbal-balik, (2) kegia-
tan yang dilakukan terdiri dari penyebaran informasi,
penggiatan persuasi, dan penggkajian pendapat umum, (3)
tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan organisasi tempat
PR menginduk, (4) sasaran yang dituju adalah khalayak di
dalam organisasi (publik internal) dan khalayak di luar
organisasi (publik eksternal), (5) efek yang diharapkan
adalah terbinanya hubungan yang harmonis antara orga-
nisasi (perusahaan, lembaga) dan khalayak. Mengacu pada
ciri-ciri tersebut, kegiatan PR merupakan kegiatan yang
menempuh proses komunikasi dua arah, baik dengan
stakeholders di internal organisasi, maupun dengan pihak
stakeholders di eksternal organisasi. Kegiatan komunikasi
ini bertujuan agar tercipta hubungan baik dengan semua
publik.
v

Pusat perencanaan kegiatan PR menurut Smith (2003 : 61)


berfokus pada publik kunci. Mereka adalah sasaran dari
proses komunikasi yang dilakukan PR. Mereka merupakan
pihak-pihak yang dapat mempengaruhi kelangsungan
hidup dan keberhasilan organisasi.

Publik kunci dari suatu organisasi bergantung kepada jenis


kegiatan usaha dan/atau pihak yang sangat menentukan
kegiatan usaha tersebut dapat dilakukan, serta sasaran dari
barang/jasa yang ditawarkan. Mereka adalah publik yang
menjadi sasaran dari perencanaan kegiatan komunikasi PR
suatu organisasi. Kegiatan atau proses komunikasinya
berlangsung secara lisan dan/atau melalui tulisan dengan
menggunakan media komunikasi tertentu. Sedangkan
publik dari suatu organisasi menurut Smith bisa meliputi
publik konsumen, publik produsen, publik enabler, dan
publik limiters.

Saluran komunikasi yang biasa digunakan organisasi kepa-


da sasaran publik tertentu yaitu melalui media yang diter-
bitkan sendiri oleh organisasi baik berkala maupun
nonberkala. Sedangkan saluran komunikasi yang ditujukan
untuk menjangkau sasaran publik yang jauh lebih luas
yaitu melalui media massa. Media massa adalah saluran
komunikasi yang penyebaran informasi secara massal dan
dapat diakses secara massal pula. Bentuk media massa ya-
itu media massa cetak (surat kabar, tabloid, majalah),
media massa elektronik (radio, televisi), dan media massa
online (situs berita).
vi

Selain dituntut menguasai pengelolaan media organisasi


dan memahami cara kerja redaksi media massa, praktisi
atau public relations offiecer (PRO) tentunya juga harus
memiliki keterampilan menulis beragam karya tulis PR
antara lain seperti yang akan di bahas satu per satu dalam
buku ini. Mengapa penyampaian informasi tertulis –beserta
media-nya – sangat penting bagi kegiatan PR? Jawaban
sederhananya; untuk mendukung dan mengoptiomalkan
peran komunikasi PR dalam menjangkau atau menjalin
komunikasi sekaligus membangun pengertian yang baik
dengan semua publiknya. Tujuannya untuk mencapai
kepentingan-kepentingan organisasi. Apabila diperinci,
maka penyampaian pesan melalui tulisan (media) memiliki
sejumlah kelebihan, seperti:
1) Penyampaian informasi melalui tulisan (mengguna
kan media)yang biasanya disertai grafik, tabel,
diagram, foto, atau gambar-gambar pendukung,
memungkinkan muatan pesannya lebih jelas, te-
rinci dan mendalamyang tidak mungkin dilakukan
secara lisan.
2) Informasi tertulis (menggunakan media) dapat
diterima oleh publik potensial yang tidak bisa di-
jangkau langsung secara tatap muka (face to face
communications) oleh pihak PR.
3) Informasi tertulis (menggunakan media, terutama
cetak) dapat dijadikan bahan penilaian publik
tertentu yang berkepentingan serta mendokumen-
tasikannya. Penulisan laporan tahunan, misalnya,
merupakan informasi atau laporan tahunan perusa
haan yang kehadirannya antara lain untuk dijadikan
vii

bahan penilaian pihak terkait, termasuk calon


investor.
4) Kegiatan komunikasi secara tertulis ini, terutama
yang menggunakan media periodik seperti news
letter, majalah, melalui media online, dan laporan
tahunan membuat kegiatan komunikasi menjadi
lebih teratur, terencana, dan berkesinambungan
sesuai target publik audiensnya, terutama publik
yang tidak dapat dijangkau secara langsung tadi.
Penjelasannya:
 Teratur, berarti ragam informasi yang disam-
paikan kepada publik secara periodik, yakni
mengacu pada waktu tertentu seperti bulanan,
mingguan, atau bahkan harian, bergantung me-
dianya. Jika sasarannya adalah publik internal,
maka media internal organisasi yang terbit nya
secara periodik adalah majalah, buletin, news-
letter, dan website organisasi. Apabila sasaran
audiensnya publik eksternal yang tersebar luas
di berbagai wilayah dan tempat, maka ada tiga
jenis media massa yang dapat dijadikan saluran
komunikasi PR: media cetak (koran, majalah),
media elektronik (radio, televisi), dan media
online. Berbeda dengan komunikasi langsung
atau tatap muka (face to face comunications)
yang mensyaratkan keha diran kedua pihak (PR
dan publiknya) berada pada waktu dan tempat
yang sama. Jumlah staf atau pejabat PR yang
sangat terbatas sedangkan jumlah publiknya
relatif tidak terbatas, tidak memungkinkan ke-
viii

giatan komunikasi tatap muka berlangsung me-


ngingat keberadaan pub liknya pun, terutama
publik eksternalnya, berada di berbagai tempat
atau wilayah yang berbeda-beda.
 Terencana berkenaan dengan keragaman isi pe-
san yang akan disampaikan melalui media ter-
sebut. Pada majalah atau newsletter, misal nya,
ada sejumlah rubrik yang sudah dipersiap kan
untuk memuat informasi tertentu dengan me-
ngemas tulisannya sedemikian rupa sesuai efek
yang diharapkan dari publik pembacanya. Pe-
nulis PR sudah dapat merencanakan tulisan-
tulisan tertentu untuk sasaran pembacanya itu.
Mengenai efek atau respon yang diharapkan
dari publik pembaca akan disampaikan pada
bagian ini.
 Berkesinambungan berarti cakupan informasi
yang dimuat media komunikasi ini diharapkan
berlanjut secara terus menerus sesuai rubrikasi
dan tujuan yang diharapkan. Informasi yang
disampaikan juga tidak hanya satu arah melain-
kan dapat dijadikan sarana komunikasi dua arah
dengan sasaran publiknya. Kebera-daan rubrik
surat pembaca, suara pembaca, dan sejenisnya
yang biasa dimuat majalah internal, misalnya,
dapat menjadi sarana bagi para karyawan dalam
menyampaikan sesuatu kepada pimpinan (orga-
nisasi/perusahaan/lembaga).
ix

Mengingat pentingnya pemahaman dan kemampuan


menulis beragam karya tulis PR bagi siapa pun yang
menekuni, bekerja, atau bercita-cita bekerja di dunia PR
khususnya dan dalam dunia penulisan pada umumnya,
buku ini hadir. Terimakasih penulis sampaikan kepada
Menara Hati yang telah menerbitkan buku ini. Buku ini
merupakan edisi kedua setelah sebelumnya diterbitkan
oleh PT. Grasindo (2016) dengan judul Public Relations
Writing: Konsep, Teori, Praktik.

Jakarta, Januari 2022


Penulis
x

DAFTAR ISI

PENGANTAR PENULIS - iv
DAFTAR ISI - x

BAB 1 : PENULISAN SIARAN PERS - 1


A. PENGERTIAN & PENULISAN SIARAN PERS – 1
B. JENIS-JENIS SIARAN PERS - 8
1. Rilis Pengumuman -9
2. Rilis Tindak Lanjut -11
C FORMAT SIARAN PERS -14
D SIARAN PERS BERBENTUK BERITA -21
E. FOTO/GAMBAR YANG DIPERLUKAN -30
F. DISTRIBUSI SIARAN PERS -31
1. Alternatif Distribusi Siaran Pers -32
2. Respon Positif yang Mungkin Muncul - 35

BAB 2 : PENULISAN BERITA -38


A. PENGERTIAN BERITA -39
B. KATEGORI BERITA - 42
C. KEGIATAN ATAU PENDAPAT YANG
BERNILAI BERITA-45
1. Sesuai Fakta -46
2. Masih Baru - 47
3. Penting bagi Publik -48
4. Tidak Biasa - 49
5. Kedekatan Jarak -50
6. Berdampak/ Akibat Tertentu -50
7. Konflik dan Peperangan -51
xi

8. Berkenaan dengan Kekerasan -51


9. Terkait dengan Seks -52
10. Pelakunya Orang Ternama -52
D. UNSUR KELENGKAPAN ISI BERITA -53
1. What (Apa) -54
2. Who (Siapa) -56
3. Where (di Mana) -56
4. When (Kapan) -58
5. Why (Mengapa) -59
6. How (Bagaimana) -59
E. STRUKTUR DAN PENULISAN BERITA -60
1. Judul - 61
2. Dateline - 62
3. Lead - 63
4. News Body - 64
F. BAHASA BERITA - 65

BAB 3: PENULISAN FEATURE -70


A. PENGERTIAN DAN RAGAM FEATURE - 71
B. CIRI-CIRI FEATURE - 74
C. TOPIK FEATURES - 75
1. Topik yang Tidak Biasa - 76
2. Topik yang Menggugah Emosi Pembaca - 76
3. Topik yang Mengandung Kepentingan bagi
Pembaca -77
D. PENULISAN FEATURES - 81
1. Pemilihan Topik -81
2. Tujuan Penulisan suatu Topik - 83
3. Menentukan Sasaran Pembaca yang Dituju - 83
4. Pengorganisasian dalam Penulisan - 84
xii

5. Menuliskannya dengan Baik - 86


6. Membaca Ulang untuk Memperbaiki
Kesalahan/Kekurangan -90
7. Membuat Judul yang Menarik dan Relevan
dengan Isi -91

BAB 4 : PENULISAN ARTIKEL - 94


A. PENGERTIAN ARTIKEL -97
B. JENIS-JENIS ARTIKEL DAN ANATOMI
PENULISANNYA -100
1. Artikel Praktis -100
2. Artikel Analitis -101
3. Artikel Umum -101
C. LANGKAH PENULISAN ARTIKEL -102
1. Memilih Topik -103
2. Mengetahui dan Memahami Pembaca -106
3. Mempelajari Teknis Penerbitan -106
4. Menulis dengan Outline -108
5. Membuka Tulisan dengan Gaya Menarik -110
6. Menyatakan Ide Pokok secara Eksplisit - 113
7. Memberi Ilustrasi yang Segar dan Menarik -114
8. Menggunakan Bahasa yang Hidup dan Segar -115
9. Menutup Tulisan dengan Paragraf yang Kuat -115
10. Menyunting Tulisan dengan Teliti - 116
11. Membuat Judul Artikel -117

BAB 5 : PENULISAN ADVERTORIAL -120


A. PENGERTIAN ADVERTORIAL DAN
TUJUANNYA -120
xiii

B. JENIS ADVERTORIAL &


PENGIDENTIFIKASIANNYA - 124
C. PENULISAN ADVERTORIAL -128
1. Penetapan Tujuan -130
2. Menentukan Karakteristik Calon Pembaca - 131
3. Pengorganisasian Gagasan -132
4. Penetapan Judul - 134
D. BENTUK LAIN ADVERTORIAL (IKLAN) -134
1. Testimonial -135
2. Dukungan Selebriti atau Tokoh Terkenal -136
3. Demonstrasi Produk -136
4. Drama atau Fragmen - 137
5. Tukilan Reflektif(renungan) -137
6. Simbol atau Perlambang -138

BAB 6 : PENULISAN UNTUK WEBSITE -139


A. FUNGSI INTERNET DAN WEBSITE
ORGANISASI -139
B. PENULISAN DI MEDIA ONLINE (WEBSITE) -142
C. PENULISAN DAN TAMPILAN WEBSITE -145
D. PENGGUNAAN BAHASA JURNALISTIK DAN
PRINSIP PELAPORANNYA -156

BAB 7 : PENULISAN UNTUK PROSPEKTUS - 162


A. PENGERTIAN PROSPEKTUS - 162
B. BENTUK-BENTUK SELEBARAN DAN
PENULISANNYA- 162
1. Brosur - 164
2. Flayer - 166
3. Liflet - 167
xiv

4. Pamflet -168
5. Folder -169
6. Buklet -169
7. Katalog -170
8. Poster -170
C. PENULISAN PROSPEKTUS SECARA UMUM-171
D. PENYAMPAIAN PESAN MELALUI
PROSPEKTUS & PLUS-MINUSNYA -176

BAB 8 : PENULISAN UNTUK NEWSLETTERS -177


A. PENGERTIAN -177
B. TUJUAN PENULISAN-PENERBITAN
NEWSLETTER -178
C. SASARAN, JENIS, DAN LINGKUP ISI
NEWSLETTERS -179
D. PELAPORAN - PENULISAN UNTUK
NEWSLETTER -183
E. KEBERHASILAN NEWSLETTER -186
F. BENTUK FISIK NEWSLETTER -190

BAB 9 : PENULISAN UNTUK MAJALAH -193


A. PENGERTIAN MAJALAH -193
B. PENYAJIAN DAN SASARAN PEMBACA -194
C. KATEGORISASI MAJALAH ORGANISASI -197
1. Employee Publications -198
2. Association Publications -199
3. Trade and Industry Publications -200
4. Corporate Publications for the Public -201
D. RUBRIKASI MAJALAH -201
xv

BAB 10 : PENULISAN UNTUK BUKU -204


A. PENULISAN BUKU PUBLIC RELATIONS -204
B. RAGAM/JENIS BUKU ORGANISASI -205
C. LANGKAH DALAM PRODUKSI BUKU 209
1. Menentukan Topik -211
2. Menetapkan Penulisnya: Tim atau Individu -212
3. Menginventarisir Siapa yang Dilibatkan -212
4. Mempetakan Sasaran Pembaca dan
Pendistribusiannya -213
5. Menghitung Perkirakan Anggaran yang
Dibutuhkan -213
6. Memastikan Persetujuan dan Jaminan dari
Pimpinan -215
D.TAHAPAN DALAM MENULIS BUKU-216
1. Penentuan Tema Utama -216
2. Menetapkan Sasaran Publik Pembaca -216
3. Menyusun Kerangka Tulisan - 217
4. Menerapkan Metode Penulisan yang Tepat -217

BAB 11 : PENULISAN UNTUK LAPORAN


TAHUNAN - 219
A. PENGERTIAN LAPORAN TAHUNAN - 219
B. BENTUK PENULISAN DAN CAKUPAN
INFORMASI -221
C. MEMPERKUAT SECARA VISUAL -252
D. TAHAPAN PEMBUATAN LAPORAN TAHUNAN
- 253
xvi

BAB 12 : PENULISAN UNTUK MENGADAKAN


KONFERENSI PERS -255.
A. PENGERTIAN KONFERENSI PERS -255
B. PERTIMBANGAN MENGADAKAN
KONFERENSI PERS -256
C. PERSIAPAN DAN KESIAPAN KONFERENSI
PERS-261
D. PERSIAPAN AKHIR DAN LEMBARAN TANYA-
JAWAB KONFERENSI PERS - 271

BAB 13 : PENULISAN UNTUK INFORMATION KITS


-275
A. PENGERTIAN INFORMATION KITS -275
B. RAGAM PENULISAN INFORMATION KITS -276
1. Siaran Pers -277
2. Lembar Fakta - 278
3. Pernyataan Berita - 284
4. Backgrounders -288
5. Biografi atau Profil Tokoh -290
6. Profil Organisasi (Perusahaan) -293
C. INFORMATION KITS ELEKTRONIK -294

BAB 14 : PENULISAN USULAN


PENYELENGGARAAN PROGRAM ACARA-296
A. ACARA ORGANISASI -296
B. KATEGORI ACARA -297
C. PENULISAN USULAN SUATU ACARA - 298
D. MEDIA KOMUNIKASI YANG DIGUNAKAN -307
xvii

BAB 15 : PENULISAN PIDATO -311


A. PENGERTIAN DAN TUJUAN PIDATO -312
B. BENTUK-BENTUK PIDATO -313
C. JENIS-JENIS PIDATO -315
1. Impromptu -315
2. Ekstempore -317
3. Memoriter -319
4. Manuskrip -320
D. TAHAP PERSIAPAN PENULISAN PIDATO -321
1. Pemilihan Gagasan atau Topik -321
2. Penetapan Tujuan -323
3. Pengembangan Bahasan -323
4. Perumusan Judul -325
E. STRUKTUR PENULISAN PIDATO -326
1. Pembukaan/Pendahuluan/Pengantar -326
2. Isi/Tubuh Pidato - 331
3. Penutup/Kesimpulan -334
F. PRINSIP-PRINSIP KOMPOSISI PIDATO -336
1. Kesatuan -337
2. Pertautan -337
3. Titik-Berat/Penekanan -338
G. URUTAN PENYUSUNAN PESAN -338
H. DIKSI DALAM PIDATO -339
I. MENULIS GARIS-GARIS BESAR PIDATO -340
J. MENULIS PIDATO UNTUK ORANG LAIN -342
1. Mempelajari Calon Pembaca Pidato -343
2. Mengetahui yang Perlu Dikatakan -343
3. Mengetahui Audiensnya -343
4. Membuat Sketsa Rencana -344
K. MENGHINDARI DEMAM PANGGUNG -346
xviii

BAB 16 : PENULISAN CURRICULUM VITAE -347


A. MAKNA PENULISAN CV -347
B. LINGKUP INFORMASI DALAM CV -348
C. MENULIS CURRICULUM VITAE -353

BAB 17 : MEMBALAS SURAT PEMBACA - 354


A. PENGERTIAN SURAT PEMBACA - 354
B. ALASAN MENULIS SURAT PEMBACA -354
C. MENYIKAPI SURAT PEMBACA -356
D. STRATEGI MERESPON SURAT PEMBACA -359
1. Menghubungi Pengirim Surat Pembaca -360
2. Membalas Surat Pembaca secara Langsung -362
E. MEMBALAS SURAT PEMBACA - 364
F. INISIATIF MENULIS SURAT PEMBACA - 375

DAFTAR PUSTAKA - 376


TENTANG PENULIS - 380
1

BAB 1
PENULISAN SIARAN PERS

Siaran pers (press release) merupakan salah satu karya tulis


khas PR. Siaran pers melekat dalam hubungan profe sional
dan sinergis antara PR suatu organisasi dengan war tawan
atau pihak media massa terutama surat kabar, majalah, dan
media online.

Mengingat PR dituntut untuk selalu menjalin hubungan


dan bekerja sama dengan wartawan atau pihak media ma
ssa, maka salah satu keterampilan yang harus dipenuhi
praktisi PR yaitu kemampuan menulis siaran pers yang
baik. Bab ini akan membahas seputar persoalan terkait
siaran pers, termasuk dalam penulisannya.

A. PENGERTIAN DAN PENULISAN SIARAN PERS


Keragaman pengertian siaran pers atau yang juga biasa
disebut sebagai press release:
 Menurut Thomas Bivins, siaran pers adalah infor
masi yang disiarkan untuk pers, biasanya media
massa cetak (dalam Sumirat dan Ardianto, 2012 :
54).
 Siaran pers (press release) adalah bentuk komuni
kasi yang diterima antara insitusi dan wartawan
(Darmastuti, 2012 : 212).
2

 Siaran pers biasa disebut juga siaran berita atau rilis


berita (news release). News release adalah format
komunikasi yang biasa digunakan oleh organisasi
untuk menyediakan informasi kepada media berita
(Smith, 2003 : 123).

Siaran pers yang baik menurut Smith, informasinya harus


mengandung nilai berita dan tulisannya pun harus berku
alitas. Penulisan siaran pers yang berkualitas tampak dari
penggunaan kalimat yang ringkas dan bahasanya seder
hana. Smith menyarankan agar siaran pers ditulis dengan
setiap kalimat yang menggunakan rata-rata 16 kata. Se
hingga ketika teks dipindahkan ke dalam kolom surat
kabar, akan menghasilkan sekitar tiga baris teks dalam
kolom tersebut. Agar tulisan memiliki daya tarik visual dan
mudah dibaca, paragraf juga harus pendek, umumnya
maksimal enam baris (Smith, 2003 : 123).

Penggunaan bahasa yang sederhana antara lain berkenaan


dengan penggunaan kata atau kalimat yang mudah dipaha
mi oleh publik pembaca. Tidak menggunakan kalimat yang
mengandung kata yang sulit dimengerti oleh pemba ca
secara umum.

Ciri lain dari siaran pers berkualitas yaitu disajikan secara


faktual atau berdasarkan fakta, bukan pendapat penulis.
Penulis menghindari penulisan yang bertujuan menyenang
kan pihak tertentu. Selain faktual juga harus tepat. Tepat
dalam menginformasikan sesuatu terutama hal-hal terkait
dengan suatu fakta. Misalnya tepat dalam menginforma-
3

sikan dan menulis nama seseorang, waktu dan tempat keja


dian, hingga ketepatan dalam penggunaan ejaan seperti
penggunaan kata, penulisan huruf, dan tanda baca nya.
Memeriksa ketepatan suatu tulisan harus dilakukan dengan
membaca ulang tulisan dengan penuh kecermatan.

Dalam praktiknya ada siaran pers yang ditulis mengacu


pada standar penulisan berita ada pula yang tidak. Penger
tian berita dan tulisan bernilai berita akan dibahas pada bab
selanjutnya. Penulisan siaran pers yang tidak mengi kuti
gaya penyajian berita, tampaknya dikarenakan pertim
bangan:

 Informasinya Tidak Cocok Ditulis Berbentuk Berita


Ada saja siaran pers tidak ditulis dengan bentuk penulisan
berita karena dianggap tidak sesuai dengan sifat infor
masinya. Salah satu contohnya siaran pers yang berisikan
informasi mengenai rangkaian rencana kegiatan (jadwal)
yang akan diadakan organisasi untuk dapat diliput oleh
media massa.

Siaran pers semacam ini biasanya tidak memiliki nilai


berita tetapi bisa mengandung potensi nilai berita saat even
diselenggarakan. Contoh: even peluncuran produk
kesehatan gigi, gusi dan mulut yang disertai pengobatan
gratis bagi masyarakat tidak mampu yang mengalami per
masalahan gigi, gusi dan/atau mulutnya. Even peluncuran
produk ini bernilai promosi. Nilai beritanya terdapat pada
pengobatan gratis bagi masyarakat tidak mampu. Lebih
kuat nilai beritanya jika, misalnya, penyelenggara juga
4

mengadakan operasi gratis bibir sumbing. Informasi yang


terkandung dalam siaran pers semacam ini dapat menjadi
agenda liputan wartawan.

Contoh lain dari siaran pers yang tidak ditulis dengan


mengacu pada bentuk penulisan berita, seperti siaran pers
yang dikeluarkan oleh Kementerian Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia. Siaran pers tersebut ber
sifat himbauan kepada pihak tertentu sehingga penulisan
nya tidak tepat jika ditulis sesuai format penulisan berita.
---------------------------------------------------------------------------
Siaran Pers Tentang Himbauan Bagi Pemegang Izin
Prinsip dan Pemegang Izin Penyelenggaraan Penyiaran
Lembaga Penyiaran Berlangganan untuk Mematuhi
Ketentuan Peraturan Perundang-undangan

Jakarta, 28 Januari 2016 – Sehubungan telah ditemukan


terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang penyiaran berupa:
a) Pelanggaran yang dilakukan oleh Pemegang Izin
Prinsip LPB yaitu melakukan pemungutan biaya
penyelenggaraan penyiaran selama masa izin prinsip,
tidak memiliki hak siar atas setiap program yang
disiarkan dan menyelenggarakan siaran iklan.
b) Pelanggaran yang dilakukan oleh Pemegang IPP LPB
yaitu bersiaran di luar wilayah layanan siaran yang
diberikan, tidak memiliki hak siar atas setiap program
yang disiarkan dan melakukan perluasan wilayah
layanan siaran tanpa persetujuan dari Menteri.
5

Untuk memberikan himbauan kepada Pemegang Izin


Prinsip LPB dan Pemegang IPP LPB yang telah melakukan
pelanggaran sebagaimana tersebut diatas maka Menteri Komu-
nikasi dan Informatika telah menerbitkan Surat Edaran Menteri
Nomor 1 Tahun 2016 tentang Himbauan Bagi Pemegang Izin
Prinsip dan Pemegang Izin Penyelenggaraan Penyiaran Lemba-
ga Penyiaran Berlangganan untuk Mematuhi Ketentuan Peratu-
ran Perundang-undangan.

Surat Edaran Menteri yang dimaksud mengatur hal-hal


sebagai berikut:
a. Pemegang Izin Prinsip LPB dilarang untuk:
(1) Memungut biaya yang berkenaan dengan penye-
lenggaraan penyiaran selama masa izin prinsip;
(2) Melakukan siaran tanpa memiliki hak siar atas
setiap program yang disalurkan; dan
(3) Menyelenggarakan siaran iklan komersial.
b. Pemegang IPP LPB dilarang untuk:
(1) Melakukan siaran di luar wilayah layanan siaran-
nya;
(2) Melakukan perluasan wilayah layanan siaran tan-
pa persetujuan Menteri; dan
(3) Melakukan siaran tanpa memiliki hak siar atas se-
tiap program yang disalurkan.
c. Pemegang Izin Prinsip LPB dan Pemegang IPP LPB
yang telah melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b, wajib untuk menghentikan
kegiatannya paling lambat 7 (tujuh) hari setelah Surat
Edaran ini diterbitkan.
d. Pemegang Izin Prinsip LPB dan Pemegang IPP LPB
yang tidak menghentikan kegiatannya sebagaimana
dimaksud pada huruf c akan dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
6

Pertanyaan teknis seputar Surat Edaran Menteri ini dapat


disampaikan melalui
email:sept006@kominfo.go.id, asri002@kominfo.go.id dan dw
iw003@kominfo.go.id.

(Sumber: http://kominfo.go.id – diakses 19 Februari 2016)


----------------------------------------------------------------------

Siaran pers yang ditulis mengikuti gaya berita namun


isinya bersifat promosi tidak lagi disebut sebagai berita
melainkan termasuk advertorial. Tulisan ini dapat dimuat
di koran atau majalah tetapi harus membayarnya. Apabila
tulisan tersebut di muat pada media internal yang diterbi
tkan organisasi dan pihak PR sebagai pengelola media
tersebut tentu memiliki keleluasaan untuk memuatnya, ter
masuk memuat beragam informasi promotif lain dengan
bentuk penulisan yang dikehendaki.

 Harus Mengacu pada Keterampilan Khusus


Penulisan siaran pers bergaya berita harus dilandasi teori
atau pengetahuan, dan keterampilan khusus mengenai stan
dar penulisan berita dan pemahaman bahasa jurnalistik.
Singkatnya menulis dengan mengacu pada bentuk penu
lisan berita tidak lebih mudah dari pada tulisan yang
disajikan secara poin demi poin, misalnya, seperti yang
masih ditemui dalam penulisan siaran pers.

Barangkali karena kurangnya pengetahuan/keterampilan


menulis berita yang sesuai standar baku, atau mungkin
karena penulisan siaran pers yang isinya mencantumkan
7

poin demi poin tadi dianggap jauh lebih mudah dan cepat,
sehingga siaran pers (meskipun bernilai berita) ditulis
dengan gaya penulisan nonberita seperti contoh di bawah
ini.

(sumber: http://www.antaranews.com/berita/360492/bmkg-jelaskan-soal-isu-
gempa-besar-di-lombok - diakses 19 Februari 2016)

Dalam praktiknya, siaran pers yang diberikan organisasi


kepada pihak media massatidak selalu lolos “seleksi”atau
memenuhi “selera” editor. Bahkan banyak yang gagal se-
hingga informasi yang disajikan dalam siaran pers terse but
tidak dipublikasikan melalui media massa tersebut.
8

Banyak siaran pers yang kemudian hanya dimuat pada


media berkala organisasi seperti newsletter, majalah, dan/
atau situs organisasi. Sebagian siaran pers disampaikan
melalui mading organisasi, misalnya, karena informasinya
terkait publik internal. Karena media tersebut dikelola
sendiri oleh PR, maka bentuk penulisannya pun leluasa
sesuai tujuan atau keperluan dan tidak memaksakan diri
harus selalu berbentuk penulisan berita. Apalagi jika infor
masinya bersifat pengumuman dan sejenisnya.

Pertimbangan dalam menentukan penulisan siaran pers ini,


tampaknya bergantung pada tujuan yang hendak di sampai
kan sesuai dengan pesan-pesannya. Seperti ditegaskan
Ronald D. Smith (2003 : 122), organisasi mem buat siaran
pers bertujuan untuk: membuat pengumuman, mendorong
dukungan, menanggapi kritik, mengundang partisipasi, dan
melaporkan kemajuan/keberhasilan dari suatu organisasi.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpul kan, siaran pers
ditulis sesuai dengan konteks atau sifat pesannya.

B. JENIS-JENIS SIARAN PERS


Jenis-jenis siaran pers yang disampaikan pada bagian ini
akan semakin memperjelas bentuk dari penulisan siaran
pers yang berbeda. Apakah dapat disajikan dalam bentuk
penulisan berita atau nonberita.

Para penulis beragam dalam menyebutkan jenis-jenis


siaran pers atau rilis berita (news release). Smith, misal
nya, yang lebih memilih menyebutrilis berita dari pada
9

siaran pers, membaginya kedalam dua kategori siaran pers


: rilis pemberitahuan atau pengumuman (announcement re-
lease) dan rilis tindak lanjut (follow-up releases).Uraian
mengenai pembagian dari kedua kategori siaran pers yang
dikemukakan Smith (2003 : 152-156) dapat disimpulkan:

1. Rilis Pengumuman (Announcement Release)


Rilis pemberitahuan merupakansiaran pers yang berisikan
informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan oleh pihak
organisasi atau perusahaan. Subkategori dari rilis pengu
muman yaitu:

Event releases. Evenreleases (rilis acara/kegiatan) sering


memiliki nilai berita yang jelas, karena mereka menya
jikan informasi tentang sesuatu yang menarik yang akan
terjadi segera. Editor berita menghargai informasi seperti
ini, terutama ketika berkenaan dengan perkiraan hadirnya
jumlah penonton atau audiens yang besar.

Personnel releases. Personnel releases (rilis personil)


merupakan siaran pers yang berfokus pada promosi perso
nil tetapi sering dinilai tidak layak diberitakan, terutama
ketika melibatkan posisi di tingkat managemen.

Program releases. Program releases (rilis program) meru


pakan siaran pers yang berisikan informasi dari orga nisasi,
terutama organisasi nirlaba, dalam mengumumkan
/menawarkan layanan baru bagi kepentingan umum.
10

Progress releases. Progress releases (rilis progres) berfo


kus pada perkembangan atau kemajuan dalam suatu orga
nisasi. Sering kali siaran pers ini dilaporkan secara berke
lanjutan terutama mengenai kemajuan organisasi yang
berkaitan dengan kepentingan lokal.

Product releases. Product releases (rilis produk) berisi kan


informasi mengenai produk baru atau tentang produk atau
faasilitas yang sudah. Jenis rilis dapat disesuaikan dengan
media tertentu dengan berfokus pada fitur produk atau
aplikasi menarik khusus untuk para pembaca media.

Bad-news releases. Bad-news releases (rilis berita buruk)


berisikan informasi mengenai hal-hal buruk atau tidak baik
bagi organisasi dan publik terkait seperti pengambil alihan
perusahaan, banyaknya karyawan yang terkena pemutusan
hubungan kerja, dan sebagainya. Siaran pers ini apabila
dikemas sedemikian rupa didukung dengan data yang tepat
dan memadai dapat diarahkan pada upaya untuk memba-
ngun opini publik yang sesuai harapan orga nisasi.

Crisis release. Crisis releases (rilis krisis) merupakan sia


ran pers yang memuat informasi terkait dengan pena
nganan krisis tertentu yang dialami suatu organisasi. Pena
nganan krisis diarahkan untuk penyelesaian terbaik setepat
dan secepat mungkin. Tujuannya untuk menginformasikan
kemampuan organisasi dalam menyelesaikan persoalan
internal sekaligus memulihkan kepercayaaan publik.
11

2. Rilis Tindak Lanjut (Follow-up Releases)


Rilis tindak lanjut merupakan siaran pers yang bersifat
menindaklanjuti respon dari suatu acara, ide atau laporan
atau rilis sebelumnya. Beberapa jenis rilis tindak lanjut:

New-information releases. New-information releases (ri-


lis informasi baru) memuat informasi terbaru terkait sesu-
atu atau kegiatan yang dilaporkan sebelumnya. Penulisan
nya dapat mengulang beberapa informasi dari rilis sebe-
lumnya, karena kemungkinan tidak semua public pembaca
mendapatkan informasi/rilis sebelumnya.

Comment releases. Comment releases (rilis komentar) me-


rupakan rilis yang memuat komentar seperti menanggapi
sebuah laporan kegiatan atau berita tertentu dan organisasi
terlibat di dalamnya.

Position releases. Position releases ditulis untuk menyam


paikan pendapat resmi terhadap suatu masalah. Misalnya,
calon politik dapat didekati oleh media pada isu publik
yang kontroversial dan berkaitan dengan calon atau konsti
tuennya.

Public-interest tie-in releases. Public-interest tie-in rele


ases merupakan siaran pers yang berkaitan dengan keterta
rikan atau kepentingan umum. Isinya tidak secara lang
sung melibatkan mereka tetapi mempengaruhi pekerjaan
mereka.
12

Speech releases. Speech releases (rilis pidato) berisikan


pidato dari seorang pejabat organisasi. Isi pidato mengenai
topik penting tertentu yang perlu disampaikan dan
diketahui publik sekaligus menari bagi media.

Berbeda dengan Smith, Bivins (dalam Sumirat dan Ardi


anto, 2012 : 54) membagi kategori siaran pers berdasakan
perbedaan penekanan informasi dalam siaran pers, yaitu:
 Basic press release, meliputi beragam informasi
dari orga nisasi/perusahaan, yang bernilai berita
untuk media lokal, regional ataupun nasional.
 Product realases berisi transaksi mengenai target
suatu produk khusus atau produk reguler lain un tuk
suatu publikasi perdagangan di dalam suatu in-
dustri.
 Financial releases digunakan terutama dalam upa-
ya membina hubungan dengan pemegang saham.

Dari uraian Bivins dan Smith di atas dapat disimpulkan,


bahwa siaran pers disusun mengacu pada sistematika penu
lisan berita dan nonberita berdasarkan sifat informasi. Da-
lam siaran pers dasar (basic press release), misalnya, kare-
na penegasannya bernilai berita, maka penulisannya pun
hendaknya mengacu pada standar penulisan berita.

Berbeda dengan siaran pers yang isinya mengenai produk


(product release) dan siaran pers yang berisikan laporan
/persoalan keuangan perusahaan (financial release) yang
sasaran penulisannya sangat khusus. Kedua siaran pers
tersebut tidak disebut Bivins memiliki nilai berita sehing
13

ga tidak perlu dan tidak cocok seandainya ditulis dengan


mengacu pada standar penulisan berita meskipun penyam
paiannya melalui media massa terutama surat kabar dan
majalah. Mengingat muatan isinya yang cenderung non-
berita, product release dan financial release dianggap
sebagai tulisan yang pemuatannya (di media massa) berba-
yar seperti advertorial atau iklan.

Terlepas dari adanya perbedaan bentuk penulisan siaran


pers sebagaimana tampak dari berbagai jenis siaran pers
nya seperti disebutkan di atas, namun kemampuan menu lis
siaran pers berbentuk berita tetap penting dikuasai oleh
praktisi PR sesuai dengan tujuan awal siaran pers itu
sendiri.

Menulis siaran pers berbentuk berita merupakan dasar bagi


penulisan di newsletter dan koran internal. Kemam puan
menulis melalui pendekatan berita menjadi keteram pilan
dasar dalam menulis karya tulis lain terutama features
sekaligus dapat menunjang keberhasilan profesi seorang
praktisi PR. Apalagi jika siaran pers tersebut bernilai berita
dan ditulis sesuai standar penulisan berita, maka
berpotensiuntuk dapat dipublikasikan di media massa
koran, situs-situs berita, bahkan mungkin majalah, tanpa
perlu membayarnya. Berbeda dengan siaran pers yang
isinya sarat promosi, meskipun ditulis dengan standar
bentuk penulisan berita, pihak PR atau organisasi harus
mengeluarkan biaya pemuatannya karena siaran pers
tersebut dianggap advertorial atau iklan.
14

Apabila pemuatan siaran pers yang dikirimkan mengharap


dapat dipublikasikan oleh suatu media secara cuma-cuma
(tanpa berbayar), maka siaran pers diupayakan memenuhi
kualifikasi isi dan penyajiannya. Isinya bernilai berita dan
penyajiannya berbentuk penulisan berita.

Berbeda jika siaran pers hendak dimuat di media internal


organisasi dan bagian PR sebagai pengelolanya, maka isi
dan penyajian siaran pers tidak harus bernilai berita
dan/atau tidak pula harus ditulis sesuai penulisan berita.
Selama isinya relevan dengan tujuan organisasi dan sesuai
dengan konteks waktu atau situasinya, maka tulisan
tersebut potensial dimuat media tersebut. Pihak PR sebagai
pengelola media pada dasarnya dapat menyam paikan
informasi apapun dan dengan bentuk penulisan yang
dikehendaki selama pesannya sesuai dengan kepen tingan
organisasi.

C. FORMAT SIARAN PERS


Siaran pers merupakan jenis tulisan resmi yang hendak nya
ditampilkan secara formal dengan mengikuti format fisik
yang juga formal. Format fisik maksudnya format yang
dapat dilihat langsung dari tampilan fisiknya. For mat fisik
siaran pers dapat dilihat dari standar kertas yang
digunakan, jenis huruf dan ukurannya, margin pada sisi kiri
dan kanan tulisan, tab atau ketukan yang mengawali
kalimat di setiap paragraf, serta tidak ada tanda coretan dan
penghapusan kata-kata.
15

Prinsip format fisik penulisan siaran pers yang dikemuka


kan para penulis pada dasarnya memiliki persamaan se
hingga pendapat antara yang satu dengan yang lain dapat
saling melengkapi. Iriantara dan Surachman (2006 : 224-
225) menyebutkan format siaran pers sebagai berikut:
 Tidak menggunakan kertas secara bolak-balik. Ru
ang untuk tulisan berukuran 8,5 x 11 inci.
 Batas kiri-kanan dan atas-bawah sekurang-kurang
nya 1 inci.
 Naskah diketika 2 spasi terkadang 1,5 spasi.
 Mencantumkan tanggal penyiaran berita atau tuli
san “Untuk Segera Disiarkan”.
 Mencantumkan informasi orang yang dapat dihu
bungi pada bagian awal atau akhir siaran pers.
 Jika siaran pers lebih dari satu halaman maka seba
iknya dicantumkan nomor halaman atau sebutkan
halaman ke sekian dari sekian halaman.
 Cantumkan keterangan tentang organisasi atau
perusahaan pada penghujung siaran pers.
 Akhiri siaran pers dengan tanda seperti ###, (*)
atau (+).

Berdasarkan suatu konvensi para praktisi PR, Bivins (da-


lam Sumiratdan Ardianto, 2012 : 60) mengemukakan for-
mat siaran pers yang mencakup format fisik dan isi
tulisannya sekaligus:
 Siaran pers harus ditulis secara jelas dengan
menggunakan kertas surat tanpa hiasan di pinggir
kertasnya.
16

 Alamat pengirim ditulis di sudut kiri atas halaman


pertama yang ditandai dengan blok, nama kontak
person (biasanya penulis siaran persnya), nomor
telepon, dan nomor telepon hotline yang bisa dihu-
bungi kapan saja.
 Tanggal release di margin kanan, sedikit lebih ke
bawah dibandingkan margin alamat yang diblok.
 Judul tulisan dalam satu spasi dan digarisbawahi
sedangkan tubuh dan uraian siaran pers ditulis dua
spasi.
 Apabila siaran pers lebih dari satu halaman, di
bawah halamannya ditulis “more” yang berarti ada
halaman selanjutnya. “More” ditulis di dalam tan
da kurung atau diberi tanda garis pisah.
 Halaman-halaman selanjutnya ditandai dengan
slug-line (kode) diikuti beberapa garis pemisah.
Nomor halaman pada kiri atas.
 Akhir dari suatu tulisan press release ditandai de-
ngan beberapa cara, misalnya membubuhkan tan da
kata “end” (tamat) atau angka “-30-“ atau simbol
####.

Format penulisan siaran pers, terutama dari aspek kompo


nen penulisannya cenderung beragam. Terlepas dari ada
nya keragaman dari aspek komponen penulisan siaran pers
yang diterbitkan organisasi atau perusahaan modern, secara
umum terdapat hal-hal yang secara prinsip bertu juan sama.
Terutama agar informasi yang terkandung di dalamnya
dapat diketahui publik, termasuk pihak yang bertanggung
jawab atas informasi tersebut (mengeluarkan siaran pers).
17

Dalam praktiknya, penulisan siaran press sangat fleksibel


merujuk pada pengetahuan dan keterampilan para penulis-
nya. Contoh siaran pers tertera di bawah ini.
18
19
20
21

D. SIARAN PERS BERBENTUK BERITA


Siaran pers umumnya berbentuk berita langsung tapi terka-
dang dibuat dalam bentuk liputan mendalam. Apabila
siaran pers ditulis mengikuti gaya penulisan berita sebagai
mana biasa dilakukan wartawan, maka penulisnya harus
mempunyai pengetahuan mengenai bahasa jurna listik
dalam penulisan berita. Tidak hanya berita, dalam penu-
lisan features, artikel hingga advertorial yang sasaran pub-
liknya cenderung heterogen, hendaknya juga mengacu pa-
da bahasa jurnalistik.

Siaran pers memiliki struktur penulisan yang menurut seba


gian penulis sama dengan penulisan berita yaitu mengacu
pada struktur piramida terbalik. Di atasnya disertai lead
atau teras tulisan dan di bagian paling atas judul.
JUDUL
Date line
Lead (teras berita)

Terpenting

Penting
News body
(tubuh berita) Kurang
penting

Gambar: Struktur penulisan berita


22

Penulisannya disesuaikan dengan gaya bahasa jurnalistik


dan harus memenuhi berbagai ketentuan penulisan berita
termasuk pemenuhan unsur-unsur kelengkapan informasi-
nya yang biasa dikenal dengan 5 W 1 H (what, who, where,
when, why, how). Semuanya akan dibahas pada bab
berikutnya mengenai penulisan berita.

Bedanya, dalam format siaran pers ada berbagai kekhasan


seperti harus ditulis di atas kertas berkop surat sesuai
organisasinya, ada penjelasan untuk segera diterbitkan,
nama dan nomor kontak penulis atau orang yang dapat
dihubungi oleh pihak media/wartawan, serta berbagai ciri
lain seperti telah diuraikan di atas.

Praktisi PR yang menulis siaran pers (bergaya berita) yang


ditujukan kepada media massa harus memposisikan dirinya
pada dua sisi sekaligus. Kedua sisi yang dimaksud:
1) Sisi organisasi tempat PR bernaung.
PR merupakan perwakilan perusahaan sehingga di
balik berita yang terkandung di dalam siaran pers-
nya terdapat informasi atau pesan yang diharapkan
menimbulkan persepsi positif terhadap organisasi
dan/atau produknya.
2) Sisi profesionalisme media massa.
PR merupakan mitra kerja dari media massa. PR
diharapkan memahami tuntutan profesionalisme
redaksi media massa dalam penulisan berita. Wart-
awan media massa cetak, misalnya, sangat serius
dalam membuat judul berita dan teras berita (lead)
yang baik sekaligus menarik sehingga pihak PR
23

pun harus berupaya mengikutinya. Begitu pula da-


lam pengiriman atau distribusi siaran pers tersebut
harus memperhatikan batas waktu (deadline) yang
berlaku pada suatu media.

Alton Miller (dalam Iriantara dan Surachman, 2006 : 220)


menyarankan untuk menggunakan lembar perencanaan
yang berguna bagi staf PR sebelum menulis siaran pers.
Dalam lembar perencanaan tersebut terdapat sejumlah ta-
hapan yang apabila disimpulkan dan diberikan tambahan
penjelasan, maka tahapan atau komponennya menjadi:

1) Tujuan atau dampak yang hendak dicapai dari penu


lisan siaran pers mengacu pada muatan informasi
dan sasaran publik pembacanya. Secara umum tuju
annya memberikan informasi sekaligus memba-
ngun opini publik yang positif terhadap organisasi
atau produk/jasa perusahaan. Namun tujuan khu
susnya dapat berupa antara lain: membangun kredi
bilitas, meningkatkan atau memelihara kesadaran
publik, mengarahkan pada pemilihan produk/jasa
yang ditawarkan perusahaan, memperluas pangsa
pasar, meningkatkan harga saham, dan tujuan-
tujuan khusus lain sesuai muatan siaram persnya.

2) Menggunakan panduan 5W+1H sebagai perangkat


untuk memperoleh informasi dasar dalam menyu-
sun tulisan. Kelengkapan unsur ini melekat dalam
penulisan berita langsung yang biasa ditulis warta-
wan dengan menggunakan bahasa jurnalistik.
24

3) Ide pokok merupakan berbagai gagasan yang di-


kembangkan dari informasi yang sudah diperoleh
dan memilih beberapa diantaranya yang dianggap
paling baik. Unsur paling penting ditempatkan dia-
wal bagian tulisan, dilanjutkan pada bagian isi
tulisan lain yang penting, hingga kurang penting.
Urutan penulisan ini merupakan struktur dalam
penulisan berita/siaran pers yang baik.

4) Mengangkat sudut pandang (angle) tertentu yang


dianggap penting sekaligus dapat menarik minat
baca sasaran publiknya. Penulisan siaran pers yang
mendalam, sebagaimana penulisan berita menda-
lam, dilakukan dengan mengangkat/membahas isi
berita/siaran persnya dari sudut pandang tertentu
berdasarkan salah satu atau beberapa dari unsur 5W
+ 1H tadi sesuai tujuan penulisannya.
Dalam PR Leap (dalam Iriantara dan Surachman,
2006 : 221) angle pemberitaan yang umum meli-
puti: human interest, perkembangan baru, sudut
pandang lokal, konllik, drama, kemajuan atau
bencana, konsekuensi, orang terkenal, aktualitas
dan kedekatan, seks dan romansa, serta kebaruan.

5) Menyusun kerangka paragraf dari mulai bagian


awal atau teras berita/tulisan (lead) tulisan hingga
paragraf demi paragraf selanjutnya sehingga men-
jadi bentuk tulisan yang baik. Setiap paragraf
disusun sedemikian rupa yang didalamnya meru-
pakan satu kesatuan topik yang saling terkait. Sebe-
25

lum paragraf di awal isi tulisan, biasanya tulisan


dilengkapi dengan lead. Dalam berita, lead meru-
pakan inti atau ringkasan berita yang disusun seme-
narik mungkin dengan memperhatikan keleng-
kapan dari unsut 5 W+1H. Lead berita biasa nya
ditulis dalam satu paragraf. Penjelasan atau penda-
lam berita diuraikan pada bagian tubuh berita (news
body).

6) Visual diperlukan untuk menunjang atau mendu


kung informasi yang disampaikan secara tertulis.
Visual dapat berupa tabel, grafik, foto, atau gambar
lainnya yang dilengkapi dengan penjelasan.

7) Mewujudkannya dalam bentuk tulisan (siaran pers/


berita). Salah satu hal yang sangat penting dari tuli
san ini adalah penentuan judulnya. Berawal dari
judul itulah redaksi media massa dan pembaca akan
menilai daya tarik tulisan. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penulisan judul: sebaiknya satu
baris dan ditempatkan ditengah, menarik dan ring
kas tapi mencerminkan isi tulisan, menggunakan
huruf yang lebih besar dari pada isi tulisan tetapi
jenis hurufnya sama, judul ditebalkan (bold), biasa
nya huruf judul tidak lebih kecil dari 12 pt atau
gunakan 14-16 pt.

Bagi para penulis siaran pers/berita yang sudah terlatih,


tahapan atau komponen-komponen di atas dengan sendiri
nya melekat dalam pemikiran mereka dan ketika proses
26

penulisan berlangsung. Namun bagi penulis pemula, taha


pan atau komponen tadi sangat berguna untuk membantu
atau mempersiapkan bahan dan penulisan siaran pers/
berita.

Berdasarkan lingkup isi, siaran pers biasanya memuat in-


formasi terkait dengan produk, baik berupa barang maupun
jasa dan pelayanan terbaru yang diberikan perusahaan,
menyangkut perbaikan kinerja manajemen organisasi,
pencapaian atau penghargaan yang diraih peru sahaan atau
pegawainya, menyikapi krisis yang menimpa organisasi
atau produk/jasa, bentuk kepedulian organisasi kepada
pegawai atau publik, dan hasil penelitian yang mendukung
kegiatan perusahaan.

Pada bagian selanjutnya akan diuraikan secara khusus


mengenai penulisan berita. Dengan demikian tulisan ter-
sebut dapat melengkapi penjelasan mengenai penulisan
siaran pers berbentuk berita.

Meskipun sejumlah penulis menyebut siaran pers (press


release) sama dengan rilis berita (news release) dan begitu
pula dalam penulisannya, tetapi Smith menggambarkan
struktur dan elemen penulisan rilis berita seperti tampak
dari gambar di bawah:
27

Gambar: Elements of a News Release - The relationship


between the various elements of a news brief and a news
release (Smith, 2003 : 135)

Berdasarkan gambar ini dapat dijelaskan:


 Summary news lead.
Summary news lead, cukup disebut sebagai lead
atau teras tulisan merupakan paragraf pertama dari
suatu rilis berita. Dalam struktur piramida penuli
san berita, lead berada di antara judul (title) dan
tubuh berita (news body).
Lead merupakan inti berita atau ringkasan dari
berita. Melalui lead, wartawan atau editor media
massa tidak harus membaca isi siaran pers secara
keseluruhan yang mungkin akan mengganggu
kesibukannya.
28

Lead menjadi semacam pintu gerbang untuk mema-


suki seluruh isi berita. Di dalam lead harus me-
ngandung kelengkapan unsur 5W+1H. Lead yang
baik dan memiliki daya tarik berita sangat penting
untuk mempengaruhi editor media massa agar rlilis
tersebut dapat dimuat melalui medianya.

 Benefit statement.
“A benefit statement is the biggest difference bet-
ween how a public relations writer prepares a
news release and how a journalist writes a news
story with the same information,” tulis Smith (20
03 : 142).
Pernyataan manfaat (benefit statement) merupakan
pernyataan yang menunjukkan manfaat yang dita
warkan organisasi kepada publik mengenai informa
si utama yang dilaporkan dalam rilis berita. Salah
satu cara untuk menyoroti pernyataan manfaat
adalah dengan mengembangkan kutipan atau narasi
yang menjelaskan keuntungan yang dimaksud kepa
da publik Anda.

 Info/action statement.
Merupakan pernyataan tindakan/informasi (info
/action statement) mengenai cara memobilisasi
pembaca. informasi ini berguna dalam menyam
paikan instruksi atau cara untuk memperoleh infor
masi lebih lanjut. Seringkali, penulis mendorong
tindakan tertentu dari sasaran publik pembaca.
Salah satu fokus yang efektif untuk info/action
29

statement adalah mengarahkan pembaca untuk


mengakses website organisasi.

 Secondary details.
Detail sekunder berisikan perincian atau pendala
man informasi dari lead. Di dalam struktur penuli
san berita, secondari details disebut sebagai tubuh
berita (news body) yang komposisi penuli sannya
mengacu pada pola seperti piramida terbalik.
Bagian atas berisikan informasi atau fakta paling
penting dengan porsi lebih besar, bagian di bawah
nya berisikan fakta penunjang yang penting, dan
bagian paling akhir dari tulisan merupakan infor
masi kurang penting.

 Background information.
Informasi latar belakang merupakan informasi yang
disediakan sesuai konteks yang dilaporkan dalam
rilis berita. Informasi ini melatarbelakangi disam
paikannya laporan tersebut, baik berupa informasi
yang terkait dengan organisasi, produk, jasa, prog-
ram, ide. Informasi latar belakang diharapkan dapat
memberikan tambahan pemahaman mengenai alas-
an atau pentingnya menyampaikan laporan tersebut
dalam rilis berita.

 Organizational identification.
Identifikasi organisasi menjelaskan mengenai jenis
organisasi atau kegiatan organisasi yang ditulis
secara ringkas. Identifikasi organisasi bertujuan
30

atau berguna untuk memberitahukan identifikasi


organisasi kepada pihak media.

 News briefs.
Ringkasan berita (news brief) terdiri dari summary
news lead (lead), benefit statement, dan info/action
statement. Ringkasan berita merupakan bagian pa-
ling penting dari setiap rilis berita. Di dalam ring-
kasan berita editor surat kabar dapat dengan segera
mengetahui informasi yang disampaikan dalam rilis
berita tersebut.

Terlepas sama atau tidaknya antara penulisan rilis berita


dengan siaran pers, namun apabila penulisannya untuk
disampaikan ke pihak media massa atau sebagai bahan
berita bagi pihak media massa, maka keduanya memiliki
tujuan yang sama. Tujuan tersebut untuk mendapat peneri-
maan dari pihak editor atau media massa, khususnya media
massa cetak, agar karya tulis PR tersebut dapat dipubli-
kasikan melalui media massa yang mereka kelola.

E. FOTO ATAU GAMBAR YANG DIPERLUKAN


Siaran pers yang dikirim ke redaksi media massa seperti
majalah atau koran hendaknya disertai foto atau gambar
yang relevan untuk memperkuat pesan-pesan tertulis dalam
siaran pers. Foto atau gambar dilengkapi keterangan yang
menjelaskan visual tersebut.

Foster (2008 : 125) menjelaskan, keterangan foto (caption)


harus singkat, tidak melebihi 15 sampai 20 kata, dan dike-
31

tik dua spasi. Keterangan berisi penjelasan yang terkan


dung pada foto dan diberi judul. Caption dilengkapi nama
organisasi atau perusahaan yang menerbitkan foto tersebut
disertai tanggal pengiriman, nama orang dan nomor tele-
pon/email/ fax yang dapat dihubungi, serta dilengkapi
alamat lengkap sesuai tempat pelayanan yang dapat dihu
bungi/ditentukan.

Jika foto menunjukkan sekelompok orang, maka nama


beserta jabatannya disebutkan secara berurutan sesuai
hirarki dari yang paling tinggi atau paling penting. Tidak
kalah pentingnya, foto yang dikirim harus aman dari
permasalahan hak cipta. Pemilik hak cipta adalah PR atau
organisasi/perusahaan.

Selain foto, gambar lain yang diperlukan mungkin berupa


ilustrasi, tabel, grafik, atau visual apa pun yang dianggap
perlu. Penjelasan diperlukan untuk memberikan pemaham
an terhadap gambar tersebut.

F. DISTRIBUSI SIARAN PERS


Pengiriman siaran pers hendaknya ditujukan ke wartawan
atau redaktur yang tepat. Apabila pihak PR sebelumnya
belum pernah berhubungan dengan pihak redaksi media
tertentu, maka dia bisa mendapatkan nama orangnya dari
pihak redaksi yang dituju melalui susunan redaksi yang
tertera di surat kabar atau majalah, melalui suatu direktori,
atau mungkin di situs resmi medianya. Kepada orang itulah
siaran pers yang dikirim ditujukan.
32

Lebih baik pihak PR melakukan kunjungan langsung se-


cara resmi ke kantor redaksi media. Tahapannya diawali
dengan menghubungi pihak redaksi melalui telepon untuk
membuat janji pertemuan. Setiba di kantor redaksi, pihak
PR memperkenalkan diri yang disertai penjelasan menge
nai tujuan kedatangannya: menjalin hubungan profesional
antara dua pihak tersebut, termasuk menyerahkan siaran
pers yang sudah dipersiapkan.

Sebaiknya tidak mengirim siaran pers ke banyak orang di


suatu redaksi. Cukup satu atau dua orang yang menerima
nya tetapi layak atau berkewenangan untuk memprosesnya.
Pastikan mereka mengetahui nama penulis atau pengirim
siaran persnya beserta nomor telepon dan email yang dapat
dihubungi.

1. Alternatif Distribusi Siaran Pers


Distribusi siaran pers dilakukan dengan beragam cara,
diantaranya melalui surat elektronik (email), faksimile,
atau mungkin penyerahan secara langsung (personal deli-
very). Ketiga cara ini termasuk paling umum yang dila-
kukan pihak PR dalam mendistribusikan siaran pers yang
ditulisnya.

 Penyerahan secara pribadi (personal delivery).


Siaran pers yang dikirm secara langsung dapat dila-
kukan oleh seorang staf PR ke redaksi media yang
dituju. Penyerahan berkas siaran pers secara lang-
sung lebih efektif dilakukan ketika wartawan ber-
33

kunjung, misalnya untuk meliput acara yang diada-


kan organisasi tempat PR bekerja.

Kelebihan distribusi siaran pers ini membuat war-


tawan segera mengetahuinya sehingga ia dapat
segera memprosesnya atau mungkin tidak mempro-
sesnya sama sekali apabila ternyata siaran pers
tersebut tanpa nilai berita sama sekali. Sedangkan
kelemahannya pihak PR harus menemui atau ber-
temu langsung dengan wartawan atau pihak redaksi
yang dituju.

Perlu waktu yang relatif lebih lama seandainya sia


ran pers dikirim secara pribadi di kantor wartawan
nya. Sedangkan apabila siaran pers diserahkan
langsung ke wartawan yang tengah meliput dan be
rada di tempat keberadaan PR, misalnya, tentunya
hanya bisa ditempuh pada saat-saat khusus seperti
itu.

 Pengiriman melalui faksimil.


Distribusi siaran pers melalui mesin faks lebih tepat
jika informasi yang disampaikan pendek dan cukup
satu halaman saja. Apabila yang dikirim berlembar-
lembar tentunya tidak efisien dan kurang efektif.

Kelebihannya, tanpa harus bertemu secara lang-


sung dengan pihak redaksi di media, siaran pers
bisa segera sampai ke kantor redaksi dan diketahui
mereka karena disertai bunyi tertentu dari mesin
34

faksnya. Selain itu ada staf khusus di kantor yang


biasa menerima telepon dan kiriman faks sehingga
siaran pers yang terkirim dapat langsung diketahui.

 Pengiriman melalui email.


Siaran pers melalui email dapat ditempuh secara
tersendiri (khusus) atau untuk menyertai pengi-
riman siaran pers dengan cara-cara sebelumnya
(diserahkan secara langsung dan melalui faks).
Siaran pers yang dikirim melalui faksimile dan
secara pribadi (personal delivery) berbentuk hard
copy (melalui medium kertas) sehingga bisa rusak,
hilang atau lupa menaruh/menyimpannya. Baik
terjadi sebelum dikirim ke pihak redaksi media
maupun setelah berkas siaran pers sampai di tempat
tujuan.

Berbeda dengan siaran pers yang dikirim melalui


email, naskahnya berupa soft copy dan tersimpan di
dalam email yang dituju sehingga relatif aman dari
kemungkinan hilang atau rusak. Siaran pers berben-
tuk soft copy ini dapat menjadi back up dari ke-
mungkinan hilang atau rusaknya siaran pers dalam
bentuk hard copy tadi.

Kelebihan lain dari siaran pers yang dikirim via


internet (email) yaitu dapat memudahkan pihak
redaksi saat mereka mengolah siaran pers tersebut
di personal computer-nya untuk menjadi kopi
berita. Mereka dapat menyalin (copy paste) bahan
35

tertulis tersebut tanpa harus menulis ulang. Akan


lebih mudah lagi bagi pihak redaksi, seandainya
siaran pers yang diterimanya melalui email, sudah
ditulis dengan mengacu pada format penulisan
berita yang baik dan benar. Redaksi sekadar me-
ngoreksi atau mengedit sedikit siaran pers yang
dikirim pihak PR. Perkembangan teknologi inter-
net, memungkinkan proses pengiriman siaran pers
dapat ditempuh melalui suatu perangkat khu sus
lainnya.

2. Respon Positif yang Mungkin Muncul.


Pendistribusian siaran pers diharapkan menimbulkan res-
pon positif dari redaksi media yang dituju. Beragam ke-
mungkinan dari proses yang menunjukkan respon positif
pihak redaksi adalah:
 Apabila siaran pers ditulis dengan penulisan non-
berita tetapi isinya bernilai berita, maka informasi
ini menjadi bahan berita yang dapat segera disusun
sesuai standar penulisan berita. Kemungkinan ada-
nya tindak lanjut dari pihak redaksi ke PR bergan-
tung pada kelengkapan berita sekaligus batas waktu
proses penulisannya (deadline). Bagi wartawan
radio dan televisi, infor masi dari siaran pers terse-
but merupakan bahan berita yang bisa saja ditindak-
lanjuti dengan wawancara, baik untuk disiarkan
secara langsung maupun siaran tunda.
 Siaran pers yang bernilai berita dan disusun sesuai
standar berita, akan memudahkan redaksi media
36

cetak untuk menjadikannya bahan berita yang lebih


siap untuk dimuat di surat kabarnya.
 Siaran pers yang berisi rencana atau jadwal kegia
tan tertentu yang berpotensi mengandung nilai be-
rita dapat menarik perhatian wartawan dan foto-
grafer untuk mengkonfirmasi dan meliputnya. In-
formasi dari siaran pers dapat menjadi agenda
peliputan bagi wartawan.
 Siaran pers yang dikirim PR, lengkap dengan bera
gam nomor kontak yang dapat dihubungi pihak
redaksi, menunjukkan PR membuka diri serta mem
butuhkan redaksi terutama terkait publikasi infor
masi siaran pers tersebut. Terlepas apakah siaran
pers itu bernilai berita atau tidak, keter bukaan PR
berpotensi melahirkan respon positif dari pihak
media, terutama bagi media yang sebelumnya
belum pernah dihubungi PR. Respon positifnya
berupa tindakan redaksi untuk menggali kemung
kinan adanya nilai berita lain yang bersumber dari
PR/organisasi.

Selain berpotensi menimbulkan respon positif yaitu pub-


likasi dari media massa, pengiriman siaran pers atau rilis
berita juga berpotensi mendapat penolakan. Menurut
Bland, Theaker & Wragg (2005 : 74), ada tiga alasan yang
menyebabkan tingginya kegagalan dari suatu rilis berita
yang dikirim ke media massa, yaitu:
37

 Sebuah rilis mungkin tidak mengandung nilai be-


rita.
 Banyak rilis yang penulisannya berkualitas buruk,
termasuk terlalu banyak teknis material dan jargon,
dan menyembunyikan fakta di dalam tubuh rilis. Ini
adalah alasan paling umum kegagalan dari rilis.
 Banyak rilis yang ditulis tidak ditargetkan secara
akurat.

Mengacu pada pendapat ini, maka agar siaran pers men-


dapat penerimaan positif dari pihak redaksi media massa,
maka dalam penulisannya harus mengandung nilai berita
seperti telah dijelaskan sebelumnya, ditulis dengan kualitas
yang baik sesuai dengan bahasa jurnalistik, pengirimannya
tidak melampaui deadline serta sesuai dengan karakteristik
medianya.
38

BAB 2
PENULISAN BERITA

Penulisan berita sering diidentikan dengan penulisan war-


tawan dan karya tulis jurnalistik. Anggapan itu benar.
Tetapi karena PR membutuhkan publikasi nonberbayar
melalui media massa untuk menjangkau sasaran publik
yang sangat luas, maka kemampuan menulis berita menjadi
tuntutan profesi.

Logika sederhananya: jika PR ingin karya tulisnya dimuat


oleh media massa (surat kabar) tanpa memberikan bayaran
apapun sebagaimana pemuatan beragam berita di media
tersebut, maka para penulis PR harus menyajikan tulisan
yang sesuai dengan karakteristik berita. Baik karakteristik
isi/muatan informasinya maupun karakteristik penulisan
nya.

Dalam pandangan publik secara umum, informasi yang


terkandung dalam berita lebih dapat dipercaya daripada
iklan dan karya tulis yang termasuk di dalamnya. Guna
membangun opini dan citra yang baik tentang organisasi,
maka informasi yang harus disampaikan kepada publik
adalah informasi yang selain positif bagi organisasi juga
tentunya membuat mereka mempercayainya. Berita sangat
efektif untuk membangun opini tersebut.

Penulisan berita sengaja dibahas tersendiri untuk lebih


memperdalam penjelasan terhadap penulisan siaran pers
39

yang berbentuk berita. Selain itu pembahasan berita yang


tinjauannya lebih secara jurnalistik ini juga terkait dengan
proses peliputan/pelaporan sebagaimana yang dilakukan
wartawan sebelum menuliskannya dalam bentuk berita.
Baik penulisannya untuk dikirim dengan harapan dapat
dimuat media media massa, maupun untuk di muat di
media berkala organisasi, terutama harian, yang diterbit-
kan/dikelola oleh para pegawai PR. Bentuk medianya bisa
berupa cetak, digital dan online.

A. PENGERTIAN BERITA
Berita berasal dari bahasa Sansekerta, yakni vrit, yang
dalam bahasa Inggris disebut write, arti sebenarnya adalah
“ada” atau “terjadi”. Ada pula yang menyebut vritta,
artinya “kejadian” atau “yang telah terjadi.” Dalam bahasa
Indonesia, vritta menjadi “berita” atau “warta” (dalam
Djuroto, 2002 : 46).

Menurut Sani (1995 : 11), berita ialah cerita atau laporan


mengenai kejadian atau peristiwa yang faktual, baru dan
luar biasa sifatnya. J. B. Wahyudi (1991) berpendapat, beri-
ta adalah laporan tentang peristiwa atau pendapat yang
memiliki nilai yang penting, menarik bagi sebagian kha-
layak, masih baru dan dipublikasikan secara luas melalui
media secara periodik. Dean M. Lyle Spencer (dalam Irian-
tara dan Surachman, 2006 : 79), mendefini sikan berita se-
bagai suatu kenyataan atau ide yang benar dan dapat
menarik perhatian sebagian pembaca.
40

Berita awalnya merupakan suatu fakta yang terjadi di la-


pangan, baik yang bersumber dari suatu peristiwa/ kegiatan
maupun dari pendapat seseorang atau narasumber. Dari pe-
mahaman ini setidaknya dapat dikemukakan:
1) Sebelum menjadi berita, kegiatan/peristiwa atau
pendapat tersebut hanya diketahui oleh sejumlah
orang pada waktu dan tempat terbatas. Setelah
menjadi berita yang dipublikasikan oleh media, ke-
giatan/peristiwa atau pendapat tadi diketahui oleh
khalayak yang tersebar di berbagai tempat atau
wilayah, sesuai dengan jangkauan geografis media
nya.
2) Informasi yang disampaikan dalam berita harus
sesuai fakta, baik fakta peristiwa maupun fakta pen-
dapat. Fakta peristiwa/kegiatan berarti informasi
yang disampaikan mengacu pada peristiwa /kegi-
atan yang benar-benar terjadi, bukan fiktif atau
mengada-ada. Fakta pendapat yaitu isi beritanya
sesuai pernyataan seorang narasumber, bukan pen-
dapat wartawan atau penulis berita. Fakta merupa
kan salah satu ciri utama yang harus melekat dalam
berita.
3) Dari berita yang dibaca atau didengar dari media,
khalayak menerima informasi mengenai kegiatan/
peristiwa atau pendapat narasumber tadi secara
lebih jelas dan lengkap karena ditulis sesuai standar
penulisan/penyajian khas berita. Salah satunya me
ngandung kelengkapan unsur-unsur berita yang
biasa dikenal dengan sebutan 5 W + 1 H (what, who
, where, when, why, dan how).
41

Memiliki pemahaman yang sama tentang berita sangat


penting dalam konteks penulisan PR dan hubungannya
dengan pihak media massa secara terus-menerus. Pihak
media massa yang dimaksud adalah para gatekeeper atau
orang-orang yang mengendalikan aliran informasi di surat
kabar, misalnya. Mereka adalah wartawan, editor, redak-
tur, pemimpin redaksi dan yang lainnya. Melalui mereka
atau salah seorang di antaranya, tulisan PR yang dikirim ke
media dinilai layak-tidaknya untuk dimuat. Penilaiannya
terutama berdasarkan bobot nilai berita dan kualitas bentuk
penulisan beritanya. Kandungan nilai berita lebih menjadi
pertimbangan. Semakin tinggi nilai beritanya semakin
besar kemungkinan lolos “seleksi” dari para gatekeeper.

