Istilah “opini publik” berasal dari bahasa Latin “opinari dan publicus” yang artinya: “berpikir/menduga”
dan “milik masyarakat luas”. Atau kalau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai dugaan,
perkiraan, harapan dan pilihan yang dilakukan oleh banyak orang (Sumirat, Soleh & Ardianto, 2004).
Beberapa orang mendefinisikan Istilah opini publik sebagai berikut:
Leonard W. Doob
Opini publik sebagai hasil dari sikap sekumpulan orang yang memperlihatkan reaksi yang sama
terhadap rangsangan yang sama dari luar (Sumirat, Soleh & Ardianto, 2004).
Seitel
Opini publik mewakili kesepakatan yang dimulai dengan sikap orang-orang terhadap isu yang masih
tanda tanya (Sumirat, Soleh & Ardianto, 2004).
Opini publik adalah ekspresi sikap/pendapat sekumpulan orang terhadap suatu persoalan
yang masih menjadi tanda tanya (dapat berubah-ubah), yang biasanya muncul melalui
media massa.
Alat-alat yang biasanya digunakan oleh praktisi PR untuk membentuk opini publik adalah: pers,
organisasi politik maupun organisasi non politik. Khususnya pers/media massa, merupakan alat utama
dalam berkomunikasi dan menjadi bagian yang integral dalam proses PR.
Salah satu fungsi pers adalah media komunikasi massa yang menjadi penyalur suara masyarakat,
penyampai pesan dari dan ke masyarakat, dan menyampaikan informasi yang berguna bagi masyarakat.
Artinya bahwa informasi yang disampaikan oleh pers apabila dipercayai oleh masyarakat, tanpa disadari
akan membentuk sebuah opini publik. Oleh karena itu media merupakan sarana transformasi beragam
bentuk informasi yang menentukan kesuksesan program PR.
Lebih lanjut, menurut Frank Jefkins, fungsi media relations atau press relations adalah menyiarkan atau
mempublikasikan seluas-luasnya informasi PR guna menciptakan pengetahuan dan memberi
pengertian bagi publiknya. Hal ini dapat diartikan bahwa media:
- dianggap memiliki peran sebagai perpanjangan tangan untuk berbicara dengan publik, sehingga
publik dapat mengetahui aktivitas perusahaan;
- dinilai dapat membantu perusahaan dalam mensosialisasikan kebijakan kepada masyarakat luas;
- dapat dimanfaatkan untuk membangun citra positif perusahaan di mata publik; - dapat
digunakan sebagai alat promosi perusahaan; dan sebagainya.
3. PENDEKATAN-PENDEKATAN PEMBENTUKAN PO
Secara umum opini publik dapat dibentuk melalui tiga pendekatan sebagai berikut:
1). Komunikasi langsung antar pribadi (pendekatan interaksional)
Yakni pembentukan opini publik melalui komunikasi langsung antar pribadi dengan dukungan teori
empati dan homofili. Empati dapat dipahami sebagai "turut merasakan" merupakan kemampuan
menempatkan diri pada situasi dan kondisi orang lain. Sedangkan homifili dapat digambarkan
sebagai suasana dan kepribadian kondisi fisik dua orang yang berinteraksi, karena memiliki
kesamaan bahasa, pengetahuan, atau kepentingan.
2). Komunikasi tidak langsung dalam dua tahap (pendekatan two step flow)
Yakni pembentukan opini publik melalui komunikasi tidak langsung dengan menghadirkan
tokoh/pemuka opini publik (opinion leader) yang selanjutnya menyampaikan kepada khalayak.
3). Melalui media massa (pendekatan mekanistik)
Yakni pembentukan opini publik melalui suntikan media massa tentang suatu pesan atau opini
pribadi kepada khalayak dengan kuat, sehingga dapat mendominasi pola pikir khalayak (the
bullet/hypodermic needle theory).
