Anda di halaman 1dari 17

PENANGANAN MUATAN BERBAHAYA DIATAS

KAPAL SESUAI SOLAS CHAPTER VII (CARRIAGE OF


DANGEROUS GOODS) UNTUK MENUNJANG
KESELAMATAN PELAYARAN

Disusun sebagai laporan hasil Praktek Kerja Lapangan yang bertempat di Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Cirebon

JULIAN ALHABIB
NRP 2212081
MANAJEMEN TRANSPORTASI LAUT

AKADEMI KETATALAKSANAAN PELAYARAN


NIAGA “BAHTERA” YOGYAKARTA
JL. Bantul Dukuh MJ/1221 Telepon (0274) 381489

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt karena atas rahmat
dan karunianya laporan ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu yang
mana merupakan sebagai bemtuk pertanggungjawaban selama melakukan
Praktek Kerja Lapangan di Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan
Kelas II Cirebon dalam jangka waktu selama Dua bulan. Laporan yang
berjudul tentang “Penanganan Muatan Berbahaya Di Atas Kapal Sesuai
SOLAS Chapter VII (Carriage of Dangerous Goods) Untuk Menunjang
Keselamatan Pelayaran”

Penulis menyadari bahwasanya dalam hal penulisan laporan ini terdapat


banyak kekurangan baik dari segi kosakata, tatabahasa, serta isi yang ada di
dalam laporan ini. Untuk itu, penulis sangat mengapresiasi apabila pembaca
mampu memberikan kritik dan sarannya sehingga mampu menjadi evaluasi
untuk kedepannya. Semoga laporan ini mampu memberikan manfaat kepada
pembaca dan acuan pembelajaran bagi penulis.

Yogyakarta, 15 November 2022

Julian Al-Habib

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................1
KATA PENGANTAR....................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................4
1.1 LATAR BELAKANG..........................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................5
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN..................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................6
2.1 PENGERTIAN MUATAN BERBAHAYA............................6
2.2 PRINSIP PEMUATAN DI ATAS KAPAL...........................6
2.3 PENTINGNYA PENANGANAN MUATAN BERBAHAYA. 7
2.4 TINDAKAN PENCEGAHAN KETIKA MEMBAWA MUATAN
BERBAHAYA....................................................................7
2.5 AREA BERBAHAYA DI ATAS KAPAL UNTUK MUATAN
BERBAHAYA.....................................................................9
2.6 KLASIFIKASI MUATAN BERBAHAYA..............................10
2.7 KEMASAN MUATAN BERBAHAYA..................................12
2.8 PEMBERIAN TANDA PADA MUATAN BERBAHAYA......13
2.9 ATURAN DOKUMEN MUATAN BERBAHAYA.................14
2.10 PELAPORAN INSIDEN YANG MELIBATKAN BARANG
BERBAHAYA.....................................................................14
BAB 3 PENUTUP.........................................................................16
3.1 KESIMPULAN...................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................17