Penilaian terhadap bobot berita itu subjektif. Gatekeeper


mempertimbangkan informasi yang dimuat siaran pers,
mengevaluasinya berdasarkan kebutuhan dan kebijakan
tertentu serta kepentingannya bagi pembaca. Mereka
memutuskan apakah informasi tersebut bernilai berita yang
cukup untuk disampaikan kepada publik pembaca atau
tidak.

Menurut Smith, berita adalah suatu konsep yang sulit


dipahami dan cenderung subjektif. “In the end, it all boils
down to this: News is what the editor or news director says
is news. The media call the shots. It doesn’t matter if you
and your boss or client thinks the information is important.
If the media gatekeeper doesn’t think it’s news, it’s not
news,” tulis Smith (2003 : 96).
42

B. KATEGORI BERITA
Banyak pakar berbeda dalam menentukan kategori berita.
Berikut kategori berita menurut sejumlah penulis:
 Hard news. Hard news adalah berita yang memuat
informasi mengenai kecelakaan, kejahatan, kema
tian, bencana, skandal, dan peristiwa lain dengan
hasil yang langsung dapat diinformasikan seperti
pemilihan dan uji coba.
 Breaking news. Merupakan berita yang terjadi atau
umumnya disiarkan secara langsung dan disam
paikan secara berkelanjutan mengikuti up date atau
informasi terbaru. Televisi sering menyajikan
berita yang termasuk dalam kategori ini.
 Soft news. Menyajikan informasi ringan seperti
suatu kegiatan tertentu, rekreasi, hiburan, peristiwa
human interest, dan fenomena mengenai tren
tertentu. Praktisi PR biasanya menulis soft news
tertkait organisasinya. Organisasi dapat merancang
kegiatan yang bernilai berita seperti ini untuk
dibuatkan tulisan beritanya.
 Specialized news. Merupakan berita yang menyaji
kan informasi untuk segmen pembaca khusus atau
tertentu seperti binsis, olahraga, seni, dan yang
lainnya. Pihak PR juga biasanya membuat tulisan
yang termasuk kategori ini.
 Straight news. Staight news atau berita lempang/
berita langsung merupakan berita yang isinya
hanya memuat informasi yang dilihat dan didengar.
Singkatnya, berita ini melaporkan fakta atau infor
masi apa adanya berdasarkan pengamatan panda
43

ngan dan dari sumber yang relevan. Situs berita


online biasanya memuat berita dalam kategori ini
karena sifatnya menuntut kecepatan. Begitu pula
media surat kabar, banyak memuat berita-berita
straigh news. Termasuk berita yang bersumber dari
PR atau organisasi. Informasi bisa berasal dari
pendapat sumber atau kejadian yang sebenarnya.

Contoh beritanya:
KA Pelabuhan Priok Beroperasi, Pelindo II Disebut
Cetak Sejarah

JAKARTA - Kereta api (KA) Pelabuhan Tanjung


Priok resmi lakukan ujicoba dengan rute Stasiun JICT
Tanjung Priok menuju Stasiun Pasoso dan sebaliknya.
Menurut Menteri Koordinator (Menko) bidang
Kemaritiman Rizal Ramli yang hadir di Pelabuhan
Tanjung Priok beroperasinya KA pelabuhan ini
menjadi sejarah baru untuk PT Pelindo II (Persero).

Alasannya seperti diketahui jalur KA tersebut selama


ini mati, lantaran RJ Lino yang dulu menjabat sebagai
Direktur Utama Pelindo II menolak pengoperasian KA
pelabuhan tersebut. Namun kini serikat pekerja Pelindo
II yang sebelumnya kerap berseberangan dengan
manajemen perseroan, turut serta membantu
terwujudnya kereta pelabuhan tersebut.

"Samping saya Pak Didi, pejabat Direktur Pelindo II,


sebelah saya Nova tokoh serikat pekerja. Saudara lihat
bahwa dua-duanya damai. Biasanya Pelindo sama
karyawan berantem. Hari ini dua-duanya damai,
44

bersahabat karena akan mulai sejarah baru pelindo II,"


katanya di Stasiun KA JICT, Jakarta, Kamis
(18/2/2016).

Menurutnya, BUMN pelabuhan tersebut kini memulai


sejarah baru untuk lebih efisien dalam kegiatan
operasionalnya. Dengan begitu, akan membantu
memangkas ongkos logistik nasional di Tanah Air. "Ini
sejarah utnuk menjadi lebih efisien sehingga membantu
biaya logistik Indonesia, membantu efisiensi ekonomi,"
imbuh dia.

Menteri yang terkenal dengan jurus Rajawali Kepret


ini menambahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun
senang dengan kemajuan yang telah dicapai terkait
pembangunan kereta pelabuhan tersebut. "Presiden
Jokowi senang dengan kemajuan yang dicapai. Apalagi
serikat pekerja dan manajemen dalam satu garis atap,
banyak perbaikan yang bisa dilakukan," tuturnya.

Mantan Menko bidang Perekonomian ini


mengungkapkan, dengan beroperasinya kereta
pelabuhan tersebut, maka waktu tunggu bongkar muat
(dwelling time) di Pelabuhan Tanjung Priok akan
terpangkas hingga menjadi dua hari.

"Soal dwelling time seperti diketahui, sebelumnya


dweling 7-8 hari sekarang 3,5 hari. Nanti kalau
keretanya jalan, perbaikan single windows jalan kita
harapan kurang 2 hari," tandasnya. (akr)
(sumber: http://ekbis.sindonews.com/- diakses 2 Februari 2016)
--------------------------------------------------------------
45

 Interpretative news. Merupakan berita yang sudah


ditambahkan dengan interpretasi penulis terhadap
fakta agar khalayak bisa memahami fakta dengan
mudah. Penulisan siaran pers kerap menampilkan
pendapat dalam mendukung fakta informasi yang
disajikan.
 Depth news. Berita ini menyajikan fakta, baik
berupa peristiwa maupun pendapat secara lebih
mendalam namun tetap relevan dengan pemberi
taan. Tidak sedikit siaran pers yang ditulis mengacu
pada bentuk penulisan depth news.

C. KEGIATAN - PENDAPAT BERNILAI BERITA


Meski penilaian terhadap nilai berita sering kali subjektif,
terutama dalam pandangan pihak PR dengan pihak redaksi
media massa, tapi kita tetap perlu memperhatikan pemaha
man nilai berita secara umum, terutama mencoba memaha
minya dalam pandangan redaksi suatu media cetak.

Tidak setiap kegiatan/persitiwa atau pendapat bernilai be-


rita. Seorang penulis berita, dalam hal ini dari penulis PR
harus dapat mengidentifikasi apakah suatu kegiatan, peris-
tiwa atau pendapat yang dikemukakan seseorang bernilai
berita atau tidak berdasarkan kriteria umum tadi. Melalui
kemampuan mengidentifikasi nilai berita inilah penulis
berita akan menentukan langkah selanjutnya: menulis-
kannya menjadi suatu naskah berita atau tidak.

Para ahli dan penulis telah menyebutkan dan menjelaskan


ciri-ciri nilai berita. Dari banyak dan beragamnya ciri serta
46

penjelasan mengenai nilai berita dapat disimpulkan men-


jadi: sesuai fakta, masih baru, penting bagi publik atau
khalayak, sesuatu yang tidak biasa, kedekatan jarak dan
kepentingan, berdampak atau menimbulkan akibat tertentu,
konflik dan peperangan, berkenaan dengan kekerasan,
terkait dengan seks, dan pelakunya orang ternama.

1. Sesuai Fakta (Factual)


Ciri ini mutlak dipenuhi oleh suatu berita. Tanpa fakta,
berita yang ditulis hanyalah omong kosong, dusta, bahkan
mungkin mengandung fitnah. Penulis berita tidak boleh
melebih-lebihkan fakta yang seharusnya disampaikan kepa
da publik. Penulis juga jangan menyembunyikan fakta lain
yang seharusnya disampaikan dan penting diketahui pub
lik.

Fakta peristiwa yang biasa dilakukan PR salah satunya ke-


giatan yang berkenaan langsung dengan pertanggung
jawaban kepada masyarakat atau disebut corporate social
responsibility (CSR). Peluncuran produk yang biasa dilaku
kan perusahaan juga kegiatan yang faktual. Tapi apakah
kegiatan tersebut bernilai berita? Belum tentu!

Kejadian yang faktual belum tentu bernilai berita. Tetapi


suatu kejadian/peristiwa yang dianggap bernilai berita,
salah satu kriterianya harus berdasarkan kenyataan (fakta).
47

2. Masih Baru (Actual)


Peristiwa atau kegiatan bernilai berita yang saat ini terjadi
harus segera ditulis, diliput, atau diproses untuk dilaporkan
oleh media. Contoh: pelaksanaan program CSR yang dia-
dakan di suatu tempat saat ini, bagi media radio dan
televisi, kegiatannya bisa dilaporkan secara langsung. Bagi
media internet, peristiwa tersebut dapat segera ditulis untuk
dimuat di situs beritanya dalam hitungan menit bahkan
detik.

Berbeda dengan pemuatan di media cetak yang membutuh


kan proses lebih panjang dan waktu lebih lama. Kegiatan
CSR yang berlangsung siang atau sore ini, misalnya, hanya
bisa dipublikasikan oleh surat kabar pada besok pagi.
Apabila kejadian tersebut dimuat pada edisi pagi hari
berikutnya, maka nilai berita berkurang bahkan bisa hilang
karena khalayak sudah mengetahuinya dari media lain
termasuk melalui media internet, radio, dan televisi. Sing-
katnya, aktualitas suatu berita relatif menurut bentuk media
massanya.

Selain faktual, aktual merupakan ciri yang harus terdapat


dari kegiatan atau kejadian apa pun yang dianggap bernilai
berita. Namun kedua ciri ini masih belum memenuhi
kelayakan sehingga kegiatan atau peristiwa disebut bernilai
berita. Setidaknya harus ada salah satu ciri lainnya dari
yang akan disebutkan selanjutnya.
48

Tidak setiap program CSR yang digelar perusahaan men-


dapat liputan media massa meskipun sebelumnya mereka
telah diundang oleh perusahaan. Begitu pula dengan siaran
pers yang berisikan suatu kegiatan organisasi yang ditulis
staf PR dan dikirimkan ke redaksi media massa namun
tidak dipublikasikan media massa tersebut. Kenyataan ini
menunjukkan tidak setiap kegiatan/ peristiwayang faktual
serta aktual bernilai berita. Apalagi jika kegiatannya beru-
pa peluncuran produk yang sarat nilai promosi.

Tugas PR, sebisa mungkin menyertakan sesuatu yang ber-


nilai berita di balik kegiatan-kegiatan yang diadakan peru-
sahaan. Tugas wartawan adalah mencari bahan berita, dari
mana pun sumbernya. Di antara pemahaman terhadap ke-
dua hal ini seorang pejabat PR pun dituntut untuk menjalin
hubungan yang erat dengan pihak media massa serta me-
mahami proses dan kebijakan kerja redaksi.

3. Penting bagi Publik atau Khalayak (Importance)


Banyak berita yang berisi informasi penting. Namun peris-
tiwa/kegiatan dan pendapat yang dianggap penting menu-
rut persepsi PR, misalnya, berbeda dengan pemahaman
penting menurut wartawan.

Agar siaran pers atau berita yang dikirim PR direspon baik


oleh redaksi media massa, maka staf PR dituntut menulis
kannya dengan menyertakan unsur penting sesuai kriteria
redaksi. Tentu saja informasi yang bernilai penting ini
bukan rekayasa atau mengada-ada, melainkan sesuai
dengan fakta dari kegiatan atau pendapat narasumbernya.
49

Penting bisa diartikan perlu diketahui oleh pembaca, pub-


lik, atau khalayak luas. Kepedulian perusahaan terhadap
masyarakat yang diwujudkan dengan pemberian beasiswa
bagi puluhan lulusan setingkat SMA yang tidak memiliki
biaya tetapi ingin melanjutkan kuliah, misalnya, memiliki
nilai penting bagi publik, khususnya yang membutuhkan
beasiswa tersebut. Siaran pers yang berisikan informasi ini
layak mendapat publikasi media karena terkandung infor-
masi yang penting bagi publik.

Naiknya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik


merupakan contoh lain dari berita yang memiliki informasi
penting.Bagi perusahaan atau industri yang kegiatannya
sangat bergantung pada energi listrik, misalnya, kebijakan
pemerintah tersebut memiliki nilai berita yang sangat ting-
gi karena berkenaan langsung dengan kegiatan usahanya.
Bagi PR, berita ini memunculkan ide untuk menulis feature
di majalah internalnya terkait pentingnya penggunaan
listrik secara efisien bagi efisiensi produksi.

4. Tidak Biasa (Unusually)


Sesuatu yang tidak biasa bisa berarti keanehan yang menim
bulkan ketertarikan orang apabila dipublikasikan. Sesuatu
yang tidak biasa dapat pula merupakan kejadian yang ja-
rang terjadi dan terkait dengan kehidupan/aktivitas manu-
sia. Kejadian yang menimbulkan decak kagum, keharuan,
atau menyentuh sisi kemanusiaan sehingga mempengaruhi
emosi publik juga bernilai berita.
50

Suatu perusahaan produsen air mineral ternama, misalnya,


pernah mengadakan program CSR dalam mengupayakan
pengadaan air bersih untuk suatu wilayah di Indonesia
bagian timur yang mengalami kelangkaan air bersih terse-
but. Kegiatan ini bernilai berita dan layak untuk mendapat
publikasi media secara cuma-cuma.

5. Kedekatan Jarak (Proximity)


Kejadian yang berkaitan dengan kepentingan umum suatu
warga, atau menimbulkan perhatian dan ketertarikan me-
reka untuk mengetahuinya, akan bernilai berita, khususnya
bagi masyarakat di wilayah tersebut. Kedekatan peristiwa
dan dekatnya kepentingan merupakan salah satu ciri nilai
berita. Program CSR pengadaan air bersih untuk masya
rakat di suatu wilayah di Indonesia bagian timur yang
mengalami kelangkaan air bersih seperti contoh di atas,
misalnya, nilai beritanya sangat tinggi bagi masyarakat
setempat.

6. Berdampak/Menimbulkan Akibat (Consequences)


Peristiwa atau kejadian yang memiliki dampak luas bagi
masyarakat memiliki nilai berita yang cukup tinggi. Merek
produk susu formula tertentu yang disebut-sebut mengan
dung lemak babi, misalnya, pernah menghebohkan masya-
rakat muslim karena kandungan dari babi terlarang (ha-
ram) dikonsumsi.

Begitu pula misalnya dengan kebijakan suatu perusahaan


besar yang sangat diskriminatif terhadap para pegawai be-
ragama tertentu, dapat menimbulkan respon negatif dari
51

pegawainya dan masyarakat umum yang beragama sama


dengan pegawai yang diperlakukan diskriminatif tadi.
Kejadian ini mengandung nilai berita yang tentu saja seba-
gai berita baik bagi media massa (bad news is good news)
tetapi berita buruk bagi PR.

7. Konflik dan Peperangan (Conflict and War)


Konflik yang terjadi dan berpengaruh terhadap publik atau
masyarakat seperti tawuran pelajar, warga, hingga konflik
antarpolitisi dan antarnegara mengandung nilai berita yang
sering dipublikasikan media. Begitu pula peperangan antar
kelompok atau antaranegara sudah pasti nilai beritanya.

Konflik yang sering melekat dengan dunia kerja PR, misal-


nya konflik yang terjadi antara pihak perusahaan dengan
warga terkait pendirian pabrik dan/atau pembuangan lim-
bah yang mencemari lingkungan. Konflik ini pun kerap
mewarnai pemberitaan di media massa.

8 Berkenaan dengan Kekerasan (Violence)


Kekerasan adalah salah satu isi berita yang kerap muncul
di media massa. Baik kekerasan yang berlangsung di ru-
mah, di lingkungan sekolah, kampus, dan tempat-tempat
umum seperti kekerasan yang biasa dilakukan para penja-
hat. Ketika seseeorang atau lembaga melakukan keke rasan
dan berakibat terjadinya penderitaan atau munculnya
persoalan dan proses hukum bahkan kematian, maka ketika
itu pula terkandung nilai berita dari peristiwa tersebut.
52

Kekerasan yang bernilai berita pun berpotensi muncul di


tempat kerja atau di dalam suatu organisasi. Para pegawai
yang dipaksa dengan sanksi tertentu agar bekerja melam
paui batasan waktu yang ditentukan undang-undang, misal
nya, merupakan bentuk lain dari kekerasan yang bernilai
berita. Jika hal tersebut berakumulasi pada demostrasi dan
anarkisme yang dilakukan karyawan, maka nilai beritanya
menjadi lebih tinggi. Kejadian atau berita seperti ini tentu-
nya sangat dihindari oleh staf PR karena akan merugikan
citra perusahaan.

9 Terkait dengan Seks (Sex)


Perzinaan dan pesta seks di tempat tertentu, praktik pela-
curan yang meresahkan warga, pencabulan terhadap anak
atau yang dilakukan atasan terhadap bawahan, aksi buka-
bukaan aurat dalam suatu kesempatan, hingga pernikahan
sesama jenis, merupakan peristiwa yang mewarnai pem-
beritaan di media massa. Media massa sengaja menyajikan
berita ini bukan untuk menghibur, melainkan menjalan kan
salah satu fungsinya sebagai kontrol terhadap masyarakat
(social control), bahwa perilaku seks tersebut tidak sesuai
dengan nilai-nilai etika, moral, bahkan agama.

10 Pelakunya Orang Ternama (Well Know Subject)


Hal-hal sepela yang dilakukan atau terjadi di kalangan o-
rang-orang ternama akan bernilai berita. Apalagi selain
terkenal dia juga memiliki kedudukan penting di suatu
pemerintahan atau memiliki pengaruh yang cukup luas.
Bagi wartawan yang berpengalaman, keberadaan orang ter-
53

nama dan penting, di mana pun dia berada, dapat menjadi


sumber nilai berita.

Pengusaha Bob Sadino, misalnya, pernah menjadi sumber


nilai berita hanya karena kebiasaannya yang senang berce-
lana pendek. Politisi Permadi yang suka mengenakan pa-
kaian berwarna hitam dan membawa jimat, dahulu kerap
menjadi sumber berita.

Banyak pengusaha ternama dan berpengaruh yang bisa


menjadi berita apabila ditulis oleh staf PR-nya yang ber-
pengalaman menulis berita dan memiliki kepekaan terha-
dap nilai berita. Tentu saja, berita yang ditulis hendaknya
berpotensi menimbulkan dampak positif bagi orang terse-
but dan organisasi.

Pernyataan orang-orang terkenal kerap menjadi suatu


bahan berita, termasuk dalam menyampaikan sesuatu yang
positif mengenai organisasi, layanan, atau produk. Bisa
saja orang terkenal atau selebritisnya dari kalangan akade
misi, politisi, pejabat pemerintah, agamawan, atau artis
yang dikenal publik bereputasi baik. Tugas PR selanjutnya
adalah mendesain suatu even supaya hal tersebut dapat
terwujud dengan tetap mengedepankan bobot nilai berita
nya daripada nilai promosi.

D. UNSUR KELENGKAPAN ISI BERITA


Meskipun Anda sempat menyaksikan secara langsung
kebakaran suatu pabrik dan sempat bertanya pada seorang
warga sekitar terkait kebakaran tersebut, misalnya, tetapi
54

melalui pemberitaan di media massa, Anda akan memper-


oleh informasi kebakaran lebih lengkap dari sisi unsur-
unsurnya.

Berita harus memenuhi semua unsur kelengkapan isi dari


yang diberitakan. Unsur kelengkapan isi yang dimaksud,
dalam bahasa jurnalistik dikenal dengan singkatan 5 W + 1
H seperti telah disebutkan di atas.

1. What (Apa)
Jika yang diberitakan adalah suatu peristiwa atau kegiatan,
berarti peristiwa atau kegiatannya yang menjadi unsur
what. Peristiwa bisa gempa, kebakaram dan peristiwa yang
tidak terduga lainnya. Peristiwa seperti konferensi pers, pe-
luncuran produk, seminar, merupakan kegiatan/peristiwa
yang direncanakan.

Beragam berita yang kita saksikan di media massa, tidak


selalu berkenaan dengan suatu peristiwa atau kegiatan.
Banyak pula berita yang sumber utamanya berasal dari
pendapat orang. Berita politik, misalnya, kerap berasal/ber-
sumber dari pendapat para politisi. Contoh: berita yang
bersumber dari pernyataan tokoh politisi partai tertentu
yang menimbulkan tanggapan keras dari para politisi partai
lain.

Berita, baik bersumber dari peristiwa/kegiatan maupun


berita yang bersumber dari pendapat seseorang, keduanya
disebut fakta berita. Apabila faktanya dari peristiwa/kegi-
atan yang benar-benar terjadi maka dikenal sebagai fakta
55

peristiwa/kegiatan. Seandainya faktanya mengacu pernyata


an seorang narasumber, maka disebut fakta pendapat.
Terlepas benar-tidaknya pendapat narasumber, tetapi keti-
ka penulis berita menulis seperti yang dikatakan sumber,
itulah faktanya, fakta pendapat. Sedangkan unsur what-nya
yaitu isi pesan yang dikemukakan sumber tersebut.

Mengenai fakta pendapat, seorang penulis berita tidak bo-


leh sembarangan dalam menentukan sumber yang akan
diwawancarai. Harus ada ukuran kelayakannya. Secara u-
mum, kelayakan narasumber mengacu kepada salah satu
atau kedua aspek ini: kompetensi dan/atau kredibilitas (cre-
dibi lity) sumber tersebut.

Kompetensi (competence) adalah kecakapan, kemampuan,


atau wewenang (www.oxfordlearnersdictionaries.com).
Tokoh politik yang menjadi sumber berita tadi, layak di
sebut sumber yang kompeten dan mungkin juga kredibel.
Kredibilitas (credibility), masih menurut kamus tersebut
adalah “The qulity of being trusted and believed.” Apabila
ukuran dalam menentukan kredibiltas seorang yaitu bisa
dipercaya, maka salah satu komponennya ia harus memi-
liki ilmu atau pengetahuan dengan apa yang disampai-
kannya.

Direktur pemasaran yang terbukti mempunyai pengetahuan


dan keahlian di bidang pemasaran, apalagi ditambah ber-
integritas, merupakan sumber kompeten dan kredibel untuk
berbicara mengenai strategi pemasaran perusahaan. Strate-
56

gi pemasaran perusahaan merupakan unsur what dari isi


pemberitaannya.

Kepala divisi humas di suatu perusahaan, misalnya, juga


termasuk orang yang berkompeten untuk menjelaskan ren-
cana program corporate social responsibility (CSR) yang
akan dilakukan. Unsur what dalam beritanya adalah ren-
cana program corporate social responsibility (CSR) yang
akan dilakukan.

2. Who (Siapa)
Dalam pemberitaan terkait dengan manusia, unsur who me-
rujuk kepada seseorang yang menjadi subjek atau pelaku.
Mengacu pada contoh-contoh di atas, who-nya yaitu tokoh
politik, direktur pemasaran, dan kepala divisi humas.

Pemahaman unsur who dalam isi berita dapat berkembang


sesuai isi beritanya. Dengan demikian who tidak selalu me-
rujuk kepada subjek atau pelaku, tetapi juga bisa tertuju
kepada korban atau objek. Berita kriminal, misalnya, ada
unsur who yang mencakup keduanya: pelaku dan korban.

Selain manusia, binatang dapat menjadi unsur who dari


suatu berita. Baik who sebagai subjek maupun sebagai
objek. Tidak terbatas pada manusia dan hewan, who pun
menunjuk kepada suatu lembaga atau organisasi, bergan-
tung pada konteks isi beritanya.
57

3. Where (di Mana)


Pencantuman nama tempat kejadian atau kegiatan dapat
merujuk secara induktif atau deduktif. Secara deduktif
yang dimaksud berarti penyebutan nama tempat kejadian/
kegiatan diawali tempat yang lebih luas ke tempat yang
lebih khusus. Contoh: Kegiatan CSR itu berlangsung di
Jawa Barat, tepatnya di Bogor, Kecamatan Tenjolaya, Desa
Tapos.

Penulisan alamat peristiwa atau kegiatan secara induktif,


yaitu dengan menyantumkan nama tempat yang lebih spe-
sifik dilanjutkan tempat yang lebih umum. Contoh: Kegia
tan CSR itu berlangsung di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo-
laya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Berita berdaya
pengaruh lokal

Gambar: Pengaruh nilai berita berdasarkan wilayahnya


58

Lengkap-tidaknya pencantuman nama tempat kejadian/ pe-


ristiwa/kegiatan biasanya bergantung pada daya pengaruh
berita yang disajikan. Apabila beritanya memiliki daya pe-
ngaruh secara nasional bahkan internasional, biasanya
media merasa cukup menyebutkan kabutaten/ kota, provin-
si dan negara, atau cukup nama provinsi dan negara saja
apabila beritanya disiarkan secara internasional. Sebalik-
nya, jika daya pengaruh beritanya berifat lokal, lokasi tem-
pat kejadian/kegiatan diurutkan lebih khusus/spesifik di-
bandingkan dengan berita yang daya pengaruhnya nasio-
nal.

Penentuan dalam mencantumkan unsur where ini berlaku


pula pada berita pendapat ata berita yang berdasarkan fakta
pendapat. Where yang spesifik, misalnya: di kantor tempat
saat narasumber menyampaikan sesuatu. Kemudian diikuti
nama jalan atau kawasan keberadaan kantor tersebut dan
nama kota. Mungkin juga dilengkapi nama provinsi. Bisa
saja cukup mencantumkan nama provinsi dan negara
apabila tujuan jangkauan media atau sasaran audiensnya
adalah masyarakat internasional.

4. When (Kapan)
Kelengkapan unsur when dalam suatu berita sangat penting
karena menyangkut kadar aktualitas. Berbeda dengan
pencantuman unsur where, penyebutan unsur when lebih
ringkas dan jelas. Ringkas karena cukup mengacu pada
hari, tanggal, bulan, atau mungkin tahun yang biasa
distandarkan dengan kode angka dan garis miring di dalam
tanda kurunag. Misal: 18 Juni 1973 menjadi (18/6/73).
59

Jelas karena pencantuman kode tersebut sudah diketahui


dan dipahami umum

Bagi surat kabar, misalnya, pemenuhan unsur when cukup


menyebutkan hari atau tanggal dan bulan kejadian (18/6).
Jika perlu dilengkapi hitungan waktu: pukul, menit, dan
detiknya seperti pemberitaan mengenai terjadinya gempa
bumi atau pemberlakuan dimulainya kenaikan harga bahan
bakar minyak (BBM).

5. Why (Mengapa)
Why merujuk kepada alasan yang menyebabkan terjadinya
peristiwa atau diselenggarakannya suatu kegiatan. Apabila
beritanya bersumber dari fakta pendapat, why mengacu
pada alasan atau motif yang mendorong narasumber me-
nyampaikan pernyataan tertentu atau melakukan tindakan.

Why merupakan unsur yang memiliki daya tarik tersendiri


untuk disampaikan. Suatu peristiwa, pendapat, atau perbua
tan seseorang yang tidak disertai alasan (why) cenderung
menimbulkan rasa penasaran pembaca, pendengar atau
pemirsa. Dengan menyebutkan alasan, penyebab, atau
motif (why), audiens menjadi terpuaskan rasa ingin tahun-
nya terkait dengan yang diberitakan.

6. How (Bagaimana)
How menjadi sangat menarik apabila menjelaskan suatu
proses dari terjadinya gempa bumi, tsunami, puting beli
ung, misalnya, karena sarat dengan pengetahuan ilmiah
yang tidak banyak diketahui khalayak. Begitu pula proses
60

yang mengungkap kronologis pembunuhan oleh seorang


ibu terhadap anak angkat, umpamanya, yang sebelumnya
ia sempat melaporkan ke pihak kepolisian bahwa anak
tersebut hilang.

How pada berita yang ditulis pihak PR dalam siaran


persnya, dapat menjelaskan antusias positif masyarakat,
misalnya terhadap suatu kegiatan CSR. Unsur how yang
dikemas sedemikian rupa sesuai fakta berpotensi dalam
menumbuhkan opini publik yang positif terhadap suatu
organisasi.

E. STRUKTUR DAN PENULISAN BERITA


Struktur penulisan berita mengacu pada suatu pola yang
dikenal sebagai piramida terbalik. Struktur piramida ter-
balik mengandung pemahaman filosofis mengenai urutan
penulisan isi berita di dalam tubuh berita (news body). Pada
bagian atas atau awal tubuh berita berisi informasi paling
penting, bagian selanjutnya mengandung informasi pen-
ting, dan bagian akhir atau paling bawah disampaikan
informasi yang dianggap kurang penting.

Sebelum ke tubuh berita, struktur penulisan berita diawali


dengan judul. Di bawah judul dicantumkan teras berita
(lead) yang biasa dilengkapi dengan dateline pada bagian
atasnya. Struktur penulisan berita yang berpola pada filo-
sofi piramida terbalik, dapat digambarkan sebagai berikut:
61

JUDUL
Date line
Lead (teras berita)

News body
(tubuh berita)

Gambar: Priamida struktur penuliasan berikta

1. Judul
Judul merupakan kepala berita karena ditempatkan di atas
(isi) berita yaitu lead dan news body. Judul merupakan
komponen pertama yang dibaca dari suatu berita. Keputu
san pembaca untuk membaca isi berita atau tidak, biasanya
sangat ditentukan oleh judul.

Mengingat pentingnya peran judul dalam mempengaruhi


pembaca, maka ada sejumlah hal yang mesti diperhatikan
dalam penulisannya, yaitu:
 Mencerminkan isi.Salah satu kriteria judul yang
baik yaitu mencerminkan isi berita. Atas dasar
pertimbangan inilah penulisan judul biasanya dila
kukan setelah penulisan teras berita dan tubuh
berita.
62

 Mengandung daya tarik. Daya tarik judul tampak


nya menjadi magnet paling kuat dalam menarik
seseorang untuk membaca suatu tulisan, termasuk
berita. Apabila dicermati banyak media massa yang
lebih menekankan daya tarik judul berita daripada
bobot cerminan isi berita dari judulnya. Penentuan
judul yang menarik sekaligus mencerminkan isi,
sebenarnya dapat langsung ditulis setelah menulis
teras berita, tanpa harus menyelesaikan lebih da
hulu tubuh beritanya.
 Singkat dan padat. Singkat berarti tidak menggu
nakan banyak kata. Padat maksudnya sarat dengan
kandungan informasi sesuai isi berita. Kriteria judul
yang mencerminkan isi dan memiliki daya tarik,
dalam penggunaan kata-katanya harus mengacu
pada prinsip ini: singkat dan padat.

2. Dateline
Dateline (baris tanggal) yaitu pencantuman penulisan
tempat dan tanggal penulisan berita. Sekarang banyak me-
dia cetak yang hanya menulis tempat, tanpa disertai tanggal
penulisan berita. Letaknya di awal paragraf lead seperti
contoh berikut:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini tiba


di Tanah Air setelah serang kaian kegiatannya dalam kunjungan
kenegaraan ke Amerika Serikat (AS). Jokowi tiba di Indonesia
sekitar pukul 09.15 WIB di Landasan Udara Halim Perdana
kusuma, Jakarta. (sumber: http://ekbis.sindonews.com/ - diakses
19 Februari 2016)
63

3. Lead
Lead (teras berita) atau ada juga yang menyebutnya inti be-
rita. Sebutan ini karena biasanya lead berita mengacu pada
penulisan yang mengandung kelengkapan unsur-unsurnya
(5W+1H). Tetapi banyak pula penulisan lead yang tidak
mengandung unsur berita selengkap itu.

Lead yang baik menyajikan informasi paling penting dan/


atau menarik dari keseluruhan isi berita namun disam-
paikan secara singkat, padat, dan mudah dipahami. Secara
visual ciri lead yaitu ditempatkan di antara judul dan tubuh
berita. Ciri visual lain biasanya ditulis/dicetak dengan hu-
ruf yang bisa dibedakan dari: size-nya lebih besar, ditebal
kan, dan/atau dimiringkan.

Membuat lead yang menarik diawali dengan:


 Mencermati isi dari kelengkapan unsur berita yang
dianggap paling menarik. Menarik bisa berarti:
kontroversial, menimbulkan decak kagum, keaneh
an, keironian, menggugah rasa kemanusiaan, me-
nimbulkan tanda tanya besar pembaca, atau infor-
masi lain yang membuat mereka kemungkinan
tertarik untuk terus membaca berita hingga selesai.
Apakah informasi tersebut merupakan unsur what,
who, where, when, why, atau how? Bergantung
pada isi pesannya. Semakin kuat potensi daya tarik
dari pesan yang terdapat dalam suatu unsur berita,
semakin baik untuk lebih dijadikan sebagai pem-
buka lead.
64

 Setelah diketahui isi dari unsur berita yang paling


menarik, langkah berikutnya menuliskan informasi
tersebut pada awal kalimat dalam lead. Dilanjutkan
dengan menyertakan kalimat selanjutnya yang me-
nyertakan unsur kelengkapan berita lainnya yang
mendukung, melengkapi, atau memperkuat fakta
dari daya tarik berita. Daya tarik suatu unsur berita
dapat pula dilihat dari pentingnya muatan isi/infor-
masi yang terkandung didalamnya. Bagi pembaca
yang sangat berkepentingan terhadap isi berita akan
menjadikan lead berita memiliki daya tarik tersen-
diri.

4. News Body
Tubuh berita (news body) merupakan informasi tambahan
untuk memperjelas, memperlengkap, atau memperdalam
unsur-unsur dari lead. Di dalam tubuh berita, informasi
mengenai unsur kelengkapan isi berita dapat berkembang.
Selain pelaku atau subyek (who) yang disebutkan di dalam
lead, misalnya, bisa saja terdapat who lain di dalam tubuh
berita sesuai konteks isi beritanya. Begitu pula dengan in-
formasi mengenai what atau unsur lainnya.

Berdasarkan struktur penulisan yang mengikuti pola pira-


mida terbalik, penulisan tubuh berita diawali dengan fakta
yang paling penting/menarik, dilanjutkan dengan yang
menarik/penting, dan diakhiri informasi fakta yang kurang
penting/menarik. Logika dari struktur penulisan ini menga-
cu pada bobot penting atau menariknya suatu berita. Sema-
65

kin penting/menarik semakin diprioritaskan dalam penem-


patan penulisannya.

Dari bobot penyajian tulisan atau isi beritanya, kita dapat


memahaminya kembali dari pengkategorian berita seperti
diuraikan di atas. Tetapi filosofi penulisan berita yang
mengacu pada struktur “piramida terbalik” adalah meng
utamakan fakta informasi yang paling penting kemudian
dilanjurkan dengan informasi yang tetap penting, hingga
kurang penting. Sedangkan yang dianggap tidak penting
tidak perlu ditulis.

Dalam penulisan berita lainnya, seperti berita feature (news


feature) dan pemberitaan yang termasuk di dalamnya, tidak
menggunakan susunan “piramida terbalik”. Susunan penu
lisannya bisa berdasarkan urutan waktu, urutan tempat
kejadian, atau yang lainnya.

F. BAHASA BERITA
Penulisan berita harus menggunakan pada bahasa jur-
nalistik atau bahasa pers.Menurut Rosihan Anwar, bahasa
yang digunakan wartawan dinamakan bahasa pers atau
bahasa jurnalistik. Bahasa jurnalistik, lanjut Anwar, adalah
ragam bahasa yang bersifat khas: ringkas, padat,
sederhana, lancar, jelas, dan menarik (dalam Semi, 1995 :
113).

Seperti Rosihan Anwar, pakar bahasa JS Badudu juga


mengungkapkan hal senada: bahasa jurnalistik harus
singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, tetapi menarik. Ciri-
66

ciri tersebut hendaknya dipenuhi oleh bahasa jurnalistik


mengingat audiens medianya adalah publik yang tidak
sama tingkat pengetahuannya (dalam Sumadiria, 2014 : 6).

Bahasa jurnalistik yang memiliki ciri-ciri tadi, kata Anwar,


tidak mengabaikan kaidah-kaidah tata bahasa dan ejaan
(dalam Semi, 1995 : 114). Mengenai ejaan, terdapat hal-hal
yang perlu diperhatikan seperti: penulisan huruf besar,
pemakaian tanda koma, penulisan kata, serta penulisan
angka dan lambang bilangan.

Selain ciri-ciri atau karakteristik bahasa jurnalistik seperti


di atas, Sumadiria menyebutkan lebih banyak ciri atau ka-
rakteristik dari bahasa jurnalistik ini. Menurutnya terdapat
ciri-ciri utama bahasa jurnalistik yang berlaku bagi semua
bentuk media berkala. Ciri-ciri tersebut dapat dikemukakan
dengan kata atau kalimat yang diperingkas (Sumadiria,
2014 : 14-20):
 Sederhana. Mengutamakan kata atau kalimat yang
maknanya lebih banyak diketahui khalayak pemba
ca yang heterogen. Tabu menggunakan kata-kata
dan kalimat yang rumit, yang maknanya hanya di-
pahami oleh sedikit orang.
 Singkat. Tidak bertele-tele dan langsung kepada
pokok masalah (to the point).
 Padat. Kalimat dan paragraf yang ditulis memuat
banyak (padat) informasi penting.
 Lugas. Lugas diartikan tegas, tidak ambigu, serta
menghindari penghalusan kata dan kalimat (eufe-
misme) yang berpotensi membingungkan pembaca.
67

 Jelas. Mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan


tidak kabur. Jelas juga berarti jelas susunan kata
atau kalimatnya sesuai dengan kaidah SPOK.
 Jernih. Jujur, tulus, tidak menyembunyikan sesuatu
atau maksud lain yang bersifat negatif. Jernih ber-
arti pula tidak ada maksud lain kecuali meng infor-
masinya fakta yang sebenarnya.
 Menarik. Dapat membangkitkan minat dan perha
tian khalayak pembaca untuk terus membacanya.
 Demokratis. Bahasa jurnalistik berlaku dan dituju
kan untuk umum tanpa membeda-bedakan status
sosial dan tingkat pendidikan.
 Populis. Bahasa jurnalistik harus merakyat atau
diterima oleh semua lapisan masyarakat. Kata, isti-
lah, atau kalimat yang digunakan harus akrab di
telinga, di mata, dan di benak pikiran khalayak
pembaca, pendengar, atau pemirsa.
 Logis. Masih menurut Sumadiria, kata, istilah,
kalimat atau paragraf harus dapat diterima dan tidak
bertentangan akal sehat (common sense).
 Gramatikal. Penggunaan kata, istilah, atau kalimat
harus mengikuti kaidah tata bahasa baku. Bahasa
baku berarti bahasa resmi sesuai ketentuan tata
bahasa dan pedoman ejaan.
 Menghindari kata tutur. Bahasa jurnalistik tidak
menggunakan kata atau kalimat yang biasa diguna
kan dalam percakapan sehari-hari. Kata tutur, jelas
Sumadiria, kata yang hanya menekan kan pada
pengertian, sekali tidak memperhatikan masalah
struktur dan tata bahasa.
68

 Menghindari kata dan istilah asing. Penggunaan ka-


ta atau istilah asing potensial menimbulkan kebi-
ngunan sasaran audiensnya. Dalam perspektif teori
jurnalistik, tambah Sumadiria, memasukkan kata
atau istilah asing dengan sengaja sama dengan me-
nyebar banyak duri di tengah jalan.
 Pllihan kata (diksi) yang tepat. Dari penjelasan Su-
madiria dapat disimpukan: pemilihan kata harus
mengacu pada konteksnya. Kata “mati”, “mening
gal”, “tewas”, “gugur”, memiliki arti yang sama
tetapi penggunaannya harus sesuai dengan konteks
dari suatu kalimat.
 Mengutamakan kalimat aktif. Kalimat aktif dipan-
dang lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh
khalayak pembaca daripada kalimat pasif.
 Menghindari kata-kata atau istilah teknis. Boleh
saja menggunakan kata atau istilah teknis selama
tidak bisa dihindari. Namun penggunaan kata atau
istilah teknis ini hendaknya disertai penjelasan.
 Tunduk kepada kaidah etika. Bahasa dan karya jur-
nalistik harus berpegang teguh pada kaidah etika
seperti jujur, santun, berimbang, dan seterusnya.

Pentingnya penggunaan bahasa jurnalistik dengan ciri-


cirinya terkait dengan pemakaian bahasa jurnalistik yang
efektif. Apabila dicermati lebih jauh, sebenarnya tidak
sebatas pada tujuan efektivitas, melainkan pada efisiensi.
Bahasa jurnalistik menghindari kata-kata atau kalimat
mubazir yang dapat menghemat ruang setiap halaman surat
kabar atau majalah.
69

Macam bahasa jurnalistik menurut bentuk atau medianya


meliputi; bahasa jurnalistik surat kabar, bahasa jurnalistik
tabloid, bahasa jurnalistik majalah, bahasa jurnalistik radio
siaran, bahasa jurnalistik televisi, dan bahasa jurnalistik
media online internet.
70

BAB 3
PENULISAN FEATURE

Penulisan dan penyebutan karya tulis yang satu ini lebih


dikenal dengan istilah dan pengejaan asingnya, “feature”,
daripada istilah Indonesianya yang disebut sebagai tulisan
khas. Penulisan featuresdilakukan oleh staf PR karena
pertimbangan tertentu. Salah satu pertimbangannya karena
muatan informasinya tidak lagi aktual jika hanya berbentuk
berita lempang (straigh news) sehingga perlu diperdalam
dari sisi (angle) tertentu (how atau why) dengan data atau
informasi terbaru. Tentunya dengan gaya penulisan yang
berbeda yaitu feature.

Kalau dicermati menurut Smith (2003 : 206) tidak sedikit


siaran pers yang ditulis bergaya featureatau setidaknya
mendekati penulisan feature. Diakui Smith, penulis PR
sering memiliki banyak kesempatan untuk mempersiapkan
rilis feauture (feature releases) selain rilis berita (news
releases).

Menuliskan feature secara baik menjadi tuntutan bagi


penulis PR profesional. Surat kabar dan majalah umum,
begitu pula sejumlah media organisasi baik berupa media
cetak dan situsnya, banyak memuat informasi yang
penulisannya berupa feature. Singkatnya, kemampuan
menulis featurebermanfaat dalam menunjang publikasi
organisasi beserta layanan, produk atau jasanya. Baik
71

publikasi melalui media massa terutama cetak, maupun


melalui media yang dimiliki organisasi.

A. PENGERTIAN DAN RAGAM FEATURE


Secara definisi, menurut Prof. Atar Semi banyak ahli yang
tidak atau belum bisa memberikan rumusan singkat menge-
nai pengertian features termasuk penamaan yang tepat
untuk jenis tulisan ini dalam bahasa Indonesia.Dja'far H.
Assegaff, tulis Semi, menamakan tulisan features sebagai
tulisan khas. Sebutan ini tidak lebih dikenal diban dingkan
dengan sebutan features. Dalam menjelaskan pengertian
features, Semi mengutip dari Patricia A. Williams yang
menjelaskan, features sebagai karya tulis yang membahas
suatu aspek yang menarik dari suatu berita, atau tentang
aspek lain dari suatu Berita (dalam Semi, 1995 : 154).

Bland, Theaker, dan Wragg (2005 : 68) berpendapat, fea-


ture memperluas liputan berita dan memperdalam daya
tarik. Djuroto (2002 : 64) mendefinisikan feature sebagai
bagian dari penyajian berita yang cara menulisnya dapat
mengabaikan pegangan utama dalam penulisan berita,
yaitu 5W 1H. Sedangkan Nur Zain (dalam Soemirat dan
Ardianto, 2012 : 68), mendefinisikan feature sebagai tuli-
san khas yang sifatnya bisa menghibur, mendidik, memberi
informasi dan sebagainya mengenai aspek kehidupan
dengan gaya yang bervariasi.

Seperti halnya dalam mendefinisikan feature, sejumlah


penulis pun menyebutkan ragam jenis featureyang tidak
sama persis bahkan berbeda. Soeseno mengelompokan fea-
72

tures menjadi: news features, feature pengetahuan, dan hu-


man interest feautres (dalam Soemirat dan Ardianto, 2012
: 66). Ada pula yang membagi jenis feature menjadi:
bright, features berita (news feature), feature artikel (artic-
le feature), feature biografi (profile), feature human inte-
rest, feature pengalaman pribadi, feature perjalanan/ petua-
langan, feature sejarah (historical feature), feature promo-
si, feature petunjuk praktis (practical guidance features)
(dalam Romli, 2003 : 61). Penjelasannya:
 Bright. Tulisan pendek yang menonjolkan sisi hu-
man interest dari suatu kejadian. Biasanya mengge-
litik atau mengandung unsur humor.
 Feature berita. Tulisan yang memperdalam sisi
(angle) tertentu dari berita langsung.
 Feature biografi. Tulisan yang memuat tentang
sosok terkait kiprah atau prestasi seseorang.
 Feature human interest. Tulisan yang berisikan
sesuatu yang membangkitkan keharuan, kegembi-
raan, kejengkelan, kebencian, simpati dan sebagai
nya.
 Feature pengalaman pribadi. Tulisan yang men-
ceritakan pengalaman penulis yang bernilai jurnalis
tik, unik.
 Feature perjalanan. Tulisan yang memuat laporan
perjalanan, laporan peristiwa kunjungan, atau petua
langan ke suatu tempat.
 Feature sejarah. Tulisan yang memuat latar bela-
kang sejarah kemudian memunculkan “tafsir baru”
sehingga terasa aktual untuk saat ini.
73

 Feature promosi. Tulisan yang berisikan informasi


terkait suatu organisasi, produk, jasa atau mungkin
ide baru yang relevan.
 Feature petunjuk praktis. Tulisan yang berisikan
petunjuk untuk melakukan atau mengajarkan sesu-
atu.

Apabila merujuk pada pengertian feature yang telah dike-


mukakan Patricia A. Williams,Mc. Kinney, dan Atar Semi,
ti-dak semua jenis featuredi atas dapat dikategorikan seba-
gai feature. Begitu pula dengan pendapat Smith yang me-
negaskan, menulis feature terkait erat dengan penulisan
berita. Terkait, tapi tidak sama. Informasi dalam berita
yang dipahami secara umum cenderung hanya memenuhi
unsur 5W 1H, sedangkan feautrememperdalam dari sudut
pandang (angle) tertentu terutama how (bagaimana-proses)
dan why (mengapa-alasan). Laporan berita dan cerita featu-
re saling melengkapi. Keduanya saling melengkapi infor-
masi dan memberikan pembaca pemahaman yang lebih
lengkap.

Kesimpulannya, apa pun sebutan atau nama jenis feature-


nya, suatu tulisan disebut featureapabila isinya terkait
dengan berita atau bernilai berita. Disampaikan secara
mendalam berdasarkan unsur atau angle tadi yang diang
gap menarik atau penting. Featuremerupakan tulisan yang
memperdalam suatu berita atau bernilai berita dengan fakta
terbaru yang disertai pendapat atau komentar penulisnya.
74

B. CIRI-CIRI FEATURE
Ciri-ciri pokok yang melekat pada features, menurut Semi
mempunyai hubungan dengan berita, yakni bertolak dari
fakta atau peristiwa nyata dalam masyarakat; 2) mempu-
nyai hubungan bentuk dengan karya sastra, karena sajian
nya yang mengandung nilai estetik; 3) mengandung unsur
informasi, hiburan, dan pendidikan.
Perbedaan features dan berita terutama dapat dicermati dari
pemahaman di bawah ini. Pembeda feature dengan berita
menjadi ciri dari bentuk tulisan tersebut:
 Berita ditulis dengan sangat memperhatikan ke-
lengkapan unsur 5W dan 1H, sedangkan penuli san
featurestidak terikat dengan kelengkapan unsur-
unsur tersebut tetapi memperdalamnya berdasarkan
salah satu atau beberapa unsur tadi yang dianggap
menarik.
 Apabila berita disampaikan dengan bahasa yang
lugas dan baku, maka feature hendaknya disajikan
dengan gayabahasa yang indah (Semi, 1995 : 155-
156).
 Sebagai tambahan, penulisan berita biasa mengi
kuti pola piramida terbalik, sedangkan feature disa-
jikan secara: naratif, deskriptik, kronologis atau po-
la lain. Penulisannya menggunakan gaya bahasa
yang indah.

Mengenai gaya bahasa yang biasa digunakan dalam gaya


bahasa features, sebenarnya banyak juga diantaranya dite-
rapkan dalam penulisan berita. Menurut Warriner (dalam
Sumadiria, 2004 : 113) gaya bahasa adalah cara memper-
75

gunakan bahasa secara imajinatif, bukan dalam pengertian


secara alamiah saja. Gaya bahasa juga adalah cara meng-
ungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang mem-
perliharkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai
bahasa). Keraf menegaskan, sebuah gaya bahasa yang baik
harus mengandung unsur kejujuran, sopan-santun, dan
menarik.

Banyak sekali gaya bahasa yang dapat digunakan sesuai


dengan konteksnya. Di antara contohnya: rapuh seperti
sarang laba-laba (perumpamaan), menjadi buah bibir (me-
tafora), ombak berkejar-kejaran (personifikasi), berdiri
mematung (depersonifikasi), si kancil yang cerdik (ale-
gori), di hina namun tetap tersenyum (antitesis), dia yang
berbahaya... eh berbahagia (koreksio/epanortosis), Jakarta
nyaris tenggelam saat banjir (hiperbola), mampirlah di
gubuk saya – padahal rumahnya bagus (litotes), kota hujan
itu kini mengalami kekeringan (ironi), wakil rakyat atau
wakil konglomerat (satire). Banyak lagi istilah gaya bahasa
lain dengan beragam contohnya masing-masing.

C TOPIK FEATURES
Topik adalah “pokok pembicaraan dalam diskusi, ceramah,
karangan, dsb” (http://badan bahasa.kemdikbud.go.id/kb
bi/index.php). Dengan menga cu kepada topik, suatu tuli-
san diharapkan lebih terfokus sehingga penulisannya tidak
melebar kemana-mana.
76

Daya tarik suatu topik dapat ditentukan oleh pertimbangan


salah satu atau beberapa dari yang disebutkan di bawah:

1. Tidak Biasa
Topik tidak biasa yang dimaksud bisa berarti unik, aneh,
mengherankan, atau malah sesuatu yang menimbulkan de-
cak kagum. Kejadian atau keadaan yang mempunyai ciri-
ciri ini mengandung daya tarik tersendiri. Tidak hanya daya
tarik bagi penulis untuk menuliskannya, melainkan juga
daya tarik bagi calon pembaca untuk membacanya.

2. Menggugah Emosi & Rasa Kemanusiaan


Sikap dan tindakan manusia sering kali dipengaruhi oleh
emosinya. Emosi merupakan bagian dalam diri manusia
yang memiliki kemampuan besar untuk memutuskan atau
melakukan sesuatu. Wujud dari emosi manusia adalah se-
nang, bahagia, sedih, kecewa, marah dan yang lainnya.

Apabila topik yang dikemas dalam bentuk featuresmampu


menggugah emosi pembaca, maka kemampuan ini meru-
pakan bagian dari ciri keberhasilan penulisan features.
Ketergugahan emosi mereka saat membaca jenis tulisan ini
dengan sendirinya menjadikan featurestersebut memiliki
daya tarik (menarik) bagi pembacanya.

Features yang topiknya bisa menggugah rasa kemanusiaan


pembaca juga tergolong menarik. Rasa kemanusiaan ada-
lah bagian dari wujud emosi yang secara umum masih
dominan keberadaannya dalam diri manusia. Apabila ke-
manusiaan seseorang tergugah oleh isi features yang
77

dibacanya, maka dengan sendirinya topik tersebut menjadi


menarik.

Penulis features harus berupaya “memperkenalkan” karya


tulis yang dibuatnya menyentuh/menggugah rasa kemanu
siaan calon pembaca sebelum mereka membaca features
nya. Caranya adalah membuat judul yang secara substantif
dapat menyentuh rasa kemanusiaan calon pembaca.

3. Mengandung Kepentingan bagi Pembaca


Salah satu pertimbangan seseorang untuk membaca suatu
karya tulis, termasuk features, karena topik yang diangkat
memiliki kepentingan dengan dirinya. Kepentingan ini da-
pat berupa kepentingan terkait dengan profesi, pekerjaan,
penelitian, hobi, minat, perhatian, atau yang lainnya.

Orang yang senang sekali jalan-jalan menjelajahi pelosok


daerah di Indonesia, memiliki kepentingan terhadap fea-
tures yang membahas suatu daerah yang mempunyai nilai
berita dengan keunikan dan pesonanya. Seorang staf PR
yang ingin sekali menjadi praktisi dan konsultan PR yang
hebat, berkepentingan membaca features yang mengangkat
kiprah seorang PR ternama dengan beragam prestasi yang
diraihnya. Seorang mahasiswa yang mela kukan penelitian
mengenai kekerasan dalam rumah tangga, berkepentingan
membaca features yang topiknya terkait kekerasan dalam
rumah tangga.

Adanya kepentingan dengan topik yang disampaikan da-


lam suatu features berarti adanya sesuatu yang hendak di-
78

peroleh dari isi tulisannya. Sesuatu itu bisa apa saja: seka-
dar informasi, data yang dibutuhkan, fakta yang dikemuka-
kan, petunjuk-petunjuk tertentu untuk dapat diterapkan,
dan masih banyak lagi. Bergantung kepenting annya.

Sebagai karya tulis yang berhubungan dengan suatu berita


dan fakta, maka isi atau muatan yang dikemukakan di da-
lam featuresharus objektif dan akurat. Objektivitas dan
akurasi isi sangat penting disampaikan karena amat menen-
tukan kualitas dari features, di samping aspek teknis
penulisannya.

Agar muatan atau isi features lebih berbobot, objektif dan


akurat, seorang penulis tidak bisa menulis hanya berdasar
kan pengetahuan yang diperoleh dari berita yang dibacanya
dan kemampuan berfikir analitisnya. Penulis perlu mela
kukan berbagai upaya seperti:

 Turun ke lapanganatau observasi.


Observasi dapat dilakukan dengan cara: 1) untuk
menemui, melihat, dan berinteraksi dengan orang
atau orang-orang yang terkait kejadian, dan/atau; 2)
mencermati secara langsung suasana sosial atau
keadaan lingkungan alam tempat peristiwa terjadi.

Ketika di lapangan, hal penting untuk segera


dilakukan adalah menemui atau mencari tahu
terlebih dahulu keberadaan orang-orang yang
dianggap sumber informasi utama dan sumber in-
formasi tambahan untuk diwawancarai. Sumber
79

informasi utama bisa siapa saja: pelaku, korban,


saksi kejadian, atau orang-orang yang berkompeten
untuk memberi penjelasan tentang sesuatu. Bergan-
tung pada konteks yang akan diangkat dalam fea-
tures.

Informasi tambahan berasal dari orang-orang selain


mereka yang keberadaannya secara langsung atau
tidak langsung terkati dengan sesuatu yang menjadi
objek observasi di lapangan. Contoh: apabila objek
observasi adalah kondisi suatu bangunan sekolah
dasar negeri yang sangat memprihatinkan bagi
kegiatan belajar mengajar, maka sumber informasi
tambahannya yaitu para orang tua murid atau tokoh
masyarakat. Sedangkan sumber informasi utama
nya: kepala sekolah, guru, murid, dan mungkin juga
pihak yang berwenang seperti dinas pendidikan.
Seperti halnya penentuan sumber infor masi utama,
penentuan sumber informasi tambahan pun bergan-
tung pada objek observasi, tepatnya konteks pokok
persoalan yang hendak ditulis dalam features.

Dengan turun ke lapangan diharapkan penulis


memperoleh gambaran sebenarnya terkait topik
yang akan ditulis. Selama berada di lapangan, penu-
lis mesti mengoptimalkan kemampuan meli hat,
mendengar,dan nalurinya untuk memperoleh bera-
gam informasi yang lebih jelas serta mendalam
sesuai kebutuhan penulisan. Pengetahuan yang di-
peroleh dari berita yang dibaca, misalnya, tetap bisa
80

dijadikan rujukan terutama isi informasi yang tidak


ditemukan dari lapangan.

 Mewawancarai orang yang berkompeten.


Mewawancarai orang yang berkompeten mengenai
sesuatu yang akan disajikan dalam features, sangat
bermanfaat untuk memperkaya atau memperdalam
penyajiannya. Orang yang berkompeten bisa siapa
saja dan dari kalangan mana saja: pakar tertentu,
pejabat tertentu, atau mungkin profesi tertentu. Ber-
gantung pada pokok persoalan yang akan disampai-
kan dalam tulisan.
Dari contoh di atas, orang yang kompeten untuk di-
wawancarai mengenai tindakan yang akan dilaku
kan pemerintah terhadap kondisi bangunan sekolah
dasar negeri yang sangat memprihatinkan tadi ada-
lah kepala dinas pendidikan setempat.Bukan kepala
sekolah, guru, apalagi murid-muridnya.

 Mencari bahan tertulis dari rujukan yang relevan.


Penyajian features yang betul-betul mendalam dan
objektif, sering kali tidak cukup hanya mengandal
kan bahan yang diperolah dari lapangan, dari koran
atau majalah, serta dari wawancara dengan orang
yang dianggap kompeten. Penulis juga hendaknya
mengumpulkan bahan tulisan lainnya yang berasal
dari sumber tertulis seperti buku, jurnal, atau bahan
tulisan lain yang layak dijadikan rujukan.
81

Adanya rujukan dari karya tulis tertentu bukan


dimaksudkan agar features menjadi tulisan ilmiah
sebagaimana penulisan artikel yang akan dibahas
pada bab selanjutnya. Pengutipan dari rujukan tertu
lis lebih bertujuan untuk memperkaya informasi
atau data sesuai kebutuhan topik. Berbeda dengan
penulisan artikel yang melekat dengan aspek ilmi-
ah.

Kelengkapan bahan (informasi dan data) yang di-


peroleh dari berbagai sumber akan memper mudah
saat penulisan. Hingga pada akhirnya, tulisan fea-
tures yang disajikan menjadi lebih berwarna karena
kandungan kekayaan informasi dan data yang di-
muatnya itu.

D. PENULISAN FEATURES
Pada prinsipnya, penulisan features memiliki persamaan
dengan proses penulisan karya tulis nonfiksi secara umum.
Proses penulisan biasanya diawali dengan pemilihan topik,
tujuan penulisan topik tersebut, menentukan sasaran
pembaca yang dituju, pengorganisasian dalam penulisan,
menuliskannya dengan baik, membaca ulang untuk mem-
perbaiki adanya kesalahan, dan membuat judul yang mena-
rik serta relevan dengan isi.

1. Pemilihan Topik
Salah satu pertimbangan pemilihan topik untuk diang-
kat menjadi suatu tulisan yaitu memiliki relevansi isi
dengan berita tertentu dan karakteristik koran atau
82

majalah yang akan memuatnya. Sebaik apapun kualitas


featuresyang isinya terkait upaya pemulihan citra
perusahaan yang sebelumnya diberita kan mencemari
lingkungan sehingga menimbulkan protes keras dari
masyarakat, misalnya, tidak akan dimuat oleh tabloid
atau majalah yang isinya khusus memuat mengenai
wanita. Kesesuaian antara topik features yang hendak
ditulis dengan karakterisik isi media cetak yang akan
menjadi sasaran pengiriman tulisan, menjadi pertim-
bangan awal sebelum penulisan dilakukan.

Pertimbangan selanjutnya yaitu menyesuaikan isi


pembahasan dengan kisaran jumlah halaman yang
ditentukan oleh pihak redaksi koran atau majalah.
Jangan sampai features yang ditulis terlalu panjang
atau bahkan terlalu pendek. Terlepas dari pertimbangan
kualitas isi, features yang terlalu pendek atau terlalu
panjang hingga melampaui jumlah halaman yang
ditentukan, bisa menjadi pertimbangan penolakan
pihak redaksi surat kabar atau majalah untuk memuat
nya. Apalagi features yang dikirim juga perlu memper-
timbangkan perlu-tidaknya gambar atau foto tertentu.

Pertimbangan lain dalam pemilihan topik yang juga


tidak kalah menarik adalah pertimbangan daya tarik.
Daya tarik suatu topik bisa karena topiknya tidak biasa,
menggugah emosi dan rasa kemanusiaan para pemba-
ca, dan/atau mengandung kepentingan bagi pembaca
sebagaimana telah diuraikan di atas.
83

2. Tujuan Penulisan suatu Topik


Tujuan penulisan suatu featuresdan karya tulis lain
dapat dilihat dari efek yang hendak dituju pada diri para
pembacanya. Efek yang dimaksud berupa kognisi,
afeksi, dan/atau konasi.

Efek kognisi yaitu tumbuhnya pengetahuan pembaca


terhadap sesuatu yang disampaikan dalam features.
Efek ini terjadi dari tujuan penulisan yang cenderung
memberikan informasi saja tentang sesuatu yang ditulis
dalam features (informing).

Efek afeksi adalah munculnya sisi emosi dalam diri


para pembaca terhadap isi tulisan yang disampaikan.
Efek ini lebih tinggi dari sekadar menumbuhkan penge-
tahuan (kognisi) karena menyentuh juga sisi emosi
pembaca. Sisi emosi dapat berupa: bahagia, sedih, ke-
cewa, marah, dan seterusnya.

Efek selanjutnya yaitu konasi. Efek ini berada pada ta-


hapan paling dari tujuan penulisan (penyampaian pe-
san) karena menyebabkan pembaca terdorong untuk
melakukan sesuatu seperti yang diharapkan penulis. E-
fek afeksi dan konasi bisa terjadi karena tulisan yang
disampaikan bersifat membujuk atau menggugah emo-
si pembaca untuk melalukan sesuatu (persuading).

3. Menentukan Sasaran Pembaca yang Dituju


Penentuan sasaran pembaca features pada akhirnya
mengacu kepada karakteristik pembaca koran atau ma-
84

jalah yang akan dijadikan tujuan pemuatan karya tulis


tersebut. Dengan mengetahui siapa saja atau seperti apa
calon pembaca koran atau majalah tersebut, maka Anda
pun dapat mengetahui siapa atau seperti apa calon pem-
baca features Anda.

Logika dalam menentukan sasaran pembaca memang


tidak terlepas dari pemahaman terhadap karakteristik
suatu koran atau majalah yang dituju dan para pemba
canya. Berbeda dengan penulisan buku yang dapat
lebih spesifik dan merdeka dalam menentukan sasaran
pembaca, sasaran pembaca suatu featuresyang akan
dimuat suatu koran atau majalah tentunya harus me-
nyesuikan dengan sasaran pembaca media cetaknya.

4 Pengorganisasian dalam Penulisan


Pengorganisasian dalam penulisan berkenaan dengan
susunan atau struktur penulisan features. Struktur penu
lisan features berbeda dengan struktur penulisan berita.
Struktur penulisan berita seperti telah dijelaskan pada
bab sebelumnya, mengacu pada struktur piramida terba-
lik yang urutannya dari atas hingga ke bawah: dimulai
dari fakta yang paling penting, diikuti fakta yang pen-
ting, hingga kurang penting. Komposisinya terdiri dari
judul, baris tanggal (date line) – tapi sekarang umumnya
hanya ditulis nama daerah peristiwa berlangsung, teras
berita (lead), dan tubuh berita (news body).

Struktur penulisan feature dapat disusun seperti kerucut


terbalik atau lebih fleksibel. Tidak harus menempatkan
85

fakta terpenting di bagian awal yang komposisi tulisan


nya sebagai berikut (2003 : 64) :
1) Head (judul feature).
2) Lead (teras, intro, kalimat pembuka feature).
3) Bridge (jembatan antara lead dan body),
berfungsi sebagai penghubung antara lead
danisi tulisan.
4) Body (tubuh atau isi tulisan)
5) Ending (penutup tulisan).

Pengorganisasian dalam penulisan, terutama dalam


tubuh atau isi tulisan (body) berkenaan pula dengan
pengemba-ngan gagasan. Ada tiga cara dalam
mengembangkan ga-gasan: kronologis, sparsial, dan
logis.
 Kronologis. Pengembangan penulisan yang me-
ngacu pada urutan hari dan/atau waktu terjadinya
suatu kegiatan atau peristiwa. Jika proses kegiatan
berlangsung dalam beberapa hari, maka kronolo-
gisnya mengacu pada urutan hari. Jika hanya dalam
satu hari, maka urutannya berdasarkan hitungan
jam.
 Sparsial.Pengembangan gagasaran berdasarkan u-
rutan tempat. Baik tempat yang berada di dalam ba-
ngunan maupun di luar bangunan dan alam terbuka.
 Logis. Penyampaian gagasan yang berpijak pada
logika tertentu seperti pola sebab akibat, perban-
dingan atau pertentangan, atau yang lainnya.
86

Penentuan pengorganisasian yang mengacu susunan-susu-


nan tersebut (kronologis, ruang, logis) bergantung pada
jenis features-nya. Bagi penulis, penentuan pengorganisa-
sian ini dapat memudahkan penulis untuk menulis kannya.

5. Menuliskannya dengan Baik


Pada praktiknya, bisa saja pengorganisasian dilakukan saat
penulisan berlangsung. Pengorganisasian penu li-san yang
semula sudah ditetapkan pun dapat berubah setelah penulis
mempertimbangkan segala sesuatunya sesuai pengetahuan
baru yang mungkin ditemui saat menulis.

Terlepas apakah pengorganisasian tersebut sudah dite-


tapkan sebelum atau saat penulisan berlangsung, yang pasti
tujuan akhir dari pengorganisasian dimaksudkan agar
tulisan yang dihasilkan berkualitas baik. Baiknya sua-tu
tulisan sangat bergantung dalam menuliskannya dan
pengorganisasian penulisan merupakan bagian yang terin-
tegrasi dengan menulis atau proses penulisan.

a) Menulis lead.
Menulis teras (lead) yang baik dan menarik hendak
nya juga menjadi perhatian dalam menulis featu-
res. Seperti halnya lead pada berita, fungsi lead
pada features juga dapat digunakan untuk merang
sang daya tarik pembaca.
Romli menuliskan ragam penulisan lead feature
yang menentukan tepat-tidaknya sudut pandang
(angle) suatu peristiwa yang dipilih dalam penuli-
san feature, yaitu: teras analogi (analogy lead), te-
87

ras kalimat pendek, teras menggambarkan (picture


lead) atau teras bercerita (narrative lead), teras pa-
paran (descriptive lead), teras epigram (epigram
lead), teras figuratif (figurative lead), teras tiruan
bunyi (stakato lead), teras dialog (dia logue lead),
teras filosofis, teras kumulatif, teras kutipan (quota-
tion lead), teras sapaan, teras ringkas an (summary
lead), teras kontras (contrast lead), teras sensasi
(sensasional lead), teras literer, teras pasak (peg
lead), teras pertanyaan (question lead)):
 Teras analogi, yaitu lead yang menyajikan dua
atau lebih perkara, suasana, watak, hal yang sa-
ma atau mirip.
 Teras kalimat pendek, yaitu lead yang menulis-
kan sesuatu dengan kata-kata singkat dalam
menjelaskan sesuatu.
 Teras menggambarkan atau bercerita, yaitu
lead yang bercerita seperti info yang biasa digu-
nakan dalam karangan fiksi seperti cerpen atau
novel.
 Teras paparan, yaitu memaparkan atau meng-
gambarkan sosok atau suatu peristiwa.
 Teras epigram, yaitu lead yang menggunakan
pepatah atau ungkapan.
 Teras figuratif, yaitu lead yang menggunakan
pengandaian.
 Teras tiruan bunyi, yaitu lead yang menirukan
suara atau bunyi tertentu dari suatu benda.
 Teras dialog, yaitu lead yang berisi kutipan ob-
rolan.
88

 Teras filosofis, yakni lead yang menggunakan


kata-kata yang bernada filosofis.
 Teras kumulatif, yaitu lead yang memuat rang
kaian/urutan suatu kejadian.
 Teras kutipan, yaitu lead yang merupakan kutip
an seseorang atau pelaku dalam suatu peristiwa
yang ditulis.
 Teras sapaan, merupakan lead yang mengguna
kan kata-kata sapaan atau pertanyaan yang
menyapa.
 Teras ringkasan, yaitu lead yang merupakan po-
kok masalah yang akan dipaparkan.
 Teras kontras, yakni lead yang menggunakan
perbandingan atau sesuatu yang bertentangan.
 Teras sensasi, lead yang menuliskan sesuatu
yang mengagetkan, menggemparkan.
 Teras literer, yaitu lead yang merujuk pada
sumber-sumber tertentu seperti menurut pakar,
dari cerita rakyat, judul film, dan sebagainya.
 Teras pasak, yakni lead yang mengedepankan
penyebab (why) terjadinya suatu kejadian.
 Teras pertanyaan, yaitu menggunakan pertanya
an, tetapi bukan sebagai suatu sapaan (Romli,
2003 : 66-71).

b) Menulis isi atau tubuh feature


Tubuh feature berisi situasi dan proses, disertai
penjelasan mendalam tentang mengapa dan bagai
mana (Soemirat dan Ardianto, 2012 : 66). Fatures
yang baik (berkualitas) sangat ditentukan oleh ke-
89

mampuan dalam menuliskannya. Baik kemam puan


dari aspek teknis, metodologis, juga bobot dari isi-
nya.