Dari tiga pendekatan tersebut, pendekatan melalui media massa (mekanistik) merupakan pendekatan
yang paling tinggi intensitas pemanfaatannya. Dalam hal ini aktivitas PR dan pers didasarkan pada
prinsip yang sama, yakni sebagai mediator yang menjembatani kepentingan pihak yang saling
berinteraksi, karena informasi yang disalurkan terkait dengan kegiatan mereka.
Secara garis besar, bentuk kegiatan media relations dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yakni
kegiatan penulisan dan kegiatan non penulisan sebagai berikut:
4. FUNGSI PR DAN PO
Dari sisi kegiatan, komunikasi yang dilakukan dalam Public Relations pada dasarnya bertujuan untuk
menciptakan dan memelihara saling pengertian serta menjamin organisasi dapat dimengerti oleh
masyarakat, dan sebaliknya, organisasi pun dapat memahami masyarakatnya. Oleh karena itu
Cutlip, Center & Canfield merumuskan fungsi PR sebagai berikut:
1). Menjunjung aktifitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama, fungsi yang melekat pada
manajemen organisasi.
2). Membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publik sebagai khalayak sasaran.
3). Mengidentifikasi opini, persepsi, dan tanggapan publik terhadap organisasi dan sebaliknya.
4). Melayani keinginan publik dan memberikan sumbang saran kepada manajemen organisasi dalam
rangka mencapai tujuan/manfaat bersama.
5). Menciptakan komunikasi dua arah, timbal balik, dan mengatur arus informasi, publikasi serta pesan
dari organisasi ke publik dan sebaliknya, demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak.
(Rosady Ruslan, 2014).
4). Melayani publik dan menasehati pimpinan organisasi demi kepentingan umum.
(Onong Uchjana Effendy, 2003).
Dalam konteks ilmu politik, Jeremy Benthan menyatakan bahwa opini publik berfungsi sebagai kontrol
sosial dan berperan sebagai dasar dalam membangun negara demokrasi. Sedangkan Emory S. Bogardus
mengemukakan bahwa opini publik memiliki tiga fungsi sebagai keutuhan dalam kehidupan sosial dan
politik, yakni: (i) dapat memperkuat undang-undang dan peraturan-peraturan, karena tanpa dukungan
pendapat umum, undang-undang dan peraturan-peraturan itu tidak akan berjalan; (ii)
merupakan pendukung moral dalam masyarakat; dan (iii) dapat menjadi pendukung eksistensi
organisasi-organisasi sosial dan organisasi-organisasi politik.
Besarnya pengaruh opini publik tersebut jika ditarik dalam konteks PR menunjukkan bahwa fungsi opini
publik terhadap organisasi/perusahaan antara lain:
Hal penting lain yang terkait dengan opini publik adalah bahwa opini pada dasarnya ditentukan oleh
pandangan dan kepentingan pribadi atau golongan. Dan apabila opini publik dipahami sebagai ekspresi
sikap/pendapat sekumpulan orang terhadap suatu persoalan yang masih menjadi tanda tanya (dapat
berubah-ubah), akan berarti bahwa opini publik sangat peka terhadap suatu peristiwa, sehingga jika
terjadi peristiwa besar yang luar biasa akan dapat mengubah opini publik seketika itu.
5. PROSES MANAJEMEN
Pada dasarnya manajemen dapat dipahami sebagai serangkaian kegiatan dalam mengatur atau
menggerakkan sumber daya manusia (anggota organisasi/karyawan) dan mengarahkan sumber-sumber
daya lain, seperti: uang, bahan-bahan, alat-alat, gedung-gedung, atau mesin-mesin yang dimiliki suatu
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya secara efektif dan efisien serta
terdiri dari: perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan.
Dengan demikian, dalam konteks proses, manajemen merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
diperlukan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan terdiri dari tipe-tipe
kegiatan khusus atau fungsi:
Untuk melaksanakan proses manajemen, fasilitas/sarana (tools) yang diperlukan antara lain:
- Kekuasaan, yakni untuk mempengaruhi orang lain.
