Anda di halaman 1dari 4

Mencarikan jodoh untuk anak

Target materi :

1. Orang tua tidak mencarikan dengan orang luar.


2. Jangan orang tua yang banyak memilih.
3. Orang tua paham ketika menikahkan anak di luar ketentuan berarti mengajak ke neraka.
4. Orang tua paham rukun dan syarat nikah (nikah sahih).

Dalam islam Allah akan meminta pertanggung jawaban dari setiap yang kita kerjakan termasuk
tugas dan tanggung jawab kita selaku orang tua terhadap anak. Karena anak termasuk amanah yang di
titipkan kepada kita, mulai dari memberikan nama yang baik, mendidik dengan didikan akidah tauhid
sebagai mana lukman mendidik anak-anaknya, setelah anak dewasa dan layak untuk berumah tangga
maka orang tua berkewajiban memilihkan dan mengarahkan pasangan hidupnya sesuai dengan syariat
islam. Sebagai mana :

Qs. An-nur : 32.

            
      

32. Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak
(berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika
mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-
Nya) lagi Maha mengetahui.

Sebagai orang tua mesti memahami bahwa menikahkan anak merupakan kewajiban yang mesti di
tunaikan sebagai salah satu bentuk penyempurnaan syariat dan pemeliharaan diri terhadap gejolak
syahwat, maka selaku orang tua mesti memahami betul tentang prilaku dan psikologis anak dengan
harapan anak senantiasa terpelihara dalam fitrahnya.

Terlebih dengan kondisi hari ini dimana prilaku-prilaku yang menyimpang syariat seperti : pacaran,
berkhalwat, taqrabu zina bahkan zina seolah menjadi hal yang wajar. Padahal dalam islam hal seperti ini
merupakan pelanggaran syariat yang akan merusak aqidah bahkan jamaah.

Menikah merupakan perintah Allah. Sehingga orang yang menikah atas dasar perintah Allah dan
sunah Rasul akan senantiasa mendapat jaminan pertolongan dari Allah sebagai mana janji Allah dan
Rasulnya :

Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya.    
  

Hadits : “ada tiga golongan yang berhak mendapat pertolongan Allah, yaitu : orang yang berjuang
di jalan Allah,seorang budak yang ingin merdeka dan orang yang menikah untuk menjaga
kehormatanya.”

( Hr.Tirmidzi, menurut tirmidzi hadits ini hasan)


Perlu dipahami bahwa kalimat miskin tidak hanya dalam hal harta (materi) tetapi berkaitan dengan
segala hal yang di butuhkan dalam rangka mengarungi rumah tangga. Termasuk apa-apa yang akan di
hadapi seperti kurangnya ilmu, pemahaman, kedewasaan, tempat tinggal kecakapan dan kecukupan yang
dibutuhkan dalam rumah tangga, sehingga semua itu akan di berikan oleh Allah dalam bentuk karunia-
Nya, sehingga terwujud rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah.

Namun tidak semua pernikahan yang akan mendapat jaminan tersebut, hanya pernikahan yang sesuai
dengan syariat-lah (sahih) yang akan mendapat jaminan ini. Sebagaimana

Qs. 2: 221.

              
             
             
  

221. Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya
wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan
janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik
hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya.
dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka
mengambil pelajaran.

Dalam ayat ini Allah mensyaratkan kepada orang tua agar tidak menikahkan orang mu’min dengan
orang musyrik. Mukmin merupakan syarat utama dalam memilih pasangan (menikah) sehingga bagi
orang tua tidak ada pemikiran bahkan tersirat keinginan untuk menikahkan anaknya di luar itu dan juga
akan berupaya untuk melarang anaknya ketika ada kecenderungan ke arah itu walaupun mereka menarik
hatimu.

Sehingga keimanan/din menjadi tolak ukur yang paling utama dalam memilih pasangan dan bukan
karena yang lain:

Nabi bersabda: “Perempuan dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, keturunannya,
kecantikannya dan dinnya. Pilihlah karena dinnya niscaya kamu beruntung. HR Buhari dan Muslim.

Sebagai mana dikisahkan ketika umar ra hendak menikahkan anaknya dengan seorang anak penjual
susu yang diketahui kejujuranya melalui dialog antara orang tua dan anak yang terdengar oleh umar ra.
Meskipun pada saat itu umar ra yang setatusnya adalah sebagai seorang khalifah. Begitu juga sebagai
mana kisah zulaibib yang menikah dengan seorang janda yang derajatnya lebih mulia.