Aspek teknis di antaranya mengenai penulisan


brid-ge atau jembatan dalam menghubungkan
antara lead dengan isi atau tubuh tulisan. Aspek
teknis penulisan juga mencakup penggunaan ejaan
hingga tata bahasa yang benar. Aspek bobot dari isi
menyangkut terpenuhinya berbagai informasi atau
data yang dibutuhkan yang berasal dari sumber-
sumber terpercaya. Sedangkan aspek metodologis
atau cara dalam menuliskannya dengan mengacu
pada salah satu atau beberapa dari pengorganisasi-
an berikut:
 Deduktif, yaitu penjelasan/penguraian yang me
nyempit: urutan diawali dari hal yang luas/
umum dilanjutkan ke hal yang sempit/spesifik/
khusus.
 Induktif, penjelasan atau penguraian yang me
luas, yaitu uraian/penjelasan yang dimulai dari
hal yang sempit/spesifik/khusus ke hal yang lu-
as/umum.
 Topikal, penjelasan disusun menurut topik ca-
kupan pembahasannya.
 Spasial, uraian/penjelasan mengacu pada urutan
lokasi, ruangan, atau tempat.
 Logis, uiran/penjelasan mengacu pada susunan
berdasarkan sebab-akibat atau akibat dan pe-
nyebabnya.
90

 Kronologis, menjelaskan suatu persoalan me-


nurut urutan waktu kejadian atau rencana.

c) Penutup tulisan
Penulisan feature, harus berakhir dengan adanya
suatu penutup atau kesimpulan yang mendorong
terciptanya suatu penyelesaian, kilmaks, atau ada
akhir ceritanya atau ending. Beberapa jenis penutup
feature :
 Penutup ringkasan. Merupakan kesimpulan ce-
rita atau fakta yang telah diuraikan dengan
merujuk kepada lead.
 Penutup penyengat. Penutup yang dapat mem
buat pembaca merasa kaget, karena kesimpulan
berisi sesuatu yang tidak diduga.
 Penutup pertanyaan. Dengan mengajukan perta
nyaan atas suatu persoalan tanpa menyebut kan
jawabannya. Tetapi jawaban dari pertanyaan
tersebut dapat menjadi renungan bersama.
 Penutup klimaks. Umumnya digunakan dalam
fearure yang pola penyampaian faktanya secara
kronologis, yaitu mengemukakan akhir cerita
(Romli, 2003 : 71).

6. Membaca Ulang untuk Memperbaiki Kesalahan


atau Kekurangan
Potensi terjadinya kesalahan biasa terjadi dalam ber-bagai
karya tulis, termasuk ketika suatu tulisan dianggap sudah
selesai dirampungkan. Membaca ulang merupakan tahapan
selanjutnya yang biasa dilakukan oleh para penulis, terma-
91

suk para penulis berpenga laman, mengingat potensi


kesalahan dalam penulisan lazim terjadi.

Potensi kesalahan bisa dari segi teknis, metodoligis, a-tau


bahkan mungkin dari kurangnya bobot dari isi tulisan.
Membaca ulang merupakan tahapan penting sekaligus
kesempatan bagi penulis untuk memperbaiki adanya
kesalahan atau “menyempurnakan” kualitas isi yang diang-
gap masih rendah.

7. Membuat Judul yang Menarik dan Relevan dengan


Isi
Judul beritaminimal terdiri dari subjek (kata benda) dan
predikat (kata kerja), sedangkan judul feature boleh meng-
gunakan judul label (non-katakerja) sebagaimana halnya
judul artikel (Romli, 2003 : 65). Menarik dan relevan hen-
daknya menjadi pertimbangan utama dalam membuat
suatu judul di samping pertimbangan singkat dan/atau
padat. Menarik menyentuh pada sisi emosi pembaca yang
membuat mereka tertarik untuk memba-canya. Relevan
berkenaan dengan kesesuaian antara isi pesan judul dengan
topik pembahasan.

Judul yang singkat berkorelasi dengan penggunaan ka-ta-


kata yang tidak panjang untuk sebuah judul, sekali-gus
menghindari penggunaan kata yang dianggap mu-bazir dan
tidak perlu. Judul yang padat berarti judul tersebut sarat
pesan, makna atau informasi, meski di-sampaikan secara
singkat.
92

Hal lain yang tidak bisa dipisahkan dari perhatian para pe-
nulis features adalah ketepatan waktu pengiriman naskah,
terutama apabila hendak dikirimkan ke redaksi surat kabar
atau majalah umum sebagai bagian dari media massa.
Ketepatan waktu yang dimaksud dapat dipahami seti-
daknya dari dua hal: 1) masih hangatnya topik yang ditulis
dan dikirimkan ke redaksi dengan berita yang menjadi pe-
micu penulisan features– jika pemicu penulisannya me-
mang dari berita yang ramai disampaikan media; 2) ketepa-
tan dengan deadline atau batas waktu pengiriman naskah
yang ditentukan redaksi.

Berbeda dengan penulisan feature yang akan dimuat di


media internal organisasi seperti newsletter, majalah inter-
nal dan sejenisnya. Staf PR sebagai penulis features yang
memuat laporan/informasi terkait kegiatan organisasi, pro-
duk/jasa, atau sosok pimpinannya, memiliki keleluasaan
dalam proses pemuatannya. Tidak seperti pengiriman tulis-
an feature ke redaksi media massa yang pemuatannya sa-
ngat ditentukan oleh aturan dan kebijakan redaksi media
yang bersangkutan.

Menurut Hutabarat, setiap feature hendaknya dilengkapi


dengan ilustrasi, baik berupa chart, figure, grafik maupun
foto atau gambar. Dapat dibayangkan betapa tebalnya tulis-
an feature, bisa mencapai empat atau lima halaman ukuran
A4 spasi rangkap (dalam Soemirat dan Ardianto, 2003 :
65).
93

Aturan umum dalam suatu feature PR menurut Bland,


Theaker, dan Wragg (2005 : 78) diantaranya:
 Tulisan selalu terdiri dari bagian awal, tengah, dan
akhir.
 Selalu menulis dengan panjang tulisan ditentukan
oleh editor.
 Sebagian besar pembaca akan memutuskan apakah
akan melanjutkan membaca feature atau tidak
biasanya ditentukan oleh paragraf pertama atau ke-
dua. Dengan demikian penulisan paragraf awal ha-
rus sangat diperhatikan karena dapat menandai ke-
berhasilan atau malah kegagalan penulisan feature.
 Bersifkap objektif ketika menulis, termasuk tentang
perkembangan industri.
 Memperhatikan teknis penulisan termasuk menggu
nakan spasi ganda.
 Menyediakan foto potret penulis atau foto produk
yang sesuai.
 Mengidentifikasi jabatan penulis seperti menyebut
kan nama dan jabatan atau kapasitasnya sesuai kon-
teks tulisan.

Salah satu hal yang perlu dipertegas kembali dari pernya


taan Bland dan rekan-rekan di atas yaitu diawal tulisan atau
paragraf awal harus menarik. Pernyataan ini meujuk kepa-
da pentingnya membuat lead feature yang memiliki daya
tarik sehingga pembaca penasaran untuk membaca tulisan
sampai tuntas.
94

BAB 4
PENULISAN ARTIKEL

Bentuk penulisan lain yang hendaknya menjadi bagian dari


keterampilan yang dimiliki staf PR adalah penulisan arti-
kel. Penulisan artikel akan sangat berguna dalam mendu-
kung kegiatan komunikasi PR yang isinya cenderung ber-
sifat ilmiah atau semi ilmiah. Sebuah artikel juga dapat
menjadi sarana PR dalam meyakinkan publik (pembaca)
mengenai sesuatu atau masalah tertentu yang perlu dikaji
berdasarkan keilmuan tertentu sehingga diharapkan tercip-
talah opini publik yang positif terhadap organisasi.

Munculnya ide kepenulisan antara berita, feature, dan arti-


kel memiliki perbedaan. Apabila berita terikat dengan
informasi yang terbaru dan features mempunyai kaitan
dengan berita, maka artikel pada umumnya tidak mengait
kannya dengan sumber berita. Dengan demikian penulisan
artikel tidak harus mengacu pada berita yang telah terjadi.
Artikel melahirkan suatu pengetahuan atau keterampilan
tertentu.

Di media massa cetak, artikel biasanya ditulis dari kalang


an pembaca untuk melengkapi karya tulis jurnalistik yang
dimuat media tersebut dan/atau memenuhi kebutuhan bagi
pembaca lain. Penulis PR dapat melakukan hal yang sama
dengan menulis artikel dan mengirimkannya kepada media
95

massa untuk kepentingan pribadi atau untuk membangun


opini publik yang positif terhadap organisasi. Staf PR
memiliki keleluasaan untuk memuat artikel di media inter
nal organisasi selama isinya relevan dengan karakteristik
organisasi dan tujuan organisasi.

Praktisi PR yang mampu menghasilkan artikel yang baik


dan bermanfaat akan berpengaruh positif bagi dirinya dan
bagi organisasi tempatnya bekerja. Dampak positif bagi
penulis (staf PR), setidaknya sebagai aktualisasi dan eksis
tensi diri. Apabila artikelnya dimuat di koran atau majalah
umum, namanya bisa dikenal oleh pembaca sebagai orang
yang memiliki perhatian, minat, bahkan mungkin saja
dianggap ahli dalam permasalahan tertentu sesuai yang
disampaikannya. Sebab dalam artikel penulis menyampai
kan pokok-pokok pikirannya yang didukung dengan
rujukan ilmiah serta solusi di suatu persoalan tertentu.

Berbeda dengan penulisan berita yang tidak menyertakan


nama penulis secara jelas, pada penulisan artikel, nama
penulis ditempatkan secara jelas di bawah judul artikel.
Bahkan terdapat artikel yang dimuat oleh media cetak
menyertakan foto penulisnya.

Potensi munculnya dampak positif bagi organisasi teru-


tama jika praktisi PR mampu menulis artikel yang isinya
berpengaruh pada munculnya opini publik yang positif
bagi organisasi atau perusahaan. Dengan menunjukkan
keterampilan menulis artikel seperti itu, apalagi dimuat di
96

media massa seperti koran nasional, seorang PR juga patut


dihargai lebih oleh pimpinan dan organisasinya.
Artikel yang ditulis dan dikirim oleh pembaca ke redaksi
koran atau majalah yang sudah dikenal luas biasanya
jumlahnya banyak. Redaksi akan menyeleksi artikel-artikel
tersebut dengan berbagai pertimbangan mengacu pada
karakteristik sasaran pembacanya.

Apabila karaktersitik sasaran pembaca tersebut disimpul


kan, maka akan menghasilkan suatu pemahaman bahwa
mereka memiliki minat, kebutuhan dan/atau pengetahuan
yang beragam. Penulis artikel harus dapat menyajikan
muatan tulisannya yang sesuai dengan minat, kebutuhan
dan/atau pengetahuan sebagian para pembaca.

Mengacu pada pemahaman terhadap keragaman minat,


kebutuhan, dan pengetahuan pembaca, penulis dapat
membuat artikel dengan pertimbangan utama: menarik dan
bermanfaat bagi pembaca. Menarik berarti topik atau
permasalahan yang diangkat bersifat ilmiah atau semi
ilmiah, tetapi menarik perhatian para pembaca untuk me
ngetahuinya lebih mendalam.

Artikel yang ditulis tentunya juga harus bermanfaat bagi


sebagian pembacanya. Minimal berdampak meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman terhadap sesuatu (aspek
kognisi) yang menjadi minat pembacanya.

Artikel yang memiliki nilai manfaat (ilmiah) bagi pembaca


(manusia) lebih jelas ukurannya daripada artikel yang
97

menarik. Artikel yang bemanfaat secara umum dapat dike


tahui dari penyajian tulisan yang isinya memenuhi kebu
tuhan teoritis dan/atau mungkin kebutuhan praktis para
pembaca. Sedangkan menarik lebih kepada “selera” yang
memenuhi kebutuhan emosinya.

Penulis artikel harus memperhatikan etika terkait dengan


penulisan dan pengiriman karya tulisnya. Dalam penulisan
misalnya, ia tidak boleh menduplikasi artikel dari tulisan
atau artikel orang lain. Pengiriman satu naskah tulisan yang
sama, jangan dikirim kepada dua atau lebih media massa.

A. PENGERTIAN ARTIKEL
Artikel pada dasarnya adalah fakta yang dianalisis sehing
ga memunculkan pendapat/pandangan penulisnya atas
fakta itu. Ada juga yang menyebutkan artikel adalah opini
yang disampaikan pembaca tentang berbagai masalah
aktual yang menyita perhatian masyarakat (Iriantara dan
Surachman, 2006 : 98).

Artikel merupakan sebuah tulisan yang isinya fakta berikut


masalah (yang tidak hanya satu tetapi beberapa sekaligus
yang saling berkait), diikuti pendirian subjektif yang
disertai argumentasi berdasarkan teori keilmuan dan bukti
berupa data statistik yang mendukung pendirian itu
(Soemirat dan Ardianto, 2012 : 71).

Artikel didefinisikan sebagai sebuah karangan faktual


(nonfiksi) tentang suatu masalah secara lengkap, yang
panjangnya tak tentu, untuk dimuat di surat kabar, majalah,
98

buletin, dan sebagainya, dengan tujuan untuk menyampai


kan gagasan dan fakta guna meyakinkan, mendidik,
menawarkan pemecahan suatu masalah atau menghibur
(Romli, 2003 : 80).

Dari ketiga pemahaman tersebut setidaknya dapat disimpul


kan, artikel harus mengandung fakta tentang sesuatu/
masalah sekaligus menyampaikan gagasan/pemecahan
masalahnya yang ditinjau dari pandangan teoritis atau
keilmuan tertentu. Artikel bukan tulisan fiksi melainkan
mengacu pada kenyataan yang terjadi. Kenyataan tersebut
biasanya berupa suatu persoalan/masalah yang kemudian
dibahas dalam tinjauan keilmuan tertentu disertai
pandangan atau gagasan penulis, terutama ketika dalam
memberikan solusinya. Penulis berupaya meyakinkan
pembaca dengan gagasan atau solusi yang dikemukakan.

Semi (1995 : 192) mengatakan, artikel adalah tulisan yang


lengkap, dimuat dalam surat kabar atau majalah. Lengkap
berarti mempunyai judul, pendahuluan, penyajian masalah,
pembahasan, dan penutup (kesimpulan). bentuk tulisan
artikel sama dengan makalah. Apabila makalah ditulis
untuk surat kabar atau majalah, maka makalah tersebut
menjadi artikel.

Perbedaan mendasar antara penulisan makalah dengan


penulisan artikel terutama terletak dari penggunaan
“bahasa”. Pada penulisan makalah umumnya tidak
mengacu pada prinsip atau standar penggunaan bahasa
yang dapat dipahami pembaca umum. Itulah sebabnya, di
99

dalam makalah, sering ditemui kata, istilah, dan kalimat


yang cenderung hanya dipahami oleh kalangan terbatas:
peserta seminar dari makalah yang diseminarkan atau
orang-orang tertentu. Bahkan, bisa saja, ada kata-kata atau
kalimat dalam suatu makalah yang hanya dipahami oleh
penulisnya.

Berbeda dengan penulisan artikel untuk media massa cetak


yang sasaran pembacanya khalayak umum. Penulisan
artikel harus mengacu pada pemahaman suatu konsep atau
standar yang disebut sebagai bahasa jurnalistik.

Prinsip-prinsip penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik


tampaknya tidak sepenuhnya bisa diterapkan dalam
tulisan-tulisan ilmiah, terutama yang disebut sebagai
tulisan ilmiah murni bukan semi lmiah. Artikel atau tulisan
ilmiah murni disajikan di dalam majalah ilmiah yang
pembacanya adalah kalangan khusus. Kekhususan dari
pembaca suatu majalah ilmiah dapat dilihat dari bidang
atau topik yang disampaikan. Bisa berupa topik yang
berkenaan dengan ilmu kimia, fisika, matematika, biologi,
kedokteran atau yang lainnya yang disampaikan secara
ilmiah murni. Dengan demikian para pembaca majalah
ilmiah merupakan orang-orang yang mempunyai pengeta
huan, pendidikan, dan/atau profesi khusus sesuai bidang
atau topik yang disampaikan dalam tulisan tersebut.

Artikel yang termasuk semi ilmiah dapat dipublikasikan


melalui koran dan majalah umum. Meski isinya tergolong
ilmiah, tetapi penyajian tulisannya masih dapat dipahami
100

oleh khalayak umum yang memiliki minat dan perhatian


terhadap topik dalam artikel tersebut.
Selain dari penyajian tulisannya, dikotomi antara artikel
ilmiah dan artikel semi ilmiah juga dapat dicermati dari
isi/muatan artikelnya. Tulisan ilmiah murni atau aspek
keilmiahannya sangat tinggi adalah tulisan ilmiah berisi
kebenaran objektif, didukung informasi yang teruji dengan
data-data, dan disajikan dengan menggunakan terminologi
teknis yang biasa digunakan di dalam bidang yang bersang
kutan, sehingga tulisan itu hanya dapat dipahami dengan
baik oleh pembaca yang memiliki keilmuan sama.

Tulisan artikel sebagaimana di muat surat kabar, dapat


disebut sebagai tulisan semi ilmiah atau ilmiah populer.
Terminologi atau istilah yang digunakan biasanya umum
sesuai sasaran pembacanya: masyarakat umum.

B. JENIS-JENIS ARTIKEL & PENULISANNYA


Tingkat kesulitan penulisan suatu artikel dapat diketahui
dari ragam jenis artikelnya. Secara urnurn, artikel dalam
surat kabar terdiri dari artikel praktis, artikel analitis, dan
artikel umum(Iriantara dan Surachman, 2006 : 102):

1. Artikel Praktis
Artikel praktis yaitu artikel yang mengangkat hal-hal ri-
ngan dengan panyajian yang ringan pula. Sifat artikel prak-
tis biasanya tutortal atau mengenai cara melakukan sesu-
atu. Artikel praktis biasa juga disebut sebagai how to doit
article. Sumadiria (2008 : 8) berpendapat, artikel praktis
cenderung menekankan ketelitian dan keterampilan dari-
101

pada pengamatan atau pengembangan pengetahuan serta


analisis peristiwa. Urutan penyampaiannya secara krono-
logis, yakni mengacu pada urutan waktu atau tahapan pe-
kerjaan.

2. Artikel Analitis
Artikel analitis yaitu artikel yang membutuhkan analisis
secara logis dan ilmiah. Biasanya mengangkat permasa-
lahan serius. Pembahasannya berdasarkan pendekatan aka-
demis, analisisnya tajam dan mendalam. Penulis meng-
gunakan tinjauan yang mengarahkan pembaca untuk me-
ngikuti jalan pikirannya.

3. Artikel Umum
Artikel umum prinsipnya sama dengan artikel analitis te-
tapi masalah yang diangkat sesuatu yang cenderung umum.
Penulisnya pun bisa dilakukan siapa saja yang berminat
terhadap masalah tersebut.

Mengacu pada anatomi penulisannya, struktur tulisan arti-


kel sedikit berbeda dengan sejumlah karya tulis PR atau
jurnalistik lain. Di dalamnya terdapat judul, penulis dan
keterangan singkat penulis, disertai atau tanpa teras artikel
(lead), dan tubuh tulisan (pendahuluan, isi, dan penutup).
1) Judul, merupakan kepala tulisan yang hendaknya
ditulis singkat, mencerminkan isi, dan menarik.
Pembahasan terkait judul akan disampaikan pada
langkah-langkah penulisan artikel.
2) Nama penulis, yaitu nama penulis artikel disertai
penjelasan singkat mengenai profesi atau
102

kapasitasnya sesuai dengan tema/topik tulisan.


Nama tulisan ditempatkan persis di bawah judul.
3) Tubuh tulisan terdiri dari: pendahuluan, isi, dan
penutup:
 Pendahuluan, merupakan pengantar tulisan.
Berisi penjelasan ringkas mengenai latar
belakang permasalahan yang akan dibahas.
 Isi, merupakan permasalahan utama yang
dibahas dalam tinjauan tertentu, beserta
gagasan solusinya.
 Penutup, merupakan kesimpulan dan/atau
saran untuk mempermudah pembaca dalam
memahami isi artikel sesuai tujuan
penulisannya.

Djuroto (2002 : 70-71) menambahkan, penulisan artikel


bisa berdasarkan gagasan murni dari penulis, bisa juga
mengambil dari sumber lain. Misalnya referensi kepusta-
kaan, gagasan orang lain, renungan tokoh masyarakat dll.
Penulisan artikel tidak terikat dengan waktu, tidak terikat
dengan berita.

C. LANGKAH-LANGKAH PENULISAN ARTIKEL


Para penulis artikel memiliki langkah-langkah tersendiri
dalam menulis artikelnya. Langkah-langkah penulisan arti-
kel yang baikmeliputi: 1) memilih topik atau gagasan seca-
ra cermat; 2) mengetahui dan memahami pembaca; 3)
mempelajari segi teknis penerbitan; 4) memulai menulis
dengan outline; 5) membuka tulisan dengan paragraf yang
berbobot; 6) menyajikan gagasan pokok secara eksplisit; 7)
103

memberi ilustrasi yang segar dan menarik; 8) mengguna


kan bahasa yang hidup dan segar; 9) menutup tulisan de-
ngan paragraf yang kuat; 10) menyunting tulisan dengan
teliti (Semi, 1995 : 199).Dari penjelasan Semi mengenai
sepuluh langkah tersebut, penulis menambahkan, meng
olah, dan menyimpulkannya sebagaimana diuraikan di
bawah ini:

1. Memilih Topik
Topik yang ditulis tentunya harus dapat diterima (disukai)
oleh pihak redaksi yang berwenang agar dimuat di dalam
surat kabat atau majalahnya. Agar suatu topik bisa diterima
redaksi, pemilihan topik menyesuaikan dengan sasaran
pembaca koran atau majalahnya. Pengetahuan mengenai
sasaran pembaca antara lain dapat dipelajari dari ragam isi
tulisan atau rubrikasi yang terdapat di halaman media
tersebut.

Secara umum, topik yang dapat disukai dan disenangi


pembaca dapat disimpulkan sebagai berikut:
 Berhubungan dengan manusia dan kemanusiaan
(human interest). Contoh: wabah suatu penyakit
mematikan yang menelan cukup banyak korban
jiwa di suatu wilayah. Penulisan feature-nya dalam
konteks kehumasan yaitu menyertakan keterlibatan
perusahaan (misalnya yang bergerak di bidang pro-
duk kesehatan) dengan cara menurunkan tim
kesehatan yang dibutuhkan mereka.
 Bersifat dramatis. Sisi kehidupan tertentu yang
dialami seseorang atau manusia dan berlangsung
104

secara dramatis menarik untuk dijadikan bahan


tulisan. Contoh: perjuangan seorang anak berusia
13 tahun yang berusaha menafkahi dirinya yang
hidup sebatang kara dengan menjadi juru parkir. Ia
juga harus membagi waktu dengan kegiatan lainnya
sehari-hari yaitu sekolah. Penulisan feature-nya
dengan menyertakan keterlibatan perusahaan yang
menyekolahkan anak tersebut di sekolah berasrama
sehingga kegiatan belajar dan hidupnya lebih ter-
jamin.
 Mengandung keanehan dan ganjil (oddity). Contoh:
keanehan dan keganjilan terkait dengan penemuan
para peneliti.
 Bernilai guna atau mempunyai efek kepada pem
baca. Contoh: tentang penulisan artikel yang baik
dan lain-lain.

Sebelum menentukan topik tulisan, hendaknya penulis


artikel mengemukakan sejumlah pertanyaan sekaligus men
jawabnya.
a) Menarikkah topik yang pilih, terutama bagi pem-
baca?
Topik yang akan disampaikan dalam artikel harus
menarik bagi sebagian pembaca. Daya tarik topik
dapat dilihat dari nilai guna informasi tersebut bagi
pembacanya.
b) Aktualkah jika topik tersebut diangkat dalam tulis-
an?
Sebetulnya penulisan artikel tidak harus merujuk
pada aspek aktualitas seperti feature terutama news
105

feature. Tetapi apabila gagasan yang diangkat me-


miliki nilai aktualitas tentu akan lebih baik. Bagai-
mana dengan sumber data yang diperlukan? Mung-
kinkah sumber data tersebut dapat dipenuhi untuk
menjadi referensi tulisan?
c) Apakah sumber data tersebut dapat dipertanggung-
jawabkan?
Tulisan artikel harus mengacu pada disiplin keilmi-
ahan sehingga membutuhkan sumber data yang da-
pat dipertanggung-jawabkan dan memadai untuk
mendukung argumentasi atau gagasan. Sumber
data atau referensi dapat berupa tertulis, hasil wa-
wancara, hingga penelitian atau observasi.
d) Dalam penulisannya, apakah memerlukan peneli
tian khusus ke lapangan atau tidak?
Penelitian lapangan memang tidak mutlak, tetapi
jika diperlukan untuk mendukung kedalaman pem
bahasan, perlu memikirkan kemampuan dan waktu
yang dibutuhkan.
e) Jika hendak di muat di media massa, bukan media
internal organisasi, surat kabat atau majalah apa
yang relevan untuk memuatnya?
Sesuaikan lingkup isi dan sasaran pembaca artikel
dengan media yang hendak dituju pengiriman/ pe-
muatannya. Siapa sasaran pembaca media tersebut.

Dalam tataran praktik penulisan, penyempitan topik perlu


dilakukan agar tulisan lebih fokus dan mendalam. Ingat,
pihak redaksi koran atau majalah menghendaki tulisan
Anda cukup mendalam. Namun, mereka telah menentukan
106

batas minimal dan maksimal halaman tulisan artikel yang


mereka terima. Mungkin sekitar empat atau lima halaman
kuarto. Dengan berfokus pada suatu permasalahan yang
lebih spesifik, kedalaman isi lebih memungkinkan terpenu
hi meskipun dengan jumlah halaman yang relatif sedikit.

2. Mengetahui dan Memahami Pembaca


Bagaimana mungkin seorang penulis akan menghasilkan
karya tulis yang dapat dimengerti atau dipahami oleh pem-
baca seandainya ia tidak memiliki pengetahuan menge nai
calon pembacanya. Padahal, pengetahuan terhadap ca lon
pembaca sangat menentukan penulisan yang disesu aikan
dengan karakteristik mereka: usia, jenis kelamin, pendidik-
an, dan yang lainnya. Dengan mengetahui karak teristik
calon pembaca, penulis bisa memilih topik beserta penggu-
naan kata, istilah dan kalimat yang sesuai untuk mereka.

Tiadanya pengetahuan dan pemahaman terhadap calon


pembaca akan menghasilkan tulisan yang tidak efektif.
Bisa saja menarik dari sisi topik, namun penyajian dan
penulisan kata atau kalimat yang tidak tepat membuat tu-
lisan cenderung kurang dipahami sehingga menjadi tidak
menarik untuk dibaca.

3. Mempelajari Teknis Penerbitan


Artikel yang ditulis dan dikirim ke redaksi suatu suratkabar
atau majalah, diharapkan bisa diterima dengan baik oleh
mereka. Tanpa persetujuan mereka dengan pertimbangan
objektif tertentu, tidak mungkin artikel tersebut dimuat dan
bisa sampai ke pembaca.
107

Pemahaman terhadap teknis penerbitan meliputi:


 Pemahaman terhadap bidang yang diangkat oleh
media tersebut: bidang ekonomi, politik, keseha
tan, musik, olah raga, parawisata, kewanitaan,
kebudayaan, atau sastra.
 Pemahaman terhadap sasaran pembaca artikel:
ibu rumah tangga, pria, remaja, pemuda, teknisi,
ilmuwan.
 Pemahaman terhadap jumlah halaman yang dike
hendaki.
 Pemahaman terhadap gaya penyajian yang disu
kai dewan redaksi. Pemahaman terhadap sikap
penerbit dalam memanfaatkan gambar atau gra-
fik; disukai atau tidak..
 Pemahaman terhadap penulisan judul yang disu
kai dan pengembangan outline (Semi, 1995 :
206).

Semua pemahaman tersebut diperoleh setelah mempelajari


sejumlah edisi koran atau majalah yang telah terbit. Bera
gam pemahaman ini berguna dalam menuntun penulis
menetapkan keseluruhan sistem penulisan.

Bisa saja Anda lebih dahulu menulis suatu artikel sebelum


berencana mengirimkannya secara pasti ke redaksi suatu
koran atau majalah. Tetapi setelah artikel ditulis dan Anda
memutuskan untuk mengirimkannya ke redaksi koran A
atau majalah A, misalnya, karena topiknya relevan dengan
sasaran pembacanya, kemungkinan Anda perlu melakukan
108

berbagai penyesuaian: bobot isi, gaya penulisan, pemilihan


kata-kata atau kalimatnya, dan jumlah halaman.

Penyesuaian mengenai penyajian dan penulisan membuat


tulisan Anda dapat mengalami banyak perubahan. Bisa jadi
Anda harus merombaknya habis-habisan karena tuntutan
untuk menempuh berbagai penyesuaian tadi. Apabila ini
yang terjadi, maka Anda membuang banyak waktu dan
tenaga. Jadi, pastikan, sebelum menulis artikel, selain to-
piknya relevan dengan sasaran pembaca koran atau maja-
lahnya, penyajian atau penulisannya juga sesuai dengan
karakteristik isi media massa cetak tersebut.

4. Menulis dengan Outline


Outline dapat dikatakan sebagai kerangka tulisan.Outline
sering digunakan sebagai acuan dalam menulis buku atau
karya tulisan lain yang membutuhkan sistematika dalam
penulisannya. Outline berguna sebagai alur dari isi (con-
tent) atau muatan yang akan disajikan dalam suatu tulisan.

Dengan menggunakan outline, penulisan akan menjadi le-


bih mudah karena mengacu pada susunan bagian, sub bagi-
an, dan sub-subbagian yang harus disampaikan kepada
pembaca. tulis. Dengan berpijak pada outline, penyusunan
ulisan menjadi lebih tererencana sehingga penulisannya
pun menjadai lancar.

Outilene yang baik menjadi panduan yang memungkinkan


penulis untuk:
109

 Lebih fokus dan mendalam saat menuliskan sesuatu


berdasarkan susunan bagian, subbagian, dan sub-
subbagian tadi.
 Membuat suatu karya tulis menjadi lebih lengkap
berdasarkan ruang lingkup pembahasannya.
 Setelah tulisan selesai, biasanya karya tulis yang
akan dikirimkan ke penerbit atau pihak redaksi
akan dibaca atau dipelajari kembali oleh penulis
nya. Adanya outline yang kemudian berubah men
jadi daftar isi – setelah mengalami penyesuaian –
dapat memudahkan penulis revisi (penambahan
atau pengurangan isi) pada bagian tertentu yang
dianggap perlu.
 Membantu penulis dalam memberikan gambaran
umum dari keseluruhan isi buku kepada pembaca,
terutama setelah menjadi daftar isi.

Mengingat pentingnya outline dalam suatu penulisan, ma-


ka penulis yang tidak menggunakan outline dalam menulis
karya tulis tertentu akan “tersesat”. Tersesat yang dimak-
sud berupa: penulisan tentang sesuatu yang tidak relevan
untuk disampaikan dalam karya tulis tersebut; penulisan
suatu pembahasan yang mestinya ditulis terpisah dalam
bab, judul, subjudul, atau sub-subjudul tersendiri; kurang
memahami sumber data yang harus segera dipersiapkan
termasuk buku-buku sebagai referensi pustakanya.

Beberapa tips berkenaan dengan pembuatan outline artikel:


a) Sebelumnya, pastikan topik yang akan ditulis tidak
membutuhkan pembahasan yang melebar sehing
110

ga tulisan bisa melebihi jumlah halaman yang di-


tentukan.
b) Outline dapat mengacu pada penulisan dari yang
umum mengkerucut ke hal yang khusus.
c) Outline berupa susunan bagian, subbagian, dan
subbagian yang harus disampaikan kepada pemba-
ca sesuai dengan topik.
d) Outline mencerminkan alur dari isi (content) atau
muatan yang akan disajikan secara logis dan siste-
matis.
e) Batasi outline sesuai panjang halaman tulisan de-
ngan mempertimbangkan tercukupinya data pen-
dukung dan kedalaman isi.

5. Membuka Tulisan dengan Gaya yang Menarik


Dalam struktur penulisan berita dikenal adanya lead atau
teras berita. Lead ditempatkan antara judul dan tubuh berita
(news body). Lead yang baik hendaknya memenuhi unsur
what (apa), who (siapa), where (di mana), when (kapan),
why (mengapa), dan how (bagaimana) atau biasa disebut 5
W + 1 H. Dengan membaca lead diharapkan pembaca
mengetahui inti berita tanpa harus membaca tulisan berita
secara keseluruhan.

Lead dapat dikatakan sebagai pembuka dari tubuh berita.


Lead yang menarik dapat merangsang pembaca untuk
membaca berita secara keseluruhan. Begitu pula yang ingin
dicapai dari penulisan artikel yang diawali dengan kalimat
atau paragraf yang menarik.
111

Sejumlah upaya yang dapat dilakukan dalam membuka


tulisan artikel secara menarik melalui penulisan lead suatu
artikel. Penulisan lead untuk feature seperti telah diuraikan
pada bab sebelumnya pada prinsipnya dapat digunakan
pula untuk lead artikel, termasuk yang penulisannya
mengacu atau menekankan terhadap salah satu unsur dari
5W + 1H.

Pertimbangan penekanan terhadap unsur-unsur tersebut


apabila ketika disampaikan (pada paragraf awal) dapat
menimbulkan salah satu atau beberapa respon dari pem
bacanya: rasa senang, bahagia, takjub, kaget, ironi, benci,
kesal, atau marah. Pilih salah satu penekanan dari keenam
unsur di atas yang potensi responnya diperkirakan paling
kuat atau paling menarik bagi dibaca.

Salah satu unsur 5W + 1H adalah who. Unsur who bisa


merupakan pelaku, korban, atau orang (manusia) yang
dijadikan sebagai bagian penting dari unsur penulisan.
Penekanan pada unsur ini menjadi menarik dijadikan
sebagai paragraf pembuka bila unsurnya merupakan orang
atau orang-orang yang peran, kedudukan, keberadaan, atau
keterlibatannya dengan sesuatu yang dikemukakan dalam
tulisan menimbulkan keironian, rasa takjub, menggugah
kebencian yang besar terhadap pembaca atau malah seba
liknya.
Orang yang dikenal taat beribadah, santun dan disukai
banyak orang namun mengidap suatu penyakit yang biasa
terjadi akibat dari hubungan seks bebas adalah contoh
kasus yang unsur who-nya menarik untuk dijadikan parag
112

raf pembuka. Informasi mengenai unsur tersebut (who)


menimbulkan keironian atau kekagetan.

Di samping adanya keironian, paragraf semakin “menarik”


bila pelaku (who) ternyata juga sering melakukan hubung
an intim dengan anak di bawah umur bahkan anak-anak.
Informasi tambahan ini menimbulkan respon lain dari pem
baca: kebencian terhadap pelaku. Daya tarik paragraf
pembuka menjadi lebih kuat dengan bertambahnya respon
dari pembaca: merasakan keironian, kekagetan, sekaligus
kebencian atau kemarahan.

Kejadian yang dilakukan pelaku (who) sepertinya pernah


menjadi berita yang dimuat di media cetak atau disiarkan
di televisi. Apabila peristiwa tersebut menjadi berita yang
menghebohkan, Anda dapat segera membuat artikelnya
agar dimuat pada majalah atau koran yang relevan.

Perlu dipahami, penulisan artikel tidak harus beranjak dari


suatu peristiwa yang baru atau aktual dan memiliki daya
tarik seperti contoh tersebut. Jenis penulisan semi ilmiah
ini tidak ditentukan oleh ada-tidaknya suatu berita sebagai
sumber pemicunya. Berbeda dengan penulisan features.

Jika dalam penulisan features suatu peristiwa nyata yang


baru, aktual, dan memiliki daya tarik (berita) biasa dijadi
kan sebagai ide utama, maka dalam penulisan artikel boleh
saja menjadikan berita sebagai ide awalnya. Tetapi dalam
proses penulisannya, features dan artikel memiliki perbe
daan yang prinsip. Di dalam artikel, contoh kasus yang
113

menjadi berita menarik tadi lebih sebagai pemicu atau ide


awal. Sedangkan dalam penulisannya mengungkapkan
sisi-sisi ilmiah kejadian tersebut, penyebab, serta solusi
nya.

Sebagai seorang PR dari lembaga yang mempunyai perha


tian besar terhadap perempuan dan anak, misalnya, Anda
dapat mengangkat realita seorang lelaki yang berpenyakit
kelamin dan berperilaku bejad tersebut sebagai ide awal
untuk menuliskannya dalam bentuk artikel, bukan featu
res, bukan pula berita mendalam (in depth news). Tinjauan
ilmiahlah yang menjadi prinsip penyajian artikel. Artikel
mengulas kejadian atau permasalahan, solusi atau kesim
pulan secara ilmiah.

Kembali kepada pemahaman mengenai upaya membuat


paragraf awal yang menatik, dapat pula dilakukan dengan
memberi penekanan terhadap unsur lain dari 5W+1H selain
unsur who seperti dijelaskan di atas. Semakin kuat potensi
daya tarik dari penekanan suatu unsur, semakin baik untuk
lebih dijadikan sebagai pembuka paragraf.

6. Menyatakan Ide Pokok secara Eksplisit


Penulis yang terampil dan berpengalaman mengawali arti
kelnya dengan sesuatu yang menarik. Ia pun dapat menerap
kan beragam cara penulisan untuk melakukannya, terma
suk dengan menegaskan ide pokok penulisannya secara
jelas sehingga diketahui pembaca.
114

Tidak sampai di situ, si penulis juga mampu menyam-


paikan pernyataan-pernyataan yang menimbulkan daya
tarik terhadap ide pokoknya sekaligus berupaya meyakin
kan topik yang akan dibahasnya adalah penting. Minimal
sebagai tambahan informasi yang perlu diketahui oleh
pembaca.

Penulisan dalam paragraf demi paragraf juga diupayakan


agar para pembaca merasa ringan membacanya. Mereka
tidak merasa terbebani untuk dapat memahami penggunaan
kata, istilah, atau kalimat yang ditulis. Mereka pun tidak
mengerutkan kening karena logika tulisan yang sulit dime
ngerti.

Tidak kalah pentingnya merangsang pembaca agar terus


membaca artikel tersebut sampai mereka memperoleh
pemahaman atau pengertian seperti yang dikehendaki
penulis. Memang, tidak mudah mencapai tujuan tersebut.
Tetapi melalui latihan terus menerus dan pengalaman,
kemampuan menulis yang efektif seperti ini dapat dimiliki.

7. Memberi Ilustrasi yang Segar dan Menarik


Penulis hendaknya menyertakan ilustrasi yang relevan de-
ngan gagasan atau permasalahan yang dikemukakan agar
tulisannya lebih dipahami, berwarna, menyegarkan, dan
menarik. Ilustrasi bisa dalam bentuk verbal dan nonverbal.
Ilustrasi verbal yang dimaksud merupakan ilustrasi yang
disampaikan melalui penjelasan tertulis. Bisa dengan
mengangkat suatu contoh nyata atau kasus yang pernah ter-
jadi, bisa pula melalui perbandingan untuk lebih membe-
115

rikan pemahaman. Bergantung pada konteks pembahasan.


Sedangkan ilustrasi nonverbal dapat berupa grafik, foto
atau gambar-gambar yang diperlukan. Bukan karena ilus-
trasi nonverbal tersebut berfungsi secara artistik dan sesuai
dengan isi tulisan, tetapi memang mendukung bobot tulisan
dan pemahaman pembaca terhadap isi tulisan.

8. Menggunakan Bahasa yang Hidup dan Segar


Bahasa yang hidup dan segar terasa dari perbendaharaan
kata yang memadai tetapi dipahami pembaca, penggunaan
kalimat yang tidak kaku, lancar dalam menyampaikan
sesuatu, serta enak dibaca. Penggunaan gaya bahasanya
hendaklah netral: tidak memihak, tidak emosional, dan ti-
dak bombastis mengingat yang ditulis berhubungan dengan
karya ilmiah.

9. Menutup Tulisan dengan Paragraf yang Kuat


Penulis hendaknya mengupayakan secara serius supaya
artikel yang ditulis menimbulkan respon atau sikap yang
diharapkan dari para pembaca. Ukuran paling nyata dan
mudah dipahami dari efektivitas penulisan artikel yaitu
apabila pembaca menunjukkan respon atau sikap tersebut:
seperti yang diharapkan penulis.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan, mengutip pendapat


Semi (1995) adalah menutup tulisan dengan paragraf yang
kuat dan meyakinkan. Menurutnya, cara ini akan mem
bantu penulis dalam dua hal: 1) memaksa penulis membuat
kesimpulan pokok pada akhir tulisan; 2) membantu penulis
menggiring pembaca untuk membaca keseluruhan tlisan,
116

terutama bagi pembaca yang mempunyai kebiasaan skim-


ming sebelum membaca keseluruhan tulisan. Semi menje-
laskan:

“Banyak pembaca yang melakukan kebiasaan membaca dengan


teknik yang tepat, yaitu menggunakan metode survei pada tahap
pertama sebelum menetapkan akan terus membaca atau tidak.
Sebelum membaca secara keseluruhan, mereka harus merasa
yakin apa sesungguhnya gagasan yang disajikan di dalam
tulisan. Survei dilakukan dengan maksud mengetahui garis besar
gagasan yang disajikan. Caranya adalah dengan memahami
maksud yang terkandung pada judul, membaca teras, membaca
subjudul, dan membaca sekilas kesimpulan yang berada di akhir
tulisan. Dengan cara ini, ia tahu gagasan pokok yang terdapat
dalam tulisan tersebut. Kalau gagasan itu ingin diketahuinya
lebih jauh, barulah dia membaca keseluruhan tulisan. Cara ini
memang sangat menguntungkan karena dapat membuat
pembaca membaca secara lebih terarah disebabkan pembaca
sudah tahu apa yang ingin diketahuinya” (Semi 1995 : 220).

10. Menyunting Tulisan dengan Teliti


Potensi kesalahan selalu terbuka, termasuk bagi penulis
yang terlatih dan berpengalaman. Kesalahan ini dapat ter-
jadi dalam berbagai hal: dari mulai terkait penggunaan
ejaan hingga tata bahasa.
Potensi kesalahan lain biasanya terkait pula dengan isi atau
penyajiannya. Membaca ulang secara detail tulisan yang
dianggap selesai (pada tahap pertama), merupakan keharu-
san untuk dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan terse-
but.
117

Di antara cara untuk memperbaiki kesalahan yang sering


terjadi pada ragam karya tulis yaitu dengan menghilang
kan, mengganti, mengurangi, atau menambahkan huruf,
kata, hingga kalimat tertentu sesuai dengan pedoman ejaan
dan tata bahasa yang baik. Cara lainnya dengan memper
baiki isi atau penyajian artikel. Memperbaiki isi dapat
berupa meningkatkan kualitas isi tulisan. Memperbaiki
penyajiannya bisa berarti menyangkut pengemasan penuli
san atau strukturisasi penulisan. Singkatnya, upaya mem
perbaiki berbagai kesalahan dalam penulisan bersebut
bergantung pada letak kesalahannya.

Membaca ulang secara teliti tulisan yang dianggap ram


pung merupakan tahap yang harus dilalui oleh para penulis.
Tahap ini tidak boleh diabaikan karena merupakan bagian
yang tidak terpisahkan untuk menghasilkan suatu karya
tulis yang baik dan berkualitas.

Setelah membaca ulang dan ternyata ditemukan berbagai


kesalahan, tahap selanjutnya yaitu menyunting atau mung
kin “menyempurnakan” isi dari artikel tersebut dengan cara
merevisinya. Tahap penyuntingan atau tahap revisi sebenar
nya merupakan kesempatan bagi penulis untuk memak
simalkan karya tulisnya.

11. Membuat Judul Artikel


Selain muatan/isinya yang ilmiah/semi ilmiah dan menarik,
artikel (dan karya tulis lain) juga harus mempunyai judul
menarik. Judul yang menarik dapat merangsang minat pem
baca untuk membaca artikel tersebut. Sebaliknya, judul
118

yang tidak menarik, secara logika tidak akan merangsang


minat pembaca untuk membaca suatu karya tulis, termasuk
artikel, kecuali untuk kepentingan tertentu seperti peneli
tian atau yang lainnya.

Meski demikian, apabila hanya judulnya yang menarik,


tetapi isinya tidak mencerminkan judul atau tidak memiliki
relevansi sama sekali dengan judul, maka pembaca akan
merasa kecewa bahkan tertipu.

Pada semua karya tulis termasuk artikel, judul selalu ditem


patkan di atas. Penempatan judul di atas tubuh artikel atau
pun karya tulis lain bukan hanya karena kelaziman, melain
kan memiliki makna filosofis dan estetis tertentu.

Penempatan judul bermakna filosofis karena melalui judul


lah penulis bermaksud menyampaikan sesuatu dari artikel
yang ditulisnya. Melalui judul pula penulis berupaya agar
pembaca tertarik untuk membaca artikel tersebut. Melalui
judul pembaca pun biasanya dapat membayangkan topik
atau persoalan yang dibahas dalam suatu artikel.

Penulisan judul biasanya singkat, padat, menarik, dan/atau


mencerminkan isi tulisan. Penulisan judul seperti ini bukan
cuma mengikuti prinsip penulisan judul yang baik. Ada
logika yang dapat dikemukakan dengan prinsip penulisan
judul tersebut. Logikanya: apabila judul ditulis dengan
frasa atau kalimat yang panjang, tetapi tidak berbobot dan
tidak pula menarik, maka kemungkinan besar pembaca
tidak akan membaca artikel tersebut.
119

Selain itu, judul yang terlalu panjang akan merusak


keindahan artikel secara visual. Dengan demikian, prinsip
penulisan judul yang singkat dan padat, atau tidak meng
gunakan kalimat yang panjang, akan membuat tampilan
artikel menjadi lebih artistik.

Di samping singkat dan padat, judul juga ditulis dengan


huruf lebih besar, tebal, serta menggunakan font yang
berbeda dengan tubuh artikel sebagaimana banyak kita
lihat di artikel yang dimuat koran atau majalah. Penulisan
judul seperti ini mempertegas filosofi lain dari judul
sebagai kepala dari suatu tulisan.

“Menarik “dan “dapat mencerminkan isi” merupakan dua


hal yang idealnya terkandung dalam suatu judul. Namun,
judul tersebut hendaknya ditulis dengan kata-kata yang
singkat atau padat.

Judul pada artikel yang dimuat koran atau majalah umum,


tampaknya lebih mengutamakan pertimbangan daya tarik
(menarik) daripada pertimbangan mencerminkan isi. Seba
gaimana membuat paragraf pembuka yang menarik,
membuat judul yang menarik juga dapat mengacu pada
penekanan dari salah satu atau mungkin dua unsur 5 W +
1H. Unsur apa yang paling kuat daya tariknya dijadikan
judul dengan tetap mengacu pada penulisan yang singkat
dan padat.
120

BAB 5
PENULISAN ADVERTORIAL

Keterampilan penulisan lain yang hendaknya juga dimiliki


praktisi PR adalah penulisan berbentuk advertorial. Penu
lisan advertorial dapat dilakukan oleh pihak redaksi media
massa yang memuat tulisan/informasi tersebut sesuai
permintaan pihak PR atau organisasi/perusahaan. Penulis
an dapat pula dilakukan oleh pihak organisasi termasuk
bagian marketing dan/atau PR.

Penulisan advertorial lebih baik dilakukan oleh pihak orga


nisasi termasuk bagian PR selama memiliki keahlian dalam
menuliskannya. Pertimbangannya karena praktisi PR biasa
nya lebih menghayati ide/gagasan dari penulisan karya
tulis tersebut dalam hubungannya dengan upaya pemben
tukan citra suatau produk, jasa atau organisasi tempatnya
bernaung.

A. PENGERTIAN ADVERTORIAL & TUJUANNYA


Advertorial termasuk dalam kategori iklan. Iklan (adver
tising) menurut Belch & Belch (dalam Morissan, 2010 :
17): “Any paid form of nonpersonal communication about
an organizatiort, product, service, or idea by an identified
sponsor". Dari penjelasan ini dapat dipahami bahwa iklan
merupakan setiap bentuk komunikasi nonpersonal menge
nai suatu organisasi, barang, jasa atau ide yang dibayar oleh
121

satu sponsor yang diketahui. Sponsor dalam konteks


pembahasan ini adalah organisasi tempat PR bernaung.

Kotler dan Armstrong (1997: 77) mendefinisikan iklan se-


bagai segala penyajian bukan pribadi (nonpersonal) dan
promosi tentang gagasan, barang atau jasa yang dibayar
oleh sponsor tertentu.

Kata “bayar” (paid) dari kedua pengertian iklan di atas


berarti penyampaian pesan dalam ruang (di surat kabar,
majalah, situs berita) dan waktu (atau durasi di media
televisi dan radio harus dibeli atau dibiayai. Ruang dan
waktu tersebut berkenaan dengan media (massa) yang
digunakan sebagaimana dimaksud dari kata “nonper
sonal”. Di era media sosial seperti sekarang, pemasangan
iklan tidak harus berbayar karena pemasang iklan bisa
mengiklankan produk atau jasanya melalui akun media
sosial yang mereka kelola.

Advertorial merupakan akronim dari advertising dan


editorial. Advertising berarti iklan atau periklanan, sedang
kan editorial berarti pernyataan opini yang merupakan
sikap resmi redaksi mengenai sesuatu yang disampaikan.
Namun, editorial yang dimaksud PR merupakan semacam
publisitas yang dilakukan kalangan PR suatu organisasi
untuk menyampaikan pesan melalui media massa dalam
bentuk pemberitaan atau tulisan. Pesan atau informasinya
merupakan perspektif dari pihak organisasi (Iriantara dan
Surachman, 2006 : 126). Ada pula yang mendefinisikan
advertorial sebagai iklan yang ditulis dengan cara sedemi
122

kian rupa sehingga seperti sebuah berita yang ditulis oleh


media massa yang memuat iklan tersebut (Darmastuti,
2012 : 217).

Advertorial juga dapat dipahami sebagai bentuk tulisan


yang bersifat promosi atau iklan tetapi ditulis dengan
menggunakan gaya pemberitaan atau penulisan jurnalistik.
Tujuannya untuk menyampaikan kepada publik pembaca
mengenai sesuatu terkait organisasi, produk, jasa, atau
gagasan/ideologi tertentu, sekaligus membujuk mereka
agar bersikap atau bertindak sesuai yang dikehendaki
seperti pembelian produk, penggunaan jasa yang ditawar
kan, atau menggalang dukungan terhadap suatu ide, gaga
san atau ideologi tertentu.

Sebagai suatu bentuk penulisan iklan, advertorial cende


rung lebih melekat dengan penulisan yang dilakukan oleh
bidang promosi (pemasaran) daripada PR. Namun karena
PR pun dalam kegiatannya sering mempromosikan gaga
san, program atau sesuatu terkait pembentukan citra
organisasi, maka penulis PR juga biasa menulis iklan
sesuai bidang kerja dan tujuannya.

Iklan memang dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori


utama berdasarkan bidang kerja dan tujuannya: 1) iklan
produk, 2) iklan PR. Iklan produk merupakan iklan berupa
hasil produksi atau layanan/jasa yang tujuannya berori
entasi pemasaran yaitu meningkatkan hasil penjualan.
Sedangkan iklan PR merupakan iklan yang tujuan
penyampaiannya terkait pembentukan citra dan dukungan
123

publik terhadap organisasi (Smith, 2003 : 323). Apabila


iklan produk lebih tepat ditulis oleh bagian promosi dan/
atau pemasaran (marketing promotion), maka iklan PR
tentu saja ditulis oleh bagian PR.

Salah satu penulisan iklan yang sama-sama dilakukan oleh


bagian promosi/pemasaran dan PR yaitu advertorial.
Perbedaan advertorial yang ditulis oleh bagian promosi/
pemasarandan PR terletak dari isi informasi (produk-jasa
atau terkait organisasi) dan tujuan masing-masing (pema
saran/meningkatkan penjualan atau pembentukan citra).
Namun demikian, penulisan advertorial PR yang bertujuan
membentuk citra dan dukungan publik terhadap organisasi,
pada akhirnya diharapkan mendukung tujuan pemasaran,
yaitu meningkatkan hasil penjualan produk atau jasa yang
ditawarkan organisasi.

Mengingat bidang PR dan marketing bersinergi dalam


mencapai tujuan organisasi dan bisnis, maka kedua bidang
yang semula terpisah, telah banyak disatu-padukan oleh
perusahaan dalam satu departemen yang disebut sebagai
publik relations marketing (MPR) atau sejenisnya. Konteks
penulisan PR yang dimaksud dalam pembahasan di buku
ini bisa dipahami dalam bidang PR saja atau MPR seka
ligus.

Keberadaan PR tentu tidak terbatas pada organisasi bisnis,


melainkan organisasi nonbisnis yang dikelola pemerintah
dan swasta, bahkan organisasi partai politik. Semua organi
sasi tersebut membutuhkan PR agar organisasi-organisasi
124

tersebut memiliki citra yang baik dalam pandangan


publiknya masing-masing. Salah satu caranya membangun
opini yang baik terkait organisasi melalui penulisan/
publikasi advertorial. Dalam bidang periklanan, sebutan
lain dari advertorial bisa sebagai infocomercial, pariwara,
atau yang lainnya. Semuanya cukup disebut iklan.

Sebagaimana iklan pada umumnya, pemuatan advertorial


di media massa sangat bergantung pada kesediaan pihak
organisasi untuk membayarnya. Membayarkan sejumlah
uang kepada bagian usaha media massa sesuai ketentuan
yang telah ditetapkan atau disetujui bersama pihak PR/
organisasi.

B. JENIS ADVERTORIAL & PENGIDENTIFIKASI


ANNYA
Berdasarkan isinya, jenis-jenis advertorial dapat dibedakan
menjadi:
1. Advertorial organisasi nonbisnis. Membahas segala
sesuatu yang positif terkait organisasi. Mengacu
pada tujuan advertorial sebagaimana disinggung di
atas, jenis advertorial ini berupaya untuk memba
ngun citra organisasi yang bersangkutan.
2. Advertorial organisasi bisnis. Membahas mengenai
eksistensi suatu perusahaan yang bertujuan mem
bentuk atau mempertahankan citra organisasi, teru
tama di hadapan publik eksternal, termasuk konsu
men dan calon konsumen potensial.
3. Advertorial produk (baik berupa barang maupun
jasa). Membahas mengenai seputar produk dan
125

keunggulan-keunggulannya dengan tujuan memba


ngun citra produk dan peningkatan dalam penjua
lan.
4. Advertorial pemerintahan. Membahas mengenai
kegiatan atau rencana kegiatan (lain) yang dilaku
kan oleh pemerintahan di bidang tertentu dan/atau
keberhasilan yang telah diraih. Tujuannya untuk
memperoleh kepercayaan atau respon positif dari
publik. Singkatnya pembentukan citra yang positif
bagi organisasi pemerintah yang bersangkutan.
5. Advertorial partai politik. Membahas tentang ide,
gagasan, kepedulian atau segala sesuatu yang posi
tif bagi suatu partai politik dengan tujuan untuk
membangun citra organisasi sekaligus mendapat
dukungan dari publik.

Bagi kalangan awam, tidak mudah mengidentifikasi apa


kah suatu tulisan termasuk kategori advertorial atau bukan.
Tetapi di sejumlah media cetak, tulisan-tulisan yang terma
suk advertorial ditandai secara khusus dengan mencan
tumkan tulisan “advertorial” di atasnya atau pada space
tersebut.

Bagi penulis PR dan wartawannya, tanpa ada tulisan


“advertorial” pun, mereka dapat mengetahui suatu tulisan
berupa advertorial dari isinya yang cenderung promotif
meskipun disajikan dalam bentuk penulisan berita. Salah
satu contohnya dikutip dari situs berita ini:
126

Kementrian Pariwisata

Kemenpar Bakal Luncurkan Program 1000 Homestay

POJOKSATU.id, JAKARTA – Sedikitnya 1.000


homestay diproyeksikan bakal dibangun di Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung, Banten.
Homestay itu untuk mengantisipasi lonjakan wisnus dan
wisman yang akan membanjiri Tanjung Lesung, ketika 2018
tol Serang Panimbang selesai dike but.
“Silakan masyarakat yang ingin menjemput peluang
usaha di sektor pariwisata,” kata Menpar Arief Yahya.
“Budget kredit untuk per homestay itu sangat merak yat,
nilainya sampai Rp 150 ribu, cicilan 2 tahun perta ma bunga
5 persen fix, dan lama cicilan sampai 20 tahun. Ini sangat
ringan, karena rata-rata hanya sekitar Rp 800 ribuan per
bulan,” hitung Arief Yahya.
Kemenpar, lanjut dia, akan bekerjasama dengan Kemen-
PU PR, BTN dan swasta yang akan menjadi kontraktornya.
Karena untuk kepentingan pariwisata, maka desain arsitektur
rumah itu harus menonjolkan adat. Khusus di Tanjung
Lesung, masih ala Sunda, agar homestay di sepanjang jalur
menuju Tanjung Lesung kelihatan tertata rapi dan ada nilai
budaya lokalnya.
Dengan angka cicilan rata-rata Rp 800 ribu itu, kata dia,
target minimal 4 hari terisi dengan harga pengina pan
homestay Rp 250 ribu saja sudah cukup untuk mencicil.
“Dengan promosi yang makin gencar, akses diperbaiki,
127

atraksinya dijaga dan dioptimalkan, lalu amenitasnya, maka


saya yakin ini akan menjadi peluang usaha yang menarik,”
jelasnya.
Bagaimana manajemen dan hospitality di semua
homestay itu? “Itu akan dilatih dan dimonitoring. Masya rakat
bisa diajari dengan cepat dan mudah,” ujar Menpar Arief
Yahya yang menyebut program ini sebagai komit men
kerakyatan Presiden Joko Widodo untuk menghi dupkan
ekonomi masyarakat di sektor pariwisata.
Ibarat lokomotif, pariwisata itu punya gerbong yang
panjang. Ekonomi yang ditarik dari sektor ini cukup banyak
melibatkan industri kecil dan menengan. Dari soal
akomodasi, transportasi lokal, restoran, kerajinan, pertanian
dan perikanan sebagai supplay konsumsi, pentas budaya dan
kesenian tradisi, dan lain-lain.
“Dampaknya bisa langsung dirasakan masyarakat dan
menghidupkan ekonomi,” tandasnya.
Konsep yang sedang digagas untuk Tanjung Lesung ini
juga bisa diterapkan di banyak kawasan wisata yang lain.
Yang penting ada tanahnya, atau rumah yang mau diformat
menjadi homestay.
“Kebetulan, ada 10 destinasi prioritas yang sedang
dikebut. Bisa di setiap top destinasi itu dikembangkan
homestay milik masyarakat,” katanya.
Selain 1000 homestay, Menpar Arief Yahya juga akan
membuat 100 toilet bersih menuju dan di kawasan pariwisata
tersebut. “Nanti juga dikelola masyarakat dengan standar dan
disupervisor oleh kemenpar,” ujarnya! (kan/ps/*)

(Sumber:http://pojoksatu.id/news/pemerintahan/2016/02/19/
kemenpar-bakal-luncurkan-program-1000-homestay -
diakses 19 Februari 2016)/
------------------------------------------------------------------------------------
128

C. PENULISAN ADVERTORIAL
Advertorial merupakan iklan dalam bentuk pemberitaan.
Dalam penyajiannya menggunakan teknik penulisan jurna
listik seperti berita, features atau artikel. Perbedaan yang
mencolok dalam penulisan advertorial, muatan pesan-
pesannyamengacu pada kepentingan organisasi (bisnis
maupun nonbisnis) sehingga tulisan tersebut sarat dengan
muatan promosi meskipun dikemas secara halus dibanding
kan penulisan iklan pada umumnya.

Bagi kalangan awam, kemungkinan mereka akan sulit


membedakan antara tulisan bernilai berita (pemberitaan)
dengan iklan. Di sisi lain tampaknya mereka lebih memper
cayai berita dibandingkan dengan iklan. Penulisan iklan
yang dikemas dalam bentuk pemberitaan (advertorial)
merupakan suatu strategi penulisan agar publik pembaca
lebih mempercayai informasi (promosi) yang disampaikan
daripada disampaikan dalam bentuk iklah pada umumnya.

Meskipun penulisan advertorial dapat bersifat informatif,


eksplanatif, interpretatif, persuasif, argumentatif, influen
tatif, memuji, dan eksploratif, namun pada dasarnya penya
jiannya berisikan informasi dan/atau mengandung persu
asi. Bagaimana keterkaitan informasi (informatif) dan
persuasi (persuasif) dengan sifat-sifat advertorial lain?
Anda dapat mencermatinya dari uraian pemahaman di
bawah:
 Informatif. Advertorial yang sifatnya memberita
hukan atau memperkenalkan sesuatu. Biasanya,
129

advertorial ini ditulis dalam bentuk penulisan berita


langsung (straigt news).
 Eksplanatif. Advertorial yang cenderung bersifat
menjelaskan dan bertujuan meyakinkan khalayak.
 Interpretatif. Advertorial ini disajikan dengan
menggabungkan antara informasi mengenai sesu
atu dengan interpretasi penulisnya: uraian, komen
tar, dan sejenisnya.
 Persuasif. Advertorial yang berusaha membujuk
khalayak pembaca agar bersikap atau bertindak
seperti yang diharapkan penulis. Daya bujuk terke
san kuat meskipun disampaikan secara lembut
bahkan tersirat.
 Memuji. Advertorial memuat pesan-pesan yang
berisikan pujian kepada khlayak atau publik yang
telah terbujuk dan terdorong untuk melakukan
tindakan tertentu sesuai yang dikehendaki penulis.
 Argumentatif. Advertorial yang berisikan argu
mentasi dalam membuktikan sesuatu, dan biasanya
berkaitan dengan hubungan sebab-akibat.
 Eksploratif. Advertorial yang mengangkat perma
salahan yang dihadapi khalayak. Pesan-pesan yang
disampaikan terkesan mempunyai kepekaan dalam
menjaring aspirasi masyarakat (diolah dari Iriantara
dan Surachman, 2006 : 129-130).

Perlu ditegaskan kembali, terlepas dari apapun bentuk,


sifat, atau cara penyajiannya, setiap advertorial pada dasar
nya mengandung informasi (informatif) disertai kecende
rungan mempersuasi (persuasif). Sifat-sifat atau cara penya
130

jian advertorial lain seperti disebutkan di atas (eksplanatif,


interpretatif, memuji, argumentatif, eksploratif) sesung
guhnya merupakan bagian dari informasi yang didalamnya
kemungkinan memiliki daya persuasi.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam meren


canakan penulisan, termasuk penulisan advertorial:
1) Penetapan Tujuan
Penetapan tujuan penulisan advertorial akan
menentukan sifat-sifat penulisan advertorial seperti
yang disebutkan satu per satu pada poin di atas.
Dengan demikian, berdasarkan sifat-sifat (penya
jian) advertorial tersebut, maka tujuan dari penulis
annya dapat dihipotesiskan sebagai berikut:
 Apabila penulisan advertorial cenderung bertu
juan “menginformasikan”, maka penulisannya
bersifat informatif.
 Apabila penulisan advertorial cenderung bertu
juan “meyakinkan” khalayak, maka penyajian
atau penulisannya secara eksplanatif (menjelas
kan sesuatu).
 Apabila penulisan advertorial cenderung bertu
juan menimbulkan “kesan” atau “pandangan”
tertentu pada diri publik pembaca, maka penya
jian atau penulisannya secara interpretatif (mela
lui penafsiran).
 Apabila penulisan advertorial cenderung bertu
juan agar pembaca “bersikap” dan “bertindak”
seperti yang diharapkan penulis, maka penya
131

jian atau penulisannya dengan cara persuasif


(membujuk).
 Apabila penulisan advertorial cenderung bertu
juan “menyenangkan hati” publik tertentu yang
telah bersikap dan bertindak sebagaimana diha
rapkan sebelumnya, maka penulisannya dengan
cara memberikan pujian/penghargaan kepada
mereka.
 Apabila penulisan advertorial cenderung bertu-
juan “membuktikan sesuatu”, maka penulisan-
nya dengan cara argumentatif.
 Apabila penulisan advertorial cenderung bertu
juan “mengangkat permasalahan yang dihadapi
khalayak”, maka penulisannya dengan cara
eksploratif atau melakukan penggalian infor
masi atau pengetahuan.

2) Menentukan Karakteristik Calon Pembaca


Menentukan karaktersitik sasaran pembaca merupa
kan kajian tentang segala sesuatu yang melekat
dengan pribadi mereka seperti jenis kelamin, usia,
tingkat pendidikan, pengetahuan, tingkat ekonomi,
budaya, dan lain-lain. Pengenalan terhadap karakter
sitik calon pembaca akan sangat berguna dalam
menentukan pendekatan pemilihan kata, penggu-
naan kalimat, atau gaya bahasa yang lebih memung
kinkan mereka memahami sekaligus tergerak untuk
menentukan sikap atau tindakan sesuai yang diha
rapkan.
132

Selain melalui penyampaian pesan secara rasional,


penulisan advertorial pun dapat ditempuh melalui
pendekatan emosional. Dalam mempersuasi para
remaja, wanita sosialita, atau mereka yang terbiasa
mengikuti tren dan gaya hidup tertentu, misalnya,
penyampaian pesan yang berupaya menyentuh sisi
emosional mereka juga hendaknya menjadi perha-
tian dalam penulisan advertorial, yaitu untuk jenis
advertorial produk yang sasaran konsumennya ada-
lah mereka.

3) Pengorganisasian Gagasan
Berbagai hal yang akan disampaikan atau ditulis
kan hendaknya diorganisasikan dengan baik dan
sebaiknya semua bahan sudah terkumpul lengkap.
Setidaknya bahan tulisan sudah terencana untuk
dipenuhi sesuai kebutuhan. Pengorganisasian gaga
san dapat didukung dengan membuat kerangka
tulisan (outline) yang berfungsi untuk menyusun
tulisan secara sistematis dan cakupan pembahasan.
Outline juga berguna untuk memberikan batasan
penulisan sehingga tulisan tidak melebar ke hal-hal
yang sebenarnya tidak perlu. Tulisan dibatasi oleh
space di halaman media cetak sesuai anggaran yang
dipersiapkan.
Pengorganisasian berkenaan pula dengan penulisan
yang menarik bagi pembaca. Pengorganisasian
gagasan harus mempertimbangkan bobot isi dan
daya pengaruhnya terhadap publik pembaca.
133

Di dalam keseluruhan pengorganisasian gagasan,


terdapat anatomo atau struktur penulisan yang
meliputi: pendahuluan, isi, dan penutup.
a) Pendahuluan, berisikan intro yang meng
hantarkan pada isu utama yang akan dibahas.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mem
buat pendahuluan. Di antaranya dengan memi
lih salah satu dari ketiga hal ini: 1) menyam
paikan pertanyaan yang menimbulkan daya
tarik atau mengundang rasa ingin tahu pem
baca, 2) menegaskan latar belakang masalah
nya, 3) menyebutkan langsung permasalahan
yang akan dibahas, atau 3) menghubungkan
dengan suatu kejadian tertentu yang menarik
atau aktual.
b) Isi, merupakan bagian tulisan dalam memba
has, menguraikan, atau menjelaskan pokok
persoalan. Cara penulisannya dapat mengikuti
salah satu atau beberapa sifat penyajian adver
torial yang dianggap paling tepat. Sifat penya
jian yang diterapkan disesuaikan dengan kon
teks permasalahan dan respon yang diharapkan
dari pembaca. Semuanya telah dibahas di atas.
Pada dasarnya, penulis bebas menerapkan cara
atau gaya penyajian advertorial asalkan sesuai
dengan prinsip penulisannya. Prinsip penulis
an advertorial yaitu menulis iklan sesuai ben
tuk penulisan jurnalistik tetapi berorientasi
pada tujuan promosi.
134

c) Penutup, merupakan bagian akhir dari tulisan


yang turut menentukan upaya dalam mewujud
kan tujuan. Penutup dapat berisikan penegasan
kembali mengenai pokok bahasan untuk mem
perkuat keyakinan pembaca dalam menen
tukan sikap bahkan tindakan yang diharapkan
penulis.

