Anda di halaman 1dari 3

NAMA : TRIASAYU KURNIATI

NIM : 2314313450056

KELAS : TLM-B

PRODI : D3TLM

BIDANG STUDI : AGAMA HINDU

HARI/TANGGAL : SENIN 18-12-23

WAKTU : 11.00-12.00

PENGAJAR : IDA BAGUS SIDHI WIRTAMA .S.PSI,MM

Soal

1. Jelaskan apa yang mahasiswa ketahuai tentang konsep agama hindu!


2. A. Jelaskan apa pentingnya seseorang yang bekerja dibidang medis/kesehatan perlu untuk
mengetahui semua ajaran agama-agama di Indonesia?
B. Apa tujuan utama dari agama hindu?
C. Pasca Sradha adalah 5 keyakinan yang harus dimiliki oleh orang yang beragama hindu,
salah satunya adalah keyakinan terhadap hukum karma phala, apa itu hukum karma phala,
Jelaslan?
D. Bagaimana pandangan agama hindu tentang konsep sehat dan sakit yang dialami oleh
manusia?
E. Bagaimana cara menghadapi pasien (agama hindu) yang sedang sakit, ataupun pasien
dalam keadaan sekaratulmaut (menjelang kematian), menurut agama hindu?
F. Bagaimana cara perawatan jenazah (memposisikan tubuh
jenazah,mengkafani,pemakaman/pembakaran) terhadap pasien beragama hindu, jelaskan
langkah-langkahnya!
Penyelesaian:
1. Konsep agama hindu yakni
 Satyam ( kebenaran)
 Dharma ( kebijakan)
 Sefa (pelayanan)
 Santi (kedamaiyan)
 Ahimsah (tanpa kekerasan)
 Remah (cinta/kasih)
2. A. Sebagai seorang profesional di bidang medis/kesehatan, mengetahui ajaran agama-agama
di Indonesia dapat membantu dalam memberikan pelayanan yang lebih baik dan sensitif
terhadap kepercayaan pasien. Di Indonesia, terdapat enam agama yang diakui secara resmi,
yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Setiap agama
memiliki kitab suci, tempat ibadah, dan hari besar yang berbeda-beda. Dengan memahami
perbedaan-perbedaan ini, seorang profesional di bidang medis/kesehatan dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik dan memperhatikan kepercayaan pasien. Selain itu, pengetahuan
tentang agama juga dapat membantu dalam memahami nilai-nilai dan etika yang dianut oleh
pasien, sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan menghargai kepercayaan
pasien.
B. "Moksartham Jagadhita ya ca iti Dharma", yang artinya bahwa agama (dharma)
bertujuan untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan hidup jasmani atau
kebahagiaan secara lahir dan bathin (Moksa).
C. Karmaphala adalah Hasil dari perbuatan seseorang.
Perbuatan baik membawa hasil yang baik dan perbuatan yang buruk
membawa hasil yang buruk.
D. Kesehatan manusia dipengaruhi oleh kesembingan antara tubuh, pikiran, dan jiwa manusia itu
sendiri. manusia butuh lima elemen yang mengontrol fungsi tubuh, yang disebut dengan “Panca
Maha Bhuta” yang terdiri dari :
1. “Pertiwi atau Tanah”
yang berarti segala sesuatu yang bisa disentuh,dirasakan kokoh dan nata,
2. “Apah atau Air”
yang berarti kebalikan dari pertiwi yakni segala sesuatu yang lentur, mengalir
fleksibel, luwes mendinginkan dan tidak memeiliki bentuk yang kokoh.
3. “Teja atau Api”
yang membawa dua hal yaitu panas dan cahaya
4. “Bayu atau Angin”
yang berarti segala sesuatu yang melindungi atau melingkupi,
5. “Akasa atau Eter”
yang merupakan ruang.
Kelima unsur tersebut merupakan pembentuk badan manusia, yang kesimbangannya tersebut
menentukan kesehatan Manusia. Sehingga jika terjadi ketidakseimbangan unsur–unsur tersebut
yang mengakibatkan muncul penyakit tertentu.
E. Jika keadaan yang sangat kritis (saat menjelang kematian) itu tiba anggota keluarga, tetangga atau
seorang medis (dokter, perawat, bidan dll) segera mendampingi yang bersangkutan untuk menolong
atau membimbing yang bersangkutan untuk mengenang, mengingat dan memusatkan pikirannya
kepada Tuhan atau Sang hyang widhi (Brhaman), Sambil mengucapkan “AUM” kalau bisa dibisikkan
kepada telinganya dengan mengucapkan om secara terus menerus. Hal ini dimaksudkan agar
kesadaran yang bersangkutan tetap terjamin sampai pada saat menghembuskan napasnya yang
terakhir. Karena jika kesadaran itu dapat dipertahankan atau ditegakkan sampai ajal tiba kepada Tuhan
maka dapat menolong perjalanan jiwa / atman dapat melewati dengan tenang, tentram, tidak gelisah
dan penuh dengan ketakutan.
F. Memposisikan tubuh jenazah:
Jenasah diletakkan ditempat yang baik dengan posisi meniarap, kedua tangannya diletakkan di atas
perutnya dan kedua kakinya diluruskan serta mata dan mulutnya dikatupkan kalau dalam keadaan
terbuka). Apabila mulutnya menganga dan sukar dikatupkan maka bisa diikat dengan sapu tangan atau
selendang dari bawah dagu ke kepalanya.