3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kapal merupakan alat transportasi laut yang digunakan untuk
mengangkut dan memindahkan barang maupun orang dari suatu tempat
ketempat yang lainnya, pada awalnya kapal terbuat dari kayu dan digerakan
menggunakan tenaga angin dengan menggunakan layar. Seiring dengan
perkembangan teknologi dan pengembangan zaman kapal dibuat dari besi
dan menyempurnakan konstruksi kapal serta menggunakan mesin sebagai
tenaga penggeraknya.
Sampai saat ini Kapal merupakan transportasi yang menjadi prioritas
utama dan lebih efisien dibandingkan transportasi lain untuk memindahkan
dan mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat yang lainnya, karena
kapal dapat mengangkut barang atau muatan dengan jumlah yang cukup
banyak dan dengan biaya angkut yang cukup murah.
Mengikuti perkembangannya, kapal dibedakan menurut tipenya dan
berdasarkan dangan muatan yang akan dimuat, Seperti Kapal Tanker yang
digunakan untuk memuat muatan dalam bentuk cair, Bulk Carrier digunakan
untuk memuat muatan dalam bentuk curah atau tidak dikemas, dan banyak
lagi jenis kapal yang lain dengan fungsi yang berbeda untuk memuat muatan
dalam bentuk yang berbeda juga.
Berbanding lurus dengan perkembangan kapal serta tipe dan macam
bentuk muatan yang dimuat, bahaya yang ditimbulkan oleh muatan juga
bertambah. Bahaya yang ditimbulkan beragam yang dapat mebahayakan
awak kapal, dapat merusak kapal serta dapat mengakibatkan kerusakan
terhadap muatan yang lainnya.
Seperti contoh kasus, kebakaran yang terjadi pada Kapal minyak
bernama Kandy (Venice) berisi 17 awak kapal dari Turki dan India dan kapal
lainnya bernama Maestro membawa 14 pelaut. Dalam peristiwa tersebut
melibatkan dua kapal barang yakni kapal minyak dan kapal kargo yang
berbendera Tanzania di Laut Hitam dekat Selat Kerch pada Senin (21/1)
waktu setempat. Kebakaran tersebut berasal dari kapal minyak ketika satu
kapal memindahkan bahan bakar tersebut ke kapal lain diikuti dengan
ledakan besar yang mengakibatkan kapal lainnya terbakar.
https://www.republika.co.id/berita/plpogy377/kapal-muatan-bahan-bakar-
terbakar-11-orang-tewas
Maka untuk mencegah dan menanggulangi bahaya, pelaut dibekali
dengan berbagai aturan yang terdapat pada SOLAS ( Safety Of Life At Sea)
yang mengatur tentang keselamatan para pelaut diatas kapal terutama
bahaya yang disebabkan oleh muatan berbahaya. Pada SOLAS Chapter VII
(Carriage of Dangerous Goods) sudah diatur tentang penerpan
pengangkutan dan penanganan terhadap muatan berbahaya diatas kapal
serta segala sesuatu yang berkaitan dengan muatan berbahaya

4
Pada hasil laporan ini penulis ingin memberikan hasil dan diharapkan
khususnya bagi para pelaut agar mengetahui tentang muatan berbahaya
serta macamnya dan mengerti cara penanganan terhadap muatan berbahaya
diatas kapal serta hal-hal yang berkaitan dengan muatan berbahaya. Maka
berdasarkan dari uraian latar belakang masalah tersebut penulis tertarik
untuk mengkaji lebih dalam dan mengemukakan dalam bentuk laporan
dengan judul “Penanganan Muatan Berbahaya Di Atas Kapal Sesuai
SOLAS Chapter VII (Carriage of Dangerous Goods) Untuk Menunjang
Keselamatan Pelayaran”.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas, maka dapat
diambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
A. Bagaimana Penanganan Terhadap Muatan Berbahaya Di Atas Kapal ?
B. Bagaimana Penanganan Terhadap Muatan Berbahaya Di Atas Kapal
sesuai dengan Regulasi SOLAS Chapter VII (Carriage of Dangerous
Goods) ?

Pembahasan laporan ini hanya dibatasi pada masalah penanganan


muatan berbahaya (Dangerous Goods) diatas kapal ketika penulis melakukan
Praktek Kerja Lapangan di Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan
Kelas II Cirebon.

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN


Dari rumusan masalah di atas, penulisan laporan ini ditulis oleh penulis
dengan tujuan untuk membahas tentang:
A. Untuk mengetahui Penanganan Terhadap Muatan Berbahaya Di Atas
Kapal.
B. Untuk mengetahui Penanganan Terhadap Muatan Berbahaya Di Atas
Kapal sesuai dengan Regulasi SOLAS Chapter VII (Carriage of
Dangerous Goods).