4) Penetapan Judul
Judul ditulis semenarik mungkin tetapi harus sesuai
dengan isi tulisan. Menarik berarti mengundang
minat atau rasa ingin tahu, menggugah perasaan,
atau kandungan informasinya sesuai kebutuhan
sebagian pembaca.
Penulisan judul hendaknya ringkas dan padat.
Ringkas berarti tidak menggunakan kata atau kal
imat yang panjang sebagaimana yang biasa dilaku
kan dalam tulisan pemberitaan. Padat berarti sarat
dengan kandungan informasi.

D. BENTUK LAIN ADVERTORIAL (IKLAN)


Selain dapat dimuat pada media cetak - media online
dengan bentuk penulisan seperti telah diuraikan di atas,
advertorial juga dapat disiarkan melalui media radio dan
ditayangkan pada media televisi. Media tersebut berbeda
dalam penyampaian pesannya sehingga berbeda pula
dalam menerima pesan.

Pesan yang disampaikan melalui media cetak dan media


online dapat diterima dengan cara membacanya, melalui
135

radio dengan mendengarkan, dan pesan yang disampaikan


televisi dapat dilihat dan didengar sekaligus. Karakteristik
media sangat mempengaruhi bagaimana seharusnya bentuk
penulisan advertorial atau iklannya.

1) Testimonial
Testimonial merupakan pengakuan atau penga
laman positif yang disampaikan konsumen terkait
penggunaan produk, jasa, atau layanan. Testimo
nial juga bisa berupa penerimaan atau dukungan
terhadap paham, ideologi, atau gerakan suatu partai
politik.
Agar pesan tertata dengan baik dan mudah dipaha
mi, pengalaman/pengakuan tersebut dapat direkam
terlebih dahulu kemudian ditulis sebaik mungkin
oleh penuls PR tanpa menghilangkan atau menam
bahkan substansinya.
Testimonial cocok untuk disampaikan di semua
jenis media. Penulisan testimonial untuk dimuat di
media tertulis seperti media cetak dan media online
memungkian penulisannya lebih mendetail dari
untuk media radio dan televisi. Radio dan televisi
memiliki karaktersitik khas sehingga pesan yang
disampaikan secara lisan harus menggunakan kata
atau kalimat yang ringkas dan jelas, apalagi pesan
yang disampaikan dan didengar selintas. Berbeda
dengan penulisan di media cetak dan media inter
net, jika pesan kurang dimengerti atau lupa dapat
membacanya kembali.
136

2) Dukungan Selebriti atau Tokoh Terkenal


Dukungan selebriti atau orang terkenal yang bere
putasi baik dapat berpengaruh positif terhadap keku
atan iklan. Mereka bisa berasal dari kalangan artis,
pejabat, tokoh politik, olahragawan, akade misi,
pengusaha atau yang lainnya. Iklan semacam ini
biasanya direkayasa untuk menarik perhatian dan
minat audiens terhadap pesan yang disampai kan.
Iklan ini lebih tepat apabila disampaikan mengguna
kan media televisi. Naskah dapat dipersiapkan lebih
dahulu oleh penulisnya tanpa bergan tung pada
persetujuan model.

3) Demonstrasi Produk
Produk tertentu sengaja dibuatkan iklannya dalam
bentuk demonstrasi untuk memberikan keyakinan
kepada audiens mengenai kualitas produk atau
kemudahan dan kenyamanan dalam menggunakan
nya. Media televisi sangat tepat menayangkan
bentuk advertorial ini.
Apabila demontrasinya bersifat tutorial maka penu
lisan skrip harus memperhatikan pola penyu sunan
pesan berdasarkan tahapan-tahapan yang harus
dilakukan secara sistematis. Seandainya demons
trasi bersifat pembuktian kualitas maka harus
memvisualkan kondisi logis yang menumbuh kan
keyakinan pada diri audiens.
137

4) Drama atau Fragmen


Televisi sering menampilkan iklan dalam bentuk
drama. Teknik drama sering berguna dalam iklan
layanan masyarakat. Dalam durasi yang singkat,
pesan utama harus dapat tersampaikan melalui
drama tersebut. Penulisan naskahnya harus secer
mat mungkin dengan memperhatikan unsur-unsur
dalam suatu drama.
Unsur dalam iklan drama meliputi tokoh dengan
karakter tertentu, atau mengenakan atribut tertentu,
dialog, dalam suatu setingan tempat, dukungan
properti, musik atau suara pendukung, dan alur
cerita yang sederhana untuk menuntaskan suatu
pesan serta tujuan yang diharapkan. Unsur lain
yang mungkin diperlukan yaitu animasi dan yang
lainnya.

5) Tukilan Reflektif (renungan)


Iklan ini berupa tukilan tampilan visual yang didu
kung secara verbal dan nonverbal. Tujuannya untuk
merangsang audiens merenungkan sesuatu bahkan
bersikap dan bertindak sesuatu sesuai konteks
pesan utama dalam iklan. Dukungan verbal dan
nonverbal bisa ditunjukkan dengan beragam cara
termasuk menampilkan kutipan dari tokoh-tokoh,
suara, warna, atau benda tertentu.
138

6) Simbol atau Perlambang.


Simbol-simbol visual termasuk iklan televisi yang
efektif dalam membangun kesadaran dan memper
kuat ingatan audiens mengenai suatu merek atau
logo dari suatu produk atau organisasi. Simbol-
simbol visual juga dapat dikemas secara filosofis
tetapi mudah dimengerti maksudnya melalui suatu
aktivitas atau kreasi tertentu atau dengan bantuan
animasi.
139

BAB 6
PENULISAN UNTUK WEBSITE

A. FUNGSI INTERNET & WEBSITE ORGANISASI


Keberadaan internet membuat aktivitas PR semakin berco-
rak sekaligus kian menuntut kreativitas dalam men jangkau
audiens atau publik. Dari mulai mengirim pesan melalui
email yang sasaran publiknya secara individual atau grup,
menyampaikan beragam pesan termasuk infor masi produk
dan jasa yang audiensnya tergabung dalam suatu grup di
media sosial, membuat newsletter online yang dapat
diakses oleh siapa saja atau mengirimkan format visual
newsletter berbentuk file yang audiensnya terbatas melalui
surat elektonik (e-mail), hingga membuat blog bahkan situs
organisasi yang menyajikan informasi yang lebih variatif
sekaligus dapat dipergunakan untuk membuka arus
komunikasi dari publiknya.

Kegunaan dari pengaksesan internet juga dapat memantau


surat pembaca yang dimuat situs-situs berita yang isinya
mungkin terkait produk dan jasa yang dilakukan organisasi
kita, mencermati keberadaan produk dan jasa pesaing, serta
sebagai sumber pencarian informasi lain yang mungkin
bisa menjadi inspirasi bagi praktisi PR. Dengan demikian,
website perusahaan/organisasi yang dikelolan para PR pun
diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi konsu
140

men atau publik yang berkepentingan dengan beragam


informasi yang mereka butuhkan di website tersebut.
Bland, Theaker, dan Kogan (2005 : 37) menyarankan agar
kampanye PR dibuat hati-hati sehingga tidak rusak oleh
pesan yang buruk, ruang lingkup isi yang campur aduk,
gambar bermutu rendah, dan tampilan website yang tidak
tepat. Dari pendapat tersebut kiranya dapat dipahami
bahwa pesan yang buruk merupakan pesan yang menga
baikan cara penulisan secara baik dan efektif. Di dalamnya
mengenai penggunaan kata dan kalimat (bahasa), bahkan
gambar yang harus sesuai dengan isi pesan dan sasaran
pembacanya.

Lingkup isi yang campur aduk sebagai salah satu hal yang
harus dihindari dalam kampanye PR, berarti dalam menyaji
kan beragam informasi hendaknya memperhatikan kesesu
aian substansi (isi) dengan kategori sehingga memper
mudah pembaca (publik) dalam mencari informasi tertentu
yang dibutuhkan. Di situs berita atau surat kabar, misalnya,
pengkategorian isi/informasi tampak jelas dengan adanya
rubrikasi. Di website organisasi, prinsip pengorganisasian
informasi ini dapat diterapkan.

Tampilan gambar bermutu rendah apalagi tidak relevan


dengan isi harus pula dihindari dalam kampanye PR mela
lui media online ini. Gambar-gambar yang berkualitas baik
dan sesuai isi turut menumbuhkan kesan profesionalisme
pengelola atau organisasi yang mengelolanya sekaligus
membuat tampilan website tampak menarik dan berbobot.
141

Mengenai tampilan website yang tidak tepat sebagai unsur


lain yang dapat berkontribusi dalam mempengaruhi kega
galan kampanye/komunikasi PR melalui website, seperti
nya berkenaan dengan pentingnya memperhatikan unsur-
unsur filosofis dari lambang-lambang organisasi dengan
teknis visualnya dalam website. Misalnya penggunaan
warna, jenis huruf, dan lain sebagainya. Dalam konsep
komunikasi pemasaran terpadu (integrated marketing
communications), lambang-lambang visual, termasuk yang
ditampilkan melalui website merupakan bagian penting
yang menjadi perhatian dalam mendukung citra produk dan
organisasi.

Di era internet sekarang ini, website perusahaan adalah alat


komunikasi PR yang paling sering digunakan dan cukup
kuat pengaruhnya, tidak hanya untuk berkomunikasi lang
sung dengan konsumen, tetapi juga dengan publik lain
seperti mitra bisnis dan organisasi lain. Selain itu wartawan
juga biasamengunjungi website perusahaan untuk menda
patkan informasi awal mengenai sesuatu dan kontaknya.

Fungsi website organisasi bagi publik merupakan sumber


informasi yang berkenaan dengan organisasi tersebut,
barang atau jasa yang mungkin ditawarkannya. Sebagai
sumber informasi, sudah seharusnya website dikelola
secara profesional dengan menyajikan kelengkapan infor
masi, update informasi yang terus-menerus sesuai keper
luan atau kebutuhan, membuka diri terhadap informasi
termasuk saran dan kritikan dari audiens.
142

B. PENULISAN DI MEDIA ONLINE (WEBSITE)


Penulisan di website memiliki kekhasan dibandingkan
penulisan di media cetak dan elektronik. Penulisan di me
dia di radio, misalnya, bahasa yang digunakan untuk disam
paikan secara lisan sehingga bahasanya harus dapat dite
rima dengan baik oleh indera pendengar. Sifatnya yang
sepintas membuat pesan tidak bisa diulang. Begitu pula
dengan informasi yang disampaikan media televisi. Ber
beda dengan informasi dari website dan surat kabar yang
pesannya bisa dibaca berkali-kali.

Penulisan di website harus baik dan langsung pada pokok


persoalan sehingga penyajian kalimat dan paragrafnya
menjadi lebih pendek, tidak ada kata-kata klise atau jargon-
jargon yang tidak perlu. Prinsip penulisan ini sebenarnya
berlaku dalam penulisan bahasa jurnalistik secara umum,
baik di media massa cetak, elektronik, termasuk di media
massa online.

Secara lebih terperinci, Foster (2008 : 185 - 186) menjelas


kan beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam
menulis di media online atau website. Berikut penjelas
annya yang dilengkapi dengan penjelasan-penjelasan tam
bahan :
 Pengguna web tidak memperlakukan halaman web
seperti penulisan artikel di koran atau buku. Penje
lasan ini menyiratkan bahwa penulisan di media
cetak, terutama melalui media buku, bisa sangat
panjang. Sedangkan penulisan di website harus
143

lebih ringkas. Pendalaman suatu informasi dapat


disajikan dalam tulisan tersendiri dengan judul
yang berbeda.
 Pengguna/pembaca cenderung memindai dan men
cari bagian-bagian penting yang mereka ingin tahu.
Kebanyakan pengunjung memindai halaman, meng
gunakan judul dan poin-poin untuk menyorot hal-
hal penting. Pernyataan ini merujuk pada perilaku
pembaca saat berinteraksi dengan tampilan/hala
man website atau media online.
Secara teknis tampilan website biasanya dirancang
sedemikian rupa sesuai perilaku pembaca website.
Tugas penulis, selain menuliskan informasi yang
dianggap perlu atau penting secara ringkas sesuai
ejaan dan aturan tata bahasa, juga membuat judul
dan tulisan semenarik mungkin.
 Audiens adalah prioritas pertama bagi penulis se
hingga penulis terlebih dahulu menentukan sasaran
pembaca sebelum menuliskan sesuatu dalam web:
– Apakah website ditulis dengan cara yang akan
membuat pembaca memahami dan menghargai
nya? Pertanyaan Foster ini mengandung dua
faktor penting dalam menulis: agar dipahami
pembaca dan menghargai pembacanya. Supaya
tulisan dapat dipahami maka penulisannya
menggunakan kata-kata yang tepat, tidak mem
bingungkan pembaca, dan disusun dengan kali
mat yang baik. Sedangkan upaya menghargai
pembaca dapat ditempuh dengan menghindari
kata-kata yang vulgar atau kasar serta berpo
144

tensi menyebabkan munculnya permasalahan


etika lain pada diri pembaca.
– Apakah informasi yang ditulis dibutuhkan pem
baca? Suatu informasi seharusnya memiliki
nilai bagi pembaca sesuai kebutuhan mereka.
Nilainya bisa sekadar informatif, edukatif,
persuasif, atau bahkan motivatif.
– Apakah informasi tersebut relevan? Relevansi
informasi yang ditulis mengacu pada karakter
istik organisasi dengan produk atau jasa yang
ditawarkan dan sasaran pembacanya.
 Dalam menyajikan atau menuliskan informasi,
bagian paling penting berada atas. Prinsip ini sama
dengan struktur penulisan berita yang mengacu
pada pola piramida terbalik. Urutannya dari atas ke
bawah: paling penting, penting, kurang penting.
Perhatian pembaca yang biasanya sebentar sehing
ga penulis dituntut untuk dapat menggugah dan
mempertahankan minat baca mereka agar tidak
segera pindah ke situs lain. Jadi, selain memuat
informasi penting, penyajian tulisan hendaknya
memiliki daya tarik. Daya tarik tulisan diupayakan
sejak awal tulisan melalui intro.
 Intro tulisan disajikan singkat tetapi memiliki daya
tarik untuk mengantarkan sesuatu yang penting.
Intro tulisan yang memiliki daya tarik sangat pen
ting diterapkan sehingga pembaca tergerak memba
canya lebih jauh hingga akhir tulisan.
 Agar penulis mampu membujuk pengunjung
website (pembaca) melakukan sesuatu, bisa dileng
145

kapi dengan informasi tambahan dengan cara meng


klik link tertentu, menampilkan secara langsung
nomor telepon, email, atau petunjuk lain.. Penulis
an berdaya persuasif biasa dilakukan untuk dapat
mengarahkan pembaca sebagai publik internal atau
eksternal PR pada tindakan tertentu, sekaligus
membuka komunikasi dua arah dengan mereka.

C. PENULISAN DAN TAMPILAN WEBSITE


Penulisan di website harus ditunjang oleh tampilan website
yang baik. Sebaik apa pun penulisannya tanpa dukungan
tampilan website yang menarik dapat mengurangi minat
pengunjung untuk membacanya. Mereka akan segera menu
tup website tersebut dan beralih membuka website lain.

Seorang penulis tidak bertugas mengelola tampilan website


yang menarik. Tetapi secara tidak langsung, visual penu
lisan dan upload gambar yang melengkapinya dapat berpe
ngaruh pada menarik-tidaknya tampilan halaman website.
Berbagai hal yang berpengaruh terhadap menarik-tidaknya
tampilan halaman website:
 Menulis dengan potongan tulisan pendek; antara 8
dan 10 kata per baris.
 Memecah teks (naskah tulisan) menjadi beberapa
paragraf yang masing-masing memiliki ide/gaga
san tertentu.
 Gunakan jenis huruf seperti Arial, Helvetica atau
Verdana untuk teks. Times Roman atau Bodoni
jarang digunakan. Ukuran font pada teks tidak lebih
146

kecil dari 12. Gunakan warna teks yang gelap


dengan warna latar belakang cerah.
 Tidak menggunakan lebih dari dua atau mungkin
tiga tipografi yang berbeda pada satu halaman.
 Gunakan poin-poin, biasanya titik atau simbol lain,
untuk sejumlah pernyataan yang dianggap perlu.
Jumlah kata setiap poinnya hingga 10 atau 12 kata.
 Penulisan angka-angka boleh digunakan untuk
mengurutkan sesuatu.
 Untuk menghindari kebosanan atau kemonotonan,
halaman dapat dilengkapi dengan memasukkan
gambar atau ilustrasi lainnya yang relevan.
 Pengunjung website akan mencari rambu-rambu/
tanda-tanda yang akan membawa mereka ke infor
masi yang diinginkannya. Hyperlink tampak
dengan warna mencolok dan bergaris bawah dalam
teks sebagai penanda untuk mengakses informasi
terkait.
 Hindari layar penuh teks karena hampir mustahil
dibaca keseluruhan oleh pengunjung website.
Layar penuh teks berpotensi membuat pengunjung
beralih ke halaman lain atau mungkin ke website
lain. Selain itu, suatu halaman yang disertai space
putih - daerah kosong tanpa teks atau gambar –
membuat halaman lebih hidup. Ruang kosong putih
tersebut memudahkan bagi pembaca untuk mem
baca dan memberikan kesempatan mata beristi
rahat.
 Hindari layar halaman yang sesak dengan terlalu
banyak detail karena dapat mengganggu pengliha
147

tan dan konsentrasi perhatian untuk membaca


(Foster, 2008 : 186-187).

Guna lebih memudahkan pemahaman, khususnya terkait


dengan beragam informasi yang dimuat suatu situs
(website) dan bentuk penulisannya, pada bagian ini ditam
pilkan contoh web organisasinya. Contohnya yaitu situs
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, http://
www.kemenperin.go.id/, diakses 15/2/2016. Situs ini cukup
baik karena termasuk lengkap dalam menyediakan infor-
masi.

Contoh ini sangat berguna dalam memahami lebih jauh


lingkup informasi suatu organisasi, setidaknya memper
kirakan informasi apa saja yang cocok ditampilkan dalam
suatu situs organisasi sesuai karakteristik organisasinya.
Lingkup informasi yang disajikan website Kemenperin
sangat mencerminkan karakteristik dari tugas, wewenang,
dan layanan yang diberikan lembaga pemerintah tersebut.

----------------------------------------------------------------------
148

Beranda Profil Statistik Regulasi Publi Informa Layanan Links Hubungi Peta Situs
Inustri kasi si Pubik publik Kami

PENGUMUMAN
Pengumuman Hasil Seleksi Administrasi Jabatan Pimpinan Tinggi
Pratama Kementerian Perindustrian (27/01)
Pengumuman Sebelumnya

BERITA FOTO
Kunjungan Kerja Menperin Saleh Husin di Kawasan Industri
JIIPE, Gresik, Jawa Timur (2) (14/02)
Kunjungan Kerja Menperin Saleh Husin di Kawasan Industri
JIIPE, Gresik, Jawa Timur (1) (14/02)
Kunjungan Wapres RI Jusuf Kalla bersama Menperin Ke PT
Nestle Indonesia (13/02) (Klik)
Menperin Hadiri Rapat Pengembangan Kopi Nasional (13/02)
Menperin Meninjau Fasilitas Produksi PT Chandra Asri
Petrochemical Tbk. di Cilegon, Banten(12/02)
Berita Foto Lainnya

SIARAN PERS
Kemenperin Dorong Percepatan Pembangunan Kawasan
Industri JIIPE di Gresik (14/02)
Menperin Pacu Diversifikasi Kopi ke Non-Pangan (13/02)
Industri Hulu Kimia Perkuat Produksi (12/02)
Kemenperin Susun Roadmap Industri Penunjang
Perkeretaapian (10/02)
Kemenperin: Tidak Ada Industri yang Hengkang dari
Indonesia (05/02)
149

Siaran Pers Lainnya

RESUME BERITA MEDIA


Pemerintah Ubah Sistem Alokasi Anggaran Negara (12/02)
60 Taman Sains dan Teknologi Akan Dievaluasi (12/02)
Taman Sains belum Berjalan Ideal (12/02)
Pemerintah Dorong Industri Padat Karya Terkait TPP (11/02)
Pertahankan Karyawan, Beri Diskon Besar-besaran (11/02)
Berita Industri Lainnya

KEGIATAN KEMENPERIN
Rakor Menperin, Menaker dan Kepala BKPM Terkait Isu
PHK (09/02)
Pertemuan Menperin RI dengan Delegasi Pemerintah Prefektur
Fukuoka, Jepang (01/02)
Menteri Perindustrian Hadiri Rapat Kerja Kementerian
Perdagangan (27/01)
Kunker Menperin Saleh Husin di Jawa Tengah (22/01)
Kunker Wapres dan Menperin ke PT Pindad dan PT DI di
Bandung (20/01)
Kegiatan Kemenperin Lainnya

PIDATO MENTERI PERINDUSTRIAN


Pidato Menteri Perindustrian pada Peninjauan Pembangunan Pabrik
Obat Biologi PT Kalbe Farma Tbk di Cikarang (27/01)
Pidato Menteri Perindustrian pada Rapat Kerja Kementerian
Perdagangan tahun 2016 (27/01)
Pidato Menteri Perindustrian pada Penyerahan Sertifikat
Produk Penggunaan Tanda – Standar Nasional Indonesia
(SPPT – SNI) Televisi Cathode Ray Tube (TV CRT) (19/01)
Pidato Menteri Perindustrian pada Pelantikan 43 Pejabat
Pimpinan Tinggi Pratama Kementerian Perindustrian (11/01)
Pidato Menteri Perindustrian pada Penganugerahan Piagam
One Village One Product (OVOP)(22/12)
Pidato Lainnya
(sumber: http://www.kemenperin.go.id/ - diakses 15 Februari 2016)
150

Di situs ini, pengunjung dapat membuka dan membaca


banyak informasi yang tercantum dalam kategori: beranda,
profil, statistik industri, regulasi, publikasi, layanan publik,
link, hubungi kami, dan peta situs (lihat tampilan contoh
situsnya di atas). Setiap kategori informasi memuat item
informasi yang pada setiap item terdapat sejumlah infor
masi terkait dengan item tersebut. Pada kategori informasi
“Beranda”, misalnya, sesuai tampilan pada situs Kemen
perin di atas, item iformasinya meliputi: “Pengumuman”,
“Berita Foto”, “Siaran Pers”, “Resume Berita”, Kegiatan
Kemenperin”, Pidato Menteri Perindustian”.

Pada masing-masing item informasi ini menampilkan


judul-judul tulisan tertentu (tampak dalam contoh tampilan
situsnya) yang setiap judul dapat “diklik” sehingga pengun
jung bisa membaca isi tulisannya. Dari situlah antara lain
kita dapat mengetahui sejumlah ragam bentuk tulisannya.
Kategori informasi:
 Beranda. Berandamemuat item informasi:
 Pengumuman
 Berita Foto
 Siaran Pers
 Resume Berita Media
 Kegiatan Kemenperin
 Pidato Menteri Perindustrian
Beranda menjadi tampilan yang berisikan kumpu
lan beragam informasi yang cukup penting untuk
diketahui publik pengunjung terkait dengan organi
sasi. Selain “Resume Berita Media” yang berisikan
151

kumpulan berita yang diambil secara utuh dari


media online dengan menyebutkan sumber situs
beritanya, “Pengumuman”, “Siaran Pers”, “Kegia
tan Kemenperin”, dan “Pidato Menperin”, semua
nya dapat ditulis oleh para praktisi atau pejabat PR
organisasi yang bersangkutan.

Penulisan siaran pers sudah dibahas secara khusus


pada bab di awal, sedangkan penulisan pidato akan
dibahas tersendiri di bagian akhir. Adapun penulis
an untuk “Pengumuman” seperti yang dimuat di
dalam “Beranda” lebih mudah karena tinggal men
cantumkan poin demi poin yang akan disampaikan
secara berurutan, yang diawali dengan semacam
pengantar. Pengumuman diakhiri harapan atau
penegasan agar menjadi perhatian atau pemak
luman dari sasaran publik pembaca yang dituju.

Setelah itu tuliskan nama kota tempat pengumuman


ditulis, tanggal, bulan dan tahunnya. Pengumunan
diakhiri dengan menyebutkan bagian tertentu yang
mengumumkan, nama penanggung jawab bagian,
dan tanda tangan. Jika diperlukan tampilkan nomor
kontak seseorang untuk keperluan konfirmasi dan
sejenisnya.

Pengumuman harus ditulis di atas kertas berkop


surat resmi (nama oganisasi, bagian di bawah orga
nisasi yang menyampaikan pengumuman, alamat
lengkap dan seterusnya).
152

Adapun penulisan untuk kegiatan organisasi,


tepatnya tentang “Kegiatan Kemeperin” seperti ter-
cantum pada salah satu item informasi dalam
“Beranda” di situs http://www.kemenperin.go.id,
bentuk penulisannya dapat mengacu pada penulisan
berita. Penulisan berita juga sudah dibahas khusus
pada bab sebelumnya.

 Profil. Berisikan sejumlah item informasi antara


lain:
 Sejarah
 Visi dan Misi
 Tugas dan Fungsi
 Struktur Organisasi
 Profil Singkat Pejabat
 Sumber Daya Manusia
 Logo Kemenperin
Semua item informasi tersebut juga dapat ditulis
sendiri oleh bagian PR. Penulisan untuk sejarah
organisasi, misalnya, bisa dimulai dengan latar be-
lakang berdirinya organisasi yang ditandai dengan
tanggal, bulan, dan tahun, kemudian dilanjutkan
dengan menceritakan paling tidak dinamika perja
laan organisasi, hingga kemampuan organisasi
untuk terus melaksanakan kegiatannya hingga seka
rang.

Beragam permasalahan dan solsusinya dapat diceri


takan secara singkat sebagai bagian dari dinamika
153

riwayat kehidupan organisasi sejak awal hingga


kini dengan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai
nya. Pada bagian akhir disampaikan rencana atau
strategi organisasi selanjutnya untuk memperbaiki
kinerja, layanan atau meningkatkan hasil yang lebih
maksimal demi memenuhi harapan publik.

Penulisan “Visi dan Misi” (organisasi), “Tugas dan


Fungsi” (organisasi), serta “Struktur Organisasi”,
relatif jauh lebih mudah dilakukan daripada penu
lisan “Sejarah” (organisasi). Visi dan misi organi
sasi atau tugas dan fungsi, misalnya, semua sudah
dibakukan oleh pihak manajemen, pimpinan,
pendiri atau dalam konteks ini yang mewakili nega
ra. Penulis PR tinggal mengutip saja.

Jika visi dan misi atau tugas dan fungsi organisasi


perlu dikembangkan dalam suatu penjelasan dapat
dilakukan selama tidak menyimpang atau selalu
sejalan dengan pesan-pesan atau makna yang ter
kandung dari pernyataan visi dan misi atau tugas
dan fungsi organisasi yang sudah dibakukan tadi.

Penulisan “Profil Singkat Pejabat” juga mudah


dikerjakan asalkan penulis memiliki cukup bahan.
Bahan penting untuk menulis profil singkat sese
orang dapat diperoleh dari curriculum vitae (CV)
atau biodata, atau daftar riwayat hidupnya yang
akan dijelaskan pada bab tersendiri di bagian akhir
buku ini. Bentuk penulisannya tidak secara poin per
154

poin seperti penulisan CV melainkan dirangkai


menjadi suatu kalimat demi kalimat atau paragraf
demi paragraf.

Sesuai namanya, “profil singkat”, tentu tidak me


muat keseluruhan isi dari CV. Cukup sebagian saja
yang dianggap paling penting atau paling relevan
dengan kapasitas diri seseorang sesuai jabatan atau
pekerjaan yang dilakukannya saat ini.

Penulisan “Sumber Daya Manusia” dapat ditulis


dengan menjelaskan profil mereka secara umum
kemudian diikuti secara khusus atau lebih detail.
Jenis kelamin, tingkat pendidikan, serta keteram
pilan atau keahlian yang dimiliki SDM penting
dikemukakan tanpa harus menyebutkannya satu per
satu. Perhitungan dapat dijabarkan melalui prosen
tasi dan lebih baik lagi dilengkapi dengan grafik
atau semacamnya.

Menuliskan mengenai “logo organisasi” berarti


menjabarkan atau menjelaskan makna filosifi yang
terkandung dari logo atau merek atau brand. Penu
lisannya harus senafas dengan interpretasi yang
dimaksud oleh pendiri organisasi. Penulisan untuk
menjelaskan makna dari logo atau lambang, pada
prinsipnya bertujuan sama dengan bentuk penu
lisan informasi lainnya sebagaimana telah disebut
kan satu per satu di atas: membangun persepsi atau
opini publik yang positif terhadap organisasi.
155

 Statistik Industri
Memuat informasi yang termasuk dalam item:
direktori perusahaan, direktori eksportir, ekspor
impor, kinerja industri, dan seterusnya. Semus
informasi tersebut dicantumkan karena memang
sesuai dengan karakteristik organisasinya atau
lingkung tugas dan kewenangan yang dimiliki
organisasi.

 Regulasi
Memuat beragam intem informasi tentang regulasi
terkait dengan perindustrian sesuai kewenangan
kementerian: daftar peraturan, rencana peraturan.

 Publikasi
Berisikan item informasi: siaran pers, pidato men-
teri, majalah, dan seterusnya termasuk sejumlah
prospektus seperti brosur/leaflet/boklet. Pada ba -
gian ini tampak sekali karya tulis khas PR ditampil
kan sesuai item informasinya.
Selain membahas cara penulisan semua ragam ben
tuk informasi yang termasuk dalam kategori pub
likasi tersebut, buku ini membahas pula penulisan
untuk newsletter, penulisan information kits, buku,
dan yang lainnya.

Di samping kategori informasi di atas, situs Kemenperin


pun, seperti tampak dalam contoh tampilan situsnya,
memuat beragam informasi lain yang termasuk dalam
156

kategori: informasi publik, layanan publik, link, hubungi


kami, dan peta situs. Semuanya berisikan informasi yang
penulisannya bisa atau biasa dilakukan oleh para staf PR.

Perbedaan lingkup dan karakteristik informasi antara situs


organisasi satu dengan situs organisasi lain akan semakin
mencolok, apabila karakteristik dan orientasi kegiatan
organisasinya berbeda. Misal, lingkup dan karakteristik
informasi yang disajikan pada situs organisasi Kemenperin
pasti berbeda sekali dengan lingkup dan karakteristik
informasi yang dimuat pada situs perusahaan. Bahkan
lingkup dan karakteristik informasi yang disajikan sesama
situs perusahaan pun bisa jauh berbeda.

Apa pun situs organisasinya, banyak sekali bentuk tulisan


yang dikerjakan atau seharusnya dikerjakan oleh para
penulis atau staf PR yang berada di organisasi tersebut.
Keterampilan dalam menulis beragam bentuk penulisan di
era internet merupakan tuntutan yang harus mereka miliki.

D. PENGGUNAAN BAHASA JURNALISTIK DAN


PRINSIP PELAPORANNYA
Website perusahaan/organisasi memang bukan media
massa online yang penulisannya identik dengan penggu
naan bahasa jurnalistik. Tetapi banyak sekali bentuk
penulisan PR mengacu pada prinsip/teknis penulisan jurna
listik seperti dilakukan wartawan media massa. Contohnya
pada penulisan berita (biasanya berupa infornasi kegiatan
organisasi), dalam siaran pers, penulisan features, penu
lisan artikel, dan penulisan advertorial. Dalam menulis
157

ragam karya tersebut, seorang penulis PR dituntut untuk


memahami bahasa jurnalistik.

Menurut Romli, penulis buku Jurnalistik Online (2012),


tidak ada perbedaan antara bahasa jurnalistik cetak dan
jurnalistik internet karena sama-sama bahasa tulisan. Karak
teristik dan prinsip penulisan bahasa jurnalistik cetak, tulis
Romli, antara lain hemat kata, ringkas, padat, jelas, logis,
kalimatnya pendek-pendek, sederhana dan mudah dipaha
mi, juga berlaku di media internet. Perbedaannya hanyalah
soal tampilan atau mediumnya. Jurnalistik media internet
bersifat virtual sedangkan sajian jurnalistik media cetak
tercetak.

Apabila website organisasi ingin dijadikan sumber infor


masi yang memuat tulisan tertentu yang up to date, terma
suk tulisan-tulisan bernilai berita yang dibutuhkan pihak
media massa (cetak, elektronik, dan online), maka para
penulis PR yang berperan seperti halnya reporter perlu
memahami teknik pelaporan jurnalistik pada media massa
online. Marks Briggs dalam Journalism 2.0 - How to
Survive and Thrive (2007 : 62) menjelaskan, jika Anda
seorang reporter media massa online yang meliputi berita,
berarti Anda harus meliput dan melaporkan berita dari
waktu ke waktu. Ruang lingkup laporan yang bernilai
berita dalam konteks PR, biasanya terkait dengan produk,
jasa, atau kegiatan yang dilakukan organisasi atau peru
sahaan.
158

Menulis berita untuk website menuntut kesegeraan/kece


patan. Akibatnya informasi yang dilaporkan lebih awal
dapat menjadi kurang lengkap atau kurang mendalam
sebagaimana yang dilaporkan oleh media surat kabar.
Namun, jika diperlukan, reporter media massa online dapat
melaporkan informasi-informasi lanjutan terkait berita
sebelumnya. Laporan ditulis secara tersendiri sehingga
berita tersebut menjadi lebih lengkap atau mendalam. Cara
seperti ini juga berkenaan dengan up date tentang fakta-
fakta yang mungkin berubah.

Alangkah baiknya, seorang PR yang berperan seperti re-


porter; mencari atau meliput “berita” terkait organisasi,
produk, atau kegiatan positif tertentu yang akan dilaporkan
melalui website organisasi termpatnya bekerja, memahami
cara kerja pelaporan melalui media massa online. Briggs
(2007 : 63) menyebutkan beberapa hal berkenaan pelapor-
an atau penulisan berita untuk webs (media online) yang
telah ditambahkan penjelasan seperlunya.

1) Tepat waktu dan Relevan


Waktu merupakan esensi dari media massa online.
Ketepatan waktu mengacu antara waktu terjadinya
peristiwa dan pelaporan. Tepat waktu identik de-
ngaan kesegeraan menulis/melaporkan suatu berita.
Kesegeraan merupakan bagian dari prinsip kerja di
media online dengan tetap menyampaikan laporan
selanjutnya jika dianggap perlu atau karena adanya
fakta baru. Sedangkan relevansi berkenaan dengan
kesesuaian isi berita dengan yang dilaporkan.
159

Apabila cara ini diterapkan seorang praktisi PR,


terutama dalam melaporkan informasi bernilai
berita – namun tetap positif bagi citra organisasi
atau produk –, maka bagi pihak media massa, teru-
tama media cetak, informasi tersebut akan berguna
sebagai bahan awal penulisan berita. Keti-ka berita
dipublikasikan oleh media massa, ketika itu pula
organisasi berpotensi diuntungkan karena beritanya
mengandung informasi yang positif bagi perusaha-
an.

2) Menuliskannya Secara Lincah dan Efisien


Penulisan menggunakan kalimat yang langsung
pada pokok persoalan secara singkat dan ketat:
tanpa menggunakan kata-kata yang sebetulnya
tidak perlu dan kalimat/bahasa sederhana. Menurut
Jonathan Dube (dalam Briggs, 2007 : 63), menulis
di media internet lebih ketat dari pada menulis di
media cetak dan lebih rinci dari pada menulis di
media elektronik. Berusaha menggunakan bahasa
yang penyampaiannya secara langsung dengan
mengacu pada kata kerja dan kata benda yang tepat.

3) Menggunakan Tanda Waktu


Penggunaan tanda waktu berguna untuk menandai
tulisan atau informasi yang diperbarui sepanjang
hari. Pada laporan/tulisan selanjutnya (terbaru)
ditambahkan catatan waktu yang menandainya.
Catatan waktu bisa berupa hari, jam, menit, bahkan
bisa detik.
160

Situs berita online melekat dengan karaktersitik


kecepatan berita yang harus segera diposting. Ke-
tika ada berita yang terkait dengan berita sebelum-
nya, berita tersebut tidak harus ditulis kembali
secara menyeluruh (dari awal), cukup sebagian saja
sebagai pendahuluan dan ditambah atau diperbarui
dengan perkembangan isu terbaru yang terjadi.
Guna mengetahui urutan waktu demi waktu terkait
dengan pelaporan berita mengenai isu tersebut
perlu ditampilkan waktu pemuatan atau postingnya
seperti contoh di bawah.
----------------------------------------------------------------------
Soal Kalijodo, Ahok Sebut Jokowi Hanya
Katakan"Hasta La Vista, Baby"

Jumat, 19 Februari 2016 | 14:58 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI


Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, Presiden RI Joko
Widodo tidak berkomentar banyak mengenai rencananya untuk
menertibkan kawasanKalijodo.

Sambil tertawa, Basuki mengatakan, Jokowi hanya mengutip


salah satu kalimat yang diucapkan aktor sekaligus mantan
Gubernur California, Arnold Schwarzenegger, ketika
membintangi filmTerminator.

"Pak Jokowi enggak ngomong. Dia senyum-senyum, tandanya


oke. Dia ngomong apa tuh, hasta la vista yang bahasanya
Arnold itu. Iya di Terminator. Hasta la vista baby," ujar Basuki
di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan,
Jumat (19/2/2016).
161

Pemerintah Provinsi DKI akan segera menertibkan


kawasanKalijodo yang merupakan tanah negara. Sebab,
peruntukan kawasan itu adalah untuk ruang terbuka hijau
(RTH).

Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintahan DKI Jakarta


menyiapkan sejumlah rumah susun sederhana sewa (rusunawa)
sebagai tujuan relokasi warga Kalijodo.

Dua rusunawa itu di antaranya adalah Rusunawa Marunda,


Jakarta Utara, dan Rusunawa Pulogebang, Jakarta Timur.

Terkait
Warga Kalijodo Disediakan 265 Unit Hunian dengan 2 Kamar
Tidur di Rusun Marunda
Warga Kalijodo: Tolong, Masjid Kami Jangan Dibongkar...
Lulung Takut ke Kalijodo
Begini Penampakan Calon Hunian Warga Kalijodo di Rusun
Marunda
Lihat Rusun Pulogebang, Warga Kalijodo Masih Berat Hati
Pindah
Sumber: http://megapolitan.kompas.com - diakses 19 Februari 2016
---------------------------------------------------------------------
162

BAB 7
PENULISAN UNTUK PROSPEKTUS

A. PENGERTIAN PROSPEKTUS
Prospektus menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary of
Current English (Cowie (editor), 1974 : 671): “Printed
account giving details of and advertising”. Dari pengertian
ini prospektus atau selebaran dianggap sebagai sekum-
pulan barang cetakan yang berisi rincian dari iklan.

Prospektus juga sering digunakan oleh bagian PR dalam


menginformasikan sesuatu kepada publiknya. Baik infor-
masi terkait organisasi, pelayanannya, kegiatan, ide atau
suatu gagasan, bahkan juga produk/jasa yang ditawarkan
perusahaan. Prospektus memiliki banyak bentuk sesuai
muatan informasi yang disampaikan dan cara penulisan-
nya.

B. BENTUK SELEBARAN DAN PENULISANNYA


Dalam bukunya, Becoming a Public Relations Writer
(2003 : 255), Ronald D. Smith hanya menyebut atau mem-
bahas brosur dan flayer sebagai bentuk prospektus. Namun
menurut dia, brosur memiliki berbeda-beda sebu-tan sesuai
bentuknya. Begitu pula dengan Pamela Brooks dalam
bukunya Writing Advertising Copy (2002 : 49), ia pun ha-
nya mengulas brosur dan flayer dalam satu bab di bukunya
itu.
163

Kemungkinan penyebutan selebaran atau prospektus yang


lebih dibatasi pada kedua istilah tersebut barangkali karena
dilihat dari bentuk fisiknya secara umum. Flayer hanya be-
rupa selembar kertas tercetak tanpa dilipat, sedangkan
brosur berbentuk dari mulai selembar kertas yang tercetak
dan dilipat sesuai desain sehingga menjadi sejumlah hala-
man, hingga dalam bentuk lembaran-lembaran bahkan
seperti buku.

Berbeda dengan Smith dan Brooks, Frank Jenfkin (dalam


Soemirat dan Ardianti, 2012 : 82-83) menyebut bentuk-bentuk
selebaran antara lain: brosur (brochure), liflet (leafleat),
folder, katalog (catalagues). Bentuk selebaran lain dianta-
ranya flayer (flier), pamflet (phamflet), buklet (booklet),
poster, dan katalog.

Beberapa penulis menyamakan dan ada pula yang membe-


dakan bentuk selebaran yang satu dengan dengan bentuk
selebaran lain. Alan Swann (dalam Iriantara dan Surachman,
2006 : 154), misalnya, mendefinisikan (menyamakan) bro-
sur sebagai buklet (booklet) atau pamflet (pamfhlet). Se-
dangkan Jefkin menyebutkan brosur atau buklet (booklet).
Dengan demikian, menurut Jefkin, brosur sama dengan
buklet, tidak dengan bentuk selebaran lain. Newson dan
Haynes (2008 : 364) yang dari penjelasannya menyamakan
brosur bisa berarti buklet, flayer, atau yang lainnya.

Apabila mengacu pada pendapat-pendapat seperti ini maka


tidak mudah untuk memilih, pendapat mana yang paling
benar dalam mengidentifikasi secara pasti satu per satu
164

keseluruhan dari semua bentuk selebaran tersebut. Tetapi,


guna menyamakan pemahaman, kita memilih beberapa
pendapat tertentu.

1) Brosur
Iriantara dan Surachman (2006 : 153) menegaskan,
belum ada definisi pasti yang menjelaskan penger-
tian brosur. Pernyataan senada dikemukakan News-
om dan Haynes (2008 : 364) yang mengatakan,
meskipun brosur merupakan istilah yang akrab pa-
da kebanyakan orang, tetapi tidak berarti mereka
memiliki pemahaman yang sama mengenai brosur
dan bentuknya.

Guna mempermudah dan menyamakan pemaham-


an, untuk sementara kita mengikuti pendapat
Smith. Menurut dia, mengacu pada bentuknya, cara
melipat brosur disesuaikan dengan rancangan (de-
sain) yang digunakan dengan mengikuti garis
horzontal atau vertikal (Smith, 2003 : 260). Dari
penjelasan ini kita dapat memahami bahwa bentuk
brosur terdiri dari satu lembaran kertas yang dilipat
sehingga menjadi beberapa halaman sesuai dengan
jumlah lipatannya. Lipatannya pun bisa secara hori-
sontal (melebar) bisa pula secara vertikal (ke atas)
sesuai rancangan desainnya.

Penulisan brosur biasanya digunakan untuk menyam-


paikan layanan produk.Produk bisa berupa barang
atau jasa. Bisa pula berupa pelayanan, ide atau gaga-
165

san dari suatu ideologi. Bentuk tulisan umumnya me-


muat sejumlah item yang dilengkapi dengan penje-
lasan dan poin-poin yang menyertainya.

Sumber: http://www.fastforwardunlimited.com/graphic-design-
nj/brochure-design-nj.htm#/images/3
166

2) Flayer
Flayer merupakan selembar kertas yang mengik-
lankan produk atau sebuah acara dan diberikan
kepada sejumlah besar orang (www.oxfordlearners-
dictionaries.com). Flayer biasa digunakan mengu-
mumkan peristiwa tertentu seperti pertemuan,
peluncuran produk baru atau program baru pergu-
ruan tinggi (Smith, 2003 : 256). Brosur dan flayer
memberikan kepada pelanggan informasi lebih
rinci tentang produk dan layanan produk (Brooks,
2002 : 49).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan,


penulisan flayer umumnya dilakukan untuk meng-
informasikan suatu peristiwa atau even yang akan
di-lakukan, atau mengiklankan suatu produk.
Sedang-kan bentuk fisiknya berupa satu lembar
kertas cetak tanpa dilipat.
167

Sumber: http://www.approvalsblog.com/wp-
content/uploads/2014/05/Environmental-Seminar.jpg

3) Liflet
Liflet diartikan selembar kertas yang dicetak atau
beberapa halaman yang dicetak berisikan iklan atau
informasi tentang sesuatu (www.oxfordlearners-
dictionaries.com). Liflet berupa lembaran yang bia-
sanya dilipat tetapi tidak dijepit (Newson dan Hayes,
2008 : 366). Umumnya leaflet berukuran kecil na-
mun dapat dikembangkan ke dalam ukuran kerta A4
hingga A1 (Iriantara dan Surachman, 2006 : 158).
168

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan


bahwa liflet lebih banyak memuat informasi karena
halamannya bisa lebih banyak daripada brosur apa-
lagi flayer. Namun ia bukan buku karena tidak ber-
cover dan tidak dijepit. Sedangkan tujuan penu-
lisannya relatif sama karena biasa pula digunakan
dalam menginformasikan tentang sesuatu, terma-
suk produk, jasa, gagasan, atau pelayanan.

4) Pamflet
Pamflet diartikan sebagai buku yang sangat tipis
dengan kertas penutup, yang berisi informasi ten-
tang topik tertentu (www.oxfordlearnersdicti-ona-
ries.com). Pamplet biasanya dilipat tetapi memiliki
lebih banyak halaman daripada liflet (Newson dan
Hayes, 2008 : 366). Dengan demikian penulisan
untuk pamflet menggunakan media berbentuk buku
yang sangat tipis tetapi lebih tebal daripada liflet.

5) Folder
Secara fisik, bentuknya mirip dengan map, yang di
bagian dalamnya terdapat kantung untuk meyimpan
aneka berkas (lembaran-lembaran) seperti surat, lif-
let, hingga kartu nama yang berkaitan dengan infor-
masi atau promosi (Iriantara dan Surachman, 2006 :
161). Dari penjelasan ini dapat dikemukakan kem-
bali bahwa folder merupakan seperangkat informa-
si yang bentuk fisiknya meliputi seperti map yang
berkantung, dan di dalam kantungnya berisikan
169

lembaran atau berkas yang memuat informasi tam-


bahan.
Penulisan map biasanya memuat informasi tentang
organisasi dan layanan jasa atau kegiatan yang dila-
kukan.

6) Buklet
Selebaran berbentuk buku yang dijahit atau dijepit
(Jefkin, dalam Soemirat, 2012 :83) Biasanya buklet
lebih tebal dari bentuk selebaran lainnya sehingga
penulisannya memuat informasi yang lebih banyak.

Sumber: http://images.fedex.com/images/fxo_ca/20_booklet-
printing/booklets_graphics1_950x710.jpg
170

7) Katalog
Katalog adalah satu set informasi yang berhubung-
an dengan daftar produk. Pada umumnya berisi
tentang spesifikasi produk (nomor seri produk, uku-
ran, tipe, klasifikasi, dan harga) fungsi dan keguna-
an produk itu. Perusahaan yang menggunakan me-
dia ini adalah perusahaan yang memiliki bebera-pa
jenis produk dan jasa (Kennedy, 2008 : 54).

8) Poster
Secara harfiah, poster adalah surat tempelan. Mak-
sudnya, brosur yang ditempelkan di suatu tempat
yang dinilai strategis dan mudah terlihat oleh kha-
layak. Ukuran bergantung pada keinginan. Poster
biasanya menyajikan informasi singkat tentang pro-
duk atau atau jasa. Disebut informasi singkat, kare-
na ruang (space) yang tersedia relatif terbatas. Se-
hingga, poster dapat dikatakan merupakan jenis
brosur yang berfungsi untuk memancing rasa pena-
saran khalayak (Iriantara, Surachman, 2006 : 160).
171

Contoh poster
Sumber:http://tvline.com/2013/09/03/american-horror-story-coven-
poster-lips-snakes/

C. PENULISAN PROSPEKTUS SECARA UMUM


Penulisan semua selebaran pada dasarnya diorientasikan
bagi kepentingan organisasi atau perusahaan meskipun
tujuan spesifiknya bisa berbeda. Cara atau teknis penuli-
sannya jauh lebih fleksibel dibandingkan dengan penulisan
siaran pers, berita, feature, artikel, dan advertorial sebagai-
mana mengacu pada bab sebelumnya.

Penulisan untuk selebaran disesuaikan dengan muatan dan


cakupan informasi yang disajikan dan bentuk selebaran
dan halaman atau space yang sesuai. Poduksinya dilakukan
menurut kebutuhan, tidak mengacu pada periodesitas atau
waktu-waktu yang telah ditentukan sebagaimana penerbit-
172

an berkala seperti majalah, newsletter dan laporan tahunan


perusahaan (annual report).

Suatu organisasi dapat memproduksi beberapa selebaran


yang masing-masingmenyampaikaninformasi berbeda de-
ngan cara penulisan/penyajiannya yang juga bisa berbeda.
Ada selebaran yang informasinya berlaku relatif lebih sing-
kat tetapi ada juga yang jauh lebih lama.

Di dalam semua bentuk selebaran terdapat materi yang me-


madukan gambar atau ilustrasi dengan tulisan. Khusus pos-
ter, gambar mendapat porsi terbesar sedangkan teks jauh
lebih sedikit. Namun secara umum, semua bertujuan me-
nyampaikan, mengumumkan, memperkenalkan, dan/ atau
menawarkan sesuatu. Sedangkan dilihat dari sifat pesan-
nya bisa berisi informasi, mengandung persuasi, bahkan
ada pula yang sekaligus memotivasi.

Di bawah ini kerangka tulisan pada strategi pesan untuk


promosi produk/jasa dan profil perusahaan yang dapat dite-
rapkan pada penulisan selebaran.
173

Teknik Produk atau Profil Perusahaan


Jasa
Menginformasikan Nama produk dan Seiarah dan perkembangan
visualisasi kemasan perusahaan.
produk dan jasa Keberadaan perusahaan
 Fungsi dan kegunaan dikenal melalui produk /hasil
produk/iasa kerja sama dengan beberapa
 Proses produksi dan mitra peusahaan.
siapa produsernya Bidang usaha (jenis jasa dan
 Kualitas produk dan produk).
standarisasi produk Struktur organisasi pemilik
perusahaan (pemegang
saham)
Memengaruhi Komitmen atau garansi Komitmen perusahaan atas
terhadap mutu mutu kualitas produk dan
produk/iasa layanan
Alasan dasar mengapa Budaya perusahaan (human
produk ini diciptakan relations, iklim kerja,
Menielaskan tentang kemitraan, dan tanggung
kelebihan dan kekuatan jawabperusahaan kepada
produk dalam mengatasi konsumen)
masalah konsumen Teknologi dan kekuatan
Memungkinkan yang dimiliki oleh
terdapatnya peluang perusahaan (human power,
untuk melakukan modal, bahan baku
konsultasi sccara tatap berkualitas, inovasi, dll)
muka Laporan perkembangan
perusahaan dalam bentuk
laporan keuangan yang
menuniukkan adanya
peningkatan pendapatan
Memotivasi Informasi harga Bentuk-bentuk penghargaan
Potongaan harga/spesial dari asosiasi atau lainny
harga Alamat kantor pusat, cabang,
Akses informasi dan atau lokasi pabri
toko penjualan produk Jenis provek yang pernah
seluruh kota dikeriakan vang dikenal
secara umum
Kerangka tulisan pada strategi pesan untuk promosi produk/jasa dan profil
perusahaan menurut John E. Kennedy (2008 : 33)
174

Apabila suatu prospektus menginformasikan tentang peru-


sahaan dan kegiatannya, maka rincian informasinya dapat
mengikuti format penulisan seperti di bawah ini:

1) The Company: Pesan utama yang harus disam-


paikan:
 who we are – sebutkan nama perusaha-
annya.
 what we do – sebutkan kegiatan usahanya.
 background – jelaskan sejarah singkat
perusahaan dan keterkaitannya dengan ke-
giatan usaha dan pelayanan yang diberikan.
Sebutkan hari dan waktu dalam memberi-
kan pelayanan beser-ta nomor telepon, fax,
email, dan situs perusa-haan.
 your company image – yakinkan bahwa
perusahaan selalu memberikan produk atau
pelayanan terbaik demi memuaskan publik-
nya.

2) The product/service
 product/service description – uraikan
berbagai produk atau jasa yang ditawarkan
perusahaan/organisasi selengkap mungkin
dan keterkaitannya dengan kebutuhan /ke-
pentingan sasaran publik yang dituju.
 product/service benefits – sampaikan
keuntungan atau kelebihan dari produk.jasa
yang diberikan atau pelayanannya semena-
rik mungkin. Pernyataan ini menjadi pen-
175

ting mengingat perusahaan harus bersaing


dengan perusahaan sejenis.
 unique proposition – sebutkan hal yang
menjadi keunikan khusus yang membuat
sasaran publik lebih tertarik untuk menggu-
nakan layanan jasa atau produk yang
ditawarkan. Termasuk di dalamnya pena-
waran atau layanan khusus untuk kategori
pemesanan tertentu.

Penulisan prospektus seperti ini bersifat informatif, persua-


sif, sekaligus motivatif. Informatif artinya menginformasi-
kan mengenai perusahaan dan beragam produk, jasa atau
pelayanan yang diberikan dengan segala kelebihannya.
Persuasif maksudnya membujuk mereka untuk menggu-
nakan produk atau jasa yang ditawarkan. Motivatif berarti
mendorong agar sasaran publik pembaca segera melakukan
pemesanan atau pembelian.

Sebelum prospektus selesai diproduksi, hendaknya sudah


dipikirkan desain grafis dan layoutnya, ukuran dan jenis
kertas yang digunakan, jumlah yang akan dicetak, kapan
selesainya, di mana brosur ditempatkan, kemana pendistri-
busiannya, dan berapa banyak target respon yang diharap-
kan dari sasaran publiknya.

Khusus pendistribusian, dapat didukung secara elektronik


seperti melalui email dengan format pdf yang ditujukan
kepada kalangan tertentu. Penempatan prospektus ini dapat
di display di customer service kantor sendiri atau di tempat
176

lain yang strategis atau relevan dengan sasaran publik/-


konsumen yang dituju.

D. PENYAMPAIAN PESAN MELALUI PROSPEK-


TUS & PLUS-MINUSNYA
Penyampaian informasi dalam brosur dan kebanyakan ben-
tuk selebaran lain pada umumnya merupakan bentuk ko-
munikasi nonpersonal karena dilakukan dengan hanya
memberikan selebaran tersebut. Tetapi akan menjadi ko-
munikasi yang juga personal apabila penyebarannya diser-
tai penjelasan dari brosur/selebaran secara detail kepada
khalayak yang dituju.

Sisi positif lain, sasaran khalayak atau publik mempunyai


kesempatan untuk bertanya untuk mendapatkan jawaban
langsung mengenai segala hal yang berkaitan dengan isi
brosur dari penyebar brosur. Pelaku promosi dapat mencer-
mati langsung kondisi emosi dan psikologis orang-orang
yang ditemuinya sehingga ia dapat menambahkan informa-
si, mengubah cara, atau menyesuaikan penyampaian pe-
sannya dengan seketika. Pelaku promosi lebih mudah men-
dapatkan khalayak (calon konsumen) yang potensial yaitu
dengan memberi brosur kepada orang yang dikehendaki.

Kelemahan kegiatan promosi ini diantaranya sangat ber-


gantung pada jumlah orang tetapi sedikit dalam menjang-
kau khalayak dibandingkan menyampaikannya melalui
media massa atau melalui media luar ruang. Pada umum-
nya, tidak semua khalayak mendapatkan penjelasan lebih
lanjut dari penyebaran brosur.
177

BAB 8
PENULISAN UNTUK NEWSLETTERS

A. PENGERTIAN NEWSLETTERS
Newsletter merupakan salah satu bentuk media yang diter-
bitkan organisasi atau perusahaan dan biasanya dikelola
oleh divisi atau departemen PR. Perbedaannya dengan
majalah, umumnya majalah lebih tebal dengan isi dan
rubrikasi yang beragam. Sebaliknya, newsletter biasanya
lebih tipis jumlah halamannya dan isi atau rubrikasinya pun
jauh lebih sedikit. Sedangkan buletin menurut Djuroto
(2002 : 11), adalah kumpulan berita, artikel, cerita, iklan,
dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran
broadsheet, atau ukuran kwarto/plano dan dilipat seperti
surat kabar. Buletin biasanya terbit tidak teratur atau sering
disebut dengan penerbitan berkala.

Banyak definisi mengenai newsletter. Newsletter adalah


laporan tercetak yang berisi berita tentang kegiatan klub
atau organisasi yang diterbitkan secara teratur dan didistri-
busikan untuk semua anggotanya (www.oxfordlearners-
dictionaries.com). Menurut Pamela Brooks (2002 : 61),
newsletter pada dasarnya adalah seperangkat informasi
yang keberadaannya secara khusus dan menjadikan pem-
bacanya merasa menjadi bagian dari komunitas yang lebih
besar.
178

Ronald D. Smith (2003 : 275) mendefinisikan newsletter


sebagai alat PR yang penting bagi organisasi untuk men-
jalin hubungan komunikasi dengan publik utama. Masih
menurut Smith, newsletter adalah publikasi yang dicetak
secara periodik dan didistribusikan oleh organisasi kepada
publik yang mencari informasi tertentu. Penjelasan ini
menunjukkan spesifiknya materi yang disajikan dalam
newsletter.

B. TUJUAN PENULISAN NEWSLETTER


Sebagaimana penerbitan media lain, penerbitan newsletter
juga tentunya memiliki tujuan. Namun tujuan dari penulis-
an/penerbitan newsletter memiliki kekhususan tersendiri
seperti yang dikemukakan para pakar. Tujuan penerbitan
newsletter menurut Smith (2002 : 61) dapat disimpulkan
sebagai berikut:
 Untuk menjaga hubungan dengan publiknya.
 Untuk memperkuat sikap dan tindakan yang ber-
manfaat bagi organisasi.
 Untuk menciptakan dan mempertahankan dialog
antara organisasi dengan publiknya, atau di antara
anggota audiens.
 Untuk meningkatkan atau mempertahankan tingkat
kesadaran publik tentang isu-isu penting bagi orga-
nisasi.
 Untuk meningkatkan atau mempertahankan sikap
positif publik tentang masalah tertentu.
179

Newsom dan Haynes (2008 : 351) menyebutkan penerbit -


an/penulisan newsletter yang tujuannya dapat disimpulkan:
 Untuk berkomunikasi secara teratur dengan anggo-
ta dari publik khusus.
 Berbagi informasi yang menopang kesatuan yang
terikat bersama dengan minat khusus.
 Sebagai pengingat organisasi yang terbit secara pe-
riodik dan mengundang partisipasi anggota dalam
kegiatan organisasi.

C. SASARAN, JENIS, ISI NEWSLETTERS


Organisasi seperti perusahaan tidak akan mampu melayani
kebutuhan komunikasi mereka dengan berbagai publik ha-
nya dengan menggunakan satu newsletter. Menurut Smith
(2003 : 277) informasi yang dimuat newsletter idealnya
ditujukan untuk satu publik tertentu. Menurutnya orga-
nisasi yang berkomunikasi secara efektif telah belajar bah-
wa newsletter harus diarahkan untuk khalayak tertentu dan
spesifik.

Sangat spesifiknya sasaran pembaca newsletter merupakan


kekhasan lain dari media ini. Meskipun pembaca majalah
dapat dispesifikan berdasarkan konten materi yang dimu-
atnya, namun lingkup isi dan sasaran pembaca majalah
tidak lebih spesifik darinewsletter. Hal ini tampak dari isi
atau rubrikasi di dalam majalah yang jauh lebih beragam
dibandingkan dengan isi yang terkandung dalam newsletter
yang jumlah halamannya pun jauh lebih sedikit.
180

Spesifiknya public pembaca suatu newsletter dapat dicer-


mati dari jenis newsletters yang meliputi: newsletter
anggota (member newsletters), newsletter eksternal (exter-
nal newsletters), newsletter dengan perhatian/keter-tarikan
khusus (special-interest newsletters), newsletter berlang-
ganan (subscription newsletters), newsletter pelanggan/
konsumen (consumer newsletters), dan newsletter advoka-
si (advocacy newsletters).

Dari penjelasannya mengenai jenis-jenis newsletters ter-


sebut dapat disimpulkan:
1) Newsletter anggota. Jenis newsletter ini ditujukan
kepada publik yang menjadi anggota tertentu. Baik
anggota organisasi, asosiasi, komunitas, klub, dan
sejenisnya.
2) Newsletter eksternal. Sasaran pembaca newsletter
adalah non-anggota-pelanggan, konsumen, konsti-
tuen, distributor, pemasok, dan sebagainya.
3) Newsletter mengenai perhatian atau minat khu-
sus. Newsletter jenis ini misalnya berhubungan
dengan profesi, minat atau hobi tertentu yang topik-
nya relevan dengan sasaran pembacanya.
4) Newsletter berlangganan. Newsletter berlanggan-
an berarti newsletter yang dapat diperoleh dengan
membayar atau berlangganan. Newsletter ini mena-
warkan tantangan khusus bagi penulis sesuai tuntu-
tan pelanggan. Isinya menyajikan informasi yang
sulit atau tidak ditemui dalam media lainnya. Topik
yang paling populer berurusan dengan bisnis, ko-
181

munikasi, komputer, kesehatan, investasi, dan isu-


isu internasional dan hukum.
5) Newsletter konsumen/pelanggan. Newsletter ini
memberikan informasi yang membuat pembaca
tertarik pada topik tertentu sesuai dengan kepen-
tingan penerbitnya.
6) Newsletter advokasi. Newsletter advokasi berusaha
membujuk pembaca dengan menyediakan titik pan-
dang yang konsisten dan informasi yang mendu-
kung tentang isu tertentu. Organisasi yang mener-
bitkan newsletter advokasi kemungkinan akan ter-
fokus pada politik, lingkungan, kesehatan dan kese-
lamatan dan topik lainnya yang memainkan peran
kunci (Smith, 2003 : 277, 279).

Mengacu pada jenis-jenis newsletter di atas, maka dapat


disimpulkan: tujuan penulisan dan penerbitan newsletters
secara umum meliputi tujuan bisnis dan non bisnis. Tujuan
bisnis berarti newsletter sengaja ditulis/diterbitkan sebagai
sarana mencapai tujuan bisnis dari publik pembaca yang
membutuhkan informasi yang disajikan media tersebut.
Kategori neswletter ini disebut subscription newsletters
(newsletter berlangganan).

Newsletter bertujuan nonbisnis cenderung digunakan unt-


uk memupuk solidaritas dan kemajuan anggota, memba-
ngun kepedulian bersama terhadap persoalan tertentu,
meningkatkan profesionalitas pribadi dan pengembangan
profesi anggota, dan berbagai tujuan lain seperti dikemu-
kakan Smith, Newsom dan Haynes di atas. Tujuan spesifik
182

newsletter nonbisnis bergantung pada jenis organisasinya.


Namun apapun sifat atau jenis organisasinya, pada dasar-
nya newsletter digunakan sebagai media informasi dan
komunikasi antara organisasi dengan publiknya.

Mengingat sasaran pembaca newsletter sangat spesifik,


maka lingkup isi atau materinya pun spesifik sesuai dan
relevan dengan publik sasaran pembaca serta tujuan pener-
bitannya. Keinginan, kepentingan dan kebutuhan publik
utama harus menentukan informasi di dalam newsletter.

Lingkup isi dalam setiap newsletter bergantung karakter-


istik organisasi penerbit dan sasaran publik utama pemba-
canya. Newsletter yang diterbitkan oleh asosiasi tertentu,
komunitas tertentu, lembaga pemerintah/swasta tertentu,
perusahaan tertentu, isinya memuat materi/informasi
tertentu sesuai karakteritisk organisasi dan sasaran pemba-
canya sebagai publik utaman. Brooks (2002 : 61) mencon-
tohkan, pesan-pesan yang berkaitan dengan suatu profesi,
pengembangan profesi, dan disiplin keilmuan sesuai pro-
fesi para anggota, misalnya, merupakan ciri khas dari
pesan-pesan dalam newsletter yang diterbitkan organisasi
profesi. Apabila pesan-pesannya memuat beragam infor-
masi dari perusahaan yang perlu disampaikan kepada para
pegawai/karyawan, umpamanya, maka newsletter tersebut
diterbitkan oleh perusahaan.
183

D. PELAPORAN- PENULISAN NEWSLETTER


Ada perbedaan pendapat di antara para penulis dalam
menjelaskan bentuk penulisan untuk newsletter. Apakah
penulisannya harus berbentuk berita, feature dan/atau arti-
kel. Dalam praktiknya, bisa saja semua bentuk penulisan
itu diterapkan atau salah satu/dua diantaranya.

Pengemasan pesan bisa mengikuti gaya berita, features,


artikel, dan/atau bentuk tulisan lainnya. Newsletter dapat
terbit harian, beberapa hari sekali, mingguan, dwimingg-
uan, bulanan dan seterusnya. Tulisan untuk newsletter hari-
an lebih tepat berupa informasi berbentuk (tulisan) berita
karena kadar aktualitasnya masih terjaga. Newsletter yang
terbit mingguan atau lebih lama dari itu lebih tepat penuli-
sannya berbentuk news features dengan mengangkat/
memperdalam berita dari sisi (angle) tertentu. Tulisan ter-
sebut akan semakin lengkap dengan update informasi atau
fakta baru yang tidak disajikan dalam berita langsung yang
biasa dimuat pada media (newsletter) harian. Apabila tulis-
an pada newsletter mingguan memuat informasi berbentuk
tulisan berita langsung, maka kadar aktualitasnya akan
berkurang bahkan dianggap hilang.

Newsom dan Haynes (2008 : 351) mengingatkan, pelapo-


ran dan penulisan untuk newsletter merupakan dua tugas
yang sangat berbeda. Pelaporan berhubungan dengan men-
dapatkan informasi yang bersumber dari fakta di lapangan,
sedangkan penulisan berurusan dengan menganalisis dan
mengemas informasi dalam tulisan. Dua kegiatan ini secara
prinsip sama dengan kegiatan jurnalistik yang biasa
184

dilakukan wartawan media cetak. Apalagi gaya penulisan-


nya pun hendaknya mengacu pada prinsip bahasa jurnalis-
tik.

a) Pelaporan. Dari penjelasan Newsom dan rekan


(2008 : 256) mengenai pelaporan dalam penyajian
informasi melalui newsletter dapat disimpulkan se-
bagai berikut:
 Mendapatkan informasi yang berguna adalah
nyawa dari media apapun termasuk newsletter.
Tidak ada alasan bagi newsletter untuk tidak
memuat informasi yang tidak dimiliki media
lain. Jika newsletter menyampaikan informasi
yang sudah dimuat media lain maka pembaca
potensial akan menjauhinya. Jadi pelaporan
mengenai informasi yang tidak ada pada media
lain merupakan elemen kunci dari newsletter
yang baik.
 Proses pelaporan menggunakan pendekatan
jurnalistik sehingga harus berdasarkan fakta.
Tetapi harus mengacu pada penetapan sudut
pandang (angle) tertentu atau yang berbeda
dengan yang diketahui orang lain. Anda dapat
mencari sudut pandang tertentu dengan meng-
identifikasi celah dan mencoba untuk menggali
informasinya. Kesalahan informasi yang di-
sampaikan dalam neswsletter sering mema-
tikan daripada kesalahan informasi pada media
massa. Alasannya karena pembaca newsletter
adalah publik yang memiliki pengetahuan
185

khusus. Mereka dapat melihat kesalahan de-


ngan cepat. Kredibilitas redaksi dan masa depan
newsletter bisa terancam, apalagi jika news-
letternya bertujuan komersil.

b) Penulisan untuk newsletter. Penulis harus memi-


liki keterampilan menulis dengan menggunakan
bahasa jurnalistik sebagaimana biasa dilakukan
wartawan media massa cetak. Mengacu pada ben-
tuk penulisannya, dapat berupa berita, features, atau
mungkin artikel yang semuanya sudah dibahas
tersendiri pada bab-bab sebelumnya. Namun dari
penjelasan penulisan untuk newsletter setidaknya
harus memperhatikan:
 Aturan standar penggunaan bahasa yang baik,
termasuk ejaan dan tanda bacanya.
 Kelengkapan isi yang mengacu unsur 5 W+1H
sangat penting bagi penulisan newsletter yang
penulisannya berbentuk berita. Namun bagi
news feature penulisannya dengan memperda-
lam sudut pandang (angle) tertentu.
 Menggunakan Metode KISS (Keep It Short,
Simple). Maksudnya bahasa tulis yang diguna-
kan hendaknya menganut pada prinsip kering-
kasan dan kesederhanaan sehingga lebih mudah
dipahami oleh pembaca.