Mengkafani:
Kain putih dibutuhkan kurang lebih 20 meter dipotong-potong dengan ukuran sebagai berikut : Untuk
destar 1 meter, untuk kampuh (saput)1,5 meter, untuk kainnya 2,5 meter,kemudian untuk pembungkus
jenasahsekitar 5 meter, untuk melapisi peti jenasah (keranda) secukupnya, untuk laluhur 1 meter,
masing – masing ¼ meter untuk sebagai penutup muka, kemaluan dan payuara (kalau wanita), bantal
kecil dan bantal guling dan sisanya sebagai pedapa (penutup peti jenasah yang ujungnya cukup
panjang).
Pemakaman/pembakaran:
Setelah sampai di tempat pemakaman jenasah dibawa dengan posisi bagiankaki menghadap kedepan
dan kepala kebelakang. Keluarga memegangi kain putih, sesampainya di liang lahat usungan jenasah
itu berputar 3 kali mengelilingi liang lahat dengan arah mengikuti perputaran jarum jam, kemudian
peti jenasah dibuka dan dipercik air tirta. Kemudian tutup petidengan rapat dipaku dan perlahan peti
dimasukkan diliang lahat, kemudian ditimbuni dengan tanah yang mula-mulai dengan tangan oleh
anggota keluarga dan para pelayat dan baru dengan cangkul.
Pelaksanaan pembakaran
Sesampainya di tempat kremasi/ pembakaran jenasah, sebelum jenasah diletakkan di tempat
pemabakaran jenasah terlebih dahulu berputar tiga kali mengelilingi dapur pembakaran dengan arah
mengikuti perputaran jarum jam. Kemudian baru jenasah dilakukan pembakaran. Setelah semuanya
menjadi abu lalu disiram dengan air dingin. Kepingan-kepingan abu tulang semuanya dipungut dan
dikumpulkan. Kemudian diulek sampai abu tulang itu sampai hancur menjadi tepung. Tepung tulang
itu kemudian dimasukkan ke dalamcengkir kelapa gading, dibungkus dengan kain putih dihiasi
dengan kembang. Pada Upacara ini semua keluarga berdoa dan dilanjutkkan dengan menghanyutkan
abu tulang tersebut ke laut atau ke sungai yang bermuara ke laut.

Anda mungkin juga menyukai