5
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN MUATAN BERBAHAYA
Muatan Berbahaya adalah muatan yang apabila dimuat diatas kapal
dapat menyebabkan sesuatu hal yang dapat merusak hal – hal disekitar
kapal, seperti muatan yang lainnya, merusak kapal serta peralatan kapal
lainnya, serta dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh manusia.
Muatan berbahaya adalah Barang yang oleh karena sifatnya, apabila
didalam penanganan, pekerjaan, penimbun atau penyimpangan tidak
mengikuti petunjuk-petunjuk, peraturan-peraturan serta persyaratan yang ada
maka dapat menimbulkan bencana atau dampak dan resiko bagi manusia,
benda lainnya maupun lingkungan sekitar. (Ridwan, Diklat Keselamatan
Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta,1995).
Muatan berbahaya adalah semua jenis muatan yang memerlukan
penanganan khusus, semua barang yang sifat, ciri khas dan keadaanya
merupakan bahaya terhadap keselamatan jika atau kesehatan manusia dan
makhluk hidup lainnya, Seperti yang dikemukakan oleh R.P. Suyono
(2015:371) muatan berbahaya adalah muatan yang dapat terbakar atau
meledak. Oleh karena itu, muatan berbahaya perlu mendapatkan perhatian
khusus dari berbagai pihak, baik pemilik barang, stevedore, pengangkut,
keagenan maupun instansi terkait.

2.2 PRINSIP PEMUATAN DI ATAS KAPAL


Prinsip penanganan muatan diatas kapal adalah untuk tercapainya
keselamatan dalam memuat, membongkar serta dalam bernavigasi untuk
mengantar atau memindahkan muatan dari suatu tempat ke tempat yang lain,
antara lain yaitu:
A. Melindungi Awak Kapal dan Buruh. Melindungi awak dan buruh
menyangkut tentang keselamatan jiwa awak kapal dan buruh, yang
mana bahwa selama awak kapal dan buruh melaksanakan
kegiatannya senantiasa selalu terhindar dari segala bentuk resiko-
resiko yang mungkin dapat terjadi yang diakibatkan oleh pelaksanaan
bongkar muat tersebut.
B. Melindungi Kapal. Melindungi kapal berarti menciptakan suatu
keadaan dimana dalam melaksanakan kegiatan penanganan dan
pengaturan muatan, kapal senantiasa dalam kondisi yang baik, aman
serta layak laut.
C. Melindungi Muatan. Yang dimaksud dengan melindungi muatan
adalah menjaga muatan dari segala kerusakan, baik selama
pemuatan, selama pelayaran maupun sewaktu pembongkaran,

6
sehingga dapat menghindari kerusakan muatan yang diakibatkan
oleh :
1) Keringat kapal;
2) Keringat Muatan;
3) Kebocoran atau kebasahan muatan;
4) Pergesekan muatan;
5) Penangasan (Spontaneous Heating);
6) Pencurian (Pilferage).

D. Pemanfaatan Ruang muat semaksimal mungkin. Yang dimaksud


dengan Pemanfaatan ruang muat semaksimal mungkin yaitu
Pengaturan muatan yang dilakukan sedemikian rupa sehingga ruang
muat yang tersedia dapat diiisi dengan muatan sebanyak-banyaknya
sehingga ruang muat yang tidak terpakai dapat ditekan sekecil-
kecilnya.

E. Bongkar muat secara Cepat, Teratur dan Sistematis. Yang dimaksud


dengan bongkar muat secara Cepat, Teratur, dan Sistematis adalah
menciptakan suatu proses kegiatan bongkar muat yang efisien dan
efektif dalam penggunaan waktu dan biaya. Untuk mencapai suatu
hasil yang maksimal, maka hal-hal yang harus dihindari atau dicegah
adalah terjadinya :
1) Long Hatch; adalah terjadinya waktu bongkar muat yang lama
pada suatu palka.
2) Over Stowage; adalah Muatan yang seharusnya dibongkar
disuatu pelabuhan tujuan terhalang oleh muatan lain yang
berada diatasnya.
3) Over Carriage; adalah Muatan yang seharusnya dibongkar
disuatu pelabuhan, terbawa ke pelabuhan berikutnya.

2.3 PENTINGNYA PENANGANAN MUATAN BERBAHAYA


Bila akan memuat muatan berbahaya, maka hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah :
A. Kenalilah sifat bahayanya.
B. Perlakukanlah dengan sangat hati-hati.