Penulis yang mengelola newsletter perlu menghasilkan


ide-ide tulisan yang menarik dan relevan dengan sasaran
pembaca dengan beragam bentuk penulisannya. Semakin
186

luas atau semakin beragam karakteristik publik sasaran


pembaca suatu newsletter idealnya semakin luas dan
beragam pula informasi yang disajikan.

Di bawah ini contoh dari sebagian tampilan newsletter


yang diakses dari suatu situs.Newsletter ini berisikan
beragam informasi sesuai sasaran publik pembacanya.
Secara tampilan, newsletter ini mirip dengan situs berita.
Secara isi, seperti perpaduan antara situs berita dan majalah
komunitas. Salah satu contohnya dapat dibuka pada alamat
situs ini: http://www.newsletter.co.uk/ (diakses pada 19
Februari 2016).

Dari kategori informasi yang ditampilkan pada newsletter


internet ini tampak sekali keragaman informasi yang
disajikan oleh newsletter tersebut. Jika Anda membaca
tulisan-tulisannya tampak pula berbagai bentuk penulisan
seperti berita, feature, artikel, dan yang lainnya.

E. KEBERHASILAN NEWSLETTER
Keberhasilan newsletter ditentukan oleh berbagai pertim-
bangan. Pertimbangannya terkait dengan sejumlah perta-
nyaan awal rencana pembuatan newsletter yang menurut
Brooks (2002 : 61) meliputi:
a) Apa tujuannya? Binsis atau nonbisnis.
b) Siapa sasaran pembacanya?
c) Pesan apa saja yang perlu disampaikan dan
tidak dimuat media lain?
d) Kapan frekuensi produksi atau penerbitannya?
187

e) Bagaimana pembaca dapat menerimanya? –


berkenaan dengan format dan distribusi.

Kelima pertanyaan tersebut tidak dimaksudkan untuk dija-


wab secara khusus. Namun dari beberapa kriteria yang
mempengaruhi keberhasilan newsletter seperti dikemuka-
kan Newsom dan Haynes di bawah ini, terdapat berbagai
jawaban terkait pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
Brooks di atas.

Beberapa kriteria yang mempengaruhi keberhasilan news-


letter dimaksud yaitu: a) memenuhi kebutuhan pembaca; b)
isinya unik; c) dikelola oleh orang yang berpengetahuan
dan terampil; d) frekuensi penerbitan yang teratur; e) pen-
distribusian yang baik dan tepat sasaran. Dari penjelasan
Newsom dan Haynes (2008 : 349) mengenai kriteria-krite-
ria tersebut dapat disimpulkan:

a) Memenuhi kebutuhan pembaca.


Newsletter dapat menjangkau dan memobilisasi
kepentingan publik tertentu secara lebih luas. Jika
suatu organisasi memiliki majalah yang sering me-
nekankan pemuatan materi yang beragam, news-
letter bisa berfokus pada informasi tertentu sehing-
ga lebih berguna bagi pembacanya. Informasi yang
terfokus, tajam, dan mendalam dapat dilakukan
newsletter.
Newsletter yang paling ideal dan efektif apabila
penerbit dan pembaca/publiknya membangun ke-
pentingan bersama. Hal ini dapat diawali melalui
188

proses perencanaan pembuatan newsletter yang


memperhatikan keinginan, kepentingan, dan kebu-
tuhan dari publik utama sasaran pembacanya serta
tujuan organisasi. Sering kali organisasi mengem-
bangkan pernyataan misi, atau dinyatakan dalam
pernyataan editorial sesuai komitmen organisasi.
Dengan pernyataan ini memungkinkan pembaca
mengetahui manfaat newsletter secara jelas.

b) Unik.
Newsletter menyajikan informasi yang diperlukan
pembaca yang tidak ada pada media lain. News-
letter yang unik apabila informasi dan sasaran pem-
bacanya sangat khusus, yaitu orang-orang, anggota
atau kelompok/komunitas tertentu yang memiliki
kepentingan, minat, kesukaan, atau hobi yang sa-
ma.
Newsletter berlangganan, biasanya melekat dengan
keunikan semacam ini. Baik memenuhi kepenting-
an/minat khusus bagi pribadi ataupun secara profe-
sional.

c) Dikelola oleh orang yang berpengetahuan dan


terampil.
Para pengelola neswletter perlu membekali dirinya
dengan pengetahuan khusus. Keterampilan khusus
di bidang redaksi meliputi keterampilan melakukan
peliputan, investigasi dan wawancara, keterampilan
menulis dan mengedit tulisan sesuai prinsip-prinsip
189

bahasa jurnalistik, merancang visualisasi desain


yang tepat.
Komitmen untuk meningkatkan hasil kerja yang
maksimal harus selalu ditunjukkan yang dilandasi
semangat profesionalisme dan kecerdasan dalam
menjalin hubungan dengan berbagai publik dan
calon narasumber potensial.
Wujud dari pengetahuan dan keterampilan dalam
mengelola atau membuat newsletter terutama tam-
pak dari tampilannya secara fisik. Penting logo
organisasi atau komunitas tampak secara jelas
dengan mottonya. Begitu pula tanggal terbit dan
rentang waktu edar medianya yang menunjukkan
frekuensi penerbitannya.
Tulisan yang dimuat disusun berdasarkan kolom.
Biasanya dua atau tiga kolom. Di antara tulisan
sering disertai foto, ilustrasi, diagram, tabel atau
gambar lain yang diperlukan. Tata letaknya disusun
sedemikian rupa agar terlihat rapi, indah atau
menarik dengan paduan warna warni atau mungkin
sebatas hitam-putih.
Laporan utama memainkan peran penting dalam
menarik pembaca. Judul ditulis menggunakan be-
berapa kata yang ditulis dengan huruf besar dan
menarik dalam pandangan mata pembaca. Dalam
penulisannya mengacu pada prinsip penulisan judul
dalam bahasa jurnalistik sebagaimana diterapkan
media massa majalah dan suratkabar.
190

d) Frekuensi penerbitan yang teratur.


Newsletter merupakan publikasi yang sudah seha-
rusnya diterbitkan secara berkala. Tetapi frekuensi
penerbitannya sangat ditentukan oleh ketersediaan
anggaran. Begitu pula dengan jumlah halamannya.
Perlu ada anggaran khusus untuk pengelolaannya.
Keberadaan media ini merupakan sarana komuni-
kasi yang tujuan akhirnya menjalin dan memelihara
hubungan yang baik dan saling menguntungkan
antara organisasi/perusahaan dengan publiknya dan
sebaliknya. Anggaran yang dikeluarkan untuk
membiayai pengelolaan dan produksi newsletter
pada dasarnya adalah investasi.

e) Pendistribusian yang baik dan tepat sasaran.


Newsletter yang disambut baik oleh pembaca salah
satunya karena pendistribusiannya berjalan dengan
baik, tepat waktu dan sasaran. Ketepatan sasaran
pendistribusian merupakan wujud dari kesung-
guhan dalam memberikan pelayanan sekaligus
profesionalisme para pengelolanya.

F. BENTUK FISIK NEWSLETTER


1. Bentuk cetak. Secara fisik, ukuran newsletter
biasanya menggunakan kertas ukuran A5 dan A4
minimal empat halaman dalam bentuk dilipat dua
(Brooks, 2002 : 61). Newsletter dirancang dan di-
desain sedemikian rupa kemudian dicetak.
191

Contoh.Sumber:
http://www.ampl.or.id/digilib/read/newsletter-ampl-juli-
2011-30-negara-ikut-serta-pameran-indowater-2011-/4250

2. Bentuk print-out computer. Ada pula newsletter


yang hanya disiapkan secara sederhana pada kom-
puter untuk diprint, difotokopi, dilipat, dan dikirim-
kan.
3. Bentuk format pdf. Newsletter ini secara visual
tampak seperti newsletter cetak tetapi berbentuk
192

pdf yang hanya bisa diakses melalui perangkat


komputer. Pendistribusiannya dikirim melalui ema-
il atau tersimpan dalam file pada cd atau disk.
4. Bentuk online. Bentuk newsletter lainnya hanya
bisa diakses melalui perangkat internet sesuai de-
ngan alamat situsnya. Salah satu contohnya news-
letter bersitus http://www.newsletter.co.uk tadi.
193

BAB 9
PENULISAN UNTUK MAJALAH

A. PENGERTIAN MAJALAH
Majalah adalah kumpulan berita, artikel, cerita, iklan dan
sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas berukuran
kuarto atau folio, dijilid dalam bentuk buku. Majalah biasa-
nya terbit teratur, seminggu sekali, dua minggu sekali atau
satu bulan sekali (Djuroto, 2002 : 11). Majalah adalah “pa-
per covered (usually weekly, monthly, and illustrated) pe-
riodical, with stories, articles, etc by various writers”
(Cowie, (editor), 1974 : 510).

Majalah organisasi, baik yang diterbitkan oleh organisasi


bisnis maupun organisasi nonbisnis, dikelola oleh bagian
PR di organisasi tersebut. Dalam pengelolaannya PR
bersentuhan dengan kegiatan jurnalistik, terutama dalam
pengadaan bahan tulisan hingga dalam proses penulisan-
nya.

Pengadaan bahan tulisan dilakukan melalui wawancara,


berdasarkan pengamatan langsung terhadap suatu kegiatan/
peristiwa, dan/atau diperoleh dari bahan tertulis atau mung-
kin rekaman dari dokumentasi organisasi. Sedangkan
dalam proses penulisan media yang biasanya terbit bulanan
ini, mengacu pada ragam bentuk tulisan jurnalistik teru-
194

tama feature, artikel, dan advertorial. Dalam penulisannya


pun menggunakan bahasa jurnalistik. Bedanya, muatan
informasi yang disajikan pada majalah organisasi menyu-
arakan kepentingan organisasi sekaligus menjaga hubu-
ngan baik dengan publiknya.

Meskipun situs internet yang diterbitkan organisasi mung-


kin dapat menggantikan publikasi dicetak, namun majalah
masih dengan karakteristik tertentu yang dimiliki tetap
memiliki kekuatan tersendiri sebagai alat PR, baik majalah
yang berbentuk cetak maupun digital. Majalah lebih
memungkinkan dalam menyampaikan informasi secara
mendalam dengan tampilan isi yang menarik daripada ke-
banyakan media lain.

B. PENYAJIAN DAN SASARAN PEMBACA


Terdapat sejumlah persamaan antara majalah organisasi
dengan majalah konvensional sebagai salah satu jenis me-
dia massa. Persamaan tersebut dapat dipahami dari ruang
lingkup substansi atau tulisan yang disajikannya.

Pada majalah konvensional sebagai salah satu produk pers,


(Djuroto 2002 : 46), menuliskan tiga komponen isi maja-
lah: 1) tulisan yang berisi pemberitaan, 2) tulisan nonpem-
beritaan yang biasa ditulis bagian redaksi dan/atau pem-
baca, 3) iklan atau tulisan yang bersifat promosi. Lingkup
isi ini sesuai dengan majalah organisasi pada umumnya.
Bedanya, semua isi yang disajikan pada majalah organisasi
terkait dengan kepentingan organisasi serta hubungannya
dengan publik pembaca. Sedangkan karakteristik dari suatu
195

majalah meliputi: 1) penyajian informasinya lebih dalam,


2) nilai aktualitasnya lebih lama, 3) gambar/foto lebih
banyak, c) cover sebagai daya tarik (Ardianto, dkk, 2014 :
122).

Misi penerbitan majalah mengandung penegasan mengenai


apa yang seharusnya dilakukan dan siapa pembacanya.
Apa yang harus dilakukan antara lain mengenai pemenuh-
an informasi yang perlu disampaikan dalam majalah, ba-
gaimana gaya penyajiannya, dan apakah semua itu relevan
dengan sasaran pembaca.

Menurut Cheryl Woodard (2004 : 22), produk (konten


majalah) adalah jantung dari koneksi dengan pembaca.
Pengelola media hanya dapat berhasil dengan membuat
produk (muatan isi) yang benar-benar diinginkan pembaca.
Ia menambahkan, membangun dialog dengan pembaca
berguna untuk mencari tahu apa yang mereka butuhkan dan
inginkan. Menyediakan isi tulisan berharga adalah kunci
untuk membangun dan menjaga loyalitas pembaca.

Cakupan informasi dalam suatu majalah organisasi, secara


umum meliputi: informasi mengenai organisasi yang
menerbitkannya, kegiatan/even yang dilakukan, produk/
jasa yang ditawarkan, dan gagasan atau ide tertentu. Gaya
penyajian bahasanya menyangkut penggunaan kata atau
kalimat yang dianggap tepat. Sasaran publik pembaca
dapat didentifikasi berdasarkan isi yang disajikan dan
kepentingan tertentu mereka terhadap organisasi.
196

Sasaran pembaca majalah organisasi bisa publik internal,


publik eksternal utama, atau terkadang kedua publik seka-
ligus. Organisasi mungkin menerbitkan berbagai majalah,
tetapi masing-masing harus memiliki tujuan yang jelas dan
berbeda sehingga menentukan adanya perbedaan dari
kedua majalah tersebut. Perbedaan tujuan dan sasaran pem-
baca sangat menentukan cakupan muatan atau isi yang
diinformasikan sesuai kebutuhan organisasi dan publik
pembaca.

Unsur paling penting dalam menentukan keberhasilan ma-


jalah yaitu penulisannya yang berkualitas, relevan dengan
tujuan organisasi, serta berkesesuaian dengan target pem-
baca. Unsur yang turut menunjang adalah aspek visual
seperti format, ilustrasi, desain, editing. Satu hal lagi yang
tidak bisa diabaikan dan berpengaruh terhadap tujuan yang
diharapkan yaitu pendistribusian secara tepat sesuai sasar-
an publiknya.

Khusus berkenaan dengan penyajian/penulisan, setidaknya


harus memperhatikan pemilihan kata atau kalimat yang
disampaikan. Mid-America Communication Foundation
melaporkan hasil penelitian dari Opinion Research Cor-
poration (ORC) yang kesimpulannya: apabila sasaran
publik pembaca media adalah pegawai sebagai salah satu
publik internal organisasi, maka penulisan/penggunaan
kata-kata atau kalimat yang efektif harus memenuhi tiga
kriteria:
1) Familiarity (keakraban). Kata-kata yang ditulis
diketahui arti atau definisinya dengan baik oleh
197

target publik pembaca. Kata-kata yang dipilih me-


rupakan kata-kata yang akrab dalam pengetahuan
mereka.
2) Understandability (dapat mudah dipahami). Kata
atau kalimat yang disampaikan dapat dipahami se-
cara sama. Tidak berpotensi menimbulkan inter-
pretasi atau pemahaman yang berbeda.
3) Emotional impact (berdampak emosional). Pilihlah
kata atau kalimat yang berpotensi menimbulkan
dampak emosional dalam diri pembaca sesuai hara-
pan penulisnya(dalam Newsom dan Haynes, 2008 :
384).

Kriteria di atas pada dasarnya sama dengan beberapa


ciri dari penggunaan bahasa jurnalistik. Dengan demi-
kian kriteria umum yang dapat diterapkan dalam
menulis majalah dapat mengacu pada ciri bahasa jur-
nalistik sebagaimana telah diuraikan pada bab penu-
lisan berita.

C. KATEGORISASI MAJALAH ORGANISASI


Banyak majalah diterbitkan oleh organisasi dan memuat
beragam informasi khas sesuai karakteristik organisasi
serta target publik pembacanya. Di antara keduanya ter-
dapat tujuan khusus yang hendak dicapai oleh organisasi
dengan diterbitkannya majalah.

Dari semua majalah yang diterbitkan organisasi dengan


berbagai perbedaannya, dapat dikelompokan menurut kate-
gorisasi berdasarkan sasaran pembaca dan cakupan infor-
198

masinya. Newsom dan Haynes (2008 : 384, 385, 388) me-


nyebutkannya menjadi:

1. Employee Publications
Majalah yang termasuk jenis ini berisikan beragam
informasi terkait kepentingan organisasi dan kebutuhan
para pegawai dalam hubungannya dengan organisasi ter-
sebut. Bagi perusahaan, media publikasi tersebut dapat
dijadikan sarana dalam memba-ngun dukungan karyawan
terhadap tujuan perusa-haan.

Informasi yang disajikan antara lain bertujuan membangun


semangat kerja karyawan, meningkat-kan kepuasan kerja
dan produktivitas. Informasi yang memuat prestasi peru-
sahaan dapat menimbulkan kebanggaan di antara karya-
wan, sekaligus menjadikan mereka merasa bangga menjadi
bagian dari perusahaan.

Suatu laporan peristiwa tertentu yang dapat ditulis dengan


mengacu pada sudut pandang karyawan, tidak dari sudut
pandang direksi, tanpa mengabaikan kepentingan organi-
sasi yang lebih besar.Selain itu ada beberapa rubrik di
majalah yang biasanya disediakan khusus oleh pihak
redaksi untuk diisi, ditulis, atau dimanfaatkan para karya-
wan dalam menyampaikan pokok pikiran, gagasan atau
sekedar saran bahkan mungkin kritik.

Publikasi yang dilakukan diharapkan menciptakan pema-


haman yang lebih luas antara karyawan dan masalah yang
dihadapi perusahaan. Publikasi harus saling memberikan
199

manfaat, baik bagi individu karyawan maupun bagi orga-


nisasi secara keselu-ruhan.

2. Association Publications
Para anggota yang terlibat dalam suatu organisasi seperti
asosiasi dan sejenisnya biasanya sangat mengharapkan
adanya media komunikasi organisasi seperti majalah.
Apalagi biaya keanggotaan yang mereka keluarkan biasa-
nya digunakan pula untuk memproduksi media komunikasi
organisasi.

Melalui media organisasi ini para anggota dapat menerima


beragam informasi sesuai dengan kebutuhan mereka. Me-
reka juga dapat menyampaikan berbagai saran, masukan,
informasi, bahkan menuliskan sesuatu terkait dengan
kepentingannya dan dalam hubungannya dengan orga-
nisasi. Sejum-lah rubrik biasanya disediakan khusus untuk
tulisan atau bahan informasi yang berasal dari para ang-
gota.

Contoh. Sumber:
http://koleksikemalaatmojo.blogspot.co.id/2010/04/majalah-gratis-aprisindo-
news-tahun.html
200

3. Trade and Industry Publications


Media organisasi yang termasuk dalam kategori publikasi
ini biasanya berbentuk majalah. Isinya memuat beragam
informasi di bidang industri dan perdagangan. Publikasi
tersebut dibutuhkan oleh para pebisnis dan mungkin bagi
calon pebisnis. Keberadaan media jenis ini menjadi sumber
infor-masi bahkan sumber inspirasi untuk memulai atau
mengembangkan bisnis.

Contoh. Sumber:
http://www.kemenperin.go.id/majalah/8/media-industri

4. Corporate Publications for the Public


Publikasi yang termasuk jenis ini adalah majalah peru-
sahaan yang berisikan informasi tentang produk dan/atau
jasa sesuai kegiatan usahanya. Sasaran utama pembacanya
201

adalah konsumen atau pengguna jasa dari suatu perusahaan


yang mener-bitkan media tersebut.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, masing-masing ka-


tegori publikasi tersebut memuat cakupan informasi yang
berbeda-beda berdasarkan karakteristik organisasi dan
tujuan penerbitan mediannya sesuai sasaran publik pemba-
ca yang dituju. Namun, siapa pun sasaran pembacanya,
apabila redaksi berfokus pada substansi informasi yang
diinginkan dan yang dibutuhkan target publik pembaca,
maka akan sangat potensial untuk menjadikan media
tersebut sebagai menjadi lebih baik.

D. RUBRIKASI MAJALAH
Rubrikasi majalah adalah halaman majalah atau ruang-
ruang yang terdapat pada halaman majalah yang sengaja
disediakan untuk memuat informasi atau menyajikan tu-
lisan tertentu. Setiap rubrik memiliki nama tersendiri sesu-
ai kategori informasi atau sajian tulisan yang disampaikan.

Contoh rubrik di majalah umum seperti: politik, hukum,


bisnis olahraga, iptek, hobi, dan sebagainya. Contoh rubrik
di majalah internal organisasi atau perusahaan diantaranya
rubrik “Info CSR” dan “Komunitas” seperti contoh di
bawah ini (dilingkari):
202
203

Contoh. Simber: http://www.langitwarna.com/2014/10/jasa-desain-layout-


majalah-internal-perusahaan.html
204

BAB 10
PENULISAN UNTUK BUKU

A. PENULISAN BUKU BAGI PUBLIC RELATIONS


Keterampilan dalam menulis beragam karya tulis yang
dimiliki seorang staf PR akan sangat berguna dalam menu-
lis buku, baik buku yang ditulis untuk atau atas nama priba-
di, maupun buku yang ditulis untuk atau atas nama organi-
sasi/perusahaan.

Buku yang akan ditulis untuk atau atas nama pribadi mate-
rinya bisa apa saja sesuai dengan minat dan perhatian
penulis. Namun buku yang akan ditulis untuk atau atas
nama organisasi/perusahaan tentunya lingkup materi yang
disampaikan terkait dengan perusahaan. Dalam penulisan-
nya pun tidak bisa dilakukan sendiri melainkan harus
melibatkan tim yang ditunjuk atau yang dibentuk, hanya
melibatkan internal organisasi atau melibatkan jasa pihak
luar.

Pihak PR harus memastikan bahwa tujuan penulisan buku


tersebut sesuai dengan tujuan PR yaitu membangun hubu-
ngan baik dengan publiknya sekaligus menciptakan opini
dan citra organisasi, produk dan/atau jasanya. Membuat
kerangka isi buku merupakan salah satu langkah yang
dapat dilakukan agar dalam penulisannya tidak menyim-
205

pang dari lingkup isi dan tujuan yang diharapkan dari


publik pembacanya.

Dalam penulisan atau penerbitannya, biasanya disesuaikan


dengan momen atau peristiwa tertentu yang dianggap
penting seperti merayakan 50 tahun, 25 tahun, 10 tahun, 8
tahun, atau bahkan mungkin 1 tahun berdirinya perusa-
haan. Bagi perusahaan tertentu, setiap tahun mereka menu-
lis dan menerbitkan laporan tahunan yang merupakan
bagian dari pertanggung jawaban organisasi pada publik-
nya. Sedangkan organisi kampus atau universitas biasa
menyebut hari kelahirannya dengan dies natalis, dan ketika
memasuki hitungan tahun yang bisa dibagi 5 istilahnya
digunakan lustrum.

Penulisan melalui buku akan sarat dengan nilai informasi


dan publikasi positif terkait organisasi, dari mulai produk
dan/atau jasa, manajemen dan teknologi, sumberdaya
manusianya, hingga komitmen dalam melayani publik-
publiknya. Dari satu buku dapat menumbuhkan berbagai
opini publik yang positif bagi organisasi secara keselu-
ruhan.

B. RAGAM/JENIS BUKU ORGANISASI


Buku yang diterbitkan organisasi, baik organisasi bisnis
maupun organisasi nonbisnis beragam jenisnya. Iriantara
dan Surachman (2006 : 204), membedakan jenis buku yang
diterbitkan organisasi berdasarkan kategorisasi berdasar-
kan: 1) temporalitasnya, yaitu waktu-waktu yang dianggap
istimewa bagi organisasninya; 2) peristwa yang dianggap
206

penting bagi organisasi. Keduanya dapat disebut sebagai


kategorisasi buku yang secara umum dibuat atau diterbit-
kan oleh organisasi.

Kategorisasi buku lain dapat pula sebagai suatu upaya lain


yang memuat beragam informasi pencapaian atau keber-
hasilan tertentu. Iriantara dan Surachman memberikan
contoh yang antara lain dilakukan Sampoerna Foundation
ketika menerbitkan buku Enskiklopedia Bangsaku yang
kemudian didistribusikan ke berbagai sekolah. Isi dari
bukunya dapat dijadikan studi kasus pada pada buku-buku
teks perguruantinggi atau mendukung penerbitan buku
seperti yang dilakukan. Contoh lain: buku yang berisi hasil
kajian tertentu yang dilakukan PT Freeport Indonesia yang
dipublikasi secara online (e-book), sehingga tidak hanya
bisa diakses oleh kalangan tertentu tapi juga khalayak yang
lebih luas

Berdasarkan kedua kategorisasi jenis buku seperti telah


disebutkan, maka pembuatan bukunya berkenaan dengan
waktu dan kegiatan. Pembuatan buku yang mengacu pada
waktunya seperti: (menyambut) ulang tahun organisasi,
laporan tahunan, waktu-waktu bersejarah, dan biografi/
otobiografi eksekutif. Sedangkan buku yang terkait kegia-
tan meliputi: peluncuran produk, katalog produk, kontri-
busi pada masyarakat, prestasi organisasi, dan hasil kajian
(Iriantara dan Surachman, 2006 : 205). Penjelasan dari
semua jenis buku tersebut dapat disimpulkan dan/atau
disertai tambahan penjelasan seperlunya:
207

a) Ulang tahun organisasi. Ulang tahun organisasi


yang ke-1, ke-2, ke-3 dan seterusnya, atau hanya
pada saat ulang tahun tertentu, dapat dijadikan
moment untuk membuat buku. Lingkup isi biasa-
nya paling tidak memuat sejarah perusahaan dari
awal atau sebelum awal berdiri hingga hari ini,
capaian/prestasi yang telah diraih dan harapan atau
langkah strategis kedepannya.
b) Laporan tahunan. Secara format, laporan tahunan
(annual report) berbentuk seperti buku, namun
dalam penulisan atau pengemasan materi dan pe-
nyajian lingkup isinya harus mengacu pada standar
yang telah ditetapkan badan pemerintah terkait.
Karenanya laporan tahunan dibahas secara tersen-
diri.
c) Waktu-waktu bersejarah. Hari-hari besar dan
bersejarah bangsa dapat menjadi momentum, teru-
tama bagi organisasi pemerintah untuk menerbitkan
buku sesuai dengan lingkup kegiatan atau pelayan-
annya. Bukan tidak mungkin hal ini juga dilakukan
oleh organisasi swasta, baik bisnis maupun nonbis-
nis.
d) Biografi/otobiografi eksekutif. Biografi atau
autobiografi seseorang, terutama pimpinan puncak
dari suatu perusahaan yang sukses dalam menjalan-
kan bisnisnya merupakan sosok yang mengin-
spirasi. Dedikasi, profesionalitas dan ingtegritasnya
dalam mengelola bisnis disertai beragam reputasi
yang mungkin melekat padanya berdampak positif
bagi pembentukan citra, tidak hanya citra dirinya
208

melainkan juga berpengaruh terhadap citra organi-


sasi yang dipimpin. Itulah sebabnya banyak buku
yang mengangkat peran para pimpinan puncak
suatu organisasi bisnis, baik yang diterbitkan sen-
diri oleh organisasi yang bersangkutan maupun
oleh industri penerbitan buku. Salah satu pihak
yang dapat menuliskannya yaitu para praktisi PR
yang bekerja di organisasi tersebut.
e) Peluncuran produk baru dan katalog produk.
Merupakanjenis media yang secara fisik berbentuk
buku, terutama buku kecil dan lebih tipis yang biasa
ditulis oleh para bagian PR dan/atau oleh divisi
marketing. Sebutan khusus untuk jenis buku seperti
ini yaitu buklet atau ada pula yang menyebutknya
sebagai bagian dari brosur.
f) Kontribusi pada masyarakat. Ragam kegiatan
dari penyelenggaraan yang disebut sebagai pertang-
gungjawaban sosial perusahaan (corporate social
responsibility-CSR) dapat dibukukan secara khu-
sus. Begitu pula dengan tulisan sejenis yang secara
umum semuanya bertujuan untuk membangun ke-
percayaan publik terhadap organisasi, sekaligus
menumbuhkan citra yang baik terhadap organisasi
yang bersangkutan serta produk atau jasa yang
diberikannya.
g) Prestasi organisasi. Secara khusus buku ini memu-
at beragam informasi yang berisikan prestasi peru-
sahaan sesuai dengan kegiatan usahanya. Di tengah
era persaingan produk atau jasa seperti saat ini,
buku jenis ini akan sangat berguna dalam memba-
209

ngun kepercaayan publik terhadap produk dan jasa


yang ditawarkan oleh perusahaan.
h) Hasil kajian. Perusahaan besar biasanya memiliki
bagian litbang (penelitian dan pengembangan) ter-
kait dengan inovasi produk tertentu yang kemudian
diinformasikan melalui buku yang diterbitkannya
atau diterbitkan oleh bagian atau pihak lain. Infor-
masi tersebut sangat berguna dalam membangun
reputasi organisasi dan produk (baru) yang dihasil-
kannya.

C. LANGKAH DALAM PRODUKSI BUKU


Penerbitan buku yang ditulis pihak organisasi pada dasar-
nya dapat ditempuh dengan dua cara: menerbitkan sendiri
(oleh/atas nama organisasi) atau diterbitkan oleh penerbit
buku. Apabila organisasi menerbitkan sendiri bukunya
maka organisasi bebas menentukan segala sesuatunya tan-
pa terikat persetujuan atau perjanjian apa pun dengan pe-
nerbit. Konsekuensinya organisasi harus melakukan sen-
diri proses terkait dengan percetakan dan distribusi buku-
nya.

Seandainya penerbitan buku dilakukan oleh penerbit buku


komersial, maka ada persyaratan yang harus dipenuhi
sesuai perjanjian. Persyaratan tersebut misalnya: organi-
sasi harus membeli sejumlah buku yang telah dicetak/diter-
bitkan oleh penerbit yang jumlahnya dianggap cukup untuk
memperoleh untung bagi penerbitnya. Buku yang dibeli
oleh organisasi akan didistribusikan sendiri oleh organi-
sasi, sedangkan jumlah buku yang masih di penerbit pen-
210

distribusian atau pemasarannya menjadi tanggung jawab


penerbit yang bersangkutan. Biasanya ada persentasi royal-
ti dari hasil penjualan setiap bukunya yang menjadi hak or-
ganisasi/penulis.

Persyaratan lain bisa berupa bantuan biaya/anggaran ke-


pada penerbit yang dianggap cukup memadai untuk menja-
min adanya keuntungan bagi penerbit dan hak memperoleh
sejumlah buku bagi organisasi. Pernyaratan ini hampir
sama dengan persyaratan kerjasama di atas.

Harga jual setiap buku di toko buku, biasanya minimal lima


kali lipat dari biaya produksi. Apabila harga ini berlaku
untuk organisasi ketika membeli sejumlah bukunya dari
penerbit, maka, secara hitung-hitungan, tampaknya lebih
baik jika organisasi sendiri yang menerbitkan atau mengu-
rus percetakannya dengan membayar langsung jasa perce-
takan. Apalagi pihak organisasi dapat memilih sendiri per-
cetakan dan mengajukan penawaran. Akan berbeda apabila
penerbit menerbitkan atau mencetak buku organisasi seca-
ra penuh karena buku tersebut dianggap sangat potensial
pemasarannya.

Sebelum menulis, menerbitkan, dan mendistribusikan bu-


ku, ada beberapa tahapan umum yang harus diperhatikan
oleh praktisi PR terkait produksi buku yang akan diterbit-
kan sendiri oleh organisasinya. Tahap-tahap itu setidaknya
meliputi:
1) Menentukan tema/topik yang akan disampaikan
dalam buku tersebut.
211

2) Menetapkan penulisnya: dilakukan secara tim atau


individu.
3) Menginventarisir siapa saja atau pihak mana saja
yang perlu dilibatkan dalam pengadaan bahan-ba-
han penulisan.
4) Mempetakan publik sasaran pembaca buku dan
pendistribusiannya.
5) Menghitung perkirakan anggaran yang dibutuhkan.
6) Memastikan adanya persetujuan dan jaminan dari
pimpinan yang paling berwenang berkenaan de-
ngan seluruh proses produksinya.

1. Menentukan Topik
Ini adalah langkah pertama yang masih berupa ide. Alang-
kah baiknya ide tersebut berasal dari para praktisi PR. Ide
dapat dimunculkan dari pemahaman yang bersumber terha-
dap dua kategorisasi jenis buku seperti telah disebutkan di
atas: berkenaan dengan waktu dan kegiatan. Dengan demi-
kian ide penulisan buku bisa berkenaan dengan ulang ta-
hun organisasi, menjelang perlu diterbitkannya laporan ta-
hunan, dalam merespon akan tibanya waktu-waktu berseja-
rah atau hari-hari besar nasional, keberadaan pimpinan
puncak perusahaan yang layak dibuatkan buku biografi
atau otobiografinya, hadirnya produk baru, semakin bera-
gamnya jenis produk sehingga perlu diinformasikan kepa-
da publik melalui katalog produk, pentingnya menginfor-
masikan kepada publik mengenai kontribusi organisasi
pada masyarakat, prestasi tertentu yang diraih organisasi,
dan/atau adanya hasil kajian dari litbang internal organisasi
212

yang menarik dan bermanfaat untuk disampaikan melalui


buku.

2. Menetapkan Penulisnya: Secara Tim atau Individu


Bisa saja ide penulisan buku berasal dari orang lain. Begitu
pula dalam penulisan bukunya. Tetapi akan lebih baik dan
lebih mudah dalam meyakinkan suatu ide penulisan kepada
pimpinan organisasi yang berwenang apabila disampaikan
sendiri oleh pencetus ide (terutama dari bagian PR) yang
sekaligus mampu atau terbiasa menulis.

Penulis atau tim penulis haru memahami tujuan dasar dari


penulisan buku dalam perspektif PR sehingga tulisan yang
dihasilkan diharapkan dapat menimbulkan respon publik
seperti yang diharapkan. Pemahaman ini sangat penting
untuk menjadikan penulisan buku sebagai salah satu media
komunikasi dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.

3. Menginventarisir Siapa Saja atau Pihak Mana Saja


yang Perlu Dilibatkan
Penggagas sekaligus calon penulis atau tim penulis PR
harus sudah dapat menentukan orang atau bagian dalam
struktur organisasi yang perlu dilibatkan dalam pengadaan
bahan-bahan tulisan, baik berupa bahan tertulis yang akan
diolah menjadi suatu tulisan, maupun wawancara dengan
pejabat berkompeten di internal organisasi. Jumlah orang,
bagian atau pihak internal organisasi yang dilibatkan dalam
pengadaan bahan tulisan bergantung pada lingkup materi
yang akan diangkat dalam buku tersebut.
213

Keterlibatan pihak internal lain dalam organisasi memung-


kinkan materi yang diangkat dalam buku menjadi kompre-
hensif, mendalam, sekaligus mencerminkan terintegrasi-
nya peran-peran di internal organisasi dalam mencapai tu-
juan bersama.

4. Mempetakan Publik Sasaran Pembaca dan


Pendistribusian
Sasaran pembaca buku adalah publik yang relevan dengan
ruang lingkup isi buku dan karakteristik organisasinya.
Apabila organisasi yang menerbitkan buku adalah organi-
sasi bisnis, maka publiknya antara lain pengguna produk/
jasa baik secara individual maupun lembaga, distributor
atau mitra bisnis tertentu, dan/atau stakeholders lainnya.

Cara pendistribusian dapat ditempuh melalui pengiriman


sejumlah buku secara langsung atau menggunakan jasa
kurir kepada masing-masing pihak tersebut atau tempat
yang dapat mewakili keberadaan publik tertentu seperti di
lobi-lobi atau ruang tunggu di perkantoran, hotel, rumah
sakit, dan sebagainya, bergantung pada ruang lingkup isi
buku atau karakteristik produk atau jasa yang ditawarkan
perusahaan. Apabila buku tersebut hendak dijual di
berbagai toko buku atau tempat lain, bagian organisasi/PR
dapat bekerja sama dengan distributor buku.

5. Menghitung Perkirakan Anggaran


Anggaran harus menjadi perhatian karena tanpa adanya
anggaran tidak mungkin suatu buku bisa diproduksi. Ang-
garan setidaknya diperlukan untuk biaya percetakan buku.
214

Organisasi juga harus mempersiapkan anggaran lain apa-


bila layout isi dan cover buku menggunakan jasa tenaga
kreatif dari luar organisasi.

Apabila anggaran berkenaan dengan percetakan, maka


ukuran buku, jenis kertas yang digunakan untuk sampul
dan isi buku, jumlah halaman, tampilan isi (full color atau
cukup hitam putih), dan banyaknya buku yang akan dice-
tak merupakan komponen yang sangat menentukan biaya.
Jenis dan kualitas mesin cetak juga turut mempengaruhi
harga.

Sebagai penjajakan, pihak organisasi dapat menghubungi


dua atau tiga perusahaan percetakan terkait harga cetak
buku dan jaminan kualitasnya. Untuk memperoleh penje-
lasan biaya cetak buku, perlu disampaikan mengenai
spesifikasi bukunya tadi (ukuran buku, jenis kertas untuk
sampul dan isi buku, kisaran jumlah halaman, tampilan isi
full color atau cukup hitam putih, jumlah buku yang akan
dicetak, atau yang lainnya). Dengan penjajakan kepada
lebih dari satu percetakan, pihak organisasi dapat mela-
kukan perbandingan yang kemudian dapat dipilih salah
satunya dengan pertimbangan tertentu. Setelah dicetak,
pendistribusian merupakan bagian lain yang perlu pula
dipikirkan anggarannya, termasuk ketika menggunakan
jasa kurir.
215

6. Memastikan Adanya Persetujuan Pimpinan


Ide penulisan buku organisasi harus disampaikan kepada
pimpinan organisasi yang berwenang untuk mendapatkan
persetujuan sekaligus jaminan terkait seluruh proses
produk-sinya. Pihak PR harus menyampaikan ide penu-
lisan ini secara meyakinkan. Meyakinkan mengenai perlu/
pentingnya kehadiran buku tersebut sebagai salah satu
kampanye PR yang secara signifikan dapat menumbuhkan
kepercayaan publik, sekaligus membangun atau meme-
lihara opini atau citra yang baik bagi organisasi beserta
produk dan jasa yang ditawarkan perusahaan/organisasi.
Sedangkan produksi buku yang berkonsekuensi biaya
dapat dipahaminya sebagai investasi komunikasi dengan
publik potensial, bukan sekadar cost.

Ketika pihak PR menyampaikan ide penulisan buku itu,


akan lebih baik dan terkesan lebih profesional apabila
mereka pun menyampaikan langkah-langkah rencana
produksi buku seperti telah disebutkan sebelumnya:
penetapan penulis atau tim penulis, menginventarisir siapa
saja atau pihak mana saja yang perlu dilibatkan dalam
pengadaan bahan-bahan penulisan, mempetakan publik
sasaran pembaca buku dan pendistribusiannya, hingga
perkirakan anggaran yang dibutuhkan. Penjelasan yang
lebih menyeluruh dan relatif tuntas dalam menyampaikan
suatu inisiatif, setidaknya dapat menimbulkan kesan yang
baik di hadapan pimpinan. Kesan yang baik berpotensi
menimbulkan respon yang baik pula dari yang bersang-
kutan.
216

D. TAHAPAN DALAM MENULIS BUKU


Tahapan dalam penulisan buku organisasi pada prinsipnya
memiliki persamaan dengan semua jenis buku nonfiksi.
Tahapan tersebut meliputi: 1) penentuan tema utama, 2)
menetapkan sasaran publik pembaca, 3) menyusun kerang-
ka tulisan menurut bab atau bagian, 4) menerapkan metode
penulisan yang dianggap lebih tepat.

1. Penentuan Tema Utama


Tema harus relevan dengan lingkup perhatian dan/atau
kegiatan PR dari organisasinya dan tujuan yang hendak
dicapai. Lingkup perhatian dan/atau tujuan kegiatan PR
dalam organisasi bisnis sinergis dengan bidang lain seperti
marketing. Banyak perusahaan yang mengintegrasikan
fungsi PR dan marketing dalam satu departemen sehingga
kita mengenal apa yang disebut sebagai marketing public
relations.

2. Menetapkan Sasaran Publik Pembaca


Penetapan sasaran publik pembaca akan sangat berguna da-
lam menentukan bahasa yang digunakan, terutama dalam
pemilihan kata atau perlu tidaknya menggunakan istilah-
istilah tertentu sesuai dengan kemampuan pemahaman
sasaran publik pembaca. Publik pembaca bisa meliputi
berbagai pihak yang terkait dengan tujuan penulisan.
Penentuan sasaran publik pembaca sejak awal juga bertu-
juan dalam menyertakan keberadaan, peran, atau keterka-
itan publik-publik tersebut sesuai tema yang akan dibahas.
Mereka merupakan bagian yang harus diperhatikan dalam
pembahasan di buku tersebut. Upaya ini ditempuh untuk
217

mendekatkan jarak dan kepentingan antara tema yang


diangkat dalam buku dengan publik sasaran pembacanya.

3. Menyusun Kerangka Tulisan


Kerangkan tulisan (out-line) merupakan pemetaan dalam
sistematika penulisan berdasarkan urutan-urutan yang per-
lu dibahas. Urutannya bisa dibuat berdasarkan judul-judul
utama tulisan, dan pada setiap judul-judul utama tulisan
dilengkapi atau diperinci dengan sub judul dan sub judul.
Agar setiap tulisan lebih terinci dan spesifik, setiap sub
judul biasanya dapat ditambahkan dengan adanya sub-sub
judul di bawahnya.
Kerangka tulisan bisa berubah ketika proses penulisan ber-
langsung. Namun menyusun kerangka tulisan seperti tadi
nantinya dapat memudahkan penulis dalam menyusun
pembahasan buku berdasarkan bab-bab atau bagian per
bagian.

4. Menerapkan Metode Penulisan yang Lebih Tepat


Metode penulisan yang dimaksud yaitu pengorganisasian
pesan yang dapat mengikuti salah satu atau beberapa urutan
(sequence) ini: deduktif, induktif, kronologis,logis, spasial,
dan/atau topikal. Metode penulisan antara penjelasan/pem-
bahasan dari suatu judul/sub judul/sub-sub judul yang satu
dengan judul/sub judul/sub-sub judul lain dapat berbeda-
beda atau merupakan campuran dari beberapa metode
sesuai konteks yang dijelaskan/dibahas dan keperluannya.
Penjelasan dengan cara deduktif dimulai dengan menya-
takan gagasan utama yang dilanjutkan dengan keterangan
penunjang. Cara induktif diawali dengan mengemukakan
218

perincian kemudian kesimpulan. Cara kronologis, penje-


lasan disusun mengacu urutan waktu terjadinya peristiwa.
Urutan logis, menjelaskan sesuatu berdasarkan sebab-
akibat atau sebaliknya. Metode spasial, mengurutkan pen-
jelasan sesuai tempat kejadian. Sedangkan penjelasan
secara topikal, mengurutkannya sesuai topik pembicaraan.
219

BAB 11
PENULISAN UNTUK LAPORAN TAHUNAN

Setiap perusahaan, baik badan usaha milik negara (BUMN)


maupun perusahaan swasta yang terdaftar di pasar saham
diwajibkan membuat laporan tahunan (annual report).
Bidang kegiatan usahanya dapat berupa industri perban-
kan, konstruksi, dana pensiun maupun pertambangan.

Orang-orang PR yang bekerja di perusahaan tersebut me-


miliki kepentingan untuk dapat memahami sekaligus be-
kerja dalam membuat laporan perusahaannya. Memang
tidak sedikit perusahaan menggunakan jasa pembuatan la-
poran tahunan dari pihak eksternal organisasi. Namun
sangat lebih baik jika penulisan/pembuatan laporan tahu-
nan dilakukan sendiri oleh pihak internal perusahaan se-
perti bagian PR yang dibantu bagian lain.

A. PENGERTIAN BUKU LAPORAN TAHUNAN


Foster (2008 : 212) berpendapat, laporan tahunan merupa-
kan alat komunikasi utama dalam menyampaikan suara
organisasi dan kepentingan organisasi. Dalam laporan
tahunan memungkinkan ketua, kepala eksekutif dan direksi
untuk membuat pernyataan, menyampaikan kebijakan, dan
menunjukkan kewenangan dalam mengelola perusahaan
dan masalah tanggung jawab sosial perusahaan.
220

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Republik Indone-


sia sebagai institusi yang berwenang dalam mengatur
terkait penerbitan dan cakupan isi laporan tahunan, laporan
tahunan tidak lagi sebatas pelaporan pertanggung-jawaban
manajemen dalam rapat umum pemegang saham. Laporan
tahunan juga telah menjadi media komunikasi yang efektif
kepada semua pihak untuk menjelaskan tentang kinerja dan
prospek perusahaan ke depan.

Dengan menjadikan laporan tahunan sebagai transparansi


informasi, maka diharapkan tercipta tata kelola perusahaan
yang baik(good corporate governance) yang bermanfaat
untuk kemajuan sebuah perusahaan.

Melalui laporan tahunan, praktisi PR dan organisasi


berusaha menciptakan kesan yang baik dan menumbuhkan
sikap positif terhadap organisasi. Menurut Smith, pada
akhirnya diharapkan menimbulkan efek pada perilaku:
apakah berupa pembelian saham atau dukungan lain terha-
dap organisasi. Lanjut Smith, penulis yang tertarik untuk
mengerjakan laporan tahuan perusahaan harus memiliki
pemahaman yang baik mengenai ketiga hal ini: menulis
efektif, strategi public relations, dan keuangan perusahaan
(Smith, 2003 : 288). Laporan tahunan jangan cenderung
mengangkat superior ketua dan direksi dengan gambar-
gambar besar. Laporan tahuhan harus melaporkan berbagai
hal terkait organisasi sebagaimana mestinya. Laporan
tahunan harus dirancang baik dan dalam mengerjakannya
membutuhkan keterlibatan berbagai pihak. Kreativitas tim
221

yang terlibat penuh di dalam pembuatannya sangat


menentukan kualitas akhir dari suatu laporan tahunan.

B. BENTUK PENULISAN-CAKUPAN INFORMASI


Mengacu pada bentuk-bentuk tulisan sebagaimana dibahas
pada bab-bab sebelumnya, secara umum bentuk penulisan
untuk laporan tahunan cenderung berupa artikel, feature,
dan/atau advertorial. Setiap tulisan memuat informasi
terutama yang sesuai dengan ketentuan yang telah ditetap-
kan.

Menurut Bivins (dalam Soemirat, 2012: 80) laporan tahu-


nan berisi informasi yang meliputi antara lain:
 Laporan keuangan periode dua tahun sebelumnya.
 Ringkasan analisis dan operasional manajemen pe-
riode lima tahun yang lalu.
 Memperkenalkan jabatan-jabatan penting pimpi-
nan perusahaan.
 Informasi pasar bursa dan dividend (pembagian
keuntungan bagi pemegang saham publik) periode
dua tahun ke belakang.
 Penjelasan singkat tentang kegiatan bisnis dan
penyimpangannya dalam "audited footnote" (cata-
tan kaki audit).
 Mengenai selisih material secara prinsip-prinsip
akunting yang tercermin dalam pernyataan keu-
angan.
 Adanya suplemen (tambahan) dalam financial
accounting.
222

Informasi yang dimuat dalam laporan tahunan menurut


Ronald (2003 : 287-288) diantaranya yaitu:
 Tulisan dari CEO organisasi/perusahaan.
 Ikhtisar keuangan pada tahun sebelumnya.
 Deskripsi produk atau jasa organisasi selama tahun
sebelumnya dengan penekanan pada elemen yang
baru.
 Mengemukakan masalah utama yang dihadapi or-
ganisasi, dan kemungkinan pendekatan organi-sasi
terhadap isu-isu yang dihadapi.
 Menyampaikan laporan audit keuangan, terutama
yang dibutuhkan oleh securities and exchange
komisi, yang biasanya disusun oleh staf keuangan
perusahaan.
 Adanya pernyataan resmi oleh auditor luar untuk
membuktikan validitas informasi keuangan.
 Laporan pertanggung-jawaban sosial perusahaan
dan manfatnya bagi masyarakat.

Pendapat lain, laporan tahunan berisi perkembangan orga-


nisasi selama tahun tertentu. Di dalamnya memuat peris-
tiwa penting selama satu tahun dan perkembangan keuang-
an organisasi. Laporan tahunan sering dijadikan bahan
rapat tahunan yang diikuti stakeholder organisasi (Irian-
tara, 2006 : 207).

Para penulis beragam dalam menyampaikan cakupan infor-


masi yang harus disampaikan dalam laporan tahunan.
223

Keragaman tersebut karena banyaknya lingkup informasi


yang perlu disajikan melalui laporan tahunan sesuai pera-
turan dari instansi pemerintah yang berwenang.

Guna lebih memperjelas lingkup informasi yang harus di-


muat dalam laporan tahunan, alangkah baiknya jika kita
mencermati rujukan penyusunan laporan tahunan, seperti
dilakukan PT. Aneka Tambang (PT. Antam), misalnya,
dalam membuat laporan tahunan PT. Antam (Tbk) 2014.
Pada tahun 2015, laporan tahunan ini merupakan salah satu
laporan tahunan perusahaan yang mendapat penghargaan
dari ARA (Annual Report Award).

Dalam rujukan laporan tahunan tersebut dicantumkan


kriteria dan penjelasan detail mengenai lingkup penulisan/
informasi yang harus disampaikan dalam laporan tahunan
dengan merujuk pada peraturan Peraturan OJK (d/h
Bapepam dan LK) No. X.K.6 (http://www.antam.com /images/
stories/joget/file/annual/2014/ar_antam_2014.pdf) seperti
diuraikan di bawah:

----------------------------------------------------------------------
Kriteria dan Penjelasan Cakupan Isi dalam Laporan
Tahunan

(Merujuk pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (d/h


Bapepam dan LK) No. X.K.6 - sebagaimana dimuat dalam
Laporan Tahunan PT. Aneka Tambang (Tbk) 2014 : 591-602)

I. Umum
224

1. Laporan tahunan disajikan dalam bahasa Indonesia yang baik


dan benar dan dianjurkan menyajikan juga dalam bahasa
Inggris.
2. Laporan tahunan dicetak dengan kualitas yang baik dan
menggunakan jenis dan ukuran huruf yang mudah dibaca.
3. Laporan tahunan ditampilkan di website perusahaan.
4. Laporan tahunan wajib dibuat sedemikian rupa sehingga
mudah dibaca. Gambar, grafik, tabel dan diagram disajikan
dengan mencantumkan judul dan/ atau keterangan yang jelas.

II. Ikhtisar Data Keuangan Penting


1. Ikhtisar data keuangan penting disajikan dalam bentuk perban-
dingan selama 3 (tiga) tahun buku atau sejak memulai usahanya
jika perusahaan tersebut menjalankan kegiatan usahanya
selama kurang dari 3 (tiga) tahun.Informasi memuat antara
lain:
1) Pendapatan
2) Laba bruto
3) Laba (rugi)
4) Jumlah laba (rugi) yang dapat diatribusikan kepada
pemilik entitas induk dan kepentingan non pengendali
5) Total laba (rugi) komprehensif
6) Jumlah laba (rugi) komprehensif yang dapat diatribusikan
kepada pemilik entitas induk dan kepentingan non
pengendali
7) Laba (rugi) per saham
8) Jumlah aset
9) Jumlah liabilitas
10) Jumlah ekuitas
11) Rasio laba (rugi) terhadap jumlah aset
12) Rasio laba (rugi) terhadap ekuitas
13) Rasio laba (rugi) terhadap pendapataN
14) Rasio lancar
15) Rasio liabilitas terhadap ekuitas
16) Rasio liabilitas terhadap jumlah aset
225

17) Informasi dan rasio keuangan lainnya yang relevan dengan


perusahaan dan jenis industrinya.

2. Laporan tahunan wajib memuat informasi mengenai saham


yang diterbitkan untuk setiap masa triwulan dalam 2 (dua)
tahun buku terakhir (jika ada). Informasi memuat antara lain:
1) Jumlah saham yang beredar
2) Kapitalisasi pasar
3) Harga saham tertinggi, terendah, dan penutupan
4) Volume perdagangan

3. Dalam hal terjadi aksi korporasi, seperti pemecahan saham


(stock split), penggabungan saham (reverse stock), dividen
saham, saham bonus, dan penurunan nilai nominal saham,
maka informasi harga saham sebagaimana dimaksud dalam
angka 2, wajib ditambahkan informasi yang memuat antara
lain:
1) Tanggal pelaksanaan aksi korporasi
2) Rasio stock split, reverse stock, dividen saham, saham
bonus, dan penurunan nilai saham.
3) Jumlah saham beredar sebelum dan sesudah aksi korporasi
4) Harga saham sebelum dan sesudah aksi korporasi

4. Dalam hal perdagangan saham perusahaan dihentikan sementa-


ra (suspension) dalam tahun buku, maka laporan tahunan wajib
memuat penjelasan mengenai alasan penghentian sementara
tersebut

Dalam hal penghentian sementara sebagaimana dimaksud


dalam angka 4, masih berlangsung hingga tanggal penerbitan
laporan tahunan, maka emiten atau perusahaan publik wajib
menjelaskan pula tindakan-tindakan yang dilakukan perusa-
haan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

III. Laporan Kepada Pemegang Saham


226

Laporan Dewan Komisaris memuat antara lain:


1) Penilaian terhadap kinerja direksi mengenai pengelolaan
perusahaan
2) Pandangan atas prospek usaha perusahaan yang disusun
oleh Direksi
3) Perubahan komposisi anggota dewan komisaris dan alasan
perubahannya (jika ada)
4) Komite-komite yang berada dibawah pengawasan dewan
komisaris
5) Laporan direksi, informasi memuat antara lain:
1) Kinerja perusahaan, yang mencakup antara lain
kebijakan strategis, perbandingan antara hasil yang
dicapai dengan yang ditargetkan, dan kendala-kendala
yang dihadapi perusahaan
2) Gambaran tentang prospek usaha
3) Penerapan tata kelola perusahaan
4) Perubahan komposisi anggota Direksi dan alasan
perubahannya (jika ada)

IV. Profil Perusahaan


1. Profil perusahaan memuat antara lain: nama, alamat, nomor
telepon, nomor faksimile, alamat surat eletronik (e-mail), dan
laman (website) perusahaan dan/atau kantor cabang atau
kantor. perwakilan, yang memungkinkan masyarakat dapat
memperoleh informasimengenai perusahaan.
2. Riwayat singkat perusahaan mencakup antara lain: tanggal
tahun pendirian, nama dan perubahan nama perusahaan (jika
ada).
3. Kegiatan usaha. Uraian mengenai antara lain:
1) Kegiatan usaha yang dijalankan perusahaan menurut
anggaran dasar terakhir.
2) Jenis produk dan/atau jasa yang dihasilkan.
4. Struktur organisasi perusahaan dalam bentuk bagan, paling
kurang sampai dengan struktur satu tingkat di bawah direksi,
disertai dengan nama dan jabatan.
227

5. Visi dan misi perusahaan. Uraian mengenai antara lain:


1) Visi dan misi perusahaan
2) Keterangan bahwa visi dan misi tersebut telah disetujui
direksi/dewan komisaris
6. Profil dewan komisaris. Uraian meliputi antara lain:
1) Nama
2) Riwayat jabatan, pengalaman kerja yang dimiliki, dan
dasar hukum penunjukkan pertama kali pada emiten atau
perusahaan publik, sebagaimana dicantumkan dalam berita
acara keputusan RUPS
3) Riwayat pendidikan
4) Penjelasan singkat mengenai jenis pelatihan dalam rangka
meningkatkan kompetensi Dewan Komisaris yang telah
diikuti dalam tahun buku (jika ada).
5) Pengungkapan hubungan afiliasi dengan anggota direksi
dan anggota dewan komisaris lainnya, serta pemegang
saham (jika ada)
7. Profil Direksi. Uraian meliputi antara lain:
1) Nama dan uraian singkat tentang tugas dan fungsi yang
dilaksanakan.
2) Riwayat jabatan, pengalaman kerja yang dimiliki, dan
dasar hukum penunjukkan pertama kali pada Emiten atau
Perusahaan Publik, sebagaimana dicantumkan dalam beri-
ta acara keputusan RUPS.
3) Riwayat pendidikan
4) Penjelasan singkat mengenai jenis pelatihan dalam rangka
meningkatkan kompetensi Direksi yang telah diikuti dalam
tahun buku (jika ada)
5) Pengungkapan hubungan afiliasi dengan anggota Direksi
lainnya dan pemegang saham (jika ada).
8. Perubahan susunan dewan komisaris dan/atau direksi yang
terjadi setelah tahun buku berakhir sampai dengan batas waktu
penyampaian laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam
angka 1 huruf a, maka susunan yang dicantumkan dalam
228

laporan tahunan adalah susunan dewan komisaris dan/atau


direksi yang terakhir dan sebelumnya.
9. Jumlah karyawan dan deskripsi pengembangan kompetensi-
nya dalam tahun buku misalnya, aspek pendidikan dan
pelatihan karyawan yang telah dilakukan Informasi memuat
antara lain:
1) Jumlah karyawan untuk masing-masing level organisasi
2) Jumlah karyawan untuk masing-masing tingkat pendidikan
3) Pengembangan kompetensi yang telah diakukan dengan
mencermikan adanya persamaan kesempatan kepada
seluruh karyawan
4) Biaya yang telah dikeluarkan
10. Uraian tentang nama pemegang saham dan persentase kepemi-
likannya pada akhir tahun buku. Uraian meliputi antara lain:
1) Pemegang saham yang memiliki 5% (lima perseratus) atau
lebih saham emiten atau perusahaan publik
2) Komisaris dan direktur yang memiliki saham emiten atau
perusahaan publik.
3) Kelompok pemegang saham masyarakat, yaitu kelompok
pemegang saham yang masing-masing memiliki kurang
dari 5% (lima perseratus) saham emiten atau perusahaan
publik.
11. Informasi mengenai pemegang saham utama dan pengendali
emiten atau perusahaan publik, baik langsung maupun tidak
langsung, sampai kepada pemilik individu, yang disajikan
dalam bentuk skema atau diagram
12. Entitas anak, perusahaan asosiasi, perusahaan ventura. Uraian
mengenai antara lain:
1) Nama entitas anak/asosiasi
2) Persentase kepemilikan saham
3) Keterangan tentang bidang usaha Entitas Anak atau
entitas asosiasi
4) Keterangan status operasi entitas anak entitas asosiasi
(telah beroperasi atau belum beroperasi)
5) Informasi mengenai alamat entitas anak
229

6) Kronologis pencatatan saham dan perubahan jumlah


saham dari awal pencatatan hingga akhir tahun buku
serta nama Bursa Efek dimana saham perusahaan
dicatatkan (jika ada) . Mencakup antara lain:
 Kronologis pencatatan saham.
 Jenis tindakan korporasi (corporate action) yang
menyebabkan perubahan jumlah saham.
 Perubahan jumlah saham dari awal pencatatan
sampai akhir tahun buku.
 Nama bursa dimana saham perusahaan dicatatkan
13. Kronologis pencatatan efek lainnya dan peringkat efek (jika
ada). Mencakup antara lain:
1) Kronologis pencatatan efek lainnya.
2) Jenis tindakan korporasi (corporate action) yang menye-
babkan perubahan jumlah efek lainnya.
3) Perubahan jumlah efek lainnya dari awal pencatatan
sampai dengan akhir tahun buku
4) Nama bursa dimana efek lainnya perusahaan dicatatkan
5) Peringkat efek
14. Nama dan alamat perusahaan pemeringkat efek (jika ada).
15. Nama dan alamat lembaga dan/atau profesi penunjang pasar
modal. Terhadap profesi penunjang pasar modal yang
memberikan jasa secara berkala kepada emiten atau perusahaan
publik, wajib diungkapkan informasi mengenai jasa yang
diberikan, fee, dan periode penugasan yang telah dilakukan.
16. Penghargaan dan sertifikasi yang diterima perusahaan baik
yang berskala nasional maupun internasional dalam tahun buku
terakhir (jika ada) Informasi memuat antara lain:
1) Nama penghargaan dan atau sertifikat
2) Tahun perolehan
3) Badan pemberi penghargaan dan atau sertifikasi
4) Masa berlaku (untuk sertifikasi)

V. Analisis dan Pembahasan Manajemen


230

1. Tinjauan operasi per segmen operasi sesuai dengan jenis


industri emiten atau perusahaan publik, antara lain mengenai:
1) Produksi, yang meliputi proses, kapasitas, dan perkem-
bangannya.
2) Pendapatan.
3) Profitabilitas.
2. Analisis kinerja keuangan komprehensif yang mencakup
perbandingan kinerja keuangan dalam 2 (dua) tahun buku
terakhir, penjelasan tentang penyebab adanya perubahan dan
dampak perubahan tersebut, antara lain mengenai:
1) Aset lancar, aset tidak lancar, dan total aset
2) Liabilitas jangka pendek, liabilitas jangka panjang, dan
total liabilitas.
3) Ekuitas
4) Pendapatan, beban, laba (rugi), pendapatan komprehensif
lain, dan total laba (rugi) komprehensif
5) Arus kas
3. Kemampuan membayar utang dengan menyajikan perhitungan
rasio yang relevan. Penjelasan tentang: kemampuan membayar
utang, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
4. Tingkat kolektibilitas piutang perusahaan dengan menyajikan
perhitungan rasio yang relevan.
5. Struktur permodalan dan kebijakan manajemen atas struktur
permodalan tersebut:
1) Struktur modal (capital structure).
2) Kebijakan manajemen atas struktur modal (capital
structure policy).
6. Bahasan mengenai ikatan yang material untuk investasi barang
modal dengan penjelasan tentang tujuan dari ikatan tersebut,
sumber dana yang diharapkan untuk memenuhi ikatan tersebut,
mata uang yang menjadi denominasi, dan langkah-langkah
yang direncanakan perusahaan untuk melindungi risiko dari
posisi mata uang asing yang terkait:
1) Tujuan dari ikatan tersebut.
231

2) Sumber dana yang diharapkan untuk memenuhi ikatan-


ikatan tersebut
3) Mata uang yang menjadi denominasi
4) Langkah-langkah yang direncanakan perusahaan untuk
melindungi risiko dari posisi mata uang asing yang terkait
Catatan: apabila perusahaan tidak mempunyai ikatan terkait
investasi barang modal, agar diungkapkan.
7. Informasi dan fakta material yang terjadi setelah tanggal lapor-
an akuntan. Uraian kejadian penting setelah tanggal laporan
akuntan termasuk dampaknya terhadap kinerja dan risiko usaha
di masa mendatang. Catatan: apabila tidak ada kejadian penting
setelah tanggal laporan akuntan, agar diungkapkan.
8. Prospek usaha. Uraian mengenai prospek perusahaan dikaitkan
dengan industri dan ekonomi secara umum disertai data
pendukung kuantitatif dari sumber data yang layak dipercaya.
9. Perbandingan antara target/proyeksi pada awal tahun buku
dengan hasil yang dicapai (realisasi), mengenai pendapatan,
laba, struktur permodalan, atau lainnya yang dianggap penting
bagi perusahaan.
10. Target/proyeksi yang ingin dicapai perusahaan paling lama
untuk satu tahun mendatang, mengenai pendapatan, laba (rugi),
struktur modal, kebijakan dividen, atau lainnya yang dianggap
penting bagi perusahaan.
11. Aspek pemasaran atas produk dan jasa perusahaan, antara lain:
1) Strategi pemasaran.
2) Pangsa pasar
12. Kebijakan dividen dan tanggal serta jumlah dividen per saham
(kas dan/atau non kas) dan jumlah dividen per tahun yang
diumumkan atau dibayar selama 2 (dua) tahun buku terakhir.
Memuat uraian mengenai:
1) Jumlah dividen
2) Jumlah dividen per saha
3) Payout ratio untuk masing-masing tahun
Catatan: apabila tidak ada pembagian dividen, agar
diungkapkan alasannya
232

13. Realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum.Informasi


memuat antara lain:
1) Dalam hal selama tahun buku, Emiten memiliki kewajiban
menyampaikan laporan realisasi penggunaan dana, maka
wajib diungkapkan realisasi penggunaan dana hasil
penawaran umum secara kumulatif sampai dengan akhir
tahun buku.
2) Dalam hal terdapat perubahan penggunaan dana sebagai-
mana diatur dalam Peraturan Nomor X.K.4, maka Emiten
wajib menjelaskan perubahan tersebut.
14. Informasi material, antara lain mengenai investasi, ekspansi,
divestasi, penggabungan/peleburan usaha, akuisisi, restrukturi-
sasi utang/modal, transaksi afiliasi, dan transaksi yang mengan-
dung benturan kepentingan, yang terjadi pada tahun buku (jika
ada). Uraian meliputi antara lain:
1) Tanggal, nilai, dan obyek transaksi
2) Nama pihak yang bertransaksi
3) Sifat hubungan afiliasi (jika ada)
4) Penjelasan mengenai kewajaran transaksi dan
5) Pemenuhan ketentuan terkait
15. Perubahan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh
signifikan terhadap perusahaan dan dampaknya terhadap
laporan keuangan (jika ada). Uraian memuat antara lain peruba-
han peraturan perundangundangan dan dampaknya terhadap
perusahaan.
Catatan: apabila tidak terdapat perubahan peraturan perundang-
undangan yang berpengaruh signifikan, agar diungkapkan
16. Perubahan kebijakan akuntansi, alasan dan dampaknya
terhadap laporan keuangan (jika ada). Uraian memuat antara
lain: perubahan kebijakan akuntansi, alasan dan dampaknya
terhadap laporan keuangan

VI. Tata Kelola Perusahaan


1. Uraian dewan komisaris. Uraian meliputi antara lain:
1) Uraian pelaksanaan tugas Dewan Komisaris
233

2) Pengungkapan prosedur, dasar penetapan, dan besarnya


remunerasi anggota Dewan Komisaris.
3) Pengungkapan kebijakan perusahaan dan pelaksanaannya,
tentang frekuensi rapat Dewan Komisaris, termasuk rapat
gabungan dengan Direksi, dan tingkat kehadiran anggota
Dewan Komisaris dalam rapat tersebut.
1.Uraian direksi. Uraian meliputi antara lain:
1) Ruang lingkup pekerjaan dan tanggung jawab
masing-masing anggota direksi
2) Pengungkapan prosedur, dasar penetapan,
dan besarnya remunerasi anggota direksi, ser-
ta hubungan antara remunerasi dengan kinerja
perusahaan
3) Pengungkapan kebijakan perusahaan dan
pelak-sanaannya, tentang frekuensi rapat Di-
reksi, termasuk rapat gabungan dengan dewan
komisaris,dan tingkat kehadiran anggota
direksi dalam rapat tersebut.
4) Keputusan RUPS tahun sebelumnya dan rea-
lisasinya pada tahun buku, serta alasan dalam
hal terdapat keputusan yang belum direali-
sasikan.
5) Pengungkapan kebijakan perusahaan tentang
penilaian terhadap kinerja anggota direksi (ji-
ka ada).
2. Uraian komite audit. Uraian meliputi antara lain:
1) Nama.
2) Riwayat jabatan, pengalaman kerja, dan
dasar hukum penunjukkan.
3) Riwayat pendidikan.
4) Periode jabatan anggota komite audit.
5) Pengungkapan independensi komite audit.
6) Pengungkapan kebijakan perusahaan dan
pelaksanaannya, tentang frekuensi rapat
234

Komite Audit dan tingkat kehadiran anggota


komite audit dalam rapat tersebut.
7) Uraian singkat pelaksanaan kegiatan komite
audit pada tahun buku sesuai dengan yang
dicantumkan dalam piagam (charter) komite
audit.Komite lain yang dimiliki emiten atau
perusahaan publik dalam rangka mendukung
fungsi dan tugas direksi dan/atau dewan
komi-saris, seperti komite nominasi dan
remunerasi. Uraian meliputi antara lain:
1) Nama
2) Riwayat jabatan, pengalaman kerja yang
dimiliki, dan dasar hukum penunjukkan.
3) Riwayat pendidikan
4) Periode jabatan anggota komite
5) Pengungkapan kebijakan perusahaan
mengenai dependensi komite.
6) Uraian tugas dan tanggung jawab.
7) Pengungkapan kebijakan perusahaan
dan pelaksanaannya, tentang frekuensi
rapat komite dan tingkat kehadiran ang-
gota komite dalam rapat tersebut.
8) Uraian singkat pelaksanaan kegiatan
komite pada tahun buku
3. Uraian tugas dan fungsi sekretaris perusa-
haan. Uraian meliputi antara lain:
1) Nama.
2) Riwayat jabatan, pengalaman kerja yang
dimiliki, dan dasar hukum penunjukkan.
3) Riwayat pendidikan.
4) Periode jabatan sekretaris perusahaan.
5) Uraian singkat pelaksanaan tugas sekre-
taris perusahaan pada tahun buku.
4. Uraian mengenai unit audit internal. Uraian
meliputi antara lain:
235

1) Nama.
2) Riwayat jabatan, pengalaman kerja yang
dimiliki, dan dasar hukum penunjukkan.
3) Kualifikasi atau sertifikasi sebagai pro-
fesi audit internal (jika ada).
4) Struktur dan kedudukan unit audit inte-
rnal.
5) Tugas dan tanggung jawab unit audit
internal sesuai dengan yang dicantum-
kan dalam piagam (charter) unit audit
internal.
5. Uraian singkat pelaksanaan tugas unit audit
internal pada tahun buku.
6. Uraian mengenai sistem pengendalian intern
(internalcontrol) yang diterapkan oleh peru-
sahaan. Uraian meliputi antara lain:
1) Pengendalian keuangan dan operasio-
nal, serta kepatuhan terhadap peraturan
perundang undangan lainnya
2) Reviu atas efektivitas sistem pengenda-
lian interen.
7. Sistem manajemen risiko yang diterapkan
oleh perusahaan. Uraian meliputi antara lain:
1) Gambaran umum mengenai sistem ma-
najemen risiko perusahaan.
2) Jenis risiko dan cara pengelolaannya
3) Reviu atas efektivitas sistem manajemen
risiko perusahaan
8. Perkara penting yang dihadapi oleh emiten
atau perusahaan publik, entitas anak, ang-
gota dewan komisaris dan direksi yang se-
dang menjabat. Uraian meliputi antara lain:
1) Pokok perkara/gugatan.
2) Status penyelesaian perkara/gugatan.
236

3) Pengaruhnya terhadap kondisi perusa-


haan.
9. Informasi tentang sanksi administratif yang
dikenakan kepada emiten atau perusahaan
publik, anggota dewan komisaris dan direk-
si, oleh otoritas pasar modal dan otoritas
lainnya pada tahun buku terakhir (jika ada).
10. Informasi mengenai kode etik dan budaya
perusahaan (jika ada). Uraian meliputi anta-
ra lain:
1) Pokok-pokok kode etik.
2) Pokok-pokok budaya perusahaan (cor-
porate culture).
3) Bentuk sosialisasi kode etik dan upaya
penegakannya.
4) Pengungkapan bahwa kode etik berla-
ku bagi dewan.
5) Komisaris, direksi, dan karyawan peru-
sahaan.
11. Uraian mengenai program kepemilikan
saham oleh karyawan dan/atau manajemen
yang dilaksanakan emiten atau perusahaan
publik, antara lain jumlah, jangka waktu,
persyaratan karyawan dan/atau manajemen
yang berhak, serta harga exercise (jika ada).
12. Uraian mengenai sistem pelaporan pelang-
garan (whistleblowing system) di Emiten
atau Perusahaan Publik yang dapat meru-
gikan perusahaan maupun pemangku ke-
pentingan (jika ada). Uraian meliputi antara
lain:
1) Cara penyampaian laporan pelanggar-
an.
2) Perlindungan bagi pelapor.
3) Penanganan pengaduan.
237

4) Pihak yang mengelola pengaduan.


