Anda di halaman 1dari 5

Pakan merupakan salah satu komponen utama dalam peternakan.

Pakan sangat berpengaruh terhadap


hasil ataupun produksi dari peternakan itu sendiri. Berbicara mengenai pakan, pasti taka sing pula di
telinga kita dengan sebutan ransum. Sebenarnya apakah ransum dan pakan itu sama? Atau berbeda?
Maka dari itu, sebelum membahas lebih jauh mengenai pakan dan ransum, perlu kita ketahui terlebih
dahulu apa itu pakan dan apa itu ransum. Pakan merupakan makanan ataupun asupan yang diberikan
kepada ternak sebagai sumber energi ternak dan pemenuhan zat-zat gizi pada ternak. Ransum
merupakan gabungan dari beberapa bahan pakan dengan formulasi tertentu dengan tujuan sebagai
pemenuhan kebutuhan ternak selama satu hari. Pada dasarnya yang membedakan antara pakan dan
juga ransum yaitu pada formulasinya. Pakan lebih terfokus pada kekenyangan ternak dan sebagai
pemenuhan kebutuhan energy pada ternak. Sedangkan ransum dibuat dengan formulasi khusus yang
menyesuaikan segala kebutuhan ternak secara tepat.

Pada program beternak ayam bahagia ini, digunakan ransum yang telah dirancang dengan formulasi
khusus menyesuaikan dengan umur ayam yang dipelihara. Kebutuhan makanan pada ayam sendiri
berkisar antara 120-150 gram/ekor dalam satu hari. Ayam memiliki 2 tipe kenyang, yaitu kenyang secara
fisik dan kenyang secara kimiawi. Kenyang secara fisik yaitu ayam akan terus makan dan baru akan
berhenti makan saat temboloknya itu benar-benar penuh. Sedangkan kenyang secara kimiawi yaitu
ayam akan berhenti makan ketika nutrient yang dibutuhkan oleh ayam sudah terpenuhi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan ransum yakni:

1. Mencari data kebutuhan standar ternak.


2. Mengetahui kandungan nutrien masing-masing bahan pakan.
3. Menentukan jenis/macam bahan pakan yang akan digunakan dalam menyusun ransum. Yang
perlu diperhatikan :
- Harga pakan yang kompetitif
- Tersedianya bahan pakan
- Kandungan nutrien
- Aman untuk ternak/tidak ada racun
4. Mengetahui harga pakan per kilogram.

Berikut ini merupakan formulasi ransum yang dibuat untuk program beternak ayam bahagia

Bahan Baku Ransum Fase pullet


Jagung 49%
Bekatul 6%
CPO 1,4%
Soy Bean Meal (SBM) 24%
Meat Bone Meal (MBM) 10%
Methionin 0,3%
Lysin 0,2%
Premix 0,5%
CaCo 3 8%
CaHPO 4 / DCP 0,3%
Garam 0,3%
Jumlah 100%
Energi (kkal/kg) 3063,00

Protein (%) 19,75

Lemak (%) 5,36

Serat Kasar (%) 2,98

Methionin (%) 0,62

Lysin (%) 1,42

C (%) 4,63

Av. P (%) 0,63

Bahan Baku Ransum Fase pulet

Jagung 50%

Bekatul 5%

CPO 1,2%

Soy Bean Meal (SBM) 22%

Meat Bone Meal (MBM) 7,5%

Methionin 0,3%

Lysin 0,2%

Premix 0,5%

CaCo 3 7,8%

CaHPO 4 / DCP 0,2%

Garam 0,3%

Krill 5%

Jumlah 100%

Energi (kkal/kg) 2959,33

Protein (%) 20,00

Lemak (%) 5,73

Serat Kasar (%) 3,50


Methionin (%) 0,59

Lysin (%) 1,30

C (%) 4,62

Av. P (%) 0,52

Formulasi ransum yang dibuat ada dua, yaitu untuk fase pullet dan fase layer. Hal itu dikarenakan
kebutuhan nutrient yang diperlukan ayam berbeda. Waktu pemberian ransum kepada ayam biasanya
dilakukan pada pagi hari dan sore hari dengan perbandingan pagi hari 40% dan sore hari 60%.