Keselamatan pengangkutan sangat tergantung dari kelayakan


pengemasannya serta ketepatan pengidentifikasian terhadap jenis muatan
berbahaya tersebut. Rekomendasi mengenai penanganan dan pengaturan
serta prosedur pengangkutannya telah begitu berkembang dengan terbitnya
peraturan-peraturan baik nasional maupun internasional. Setiap individu yang
berkaitan dengan kepentingan penanganan dan pengaturan pengangkutan

7
muatan berbahaya bertanggung jawab untuk mengetahui peraturan-
peraturan tersebut dan menjamin bahwa aturan-aturan tersebut harus
dipatuhi sepenuhnya.
Daftar dari muatan berbahaya tersebut yang disusun berdasarkan
kategorinya, dapat dilihat pada terbitan buku “Dangerous Cargoes
Handbook” yang secara populer dikenal sebagai “BLUE BOOK” yang
bertujuan untuk mengurangi konsekuensi kecelakaan dan hal hal berbahaya
lainnya yang dapat disebabkan oleh muatan berbahaya dan menjamin
keselamatan pelayaran.
Tujuan Dari aturan tentang muatan berbahaya :
A. Untuk mencegah cedera atau kerusakan pada kapal dan kargo.
B. Untuk mencegah kerusakan lingkungan laut
C. Untuk meningkatkan keamanan transportasi barang berbahaya.

(http://www.noltime.com/muatanberbahaya-dangerous-goods.html).

2.4 TINDAKAN PENCEGAHAN KETIKA MEMBAWA MUATAN


BERBAHAYA
Rekomendasi dibawah ini yang didapati dalam ‘Blue Book’ atau ‘IMDG
Code’ :
A. Tolak muatan yang rusak ataupun bocor.
B. Muatan harus disimpan ditempat yang dijamin terlindung dari
kerusakan atau panas.
C. Material yang mudah menyala harus jauh dari sumber api.
D. Muatan harus terpisah dari benda yang gampang terbakar ataupun
percikan api.
E. Sedapat mungkin muatan berbahaya harus dapat diakses bila sewaktu
waktu disekitarnya terjadi kebakaran sehingga dapat memindahkannya
untuk keamanan atau keselamatan.
F. Dilarang keras merokok didaerah sekitar muatan berbahaya
G. Pemberitahuan “Dilarang Merokok” dipasang.
H. Semua peralatan listrik dan perkabelannnya harus dalam keadaan
baik, dan terjamin aman dari hubungan pendek dan bunga api.
I. Semua peralatan ventilasi harus mempunyai penahan bunga api.

8
2.5 AREA BERBAHAYA DI ATAS KAPAL UNTUK MUATAN
BERBAHAYA

Stowage Plan adalah rencana pemuatan yang dibuat yang


menggambarkan bentuk dan ukuran palka, serta menunjukkan pandangan
dari samping dan pandangan dari atas dari setiap ruang muat. Hubungan
Stowage plan dengan Muatan berbahaya sangatlah penting dikarenakan
sebelum meletakkan muatan berbahaya harus diketahui dulu sebelumnya
bahwa ada beberapa area diatas kapal yang berbahaya bagi muatan
berbahaya apabila diletakkan diatas kapal yang jika muatan berbahaya
diletakkan di area tersebut dapat terjadi hal-hal yang berbahaya dan tidak
diinginkan. Area tersebut diatas kapal seperti di :

a. Main Deck (Geladak Utama) Jika muatan berbahaya diletakkan diatas


Main Deck, maka muatan berbahaya akan langsung terkena sinar
matahari yang mungkin dapat menimbulkan panas pada muatan
berbahaya dan menyebabkan ledakan hingga kebakaran.
b. Area didekat Engine Room (Kamar mesin) Apabila muatan berbahaya
didekat Engine Room, maka panas dari Engine Room akan dengan
cepat menyebar pada muata berbahaya yang terletak didekatnya
yang bisa menyebabkan terjadinya ledakan.
c. Lower Deck (Geladak bawah) Pada Lower Deck Muatan berbahaya
mendapat bahaya dari Fuel Tanks yang dapat meinimbulkan panas,
sehingga panas tersebut dapat membahayakan muatan berbahaya
yang terletak di Lower Deck tersebut.