5) Hasil dari penanganan pengaduan.

VII. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


1. Bahasan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan meliputi
kebijakan, jenis program, dan biaya yang dikeluarkan. Uraian
meliputi antara lain:
1) Lingkungan hidup, seperti penggunaan material dan energi
yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang, sistem
pengolahan limbah perusahaan, sertifikasi di bidang ling-
kungan yang dimiliki, dan lain-lain.
2) Praktik ketenagakerjaan, kesehatan, dan keselamatan
kerja, seperti kesetaraan gender dan kesempatan kerja, sa-
rana dan keselamatan kerja, tingkat perpindahan (turnover)
karyawan, tingkat kecelakaan kerja, pelatihan, dan lain-
lain.
3) Pengembangan sosial dan kemasyarakatan, seperti peng-
gunaan tenaga kerja lokal, pemberdayaan masyarakat seki-
tar perusahaan, perbaikan sarana dan prasarana sosial,
bentuk donasi lainnya, dan lain-lain.
4) Tanggung jawab produk, seperti kesehatan dan kesela-
matan konsumen, informasi produk, sarana, jumlah dan
penanggulangan atas pengaduan konsumen, dan lain-lain
2. Emiten atau Perusahaan Publik dapat mengungkapkan infor-
masi sebagaimana dimaksud dalam angka 1) pada laporan
tahunan atau laporan tersendiri yang disampaikan bersamaan
dengan laporan tahunan kepada Bapepam dan LK, seperti
laporan keberlanjutan (sustainability report) atau laporan tang-
gung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility
report).

VIII. Laporan Keuangan Tahunan yang Telah Diaudit


1. Laporan keuangan tahunan yang dimuat dalam laporan tahunan
wajib disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan di
Indonesia yang telah diaudit oleh akuntan. Laporan keuangan
238

dimaksud wajib memuat pernyataan mengenai pertanggung-


jawaban atas laporan keuangan sebagaimana diatur pada
Peraturan No. VIII.G.11 atau Peraturan Nomor X.E.1.
2. Surat pernyataan direksi tentang tanggung jawab direksi atas
laporan keuangan kesesuaian dengan peraturan Bapepam dan
LK No. VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi atas
Laporan Keuangan.
3. Opini auditor independen atas laporan keuangan.
4. Deskripsi auditor independen di opini. Deskripsi memuat ten-
tang:
1) Nama & tanda tangan
2) Tanggal Laporan Audit
3) No. ijin KAP dan nomor ijin Akuntan Publik
5. Laporan keuangan yang lengkap. Memuat secara lengkap
unsur-unsur laporan keuangan:
1) Laporan posisi keuangan (neraca)
2) Laporan laba rugi komprehensif
3) Laporan perubahan ekuitas
4) Laporan arus kas
5) Catatan atas laporan keuangan
6) Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif
yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan
akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian
kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas
mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya (jika
relevan)
6. Pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan ketika
entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retros-
pektif atau membuat penyajian kembali pospos laporan keua-
ngan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan
keuangannya ada atau tidak ada pengungkapan sesuai dengan
PSAK.
7. Perbandingan tingkat profitabilitas dan perbandingan laba
(rugi) tahun berjalan dengan tahun sebelumnya.
8. Laporan arus kas memenuhi ketentuan sebagai berikut:
239

1) Pengelompokan dalam tiga kategori aktivitas: operasi,


investasi, dan pendanaan.
2) Penggunaan metode langsung (direct method) untuk
melaporkan arus kas dari aktivitas operasi.
3) Pemisahan penyajian antara penerimaan kas dan atau
pengeluaran kas selama tahun berjalan. pada aktivitas ope-
rasi, investasi dan pendanaan.
4) Pengungkapan transaksi non kas dalam catatan laporan
keuangan.
9. Ikhtisar kebijakan akuntansi meliputi sekurang-kurangnya:
1) Pernyataan kepatuhan terhadap SAK
2) Dasar pengukuran dan penyusunan laporan keuangan
3) Pengakuan pendapatan dan beban
4) Aset tetap
5) Instrumen keuangan
10. Pengungkapan transaksi pihak berelasi. Hal-hal yang diung-
kapkan antara lain:
1) Nama pihak berelasi, serta sifat dan hubungan dengan
pihak berelasi
2) Nilai transaksi beserta persentasenya terhadap total penda-
patan dan beban terkait
3) Jumlah saldo beserta persentasenya terhadap total aset atau
liabilitas
4) Syarat dan ketentuan transaksi dengan pihak berelasi
11. Pengungkapan yang berhubungan dengan perpajakan. Hal-hal
yang harus diungkapkan:
1) Penjelasan hubungan antara beban (penghasilan) pajak dan
laba akuntansi.
2) Rekonsiliasi fiskal dan perhitungan beban pajak kini.
3) Pernyataan bahwa Laba Kena Pajak (LPK) hasil rekonsi-
liasi dijadikan dasar dalam pengisian SPT Tahunan PPh
Badan.
4) Rincian aset dan liabilitas pajak tangguhan yang diakui
pada laporan posisi keuangan untuk setiap periode penya-
jian, dan jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan
240

yang diakui pada laporan laba rugi apabila jumlah tersebut


tidak terlihat dari jumlah aset atau liabilitas pajak tang-
guhan yang diakui pada laporan posisi keuangan.
5) Pengungkapan ada atau tidak ada sengketa pajak
12. Pengungkapan yang berhubungan dengan aset tetap.Hal-hal
yang harus diungkapkan:
1) Metode penyusutan yang digunakan
2) Uraian mengenai kebijakan akuntansi yang dipilih atara
model nilai wajar dan model biaya
3) Metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam
mengestimasi nilai wajar aset tetap (model revaluasi) atau
pengungkapan nilai wajar aset tetap (model biaya)
4) Rekonsiliasi jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyu-
sutan aset tetap pada awal dan akhir periode dengan
menunjukkan: penambahan, pengurangan,dan reklasifikasi
13. Perkembangan terakhir Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
dan Peraturan lainnya. Uraian mengenai SAK/peraturan yang
telah diterbitkan tetapi belum berlaku efektif, yang belum
diterapkan oleh perusahaan, dengan mengungkapkan:
1) Jenis dan tanggal efektif SAK/peraturan baru tersebut
2) Sifat dari perubahan yang belum berlaku efektif atau
perubahan kebijakan akuntansi
3) Dampak penerapan awal SAK dan peraturan baru tersebut
atas laporan keuangan
14. Pengungkapan yang berhubungan dengan Instrumen Keuang-
an. Hal-hal yang harus diungkapkan:
1) Persyaratan, kondisi dan kebijakan akuntansi untuk setiap
kelompok instrumen keuangan
2) Klasifikasi instrumen keuangan.
3) Nilai wajar tiap kelompok instrumen keuangan
4) Penjelasan risiko yang terkait dengan instrumen keuangan:
risiko pasar, risiko kredit, dan risiko likuiditas.
5) Tujuan dan kebijakan manajemen risiko keuangannya
15. Penerbitan laporan keuangan. Hal-hal yang diungkapkan antara
lain:
241

1) Tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit


2) Pihak yang bertanggung jawab mengotorisasi laporan
keuangan

IX. Tanda Tangan Dewan Komisaris dan Direksi


Tanda Tangan Dewan Komisaris dan Direksi. Memuat hal-hal
sebagai berikut:
1. Tanda tangan dituangkan pada lembaran tersendiri
2. Pernyataan bahwa direksi dan dewan komisaris bertanggung
jawab penuh atas kebenaran isi laporan tahunan
3. Ditandatangani oleh seluruh anggota dewan komisaris dan
anggota direksi dengan menyebutkan nama dan jabatannya.
4. Penjelasan tertulis dalam surat tersendiri dari yang bersang-
kutan dalam hal terdapat anggota dewan komisaris atau direksi
yang tidak menandatangani laporan tahunan, atau penjelasan
tertulis dalam surat tersendiri dari anggota yang lain dalam hal
tidak terdapat penjelasan tertulis dari yang bersangkutan.
----------------------------------------------------------------------

Mengacu pada kriteria umum dan penjelasan cakupan in-


formasi dalam laporan tahunan di atas, serta untuk menam-
bah pemahaman perihal penyajian tulisan dalam laporan
tahunan, alangkah baiknya juga mempelajari beragam
informasi yang dimuat dalam Laporan Tahunan PT. Aneka
Tambang (Antam) 2014 sebagaimana tercermin dari daftar
isi laporan tahunannya yang berjumlah lebih dari 600
halaman itu.

Tentu saja, penyajian informasi dari Laporan Tahunan


(2014) yang diterbitkan PT. Antam (Tbk) sebagai BUMN
dengan kegiatan usaha dan karakteristik khas yang melekat
padanya, tidak bisa dijadikan rujukan utuh dalam pem-
242

buatan laporan tahunan untuk semua jenis perusahaan.


Tetapi setidaknya, dapat dijadikan example bagi para tim
dan penulis pemuladalam pembuatan laporan tahunan
suatu perusahaan disesuaikan dengan jenis usaha yang
dilakukan perusahaan tersebut.
----------------------------------------------------------------------
Judul Laporan Tahunan PT. Antam (Tbk) 2014:
Satu Semangat untuk Mengatasi Tantangan
One Spirit to Overcome Challenges

Daftar Isi:
1 Satu Semangat untuk Mengatasi Tantangan - One Spirit to
Overcome Challenges
 Identitas Perusahaan - Corporate Identity
 Sekilas ANTAM - ANTAM at A Glance
 Visi, Misi, Strategi, Nilai, Budaya Perusahaan dan
ANTAM GuidingPrinciples - Vision, Mission, Strategy,
Corporate Values and ANTAM Guiding Principles
 Struktur Organisasi - Organization Structure
 Pejabat Senior Perseroan - Corporate Senior Mana-
gement
 Pemegang Saham Utama, Entitas Anak, Entitas Asosiasi
& Entitas Pengendalian Bersama - Major Shareholders,
Subsidiaries, Associates & Jointly Controlled Entity
 Entitas Anak – Subsidiaries
 Entitas Asosiasi dan Entitas Pengendalian Bersama -
Associates and Jointly Controlled Entity
 Wilayah Operasi dan Proyek-Proyek Pengembangan -
Current Operations and Development Projects
 Wilayah Eksplorasi dan Eksploitasi – Exploration and
ExploitationAreas
 Ikhtisar Keuangan – Financial Highlights
243

 Ikhtisar Saham & Obligasi – Share s& Bonds Highlights


 Peristiwa Penting 2014 – 2014 Significant Events
 Sertifikasi – Certification
 Penghargaan Eksternal Tahun 2014 - External
Accolades in 2014

65 Laporan Dewan Komisaris dan Laporan Direksi - Report


from The Board of Commissioners and Report from The Board
of Directors
 Laporan Dewan Komisaris - Report from The Board of
Commissioners
 Kata Penutup - Closing Statement
 Dewan Komisaris - The Board of Commissioners
 Profil Dewan Komisaris - Board of Commissioners’
Profiles
 Laporan Direksi - Report from The Board of Directors
 Analisis atas Kinerja Perseroan - Performance Analysis
 Kinerja Operasi - Operational Performance
 Kinerja Keuangan - Financial Performance
 Kinerja Pengembangan - Development Projects
 Kinerja Pengelolaan Sumber Daya Manusia - Human
Resources Management Performance
 Kinerja Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan
Pengelolaan Lingkungan - CSR and Environment
Management Performance
 Kendala-kendala yang Dihadapi - The Challenges
 Analisis tentang Prospek Usaha - Analysis of Business
Prospects
 Penerapan Tata Kelola Perusahaan - GCG Implemen-
tation
 Perubahan Komposisi Anggota Direks - Change in the
Composition of the Board of Director
244

 Penutup - Closing Statement


 Direksi - Board of Directors
 Profil Direksi - Board of Directors’ Profiles
 Surat Pernyataan Direksi Tentang Tanggung Jawab Atas
Manajemen Risiko dan Pengendalian Internal - The
Board of Directors’ Statement Regarding Responsibility
for The Risk Management and Internal Control
 Surat Pernyataan Tanggung Jawab atas Laporan
Tahunan Perusahaan Perseroan (Persero) PT ANEKA
TAMBANG Tbk Tahun Buku 2014- Responsibility
Statement Pertaining to the Annual Report of Perusa-
haan Perseroan (Persero) PT ANEKA TAMBANG Tbk
for the Fiscal Year of 2014

127 Analisis & Pembahasan Manajemen- Management’s


Discussion & Analysis
 Tinjauan Operasi Per Segmen Operasi - Operating
Review Based on Operating Segment
 Uraian atas Kinerja Keuangan Perseroan - Review of
Financial Performance
 Kemampuan Membayar Pinjaman dan Kolektibilitas
Piutang - Liabilities Servicing and Receivables
Collectability
 Struktur Modal dan Kebijakan Struktur Modal - Capital
Structure and Capital Structure Policy
 Ikatan Material untuk Investasi Barang Modal -
Material Commitment for Capital Investment
 Investasi Barang Modal - Capital Goods Investment
 Target Perseroan Dibandingkan Realisasi Tahun 2014 -
2014 Actual Performance Compared to Target150
 Target Tahun 2015 - 2015 Targe
245

 Informasi dan Fakta Material yang Terjadi Setelah


Tanggal Laporan Akuntan - Material Event and Infor-
mation that Occurred After the Accountant’s Reporting
Date
 Prospek Usaha Perseroan- Business Prospect
 Pemasaran dan Pangsa Pasar - Marketing and Market
Share
 Kebijakan Dividen - Dividend Policy
 Program Kepemilikan Saham Oleh Karyawan dan/atau
Manajemen Yang Dilakukan Perusahaan (ESOP/
MSOP) - Employee Share Ownership Program/Mana-
gement Share Ownership Program
 Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum -
Realization of Initial Public Offering (IPO) Funds
 Informasi Material Mengenai Investasi, Ekspansi,
Divestasi, Penggabungan/Peleburan Usaha, Akuisisi
atau Restrukturisasi Hutang/Modal- Material Informa-
tion on Investment, Expansion, Divestment, Merger,
Acquisition or Debt/Capital Restructuring
 Informasi Transaksi Material yang Mengandung
Benturan Kepentingan dan/atau Transaksi Afiliasi -
Information on Material Transaction
 Which Contains Conflict of Interest and/or Affiliate
Transaction
 Pihak Berelasi - Related Parties
 Perubahan Peraturan Perundang-Undangan - Changes
of Regulations
 Perubahan Kebijakan Akuntansi - Change of
Accounting Policy
 Ikhtisar Perbedaan Signifikan Antara Standar Akuntansi
Keuangan (“SAK”) Di Indonesia dan Di Australia -
Summary of Significant Differences Between Indonesian
246

Financial Accounting Standards (“FAS”) and Austra-


lian FAS
 Sanksi Administratif yang Dikenakan Kepada Perseroan
Anggota Dewan Komisaris dan Direksi Oleh Otoritas
Pasar Modal dan Otoritas Lainnya - Administrative
Sanctions on The Company’s Member of The Board of
Commissioners and Member of The Board of Directors
From The Capital Market Authority and Other
Regulating Institutions
 Informasi Keuangan Yang Telah Dilaporkan yang
Mengandung Kejadian yang Sifatnya Luar Biasa dan
Jarang Terjadi - Financial Information Which Has Been
Reported With Extraordinary Events
 Peningkatan Yang Material Dikaitkan Dengan Jumlah
Barang Yang Dijual/Barang Baru - Material Increases
Related To Sales Volume/New Products
 Permasalahan Hukum - Legal Issues

172 Proyek-Proyek Pertumbuhan - Development Projects


 Pengembangan Perusahaan - Company Development
 Proyek Sponge IronKalimantan Selatan - South
Kalimantan Sponge Iron Project
 Proyek Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan - Tayan
Chemical Grade Alumina (CGA) Project
 Proyek Feronikel Halmahera Timur (FHT) - East
Halmahera Ferronickel (FHT) Project
 Proyek Perluasan Pabrik Feronikel Pomalaa (P3FP) -
Pomalaa Ferronickel Plant Expansion Project (P3FP)
 Proyek Smelter Grade Alumina(SGA) Mempawah -
Mempawah Smelter Grade Alumina (SGA) Project
 Proyek Anode Slime- Anode Slime Project
247

 Proyek Nickel Pig Iron (NPI) dan Stainless Steel -


Nickel Pig Iron (Npi) and Stainless Steel Project
 Proyek Nickel Mixed Hydroxide - Nickel Mixed
Hydroxide Project
 Butik Emas Logam Mulia - Precious Metal Gold
Boutiques
 Pengembangan Pengolahan Bijih Nikel Melalui Proses
Smelting Furnace - Nickel Ore Processing Development
Using Smelting Furnace Process

182 mber Daya Manusia - Human Resources


 Strategi dan Tata Kelola Pengelolaan Sumber Daya
Manusia (SDM) - Human Resources Strategy and
Management
 Jumlah, Usia dan Latar Belakang Pendidikan Pegawai -
Total Employee, Age and Education Background
 Produktivitas Pegawai - Employee Productivity
 Pelatihan dan Pengembangan Kompetensi Pegawai -
Employee Training and Competency Development
 Performance and Remuneration - Performance and
Remuneration
 Human Resources Planning and Development - Human
Resources Planning and Development
 Human Capital Information System - Human Capital
Information System
 Hubungan Industrial dan Kebebasan Berorganisasi -
Industrial Relations and Freedom to Organise
 Organization Effectiveness & Development (OED) -
Organization Effectiveness & Development (OED)
 Kesetaraan Gender dan Kesempatan Kerja - Gender
Equality and Work Opportunities
248

 Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan serta


Layanan Medis - Occupational Health and Safety and
Medical Services

192 Entitas Pertambangan Patungan - Joint Venture Mining


Entities
 PT Nusa Halmahera Minerals (Kepemilikan ANTAM:
25%) - PT Nusa Halmahera Minerals (ANTAM’s
Ownership: 25%)
 PT Weda Bay Nickel (Kepemilikan ANTAM: 10%) -
PT Weda Bay Nickel (ANTAM’s Ownership: 10%)
 PT Dairi Prima Minerals (Kepemilikan ANTAM: 20%)
- PT Dairi Prima Minerals (ANTAM’s Ownership:
20%)
 PT Gorontalo Minerals (Kepemilikan ANTAM: 20%) -
PT Gorontalo Minerals (ANTAM’s Ownership: 20%)
 PT Sorikmas Mining (Kepemilikan ANTAM: 25%) -
PT Sorikmas Mining (ANTAM’s Ownership: 25%)
 PT Galuh Cempaka (Kepemilikan Antam: 20%) - PT
Galuh Cempaka (ANTAM’s Ownership: 20%)

200 Laporan Aktivitas Eksplorasi dan Estimasi Cadangan


Bijih dan Sumber Daya Mineral - Exploration Activity Report
and Estimation of Ore Reserves and Mineral Resources
 Nikel – Nickel
 Emas – Gold
 Bauksit – Bauxite

211 Tata Kelola Perusahaan - Corporate Governance


 Tujuan Penerapan Tata Kelola Perusahaan - GCG
Implementation ObjectivesKebijakan Tata Kelola
Perusahaan - Corporate Governance Policies
249

 Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) - General


Meeting of Shareholders (GMOS)
 Kebijakan Dividen - Dividend Policy
 Dewan Komisaris - Board of Commissioners
 Direksi - Board of Directors
 Hubungan Dewan Komisaris dan Direksi-Board of
Commissioners and Board of Directors Relationship
 Fungsi Organ Pendukung Dewan Komisaris - Functions
Supporting the Board of Commissioners
 Sekretaris Dewan Komisaris - Secretary to the Board of
Commissioners
 Komite Penunjang Dewan Komisaris - Board of
Commissioners’ Supporting Committee
 Fungsi Organ Penunjang Direksi- The Function of
Supporting Organ of the Board of Directors
 Sekretaris Perusahaan - Corporate Secretary
 Audit Internal - Internal Audit
 Manajemen Risiko - Risk Management
 Sumber daya manusia - Human resources
 Tata Kelola Teknologi Informasi dan Komunikasi -
Information, Communication & Technology (Ict) Go-
vernance
 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan - Corporate Social
Responsibility
 Perkara Penting - Important Legal Cases
 Memastikan Penerapan GCG - Ensuring GCG Practices
 Corporate Governance Perception Index (CGPI) -
Corporate Governance Perception Index (CGPI)
 Adopsi Prinsip Dan Rekomendasi ASX - Adoption
Principle and Recommendation of ASX

402 Manajemen Risiko - Risk Management


250

 Risiko Harga Komoditas - Commodity Price Risks


 Risiko Mata Uang dan Tingkat Suku Bunga - Foreign
Exchange and Interest Rate Risks
 Risiko Kredit - Credit Risk
 Risiko Likuiditas - Liquidity Risk
 Manajemen Risiko Permodalan - Capital Risk
Management

406 Informasi bagi Investor - Information for Investors


 Ikhtisar Saham – ShareSummary
 Ikhtisar Obligasi - Bonds Summary

421 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan - Corporate Social


Responsibility
 Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup - Caring For
The Environment
 Mengelola Ketenagakerjaan, Kesehatan dan Kesela-
matan Kerja - Managing Labor and Occupational
Health and Safety
 Memberdayakan Masyarakat Secara Berkelanjutan -
Sustainable Empowerment Of Local Communities
 Bertanggung Jawab pada Kualitas Produk - Product
Quality Responsibility

440 Alamat Entitas Anak, Entitas Asosiasi, Entitas


Pengendalian Bersama dan Entitas Pertambangan
Patungan - Addresses of Subsidiaries,Associates, Jointly
Controlled Entity and Joint Venture Mining Entities

442 Unit Bisnis dan Kantor Perwakilan - Business Units and


Representative Offices
251

443 Lembaga dan Profesi Penunjang - Supporting


Institutions and Professionals

445 Laporan Keuangan Konsolidasian - Consolidated


Financial Report

591 Referensi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (d/h


Bapepam dan LK) No. X.K.6 - Cross References to the
Financial Services Authority (previously Bapepam and
LK) Regulation No. X.K.6
----------------------------------------------------------------------
Dari daftar isi laporan tahunan di atas kita dapat menga-
sumsikan kesesuaian antara cakupan informasi yang disaji-
kan dengan kriteria dan penjelasan isi dalam laporan tahu-
nan merujuk kepada ketentuan Peraturan OJK RE (d/h
Bapepam dan LK) No. X.K.6 sebagaimana diuraikan sebe-
lumnya.

Mengingat tidak sederhananya pembuatan laporan tahun-


an, Robert S. Cole (dalam Soemirat dan Ardianto, 2012:
80) menuliskan, rencana atau daftar kerja harus disiapkan
sebelum membuat laporan tahunan. Perencanaan/daftar
tersebut meliputi: perencanaan laporan; penugasan kerja
dan pengumpulan bahan; membuat copy (sampel), gam-
bar, grafik, pera dan artwork lainnya; menyusun bahan dan
membuat keputusan yang diperlukan; produksi; distribusi.
Daftar atau perencanaan ini sangat penting mengingat
banyak cakupan informasi yang harus dimuat dalam
laporan tahunan perusahaan sebagaimana mengacu pada
institusi pemerintah yang ditunjuk.
252

Banyak atau sedikitnya laporan, bergantung dari materi


laporan yang tersedia sehingga laporan tahunan suatu peru-
sahaan setiap tahunnya bisa berbeda. Menulis laporan tahu-
nan menuntut akurasi. Akurasi dalam teknis dan jumlah
pelaporan serta menyampaikan informasi yang jujur me-
ngenai organisasi.

C. MEMPERKUAT NILAI SECARA VISUAL


Selain menyajikan cakupan informasi lengkap, akurat dan
ditulis dengan sebaik-baiknya sesuai peraturan yang
berlaku, laporan tahunan juga hendaknya disajikan dengan
tampilan desain yang sesuai karakteristik perusahaan,
menarik dan memiliki nilai estetik.

Gambar (foto, grafik, tabel, diagram) merupakan salah satu


unsur terpenting dari tampilan desain. Gambar harus sesuai
dengan pembahasan untuk memperjelas pesan atau
memperkuat nilai informasi yang ditulis. Kualitas penya-
jian informasi yang didukung dengan tampilan visual yang
baik dan menarik dapat mendorong para calon investor
untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Mereka se-
nang membaca dan mempelajari laporan tahunan yang
ditulis dengan bahasa yang baik dengan kualitas desain
yang juga baik dan menarik.

Faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam


mendukung tampilan visual laporan tahunan yang berkua-
litas yaitu penggunaan jenis kertas untuk cover dan isi serta
mendesain cover semenarik mungkin sesuai karaktestik-
filosofi perusahaan. Di dalamnya harus berisi gambar-
253

gambar pendukung seperti foto, grafik, tabel, diagram dan


warna yang relevan serta tipografi yang sesuai.Perusahaan
menerbitkan laporan tahunan dalam bentuk cetak (hard
copy). Pemuatan di website perusahaan dalam bentuk
digital.

D. TAHAPAN PEMBUATAN LAPORAN TAHUNAN


Proses pembuatan laporan tahunan dilakukan diawali
dengan tahapan-tahapan yang satu sama lain saling berka-
itan. Tahap yang dapat dilakukan sebelum laporan tahunan
mulai dikerjakan :
1) Penjelasan singkat dari perusahaan. Perusahaan
harus memberikan penjelasan kepada tim terkait
keinginan dan pesan utama yang ingin disampaikan
di dalam laporan tahunan dan tujuan yang diharap-
kan.
2) Bertukar ide. Tim bertukar ide mengenai pemuatan
pesan-pesan utama perusahaan ke dalam tema dan
bagian-bagian dari laporan tahunan. Didukung oleh
data laporan-laporan kegiatan dan keuangan.
3) Pengembangan desain. Format desain harus sesuai
dengan isi dan tujuan pesan yang ingin disampai-
kan.
4) Type setting dan tampilan. Tahapan teknis ini pen-
ting dalam menentukan karekteristik dan ciri
perusahaan. Karekteristik perusahaan dapat diref-
leksikan dari bentuk huruf, tampilan data berupa
angka, tabel maupun infografis.
254

5) Seandainya banyak kegiatan dan data perusahaan di


tahun itu maka akan lebih baik bila dilengkapi
dalam bentuk info grafis .
6) Copy writing dan penerjemahan. Copywritt-
ing adalah membuat laporan dan data ke dalam
bentuk tulisan yang kemudian dapat dilakukan
penerjemahannya ke dalam bahasa Inggris.
7) Proof reading. Merupakan tahap pengecekan
terhadap tulisan sebelum ke percetakan.
8) Produksi pra-cetak. Lebih menenekankan kepada
desain dan warna yang diinginkan sebelum dicetak.
Perusahaan dikonfirmasi dengan contoh cetakan
yang sering disebut sebagai dummy. Setelah desain
dan warna sesuai yang diinginkan maka laporan
tahunan dicetak sesuai jumlah pesanan perusahaan.
9) Pencetakan. Merupakan tahap akhir produksi
laporan tahunan tetapi dilakukan bagian pence-
takan. Hasil atau kualitas cetakan harus sama de-
ngan kualitas dummy yang disetujui.
10) Pengiriman/distribusi. Merupakan penyerahan ha-
sil pekerjaan laporan tahunan ke perusahaan. Di-
perlukan pengemasan (packing) yang baik agar
tidak terjadi kerusakan.(http://annualreport.id/tips-
strategi/10-tahapan-dalam-pembuatan-annual-
report)
255

BAB 12
PENULISAN UNTUK MENGADAKAN
KONFERENSI PERS

A. PENGERTIAN KONFERENSI PERS


Salah satu kegiatan yang sering dilakukan PR dalam me-
ngelola informasi untuk disampaikan kepada media massa
dan publik yang lebih luas yaitu mengadakan konferensi
pers (press conference). Istilah lainnya news konference.

Konferensi pers adalah suatu pertemuan yang diseleng-


garakan oleh bagian PR dengan mengundang pihak media
massa/wartawan. Tujuannya untuk memberikan pengumu-
man atau penjelasan disertai sesi wawancara agar informasi
-informasi tersebut dapat dipublikasikan melalui media
massa. Konferensi pers diselenggarakan karena pertimba-
ngan untuk mencapai efektivitas dalam pengelolaan infor-
masi tertentu sesuai dengan isu yang akan disampaikan dan
tujuan yang hendak dicapai.

Konferensi pers bertujuan untuk melayani kepentingan


perusahaan atau organisasi. Banyak bentuk tulisan yang
harus dipersiapkan PR, termasuk beragam bahan tertulis
dalam information kit untuk diberikan kepada wartawan
guna menunjang penulisan berita atau laporan jurnalis-
tiknya.
256

B. PERTIMBANGAN KONFERENSI PERS


Rencana diadakannya konferensui pers perlu didasari oleh
alasan-alasan strategis. Semua alasan mengacu pada tujuan
PR sebagai pengelola informasi utama. Tujuan umum PR
berupa memulihkan, membangun, atau meningkatkan citra
organisasi. Tujuan khususnya berkenaan dengan isu yang
akan disampaikan oleh organisasi.

Konferensi pers bukan hanya memberikan rilis berita dan


informasi tertentu yang mungkin saja sebenarnya dianggap
tidak bernilai berita oleh pihak media. Konferensi pers juga
bukan sekadar menciptakan kesempatan berfoto-foto atau
perekaman peristiwa.

Kuatnya nilai berita (strong news value) dan besarnya man-


faat bagi organisasi dari isu yang dikemukakan harus men-
jadi pertimbangan utama diadakannya konferensi pers.
Nilai berita PR biasanya mengandung kepentingan yang
cukup tinggi bagi publik tertentu terhadap isu yang disam-
paikan atau karena situasi darurat/genting yang tengah
dihadapi organisasi. Isu yang nilai beritanya kuat mengan-
dung daya tarik yang juga kuat bagi wartawan untuk meng-
hadiri konferensi pers dan menyiarkan/melaporkannya
melalui media mereka.
257

Ceklis
Pertimbangan Mengadakan Konferensi Pers

Isu yang akan disampaikan bernilai berit


 Mengandung kepentingan yang cukup tinggi bagi publik
tertentu.
 Karena situasi darurat/genting yang tengah dihadapi organisasi.
dst Isu diarahkan dalam mendukung tujuan PR.
Tujuan umum bagi organisasi:
 Memulihkan citra organisasi
Membangun citra organisasi.
Meningkatkan citra organisasi
Tujuan khususnya:
Bagi publik…………………………………………………
Bagi organisasi………………………………………………

Pertimbangan lain adalah sarana pendukung dalam penye-


lenggaraan informasi. Sarana pendukung menyangkut per-
siapan dan kesiapan daalam berbagai hal sebagaimana akan
dibahas tersendiri di bawah ini.

C. KESIAPAN KONFERENSI PERS


Konferensi pers harus dipersiapkan sebaik-baiknya sebe-
lum kegiatan tersebut direalisasikan. Dalam mengawali
rencana untuk mengadakan konferensi pers, praktisi PR
hendaknya menuliskan ceklis mengenai persiapan dan
kesiapan konferensi pers.

Ceklis mengenai persiapan dan kesiapan konferensi pers


berisikan informasi singkat dengan mencantumkan sejum-
lah item yang memungkinkan konferensi pers dapat dise-
258

lenggarakan dengan baik dan maksimal. Di dalam ceklis


memuat tentang:
1) Penetapan moderator dan juru bicara (narasumber).
2) Penulisan lembar perencanaan konferensi pers dan
surat undangan.
3) Penulisan information kit
4) Bahan pendukung information kit.
5) Sarana penunjang kegiatan.

Masing-masing item di atas dilengkapi poin-poin yang


relevan untuk diberikan ceklis yang menandai persiapan
dan kesiapan rencana konferensi pers. Contohnya seperti di
bawah ini.

Ceklis
PERSIAPAN DAN KESIAPAN KONFERENSI PERS

1. Penetapan juru bicara (narasumber) dan moderator


□ Juru bicara (narasumber)
□ Moderator

2. Penulisan lembar perencanaan konferensi pers dan


surat undangan
□ Penulisan lembar perencanaan konferensi pers
□ Penulisan surat undangan
□ untuk pihak media massa/wartawan
□ untuk pihak lain (jika ada - sebutkan):
□......................................................................................
259

3. Penulisan information kit


□ Siaran pers
□ Lembar fakta
□ Pernyataan berita
□Backgrounder
□ Biografi/profil tokoh
□ Sejarah/profil organisasi
□Lain-lain...................................................................

4. Bahan pendukung information kit


□ Foto-foto
□ Rekaman gambar/film
□ Kliping
□ Grafik
□ Contoh produk
□ Lain-lain

5. Penunjang kegiatan
□ Ruangan
□ Meja-kursi
□ Buku tamu
□ Multimedia
□ Pendingin ruangan
□ Pencahayaan/lampu
□ Konsumsi
□ Lain-lain

1. Penetapan Moderator dan Juru Bicara (Nara-


sumber)
Moderator bertugas untuk mengatur dan mengen-
dalikan agar konferensi pers berlangsung lancar
260

dan baik sesuai yang diharapkan oleh penyeleng-


gara yaitu bagian PR dan organisasi. Moderator
harus dari pejabat PR karena dirinya dianggap lebih
memahami arah dan tujuan dari konferensi pers
dalam pemahaman PR.
Juru bicara (narasumber) adalah orang yang bertu-
gas memberikan pernyataan kepada para wartawan
yang hadir. Ia bisa dari pejabat PR, pimpinan atau
seseorang yang ditunjuk atau berkompeten sesuai
isu atau topik yang akan disampaikan.

3) Penulisan Lembar Perencanaan Kegiatan dan


Undangan
Setelah rencana penyelenggaraan siaran pers sesuai
pertimbangan yang mengacu pada tujuan organisasi
PR diputuskan, dan siapa yang akan memberikan
pernyataan (juru bicara/narasumber) serta modera-
tornya ditetapkan, maka langkah selanjutnya mem-
persiapkan berbagai bentuk tulisan atau informasi
sesuai kebutuhan isu yang akan disampaikan.
Bentuk tulisan yang harus dipersiapkan lebih
dahulu dalam konteks ini yaitu lembar perencanaan
kegiatan konferensi pers dan surat undangan untuk
pihak media massa (wartawan) dan mungkin untuk
pihak lain.

a) Menulis lembar perencanaan


Penulisan lembar perencanaan (planning sheet)
bermanfaat agar kegiatan berfokus pada tujuan dan
sasaran yang tepat. Mengacu pada lembar perenca-
261

naan, para pegawai PR dapat mengontol kegia-tan


yang diarahkan pada dampak yang diharapkan ter-
hadap target audiens media massanya. Guna lebih
memudahkan pemahaman mengenai lembar peren-
canaan konferensi pers, berikut contohnya:

News Conference Planning Sheet

Background: Employees at the LakeLand Chemicals


plant in Middletown have been working without a pay
increase for 19 months, since the Union of Chemical
Workers of America and plant managers worked out a
mutual wage and hiring freeze for both union and
management employees. Negotiations are nearing
completion to provide an immediate 5 percent salary
increase for all employees and a second-stage increase
in six months of 3 to 5 percent. There are two reasons
for the increase. One, sales are up, including a $7.3
million two-year export agreement with Guatemala.
Two, a six-month-old electronic smokestack filter is
unexpectedly efficient in recovering the chemical
trichlorofluoromethane, thus saving the plant $12,000 a
month.

Focus: Announcement of salary increase.


o Public A, Reporter (Reporters for county weekly/
daily newspapers, radio & TV; print photographers
& TV camera operators): New including financial
projections, photo ops
262

o Public B, Employees: Salary raise, gratitude for


sacrifice
o Public C, Union: Recognized union role in plant
recovery
o Public D, Business Leaders: Financial benefit for
community
o Public E, Environmentals: Affirmation of compa-
ny’s concerns re: air pollution, ozone

Benefit: Company will give salary increase, recognize


union-management cooperation, help community with
cleaner air.

Tone:Positive, appreciative of worker sacrifices, opti-


mistic re: impact on community.

Common Objectives for All Publics:


o To have an effect on awareness; specifically to
increase understanding about the increase and
recovery.
o To have an effect on acceptance; specifically to
create positive attitudes about the recovery.

Specific Objectives for Reporters:


o To have an affect on awareness; specifically to
create understanding about the increase and
recovery.
o To have an effect on action; specifically to have
them accurately report on the increase and
recovery.
o To have an effect on action; specifically to have
them write favorable editorials on the increase and
recovery.
263

Specific Objectives for Employees:


o To have an effect on acceptance; specifically to
increase morale and positive feedback.
o To have an effect on action; specifically to increase
productivity by 15 percent.

Specific Objectives for Union:


o To have an effect on action; specifically to maintain
cooperation between union and management.

Specific Objectives for Business Leaders:


o To have an effect on action; specifically to increase
positive feedback about the company.

Specific Objectives for Environmentalists:


o To have an effect on awareness; specifically to
create understanding about the firm’s environmen-
tal practices.
o To have an effect on action; specifically to decrease
criticism of the company on environmental issues
(Smith,2003 : (382-383)

Dari contoh lembar perencanaan konferensi pers di atas


dapat disimpulkan, lembar perencanaan ini memuat infor-
masi mengenai:

Background. Berisikan latar belakang mengenai


suatu isu yang akan disampaikan. Background dari
lembar perencanaan konferensi pers di atas menge-
264

nai belum naiknya gaji para karyawan dari sebuah


industri selama 19 bulan. Melalui suatu negosiasi
antara serikat pekerja dengan perusahaan akhirnya
sepakat untuk menaikan gaji. Terjadinya kenaikan
gaji berdasarkan dua alasan: naiknya penjualan dan
adanya efisiensi terkait biaya operasional khusus-
nya perlengkapan pembuangan asap limbah indus-
tri yang ramah lingkungan.

Focus. Berisikan fokus utama pernyataan yang


akan disampaikan. Fokus yang akan disampaikan
dalam konfe-rensi pers tersebut yaitu pengumuman
atau pernyataan mengenai kenaikan gaji: “Announ-
cement of salary increase”. Pernyataan akan
disampaikan ke sejumlah publik secara terpisah
berdasarkan susunan kategori publiknya: “public
A” sampai dengan “publik E” (lihat kembali di
atas). Salah satu publik yang dimaksud adalah para
war-tawan dari semua media massa (“publik A”).

Benefit. Mengenai kepentingan/informasi penting


dari kegiatan ini. Pernyataan mengenai kepentingan
atau man-faat yang dicantumkan dalam lembar
konferensi pers ini yaitu: pemberian kenaikan gaji,
adanya kerjasama yang baik antara serikat pekerja
dengan manajemen/perusahaan, serta kontribusi
dalam membantu menjaga udara bersih di ling-
kungan pabrik.
265

Tone. Memberikan penekanan mengenai pesan.


Tone pada lembar konferensi pers ini berisikan
penekanan informasi berupa penghargaan terhadap
para pekerja, sekaligus pernyataan mengenai tiada-
nya dampak negatif terhadap lingkungan pada mas-
yarakat.

Common objectives for all publics. Berisikan poin-


poin pernyataan mengenai tujuan umum yang
diharapkan terhadap semua publiknya. Tujuan-
tujuan umum yang dimaksud sesuai contohnya
meliputi tujuan yang berdampak penge-tahuan/
kesadaran dan berdampak pada penerimaan positif
(terhadap pernyataan utama yang akan disampai-
kan).

Specific objectives for reporters. Berisi pon-poin


tujuan khusus bagi wartawan. Contoh lembar pe-
rencanaan konfe-rensi pers inimemuat sejumlah
tujuan. Tujuannya antara lain menumbuhkan kesa-
daran pada diri wartawan mengenai isu utama yang
akan disampaikan manajemen, dan menuliskan
beritanya seperti yang diharapkan .

Specific objectives for employees. Memuat poin-


poin tuju-an khusus yang diarahkan pada karyawan.
Di antara upaya yang diharapkan terutama mening-
katkan semangat kerja dan pandangan positif terha-
dap perusahaan yang dibuktikan dengan mening-
katnya produktivitas.
266

Specific objectives for union. Berisikan tujuan tin-


dakan yang diharapkan dari pihak yang bersi-
nergi.Union yang dimaksud terkait isu dalam
contoh ini adalah serikat pekerja dan manajemen.
Diharapkan keduanya menjaga kerjasama dengan
baik.

Specific objectives for business leaders.Memuat


tujuan bagi para pemimpin perusahaan.Berisikan
poin mengenai tujuan yang diharapkan dari pemim-
pin bisnis, yaitu tindakan berdampak positif bagi
perusahaan.

Specific objectives for environmentalists. Mencan-


tumkan tujuan khusus dari parapemerhati atau
orang-orang yang peduli terhadap lingkungan.
Tujuan khusus yang dicantumkan berdasarkan
contohnya yaitu memuat dua point. Salah satunya
untuk mengurangi kritik pada perusahaannya ter-
kait isu-isu lingkungan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan secara lebih


ringkas bahwa muatan informasi dalam lembar pe-
rencanaan konferensi pers setidaknya harus beri-
sikan penjelasan singkat mengenai:

1) Latar belakang. Isu yang melatarbelakangi


diada-kannya konferensi pers. Isu harus bernilai
berita.
267

2) Sasaran publik yang dituju. Sasaran publik


utama adalah wartawan dan publik audiensnya
media massa.
3) Kepentingan pernyataan. Pernyataan mengenai
ke-pentingan dari isu yang akan disampaikan:
kepen-tingan bagi organisasi dan kepentingan
bagi publik.
4) Penekanan pesan. Menekankan pesan yang a-
kan disampaikan sesuai isu utama.
5) Tujuan-tujuan PR. Kegiatan konferensi pers
sesuai dengan tujuan-tujuan PR. Tujuan umum-
nya: memulihkan citra, membangun cintra, atau
meme-lihara citra organisasi.

b) Menulis surat undangan


Undangan (invitations), termasuk undangan untuk
wartawan atau media massa, merupakan bentuk
pe-nulisan lain yangharus dipersiapkan para staf
PR. Surat undangan ditulis di atas kop surat orga-
nisasi atau berlogo organisasi sebagai identitas
pengirim undangan. Di dalam surat undangan me-
muat informasi mengenai:
o What: Apa acaranya (what): tuliskan secara
jelas dan lengkap
o Who: Siapa yang menjadi pembicara atau nara-
sumbernya. Siapa yang hadir (mungkin meng-
hadirkan orang dari luar organisasi: artis, peja-
bat negara, politisi, aktivis sosial dan lingkung-
an, dll sesuai isu dalam konferensi pers).
268

o When: Kapan acara akan diselenggarakan (hari/


tanggal, bulan, tahun dan pukul kegiatan ber-
langsung).
o Where: Di mana acara akan dilaksanakan (ge-
dung, ruang, alamat lengkap – akan lebih leng-
kap jika ditampilkan denahnya pada bagian lain
undangan)
o Why: Mengapa konferensi pers dilakukan (men-
jelaskan alasan pentingnya atau perlunya kegi-
atan tersebut atau suatu isu disampaikan). Usa-
hakan menimbulkan minat para wartawan un-
tuk menghadiri dan meliputnya.

Pada bagian awal surat undangan ditulis pengantar


atau pembukaan, dilanjutkan informasi mengenai
“5 W” di atas, dan diakhiri dengan penutup. Pada
bagian penutup mengandung pesan harapan atau
permohonan untuk menghadiri undangan dan uca-
pan terimakasih.

Di akhir surat undangan dilengkapi dengan nomor


kontak dan tandatangan pihak organisasi yang me-
ngundang, dalam hal ini pejabat PR, lengkap
dengan stempel organisasi. Nomor kontak sebaik-
nya lebih dari satu dan mudah dihubungi oleh pihak
redaksi media massa. Surat undangan dikirm
melalui email, mesin fak, atau menyampaikannya
secara langsung melalui kurir khusus.
269

c) Media advisory
Media advisory merupakan lembaran pelengkap
dari undangan yang dikirim pihak organisasi kepa-
da pihak media massa.

d) Penulisan Information Kit


Information kit berisikan sejumlah lembar atau
bentuk tulisan yang berisikan informasi atau
pernyataan tertentu yang isinya memiliki keterka-
itan atau saling melengkapi. Information kit yang
khusus dipersiapkan untuk kebutuhan konferensi
pers disebut pula sebagai media kit.
Newsom dan Haynes (2008 : 306) mengingatkan
berbagai hal dalam mempersiapkan media kit
diantaranya:
1) Tentukan tujuan media kit.
2) Identifikasi publik yang yang akan dicapai.
3) Mengidentifikasi media yang menjangkau
publiknya.
4) Tentukan media yang yang akan menerima
kit.
5) Perhatikan bagaimana setiap item dalam
media kit berkaitan dengan tujuan kit.
6) Pertimbangkan bagaimana penerima media
kit akan menggunakan setiap item dalam
kit.
Mengingat banyaknya ragam penulisan untuk
media kit atau information kit, maka pembahasan-
nya secara khusus akan disampaikan secara tersen-
diri pada bab selanjutnya.
270

e) Bahan (lain) Pendukung Information Kit


Bahan pendukung information kityang dimaksud
yaitu dokumentasi tertulis, baik tulisan yang ber-
sumber dari media massa, atau dari sumnber lain
yang memiliki keterkaitan dengan isu yang akan
disampaikan dalam konferensi pers. Bentuknya
bisa berupa kliping atau yang lainnya.
Bahan lain berupa foto-foto, gambar, grafik, atau
bentuk visual lain yang dibutuhkan seperti rekaman
gambar (film) tentang sesuatu. Baik berbentuk hard
copy atau soft copy yang tersimpan dalam suatu cd
atau dvd. Mungkin akan lebih tepat jika infor-
mation kit dilengkapi contoh produk yang relevan
dengan acara yang diselenggarakan. Dalam acara
peluncuran album terbaru dari suatu grup musik,
misalnya, contoh produknya cd album grup tersebut
yang diberikan kepada wartawan. Tujuannya untuk
tambahan informasi mengenai album tersebut dan
lagu di dalamnya atau sekaligus sebagai kenang-
kenangan.

f) Sarana Lain Penunjang Kegiatan


Sarana penunjang lain kegiatan berkenaan dengan
tempat dan perlengkapan yang menyertai kegiatan
dapat berlangsung dengan baik. Dari mulai ruang-
an, kursi, meja, seperangkat multimedia, dan yang
lainnya.
Kenyamanan harus diupayakan oleh penyelenggara
sehingga ketika konferensi pers dapat berjalan
271

dengan baik. Jika di dalam ruangan, harus diperha-


tikan kapasitas ruangan dengan jumlah undangan
dan kursi yang dipersiapkan. Tempat masuk dan
penerimaan tamu undangan harus ditata sedemikian
rupa yang berorientasi pada kenyamanan dan ke-
mudahan akses untuk mendatanginya. Alat penge-
ras suara, tampilan gambar dari proyektor, pendi-
ngin ruangan, semuanya juga harus dipersiapkan
dengan baik.

D. PERSIAPAN AKHIR DAN LEMBARAN TANYA-


JAWAB KONFERENSI PERS
Menjelang konferensi pers berlangsung, pastikan semua
perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan dalam konfe-
rensi pers sudah siap sesuai lembaran “Ceklis Persiapan
dan Kesiapan Konferensi Pers”. Semua anggota tim ber-
koordinasi dan bekerjasama untuk menjamin kesiapan
acara.

Pejabat PR yang bertugas sebagai moderator dan juru


bicara mewakili organisasi harus selalu menyadari tujuan
utama diadakannya konferensi pers. Pihak organisasi atau
PR memang sudah menentukan tema atau topik yang akan
disampaikan. Tema atau isu yang diangkat, meskipun
bernilai berita, biasanya positif bagi organisasi.

Dalam dunia jurnalistik dikenal istilah “bad news is good


news”, berita buruk adalah berita baik. Apabila mengacu
pada pemahaman ini maka para wartawan akan lebih
menyukai berita-berita buruk mengenai organisasi daripa-
272

da berita-berita baik. Meski asumsi itu tidak mutlak ke-


benarannya, paling tidak kecenderungan tersebut masih
dipahami oleh banyak wartawan dan media.

Pejabat PR sebaiknya sudah memperkirakan potensi mun-


culnya pertanyaan wartawan yang bisa berdampak negatif
bagi organisasi apabila tidak dijawab secara tepat. Dengan
demikian ia pun hendaknya bisa memperkirakan perta-
nyaan-pertanyaan seperti apa yang akan dilontarkan warta-
wan dan jawaban seperti apa yang mesti disampaikan pihak
organisasi.

Dianjurkan untuk mencermati semua informasi yang


terdapat dalam information kit, dari kemungkinan muncul-
nya celah pertanyaan yang dapat “merepotkan” narasum-
ber dalam memberikan jawaban. Seiring itu pula jawaban-
nya pun harus dipersiapkan untuk menjawab pertanyaan
tersebut.

Apabila sarana pengelolaan limbah industri ramah lingku-


ngan yang dimiliki perusahaan belum memadai, misalnya,
maka hal-hal seperti ini berpotensi pula memunculkan
pertanyaan yang “serius” dari para wartawan padahal isu-
nya tidak relvan dengan konferensi pers tersebut. Pejabat
PR dan/atau juru bicara harus serius pula dalam memi-
kirkan jawabannya secara tepat namun menjunjung integ-
ritas dan mengupayakan agar wartawan berfokus pada isu
utama.
273

Moderarator dan jurubicara jangan mudah terpancing oleh


pertanyaan-pertanyaan yang berpotensi negatif dan me-
nyimpang dari isu. Terutama moderator, harus berupaya
mengendalikan agar arah pertanyaan sesuai topik. Hara-
pannya agar out-put informasi sesuai dengan tujuan PR.

Agar pertanyaan dan jawaban yang mengarah pada keingi-


nan PR bisa terpenuhi, penulis PR disarankan untuk mem-
buat sendiri lembar pertanyaan beserta jawaban yang sudah
dipersiapkan sebelumnya. Lembar tanya-jawab ini ditam-
bah dengan sejumlah pertanyaan yang dikemukakan warta-
wan saat sesi tanya-jawab berlangsung. Jika perlu perta-
nyaan dimodifikasi agar jawaban bisa disesuaikan dengan
keinginan pihak organisasi. Jawaban harus jelas, singkat,
dan padat. Jelas artinya pesan dan maksudnya mudah
dipahami. Singkat tidak memboroskan kata atau kalimat.
Padat berarti sarat dengan nilai informasi.

Para praktisi atau pejabat PR yang bertugas mempersi-


apkannya harus sigap, terampil dan memahami persoalan
sehingga muatan jawaban demi jawaban tertulisnya sesuai
dengan yang disampaikan narasumber atau disesuaikan
dengan prinsip dan tujuan PR. Lembar tanya-jawab terse-
but harus selesai dan segera dibagikan ke setiap wartawan
sebelum konferensi pers benar-benar berakhir. Penu-lisan
lembar tanya-jawab dapat dilakukan ketika sesi tanya
jawab mulai berlangsung dan diselesaikan sebelum kon-
ferensi pers belum betul-betul berakhir.
274

Juru tik dan didampingi pejabat PR yang menguasai


persoalan sesuai isu yang dibahas harus bekerja secara
cepat dan tepat. Perangkat komputer atau laptop harus
sudah terkoneksi dengan mesin-mesin print yang juga
berkinerja cepat dan berkualitas baik.

Lembaran konferensi pers ini juga sangat berguna untuk


diberikan kepada wartawan yang tidak hadir dalam kegi-
atan tersebut. Dengan demikian, tanpa meliput secara lang-
sung, mereka pun memperoleh data yang bersumber dari
hasil tanya-jawab wartawan dengan sumber berita atau juru
bicara organisasi.

Saluran yang dianjurkan untuk mendistribusikan lembaran


tanya-jawab hasil konferensi pers adalah melalui email ke
wartawan dan/atau pihak media yang bersangkutan, diser-
tai seperangkat press kit yang sudah dipersiapkan dalam
bentuk soft copy atau digital.
275

BAB 13
PENULISAN UNTUK INFORMATION KITS

A. PENGERTIAN INFORMATION KITS


Information kit merupakan seperangkat berkas yang berisi
berbagai informasi tertulis dan dirancang untuk publik
tertentu. Information kit disediakan untuk memberikan
dukungan layanan informasi kepada publik atau sengaja
dibuat dalam mengadapi suatu even tertentu yang diadakan
perusahaan/organisasi seperti seminar, grandopening, pe-
luncuran produk.

Information kit yang khusus diperuntukan bagi para warta-


wan saat menyelenggarakan koferensi pers lebih tepat
disebut sebagai press kit atau media kit. Jenis lain dari
informations kit yaitu user kit atau consumer packet, yang
biasa dibagikan kepada pengguna layanan/jasa, barang,
atau untuk menerapkan ide. Press kit biasa diberikan ketika
wawancara dan konferensi pers, dan mungkin diposting ke
situs web untuk dapat diakses secara luas.

Pada bab sebelumnya kita telah membahas mengenai


prospektus. Apabila prospektus bisa dan biasa diberikan
secara terpisah sesuai informasi yang dibutuhkan publik/
konsumsen, sasaran dan tujuannya, maka information
kit(media kit) berupa seperangkat prospektus tertentu atau
ditambah dengan bentuk informasi lain seperti siaran pers
276

(biasanya khusus untuk kalangan media/wartawan), mung-


kin ditambah dengan foto, rekaman gambar/suara dalam
cd, dan kliping dari koran atau majalah. Semua media
informasi tersebut merupakan satu kesatuan yang saling
mendukung, melengkapi, atau memperdalam informasi.

B. RAGAM PENULISAN INFORMATION KIT


Bentuk tulisan dalam information kit beragam. Keteram-
pilan dalam menulis sejumlah bentuk tulisan yang sudah
dibahas pada bagian sebelumnya lebih dari cukup untuk
dapat menulis beragam penulisan information kit atau
media kit. Tinggal penyesuaian-penyesuaian sesuai gaya
penyajian dan tujuan yang diharapkan.

Beberapa penggunaan information kit bertujuan mencip-


takan tingkat kesadaran publik terhadap diselenggarakan-
nya suatu kegiatan/program, keberadaan produk dan/atau
jasa. Media kit memiliki tujuan yang sama sekali-gus
menarik perhatian dan pemahaman wartawan, konsumen,
karyawan atau publik lainnya.

Information kit juga sering ditujukan untuk mencapai


tingkat yang lebih tinggi yaitu mengarahkan publik agar
bertindak seperti yang diharapkan organisasi. Bagi orga-
nisasi yang mengadvokasi atau mengkampanyekan suatu
ide, gagasan atau pemahaman tertentu, tujuan information
kit berusaha mempengaruhi publik supaya menerima,
menyetujui, bahkan mengikutinya.
277

Suatu set information kit dapat memiliki sejumlah tujuan


termasuk tujuan seperti di atas. Beberapa teori komunikasi
yang telah dikemukakan pada pengantar buku ini sangat
berguna dalam menyusun atau mengemas pesan untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Daya pengaruh dari suatu informasi yang ditulis sendiri


oleh para praktisi PR akan semakin kuat apabila didukung
dengan tulisan/informasi dari sumber lain yang relevan
seperti: jurnal atau hasil penelitian, kliping berita dari
koran atau situs berita, artikel dari majalah, atau yang
lainnya. Muatan informasinya dapat berupa terujinya
kualitas suatu produk/layanan, pengakuan dan penghar-
gaan dari insitusi yang kredibel, testimonial, atau yang
lainnya. Semua berkas atau dokumentasi tersebut disatukan
dalam satu paket information kit.

Guna mengetahui ragam bentuk tulisan yang terdapat


dalam seperangkat information kit yang ditulis oleh pihak
PR, kita dapat mencermatinya dari berbagai informasi yang
disajikan di dalamnya yang meliputi antara lain:

1) Siaran Pers
Di dalam informasi kit, terutama untuk diberikan
kepada wartawan saat konferensi pers atau di sela-
sela wawancara, siaran pers (press release) selalu
dipersiapkan karena termasuk bahan informasi
utama. Isinya menyajikan informasi sesuai yang
ingin disampaikan. Pengertian dan cara penulisan
siaran pers telah diuraikan pada bab terdahulu.
278

2) Lembar Fakta
Lembar fakta(fact sheets) adalah suatu lembar
kertas yang berisi daftar fakta penting tentang suatu
isu. Penulisan lembar fakta dapat disusun dengan
cara apa saja selama memuat fakta-fakta utama
yang ingin disampaikan dan memudahkan pemaha-
man pembaca.

Lembar fakta sering ditulis berdasarkan susunan


item-item yang dilengkapi poin demi poin. Tidak
sedikit pula item-item tersebut menjadi subjudul
karena di bawahnya terdapat tulisan-tulisan yang
menguraikan atau menjelaskannya.

Lembar fakta ditulis di atas kertas berkop surat atau


berlogo organisasi. Secara visual, lembar fakta
dipertegas dengan tulisan yang tertera dalam lem-
baran tersebut: “Lembar Fakta” atau “Fact Sheet”.
Lembar fakta berguna bagi wartawan sebagai
bahan untuk disiarkankarena memberikan informa-
si penting tentang sesuatu, situasi, atau berita acara
atau sekadar pendukung informasi. Guna lebih
memahami bentuk dari penulisan lembar fakta, di
bawah ini ditampilkan contoh-contohnya. Contoh
sengaja diketik dengan satu spasi untuk mem-
perpendek tulisan. Begitu pula dengan contoh dari
bentuk penulisan information kit lainnya.
279

Contoh lembar fakta 1:


Karen L. Smith
Faculty Center for Teaching and Learning Fact
Sheet 2008

We dedicate ourselves to the success of our


faculty and students by providing:
Excellence in Teaching and Successful Research and
Learning Creative Endeavors

 Provided over 595 hours of  Developed a guide for


workshops for faculty using SPSS for SoTL •
 Provided over 1650 individual Presented at one
faculty consultations regional and three
 Provided extensive support for national conferences
the new medical education  Provided assessment
program support for two NSF
 Hosted Winter and Summer Grants
Faculty Development  Published the Faculty
Conferences with over 250 Focus journal 4 times
faculty with distribution to
 Provided 5 retreats for over over 1400 faculty
200 adjunct faculty  Hosted the SoTL
 Provided training for 507 Showcase
graduate teaching assistants  Collaborated with the
 Developed over 50 new pages IRB Office to enhance
of web resources SoTL project
 Provided 24 new workshops submission support
 Provided broad support
for the AACU Core
Commitments Grant

Professional Advancement
280

Collaborative Endeavors
 Provided promotion and tenure
reviews for faculty from 7  Served on 57 university
departments committees
 Provided leadership for one  Served on 7 state,
state and one regional regional, or national
organization committees or boards
 Conducted proposal reviews  Hosted visitors from 22
for an internationalconference U.S. and international
 Conducted a best paper review institutions
for a regionalorganization  Hosted video
 Hosted wellness events, conferences with
networking gatherings, and faculty from five
excursions for over 200 faculty countries
 Hosted Academic New Faculty  Provided workshops at
Orientation for over 100 new two universities for
faculty over 200 faculty
 Collaborated with 85
offices on campus

Faculty Center for Teaching and Learning


Classroom 1 Building - Room 207
Phone: 407.823.3544
Email: fctl@mail.ucf.edu
www.fctl.ucf.edu
(Sumber:
http://www.fctl.ucf.edu/AboutUs/FactSheet/)
281

Contoh lembar fakta 2:


Oral Healt

Fact sheet N°318


April 2012

Key facts
 Worldwide, 60–90% of school children and nearly
100% of adults have dental cavities.
 Dental cavities can be prevented by maintaining a
constant low level of fluoride in the oral cavity.
 Severe periodontal (gum) disease, which may result in
tooth loss, is found in 15–20% of middle-aged (35-44
years) adults.
 Globally, about 30% of people aged 65–74 have no
natural teeth.
 Oral disease in children and adults is higher among
poor and disadvantaged population groups.
 Risk factors for oral diseases include an unhealthy diet,
tobacco use, harmful alcohol use and poor oral
hygiene, and social determinants.

Oral health is essential to general health and quality of


life. It is a state of being free from mouth and facial pain,
oral and throat cancer, oral infection and sores,
periodontal (gum) disease, tooth decay, tooth loss, and
other diseases and disorders that limit an individual’s
capacity in biting, chewing, smiling, speaking, and
psychosocial wellbeing.
282

Oral diseases and conditions


The most common oral diseases are dental cavities,
periodontal (gum) disease, oral cancer, oral infectious
diseases, trauma from injuries, and hereditary lesions.

Dental cavities
Worldwide, 60–90% of school children and nearly
100% of adults have dental cavities, often leading to pain
and discomfort.

Periodontal disease
Severe periodontal (gum) disease, which may result
in tooth loss, is found in 15–20% of middle-aged (35-44
years) adults.

Tooth loss
Dental cavities and periodontal disease are major
causes of tooth loss. Complete loss of natural teeth is
widespread and particularly affects older people. Globally,
about 30% of people aged 65–74 have no natural teeth.

Oral cancer
The incidence of oral cancer ranges from one to 10
cases per 100 000 people in most countries. The
prevalence of oral cancer is relatively higher in men, in
older people, and among people of low education and low
income. Tobacco and alcohol are major causal factors.

Fungal, bacterial or viral infections in HIV


Almost half (40–50%) of people who are HIV-
positive have oral fungal, bacterial or viral infections.
These often occur early in the course of HIV infection.
... etc.
283

WHO response
Public health solutions for oral diseases are most
effective when they are integrated with those for other
chronic diseases and with national public health prog-
rammes. The WHO Global Oral Health Programme aligns
its work with the strategy of chronic disease prevention and
health promotion. Emphasis is put on developing global
policies in oral health promotion and oral disease preven-
tion, including:building oral health policies towards effect-
tive control of risks to oral health;stimulating development
and implementation of community-based projects for oral
health promotion and prevention of oral diseases, with a
focus on disadvantaged and poor population groups; encou-
raging national health authorities to implement effective
fluoride programmes for the prevention of dental caries;
advocacy for a common risk factor approach to simulta
neously prevent oral and other chronic diseases; and
providing technical support to countries to strengthen their
oral health systems and integrate oral health into public
health.

For more information contact:


WHO Media centre
Telephone: +41 22 791 2222
E-mail: mediainquiries@who.int
(Sumber:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs318/en/)
284

3) Pernyataan Berita atau Laporan Media


Pernyataan berita (news statements) dapat didefi-
nisikan sebagai pernyataan atau laporan yang
disampaikan oleh pihak organisasi tentang sesuatu
yang bernilai berita. Pernyataan berita sering juga
disebut sebagai atau laporan media (media state-
ment). Di bawah ini contoh dari media statements
yang dikeluarkan atau disampaikan atau dipubli-
kasikan oleh salah satu situs dari suatu kementerian
pemerintah Australia.

Support to Grow WA's Aboriginal Art Centres

Wednesday, 27 January 2016

 $1.2 million to increase the sustainability of WA's


Aboriginal art centres
 Funding to support business activities
 Future Focus for WA Aboriginal Art Centres
program opens today

The State Government is providing $1.2 million


to help develop the long-term sustainability of Abori-
ginal art centres in regional Western Australia.
Culture and the Arts Minister John Day said art
centres were a vital part of life for many Aboriginal
artists and communities.
"There are about 25 Aboriginal art centres in regi-
onal areas of the State, with many located in extremely
remote locations," Mr Day said.
285

"This funding will support individual Aboriginal


art centres, groups of art centres and peak sector entities
to develop business activities aimed at increasing an art
centre's viability."
Acting Regional Development Minister Mia
Davies said this program would create professional
development and governance opportunities for Abori-
ginal art centres.
"As part of the program, a sector-wide approach
will be developed to identify practical strategies for
stimulating markets for Western Australian Aboriginal
art nationally and within the State," Ms Davies said.
"Art centres are an important asset in the State's
regions and I hope that this Royalties for Regions
investment will support their ongoing sustainability."
The Creative Regions program consists of five
schemes that will upgrade venues; increase the skills of
local arts groups; expand funding to regionally-based
artists and organisations; boost the number of touring
shows; and assist Aboriginal art centres.

Fact File
 Applications for Future Focus for WA Aboriginal
Art Centres are now open
 This funding is one of five schemes through the $24
million Creative Regions program
 Creative Regions is administered by the
Department of Culture and the Arts with support
from the State Government's Royalties for Regions
program

For more information,


visit http://www.dca.wa.gov.au or Bigger Picture -
286

RegionsBCulture and the Arts Minister's office - 6552


6200
(sumber:https://www.mediastatements.wa.gov.au/Page
s/Barnett/2016/01/Support-to-grow-WAs-Aboriginal-
art-centres-.aspx)

Berikutnya contoh dari news statements yang dike-


luarkan atau disampaikan atau dipublikasikan oleh situs
resmi organisasi kesehatan dunia (WHO).

WHO to convene an International Health Regulations


Emergency Committee on Zika virus and observed increase
in neurological disorders and neonatal malformations

WHO statement
28 January 2016

WHO Director-General, Margaret Chan,


will convene an International Health Regulations Emer-
gency Committee on Zika virus and observed increase
in neurological disorders and neonatal malformations.
The Committee will meet on Monday 1 February
in Geneva to ascertain whether the outbreak constitutes
a Public Health Emergency of International Concern.
Decisions concerning the Committee’s member-ship
and advice will be made public on WHO’s website.

Outbreak in the Americas


In May 2015, Brazil reported its first case of Zika
virus disease. Since then, the disease has spread within
Brazil and to 22 other countries and territories in the
region.
287

Arrival of the virus in some countries of the


Americas, notably Brazil, has been associated with a
steep increase in the birth of babies with abnormally
small heads and in cases of Guillain-Barré syndrome, a
poorly understood condition in which the immune
system attacks the nervous system, sometimes resulting
in paralysis.
A causal relationship between Zika virus infec-
tion and birth defects and neurological syndromes has
not been established, but is strongly suspected.