Iman/din yang baik akan tercermin dalam bentuk ketaatan kepada Allah, Rasul dan ulil amri.
Terrealisasi dalam bentuk senantiasa menjalankan arahan dan program kelembagaan dan berusaha
semaksimal mungkin dalam menjalankan tugas dan arahan kepemimpinan islam.

Hadits : apabila kamu sekalian di datangi oleh seseorang yang dien dan akhlaknya kamu ridhoi maka
kawinkanlah ia, jika kamu sekalian tidak melaksanakan maka akan terjadi fitnah di muka bumi ini dan
tersebar kerusakan.
( hr. Tirmidzi. Ibnu majah dan hakim dari abu hurairah )

Berdasarkan keterangan dan hadits diatas maka cukuplah bagi orang tua memilihkan pasangan untuk
anak nya berdasarkan din dan akhlak bukan atas dasar yang lain, apalagi atas dasar suka sama suka,
kesukuan, harta, jabatan, setatus sosial, pendidikan, domisili (tempat tinggal), usia Dll. Yang pada
dasarnya itu semua berdasarkan hawa nafsu semata. Sehingga dalam hadits di atas diancam dengan
terjadinya fitnah dan kerusakan di muka bumi.

Ibnu Abbas berkata: Ketika Ali menikah dengan Fathimah, Rasulullah ShallAllahu 'alaihi wa sallam
bersabda kepadanya: "Berikanlah sesuatu kepadanya." Ali menjawab: Aku tidak mempunyai apa-apa.
Beliau bersabda: "Mana baju besi buatan Huthomiyyah milikmu?".
(Riwayat Abu Dawud dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Hakim.)

Pernikahan juga merupakan bentuk penyerahan tanggung jawab sebagai mana di kemukakan oleh
imam al ghazali dalam karyanya “al-ihya’ “ dia berkata:
“ bersikap lebih hati-hati dalam menikahkan anak perempuan jauh lebih penting, karena setelah masuk
jenjang pernikahan dia ibarat budak yang tidak memiliki banyak ruang gerak, sementara suaminya
memiliki wewenang untuk menceraikanya dalam kondisi apapun karena itu orang yang menikahkan
putrinya dengan seorang lelaki dzolim atau fasik atau ahli bid’ah atau pemabuk berarti telah merusak
agama putrinya sendiri dan mengundang murka Allah, karena telah memutuskan hak kekeluargaan dan
menentukan pilihan yang buruk.”

Ketika terjadi pernikahan diluar ketentuan islam sama halnya mengajak ke neraka sebagai mana ayat
: “mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya” maka
orang tuanya akan mempertanggung jawabkannya di hadapan Allah.

Nikah merupakan ibadah yang sangat besar pahalanya, bahkan memduduki derajat separuh agama
“ jika seseorang menikah maka ia telah menyempurnakan separoh agamanya, karnanya bertqwalah
kepada Allah pada separoh yang lainya”
(Hr. Baihaqi)

Imbalan yang luar biasa ini tidak akan di dapatkan kecuali kepada pernikahan yang sahih artinya
pernikahan yang terpenuhi syarat dan rukun nikahnya, ketika salah satu syarat dan rukun tidak terpenuhi
maka pada hakikatnya pernikahan tersebut tidak sah/batal.

Termasuk sebagai syarat sahnya pernikahan adalah adanya izin dari UA, sebagai lembaga legalitas
amal. Maka jika ada pernikahan yang tidak mengikuti prosedur dalam kelembagaan maka pernikahan
tersebut batal dan bahkan samahalnya melakukan pelanggaran.

Ketika orang tua memahami bahwa menikahkan anaknya merupakan kewajibanya, maka orang tua
akan mempersiapkan sarana dan pra sarana yang menjadi penunjang terlaksananya syariat tersebut,
sehingga orang tua mesti mempersiapkannya ketika anak sudah menginjak usia dewasa.
Contoh : berkaitan dengan biaya pernikahan dan kesiapan anak untuk melaksanakan syariat nikah
(mental dan sepiritual).

Pernikahan yang sahih inilah yang akan mendapat jaminan dari Allah berupa “. jika mereka miskin
Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi
Maha mengetahui.”
qs. 65 : 2-3.Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan
keluar.Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi
tiap-tiap sesuatu.

Anda mungkin juga menyukai