Dalam mengerjakan muatan berbahaya ada hal-hal yang harus


diperhatikan :

1) Muatan berbahaya jangan dijalankan atau dibanting, hindari


pekerjaan kasar.
2) Pemakaian ganco dan besi pengungkit harus dihindari.
3) Ikuti setiap instruksi yang terdapat pada label pembungkus.

9
4) Bungkusan dengan lubang ventilasi harus selalu dalam
keadaan tegak.

(https://juanpratamamanalu.blogspot.com/2012/05/muatan-berbahaya.html)

2.6 KLASIFIAKASI MUATAN BERBAHAYA

Klasifikasi muatan berbahaya dapat dilihat berdasarkan tanda atau


label, serta:

10
A. UN Number / Nomor UN (Bahasa Inggris: UN numbers) atau UN ID
adalah nomor terdiri dari 4 angka atau digit yang mengidentifikasi
bahan berbahaya, dan barang-barang berbahaya (seperti bahan
peledak, cairan mudah terbakar, bahan beracun, dsb.) dalam
jaringan perhubungan internasional. Tidak ada nomor UN untuk
bahan tidak berbahaya. Bahan tidak berbahaya tidak diberi nomor
UN. (https://id.wikipedia.org/wiki/Nomor_UN).
B. Propper Shipping Name (PSN) adalah nama teknis standar untuk
menggambarkan sifat bahaya dan komposisi barang
berbahaya.Berisi 15 nomor (UN Number biasanya, 4 digit) dan nama
pengirim dari Daftar Barang Berbahaya. PSN akan digunakan untuk
label barang berbahaya yang akan dimasukkan dalam Deklarasi
Barang Berbahaya dan Lembar Data Keselamatan.
(https://www.chemsafetypro.com/Topics/TDG/Propper_Shipping_Na
me .html).
C. Packing Group Barang-barang berbahaya memiliki tingkat bahaya
yang berbeda juga tingkat bahaya yang banyak sekali. Secara garis
besar tingkat bahaya dari barang berbahaya dapat dilihat dari tingkat
Packing Group nya :
1) Packing Group I : Bahaya tinggi
2) Packing Group II : Bahaya sedang
3) Packing Group III : Bahaya rendah
D. Classes Barang-barang berbahaya memiliki jenis dan tingkat bahaya
yang berbeda, namun dapat dibedakan menurut klasnya :
1) Klas 1 Explosives (Bahan peledak yang mempunyai bahaya
ledakan.)
2) Klas 2 Gases (Gas yang didalam wadah Bersifat terbakar,
dapat meledak.)
3) Klas 3 Flammable liquids (Cairan yang dapat terbakar.)
4) Klas 4 Flammable Solids (Benda padat yang dapat terbakar.)
5) Klas 5 Oxidizing Substances (Benda padat atau cair yang
mengandung zat asam, dapat bersifat beracun, berkarat, yang
dapat menimbulkan uap panas yang mudah terbakar atau
mengeluarkan oksigen bila terbakar.)
11
6) Klas 6 Toxic Substances (Benda padat atau cair yang beracun.)
7) Klas 7 Radioactive Materials
8) Klas 8 Corrosive (Benda yang dapat menimbulkan karat yang
bersifat merusak, merusak kulit, merusak muatan lainnya
maupun peralatan kapal, ada yang bersifat mudah menyala.)
9) Klas 9 Miscellaneous Dangerous Substances Which Present
Adangers Not Covered by Otherclasses (Jenis benda lain yang
tidak termasuk salah satu dari golongan tersebut diatas. Yang
tidak dapat dengan jelas digolongkan secara tepat dalam salah
satu class, karena dapat menimbulkan bahaya khusus yang
tidak dapat diliput oleh golongan lain.)