WHO action
WHO’s Regional Office for the Americas (PA-
HO) has been working closely with affected countries
since May 2015. PAHO has mobilized staff and mem-
bers of the Global Outbreak and Response Network
(GOARN) to assist ministries of health in strengthening
their abilities to detect the arrival and circulation of Zika
virus through laboratory testing and rapid reporting. The
aim has been to ensure accurate clinical diagnosis and
treatment for patients, to track the spread of the virus
and the mosquito that carries it, and to promote
prevention, especially through mosquito control.
The Organization is supporting the scaling up and
strengthening of surveillance systems in countries that
have reported cases of Zika and of microcephaly and
other neurological conditions that may be associated
with the virus. Surveillance is also being heightened in
countries to which the virus may spread. In the coming
weeks, the Organization will convene experts to address
critical gaps in scientific knowledge about the virus and
its potential effects on fetuses, children and adults.
288

WHO will also prioritize the development of


vaccines and new tools to control mosquito populations,
as well as improving diagnostic tests.

Christian Lindmeier
Communications Officer, WHO
Telephone: +41 22 791 1948
Mobile: +41 79 5006552
E-mail: lindmeierch@who.int

Corrigendum: The following sentence was


updated. "In May 2015, Brazil reported its first case
of Zika virus disease. Since then, the disease has spread
within Brazil and to 22 other countries and territories in
the region."
(Sumber:
http://www.who.int/mediacentre/news/statements/2016/
emergency-committee-zika/en/)

.
4) Backgrounders
Backgrounder (latar belakang informasi) adalah
tulisan latar belakang yang disusun secara ringkas
namun padat informasi. Isinya dapat berupa suatu
isu terkait, seperti pendirian organisasi, kegiatan,
produk, atau seseorang. Backgrounder dipersiap-
kan khususnya sebagai informasi tambahan untuk
mendukung siaran pers sehingga memungkinkan
wartawan dapat menulis laporannya menjadi lebih
mendalam atau dijadikan sebagai bahan tulisan
tersendiri.
289

Backgrounder memuat informasi yang lebih rinci


tentang sesuatu sesuai isu atau topik yang disampai-
kan dalam konferensi pers. Muatan isi bisa bersum-
ber dari data tertulis yang sudah ada, jika diperlu-
kan dari data statistik atau yang lainnya, termasuk
pernyataan hasil wawancara dengan orang/pihak
yang relevan.

Format penulisan backgrounder sangat fleksibel.


Ditulis atau dicetak di atas kertas berkop surat atau
berlogo organisasi. Ditandai dengan tulisan back-
grounder sebagai penegas informasinya. Judul
dicantumkan secara singkat, jelas dan diupayakan
menarik.

Komposisi tulisan diawali dengan pengenalan


terhadap isu atau topik utama, dilanjutkan dengan
penjelasan, uraian dan data pendukung yang diper-
lukan untuk menambah bobot isi dan/atau nilai
berita. Semakin luas cakupan bahasannya semakin
banyak subjudul yang menandai lingkup pemba-
hasan suatu backgrounder. Namun tulislah sering-
kas mungkin tapi padat informasi penting.
Backgrounder sebaiknya dilengkapi dengan perso-
nal kontak dari pihak PR. Dengan cara ini memu-
dahkan bagi wartawan untuk menghubunginya apa-
bila diperlukan penjelasan atau pendalaman infor-
masi.
290

Selain berupa lembaran tercetak (hardcopy), back


grounder juga dapat diberikan dalam bentuk soft
copy di suatu disk atau yang lainnya dan biasa pula
ditampilkan dalam situs organisasi. Begitu pula
dengan siaran pers, pernyataan berita, lembar fakta,
atau bentuk tulisan lain yang diterbitkan organisasi.

5) Biografi atau Profil Tokoh


Biografi adalah tulisan tentang kisah hidup sese-
orang. Kisah kehidupan dari masa lalu hingga masa
kini dengan dinamika yang menyertainya. Biografi
tidak selalu diperlukan dalam setiap information kit
atau media kit. Bergantung tingkat relevansinya
dengan isu yang diangkat dalam konferensi pers.

Biografi yang ditulis oleh penulis PR biasanya


mengangkat kisah hidup seorang pemimpin organ-
isasi tempat mereka bernaung: jauh sebelum ia
memimpin organisasi bisnisnya hingga saat ini. Di
dalamnya dapat diceritakan mengenai permasa-
lahan yang dihadapi, sikap dan tindakan yang
dilakukan, serta pemikiran yang dikemukakan.

Biografi untuk keperluan information kit tidak


harus ditulis dalam format buku standar. Biografi
cukup ditulis beberapa halaman saja dalam bentuk
profil tetapi mengandung pesan-pesan inspiratif,
motivasi, atau berguna bagi publik pembacanya
sekaligus relevan dengan tujuan PR.
291

Usahakan isi biografi atau profil mengandung daya


tarik bagi wartawan untuk mengemasnya menjadi
tulisan tersendiri dan disiarkan melalui medianya.
Jika itu yang terjadi maka isi biografi atau profil akan
berdampak luas bagi pembentukan citra positif sang
tokoh dan organisasi yang dipimpinnya.

Penulisan biografi dalam bentuk buku standar proses


penulisannya membutuhkan waktu yang jauh lebih
lama. Bahan pendukung datanya pun harus lengkap
agar isinya lebih mendalam.

Secara umum, komponen dalam penulisan biografi


meliputi:

1. Pengenalan tokoh.
Pengenalan tokoh sangat penting agar pembaca
terlebih dahulu mengenal seseorang atau tokoh
yang dibacanya. Pengenalan tokoh harus dibuat
semenarik mungkin tanpa merekayasa cerita.
Pengenalan tokoh ditulis pada bagian awal
(buku) sebelum kisah hidupnya dimulai. Penge-
nalan awal terhadap tokoh sangat berpengaruh
dalam menentukan seseorang untuk terus mem-
bacanya atau menghentikannya.

2. Pengungkapan kejadian, masalah, pemikiran,


sikap/tindakan.
Kisah hidup setiap orang melekat dengan peris-
tiwa/kejadian, masalah, pemikiran, sikap, dan
292

tindakan yang dilakukannya. Begitu pula dalam


penulisan buku biografi, semua unsur tersebut
hendaknya terungkap secara runut, sistematis,
dan kontekstual.

Penulisan biografi umumnya mengacu pada


komposisi berdasarkan urutan waktu (kronolo-
gis) dan disampaikan secara narasi. Pola ini
sangat logis karena dari waktu ke waktu,
seseorang biasanya mengalami peristiwa/
kejadian dan masalah tertentu sehingga mem-
buatnya berpikir, bersikap, dan bertindak
tertentu pula berdasarkan saat itu. Akan terasa
lebih mudah dihayati dan pahami jika ditulis
dengan cara menceritakannya tanpa mengikuti
cara penulisan novel.

Biografi bukanlah fakta tanpa opini dan inter-


pretasi penulis. Tetapi opini dan interpretasi
harus logis, relevan, dan tidak berlebih-lebihan.
Opini dan interpretasi penulis akan mengarah-
kan pada pesan-pesan yang hendak dibangun
dari setiap kisah.
Pemilihan fakta harus dilakukan. Ada fakta
yang perlu diuraikan secara mendalam atau ada
pula yang sekadarnya. Semuanya berorientasi
pada arah atau muatan pesan yang harus
disampaikan sesuai tujuan yang diharapkan.
293

3. Penegasan
Arah atau muatan pesan yang disampaikan
kepada publik pembaca semakin jelas pada ba-
gian akhir penulisan. Alangkah baiknya pemba-
ca dapat menyimpulkan sendiri pesan utama
dari biografi tersebut tetapi kesimpulannya
sesuai yang diharapkan penulis.

Penulis harus mempunyai kemampuan menggi-


ring opini para pembaca agar mereka menyim-
pulkannya sesuai dengan yang diharapkan. La-
kukan dengan gaya bahasa yang lembut dan
bisa diterima secara logis.

6) Profil Organisasi (Perusahaan)


Profil perusahaan atau corporate image menurut
Kennedy (2008 : 55), berhubungan perceive quality
dan corporate equity. Perceive quality adalah kuali-
tas produk/servis yang dikenakan pada produk itu,
sedangkan corporate equity adalah sebuah gam-
baran mengenai kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan nilai kualitas produk dan komit-
men untuk selalu menghasilkan produk berkualitas.
Profil perusahaan bertujuan untuk menyampaikan
informasi mengenai kekuatan perusahaan atau
organiasi sekaligus meyakinkan kepada publik me-
ngenai layanan, jasa, atau produk yang ditawar-
kannya berkualitan baik. Sedangkan dalam penu-
lisannya mencakup:
294

1) Sambutan presiden/direktur/pemilik
perusahaan.
2) Sejarah perkemb angan perusahaan.
3) Komitmen perus ahaan (sumberdaya manusia,
kualitas produk, kemitraan, dan komitmen).
4) Gambaran umum produk/jasa.
5) Bentuk pelayanan.
6) Jaringan pemasaran dan cakupan are
pemasaran.
7) Struktur organisasi.
8) Pencapaian (laporan pen jualan, standaris asi,
penghargaan, dsb).
9) Alamat kantor cabang dan layanan pelanggan
(customer service) (Kennedy, 2008 : 57)

C. INFORMATION KITS ELEKTRONIK


Press kit atau media kit, bahkan informations kit secara
umum, tidak hanya dapat diberikan dalam bentuk hard
copymelainkan biasa didistribusikan berikan dalam format
elektronik. Information kits berupa elektronik disimpan
dalam cd atau dikirim melalui email. Selain itu ditampilkan
melalui website organisasi.

Kit yang disimpan dalam cd atau dikirim melalui email


berformat pdf dan/atau ms word. Pendistribusian press kit
elektronik dapat menggunakan email pribadi atau email
grup (maillist). Sedangkan untuk mendapatkan information
kits melalui website perusahaan dengan mengunjungi
alamat situsnya.
295

Pendistribusian information kits elektronik jauh lebih efi-


sien daripada berupa hard copy tetapi memiliki kelemahan
tersendiri. Wartawan tidak dapat langsung melihat atau
membacanya sebagaimana information kits berbentuk hard
copy yang diberikan langsung saat menghadiri konferensi
pers.
296

BAB 14
PENULISAN USULAN
PENYELENGGARAAN PROGRAM ACARA

A. ACARA ORGANISASI
Selain konferensi pers, praktisi PR juga biasa menyeleng-
garakan beragam even lain yang diadakan oleh organisasi
tempatnya bernaung. Baik even yang hanya melibatkan
publik internal organisasi maupun publik eksternal organ-
isasi.

Di antara contoh dari even yang hanya melibatkan internal


organisasi seperti family gathering, rapat umum tahunan
pemegang saham, atau yang lainnya. Diantara tujuan
utamanya untuk menjalin hubungan yang kondusif di
antara sesama publik di internal organisasi. Bentuk acara
family gathering,misalnya, dapat dirancang sedemikian
rupa agar menarik.

Contoh dari even yang melibatkan internal organisasi


bahkan pihak pers yaitu konferensi pers/media, menyam-
but Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), menyeleng-
garakan pelatihan, peluncuran produk baru, pameran, soft-
opening, grand-opening, merger, penyerahan pengharga-
an, social community events (sumbangan pada korban
gempa, tsunami, penyerahan beasiswa, pengobatan gratis),
dan lain-lain.
297

Sebelum even benar-benar telaksana, para praktisi PR


biasanya merancang dan mempersiapkannya dalam suatu
rancangan tertulis. Salah satu bentuknya berupa usulan
rencana penyelenggaraan suatu even yang akan disam-
paikan kepada pimpinan perusahaan/organisasi yang
berwenang dalam memutuskan.

B. KATEGORI ACARA
Bagi perusahaan khususnya, banyak sekali even yang biasa
dan bisa dilakukan oleh para praktisi PR yang berada dalam
manajemen perusahaan tersebut. Dari begitu banyaknya
kegiatan, Ruslan (2003) membaginya menjadi tiga kate-
gori: calender event, momentum event, dan special event.
1. Calendar event merupakan even yang biasa diada-
kan pada tanggal, bulan, dan tahun tertentu setiap
tahun. Family gatehring dan Rapat Umum Tahunan
Pemegang Saham tampaknya masuk dalam kate-
gori even ini.
2. Momentum event yaitu even yang bersifat khusus.
Menyambut Masyarakat Ekonomi Asean termasuk
dalam contoh kelompok momentum event.
3. Special event adalah even yang dianggap istimewa.
Pelatihan, peluncuran produk baru, pameran, soft-
opening, grand-opening, merger, penyerahan peng
hargaan, social community events (sumbangan pada
korban gempa, tsunami, penyerahan beasiswa,
pengobatan gratis) atau yang lainnya, dapat dika-
takan sebagai contoh-contoh yang termasuk dalam
kategori special event. Sedangkan yang dimaksud
special event menurut Ruslan, karena even tersebut
298

biasanya dirancang dan dilaksanakan untuk menda-


patkan perhatian media atau khalayak tertentu
terhadap perusahaan atau produk perusahaan.

Secara umum, tujuan dari penyelenggaraan even-even


tersebut untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan terma-
suk membangun atau meningkatkan citra organisasi, baik
di hadapan publik internal maupun eksternal. Dalam
mengupayakan pembentukan citra organisasi pada publik
eksternal, organisasi harus melibatkan media dengan cara
membuat even-even yang bernilai berita (publisitas) atau
bisa pula dalam bentuk publikasi advertorial atau bentuk
iklan lainnya.

C. PENULISAN USULAN SUATU ACARA


Terselenggaranya suatu even hinngga berakhirnya even
tersebut terjadi melalui serangkaian tahapan kerja. Tahapan
kerja ini harus dipersiapkan terlebih dahulu kemudian
diikuti oleh tim penyelenggara termasuk bagian PR.
Natoradjo (2011 : 137-140) menyebut ada sembilan tahapan
yang dapat dilakukan yaitu:
1) Perencanaan even.
2) Presentasi rencana pada manajemen perusa-
haan.
3) Persetujuan dan pengesahan rencana penye-
lenggaraan even oleh manajemen atau pim-
pinan.
4) Penunjukkan staf pembantu pelaksana.
5) Membuat event timeline. Tahapan ini berupa
membuat rancangan atau jadwal waktu kerja.
299

Di dalamnya ditulis secara terperinci rencana


kerja tim yang harus dikerjakan secara krono-
logis dari awal sampai hari-H.
6) Persiapan fisik dan set up. Persiapan fisik dan
set up bergantung pada bentuk atau desain kegi-
atannya.
7) Hari H. Merupakan hari penyelenggaraan even.
Di dalamnya memuat rincian jadwal atau susu-
nan acara, dari awal hingga akhir.
8) Membongkar/membenahi “bekas pesta”.
9) Evaluasi/laporan.

Bab ini tidak membahas satu per satu dari keseluruhan


tahapan tersebut. Sesuai kajian buku, bab ini hanya akan
menguraikan tahapan pertama (1) dari sembilan tahapan
tersebut yaitu perencanaan even, tepatnya penulisan untuk
perencanaan even.

Perencanaan suatu even lahir dari pemikiran dan kajian


tertentu. Perencanaan suatu even bukanlah sekadar even
tetapi harus memenuhi prinsip-prinsip yang sejalan dengan
tujuan organisasi dan kemampuan organisasi.

Perencanaan suatu even yang diusulkan pihak PR kepada


pimpinan organisasi harus dapat meyakinkan bahwa even
tersebut perlu bahkan penting diadakan. Di dalam penu-
lisan rencana program even, praktisi PR dapat menuliskan
rencana program even yang secara umum terdiri dari:
pendahuluan, isi, penutup. Di dalamnya memuat informasi
mengenai 5 W+1 H seperti ini:
300

 Latar belakang (why)


 Siapa sasaran yang dituju atau yang diundang
(who)
 Apa tujuannya (what)
 Bagaimana suatu program even dapat
direalisasikan (how).
 Di mana even akan dilaksanakan (where)
 Kapan even diselenggarakan (when)
 Penutup. Setidaknyamenegaskan kembali
secara singkat alasan (why) dan tujuan even
(what) dengan kalimat yang berbeda dengan
kalimat sebelumnya, serta permohonan
dukungan atau persetujuan penuh dari para
pimpinan.

Apabila unsur-unsur kelengkapan informasi di atas disertai


struktur penulisannya, maka usulan penyelenggaraan prog-
ram even dapat ditulis menjadi: pendahuluan (why), isi
(who, what, how, where, when)¸ penutup:

1. Pendahuluan. Apa latarbelakang atau alasan


usulan diadakannya even (why)
 Analisis terhadap sesuatu. Sesuatu yang menja-
di ide atau gagasan terkait dengan rencana
program even yang didasari alasan kegiatan
tersebut diselenggarakan. Bagian awal tulisan
ini menghasilkan kesimpulan: mengapa renca-
na program even perlu bahkan penting untuk
diwujudkan guna mencapai tujuan umum orga-
301

nisasi (why). Pada bagian ini pula disebutkan


secara jelas rencana nama program evennya.

2. Isi. Memuat perincian isi dari suatu rencana even:


 Who.Siapa sasaran publik yang dituju dari
even tersebut?
Publik bisa dari kalangan internal organisi
maupun dari khalayak masyarakat luas, terma-
suk dari media massa (pers).
 What. Apa tujuan yang hendak dicapai dari
program even tersebut?
Tujuan dapat diperinci atau disebutkan secara
khusus tetapi tetap sejalan dengan kepentingan
organisasi dan keterkaitannya dengan publik.
Tujuan ditulis secara poin demi poin.
 How.Bagaimana suatu program even dapat
direalisasikan?
Suatu program even bukanlah angan-angan dan
bukan pula suatu khayalan. Suatu even harus
dapat direalisasikan dengan cara: menetapkan
susunan acara yang memungkinkan acara
berjalan lebih baik, apabila diperlukan menen-
tukan pembicara atau bintang tamu yang diang-
gap tepat (bergantung bentuk even), strategi
dalam pelaksanaan even, sarana dan perleng-
kapan lain, tenaga support, anggaran, atau hal-
hal lain yang mungkin perlu disampaikan
seperti selebaran, surat undangan untuk pihak
atau orang-orang tertentu. Anggaran hendaknya
disampaikan mendetail secara poin demi poin.
302

 Where. Di mana even akan dilaksanakan?


Menjelaskan usulan diselenggarakannya tem-
pat acara dengan berbagai pertimbangan stra-
tegis: fasilitas yang tersedia, keterjangkauan
dengan sasaran publik, keamanan dan kenya-
manan, dan yang lainnya.
 When. Kapan even diselenggarakan?
Mencantumkan hari, tanggal, bulan, tahun, jam
(dari awal hingga akhir acara). Pilih waktu yang
lebih potensial bagi sasaran publik untuk meng-
hadirinya.

3. Penutup. Penutup dapat berisikan:


 Bagian penutup setidaknya menegaskan kem-
bali pentingnya rencana program even bagi
organisasi dan dukungan nyata dari semua
pihak yang berkepentingan terutama dari mana-
jemen atau pimpinan organisasi. Harapan dari
hasil penyelenggaraan even.
Mengacu pada struktur penulisan usulan penye-
lenggaraan program even di atas dapat dicon-
tokan seperti di bawah:
303

ASOSIASI PUBLIC RELATIONS PERUSAHAAN


SELURUH INDONESIA
Usulan Rencana Pelatihan Dua Hari
Menjadi Public Relations Writer Profesional

Latarbelakang( why):
 Masih banyak praktisi PR dari organisasi yang terga-bung
dalam asosiasi ini, tidak memiliki keterampilan dalam
penulisan PR secara memadai. Dalam menje-laskannya
lebih baik didukung data dari sumber yang dapat dipercaya.
Paling tidak menurut pendapat pakar atau pihak yang
kredibel.
 Informasi terkait organisasi (produk, jasa, atau laya-nan)
yang ditulis para pegawai PR yang tidak mema-hami teori
komunikasi dan teknik penulisan yang baik menyebabkan
penyampaian informasi tertulisnya ti-dak efektif bahkan
sia-sia. Hal ini bukan hanya menyebabkan tujuan
penyampaian informasi tidak sesuai harapan, melainkan
juga berdampak pembo-rosan anggaran bagi organisasi
tersebut. Sebab media organisasi yang biasa digunakannya
seperti prospek-tus, information kits, newsletter, majalah,
membutuh-kan banyak biaya dalam pembuatannya.
 Mengingat organisasi/perusahaan sangat membutuh-kan
berbagai media komunikasi dalam menyuarakan
kepentingan-kepentingannya terhadap publik yang dituju,
baik melalui media internal organisasi maupun media
massa seperti surat kabar, maka tidak ada pili-han lain bagi
organisasi agar memiliki para pegawai PR sekaligus
penulis PR yang profesional. Pelatihan ini sebagai bagian
dari pembinaan SDM dalam membentuk para pegawai
sekaligus penulis PR orga-nisasi yang profesional,
khususnya bagi PR organi-sasi/perusahaan yang tergabung
dalam asosiasi.
304

Sasaran publik (who):


 Sasaran utama: Para pegawai PR di berbagai
organisasi/perusahaan yang menjadi anggota aso-siasi.
Mereka adalah target potensial mengingat jumlahnya
sangat banyak.

Tujuan kegiatan (what):


 Agar para peserta memiliki pemahaman dan kesa-daran
bersama mengenai pentingnya PR writing dalam
mendukung kegiatan PR.
 Agar para peserta lebih memiliki pengetahuan teoritis
dan kemampuan praktis dalam PR writing.
 Agar peserta meningkatkan keterampilan dirinya secara
terus menerus dalam menulis beragam karya tulis PR.
 Merekatkan hubungan antarpraktisi PR sesama anggota
asosiasi.

Realisasi kegiatan (how):


Kegiatan utama pelatihan dibagi menjadi tiga sesi:
 Presentasi dan teori
 Diskusi
 Praktik penulisan PR.
 Menghadirkan pembicara/trainer:
1.............................2………………. dst
Menghadirkan peserta dengan syarat kepesertaan:
 Para pegawai atau praktisi PR organisasi/peru-sahaan
yang menjadi anggota asosiasi. Biaya kepesertaan per
orang Rp. 1.500.000,-
 Jumlah perkiraan minimal peserta berdasarkan 50
persen dari jumlah anggota asosiasi: 50 orang.
 Jumlah pemasukan: 1.500.000 x 50 = Rp. 75.000.000,-
305

 Perkiraan anggaran biaya yang harus dikeluarkan:


 Honor pembicara/pelatih untuk dua orang Rp.
10.000.000,-
 Alat tulis dan sertifikat peserta Rp. 5.000.000,-
 Biaya sewa ruangan/gedung dan konsumsi
selama dua hari Rp. 15.000.000,-
 Jumlah pengeluaran: Rp. 10.000.000 +
5.000.000 + 15.000.000 = Rp. 30.000.000,-

Anggaran akan sangat efisien jika even diadakan di


gedung sendiri, setidaknya ada anggota asosiasi
yang memfasilitasi dengan syarat ringan.
 Dukungan pimpinan, eksekusi dari tim PR dan tenaga
support khususnya dari internal organisasi.

Dimana (where):
 (sebutkan tempat dan lokasi penyelenggaraan rencana
pelatihan dengan jelas dan lengkap – tempat acara sesuai
pertimbangan anggaran di atas)

Kapan (when):
 Hari (sebutkan hari, tanggal, bulan, dan jam berapa
acara akan digelar)

Penutup.
Mengingatpentingnya even ini bagi peningkatan kualitas SDM
PR anggota asosiasi, sebagai upaya untuk mendapatkan pema-
sukan (income) bagi organisasi, sekaligus dapat membangun
citra organisasi, maka kami sangat meng-harapkan persetujuan
dan dukungan penuh dari para pimpinan pengurus asosiasi terha-
dap usulan program even ini.
----------------------------------------------------------------------
306

Penulisan rencana program even ini hendaknya ditulis


sesederhana mungkin, semenarik, dan langsung pada item
demi item yang harus disampaikan. Penulisan rencana
program even merupakan bahan gagasan atau inisiatif
untuk diberikan atau dipresentasikan di hadapan pimpinan,
dalam contoh ini pimpinan pengurus asosiasi.

Sebagai suatu gagasan rencana yang diharapkan mendapat


persetujuan, tentunya penulisannya harus mampu meya-
kinkan merekaagar mengambil keputusan sesuai yang
diharapkan. Contoh ini diharapkan dapat menginspirasi
dalam menulis beragam usulan even lain dengan sedikit
penyesuaian sesuai karakteristik kegiatannya.

Secara substansi, penulisan rencana program even di atas


pada prinipnya sama dengan yang disampaikan Wilcox
(dalam Natoradjo, 2011 : 136-137)yang menyajikan satu
per satu komponen informasinya secara langsung:

1) Analisis situasi. Menguraikan tentang fakta dan


gambaran situasi yang terjadi. Mengapa acara
tersebut harus diselenggarakan dan alasan-
alasannya.
2) Tujuan acara. Dijelaskan tujuan acara: bersifat
informatif atau motivational (mempengaruhi
sikap, membujuk, menarik perhatian khalayak).
3) Sasaran khalayak. Siapa stakeholders-nya dan
siapa pula yang diharapkan hadir.
307

4) Rumusan strategi. Menyampaikan strategi umum


yang akan diterapkan untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan di atas secara keseluruhan.
5) Jabaran taktik. Menjelaskan secara terperinci
taktik, cara, atau kegiatan yang akan dilakukan.
6) Jadwal waktu.Menuliskan tanggal, hari, dan
waktu kegiatan.
7) Anggaran. Memuat rincian anggaran yang
dibutuhkan untuk menyelenggarakan event.
8) Evaluasi. Menuliskan secara terperinci harapan
dari hasil penyelenggaraan.

D. MEDIA KOMUNIKASI YANG DIGUNAKAN


Suatu even yang akan diselenggarakan organisasi tentunya
harus diketahui oleh publik yang terlibat di dalam even
tersebut, baik publik internal organisasi maupun publik
eksternal organisasi. Kepada mereka, pihak PR harus
menginformasikan mengenai rencana setiap even yang
akan diadakan secara efektif.

Salah satu jenis media yang dapat digunakan adalah


prospektus, terutama berbentuk flayer dan poster, untuk
menginformasikan rencana suatu even yang akan digelar.
Jenis media ini dapat menjangkau publik internal dan
eksternal terbatas seperti kelompok masyarakat tertentu.
Sedangkan informasi untuk pihak media (wartawan), nara
sumber, atau bintang tamu, harus disampaikan melalui
surat khusus. Selain itu media kit juga perlu dipersiapkan
untuk dibagikan saat wartawan menghadiri even.
308

Pihak PR hendaknya memikirkan pula perlu tidaknya


information kit untuk diberikan kepada peserta pelatihan,
atau kelompok masyarakat yang terlibat atau menghadiri
suatu even tertentu.

Penulisan flayer untuk suatu even, terutama untuk men-


jangkau publik eksternal tertentu, juga memuat informasi
dengan memperhatikan unsur 5 W + 1 H dan mengikuti
struktur penulisan baku: pendahuluan (why), isi (who,
what, where, when), dan penutup (how):
 Latar belakang (why).Latarbelakang atau alasan
diadakan even tersebut harus dikaitkan dengan
perhatian atau kepentingan publik yang dituju. Ada
even yang perlu menekankan alasan penyelengga-
raannya, tetapi ada pula yang sekadarnya saja. Even
penyelenggaraan pelatihan, misalnya, yang sasa-
rannya publik tertentu, membutuhkan argumentasi
pentingnya even tersebut bagi mereka. Sedangkan
contoh even pagelaran musik yang menghadirkan
suatu grup musik, alasannya cenderung informatif
karena lagu-lagunya digandrungi kawula muda,
grup musiknya melegenda, atau alasan semacam-
nya.
 Siapa sasaran yang dituju atau yang diundang
(who). Sasaran yang dituju menentukan kepada
siapa atau di mana flayer akan diberikan atau
diedarkan. Sasaran yang dituju sebenarnya menjadi
dasar pemikiran awal dalam menentukan suatu
konsep flayer: gaya bahasa penulisan beserta desa-
innya sesuai karakteristik even.
309

 Apa tujuannya (what). Ada informasi penyeleng-


garaan even yang bertujuan lebih spesifik ada pula
sekadar untuk memenuhi kepuasan emosional atau
hanya untuk menggugah perasaan ingin tahu publik
yang dituju. Penyelenggaraan even yang bertujuan
memenuhi kebutuhan/kepentingan spesifik sasaran
publik, contohnya adalah kegiatan pelatihan di atas
atau even lain yang memiliki kegunaan secara prak-
tis atau manfaat nyata yang dapat mereka peroleh
sasaran publik. Penulis dapat mengeksplorasi tu-
juan atau manfaatnya bagi mereka dalam penulisan
flayer tersebut agar mereka menjadi peserta atau
menghadiri suatu even. Tujuan atau manfaat seba-
iknya ditulis secara poin demi poin. Sedangkan jika
even yang diselenggarakan bertujuan sekadar me-
menuhi kebutuhan emosional, contohnya pagelaran
musik, atau bentuk even lain yang bersifat meng-
hibur, maka penulisannya cenderung menyentuh
sisi emosi publik yang dituju.
 Di mana even akan dilaksanakan (where). Menulis-
kan secara jelas dan lengkap lokasi dan tempat even
akan diadakan.
 Kapan even diselenggarakan (when). Menuliskan
secara jelas dan juga lengkap hari, tanggal, bulan,
tahun, dan jam even berlangsung.
 Bagaimana bisa mengikuti atau menghadiri suatu
even (how). Pada bagian ini dapat diawali ajakan
atau bujukan untuk menghadiri atau menjadi peser-
ta suatu even. Bagian ini memuat pesan utama yaitu
310

bagaimana caranya agar mereka dapat menghadiri


atau menjadi peserta dari even yang diinforma-
sikan. Di bawahnya dicantumkan cara menjadi
peserta atau untuk menghadiri suatu even disertai
alamat dan nomor kontak yang dapat dihubungi,
lengkap dengan menyebutkan pihak penyelenggara
even.

Selain berbentuk flayer, poster juga cocok digunakan untuk


menjangkau publik yang umum. Apabila flayer cenderung
dibagikan kepada sasaran publik yang dituju, maka dalam
penyampaian pesan-pesannya, poster biasa ditempelkan di
tempat-tempat yang strategis.

Penulisan pesan melalui poster, sangat cocok untuk meng-


informasikan even yang sifatnya hiburan seperti pagelaran
musik dan yang lainnya. Penulisan pesan-pesannya jauh
lebih ringkas daripada flayer. Cukup memuat poin-poin
penting seperti apa nama evennya, kapan, dimana, dan ba-
gaimana publik dapat menghadiri atau terlibat dalam even
tersebut. Gambar yang dimuat dalam poster porsinya jauh
lebih besar dibandingkan dengan di dalam flayer.

Apabila evennya berskala besar dan diadakan di JCC atau


di lapangan sepak bola di Gelora Bung Karno, Jakarta,
yang dapat menampung banyak sekali jumlah pengunjung,
PR pun bisa menginformasikannya melalui media massa
seperti koran, televisi, radio, dan internet.
311

BAB 15
PENULISAN PIDATO

Selain menguasai keterampilan berbagai penulisan, alang-


kah baiknya seorang penulis PR juga dapat menulis naskah
pidato atau membuat outline atau garis-garis besarnya
sebagai panduan untuk menyampaikan pidato. Baik pidato
untuk disampaikan oleh dirinya maupun untuk orang lain
terutama atasan atau untuk orang yang ditunjuk.

Dalam berbagai kesempatan, termasuk misalnya dalam


suatu acara yang dihadiri publik tertentu, pimpinan orga-
nisasi termasuk mungkin dari bagian PR harus menyam-
paikan pidato di hadapan publiknya itu. Naskah atau garis-
garis besar pidato yang sudah dipersiapkan akan sangat
membantu dalam membuat pidato menjadi lebih terkonsep
dan pembawa pidatonya pun merasa lebih siap untuk me-
nyampaikannya.

Newsom dan Haynes (2008 : 31) menegaskan, pidato dan


presentasi merupakan sarana strategis bagi organisasi da-
lam mempengaruhi dan membentuk strategi pesan. Menu-
rut mereka, setiap pidato menimbulkan beberapa pertanya-
an yang harus dijawab oleh penulis PR diantaranya:
 Apakah pidato dapat memenuhi tujuan?
 Bagaimana pidato dapat mempengaruhi publik
utama yang dituju?
312

Tujuan disampaikannya pidato dalam konteks pembahasan


ini harus sesuai dengan kepentingan dan tujuan organisasi.
Bagaimana pidato dapat mempengaruhi publik yang dituju
berkaitan dengan isu yang kemukakan dan kepentingannya
bagi publik, serta seperti apa penyampaiannya. Semua akan
terjawab dalam pembahasan ini.

A. PENGERTIAN DAN TUJUAN PIDATO


Pidato (speech) adalah the expression of or the ability to
express thoughts and feelings by articulate sounds (www.
oxfordlearnersdictionaries.com).Pidato yang baik tidak
hanya mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam bentuk
kata-kata dan artikulasinya, tetapi juga memperhatikan in-
tonasi, mimik, gestur, bahkan penampilan fisik lain ter-
masuk dalam berpakaian.

Pidato merupakan bentuk komunikasi lisan yang disam-


paikan seseorang kepada sejumlah orang atau khalayak
luas. Penyampaiannya dapat ditempuh melalui tatap muka
dengan audiens (face to face communication) atau meng-
gunakan media seperti radio, televisi dan semacamnya (co-
mmunication with media).

Sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan secara sadar


bahkan sering kali terencana, pidato harus mempunyai
tujuan yang jelas. Secara umum, tujuan pidato dapat dilihat
dari sifat pesannya. Pidato yang hanya bersifat informatif
maka tujuannya sebatas memberitahukan suatu informasi
(menginformasikan). Namun menurut Joe Ayres dan Tim
Hopf(1993 : 74), dalam mengembangkan pidato informa-
313

tif, selain memberitahu orang-orang tentang sesuatu,juga


harus memberitahukan orang-orang tentang bagaimana
melakukan sesuatu.

Pidato yang pesan-pesannya bersifat ajakan maka tujuan-


nya adalah mempengaruhi (persuasif). Pidato persuasif
mencoba untuk membuat orang percaya sesuatu dan mela-
kukan sesuatu.Ada pula pidato yang bertujuan menghibur
(rekreatif) sehingga pesan-pesannya disampaikan dengan
cara yang lucu dan menggelitik.

Kenyataannya, sulit memisahkan tujuan pidato yang seba-


tas memberikan informasi tanpa disertai upaya mempenga-
ruhi. Begitu pula sukar mendapati pidato yang isinya hanya
bertujuan mempengaruhi tanpa adanya nilai informasi.
Mengingat pidato pun tidak dimaksudkan sebagai pertun-
jukan lawakan, rasanya tidak ada pidato yang khusus bertu-
juan membuat audiens tertawa tanpa muatan informasi
tertentu atau bahkan mungkin persuasi. Dalam satu pidato
tertentu, ketiga hal tersebut potensial untuk ditam-pilkan
sekaligus.

B. BENTUK-BENTUK PIDATO
Bentuk-bentuk pidato antara lain meliputi; pidato ilmiah,
pidato kenegaraan, pidato pengukuhan, pidato sambutan,
pidato ceramah atau khotbah:

1. Pidato ilmiah. Pidato disampaikan peneliti, ilmuwan


atau akademisi di depan forum-forum ilmiah seperti
seminar, kuliah umum akademik dan sebagainya. Se-
314

suai namanya, pidato berisikan pemahasan mengenai


hal-hal terkait bidang keilmuan, penemuan atau hasil
dari suatu penelitian tertentu,
2. Pidato kenegaraan. Pidato dibawakan oleh kepala
negara berkenaan dengan suatu acara kenegaraan
atau sejenisnya. Pidato kenegaraan seringkali mele-
kat dengan pesan-pesan politik sehingga sebagian
pidato kenegaraan tersebut dapat dikatakan sebagai
pidato politik. Para politisi, juga kerap menyam-
paikan pidato politik mereka di hadapan para kader
partanya.
3. Pidato pengukuhan. Pidato ini disampaikan pada
saat seseorang atau sejumlah orang dikukuhkan seba-
gai sebagai guru besar, misalnya, atau yang lainnya.
4. Pidato sambutan. Disampaikan untuk menyambut
hari raya tertentu atau penyambutan terhadap tamu
atau sekelompok orang tertentu.
5. Pidato ceramah (khotbah). Biasanya disampaikan
para pemuka agama dalam suatu kegiatan terkait
dengan keagamaan. Dalam Islam menjelang shalat
jum’at, khotib terlebih dahulu menyampaikan khot-
bahnya (Iriantara dan Surachman, 2006 : 193-194).

Menurut situasi atau maksud disampaikannya pidato, ben-


tuk pidato lainnya yaitu: pidato pelantikan, pidato pelepas-
an, dan pidato perpisahaan.
1. Pidato pelantikan. Merupakan pidato yang disam-
paikan ketika melantik seseorang atau sejumlah
orang yang menduduki jabatan baru. Pidato disam-
paikan oleh pimpinan yang dianggap paling berwe-
315

nang atau yang mewakilinya. Isi pidato biasanya


menekankan mengenai pentingnya mengemban
tanggung-jawab dan motivasi kerja.
2. Pidato pelepasan. Pidato disampaikan untuk mele-
pas seseorang atau sekelompok orang yang akan
pergi untuk menjalankan tugas, kompetisi, atau
menjalankan peran barunya di tempat yang baru,
termasuk dalam kehidupan masyarakat. Contohnya
pidato pelepasan oleh menpora saat melepas para
atlet yang akan mengikuti Asian Games di negara
tertentu. Isi pidato biasanya berisi harapan dan
motivasi.
3. Pidato perpisahan. Sesuai namanya, pidato disam-
paikan dalam suasana menjelang perpisahan antara
satu pihak dengan pihak lain. Pidato biasanya anta-
ra lain berisikan ucapan terimakasih, harapan, bah-
kan mungkin motivasi.

C. JENIS-JENIS PIDATO
Penyampaian pidato memang tidak selalu mengacu pada
naskah atau outline yang sudah dipersiapkan. Banyak pula
pidato yang disampaikan tanpa teks atau naskah. Terdapat
empat macam pidato menurut ada-tidaknya persiapan, ya-
itu: impromptu, manuskrip, memoriter, dan ekstempore
(Rakhmat, 2012 : 17-19) :

1. Impromptu
Pidato yang disampaikan tanpa persiapan sama sekali. Pi-
dato ini biasanya dilakukan karena ditunjuk atau diminta
316

oleh seseorang atau pihak tertentu secara tiba-tiba dalam


suatu acara/kesempatan.

Bagi yang berpengalaman dan terlatih (orator atau retor),


penyampaian pidato ini memiliki kelebihan tersendiri. Di
antara kelebihannya pembicara dapat mengungkapkan pe-
rasaan atau pemikirannya secara langsung sehingga pe-
nyampaiannya tampak lebih hidup. Pembicara juga terdo-
rong untuk terus berpikir mengenai apa yang harus disam-
paikan.

Pidato tanpa naskah dianggap paling baik karena audiens


menaruh kepercayaan penuh kepada pembawa pidato
mengingat yang dikatakannya bersumber dari pemikiran-
nya sendiri. Pidato tanpa naskah biasanya dilakukan dalam
suatu pertemuan yang minim risiko, misalnya pidato seo-
rang pimpinan perusahaan di hadapan para karyawan.
Persiapan untuk pidato tanpa naskah dapat dilakukan
dengan menyusun rancangan sederhana dengan menetap-
kan pokok-pokok yang akan disampaikanagar dalam papa-
rannya tidak menyimpang dari tujuah atau tema. Pokok-
pokok tersebutdapat disimpan dalam benak, atau ditulis
dalam sehelai kertas (Effendy, 2011 : 65).

Bagi yang belum berpengalaman atau pemula, pidato tanpa


naskah sangat berpotensi menimbulkan permasalahan se-
perti demam panggung dan ketidakmampuan menyam-
paikan gagasan atau pemikirannya dengan baik.
317

Pidato tanpa persiapan naskah juga bisa terjadi apabila


sebelum acara berlangsung, secara mendadak penyeleng-
gara atau pihak tertentu meminta seseorang untuk me-
nyampaikan pidato. Terkait hal ini, John Foster (2008 :
183) memberikan tips, diantaranya yaitu:
 Kenali audiens: siapa mereka.
 Tiba pada tempat acara lebih awal: memungkinkan
banyak waktu untuk memilah-milah masalah yang
akan disampaikan.
 Sampaikan judul yang menarik perhatian: kontro-
versial, menggunakan kata kerja aktif.
 Batasi panjang pidato, maksimal 40 menit, dan khu-
sus pidato untuk seminar maksimum 20-30 menit.
 Sampaikan pidato dengan hati-hati. Memberikan
awal, tengah dan akhir sebaik mungkin.
 Bahasa tubuh sangat penting dalam mendukung
pesan dan kesan yang baik.

2. Ekstempore
Pidato sudah dipersiapkan dalam bentuk out-line (garis
besar) dengan menuliskan pokok-pokok yang perlu disam-
paikan (supporting points). Garis-garis besar pidato pada
dasarnya merupakan pedoman untuk menyampaikan gaga-
san yang sudah ada dalam pikiran pembicara secara berurut
dan sistematis.

Seorang PR dapat membuatkan out-line pidato untuk sese-


orang yang ditunjuk atau atas perintah pimpinan. Apabila
out-line pidato dibuat untuk orang lain atau bukan untuk
disampaikan olehnya, maka sebelumnya ia dapat mendis-
318

kusikan ruang lingkup pesan dan tujuan pidato yang akan


disampaikan dengan orang yang akan menyampaikan
pidato tersebut. Menggali berbagai pemikiran calon pe-
nyampai pidato bisa ditempuh dengan mewawancarai dan/
atau merekam pembicaraanya.

Seorang PR hendaknya mampu merumuskan penulisan


out-line pidato menjadi lebih baik. Baik dari sisi ruang
lingkup atau batasan gagasan/pemikiran yang harus disam-
paikan maupun sistematikanya. Cara lain, bisa pula seo-
rang PR lebih dahulu membuat out-line kemudian dikons-
ultasikan/mendiskusikannya dengan orang yang akan me-
nyampaikan pidatonya. Dari hasil konstultasi/diskusi diha-
rapkan terumuskan outline pidato yang sesuai dengan pe-
mahaman calon pembawa pidato dan pengetahuannya me-
ngenai cakupan gagasan-gagasan yang perlu disampaikan.

Keuntungan pidato dengan berpedoman pada out-line, me-


mungkinkan cakupan gagasan akan tersampaikan secara
menyeluruh dan sistematis. Namun pembicara harus me-
ngerti, memahami, dan menguasai mengenai gagasan-
gagasan yang harus disampaikannya itu sesuai yang tertera
pada out-line.

Keuntungan lainnya, terutama bagi pembicara yang


berpengalaman, komunikasinya (secara fasial dan gestural)
dengan audiens tetap terjaga tanpa terpaku pada lembar
pidato yang dibawanya. Bagi pembicara yang belum berpe-
ngalaman, dapat menjadi kendala karena persoalan psiko-
logis terutama munculnya demam panggung yang menye-
319

babkan kesukaran dalam menyampaikan/menguraikan


pemikiannya.
Bagi yang mengalami persoalan semacam ini, Ayres dan
Hopf (1993 : 31) mengemukakan perlunya “visualisasi”.
Visualisasi yang dimaksud adalah cara untuk mengem-
bangkan pemikiran positif. Visualisasi menekankan berpi-
kir positif dan mengabaikan pikiran negatif. Pikiran negatif
contohnya takut salah. Berpikir positif mengarahkan orang
untuk berani dan menganggap kesalahan adalah bagian dari
proses untuk tampil lebih baik.

3. Memoriter
Pidato ditulis kemudian diingat kata demi kata. Pidato
seperti ini jarang digunakan karena pembicara harus mam-
pu menghapalnya. Kemampuan menghapal teks relatif
membutuhkan waktu dan daya ingat yang kuat. Lomba pi-
dato, khususnya bagi anak-anak, biasanya menggunakan
cara ini.

Kelemahan lain, pembicara akan lebih terfokus untuk


mengingat kata-kata sehingga komunikasi nonverbal se-
cara fasial dan gesturalnya terabaikan. Apabila ada kata-
kata atau kalimat yang lupa, penyampaian pidato menjadi
terganggu bahkan terhenti. Pembicara harus menanggung
rasa malu.

Ada keuntungan atau kelebihan dari pidato memoriter.


Misalnya pembicara memungkinkan memilih kata (diksi)
yang tepat, ungkapan yang relevan, penyampaian pesan
sistematis, dan mengguraikannya lebih logis, singkat dan
320

padat karena sebelumnya sudah ditulis sedemikian rupa.


Semua sangat ditentukan oleh kemampuan menghapal atau
mengingat teks naskah pidatonya.

4. Manuskrip
Pidato ini paling aman untuk disampaikan karena mengacu
pada naskah yang sudah dipersiapkan. Pemilihan kata bisa
lebih tepat, dan prinsip penyampaian pesan yang efisien
sangat potensial diwujudkan.

Setelah naskah pidato ditulis, pembicara memungkinkan


membaca dan mempelajari naskahnya berkali-kali sebelum
naskah pidato dibawakan pada waktu yang ditentukan. Ia
dapat mencoba memadukan cara penyampaian kata-kata
lisannya dengan tatapan mata, ekpresi wajah, postur dan
gerakan tubuh meskipun tatapan mata sering tertuju pada
naskah. Singkatnya pembicara dapat berlatih memadukan
gaya penyampaian pesan-pesan verbalnya dengan nonver-
bal (fasial-postural-gestural).

Kelemahannya, pembicara sulit memadukan penyampaian


pesan-pesan verbal dengan nonverbalnya secara maksimal
karena pandangan dan perhatian sering tertuju pada
naskah. Respon atau umpan-balik dari audiens (pendengar)
cenderung tidak berpengaruh terhadap penyampaian pesan.
Pesan tetap disampaikan sesuai yang tertera dalam naskah.

Kelemahan-kelemahan dari pidato manuskrip ini dapat


disiasati dengan beberapa petunjuk dalam penyusunan dan
penyampaian naskahnya. Rakmat (2012 : 18) menjelaskan:
321

 Susunlah lebih dahulu garis-garis besarnya dan


siapkan bahan-bahannya
 Tulislah manuskrip seakan-akan Anda bicara.
 Gunakan gaya percakapan yang lebih informal dan
langsung.
 Baca naskah berkali-kali sambil membayangkan
pendengar.
 Hafalkan sekadarnya sehingga Anda dapat lebih
sering melihat pendengar.
 Siapkan manuskrip dengan ketikan besar, tiga spasi
dan batas pinggir yang luas.

D. TAHAPAN PERSIAPAN PENULISAN PIDATO


Persiapan diawali dengan memikirkan tentang konteks
pidato yang akan disampaikan dengan mencari dan memi-
lih gagasan atau ide atau topik. Dilanjutkan dengan memi-
kirkan tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan sasaran
audiens. Penentuan topik dan tujuan menurut Foster terma-
suk prioritas utama yang harus dipikirkan.

Setelah penentuan topik dan tujuan, selanjutnya pengem-


bangan bahasan yang akan ditulis/disampaikan. Kalau per-
lu, dilanjutkan dengan menentukan judul meskipun peruba-
han judul bisa terjadi setelah tulisan selesai.

1. Pemilihan Gagasan atau Topik


Pemilihan topik berkenaan dengan tentang apa yang harus
ditulis atau disampaikan. Idealnya pe-nentuan topik pidato
memperhatikan semua kom-ponen yang terkait dengan
kegiatan komunikasi tersebut akan berlangsung. Penjabar-
322

an dalam memperhatikan semua komponen yang terkait


dalam penyampaian pidato:
 Sesuai dengan latar belakang pengetahuan/ penga-
laman pembawa pidato.
 Menarik minat pembicara sekaligus pendengarnya
 Waktu dan situasi yang tepat
 Jelas cakupan dan pembatasannya.

Kriteria-kriteria topik tersebut tidak sepenuhnya dapat dite-


rapkan dalam setiap penyampaian/penulisan pidato teru-
tama untuk pidato yang lebih menekankan kepentingan
tertentu. Pidato seorang presiden direktur di hadapan para
bawahan dan seluruh pegawai, misalnya, bisa jadi lebih
mengutamakan kepentingannya atau kepentingan perusa-
haan daripada memperhatikan minat semua pendengar.

Contoh lain, Anda sebagai pejabat PR yang ditugaskan


menulis naskah atau garis-garis besar pidato, belum tentu
Anda menyukai topik yang harus ditulis atau mungkin
ruang lingkup pesannya kurang dipahami. Tapi, sebagai
tenaga PR profesional, semua itu tidak menjadi penghalang
dalam mengupayakan penulisan pidato yang baik sesuai
topik yang materi yang disampaikan. Anda dapat belajar
untuk menyukai topiknya dan memahami ruang lingkup
bahasan yang harus ditulis dengan berkonsultasi kepada
calon pembawa/penyampai (naskah) pidato, orang lain
yang berkompeten, atau membaca literatur yang relevan.
323

2. Penetapan Tujuan
Tujuan penyampaian pidato berkenaan dengan dampak
yang diharapkan terhadap audiensnya; sebatas pengeta-
huan, pengetahuan dan penumbuhan kesadaran, atau hing-
ga mengarahkan audiens untuk melakukan sesuatu. Me-
ngenai tujuan pidato ini dapat dipahami kembali pada pem-
bahasan di atas.

Menetapkan tujuan pidato secara jelas merupakan hal


mendasar. Dengan mengacu pada tujuan itulah penyam-
paian atau penulisan pidato dilakukan sedemikian rupa
agar suatu tujuan tercapai. Implementasi teori-teori komu-
nikasi persuasif perlu dipahami dalam penyusunan pesan-
pesan yang mengarahkan pendengar untuk bersikap dan
bertindak sesuatu. Pengenalan terhadap sasaran audiens
juga amat menentukan dalam penyampaian/penulisan pida-
to yang efektif sesuai tujuan yang diharapkan. Pengenalan
terhadap audiens diantaranya memperhatikan pengetahuan,
kepentingan, dan kemampuan khalayak untuk bersikap dan
bertindak.

3. Pengembangan Bahasan
Setelah topik ditetapkan, perlu pengembangan bahasan
yang harus disampaikan agar substansi pidato lebih jelas,
lebih kuat pesannya, dan menumbuhkan daya tarik. Teknik
pengembangan bahasan pidato dikelompokkan dalam e-
nam macam: penjelasan, contoh, analogi, testimoni, statis-
tik, dan perulangan. Dari penjelasan keenam teknik terse-
but dapat disimpulkan sebagai berikut:
324

 Penjelasan. Seluruh uraian dalam pidato informatif


merupakan penjelasan. Penjelasan bertujuan meng-
arahkan pendengar untuk memberikan pemahaman
kepada pendengar terhadap keterangan penunjang
seperti menjelaskan definisi suatu istilah atau
konsep tertentu dan/atau menggunakan alat bantu
visual dalam menerangkan/menjelaskan sesuatu.
 Contoh. Sering kalipenjelasan perlu disertai contoh
agar pendengar lebih memahami penjelasan yang
dimaksud. Contoh dapat berupa kisah, cerita, pe-
ngalaman dan sejenisnya, baik yang bersumber dari
diri sendiri, orang lain, atau dari yang pernah diba-
ca.
 Analogi. Analogi dapat dikemukakan untuk lebih
menguatkan pemahaman dan meyakinkan pende-
ngar terhadap suatu pesan yang disampaikan. Ana-
logi bertujuan sebagai perbandingan antara dua hal
atau lebih untuk menunjukkan persamaan atau
perbedaannya.
 Testimoni. Testimoni merupakan kutipan atau
pernyataan yang diharapkan dapat menumbuhkan
pengetahuan baru, kesadaran, bahkan menambah
keyakinan. Testimoni dapat bersumber dari penda-
pat para ahli, pengalaman yang membuktikan sesu-
atu, atau mungkin pernyataan yang mengutip ayat-
ayat Tuhan.
 Statistik. Statistik diperlukan apabila berkenaan
dengan pembuktian melalui angka-angka mengenai
sesuatu untuk menimbulkan kesan yang kuat. Kre-
dibilitas sumber data statistik perlu diperhatikan
325

untuk menumbuhkan kepercayaan dan keyakinan


pendengar. Sampaikan dengan perhitungan angka
atau bilangan yang mudah dipahami dan diingat
oleh pendengar.
 Perulangan. Perulangan bertujuan memperkuat
pesan penting untuk diingat kembali, dipahami atau
diikuti. Perulangan berisi inti pesan yang sudah
disampaikan sebelumnya, misalnya di awal atau
pertengahan pidato, tetapi dikemukakan kembali
menjelang penutup dengan susunan kata atau kali-
mat yang berbeda. Perulangan sebaiknya tidak
berlebihan karena menimbulkan kesan pemborosan
kalimat (Rakhmat, 2012 : 26-30).

4. Perumusan Judul
Judul merupakan bagian awal yang sangat menentukan
perhatian pendengar. Dalam merumuskan judul hendaknya
memperhatikan kriteria kesesuaian antara judul dengan isi
utama pidato, menimbulkan daya tarik, hasrat atau antu-
siasme keingintahuan pendengar, serta menggunakan susu-
nan kata yang singkat.

Penentuan judul bisa dilakukan diawal penulisan dengan


tujuan dapat menjadi pedoman dalam membatasi pemba-
hasan dalam pidato. Potensi perubahan judul bisa terjadi
setelah naskah pidato selesai seluruhnya.

Dalam menyertai tahapan persiapan penulisan pidato,


alangkah baiknya penyelenggara dalam hal ini tim PR juga
sudah mulai mempersiapkan antara lain mengenai: tempat
326

atau dimana pidato akan disampaikan, alat bantu yang per-


lu dipersiapkan, dan apakah acara penyampaian pidato
terbuka untuk pers atau tidak. Jika terbuka untuk pers, apa
lagi yang harus dipersiapkan.

Tempat disampaikan pidato bisa di ruangan tertutup atau


terbuka. Masing-masing membutuhkan penanganan dan
sarana tersendiri yang dapat menunjang kesuksesan acara.
Begitu pula dengan alat bantu yang mungkin diperlukan
seperti alat pengeras suara, multi media, atau yang lainnya.

Apabila acara ini mengundang para wartawan, maka perlu


dilengkapi dengan persiapan-persiapan sebelumnya seperti
membuat undangan untuk mereka, mengadakan konferensi
pers, menyediakan media kit dan sarana penunjang lain
yang diperlukan.

E. STRUKTUR PENULISAN PIDATO


Apabila dicermati,struktur penulisan pidato, pada prinsip-
nya meliputi: bagian awal disebut sebagai pembukaan/pen-
dahuluan/pengantar, bagian selanjutnya disebut isi (tubuh),
dan bagian akhir disebut sebagai penutup/kesimpulan
(Newson dan Haynes, 2008 : 335).

1. Pembukaan/Pendahuluan/Pengantar
Pembukaan/pendahuluan/pengantar merupakan bagian a-
wal yang menentukan dalam membangun perhatian dan
minat pendengar. Dari pendahuluan ini diharapkan muncul
kesan pertama yang membuat pendengar tertarik untuk
mendengarkan pidato dari awal hingga akhir. Pada bagian
327

tersebut pembawa pidato dapat menegaskan judul pidato-


nya sebagaimana tertulis dalam teks.

Guna membangun kesan pertama yang dapat menimbulkan


ketertarikan pendengar terhadap pidato melalui pengan-
tarnya, setidaknya harus memperhatikan dua aspek: a) ke-
pentingan dan daya tarik isi pesan serta serta cara memba-
wakannya; b) kompetensi dan/atau kredibilitas pembawa
pidato.

Pentingnya kompetensi atau kredibilitas, Ayres dan Hopf


(1993 : 82) menyarankan agar penyampai pidato (retor)
menyampaikan latarbelakang dirinya yang relevan dengan
topik. Menurut mereka hal ini akan memberikan alasan
bagi audiens untuk mendengarkan sang retor.

 Kepentingan dan daya tarik isi pesan serta cara


membawakannya.
Dalam pengantar pidato hendaknya menyampaikan
sesuatu yang langsung dinilai penting atau menarik
oleh pendengar - biasanya gagasan utama melekat
dengan kebutuhan mereka. Apabila dalam pengan-
tar pidato kemungkinan pendengar tidak bisa secara
langsung menilai adanya sesuatu yang penting, ma-
ka penulis/pembawa pidato harus mampu meyakin-
kan, bahwa pidato yang disampaikan penting bagi
mereka dengan menjelaskan alasannya secara lugas
beserta penjelasan lain yang mendukungnya.
328

Sampaikan cakupan pembahasan yang akan disam-


paikan karena dapat memberikan gambaran bagi
pendengar mengenai keseluruhan isi pidato terse-
but. Yakinkan bahwa semua yang akan dibahas
juga penting untuk diketahui, dipahami, atau
mungkin diimplementasikan oleh para pendengar
karena berkaitan dengan peran, kedudukan, kapa-
sitas, tanggungjawab, atau kehidupan mereka.
Teknik lain yang dapat diterapkan untuk menarik
perhatian pendengar yaitu mengajukan pertanyaan
retoris. Pertanyaan ini membuat pendengar menja-
wabnya atau tidak perlu dijawab meskipun mereka
sudah tahu jawabannya. Pertanyaan diajukan untuk
menumbuhkan kesan penting sesuai konteks .

Teknik lain yang mungkin juga dapat digunakan


yaitu menyebutkan data statistik yang relevan dan
bisa mengejutkan pendengar sesuai topik pidato. Isi
pesan dalam pengantar akan semakin meyakinkan
jika pidato disampaikan secara mantap, penuh per-
caya diri, dan antusias. Intonasi suara, eskpresi
muka, dan gerak tubuh harus ditunjukkan sesuai
konteks pesan yang disampaikan.

 Kompetensi dan/atau kredibilitas pembawa


pidato.
Di dalam kompetensi bisa terkandung jabatan, ke-
dudukan, kapasitas, peran atau status lain yang me-
nunjukkan kemampuan, keberhakan, kewe-nangan,
atau kepantasan tertentu yang dimiliki atau melekat
329

pada orang yang menyampaikan pidato. Kredibi-


litas menyangkut kepercayaan audiens ter-hadap
orang yang menyampaikan pidato. Mele-katnya
kompetensi dan kredibilitas dalam diri pem-bawa
pidato juga dapat menjadi perhatian dan daya tarik
pendengar untuk mengikuti pidato yang dibawa-
kan.

Kompetensi dan/atau kredibilitas pembawa pidato


dapat dipenuhi sebelum pidato disampaikan dengan
cara menentukan orang yang dianggap sesuai dan
tepat. Namun saat pengantar pidato berlangsung,
seringkali pembawa pidato perlu menegaskan/
memberi tahu kepada pendengar mengenai dirinya:
mungkin jabatannya, kapasitasnya, perannya, atau
ketekaitanya dengan isi pidato yang disampaikan.
Dapat pula ditambahkan dengan alasan berbicara di
hadapan mereka disertai menjelaskan latar bela-
kang yang relevan/sesuai topik.

Agar lebih meyakinkan serta menimbulkan per-


hatian tunjukkan pengetahuan dan pengalaman.
Tidak kalah penting keharusan dalam menunjukkan
rasa hormat atau penghargaan terhadap keberadaan
pendengar.

Di samping teknik-teknik atau cara-cara seperti di atas, ada


beberapa teknik yang dapat menarik perhatian dan daya
tarik pendengar saat pengantar pidato disampaikan:
330

1) Melukiskan latar belakang masalah, yaitu men-


jelaskan alasan memilih masalah tersebut, ba-
gaimana kejadiannya, dan bagaimana pula ke-
terkaitannya dengan khalayak.
2) Menghubungkan dengan peristiwa aktual, yaitu
menerangkan pokok persoalan dan mengait-
kannya dengan kejadian yang menjadi sorotan
masyarakat.
3) Menghubungkan dengan peristiwa yang diperi-
ngati. Misalnya, menjelaskan pentingnya men-
jaga kualitas produk dengan daya saing SDM di
era perdagangan bebas Asean saat ini.
4) Menghubungkan dengan emosi khalayak, yaitu
mengaitkan pokok persoalan suasana hati au-
diens pendengar ( gembira atau sedih).
5) Menghubungkan dengan peristiwa bersejarah.
Penjelasan mengenai pokok persoalan tertentu
dikaitkan dengan peristiwa masa lalu sesuai de-
ngan konteksnya.
6) Menghubungkan dengan kepentingan audiens
berati menegaskan adanya keterkaitan pokok
pembahasan dengan kebutuhan pendengar.
7) Memberikan pujian atau apresiasi pada khala-
yak akan membuat mereka merasa dihargai dan
diperhatikan.
8) Menyampaikan pernyataan provokatif berati
menyampaikan sesuatu yang mengejutkan,
kontroversial, atau luar biasa. Pernyataannya
dilandasi fakta atau sekadar opini.
331

9) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang me-


ngundang perhatian sesuai dengan kapasitas
pendengar. Contoh, apabila audiensnya adalah
karyawan: “Mengapa penghasilan Anda sulit
sekali meningkat?”
10) Mengisahkan cerita, fakta atau rekaan, dengan
tujuan menarik perhatian.
11) Melontarkan anekdot melalui cerita-cerita lucu
yang relevan dengan pokok persoalan yang
dibahas (Iriantara dan rekan, 2006 : 200-201).

Mengingat durasi pidato harus diperhatikan dan sebaiknya


tidak berlama-lama, teknik-teknik di atas tidak harus
diikuti semua, cukup salah satu atau beberapa diantaranya
sesuai dengan konteks pembahasan.

2. Isi Pidato
Pada bagian isi, naskah pidato menyebutkan pokok perso-
alan/gagasan sesuai dengan topik. Di dalamnya juga
dijelaskan upaya dalam memberikan pengertian serta
pemahaman kepada audiens terhadap pokok persoalan/
gagasan tersebut. Penjelasan disu-sun atau dikemas sede-
mikian rupa dengan tujuan memenuhi harapan, kebutuhan,
atau mungkin ke-puasan pendengar.
Membangun pengertian dan pemahaman terhadap pokok
persoalan/gagasan dapat mengacu pada pengorganisasian
pesan melalui pola tertentu. Da-lam pidato persuasif,
pengorganisasian pesan yang lazim digunakan dapat
mengacu pada pola: a) pemecahan masalah; b) sebab-
akibat; c) pro-kontra; dan/atau c) urutan bermotif. Penje-
332

lasan dari keempat pola tersebut dapat disimpulkan seba-


gai berikut:

a) Pola Pemecahan Masalah


Sesuai namanya, pidato ini berisikan masalah
tertentu dengan menyertakan saran-saran solu-
sinya. Dalam isi pidato, disebutkan:
Masalahnya, meliputi: apapenyebabnya, siapa
yang bertanggung jawab, sejauhmana urgensi-
nya.
Alternatif pemecahannya, meliputi: adakah
pemecahan masalah, apa yang dapat dilakukan
untuk mencegah masalah, siapa yang dapat
bertindak mengatasi masalah.
Tunjukkan pemecahan terbaik: Apa yang per-
nah dilakukan orang untuk memecahkan masa-
lah tersebut, mana pemecahan yang diusulkan,
mana pemecahan yang disukai khalayak.

b) Pola Sebab- Akibat


Isi naskah pidato berisikan ajakan agar pen-
dengar memahami masalah secara lebih jernih
dan memahami penyebab-penyebabnya. Dari
ikhtisar pola sebab-akibat dalam isi pidato
disebutkan:
Sebab-sebab timbulnya kasus, mencakup:
faktor-faktor apa yang menimbulkannya, apa-
kah kasus itu merupakan respon pada kasus
lain, siapa bertanggung yang jawab.
333

Akibat-akibat kasus: bagaimana indikasi ka-


sus, siapa yang dikenai kasus, faktor-faktor
apa yang terpengaruh.
Apa yang dapat/harus dilakukan: apa jalan
keluarnya, bagaimana jalan keluar itu
menimbulkan efek yang dikehendaki, apa
faidah-faidahnya, siapa yang harus
melakukannya.

c) Pola Pro-Kontra
Pola pro-kontra disusun apabila topik pem-
bicaraan tidak dapat disusun berdasar-kan pola
pemecahan masalah atau pola sebab-akibat.
Tunjukkan keuntungan-keuntungannya: aspek
mana dari pokok pernbicaraan yang paling
menarik, keuntungan apa yang bakal diperoleh
pendengar.
Tunjukkan kerugian-kerugiannya: aspek mana
yang paling tidak menarik, adakah kerugian
atau biaya tersembunyi yang akan dialami
pendengar.
Tunjukkan bagaimana pendengar memperoleh
keuntungan: apakah keuntu-ngan lebih besar
dari kerugian, langkah-langkah apa yang harus
diambil untuk memperoleh keuntungan, bagai-
mana pendengar dapat berperan serta, bagai-
mana tindakan itu harus dilakukan.
334

d) Pola Urutan Bermotif


Struktur pidato berisikan uraian sebagai
berikut:
1. Pengantar
Perhatian: bagaimana cara menarik perha-
tian, bagaimana memu-satkan perhatian
Kebutuhan: apa masalah yang dihadapi, apa
yang sudah dike-tahui khalayak, bagaimana
mem-buat khalayak merasakan kebutu-han
itu.
2. Isi pidato
Pemuasan: bagaimana kebutuhan khalayak
dapat dipuaskan, apa tanda-tanda pemuas
kebutuhan, dimana pemuasan itu dapat
dipe-roleh.
Visualisasi: menggambarkan keuntungan
apa bagi khalayak, bagaimana keadaannya
bila kebu-tuhan itu terpenuhi.
3. Kesimpulan/Penutup
Imbauan/Tindakan: apa yang harus dilaku-
kan khalayak untuk memperoleh pemuas
kebutuhan, kapan mereka harus bertinda
(da-lam Rakhmat, 2006 : 118-121).

3. Penutup/Kesimpulan
Pada bagian ini pidato diarahkan agar perhatian, pikiran
atau mungkin perasaan pendengar tetap terfokus pada
pokok per-msalahan/agasan utama dan kesimpulan. Menu-
rut Ayres dan Hopf (1993 : 82), cara yang baik untuk meng-
akhiri pidato adalah mengingat-kan audiens pada tema
335

utama yang dikembangkan dalam pidato. Ringkasan meru-


pakan cara yang sangat berguna untuk mengakhiri pidato
karena menekan-kan kembali poin-poin utama dari pidato
tersebut dan mengingatkan penonton bahwa pem-bawa
pidato akan segera menyele-saikan pidatonya.

Penulisan naskah pidato atau pembawa pidatonya berupaya


memperkuat daya bujuk (persuasi) para pendengar melalui
pe-numbuhan pemikiran, kesadaran, sekaligus tindakan
yang diharapkan. Sebagaimana perlunya kesan yang baik
dalam mengawali pidato melalui pengantar, dalam penutup
pidato juga diupayakan demikian sehingga melahirkan
klimaks yang positif dan mengesankan. Apabila diperlukan
tam-bahkan kutipan yang rele-van dari sumber yang diakui
dan diyakini kebenarannya oleh para audiens untuk
memperkuat daya persuasi (bujukan). Berikan pujian atau
rasa penghargaan kepada mereka secara wajar dengan
menyertakan alasan atau penjelasan logis dan kontekstual.

Di samping seperti di atas, menurut Effendy, banyak ahli


atau penulis pidato yang menerapkan “teori kuda” dalam
menyusun bagian dari suatu pidato. Tidak diketahui alasan
penyebutan nama teori tersebut. Namun menurut teori ini
suatu pidato harus meliputi empat bagian: exordium
(kepala), protesis (punggung), argumento (perut), conclus-
io (ekor).

1) Exordium adalah bagian pendahuluan. Berfungsi seba-


gai pengantar ke arah pokok persoalan yang akan
dibahas dan sebagai upaya me-nyiapkan mental para
336

hadirin (mental prepa-ration). Bagian ini berupaya


membangkitkan perhatian (attention arousing).
2) Protesis. Pokok pembahasan ditampilkan dengan
terlebih dulu mengemukakan latar belakang permasala-
hannya yang dikemas sedemi-kian rupa sehingga tam-
pak jelas keterkaitan kepentingannya dengan para
hadirin.
3) Argumenta. Berisikan alasan yang mendukung hal-hal
yang dikemukakan pada bagian protesis. Jika ada
pendapat para ahli atau pendapat umum yang tidak
sesuai dengan pendirian pem-bawa pidato, pada bagian
ini menetralisirnya.
4) Conclusio. Merupakan bagian akhir atau kesimpulan
dari suatu naskah pidato. Kesimpulan merupakan suatu
penegasan, hasil pertimba-ngan yang mengandung
pembenaran menurut penalaran pembawa pidato. Ditu-
lis singkat, sederhana, dan mengesankan bagi hadirin.
Beberapa hal yang harus dihindarkan:
 Jangan mengemukakan fakta baru.
 Jangan menggunakan kata-kata mubazir dan tak
fungsional.
 Jangan menampilkan hal-hal yang menim-bulkan
antiklimaks (Effendy, 2011 : 66-67).

