Anda di halaman 1dari 7

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

inap, rawat jalan dan gawat darurat. Setiap Rumah Sakit dituntut untuk memberikan

pelayanan kesehatan yang memenuhi standar pelayanan yang optimal. Rumah sakit

dinyatakan berhasil, tidak hanya pada kelengkapan fasilitas yang diunggulkan,

melainkan juga sikap dan layanan sumber daya manusia. [1]

Penerapan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan cakupan kesehatan

semesta meningkatkan jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit, termasuk di Instalasi

Gawat Darurat (IGD). Peningkatan ini menyebabkan waste termasuk waste of waiting

(waktu tunggu) pemindahan pasien dari IGD ke ruang rawat inap pun semakin lama.

Untuk mempersingkatnya, digunakan metode lean management. [2]

Salah satu keluhan masyarakat yang menjadi perhatian kami dari pelaksanaan

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah permasalahan IGD penuh dengan

pasien (crowding). Penyebab crowding di IGD dapat dikarenakan:

1. Tingginya angka kunjungan pasien ke IGD, baik untuk pasien gawat darurat

maupun pasien tidak gawat darurat, yang melebihi kapasitas ruang dan pelayanan

IGD itu sendiri.

2. Adanya stagnasi pasien dengan indikasi rawat inap di IGD (boarding).

Penyebab utama terjadinya boarding adalah out flow obstruction, artinya pasien

yang berindikasi rawat inap belum dapat keluar dari IGD karena ruang rawat inap

belum siap menerima pasien dari IGD. Akibat adanya boarding tersebut dapat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas, keterlambatan pemberian pengobatan yang

adekuat pada pasien sesuai penyakit yang diderita, terganggunya rasa nyaman pasien

(tidak dapat beristirahat dengan baik) akibat hiruk-pikuknya kondisi IGD yang

crowded sehingga berdampak pada proses penyembuhan penyakitnya, penurunan

mutu pelayanan dan kualitas kegiatan keselamatan pasien serta ruang IGD akan

mengalami kesulitan bila ada korban bencana yang akan masuk ke IGD sewaktu-

waktu. Disamping itu manajemen rumah sakit perlu menambah tenaga SDM untuk

mengatasi crowding dan boarding, [2] [3].

Dengan meningkatnya kesadaran pasien dan masyarakat tentang pelayanan yang

bermutu, sudah semestinya semua unit layanan melakukan pembenahan untuk

meningkatkan mutu layanannya. [4]. Mengelola alur berbagai pasien selama

menjalani asuhannya masing-masing menjadi sangat penting untuk mencegah

penumpukan yang selanjutnya mengganggu waktu pelayanan dan akhirnya juga

berpengaruh terhadap keselamatan pasien (SNARS, 2018). Dengan demikian, rumah

sakit harus menetapkan standar waktu berapa lama pasien di unit gawat darurat,

kemudian harus ditransfer ke unit rawat inap rumah sakit. IGD merupakan salah satu

departemen yang sering mendapatkan keluhan tentang mutu pelayanan. Salah satu

bentuk mutu pelayanan yang sering dikeluhkan masyarakat adalah waktu tunggu. [5].

Waktu tunggu dokter adalah waktu dari pasien daftar sampai dengan diperiksa

oleh dokter. Waktu tunggu yang lama berisiko menurunkan kepuasan pasien dan mutu

pelayanan. Semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu jasa

layanan, maka akan memberikan kepuasan bagi pasien yang dilayani, sehingga perlu

diterapkan manajemen waktu (Maulid, M, 2017)


Dari data pengerjaan resep, lama waktu tunggu untuk obat racikan dan non

racikan melebihi waktu yang ditetapkan pada indikator mutu rumah sakit, yaitu untuk

pengerjaan obat racikan melebihi 60 menit dan obat non racikan melebihi 30 menit.

Dan juga data komplin pasien tahun 2019 masih tinggi tentang pelayanan obat di

farmasi rawat jalan, sebesar 18%. [4]

Dalam beberapa dekade terakhir, berbagai rumah sakit (RS) di seluruh dunia

telah mencoba mengadopsi sistem manajemen Lean (Lean Management). Tujuannya

untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional mereka. Lean Management

di rumah sakit (Lean Hospital Management) merupakan konsep yang dikembangkan

dari pemikiran Lean yaitu suatu istilah yang pertama kali dicetuskan oleh Krafcik

(1988) untuk menggambarkan sistem yang dikembangkan oleh Toyota yang

kemudian diadopsi oleh berbagai industri manufaktur lain (1980an) dan industri jasa

pelayanan (1990an) dunia.

Hasilnya memberikan dampak peningkatan yang luar biasa bagi berbagai

industri tersebut. Lean adalah metode peningkatan proses yang digunakan untuk

memberikan produk dan layanan yang lebih baik, lebih cepat dan dengan biaya lebih

rendah. Lean adalah seperangkat filosofi sistem dan metode yang membantu

menciptakan nilai maksimum untuk pasien dengan mengurangi waste dan waktu

tunggu. Melibatkan karyawan dengan perbaikan yang berkelanjutan.

Lean management pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan value pasien

dengan menghilangkan/tanpa waste. Artinya, kegiatan yang menambah value

pelanggan diperluas dan dikoordinasikan secara optimal. Sebaliknya, kegiatan-

kegiatan yang tidak bernilai tambah atau berlebihan dihilangkan sehingga

menghasilkan proses yang efisien dan efektif.


Pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), RS dituntut juga untuk dapat

mengendalikan mutu dan biaya. Waktu tunggu proses pemulangan pasien rawat inap

di rumah sakit merupakan masalah yang penting diatasi oleh karena masih melebihi

standar waktu yang ditetapkan (yaitu 2 jam). Untuk memecahkan masalah tersebut,

diterapkan Lean management.[6].

Manajemen rumah sakit dituntut untuk bisa menyeimbangkan antara kualitas

pelayanan dan kepuasan pelanggan dan rumah sakit dituntut untuk mampu

memberikan pelayanan yang memuaskan (customer satisfaction) tetapi juga

berorientasi pada nilai (customer value). Dimana organisasi tidak semata-mata

mengejar pencapaian produktivitas kerja yang tinggi tetapi juga kinerja yang akan

diberikan[7].

Lean Management secara luas telah diterapkan dalam sistem pelayanan

kesehatan seperti Amerika, Kanada, dan beberapa negara Eropa dan lainnya. Namun

masih sangat terbatas informasi berbasis bukti mengenai implementasinya di negara

dengan sumber daya terbatas. Hal ini memberi kesempatan bagi para professional

kesehatan, pembuat kebijakan, peneliti dan konsultan untuk mengimplementasikan

Lean sesuai konteks institusi masing-masing

Lean Hospital adalah suatu aturan yang merupakan suatu sistem manajemen dan

juga suatu filosofi yang dapat merubah cara pandang suatu rumah sakit agar lebih

teratur dan teroganisir dengan memperbaiki kualitas layanan untuk pasien dengan cara

mengurangi kesalahan dan mengurangi waktu tunggu.

Metode lean merupakan metode yang digunakan untuk menghapus aktivitas

tidak bernilai tambah sehingga setiap aktivitas dapat memberikan nilai tambah.
Efektifitas metode lean telah terdokumentasi dalam berbagai penelitian, termasuk

implementasi di institusi rumah sakit, [8].

Metode lean yang digunakan rumah sakit untuk memperbaiki kualitas layanan

terhadap pasien dengan mengurangi dua permasalahan utama yaitu mengurangi

kesalahan (reducing errors) dan waktu tunggu (waiting time). Implementasi Lean

mampu memberikan dampak yang signifikan bagi efisiensi dan efektivitas

operasional. Di RS atau pelayanan kesehatan, dampak implementasi Lean, antara lain

pada 1) Outcome pasien: kepuasan pasien, 2) Outcome provider: kepuasan staf, 3)

Akses dan utilisasi: Length of stay (LOS), waktu tunggu, 4) Bahaya/Nyaris cedera:

Angka error yang berhubungan dengan keselamatan pasien, 5) Penggunaan sumber

daya: biaya, cycle time, angka error yang berhubungan dengan sumber daya.

Berdasarkan Undang-undang No.44 tahun 2009, Rumah Sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Rumah Sakit bertujuan meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan

rumah sakit. [9].

B. Perumusan Masalah

Pada penelitian ini, rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah

sebagai berikut :

1. Adakah pengaruh intervensi prosedur metode lean kaizen dalam proses waktu

tunggu pemindahan pasien dari IGD ke ruang rawat inap RSUD Kota

Tanjungpinang

2. Factor apa saja yang mepengaruhi lamanya waktu tunggu pemindahan pasien dari

IGD ke ruang rawat inap RSUD Kota Tanjungpinang.


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

intervensi prosedur lean kaizen dalam menurunkan waktu tunggu pemindahan

pasien dari IGD ke ruang rawat inap RSUD Kota Tanjungpinang serta factor yang

mempengaruhinya.

2. Tujuan Khusus

a. Mengatur waktu tunggu pemindahan pasien dari IGD ke ruang rawat inap

sebelum penerapan intervensi prosedur lean kaizen

b. Mengukur waktu tunggu pemindahan pasien dari IGD ke ruang rawat inap

RSUD Kota Tanjungpinang sesudah penerapan intervensi prosedur lean

kaizen

c. Menganalisa waktu tunggu pemindahan pasien dari IGD ke ruang rawat inap

RSUD Kota Tanjungpinang sesudah penerapanan intervensi prosedur lean

kaizen

d. Mengukur factor-faktor: beban kerja petugas IGD, Farmasi, Ruang Rawat

Inap, laboratorium dan radiologi

e. Menganalisa factor penyebab variasi waktu tunggu pemindahan pasien dari

IGD ke ruang rawat inap

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan menambah referensi Pustaka terkait dengan proses

pemindahan pasien dari IGD ke ruang rawat inap RSUD Kota Tanjungpinang

secara mendalam dan komprehensif serta dapat dijadikan data dasar untuk

penelitian selanjutnya yang lebih luas.


2. Kegunaan Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini akan banyak bermanfaat terutama bagi rumah

sakit tempat penelitian secara khusus dan rumah sakit lainnya secara umum.

Penelitian ini akan memperlihatkan penyebab masalah yang menjadi factor

penyebab lamanya pemindahan pasien dari IGD ke ruang rawat inap dan

mengambarkan Teknik-teknik dalam proses pemangkasan kegiatan untuk

mempercepat proses pemindahan pasien, dan akhirnya diharapkan dapat

meningkatkan pelayanan yang bermutu dan beradap.

Anda mungkin juga menyukai