2.7 KEMASAN MUATAN BERBAHAYA

A. Pengemasan Muatan Berbahaya harus :


1) Dibuat dengan baik dan dalam keadaan bagus.
2) Bersifat seddemikian rupa sehingga setiap bidang permukaan
dalam yang dapat terkena isinya tidak menjadi rusak oleh zat-zat
yang diisikan tersebut.
3) Mampu bertahan terhadap resiko yang bisa terjadi didalam
penanganan dan pengangkutan melalui laut.
B. Jika menggunakan bahan penyerap ataupun ganjal yang merupakan
kebiasaan dalam pengemasan cairan dalam wadah, maka bahan
harus:
1) Mampu meminimalkan bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan
cairan itu.
2) Ditempatkan sedemikian rupa sehingga mencegah wadah itu
bergerak dan menjamin wadah itu tetap terkurung.
3) Jika memungkinkan, dengan jumlah yang cukup untuk menyerap
cairan tersebut bila ada wadah yang pecah.
C. Wadah yang berisikan cairan berbahaya, pada suhu pengisian harus
mempunyai ruang kosong (Ullage) yang cukup, untuk menjaga

12
kemungkinan suhu lebih tinggi selama pengangkutan yang normal
berlangsung.
D. Silinder-silinder atau wadah-wadah untuk gas dibawah tekanan harus
dikonstruksikan, diuji, dirawat secara layak dan diisi secara benar.

E. Wadah-wadah kosong yang masih belum bersih yang telah dipakai


sebelumnya untuk pengangkutan barang berbahaya, harus
diperlakukan sebagai barang berbahaya, kecuali kalau tindakan yang
memenuhi telah dilakukan untuk meniadakan bahaya.

2.8 PEMBERIAN TANDA PADA MUATAN BERBAHAYA

Pemberian tanda pada Muatan Berbahaya harus sesuai seperti berikut :

A. Wadah yang mengandung barang berbahaya harus diberi tanda yang


jelas nama yang benar dan tahan lama.
B. Wadah yang mengandung barang berbahaya harus diberi label, atau
stenlis dari label, atau plakat yang sesuai, untuk membuat jelas sifat-
sifat bahaya dari barang yang terkandung didalamnya.
C. Metode tehnik penandaan nama yang benar dan pelekatan label atau
penggunaan stenlis label, atau pelekatan plakat pada paket yang
mengandung barang-barang berbahaya, harus masih bisa
teridentifikasi pada kelangsungan hidup wadah paling tidak selama
tiga bulan.
D. Jika wadah tidak tahan selama tiga bulan, maka wadah yang ada
didalam yang mana akan dapat bertahan tiga bulan harus diberi tanda
yang tahan lama. Kemasan yang mengandung barang berbahaya
harus ditandai dan diberi label, kecuali :
1) Kemasan yang mengandung barang berbahaya dari sebuah aliran
rendah bahaya atau kemasan dalam jumlah terbatas.
2) Ketika lingkungan khusus mengijinkan, kemasan yang disimpan
dan ditangani dalam unit-unit yang teridentifikasi oleh label atau
plakat, bisa jadi dibebaskan dari persyaratan dan pelabelan.

13
2.9 ATURAN DOKUMEN MUATAN BERBAHAYA

A. Semua dokumen yang berkaitan dengan pengangkutan barang-barang


berbahaya lewat laut, harus memberikan gambaran untuk mengenali
nama barang dengan benar sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan.
B. Dokumen-dokumen pengapalan yang dipersiapkan oleh pengirim
seharusnya termasuk sebuah sertifikat atau deklarasi yang ditanda
tangani pengirim yang menyatakan bahwa barang yang telah dikemas,
ditandai, diberi label atau plakat dan dalam kondisi yang tepat untuk
pengangkutan.
C. Orang yang bertanggungjawab untuk pengemasan barang berbahaya
dalam sebuah Container atau kendaraan harus memberikan sebuah
sertifikat pengemasan Container atau sertifikat pengemasan
kendaraan yang menyatakan bahwa kargo dalam unit telah secara
tepat dikemas dalam keadaan aman serta semua persyaratan
transport telah dipenuhi.
D. Bilamana ada dugaan bahwa container atau kendaraan dimana
barang berbahaya ada didalamnya, dikemas tidak sesuai dengan
dengan persyaratan atau sebuah sertifikat kemasan tidak tersedia,
Container atau kendaraan tersebut seharusnya tidak diterima untuk
dimuat.
E. Masing-masing kapal yang mengangkut barang berbahaya harus
memiliki daftar muatan barang berbahaya atau Manifest, sesuai
dengan klasifikasi yang ditetapkan. Manifest harus juga menyatakan
klas, tempat penyimpana barang berbahaya diatas kapal. Sebuah
Copy dari dokumen ini harus sudah diberikan kepada orang atau
organisasi yang ditunjuk oleh Otoritas Pelabuhan.