Pembuatan formulasi ransum yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya defisiensi nutrient.
Defisiensi nutrient merupakan suatu kondisi ketika ternak tidak mendapatkan atau kekurangan unsur
pembangun tubuh seperti energi, protein, mineral dalam kadar yang ideal sesuai yang dibutuhkan
ternak. Defisiensi nutrient yang dapat terjadi pada ransum seperti defisiensi energy, protein dan mineral
yang tentunya memiliki dampak yang kurang baik terhadap ternak.

Defisiensi Energi

➢ Rendahnya kandungan energi (ME) di dalam ransum akan berakibat naiknya konsumsi pakan demi
untuk mencukupi energi yang dibutuhkan.

➢ Pertumbuhannya lambat.

➢ Kehilangan bobot badan.

➢ Kandungan energi di dalam ransum yang melebihi kebutuhan akan

menderita gejala kelebihan energi dengan turunnya konsumsi pakan, dengan demikian akan
mengakibatkan turunnya konsumsi nutrien yang lain pula.

➢ Konsumsi energi yang berlebihan akan mengakibatkan terjadinya penimbunan lemak di dalam tubuh
dan dibarengi dengan gejala kekurangan protein ataupun vitamin.

Defisiensi Protein dan Asam Amino

➢ Pertumbuhan tubuh lambat

➢ Disebabkan karena kurangnya pembentukan sel baru dan kurangnya

retensi nitrogen. Asam amino juga memainkan berbagai fungsi yang lain di dalam tubuh, antara lain
sebagai komponen hormon dan enzim. Tanpa adanya hormon dan enzim jelas tidak akan terjadi
pertumbuhan dan kehidupan.

➢ Kemunduran reproduksi
➢ Kekurangan protein atau asam amino menyebabkan unggas tidak m am pu m em produk si tel ur, ha l
ini d ise babk a n k arena pr ose s reproduksi telur hanya dapat berjalan bila kandungan protein di dalam
ransumnya komplit dan cukup.

➢ Bulu jelek

➢Kekurangan asam amino lysin dapat mengakibatkan pertumbuhan

bulu yang sangat lambat, bentuknya jelek dan patah-patah serta

terjadi depigmentasi.

➢ Peningkatan sintesis lemak

➢ Bila satu atau lebih asam amino esensial yang dibutuhkan di dalam

ransum berada dalam keadaan kekurangan maka di dalam tubuh akan terjadi deaminasi dari asam-asam
amino yang telah tersedia, dan selanjutnya rantai karbonnya akan digunakan untiuk energi. Akan tetapi,
bila tubuh tidak segera memerlukan energi maka rantai karbon tersebut akan disintesis menjadi lemak.

➢ Penurunan efisiensi pakan

➢ Kekurangan asam amino atau protein akan menghasilkan kenaikan

sintesis lemak dan oksidasi asam amino yang lebih banyak

➢ Peningkatan jumlah protein di dalam hati

➢ Bila ransum kekurangan satu macam asam amino esensial maka

tubuh akan mengedarkan asam amino kekurangannya tersebut dari jaringan tubuh ke organ pencernaan
untuk direabsorpsi bersama- sama dengan asam amino yang lain dari ransum untuk disintesis kembali
menjadi protein di dalam hati, sehingga akan terjadi keseimbangan yang negatif dari asam amino di
dalam tubuh.

➢ Peningkatan ketahanan terhadap aflatoksin

➢ Aflatoksin merupakan substansi yang larut di dalam lemak, oleh

karena itu semua reaksi biokimia yang menaikkan sintesis lemak akan memberikan perobahan yang
lebih baik untuk menghadapi adanya aflatoksin. Aflatoksin tidak segera dimetabolismekan di dalam hati,

tetapi disimpan di dalam sel lemak dari hati.

Defisiensi Mineral

➢ Defisiensi mineral K menyebabkan kelemahan otot.

➢ Defisiensi Na dan CI akan terjadi penurunan performan reproduksi dan

kemunduran pertumbuhan.
➢Defisiensi Mg pada mengakibatkan pertumbuhan lambat, kondisi

lemah dan bila berlanjut bisa mengakibatkan kematian.

➢Defisiensi Fe dan Cu akan terjadi pengecilan ukuran sel eritrosit

sehingga menurunkan kapasitas angkut O2.

➢Defisiensi Zn akan menunjukkan gejala: tulang menjadi tebal dan

pendek, persendian siku membesar, pertumbuhan badan lambat, bulu tumbuh sedikit, parakeratosis
pada kulit kaki.

Anda mungkin juga menyukai