F. PRINSIP-PRINSIP KOMPOSISI PIDATO


Ada tiga prinsip komposisi penyusunan pidato menurut
Raymond R. Ross (dalam Rakhmat, 2012 : 33), yaitu: kesa-
tuan (unity), pertautan (coherence), dan titik berat/pene-
kanan (emphasis). Penjelasannya :
337

1. Kesatuan
Uraian seluruh pidato harus merupakan satu kesatuan yang
utuh. Baik keutuhan dari isi, tujuan, juga gaya/sifat pe-
nyampaiannya. Kesatuan isi berarti setiap kalimat atau
paragraf di dalam seluruh pidato mengandung atau berke-
naan dengan gagasan tunggal. Kesatuan tujuan berarti
semua uraian atau penjelasan pada dasarnya mengacu pada
satu satu tujuan atau kesatuan tujuan dari pidato tersebut.
Gaya/sifat penyampaian pidato dapat dilihat dari sifat
pidato tersebut. Apabila pidato bersifat formal, misalnya,
maka suasana formalitas hendaknya ditunjukkan secara do-
minan dalam setiap penyampaiannya, baik secara verbal
maupun nonvberbal.

2. Pertautan
Perpindahan kalimat, terutama perpindahan paragraf satu
dengan paragraf berikutnya biasanya diawali dengan kata-
kata tertentu yang menunjukkan pertautan antarkeduanya.
Dengan menggunakan kata-kata yang menunjukkan perta-
utan, pernyataan atau pokok pikiran yang terkandung
dalam suatu paragraf/kalimat menunjukkan keterkaitan e-
rat dengan pokok pikiran dalam paragraf/kalimat beri-
kutnya.
Pertautan yang digunakan pada awal kalimat atau paragraf
berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan dengan
kalimat atau paragraf sebelumnya. Hilangnya pertautan
menimbulkan gagasan yang tersendat-sendat atau sulit
untuk dipahami.
338

Contoh kata-kata pertautan: “sebagai contoh...”, “dengan


perkataan lain...”, “sebagai ilustrasi...”, “bukan saja...”,
“tetapi juga...”, “karena itu...”, walaupun...”, “semua hal
tersebut...”, dan sebagainya.

3. Titik-Berat/Penekanan
Bagian-bagian penting yang patut diperhatikan dan men-
jadi penekanan disebut titik berat. Tititk berat dalam pidato
bergantung pada ruang lingkup isi yang dianggap penting
atau lebih penting.

Dalam penulisan naskah pidato, titik berat suatu kata atau


pesan dapat ditandai secara visual, misalnya dengan mem-
berikan garis bawah, tanda miring, tanda tebal atau mung-
kin yang lainnya. Secara lisan, penekanan atau titik berat
dapat dituntukkan dengan hentian atau jeda, intonasi suara
yang dinaikkan, perubahan nada suara, isyarat dan seba-
gainya. Empasis juga dapat ditandai dengan penjelasan
atau keterangan seperti:“Perlu dicamkan...”, “Ingat, yang
harus segera kita lakukan adalah...”, dan yang lainnya.

G. URUTAN PENYUSUNAN PESAN


Berkenaan dengan pengorganisasi/penyusunan pesan da-
lam menjelaskan suatu permasalahan,penulis atau pem-
bawa pidatonya dapat mengikuti petunjuk berdasarkan
urutan penjelasan/penguraian seperti di bawah ini:
 Penjelasan/penguraianyang menyempit (deduktif),
yaitu urutannya diawali dari hal yang luas/umum
dilanjutkan ke hal yang sempit/spesifik/khusus.
339

 Penjelasan atau penguraian yang meluas (induktif),


merupakan uraian penjelasan yang dimulai dari hal
yang sempit/spesifik/khusus ke hal yang luas/um-
um.
 Penjelasan disusun menurut topik cakupan pemb-
ahasannya (topikal).
 Uraian penjelasan mengacu pada urutan lokasi,
ruangan, atau tempat (secara spasial).
 Uairan/penjelasan mengacu pada susunan berda-
sarkan sebab-akibat atau akibat dan penyebabnya
(secara logis).
 Menjelaskan suatu persoalan menurut urutan waktu
kejadian atau rencana. Urutan ini biasa disebut se-
bagai kronologis.

Urutan-urutan penjelasan tersebut biasa pula diterapkan


dalam bentuk penulisan lainnya seperti features, artikel,
atau yang lainnya. Pengorganisasian yang mengacu pada
urutan-urutan ini tentunya mengacu pada konteks perma-
salahan yang disampaikan. Apabila permasa-lahannya
mengenai penurunan kinerja para pegawai, maka uraiannya
mengacu pada urutan logis (sebab-akibat).

H. DIKSI DALAM PIDATO


Pemilihan kata (diksi) dalam pidato atau penulisan naskah
pidato hendaknya memperhatikan berbagai hal yang me-
ngacu pada prinsip: kejelasan kata-kata dan maksudnya,
ketepatan dalam menggunakan/memilih kata, kata-katanya
mengandung daya tarik bagi pendengar.
340

Kejelasan kata-kata dan maksud berarti kata yang dipilih


mudah dipahami, menggunkan istilah yang familiar/akrab
di telinga pendengar kebanyakan, tidak memboros-boros-
kan kata sehingga kalimatnya dipanjang-panjangkan,
menghindari kata yang berpotensi menimbulkan penafsiran
berbeda-beda.

Ketepatan dalam menggunakan/memilih kata berarti kata-


katanya sesuai dengan konteks pidato, tidak menggunakan
kata-kata klise atau berlebihan seperti gaya bahasa hiper-
bola dan sejenisnya, memilih kata yang sesuai etika, tetap
santun tapi tidak berlebihan-lebihan.

Kata-katanya mengandung daya tarik, maksudnya pemi-


lihan kata dapat menyentuh langsung kebutuhan ruhani diri
khalayak, mampu melukiskan sikap dan perasaan,
mengandung kesan indah namun tidak berlebihan apalagi
menimbulkan kesan memamerkan, sering menggunakan
kata-kata aktif.

I. MENULIS GARIS-GARIS BESAR PIDATO


Penulisan pidato berupa manuskrip atau naskah berisikan
seluruh kalimat yang secara lengkap dipersiapkan untuk
disampaikan saat pidato berlangsung. Penulisan garis-garis
besar pidato (outline) berupa pencantuman poin-poinnya
saja. Poin-poin dicantumkan mengacu pada urutan penje-
lasan dan pola pengorganisasian pesan. Garis-garis besar
pidato berguna sebagai panduan atau peta arah pembi-
caraan dan apa yang harus dikemukakan.
341

Di dalam gari-garis besar pidato, sesuai urutan bermotif


Alan H. Monroe (dalam Rakhmat, 2006 : 41-42), dicantum-
kan poin-poin yang pembahasannya bertujuan untuk
memenuhi: 1) perhatian, 2) kebutuhan, 3) pemuasan, 4)
visualisasi, dan 5) tindakan yang diharapkan dilakukan
pendengar. Penempatan poin-poin tersebut disesuaikan
dengan struktur bagian pidato yang dapat digambarkan dan
dijelaskan seperti di bawah.

Pembukaan/Pendahuluan/Pengantar
 Menumbuhkan perhatian pendengar
Isi Pidato
 Pendengar diharapkan dapat merasakan kebutuhan
terhadap pokok persoalan yang dikemukakan.
 Caranya memuaskanpendengar sesuai dengan
kebutuhan yang sudah dirasakannya.
 Menggambarkan (visualisasi) dalam pikiran dan
pemahaman pendengar mengenai usul/solusi yang
disampaikan/diberikan.
Penutup/Kesimpulan
 Mengarahkan pendengar untuk dapat melakukan
tindakanselanjutnya melalui pernyataan yang jelas dan
tegas.

Pencantuman poin-poin dalam garis-garis besar pidato di-


susun sedemikian rupa dengan menggunakan lambang atau
tanda tertentu. Biasanya juga ditandai ada bagian poin yang
menjorok dan lebih menjorok ke dalam. Tujuannya agar le-
bih sistematis sekaligus untuk lebih memudahkan dalam
membedakan bagian yang lebih utama, subbagian dan sub-
subbagian.
342

Contoh.
1) Media yang dapat digunakan oleh praktisi PR da-
lam menuliskan sesuatu mencakup bermacam-
macam:
 Media massa cetak: koran, tabloid, majalah
 Media organisasi: situs perusahaan, newsle-
tters, majalah
2) Pekerjaan sebagai PR memerlukan kualifikasi yang
bermacam-macam:
 Kualifikasi teknis
 Kemampuan berbicara yang baik
 Kemampuan menulis beragam karya tulis PR.
 Kemampuan menjalin hubungan dengan berba-
gai kalangan
 Kualifikasi teoretis

J. MENULIS PIDATO UNTUK ORANG LAIN


Ada perbedaan menulis pidato untuk disampaikan oleh diri
sendiri dengan menulis naskah pidato yang akan dibawa-
kan orang lain. Pembahasan-pembahasan di atas sudah cu-
kup dijadikan pedoman dalam menulis naskah pidato yang
akan disampaikan sendiri oleh penulisnya. Tetapi jika pe-
nulisan naskah pidato akan dibawakan oleh orang lain,
misalnya oleh atasan atau orang yang ditunjuk pimpinan
dan yang lainnya, maka ada sejumlah langkah yang perlu
diperhatikan.

Ronald D. Smith (2003 : 348) menyebutkan langkah-lang-


kah dalam mempersiapkan pidato yang dapat disimpulkan
sebagai berikut:
343

1) Mempelajari Calon Pembaca Pidato


Pidato yang ditulis pejabat PR untuk disampaikan
orang lain memadukan dua sisi: sisi calon pembawa
pidato – sisi penulis. Harus ada kesesuaian antara
karakteristik suara dan gaya bicara orang yang akan
menyampaikan pidato dengan teks pidato yang
hendak ditulis.
Upaya memadukan dua sisi tersebut dapat ditem-
puh dengan bertemu langsung dengan orang yang
akan membawakan pidato. Penulis berbicara dan
mendengarkan ia berbicara. Rekamlah isi pembi-
caraan yang akan disampaikannya.Pelajari ruang
lingkup pembicaraan dan bahasa yang digunakan.
Pelajari pula apakah yang bersangkutan suka melu-
cu, penuh semangat dalam menyampaikan sesuatu
atau yang lainnya.

2) Mengetahui yang Perlu Dikatakan


Penulis pidato harus mengetahui apa saja yang per-
lu ditulis dengan mengacu pada pernyataan-pernya-
taan (rekaman) yang disampaikan calon pembawa
naskah pidato. Sebaiknya, pembicara diminta untuk
meringkas masalah dan mengidentifikasi beberapa
poin kunci yang perlu menjadi penekanan, terma-
suk hal-hal yang tidak disetujuinya.

3) Mengetahui Audiensnya
Mengetahui audiens merupakan salah satu prinsip
dasar dalam penulisan pidato. Pengetahuan ini
344

berkenaan dengan siapa sasaran pidato, di mana


mereka akan mendengarkannya.
Siapa sasaran pidato meliputi antara lain; kedudu-
kan, peran, kapasitas, pengetahuan, latar belakang
pendidikan. Lokasi tempat pidato akan berpenga-
ruh pada sifat pidato (formal atau nonformal, santai
atau serius), perlunya penggunaan mikropon, durasi
pidato, atau yang lainnya.

4) Membuat Sketsa Rencana


Selanjutnya mempersiapkan lembar perencanaan
yang memuat pengetahuan tentang keinginan, ke-
pentingan dan kebutuhan audiens. Secara umum,
sketsa rencana bertujuan untuk dapat menyajikan
isi pidato sebaik mungkin dengan harapan menim-
bulkan efek yang diharapkan.

K. MENGHINDARI DEMAM PANGGUNG


Demam panggung atau merasa grogi ketika hendak dan
saat berdiri di hadapan hadirin sering terjadi terutama bagi
orang yang belum betul-betul terbiasa berpidato. Namun
permasalahan ini dapat diatasi dengan mengikuti sejumlah
tips:
a) Mempersiapkan diri semaksimal mungkin sebelum
pidato berlangsung
b) Percaya kepada diri sendiri
c) Menanamkan keyakinan bahwa rasa takut yang
berlebihan sesungguhnya tidak beralasan.
d) Saat berbicara di hadapan hadirin:
345

 Berusaha tenang, tidak menunjukkan ketaku-


tan. Caranya menghirup napas panjang dan da-
lam tanpa terlihat oleh hadirin.
 Menatap hadirin pada bagian kepala atau di
atasnya, bukan pada matanya.
 Berbicara dengan gaya orisinal, tidak meniru
gaya pidato orang lain.
 Tidak menggurui (talk to the people) tetapi juga
tidak merendahkan diri.
 Intonasi suara sesuai konteks.
 Mengatur tempo dengan tepat
 Menunjukkan wajah yang menunjukkan perha-
tian kepada audiens.
346

BAB 16
PENULISAN CURRICULUM VITAE (CV)

Salah satu bentuk penulisan lain yang dilakukan PR, teru-


tama dalam memperkenalkan pembicara atau pimpinan
organisasi dalam suatu even yang diselenggarakan orga-
nisasi/perusahaannya adalah curriculum vitae (CV). Pada
even seminar,workshop, pelatihan, diskusi publik tertentu
yang mengundang atau dihadiri wartawan, CV merupakan
bagian dari information kit yang disiapkan PR untuk diba-
gikan kepada wartawan atau hadirin dengan tujuan mem-
perkenalkan narasumber atau pimpinan yang menjadi nara-
sumber secara lebih jelas dan lengkap.

Dari CV akan diketahui nama lengkap sumber, kompetensi


atau kredibilitasnya. Kompetensi dan kredibilitas akan di-
ketahui dari tingkat pendidikan, gelar akademik, kepaka-
ran, jabatan, penghargaan dan seterusnya.

Penulisan CV sangat berguna dalam mendokumentasikan


seseorang secara ringkas. Bagi wartawan mungkin dapat
ditindaklanjuti dengan wawancara khusus karena di da-
lamnya terkandung potensi bahan tulisan tersendiri atau
sebagai bahan tulisan tambahan.
347

A. MAKNA PENULISAN CV
Penulisan CV hendaknya tidak dipahami sekadar untuk
keperluan formal. Penulisan CV juga jangan sebatas dija-
dikan sebagai bahan untuk menginformasikan mengenai
riwayat hidup diri sendiri atau seseorang berdasarkan stan-
dar umum penulisannya saja.

Penulisan CV merupakan kesempatan yang sangat baik dan


berharga untuk mengangkat nama Anda atau nama sese-
orang. Namun demikian tidak dibenarkan jika demi tujuan
mengangkat sosok diri sendiri atau orang lain kemudian
penulisan CV tidak sesuai kenyataan alias mencantumkan
informasi atau keterangan yang direkayasa.

Sekecil apapun adanya informasi terkait orang yang ditulis


CV-nya, namun relevan dengan konteks penulisan CV dan
dapat menaikan pribadi yang bersangkutan, dapat dican-
tumkan di dalam CV. Selain dari isi atau konten, hal lain
pun perlu diperhatikan dalam menjaga “nama baik” orang
yang diceritakan dalam CV-nya. Hal lain yang dimaksud
seperti kerapian penulisan, penggunaan jenis huruf dan size
font yang formal, penggunaan kata atau kalimat yang baik,
hingga hasil printout dan kertasnya yang berkualitas baik.

Jika CV di bagian kanan atas dilengkapi dengan foto diri,


meskipun fotonya berupa hasil print out, pastikan pas
fotosesuai atau memenuhi karakteristik sebagai pas foto
untuk CV. Berpakaian dan berpenampilan formal dan rapi.
Jika perlu berjas dan berdasi.
348

B. LINGKUP INFORMASI DALAM CV


Banyak yang bisa disampaikan mengenai diri Anda atau
diri seseorang dalam CV sesuai format umum penulisan-
nya. Di antara format umum penulisan CV, memuat rincian
informasi tentang:
 Keterangan diri.
 Riwayat pendidikan
 Riwayat pekerjaan
 Pengalaman organisasi
 Karya tulis
 Pengalaman sebagai pembicara/narasumber
 Penghargaan
 Seminar/workshop/pelatihan yang pernah diikuti.
 Dan lain-lain

Banyak CV yang memuat item-item seperti di atas bahkan


lebih banyak lagi item yang dicantumkan. Tetapi banyak
pula yang kurang dari itu. Mungkin karena sengaja tidak
mencantukan semua dengan pertimbangan tertentu, mung-
kin pula karena begitulah adanya.

 Keterangan diri.
Keterangan diri atau apapun sebutannya, selalu
berada di bagian paling atas. Tepatnya setelah per-
nyataan penegasan atau yang menerangkan nama
bersangkutan sesuai tanda tangan atau nama yang
tertanda di bawah akhir penulisan CV. Sedangkan
bagian paling atas tertulis “Curriculum Vitae” atau
“Daftar Riwayat Hidup” atau “Biodata”.
349

Pada keterangan diri setidaknya mencantumkan


nama lengkap dan gelar (jika ada), tempat dan tang
gal lahir, lalu alamat rumah atau tempat tinggal saat
ini, dilanjutkan alamat email, nomor telepon, bah-
kan ada yang dilengkapi dengan blog pribadi. Blog
sangat berguna untuk dapat mengenal lebih jauh
diri seseorang dari tulisan atau mungkin gambar-
gambar yang tertera di dalamnya.

 Riwayat pendidikan.
Riwayat pendidikan formal ada yang ditulis sangat
lengkap ada pula yang tidak. Riwayat pendidikan
formal secara lengkap, dapat dimulai dari taman
kanak-kanak, dilanjutkan setingkat sekolah da-sar,
setingkat sekolah menengah pertama, setingkat
sekolah lanjutan atas, hingga setingkat akademi/
diploma atau perguruan tinggi. Perguruan tinggi
bisa dari mulaistrata satu (S1), strata dua (S2),
strata tiga (S3).
Ditulis secara jelas nama masing-masing sekolah
atau perguruan tingginya, nama kota atau negara
(jika sekolah atau kuliahnya di luar negeri), hingga
tahun masuk dan tahun lulusnya masing-masing.
Bahkan sering ditemui CV yang mencantumkan
riwayat kelulusan perguruan tingginya dengan
predikat tertentu seperti cumlaude (dengan pujian):
magna cumlaude (lulus dengan banyak pujian) atau
summa cumlaude (lulus dengan paling banyak pu-
jian).
350

Riwayat pendidikan nonformal, dapat dicantumkan


selama menambah pamor atau kualitas bagi nama
yang bersangkutan seperti kursus tertetentu atau
pelatihan tertentu atau yang lainnya.

 Riwayat pekerjaan.
Tidak kalah pentingnya dalam mengangkat sosok
seseorang adalah dari riwayat pekerjaannya. Baik
pekerjaan yang sudah dilalui maupun pekerjaan
yang masih digeluti saat ini. Bisa saja sekolahnya
di desa, kuliahnya juga di perguruan tinggi swasta
yang berlokasi di tingkat kabupaten, tetapi peker-
jaan dan jabatan yang pernah didudukinya meng-
angkat citra diri orang yang bersangkutan sebagai
sosok yang cerdas dan profesional di bidangnya.
Pada bagian ini disebutkan secara lengkap peker-
jaan dan jabatannya, nama instansi, organi-sasi,
atau perusahaannya, serta lama pekerjaan masing-
masing yang ditandai dengan jangka ta-hunnya.
Pada bagian ini pula ditulis pekerjaan yang masih
dilakukan lengkap dengan jabatan, nama instansi/
organisasi/perusahaan, dan tahun mulai be-kerja.

 Pengalaman organisasi.
Banyak orang yang senang berorganisasi tapi tidak
sedikit pula yang tidak begitu menyukainya. Di
antara orang yang semula kurang menyukai beror-
ganisasi mungkin pada akhirnya merasa menyesal
karena mereka tidak terlibat dalam organisasi
351

tertentu setelah mengetahui keuntungan atau man-


faatnya di kemudian hari.
Dalam penulisan CV, pengalaman organisasi cu-
kup penting bahkan bisa jadi sangat penting untuk
menjadi penilaian tertentu selain dapat meng-
angkat kapasitas seseorang. Apabila Anda atau se-
seorang yang dituliskan CV-nya minim penga-
laman organisasi, atau sekecil apa pun lingkup
organisasi yang pernah diikuti, tetapi memiliki
peran penting dalam organisasi tersebut, alangkah
baiknya dicantumkan. Salah satu contohnya per-
nah menjadi ketua osis semasa sekolah atau yang
lainnya.

 Karya tulis.
Mungkin seseorang minim organisasi atau pe-
ngalaman kerja, tetapi namanya dapat terdong-
krak dengan karya tulis yang pernah dibuatnya.
Baik berupa karya tulis fiksi seperti cerpen, novel,
maupun karya tulis nonfiksi seperti artikel, featu-
res, menulis buku-buku semi ilmiah atau populer.
Bahkan jika ada penulisan di jurnal-jurnal ilmiah
tertentu akan semakin baik dan bernilai lebih
dalam dunia akademis.

 Pengalaman sebagai pembicara/narasumber.


Kemampuan dan pengalaman sebagai pembicara
atau narasumber dalam suatu acara seperti diskusi
publik, seminar, wokrshop, pelatihan dan sejenis-
nya, sangat baik dicantumkan dalam mengangkat
352

kredibilitas. Semakin banyak pengalaman akan


semakin baik dalam mengangkat nama seseorang.
Pengalaman ini sangat berguna bagi kalangan
akademisi dalam menambah poin bagi karir me-
reka.

 Seminar/workshop/pelatihan yang pernah di-


ikuti.
Menyertakan pengalaman sebagai peserta seminar,
workshop, atau pelatihan tertentu, terutama yang
relevan dengan upaya menaikan kualitas dan kapa-
sitas diri di bidang tertentu sesuai keperluan
penulisan CV, akan sangat bermanfaat untuk me-
nambah poin tentang diri sesorang yang diangkat
dalam CV-nya.
Menyimpan dengan baik sertifikat bukti keikut-
sertaan sebagai peserta dalam kegiatan-kegiatan
tersebut akan menjadi dokumen yang berharga,
terutama bagi kalangan akademisi.

 Penghargaan.
Penghargaan yang diberikan oleh lembaga tertentu
juga bisa akan sangat berguna dicantumkan dalam
menambah kualitas diri sebagai seseorang yang
berjasa atau berprestasi di bidang tertentu. Piagam,
tropi, plakat atau apa pun nama yang menandai
simbol penghargaan, hendaknya disimpan rapi
yang mungkin dikemudian hari dibutuhkan sebagai
bukti atas permintaan dari pihak atau orang ter-
tentu.
353

Seperti telah disinggung, penulisan CV bisa lebih ringkas


dari yang diuraikan di atas bisa pula meluas atau berkem-
bang sesuai “jam terbang” seseorang. Bahkan tidak sedikit
penulisan CV yang tergolong sangat tebal, hingga belasan
atau mungkin puluhan halaman dengan format kertas A4
spasi 1,5 dengan jenis huruf times new rowan 12.

Urutan atau susunan penulisan CV tidak harus sama persis


dengan yang diuraikan di atas. Tetapi prinsip penyusun-
annya mengacu pada urusan logis, meskipun dalam bentuk
susunannya bisa berbeda. Tetapi keterangan diri, riwayat
pendidikan, riwayat pekerjaan, biasanya berada dalam
urutan paling atas karena dinilai memuat informasi yang
secara umum paling penting untuk disampaikan.

C.MENULIS CURRICULUM VITAE


Menulis CV harus jelasdan ringkas, konsisten dalam gaya
formal, akurat, tanpa kesalahan ejaan atau salahtanda baca,
dan harus berkonsentrasi pada keterampilan dan prestasi
seseorang. Keterampilan dan prestasi dapat tercermin dari
riwayat pendidikan dan pengalaman kerja, termasuk juga
dari pengalaman menjadi pembicara dan organisasi, jika
ada.

Menurut Foster (2008 : 146), idealnya CV harus diketik


pada dua lembar kertas putih polos berukuran A4, dengan
banyak ruang sehingga kata-kata dan item judulnya tidak
berhimpitan. Jika diposting, CV harus memiliki surat
pengantar.
354

BAB 17
PENULISAN (MEMBALAS)
SURAT PEMBACA

A.PENGERTIAN SURAT PEMBACA


Surat pembaca adalah surat yang berasal dari pembaca
yang biasanya dimuat pada media cetak atau media massa
online dalam suatu rubrik atau kolom khusus. Isi surat pem-
baca beragam, mulai dari komentar atau kritik terkait
pemberitaan atau tulisan yang dimuat media, sikap atau
pernyataan terhadap seseorang, suatu kelompok atau pihak
tertentu, hingga berkenaan dengan pengalaman pribadi
terutama menyangkut permasalahan yang dianggap perlu
diketahui publik seperti: keluhan terhadap layanan suatu
instansi, kekecewaan terhadap suatu produk perusahaan,
dan beragam permasalahan lain beserta saran dan mungkin
harapannya.

Umumnya surat pembaca berisikan pengalaman yang tidak


menyenangkan berisikan keluhan, kekecewaan atau kriti-
kan. Ada pula surat pembaca yang menyampaikan pujian
atau ungkapan kepuasan terhadap sesuatu atau pihak ter-
tentu meskipun jarang ditemui.

B.ALASAN MENULIS SURAT PEMBACA


Alasan seseorang menulis dan mengirim surat pembaca
dapat dikaji dari pesan-pesan yang terkandung dalam surat
355

pembacanya. Secara umum, tampaknya terdapat tiga ala-


san utama seseorang menulis surat pembaca:
 Apabila pesan-pesannya (messages) menunjukkan
kekecewaan bahkan kemarahan besar kepada sese-
orang atau pihak tertentu, maka kemungkinan ala-
san menulis surat pembaca tersebut sengaja hanya
untuk membangun opini atau citra yang buruk bagi
orang atau pihak yang dimaksud. Orang yang men-
jadi sasaran kemarahan bisa kalangan artis, aktivis,
politisi, penegak hukum, atau pejabat tertentu. Se-
dangkan yang disebut sebagai pihak dapat berupa
organisasi/lembaga pemerintah/swasta, organisasi
kemasyaratakan, tempat pelayanan kesehatan (ru-
mah sakit, puskesmas, klinik), atau perusahaan ter-
kait dengan produk dan layanannnya yang diang-
gap sangat buruk.
 Seandainya pesan-pesan mengandung kritik,
keluhan, kekecewaan tetapi tidak sampai menim-
bulkan kemarahan besar, dan penulis surat pemba-
ca masih mengharapkan respon positif dari orang
atau pihak yang dituju, maka kemungkinan alasan
menulis surat pembaca adalah untuk mendapat
perhatian darinya (mereka). Apabila muatan
pesannya menyangkut kritik terhadap sikap, perla-
kuan, atau pelayanan terhadap konsumen/anggota
masyarakat yang ditunjukkan seseorang atau suatu
lembaga, misalnya, maka kemungkinan perhatian
yang diharapkan: agar mereka memperbaiki sikap,
perlakuan atau pelayanan tersebut. Contoh lain:
jika kekecewaan menyangkut suatu produk yang
356

digunakan atau layanan yang diberikan


perusahaan, maka wujud perhatian dapat berupa
ganti rugi atau solusi lain yang dianggap tepat dan
memuaskan konsumen.
 Apabila surat pembaca berisikan pesan yang me-
ngandung kekaguman terhadap pribadi seseorang
(artis, aktivis, pejabat, penegak hukum, politisi
atau mungkin yang lainnya), atau kepuasan terha-
dap suatu produk dan pelayanan yang diberikan
pihak tertentu (organisasi, perusahaan), maka ala-
san menulis surat tersebut kemungkinan sebagai
wujud ungkapan terimakasih atau penghargaan.
Pembaca atau publik diharapkan mengetahuinya
sehingga dapat membentuk opini atau citra yang
baik terhadap orang atau pihak yang dimaksud.

C. MENYIKAPI SURAT PEMBACA


Seorang pejabat public relations (PRO) harus bijak dan
cerdas dalam menyikapi adanya surat pembaca di media
cetak dan media online. Surat pembaca hendaknya dipa-
hami sebagai suatu proses komunikasi yang muncul dari
kalangan publik, baik publik internal maupun dari publik
eksternal. Surat pembaca yang dimuat media internal orga-
nisasi berarti kemungkinan penulisnya publik internal.
Surat pembaca yang dimuat media massa seperti koran,
majalah, dan situs berita, kemungkinan besar penulisnya
publik eksternal.

Pesan-pesan (surat pembaca) yang muncul dari kedua pub-


lik tersebut, terutama yang ditujukan ke pihak organisasi
357

atau perusahaan tempat PRO bekerja, merupakan proses


komunikasi yang terjadi karena adanya stimulus. Stimulus
dapat bersumber dari pengalaman publik ketika meng-
gunakan barang/jasa dari suatu organisasi dan/atau pelaya-
nan yang diberikannya.

Dalam Model Stimulus-Respon yang dikembangkan John


C. Zacharis dan Colemen (dalam Kurnia, 2010 : 87), proses
komunikasi ini melibatkan dua unsur: stimulus (perang-
sang) dan respon (tanggapan). Stimulusnya dalam pemba-
hasan ini adalah sesuatu yang menyebabkan seseorang
menulis surat pembaca. Dari pesan-pesan di dalam surat
pembaca dapat diketahui respon yang ditunjukkan penulis:
kritik, keluhan, kekecewaan, kemarahan, atau sebaliknya:
pujian, kekaguman, kebanggaan, rasa puas, penghargaan.

Stimulus Respon

Gambar: stimulus dan respon

Tidak menjadi masalah bahkan patut disyukuri seandainya


respon yang ditunjukkan pembaca mengenai hal positif dan
menguntungkan perusahaan seperti: pujian, kekaguman,
kebanggaan, rasa puas, penghargaan publik terhadap kuali-
tas produk atau pelayanan prima (service excellent) peru-
sahaan. Masalahnya adalah respon negatif seperti keluhan,
kekecewaan, bahkan kemarahan konsumen akan dibaca/-
diketahui oleh publik sehingga menimbulkan pendapat
358

umum atau citra yang buruk terhadap produk atau organi-


sasi/perusahaan.
Akan semakin bermasalah apabila keluhan, kekecewaan,
atau kemarahan konsumen yang disampaikan melalui surat
pembaca tidak disikapi segera secara tepat. Padahal, me-
ngacu pada Model Stimulis-Respon, respon tersebut mun-
cul karena adanya stimulus, dan stimulus ini bersumber/
muncul dari produk atau perusahaan. Rendahnya kualitas
produk yang digunakan konsumen/publik (tidak sesuai
dengan jaminan perusahaan), dan/atau buruknya pelayanan
perusahaan, merupakan stimulus yang menyebabkan sese-
orang merasa harus menulis surat pembaca (respon) seperti
itu. Model ini bisa juga terjadi ketika seseorang mengalami
perlakuan yang sangat mengesankan/memuaskan dari
pihak perusahaan (sebagai stimulusnya) sehingga ia terge-
rak menulis surat pembaca yang isinya mengemukakan
rasa kagum dan penghargaan terhadap perusahaan tersebut
(sebagai responnya).

Stimulus Respon
Rendahnya kualitas produk yang Menulis surat
digunakan konsumen/publik (tidak pembaca:
sesuai dengan jaminan perusahaan), keluhan,
dan/atau buruknya pelayanan dari kekecewaan, atau
pihak perusahaan, kemarahan
359

Stimulus
Respon
Terbuktinya jaminan
kualitas produk dan/atau Menulis surat pembaca:
pelayanan prima dari pujian, kekaguman,
perusahaan. kebanggaan, rasa puas,
penghargaan

Gambar: Contoh kasus terkait stimulus-respon

Surat pembaca terutama yang berisi keluhan, kekecewaan


atau kemarahan sebetulnya merupakan salah satu kontrol
publik yang berguna bagi pihak perusahaan untuk menge-
tahui kualitas produk tertentu dan layanannya terhadap
publik sekaligus memperbaikinya. Kebijaksanaan akan
mengarahkan seorang PRO untuk segera menentukan lang-
kah yang tepat dalam menyikapi sur at pembaca, tidak ha-
nya surat pembaca yang berisi kekaguman, pujian atau ke-
puasan (positif), tetapi juga yang sarat dengan keluhan,
kekecewaan, atau kemarahan (negatif). Implementasi Mo-
del Stimulus-Respon dalam pembahasan ini sesuai dengan
prinsip atau hukum aksi-reaksi: sesuatu yang positif (baik)
akan menimbulkan hal positif (kebaikan), dan sesuatu yang
negatif (buruk) akan menyebabkan hal negatif (kebu-
rukan). Hukum ini dapat dijadikan prinsip bagi PRO dalam
menjalin hubungan dengan publiknya, termasuk ketika ia
menyikapi surat pembaca yang ditujukan kepada organisa-
si atau produk/jasanya.

D.STRATEGI MERESPON SURAT PEMBACA


Mencermati surat pembaca yang dimuat surat kabar, maja-
lah, dan situs berita, umumnya surat pembaca tersebut
360

berasal dari publik kalangan pengguna jasa atau suatu


produk. Secara umum pula, pesan-pesan yang mereka sam-
paikan berdasarkan pengalaman pribadi terkait layanan
publik, pelayanan jasa tertentu dari suatu perusahaan atau
berkenaan dengan permasalahan produknya. Munculnya
surat pembaca semacam ini, mengacu pada Model Stimu-
lus-Respon, harus menjadi stimulus bagi pihak PR untuk
segera meresponnya, misalnya dengan menghubungi lang-
sung pengirim surat pembaca dan/atau membalas surat
pembaca tersebut pada media yang sama.

1. Menghubungi Langsung Pengirim Surat Pembaca


Strategi dalam merespon surat pembaca ini, diperlukan
apabila menyangkut persoalan yang serius dan membutuh-
kan penyelesaian segera karena apabila diabaikan, dam-
paknya akan meluas sekaligus sangat merugikan citra
organisasi. Surat pembaca yang isinya mengungkapkan ke-
kecewaan bahkan kemarahan mengenai buruknya pela-
yanan atau permasalahan suatu produk, misalnya, perlu
direspon dengan cara menghubunginya langsung disertai
memberikan penjelasan dan menawarkan solusi yang tepat
atau memuaskannya. Strategi tersebut dapat dicoba untuk
diterapkan pada seorang penulis pembaca yang sesuai ala-
san 1 dari tiga alasan utama seseorang menulis surat
pembaca seperti disebutkan di atas: sengaja hanya untuk
membangun opini atau citra yang buruk bagi orang atau
pihak yang dimaksud. Namun lebih tepat apabila strategi
ini diterapkan berdasarkan alasan 2: penulis surat pembaca
yang masih mengharapkan respon positif dari orang atau
pihak yang dituju.
361

Apabila penjelasan dan solusi yang ditawarkan pihak PR


(organisasi) memuaskan konsumen atau pengirim surat
pembaca tersebut, maka dalam memulihkan hubungan baik
dengan konsumen (publik) dapat dianggap selesai. Tetapi,
karena kekecewaan dan kemarahan konsumen sudah
terlanjur diketahui pembaca atau publik lain melalui surat
pembacanya, maka pihak PR harus berupaya menetra-
lisirnya bahkan berupaya mengubah pandangan publik
yang tadinya antipati terhadap produk dan pelayanan peru-
sahaan tadi menjadi simpati.

Guna mewujudkannya, pihak PR dapat bekerja sama de-


ngan konsumennya agar dia bersedia menulis kembali surat
pembaca pada media yang sama. Kali ini berisi testimoni
kepuasan terhadap penjelasan dan solusi yang segera dibe-
rikan oleh perusahaan/organisasi.

Konsumen/pelanggan yang merasa terpuaskan berpotensi


untuk bersedia memberikan bantuan tersebut dengan
senang hati. Akan lebih baik seandainya PRO juga mem-
bantunya dengan membuatkan konsep atau surat pembaca
yang dimaksud kemudian diberikan kepada pelanggannya
itu untuk diminta persetujuan sebelum dikirimkannya ke
redaksi media yang telah memuat surat pembaca sebe-
lumnya.

Cara tersebut akan lebih efektif dari pada PRO sendiri yang
membuat balasan surat pembaca dan mengirimkannya
pada redaksi media atas nama diri dan organisasinya.
362

Meskipun inti pesan yang terkandung dalam surat pembaca


balasan dari pihak perusahaan (PRO) sama dengan surat
pembaca yang dikirim atas nama konsumen, tetapi inter-
pretasi dari publik pembaca bisa berbeda. Publik pembaca
lebih mempercayai isi pesan dari surat pembaca yang diki-
rim konsumen karena akan dianggap lebih jujur dan
objektif.

2. Membalas Surat Pembaca secara Langsung


Membalas surat pembaca langsung tidak cukup efektif
dalam memulihkan hubungan baik dengan konsumen/
publik daripada menghubungi langsung pengirim surat
pembacanya seperti telah dijelaskan sebelumnya. Memba-
las dan mengirim langsung surat pembaca untuk dapat
segera dimuat media, kecenderungannya bersifat penye-
imbang, penetralisir, pembelaan diri atau mungkin banta-
han terhadap permasalahan ketidakpuasan yang disam-
paikan konsumen dalam surat pembacanya.

Tujuan membalas surat pembaca mungkin lebih kepada


upaya untuk memulihkan anggapan negatif dari publik
yang telah membaca surat pembaca konsumen sebelum-
nya, daripada kesungguhan untuk memuaskan konsumsen
dengan memberikan solusi terbaik. Namun tujuan terbaik
dalam membalas surat pembaca bagi PR adalah meng-
upayakan kedua hal tersebut: memulihkan citra baik ter-
hadap produk atau layanan organisasi/perusahaan seka-
ligus berupaya memberikan solusi yang tepat sehingga me-
muaskan konsumen.
363

Memulihkan citra baik terhadap produk atau layanan orga-


nisasi/perusahaan pada diri publik pembaca berarti
mengubah sikap mereka yang semula antipati menjadi
simpati (terhadap produk/jasa organisasi). Upaya ini harus
dilakukan demi menjaga dan menumbuhkan kepercayaan
publik pembaca terhadap produk/jasa yang diberikan orga-
nisasi. Alasan utamanya karena mereka termasuk sasaran
publik potensial untuk membeli atau menggunakan
produk/jasa yang diberikan/ditawarkan perusahaan. Se-
dangkan berupaya memberikan solusi yang tepat untuk
memuaskan konsumen berarti memelihara hubungan baik
dengan salah seorang publiknya itu agar ia menjadi pelang-
gan setia dan tidak berpaling ke produk/jasa pesaing.

Membalas surat pembaca juga sebaiknya dilakukan meski-


pun surat pembaca tersebut berisikan pesan yang mengan-
dung rasa puas atau penghargaan konsumen, misalnya, ter-
hadap pelayanan yang diberikan perusahaan. Tujuan mem-
balas surat pembaca ini setidaknya memiliki dua tujuan
penting:
1) Menunjukkan penghargaan, apresiasi dan rasa
terimakasih yang tinggi kepada penulis surat pem-
baca yang telah memilih/menggunakan produk/jasa
dari perusahaan sekaligus mau bersedia membagi
pengalaman yang menyenangkannya dengan pub-
lik pembaca.
2) Semakin mengukuhkan upaya pembangunan citra
produk dan organisasi pada publik pembaca karena
dibuktikan melalui dukungan atau pengakuan salah
364

seorang konsumen yang sebelumnya menulis surat


pembaca tersebut.

E. MEMBALAS SURAT PEMBACA


Membalas surat pembaca, terutama surat pembaca yang
berisikan keluhan, ketidakpuasan, kekecewaan, kritik atau
bahkan kemarahan dari publik (konsumen, nasabah, mitra
kerja, serta para pihak pemangku kepentingan lain) terkait
barang atau jasa dari perusahaan tempat PRO bekerja
merupakan salah satu tugas PR. Tujuannya untuk mem-
berikan penjelasan atau solusi yang tepat sehingga publik
terpuaskan. Dari tujuan tersebut diharapkan dapat menim-
bulkan respon yang positif. Tidak hanya respon dari publik
yang mengirim surat pembacanya maupun respon dari
publik pembaca pada umumnya. Tujuan akhirnya adalah
memulihkan hubungan baik dengan pengirim surat pem-
baca tersebut sehingga mereka tetap menjadi pelanggan
setia perusahaan. Sedangkan tujuan akhir terhadap publik
pembaca secara umum yaitu untuk memulihkan sekaligus
membangun citra organisasi dan produk yang baik sehing-
ga mereka pun dapat menjadi konsumen dari produk/jasa
yang ditawarkan perusahaan seperti telah dijelaskan sebe-
lumnya.

Langkah pertama sebelum menulis/membalas surat pem-


baca adalah mempelajari dengan sungguh-sungguh pernya-
taan yang disampaikan penulis pembaca, terutama menge-
nai pokok permasalahannya. Langkah selanjutnya adalah
mengkonfirmasi permasalahan yang dikemukakan dalam
surat pembaca tersebut kepada pihak terkait. Apabila per-
365

masalahan menyangkut keluhan atau kekecewaan menge-


nai pelayanan, misalnya, maka PRO dapat menyam-
paikannya kepada bagian pelayanan pelanggan, berdialog
mengenai duduk persoalan terkait pelayanan yang dikeluh-
kan nasabah/konsumen tersebut dan bersama-sama menen-
tukan solosi yang tepat dalam mengatasi keluhan yang
dimaksud.

Pihak PR harus dapat meyakinkan bagian pelayanan dan


pihak terkait lainnya untuk menunjukkan komitmen dalam
mengatasi permasalahan yang dialami konsumen/nasaba-
hnya. Setelah menentukan solusi terbaik yang harus segera
ditempuh, maka PRO segera membalas keluhan/keke-
cewaan/kritik/kemarahan yang dikemukan nasabah/konsu-
men sesuai isi dalam surat pembacanya dengan menyam-
paikan solusi yang dimaksud.

Secara keseluruhan, terdapat struktur yang hendaknya di-


perhatikan dalam menulis/membalas surat pembaca yang
meliputi: pendahuluan, isi, penutup. Gaya penulisan surat
pembaca bisa beragam tetapi dalam menuliskannya harus
memperhatikan aspek keringkasan, kejelasan, kepadatan,
dan ketepatan.

Ringkas berarti tidak bertele-tele atau tidak menggunakan


kata-kata yang mubazir. Kejelasan berarti jelas maksudnya
atau langsung dapat dipahami karena kata-katanya familiar
atau tidak menggunakan istilah yang membingungkan.
Padat berarti sarat informasi atau penjelasan meskipun di-
sampaikan dengan kalimat atau paragraf yang ringkas.
366

Ketepatan berarti kesesuaian antarta permasalahan yang


disampaikan oleh nasabah/konsumen dengan jawaban atau
solusi yang dikemukakan oleh pembalas surat pembaca,
dalam hal ini PRO-nya.

Tujuan menerapkan prinsip ringkas, jelas, padat, dan tepat


agar pesan dapat disampaikan secara efektif dan efisien.
Efektif berarti berdampak yang diharapkan kepada sasaran
pembaca, baik pembaca khusus maupun pembaca umum.
Pembaca khusus yaitu orang yang telah mengirimkan surat
pembaca sebelumnya. Pembaca umum adalah pembaca
media atau surat kabar, terutama yang sebelumnya telah
membaca surat pembaca yang ditulis oleh konsumen/nasa-
bah. Sedangkan yang dimaksud efisien berkenaan dengan
terbatasnya space atau kolom pemuatan surat pembaca
yang disediakan di salah satu halaman surat kabar atau
majalah.

Perihal sturktur dalam penulisan atau membalas surat


pembaca dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Pendahuluan
Pendahuluan merupakan intro yang menghantarkan
pada isi atau permasalahan. Mengacu pada prinsip
keringkasan dan kepadatan, pendahuluan dapat di-
tulis dalam satu paragraf.
Banyak cara dalam menyampaikan pendahuluan.
Salah satu caranya diawali ucapan penghormatan
dan/atau terimakasih kepada pengirim surat pem-
baca. Sebutkan namanya dengan ejaan yang benar
367

sesuai tertera dalam surat pembaca yang sebelum-


nya telah dimuat pada media tersebut. Dilanjutkan
dengan menyinggung kritik/saran/keluhannya se-
suai judul dalam surat pembacanya disertai penye-
butan media dan tanggal/edisi pemuatannya.

2) Isi
Sebaiknya diawali permohonan maaf dan dilanjut-
kan menyampaikan hal-hal yang perlu dijelaskan
sesuai permasalahan yang dikemukakan oleh pe-
ngirim surat pembaca (nasabah atau konsumen).
Penjelasan hendaknya disampaikan secara terpe-
rinci dan disertai solusi yang tepat atau langkah-
langkah lain yang mungkin harus dilakukan, teru-
tama oleh pihak perusahaan sebagai wujud komit-
men untuk menyelesaikan masalah tersebut. Jangan
menunjukkan egoisme apalagi terkesan tidak mau
disalahkan.

3) Penutup.
Sampaikan apresiasi kepada konsumen atas kelu-
han/kritiknya sebagai bahan evaluasi bagi mana-
jemen/organisasi untuk memperbaiki dan mening-
katkan pelayanan. Ucapan terimakasih/penghar-
gaan dapat disampaikan atas kesediaannya telah
memilih produk atau jaya dari perusahaan dan
permohonaan maaf yang tulus atas kurang atau
tidak memuaskannya pelayanan yang diberikan
perusahaan.
368

Sertakan nomor telepon dan alamat email layanan


konsumen yang bisa dihubungi. Persilahkan kon-
sumen/nasabah tadi agar mengirimkan nomor tele-
pon dan alamatnya ke email yang dimaksud untuk
bahan tindak lanjut yang diperlukan oleh pihak
perusahaan. Berikan jaminan bahwa saran, masu-
kan, kritikan bahkan keluhan dari setiap konsu-
men/nasabah akan drespon.Surat pembaca diakhiri
dengan penghormatan dan nama jelas penulis surat
dan jabatannya di perusahaan.

Di samping terkait dengan ejaan, tata bahasa atau prinsip-


prinsip penulisannya seperti ringkat, jelas, padat, dan tepat
sebagaimana telah dikemukakan, membalas surat pembaca
pun perlu menyertakan aspek psikologis agar bisa lebih
atau mengesankan sasaran pembacanya. Aspek psikologis
yang dimaksud dapat dirasakan dari kata-kata atau kalimat
yang ditulis.

Penggunaan bahasa yang memperhatikan aspek psikologis


tercermin dari kata-kata yang menunjukkan kerendahan
hati, kesantunan atau ketulusan tetapi tidak berlebihan-
lebihan. Pilihlah kata sapaan “Bapak” atau “Ibu” dari pada
menggunakan kata “Saudara” atau “Anda”. Jangan
menggunakan kata “Kamu” apalagi atau kata “You”. Kata
“Bapak” atau “Ibu” terkesan lebih hormat, rendah hati, dan
santun dari pada kata-kata setelahnya.

Kata “dimohon” akan lebih baik daripada menggunakan


kata “diharapkan”. Begitu pula dengan kata “alangkah
369

baiknya” akan terasa lebih tepat padanan katanya dari pada


kata “seharusnya”.

Hindari kata-kata yang terang-terangan menunjuk seorang


konsumen melakukan “kesalahan”, “kekeliruan”, atau “ke-
cerobohan”, misalnya, meskupun kenyataannya demi-kian.
Kata-kata tersebut dapat diganti dengan kata “kurang
tepat” yang diawali dengan kata “maaf”. Contoh: “....
Maaf, mungkin Ibu kurang tepat dalam.....” .

Prinsip penyampaian pesan yang memperhatikan aspek


psikologi yaitu agar pesan yang diterima lebih berkesan di
hati tanpa mengeyampingkan kejelasan dari maksud yang
sebenarnya. Pendekatan psikologis semacam ini akan sa-
ngat membantu untuk menimbulkan pengertian apalagi
permakluman. Apalagi mereka adalah bagian dari publik
potensial yang harus dijaga dan dipelihara oleh organisasi.

Sebagai bahan analisa, di bawah ini contoh sejumlah surat


pembaca dan balasan surat pembaca yang dikutip dari
www.kompas.com:

Contoh surat pembaca I:


PenipuanPembebasan Annual Fee SeumurHidup

Rabu, 29 Juli 2015 | 09:41 WIB


Istri saya pemilik KK Bank Mega dimana berawal dari sekitar
tahun 2011 dimana diinformasikan apabila kami belanja minimal Rp 8
juta akan dibebaskan annual fee seumur hidup. Kemudian kami
kebetulan belanja untuk kebutuhan lebaran sebesar -Rp 9 juta, dan
ternyata benar di tahun berjalan 2012, 2013 tidak ditagih untuk annual
fee. Dan di tahun 2014 tiba tiba muncul annual fee sebesar Rp 150 ribu.
370

Segera istri saya menghubungi CS Bank Mega dan dibantu proses


penghapusan. Kemudian di bulan berikutnya sudah dikreditkan.
Saat itu saya berpikir nakal sekali Bank Mega dengan cara diam
diam menagih annual fee. Dan ternyata di tahun 2015 ini istri saya
kembali ditagih annual fee sebesar Rp 150 ribu. Ada apa sebenarnya
dengan sistem Bank Mega? Apa akan mengambil keuntungan dengan
cara seperti ini, disaat konsumen lengah?
Dan anehnya saat istri saya hari ini menghubungi CS Bank
Mega, malah sekarang dikatakan harus belanja lagi tiap tahun min Rp
9 juta. Sangat tidak adil dan curang sekali, di tahun 2011 dikatakan free
seumur hidup dan ternyata sudah 4 tahun berlalu malah harus belanja
lagi min Rp 9 juta.
Mohon agar dapat dikreditkan kembali annual fee nya dan
sesuai komitmen Bank Mega yan g katanya KK Mega istri saya
dibebaskan annual fee seumur hidup, silahkan Bank Mega melihat
komitmen nya saat menginformasikan promo tersebut. Terima kasih
kepada Kompas.com atas dimuatnyasuratpembaca ini.

Sandy Agustinus, Puri SentosablokE1 no.66-67


(sumber: http://inside.kompas.com/tanggapan/read/48726)

Contoh balasan surat pembaca 1:


PenipuanPembebasan Annual Fee SeumurHidup

Senin, 23 November 2015 | 11:09 WIB


Sehubungan dengan surat Bapak Sandy Agustinus di Kom-
pas.com (29/7), "Penipuan Pembebasan Annual Fee Seumur Hidup."
Dengan ini kami sampaikan bahwa kami telah berupaya untuk
menghubungi Bapak Sandy Agustinus, namun data tidak ditemukan.
Maka, melalui surat ini kami menghimbau kepada Bapak Sandy
Agustinus agar dapat menyampaikan keluhannya secara langsung
melalui layanan Mega Call 60010 (HP)/ 1500010, atau secara tertulis
melalui formulir pengaduan nasabah pada situs www.bank mega.com.
Demikian kami sampaikan. Terima kasih atas perhatian dan
kerjasama kompas.com untuk memuat tanggapan kami.
371

Christiana M. Damanik
Corporate Affair Head
(sumber: http://inside.kompas.com/tanggapan/read/48726)

Contoh surat pembaca 2:


Pengalaman Pertama dan Terakhir Berbelanja di
Matahari Mall

Jumat, 30 Oktober 2015 | 17:19 WIB


Saya ingin menyampaikan kekecewaan saya terhadap pelaya-
nan Matahari Mall. Tanggal 24 Oktober saya melakukan pemesanan
dengan nomor order: C1445646998974. Pembayaran telah dilakukan
dan status berubah menjadi shipped. Pada hari Rabu, saya melakukan
konfirmasi kembali dan setelah dicek ternyata resi tidak ada dan barang
belum ada status berada dimana, pihak CS mengatakan akan mengurus
untuk permasalahan ini.
Dan pada hari Jumat ketika saya melakukan konfirmasi
kembali, ternyata hal ini masih sama, resi tidak dapat dicek dan status
barang belum jelas. Pihak cs mengatakan akan mengurus dan mengirim
melalui pengiriman internal, namun sampai saat ini tidak ada kabar
maupun konfirmasi mengenai hal ini.
Sebagai pembeli pertama, saya sangat sangat kecewa dengan
pelayanan dari Matahari Mall mengingat barang ini merupakan barang
yang cukup urgent sehingga sangat menggangu. Mohon perhatiannya
untuk hal ini.

Chris
Jl D Blok B KomplekMulia Darma no 21, Telukgong
(sumber: http://inside.kompas.com/tanggapan/read/49511)

Contoh balasan surat pembaca 2:


Pengalaman Pertama dan Terakhir Berbelanja di
Matahari Mall

Jumat, 20 November 2015 | 10:28 WIB


372

Dengan hormat, Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih


atas keluhan yang disampaikan oleh Bapak/Ibu Chris yang dimuat di
Kompas.com pada Jumat, 30 Oktober 2015 dengan judul
“Pengalaman Pertama dan Terakhir Berbelanja di MatahariMall”.
Menanggapi keluhan tersebut, MatahariMall.com telah meng-
hubungi Bapak/Ibu Chris untuk menyampaikan permohonan maaf,
memberikan penjelasan, serta telah melakukan pengiriman barang.
Bapak/Ibu Chris dapat memahami penjelasan tersebut dan meng-
anggap permasalahan ini telah selesai. Atas nama MatahariMall.com,
kami sekali lagi menyampaikan permohonan maaf atas ketidak-
nyamanan yang dirasakan oleh Bapak/Ibu Chris.
Kami sangat mengapresiasi masukan yang sudah diberikan dan
akan kami gunakan untuk meningkatkan kualitas layanan kami di
kemudian hari. Jika masih ada pertanyaan atau saran lain yang ingin
disampaikan, Bapak/Ibu dapat menghubungi 150 00 38 atau melalui
email help@mataharimall.com. Kami siap membantu Bapak/Ibu
dengan senang hati.

Hormat kami,
Rohan Hafas
Marketing Communications Manager MatahariMall.com
(sumber: http://inside.kompas.com/tanggapan/read/49511)

Contoh surat pembaca 3:


Citibank Merugikan Perusahaan Saya

Senin, 9 November 2015 | 15:15 WIB


Sudah selama seminggu ini saya tiap hari harus menghubungin
pihak kartu kredit Citibank dengan menggunakan nada yang tinggi. Ini
disebabkan karena mulai bulan ini nampaknya Citibank menerapkan
filter di kartu kreditnya sehingga ada beberapa online merchants yang
ditandai dengan dugaan fraud.
Pertama kali saya mengalami ini, saya menerima SMS yang
berisi: "Nasabah Yth, terjadi transaksi yg blm disetujui di Kartu Kredit
Citibank xxxx sebesar xxxx pd 03/11/2015. Bila tdk mengenal
transaksi hub 69999" Sesuai dengan kata-kata dalam sms tersebut, saya
373

memilih tidak menghubungi Citibank karena saya tahu persis


mengenai transaksi tersebut.
Tetapi ternyata, terjadi pemblokiran terhadap kartu saya di
merchant tersebut sehingga saya tidak bisa menggunakan lagi jasa dari
merchant tersebut. Setelah saya menelpon Citibank, dengan proses
yang berbelit-belit, akhirnya berhasil dibukakan.
Tetapi yang terjadi adalah, keesokan harinya terjadi pem-
blokiran di merchant yang sama. Dan tentu saja saya harus menelpon
lagi. Dan Citibank menyatakan tidak bisa membuka parameter untuk
selamanya, hanya bisa per hari atau per bulan.
Selama seminggu ini, sudah ada 4 regular merchants yang
secara reguler saya melakukan pembayaran via online di blokir.
Perusahaan saya menggantungkan seluruh bisnis dan transaksi kami di
online menggunakan software, domain dan lain-lainnya yang
membutuhkan transaksi secara online.
Dan dengan adanya pemblokiran-pemblokiran ini, tiap kali
kartu saya diblok karena dugaan-dugaan sepihak dari Citibank, menye-
babkan sistem di perusahaan saya down dan saya membutuhkan waktu
setidaknya 30 menit untuk menghubungi Citibank. Lalu Citibank
membutuhkan waktu setidaknya 1 jam untuk proses.
Ada satu kasus dimana Citibank baru selesai proses lebih dari 1
hari. Selama sistem perusahaan saya down karena pemblokiran ini,
kerugian yang kami tanggung luar biasa besarnya dimana Citibank
tidak bisa bertanggung jawab akan hal ini.
Saya berkali-kali meminta solusi yang jelas dari Citibank akan
hal ini, tapi mereka tidak pernah bisa memberikan solusi yang
memuaskan. Saya sungguh buang waktu saya dengan harus meng-
hubungi pihak Citibank tiap harinya untuk masalah yang sama.

Nadia Yustina
Jl. Elang blok E no.30, Pamulang Permai
(sumber: http://inside.kompas.com/tanggapan/read/49579)
374

Contoh balasan surat pembaca 3:


Citibank Merugikan Perusahaan Saya

Selasa, 17 November 2015 | 10:33 WIB


Dengan hormat, Terima kasih atas perhatian Ibu Nadia Yustina
terhadap Citibank. Menanggapi surat pembaca yang ditulis oleh Ibu
Nadia Yustina di Kompas.com tertanggal 9 November 2015, bersama
ini kami informasikan bahwa kami telah menyelesaikan permasalahan
yang dikeluhkan dengan baik.
Apabila masih ada yang ingin Ibu Nadia Yustina sampaikan
kepada kami, Ibu dapat menghubungi Layanan 24 jam Citiphone
Banking kami di nomor (021) 252 9999 atau 69999 (melalui ponsel,
tanpa kode area dan berlaku nasional) atau melalui website kami di
www.citibank.co.id. Dengan senang hati kami siap membantu Ibu.

Hormat kami,
Tri Usada
Centralized Customer Care Head Citibank N.A - Indonesia
(sumber: http://inside.kompas.com/tanggapan/read/49579)

Dari tinjauan PR, selain berfungsi informatif dan kontrol


bagi perusahaan/organisasi, surat dari pembaca berfungsi
edukatif bagi pihak PR dan konsumen atau publiknya.
Bahkan balasan surat pembaca yang dikemas secara baik
dengan menunjukkan komitmen organisasi/PR untuk me-
nyelesaikan persoalan yang dihadapi publik sesungguhnya
mengandung nilai-nilai kampanye PR, khususnya secara
promotif.

Membalas surat pembaca dengan cara ini merupakan ben-


tuk penulisan PR yang efektif. Peluang pemuatannya di
media massa bisa lebih besar daripada pemuatan pers
release yang dikirimkan pihak PR ke media massa tersebut.
375

F. INISIATIF MENULIS SURAT PEMBACA


Menulis surat pembaca bisa dilakukan oleh PRO tanpa ha-
rus berupa balasan surat pembaca terhadap surat pembaca
yang disampaikan publik atau konsumen. Memang tidak
ada jaminan bahwa surat pembaca yang ditulis PRO, apa-
lagi terkandung unsur-unsur promotif terkait perusahaan
(barang/jasa), dapat dimuat oleh redaksi di kolom surat
atau suara pembaca. Namun bukan pula tidak mungkin, su-
rat pembaca yang ditulis dan dikirimkannya dimuat oleh
media massa karena pertimbangan adanya informasi yang
penting diketahui publik tertentu.

Perlu kreativitas untuk mengupayakan penulisan ini se-


hingga dapat diterima oleh pihak media. Mempelajari ala-
san atau pertimbangan dimuatnya surat pembaca oleh re-
daksi melalui berbagai surat pembaca yang dimuat media
tersebut dapat menginspirasi untuk menuliskan sesuatu
dalam surat pembaca.
376

DAFTAR PUSTAKA

Ayres, Joe and Hopf, Tim (1993); Coping with


Speech Anxiety;Second Printing; Ablex Publishing Corpo-
ration; New Jersey, USA.
Ardianto, Elvinaro., Komala, Lukiati., dan Siti Kar-
linah (2014); Komunikasi Massa: Suatu Pengantar;
Simbiosa Rekatama Media, Bandung.
Bland, Michael., Theaker, Alison & Wragg, David
(2005); Effective Media Relations How to Get Results;
third edition; Kogan Page; USA.
Brooks, Pamela (2002); Easy Step by Step Guide,
Writing Advertising Copy; Rowmark Ltd; Unit 36 Broad-
marsh Innovation Centre, Havant, Hampshire PO9 1HS.
Brooks, Pamela (2002); Easy Step by Step Guide,
Writing Articles and Newsletters; Rowmark Ltd; Unit 36
Broadmarsh Innovation Centre, Havant, Hampshire PO9
1HS.
Briggs, Mark (2007); Journalism 2.0 - How to Survi-
ve and Thrive; Journalism 2.0 is an initiative of J-Lab;
The Institute for Interactive Journalism, a center of the Uni-
versity of Maryland Philip Merrill College of Journalism,
and of the Knight Citizen News Network. (http://down-
loads.ziddu.com/downloadfile/24267644/Journalism-2.0-
Mark- Briggs.pdf.html)
377

Cowie, A.S. Hornby A.P (editor) (1974); Oxford Ad-


vanced Learner’s Dictionary of Current English; Oxford
University Press, UK.
Djuroto, Totok (2002); Manajemen Penerbitan Pers;
cetakan ke-1; PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Darmastuti, Rini (2012); Media Relation: Konsep,
Strategi, dan Aplikasi; Penerbit Andi, Yogyakarta.
Effendy, Onong Uchjana (2011); Komunikasi; Teori
dan Praktek;cetakan ke-20; PT. Remaja Rosdakarya, Ban-
dung.
Foster, John (2008); Effective Writing Skills for
Public Relations; fourth edition; Kogan Page Limited; US;
Iriantara, Yosal dan Surachman, Yani (2006); Public
Relations Writing, Pendekatan Teoritis dan Praktis; ceta-
kan ke-1; Simbiosa Rekatama Media; Bandung.
Kotler , Philip dan Armstrong, Gary (1997); Dasar-
Dasar Pemasaran: Principles of Marketing; alih bahasa:
Alexander Sindoro; Prenhalindo, Jakarta.
Kennedy, John E (2008); Simple, Clear, Economic;
PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
Kurnia, Eddy (2010); Komunikasi dalam Pusaran
Kompetisi; Republika; Jakarta.
Moore, Frazier (1998); Hubungan Masyarakat:
Prinsip, Kasus dan Masalah; PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Morissan (2010); Periklanan, Komunikasi Pemasar-
an Terpadu; Prenada Media Group; Jakarta.
Natoradjo, Sulyus (2011); Event Organizing, Dasar-
Dasar Event Management; PT. Gramedia Pustaka Utama;
Jakarta.
378

Newsom, Doug & Haynes, Jim (2008); Public Rela-


tions Writing, Form & Style; 8th edition, Thomson
Wadsworth; USA.
Pace, R. Wayne dan Faules, Don F (2000); Komu-
nikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja
Perusahaan; penerjemah: Deddy Mulyana; cetakan ke-2;
PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Ruslan, Rosady (2003); Manajemen Public Relations
dan Media Komunikasi; PT. Grafindo Perkasa, Jakarta.
Romli, Asep Syamsul M (2003); Jurnalistik Tera-
pan: Pedoman Kewartawanan dan Kepenulisan; cetakan
ke-1; Batic Press; Bandung.
Rakhmat, Jalalludin (2012); Retorika Modern,
Pendekatan Praktis; PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Smith, Ronald D; (2003); Becoming a Public Rela-
tions Writer: A Writing Process Workbook for the Profe-
ssional; second edition; Lawrence Erlbaum Associates,
New Jersey; USA.
Silalahi, Ulber (2013); Asas-Asas Manajemen;
Cetakan ke-2; Refika Aditama, Bandung.
Sumirat, Soleh, dan Ardianto, Elvinaro (2012);
Dasar-Dasar Public Relations; PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Sumadiria, AS Haris (2014 ); Bahasa Jurnalistik:
Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis; cetakan ke-5; Sim-
biosa Rekatama Media; Bandung.
Semi, Atar (1995); Teknik Penulisan Berita, Featu-
res, dan Artikel; edisi ke-1, Penerbit Mugantara; Bandung.
379

Woodard, Cheryl (2004); Starting & Running a


Successful: Newsletter or Magazine; Berkeley, CA, USA.

Internet:
http://www.kemenperin.go.id/ - diakses pada tanggal
15 Februari 2016
http://romeltea.com/penggunaan-bahasa-indonesia-
media-internet - diakses pada tanggal
http://www.oxfordlearnersdictionaries.com/
Laporan tahunan PT. Antam (Tbk) 2014
http://ctb.ku.edu/en/table-of-
contents/participation/promoting-interest/fact-sheets/main
http://www.fctl.ucf.edu/AboutUs/FactSheet/
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs318/en
/https://www.mediastatements.wa.gov.au/Pages/Barnett/2
016/01/Support-to-grow-WAs-Aboriginal-art-centres-
.aspx
http://www.who.int/mediacentre/news/statements/2
016/emergency-committee-zika/en/)
http://downloads.ziddu.com/downloadfile/24267644
/Journalism-2.0-Mark-Briggs.pdf.html
380

SEKILAS TENTANG PENULIS

Sopian, S. Sos., M.I.K.adalah seorang akademisi dan prak-


tisi komunikasikelahiran Bogor, Jawa Barat, 18 Juni 1973.
Aktivitasnya pernah mengajar di Fakultas Ilmu Komuni-
kasi Universitas Esa Unggul Jakarta, Universitas Muha-
mmadiyah Tangerang, Kepala Bagian di PT. Tazkia Inves-
tindo Utama, menulis sejumlah buku, serta sering meme-
nuhi undangan sebagai pembicara dalam berbagai pelati-
han dan workshop.

Pelatihan/workshop yang pernah disampaikannya antara


lain: Internal Public Relationsdi Pusdiklat Kemenag RI
(Ciputat), Membangun Integritas dan Profesionalisme
(Kantor Pelayanan Pajak PMA I Jakarta), Memanfaatkan
Media Komunikasi dan Informasi Secara Kreatif, Penu-
lisan Kreatif di Media Sosial, Membangun Semangat
Kewirausahaan, Prophetic Entrepreneurship, ProCharacter
Building di Universitas Airlangga, Membangun Kinerja
Satpol PP di Hotel Grand Mutiara dan di Hotel Lembah
Pinus (Bogor), Integritas dan Profesionalisme Guru dan
lain-lain.

Alumni S1 Fakultas Ilmu Komunikasi IISIP Jakarta dan


Magister Ilmu Komunikasi (Bisnis) Universitas Muha-
mmadiyah Jakarta ini juga pernah bekerja antara lain seba-
gai: Creative Director suatu majalah kehumasan Person
dan program kehumasan Person TV yang pernah ditayang-
kan TVRI Pusat (2007/2008), pemimpin redaksi majalah
381

internal organisasi IKAH (2011-2012), dan sempat menja-


di wartawan di sejumlah media yang diawali dengan
magang wartawan di kantor Pemberitaan Angkatan Ber-
sejata saat masih kuliah (2014). Selain sebagai dosen dan
pelatih, kini, penuliis merupakan kandidat doktor (S3)
komunikasi pembangunan IPB.

Seminar dan pelatihan yang pernah diikuti Sopian dianta-


ranya:Manager Development Programe (2012), Peran
Komunikasi Publik dalam Penyelenggaraan Transportasi
(2013), Komunikasi Nusantara: Budaya Lokal dalam Pers-
pektif Komunikasi Kebangsaan (2013), Partisipasi Masya-
rakat Komunikasi Jakarta dalam Menyosialisasikan dan
Mengimplementasikan Kebijakan Strategis Pemprov DKI
Jakarta (2013), Potret Komunikasi Politik Parlemen RI
(2013), Meningkatkan Nilai Komersial Hasil Riset dan
Inovasi Menghadapi Era Globalisasi (2001), dan Mana-
jemen SDM dalam Menghadapi Era Globalisasi (2013).

Kang Sopian, demikian sapaan akrabnya, dapat dihubungi


melalui email: sopianmhd@gmail.com
382

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28


Tahun 2014 tentang Hak Cipta bisa terkena sanksi pidana
penjara hingga 10 tahun atau denda hingga satu miliar rupiah
---
Mohon tidak menggandakan atau memperbanyak e-book ini
tanpa izin penerbit karena bertentangan dengan hukum,
moral, dan menyangkut hak ekonomi penulis dan penerbit.
-----
Pembelian e-book ini dapat dilakukan dengan langsung
menghubungi redaksi melalui email:
menarahati9@gmail.com

MENARA HATI
Foundation

Anda mungkin juga menyukai