- Tujuan, yakni sebagai misi sasaran yang ingin dicapai organisasi di masa yang akan datang.
- Orientasi, yakni pengakraban dan penyesuaian dengan situasi/lingkungan (peran, organisasi,
kebijakan organisasi/karyawan lain).
- Sumber daya, yakni unsur-unsur: manusia (men), uang (money), bahan-bahan (materials),
mesinmesin (machines), metode (method), dan pasar (market).
Dalam konteks strategi, manajemen memiliki peran untuk membantu perubahan menyesuaikan diri
dengan perubahan–perubahan dalam lingkungan usaha. Peran tersebut dilakukan dalam tiga area
kegiatan yang meliputi: lapisan organisasi/perusahaan secara menyeluruh; lapisan bisnis/khusus
(terkait dengan kebijakan-kebijakan dalam pemilihan segmen pasar/jasa khusus); dan lapisan
fungsional (terkait dengan fungsi-fungsi operasi seperti: keuangan, akunting, SDM, maupun pemasaran,
termasuk public relations atau PR).
Pada saat ini hampir seluruh kegiatan dalam lingkup bisnis, industri maupun ekonomi, tidak terlepas
dari kegiatan PR, yakni kegiatan yang menekankan pada pembentukan citra (image building) suatu
produk barang/jasa yang positif dalam rangka mempermudah upaya pemasaran publik untuk menjadi
pelanggan (customer).
a). Melakukan tugas sebagai bagian manajemen strategis dari keseluruhan organisasi
(dengan melakukan survey atas lingkungan dan membantu mendefinisikan misi, sarana, dan
sasaran-sasaran organisasi).
Istilah “data” berasal dari bahasa Latin, merupakan bentuk jamak dari ‘datum’. Secara umum, data
dipahami sebagai catatan atas kumpulan fakta yang berwujud: suatu keadaan, gambar, suara, huruf,
angka, bahasa, atau simbol-simbol lain yang digunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, objek,
kejadian atau sebuah konsep.
Dengan adanya fakta sebagai ciri pokok, data merupakan suatu pernyataan yang diterima secara apa
adanya, belum memiliki arti bagi penerimanya. Artinya, data masih memerlukan adanya suatu
pengolahan/pemrosesan agar dapat memiliki arti bagi penerimanya, yang disebut sebagai “informasi”.
Data yang telah diolah menjadi informasi dipergunakan dalam membuat keputusan. Misalnya: dari data
presensi mahasiswa dalam suatu semester dan batas toleransi absen/ketidakhadiran maksimum 3 kali
(~pedoman akademik), pihak manajemen kampus mengambil keputusan terhadap mahasiswa yang
melanggar batas toleransi ketidakhadiran tersebut.
Bagi organisasi/perusahaan, khususnya yang profit oriented, data memiliki arti yang sangat penting dan
berpengaruh langsung terhadap eksistensinya. Karena dengan data yang disusun dengan baik dalam
sebuah basis data (database), perusahaan dapat mengumpulkan, mengorganisasi, dan menganalisis
data dalam rangka menentukan dan menjalankan strategi bisnisnya, terutama yang terkait dengan
konsumen, pesaing, perusahaannya, dan pasar (customer, competitor, company, dan change).
Fungsi database tersebut antara lain: sebagai komponen utama dalam sistem informasi atau sebagai
dasar dalam menyediakan informasi, menentukan kualitas informasi (cepat, akurat, dan relevan),
mengatasi kerangkapan data (redundancy data) dan kesulitan dalam mengaksesnya, atau untuk
menghindari terjadinya inkonsistensi data.