14
2.10 PELAPORAN INSIDEN YANG MELIBATKAN BARANG
BERBAHAYA

A. Ketika terjadi insiden yang berakibat hilangnya barang berbahaya


(misalnya barang berbahaya tersbeut jatuh kelaut), Nahkoda harus
melaporkan dengan segera tanpa menunda kejadian tersebut kepada
stasiun Radio pantai terdekat. Dimana laporan yang disampaikan
harus berdasarkan pada pedoman dan prinsip umum yang digunakan
oleh organisasi.
B. Dalam kejadian kapal yang disebutkan diatas ditinggalkan, atau dalam
kejadian sebuah laporan tidak lengkap, atau tidak bisa diperoleh,
pemilik, penyewa, manager atau operator kapal, atau agen harus
sepenuhnya mengasumsikan kewajiban diberikan kepada nahkoda
berdasarkan aturan ini (SOLAS Chapter VII Reg. VI-Reporting of
incidents involving dangerous goods).

15
BAB 3 PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Proses penanganan muatan berbahaya harus memperhatikan prinsip-
prinsip pemuatan.

2. Muatan barang berbahaya tidak boleh diletakkan di atas Main Deck,


Area Engine Room, serta Lower Deck.

3. Penanganan muatan berbahaya dilakukan dengan cara pemberian


tanda atau label, yang berisi tentang UN Number, Propper Shipping
Name (PSN), Packing Group, dan Classes sesuai klasifikasi barang
muatan tersebut.

4. Setiap kapal yang mengangkut muatan berbahaya harus melampirkan


keterangan tentang muatan berbahaya pada Dokumen Manifestnya
serta Klas dan tempat penyimpanan barang berbahaya di atas kapal.

5. Ketika terjadi insiden yang berakibat hilangnya barang berbahaya


(misalnya barang berbahaya tersbeut jatuh kelaut), Nahkoda harus
melaporkan dengan segera tanpa menunda kejadian tersebut kepada
stasiun Radio pantai terdekat. Dimana laporan yang disampaikan
harus berdasarkan pada pedoman dan prinsip umum yang digunakan
oleh organisasi.

16
DAFTAR PUSTAKA
wikipedia. (2019). Nomor UN. https://id.wikipedia.org/wiki/Nomor_UN.

chemsafetypro.com. (2016, January 07). How to determine Correct UN


number and Propper Shipping Name.
https://www.chemsafetypro.com/Topics/TDG/Propper_Shipping_Name.html.

IMDG Code Volume 1. (2006). Chapter 7.1 Stowage.

IMDG Code Volume 1. (2016). Chapter 7.4 Stowage and Segregation on


Containerships.

Manalu, Juan Pratama. (2012, Mei 30). Muatan Berbahaya.


http://juanpratamamanalu.blogspot.com/2012/05/muatan-berbahaya.html.

Mas Edy. (2009, January 24). Muatan Berbahaya (Dangerous Goods) .


http://www.noltime.com/muatan-berbahaya-dangerous-goods.html.

Muslimah, Awalin. (2016, Juni 15). 9 Klas Muatan Berbahaya Sesuai SOLAS
1974. https://awalinmuslimah.wordpress.com/2016/06/15/9-class-
muatanberbahaya-sesuai-solas-1974/.

SOLAS. (1974). Chapter VII Reg. VI- Reporting of Incident Involving


Dangerous Goods. 31

SOLAS. (1974). Chapter VII Reg IV- Documents.

17

Anda mungkin juga menyukai