Dari paparan tentang pengertian dan arti penting data dan informasi tersebut menunjukkan bahwa
perusahaan yang ingin maju dan tetap eksis membutuhkan sistem informasi yang berkualitas, yakni
perpaduan yang baik antara sumber daya manusia, fasilitas, teknologi media, prosedur, dan
pengendalian yang bertujuan untuk mengolah data menjadi informasi yang berguna untuk mendukung
pekerjaan rutin, evaluasi terhadap prestasi atau sebagai dasar bagi pengambilan keputusan yang tepat.
Dengan ruang lingkup tugas membina hubungan ke dalam (public internal) dan ke luar (public external),
PR merupakan suatu bentuk kegiatan komunikasi yang lebih menitikberatkan pada upaya untuk
menumbuhkan suasana kerjasama, menciptakan saling pengertian antara stakeholder dengan
perusahaan dalam suasana yang saling menguntungkan. Agar tujuan tersebut dapat dicapai secara
efektif, kegiatan/program kerja PR menurut Cutlip & Center dapat dilakukan dengan membagi menjadi
empat tahapan sebagai pola kegiatan komunikasi/proses PR sebagai berikut:
Yakni mengkomunikasikan pelaksanaan program sehingga mampu mempengaruhi sikap publik yang
mendorong untuk mendukung pelaksanaan program tersebut. Komunikasi yang dilakukan
merupakan penyampaian informasi secara aktif kepada publik (internal/eksternal) mengenai apa
yang telah disusun dan diprogramkan dengan menggunakan berbagai bentuk, jenis, serta teknik
komunikasi agar dapat mencapai efek yang diharapkan. Berdasarkan data yang dikumpulkan (fact
finding), langkah-langkah yang dilakukan antara lain: merumuskan target/tujuan yang harus dicapai
ketika mengirim pesan tertentu, mengolah data tentang berbagai faktor social/politik yang
diperlukan, merumuskan bagaimana pesan itu harus disebarkan, menentukan teknik komunikasi,
memeriksa kesempurnaan informasi yang diperoleh pada tahap awal, fact finding, membandingkan
pengalaman-pengalaman pihak lain dan perusahaan sendiri sebagai bahan pemikiran untuk
memperoleh langkah terbaik bagi perusahaan, atau mengadakan analisis data atas informasi yang
diperoleh serta merumuskan sesuai program kerja (sesuai dengan situasi dan tempatnya). d).
Evaluasi (Evaluating)
Yakni melakukan penilaian terhadap hasil-hasil pelaksanaan program dari perencanaan,
pelaksanaan, pengkomunikasian, sampai keberhasilan/kegagalan yang terjadi pada program kerja,
dimana tujuan utamanya adalah mengukur efektivitas proses secara keseluruhan. Pada tahap ini,
praktisi PR harus cermat, teliti, dan hati-hati terkait dengan akurasi data yang telah ada. Kemudian
setelah selesai satu permasalahan, tidak menutup kemungkinan untuk mendapatkan masalah yang
baru lagi. Oleh karena itu tahap evaluasi ini juga merupakan acuan perencanaan di masa
mendatang.
Lebih lanjut Cutlip & Center menguraikan detil empat tahapan kegiatan/program kerja PR tersebut sbb:
1). Menganalisis perilaku umum dan hubungan organisasi terhadap lingkungan.
2). Menentukan dan memahami secara benar perilaku setiap kelompok terhadap organisasi.
3). Menganalisis tingkat opini publik, baik intern (internal public) maupun ekstern (external public).
4). Mengantisipasi kecenderungan-kencenderungan, masalah-masalah potensial, kebutuhankebutuhan,
dan kesempatan-kesempatan.
5). Menentukan formulasi dan merumuskan kebijakan-kebijakan.
6). Merencanakan alat/cara yang sesuai untuk meningkatkan/mengubah perilaku masayarakat sasaran,
termasuk membuat budget/anggaran biaya operasional.
7). Menjalankan dan melaksanakan aktivitas sesuai dengan program yang telah direncanakan.
8). Menerima umpan balik untuk dievaluasi dan mengadakan penyesuaian-penyesuaian yang perlu.